Position paper kpb draft0

10
Position Paper Pengembangan Sekolah Aman – Konsorsium Pendidikan Bencana I. Pengantar Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau, di mana 6.000 pulau di antaranya tidak berpenghuni, dan terletak di Asia Tenggara di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Posisi geografis dan lokasinya yang berada di salah satu daerah bencana paling aktif di dunia, maka Indonesia terpapar sejumlah besar ancaman seperti ancaman bencana banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Kondisi yang kompleks dan menantang ini diperumit lagi oleh dampak perubahan iklim. Perubahan iklim akan terus memberikan dampak yang cukup besar bagi intervensi program kemanusiaan dan program pengembangan, dan akan terus memberikan tantangan bagi pengembangan dan penyelenggaraan sektor pendidikan. Untuk sektor pendidikan, dampak terburuk dari sebuah bencana adalah hilangnya nyawa maupun terjadinya cedera parah di sekolah. Terdapat banyak konsekuensi lain yang dapat secara permanen mempengaruhi masa depan anak-anak seperti sekolah yang tidak bisa digunakan karena rusak, sekolah yang tidak bisa digunakan karena digunakan sebagai hunian sementara atau tempat pengungsian, sekolah yang sudah tidak dapat diakses, hilangnya peralatan sekolah dan materi pendidikan juga guru tidak bisa mengajar. Kadang juga siswa diharapkan untuk mencari nafkah, membantu dalam pemulihan maupun dalam urusan domestik secara purna waktu Pendidikan kebencanaan secara implisit telah dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 32 tentang Pendidikan Layanan Khusus. Layanan yang bermutu menjadi kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah yang secara luas dapat diartikan termasuk memberikan layanan pendidikan pengurangan risiko bencana dengan tujuan melindungi warga negara. Terkait dengan upaya untuk melindungi warga negaranya terhadap bencana, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap orang berhap mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan risiko 1

Transcript of Position paper kpb draft0

Page 1: Position paper kpb draft0

Position PaperPengembangan Sekolah Aman – Konsorsium Pendidikan Bencana

I. Pengantar

Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau, di mana 6.000 pulau di antaranya tidak berpenghuni, dan terletak di Asia Tenggara di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Posisi geografis dan lokasinya yang berada di salah satu daerah bencana paling aktif di dunia, maka Indonesia terpapar sejumlah besar ancaman seperti ancaman bencana banjir, tsunami, tanah longsor, gempa bumi dan letusan gunung berapi. Kondisi yang kompleks dan menantang ini diperumit lagi oleh dampak perubahan iklim. Perubahan iklim akan terus memberikan dampak yang cukup besar bagi intervensi program kemanusiaan dan program pengembangan, dan akan terus memberikan tantangan bagi pengembangan dan penyelenggaraan sektor pendidikan. Untuk sektor pendidikan, dampak terburuk dari sebuah bencana adalah hilangnya nyawa maupun terjadinya cedera parah di sekolah. Terdapat banyak konsekuensi lain yang dapat secara permanen mempengaruhi masa depan anak-anak seperti sekolah yang tidak bisa digunakan karena rusak, sekolah yang tidak bisa digunakan karena digunakan sebagai hunian sementara atau tempat pengungsian, sekolah yang sudah tidak dapat diakses, hilangnya peralatan sekolah dan materi pendidikan juga guru tidak bisa mengajar. Kadang juga siswa diharapkan untuk mencari nafkah, membantu dalam pemulihan maupun dalam urusan domestik secara purna waktu

Pendidikan kebencanaan secara implisit telah dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 32 tentang Pendidikan Layanan Khusus. Layanan yang bermutu menjadi kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah yang secara luas dapat diartikan termasuk memberikan layanan pendidikan pengurangan risiko bencana dengan tujuan melindungi warga negara. Terkait dengan upaya untuk melindungi warga negaranya terhadap bencana, Pemerintah Indonesia telah memberlakukan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. UU tersebut secara jelas menyatakan bahwa setiap orang berhap mendapatkan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan keterampilan dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun situasi terdapat potensi bencana. Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat diperkenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, dengan mennyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang aman, menyusun manajemen sekolah yang lebih responsif, dan mengintegrasikan pendidikan pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum sekolah maupun ke dalam kegiatan ekstrakurikular.

