portofolio Bronchopneumonia
description
Transcript of portofolio Bronchopneumonia
Portofolio 1 BRONCHOPNEUMONIA
Nama Peserta :dr. Adhiputra S. Ruata
Nama Wahana : RSU BETHESDA GMIM TOMOHON
Topik : Bronchopneumonia
Tanggal (kasus) : 27 – 4 – 2015 No. RM : 712326
Tanggal presentasi : 7 – 5 – 2015 Nama Pendamping : dr. Joshi Nelwan
Tempat Presentasi :
Obyektif presentasi :
KKeilmua
n
KKeterampila
n PPenyegaran TTinjauan pustaka
DDiagnost
ik MManajemen MMasalah IIstimewa
NNeonat
us
BBay
i
AAn
ak
RRemaj
a
DDewas
a
LLansi
a
BBumi
l
Deskripsi : Anak Laki Laki, 6 tahun, Panas ± 4 hari, Batuk ± 4 hari berlendir warna
kekuningan, Sesak nafas ± 3 hari, Rhonki +/+, Wheezing +/+.
Tujuan : untuk mengetahui gejala dan tanda untuk diagnosis bronchopneumonia serta
tatalaksana bronkopneumonia akut.
Bahan bahasan : TTinjauan pustaka RRise
t
KKas
us AAudit
Cara membahas DDisku
si
PPresentasi dan
diskusi
EEma
il PPos
Data pasien Nama : An. MK No. Registrasi : 712326
Nama klinik : RSU BETHESDA Pekerjaan : SiswaTerdaftar sejak :
27-04-2015
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / gambaran klinis :
Pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Anak dengan keluhan Panas ± 4 hari, Batuk ± 4
hari berlendir warna kekuningan, Sesak nafas ± 3 hari. Sakit kepala (-), Sakit Badan (-),
Sakit tulang-tulang (-).
2. Riwayat pengobatan :
Pasien sempat berobat ke Puskesmas tetapi tidak ada perubahan.
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
Penyakit jantung, paru, ginjal, hati, disangkal.
4. Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.
5. Riwayat pekerjaan :
Pasien adalah seorang siswa.
6. Kondisi kebiasaan :
Merokok (-) Alkohol (-).
7. Lain-lain : (PEMERIKSAAN FISIK, PEMERIKSAAN LABORATORIUM, dan