Memberikan rasa aman dan perlindungan pada warga negara merupakan hak warga, terutama pada anak pada saat kegiatan pembelajaran. Mengingat 30% bahkan lebih waktu anak dilalui di sekolah sekaligus anak merupakan investasi dan agen perubahan, pendidikan pengurangan risiko bencana merupakan strategi investasi efektif menanamkan nilai, pengetahuan, perilaku dan budaya aman-sadar bencana.

II. Landasan Sekolah Aman

Pendidikan PRB sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat Interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi

1

Page 2: Position paper kpb draft0

perlindungan terhadap bencana alam (UNISDR). Selain itu, pendidikan PRB menjadi wahana yang sangat penting untuk mewujudkan budaya siap dan siaga dalam menghadapi ancaman bencana, sekaligus sebagai perwujudan dari Education for Sustainable Development (ESD) 2005-2015.

"Menggalakkan dimasukkannya pengetahuan pengurangan risiko bencana dalam bagian yang relevan dalam kurikulum sekolah di semua tingkat dan menggunakan jalur formal dan informal lainnya untuk menjangkau pemuda dan anak-anak; menggalakkan integrasi pengurangan risiko bencana sebagai suatu elemen intrinsik Dekade Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan (2005-2015) dari PBB "

Model pendidikan terkait kebencanaan yang meluas adalah Pendidikan Kesiapsiagaan , dan pada tahap awal merupakan bagian materi tentang kebencanaan yang paling penting. UN/ISDR (International Strategi for Disaster Risk), menyatakan sebagai aktivitas-aktivitas dan langkah-langkah yang diambil sebelumnya (pada masa tidak terjadi bencana) untuk memastikan respon yang efektif terhadap dampak bahaya, termasuk dengan mengeluarkan peringatan dini yang tepat waktu dan efektif dan dengan memindahkan penduduk dan harta benda untuk sementara dari lokasi yang terancam. Kerangka kerja Pendidikan (untuk) PRB dikembangkan mengikuti arahan UN-ISDR berikut:

“Pendidikan pengurangan risiko bencana adalah sebuah proses pembelajaran bersama yang bersifat interaktif di tengah masyarakat dan lembaga-lembaga yang ada. Cakupan pendidikan pengurangan risiko bencana lebih luas daripada pendidikan formal di sekolah dan universitas. Termasuk di dalamnya adalah pengakuan dan penggunaan kearifan tradisional dan pengetahuan lokal bagi perlindungan terhadap bencana alam.”

Konflik, ketidakstabilan, dan bencana alam merupakan hambatan bagi pencapaian pendidikan untuk semua / Education for All (EFA). Pemerintah dituntut menyediakan kesempata belajar dalam lingkungan yang aman dan ramah. Untuk strategi implementasi Kerangka kerja Pendidikan untuk Semua atau The Dakkar Framework of Education forAll (EFA) tahun 2000-2015, yaitu strategi ke-5 melalui pemenuhan kebutuhan pendidikan secara bermutu pada kondisi darurat terutama akibat bencana alam dan konflik, mempertahankan dan meningkatkan akses terhadap pendidikan dasar yang telah dicapai, memastikan bahwa akses pendidikan dasar tidak akan menurun selama situasi darurat akibat bencana alam atau karena kerusakan serius kondisi ekonomi dan sosial;

Pada pertemuan pertama Safe School Leader di Istanbul, Turkey Oktober 2014, para delegasi termasuk dari Kementrian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan RI menyepakati bahwa Sekolah Aman bukan hanya sebagai prioritas pembangunan nasional melainkan kewajiban negara melalui komitmen politik dan pembiayaan. The Global Alliance for Disaster Risk Reduction and Resilience in the Education Sector (GADRRRES) menegaskan komitmen mereka terhadap Initiative Seluruh Dunia untuk Sekolah Aman dan menawarkan keahlian teknis untuk menarik Pemerintah menerapkan tiga pilar keamanan sekolah yang komprehensif.

Salah satu keberhasilan Indonesia dalam implementasi Sekolah Aman ialah penghargaan pada di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Jejeran Bantul DIY pada ajang SEAMEO-Japan Education for Sustainable Development (ESD) Award 2012 dengan tema Pendidikan untuk Pengurangan Risiko Bencana. Penghargaan ini diselenggarakan oleh Organisasi Kementrian Pendidikan Asia Tenggara (Southeast Asian Ministers of Education Organization, SEAMEO) dan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi Jepang, bekerjasama dengan Biro

2

Page 3: Position paper kpb draft0

Pendidikan Region Asia-Pasifik UNESCO dan Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd. Pada ajang penghargaan tersebut MIN Jejeran menerima Penghargaan Ketiga (3rd Prize).

Pada UN-WCDRR ke-3 di Sendai, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyatakan komitmen politik bahwa Indonesia berkomitmen menyelenggarakan pendidikan PRB berbasis 3 pilar pendekatan komprehensif yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. “75% sekolah di Indonesia berada di lokasi rawan bencana. Sangat penting bahwa Indonesia terus membangun kapasitas dalam mengembangkan Sekolah Aman. Untuk itu, selain melalui Blueprint Sekolah Aman, juga akan mengadopsi seperangkat target nasional berdasarkan prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Sebagaimana tertuang dalam rancangan RPJM 2015-2019, mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim secara khusus menjadi arah kebijakan pembangunan nasional, yaitu: (1) Memperkuat kapasitas kelembagaan mitigasi bencana alam untuk mengurangi risiko bencana; (2) Mempercepat rehabilitasi daerah terkena bencana; (3) Memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

III. Kerangka Kerja Sekolah Aman

Pendidikan sadar bencana diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kecakapan hidup dalam mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian dan langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna1.

Setiap anak memiliki hak atas keselamatan dan kelangsungan hidup, selain juga hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang berkualitas dan berkesinambungan. Hak-hak ini sering kali terancam tidak terpenuhi akibat bahaya alam dan bahaya terkait teknologi yang menyebabkan terjadinya bencana besar dan kecil. Bencana ini, baik sekala besar, sedang maupun kecil, memberikan dampak terhadap keselamatan dan pendidikan anak-anak. Saat pendidikan menjadi terganggu, pendidikan seorang anak bisa menjadi terputus, kadang terputus selamanya, yang berarti memberikan dampak negatif yang permanen, baik secara ekonomi maupun sosial, terhadap anak tersebut, keluarganya dan komunitasnya.

Sekolah merupakan lembaga tempat berbagi pengetahuan dan keterampilan, sehingga harapan bahwa sekolah menjadi panutan dalam melakukan pencegahan bencana menjadi tinggi. Keberhasilan mitigasi bencana merupakan salah satu ujian utama terhadap keberhasilan pendidikan yang diberikan dari generasi ke generasi.

Sasaran Sekolah Aman yang komprehensif

Sasaran dari Sekolah Aman yang komprehensif dalam menghadapi bahaya yang sudah diperkirakan, baik yang alami ataupun buatan manusia, adalah untuk; (1) melindungi siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya dari risiko kematian dan cedera di sekolah; (2). merencanakan kesinambungan pendidikan dalam menghadapi bahaya yang sudah diperkirakan; (3) memperkuat ketangguhan warga komunitas terhadap bencana melalui pendidikan; (4) melindungi investasi di sektor pendidikan

Tiga pilar Sekolah Aman yang komprehensif

1 Naskah Akademik Konsorsium Pendidikan Bencana (KPB) 2009

3

Page 4: Position paper kpb draft0

Sekolah Aman yang komprehensif dapat dicapai melalui kebijakan dan perencanaan yang sejalan dengan manajemen bencana di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota dan di tingkat sekolah. Sekolah Aman yang komprehensif ini ditopang oleh tiga pilar sebagai berikut:

1. Fasilitas Sekolah Aman2. Manajemen Bencana di Sekolah3. Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana

1. Fasilitas Sekolah Aman

Bangunan sekolah dan fasilitas sekolah yang tidak tahan bencana akan sangat rentan dari segi keamanannya, bukan saja mengancam jiwa anak-anak, tetapi kerusakan maupun kehancuran sarana dan prasarana fisik ini merupakan kehilangan aset ekonomi bagi negara dan komunitas pada khususnya, dan biaya untuk membangun ulang akan membebani perekonomian2.

Pendekatan konstruksi dan penguatan (retrofit) terhadap Sekolah Aman yang melibatkan masyarakat luas dalam memadukan pengetahuan baru dan keterampilan pencegahan bencana dapat berdampak lebih luas daripada dampak terhadap sekolah itu sendiri.

2. Manajemen Bencana di Sekolah

Manajemen Bencana di Sekolah merupakan proses pengkajian yang kemudian diikuti oleh perencanaan terhadap perlindungan fisik, perencanaan pengembangan kapasitas dalam melakukan respon/ tanggap darurat, dan perencanaan kesinambungan pendidikan, di tingkat sekolah masing-masing sampai dengan otoritas pendidikan di semua tingkatan, baik

2 Guidance Notes on Safer School Construction, the Inter-Agency Network for Education in Emergencies (INEE) and the Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) at the World Bank, in partnership with the Coalition for Global School Safety and Disaster Prevention Education, the IASC Education Cluster and the International Strategy for Disaster Risk Reduction

4

Page 5: Position paper kpb draft0

kabupaten/ kota, provinsi hingga nasional. Manajemen Bencana di Sekolah ditentukan melalui pihak-pihak berwenang di sektor pendidikan tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota dan di tingkat komunitas sekolah (termasuk siswa dan orang tua siswa), bekerja sama dengan mitra di bidang manajemen bencana, untuk menjaga lingkungan belajar yang aman serta merencanakan kesinambungan pendidikan pendidikan, sesuai dengan standar internasional.

3. Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana

Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana atau lebih sering disebut sebagai Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) merupakan sebuah kegiatan jangka panjang dan merupakan bagian dari pembangunan berkelanjutan. Melalui pendidikan diharapkan agar upaya pengurangan risiko bencana dapat mencapai sasaran yang lebih luas dan dapat dikenalkan secara lebih dini kepada seluruh peserta didik, yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap kesiapsiagaan individu maupun masyarakat terhadap bencana.

Pendidikan Pencegahan dan Pengurangan Risiko Bencana harus dirancang untuk membangun budaya aman dan komunitas yang tangguh. Berbagai gagasan diatas kemudian dapat diikhtisarkan bahwa tujuan-tujuan pendidikan untuk pengurangan risiko bencana adalah: (1) menumbuhkembangkan nilai dan sikap kemanusiaan; (2) menumbuhkembangkan sikap dan kepedulian terhadap risiko bencana; (3) menumbuhkembangkan pemahaman tentang bencana, pemahaman tentang kerentanan sosial, pemahaman tentang kerentanan fisik, serta kerentanan prilaku dan motivasi; (4) menumbuhkembangkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengurangi risiko, pencegahan, peredaman, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang bertanggungjawab, dan adaptasi terhadap risiko bencana; (5) meningkatkan upaya untuk mengurangi risiko, pencegahan, peredaman, dan adaptasi terhadap risiko bencana baik secara individu maupun kolektif; (6) meningkatkan kesiapsiagaan dan kemampuan tanggap darurat dalam menyelamatkan komunitas; (7) mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana; (8) meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan besar dan mendadak, meningkatkan daya lenting pribadi (individual) maupun komunitas (kolektif)

IV. Posisi dan peran KPB

Konsorsium Pendidikan Bencana merupakan Platform Tematik Nasional untuk Kampanye & pendidikan, yang secara khusus pada pendidikan pengurangan risiko bencana. KPB bertujuan mendukung pengembangan kebijakan dan praktik pendidikan PRB di tingkat nasional dan daerah yang berkelanjutan baik formal, non formal, maupun informal melalui peningkatan kapasitas, kordinasi, dan sinergi antar pihak yang berkomitment dalam pendidikan PRB.

Sasaran dari KPB adalah;

a. Mengembangkan kebijakan nasional yang menjamin keberlanjutan pendidikan PRB, dan dampaknya

b. Memprofesionalkan praktik upaya kampanye/pendidikan PRB di Indonesia

c. Mengembangkan konsep/kerangka kerja terkait upaya/pendidikan PRB di Indonesia

d. Menyusun “benchmark” praktik upaya pendidikan PRB di Indonesia

5

Page 6: Position paper kpb draft0

e. Mengembangkan basis-data untuk mengukur capaian isu terkait kampanye/pendidikan PRB secara global

Jaringan KPB saling melengkapi antara satu dengan lainnya dan juga bersama mitra lain yang relevan dengan dukungan upaya pengembangan dan pendokumentasian dari materi belajar-mengajar; sesi pembelajaran bersama dan pertukaran informasi untuk meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia dalam hal pendidikan bencana serta menjamin tercapainya program pendidikan bencana yang berkelanjutan di Indonesia. KPB memiliki “focal points” untuk Pemerintah, Palang Merah Indonesia, LSM dan badan-badan PBB.

KPB juga mendorong perkuatan jaringan lokal, nasional dan internasional seperti dengan Diknas, BNPB, BPBD, Kemendagri termasuk Planas dan Forum PRB Daerah, INEE + Education for All (EFA) dan GCOSS (Global Coalition on Safe School).

KPB juga berperan dalam pengembangan dan pendokumentasian praktik pendidikan PRB, strategi pengarusutamaan PRB dalam pendidikan melalui: RKA, SPM Kemdikbud, Kemenag, renstra dinas pendidikan dan juga advokasi kepada pemerintah pusat dan daerah dengan dukungan mekanisme internal KPB.

V. Isu dan Tantangan Sekolah Aman

Paradigma penanggulangan bencana sudah beralih dari paradigma bantuan darurat menuju ke paradigma mitigasi/preventif dan sekaligus juga paradigma pembangunan karena setiap upaya pencegahan dan mitigasi hingga rehabilitasi dan rekonstruksinya telah diintegrasikan dalam program-program pembangunan di berbagai sektor. Dalam paradigma sekarang, Pengurangan Risiko Bencana yang merupakan rencana terpadu yang bersifat lintas sektor dan lintas wilayah serta meliputi aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Dalam implementasinya kegiatan pengurangan risiko bencana nasional akan disesuaikan dengan rencana pengurangan risiko bencana pada tingkat regional dan internasional di mana masyarakat merupakan subyek, obyek sekaligus sasaran utama upaya pengurangan risiko bencana dan berupaya mengadopsi dan memperhatikan kearifan lokal (local wisdom) dan pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang ada dan berkembang dalam masyarakat.

Disisi lain tantangan dalam mengintegrasikan upaya-upaya pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan seperti: 1). Beratnya beban kurikulum siswa, 2). Kurangnya pemahaman guru mengenai bencana, 3). Kurangnya kapasitas dan keahlian guru dalam integrasi PRB kedalam kurikulum, 4). Minimnya panduan, silabus dan materi ajar yang terdistribusi dan dapat diakses oleh guru, 5). Terbatasnya sumberdaya (tenaga, biaya dan sarana), 6). Kondisi bangunan fisik sekolah, sarana dan prasarana pada umumnya memprihatinkan, tidak berorientasi pada AMDAL dan konstruksi aman, 7). Belum tersedianya institusi dan perda mengenai pengelolaan bencana ditingkat kabupaten.3

VI. Rekomendasi

Berdasarkan tantangan diatas, maka Konsorsium Pendidikan Bencana mendesak Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan mengimplementasikan Sekolah Aman secara terpadu, komprehensif, dan berkelanjutan, diantaranya dengan:

3 Naskah Akademis Pengarusutamaan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) ke dalam Sistem Pendidikan Nasional – KPB 2009

6

Page 7: Position paper kpb draft0

Penyebarluasan paradigama baru penanggulangan bencana secara umum dan secara khusus tentang konsep dan praktik Sekolah Aman yang telah dinyatakan dalam Worldwide Initiative Of Safe School. Juga dalam hasil Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030 terutama pada Priority 1. Understanding disaster risk point (l) Promote the incorporation of disaster risk knowledge, including disaster prevention, mitigation, preparedness, response, recovery and rehabilitation, in formal and non-formal education, as well as in civic education at all levels, as well as in professional education and training4;

Komitmen programing, bugeting, implementation, monev yang terstruktur, terukur, berdayaguna dalam Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana kerja (Renja) Kementrian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan dalam implementasi Sekolah Aman. Komitmen ini sebagai upaya penguatan kelembagaan sekolah dalam pelaksanaan 3 pilar Sekolah Aman yang komprehensif

Perlunya strategi untuk mengoptimalkan sumberdaya yang ada dalam upaya integrasi pengurangan risiko bencana kedalam sistem pendidikan. Diperlukan pengembangan Kurikulum sekolah, agar pelaksanaan pendidikan kebencanaan dapat berjalan efektif dan efisien, sehingga dapat tercapai budaya masyarakat aman terhadap bencana dapat terwujud melalui pendidikan. Secara teknis diperlukan peningkatan kapasitas tenaga kependidikan dalam bentuk pelatihan, pengembangan bahan ajar, atau penyusunan panduan (juklak-juknis) Sekolah Aman berdasarkan standar sekolah layanan khusus.

Koordinasi dalam situasi pra, saat (tanggap darurat) dan pasca bencana lintas sektor diharapkan berjalan dengan adanya kluster pendidikan Indonesia, dimana Kementrian Pendidikan Dasar dan Kebudayaan menjadi leading sector “education cluster”.

4 Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015-2030

7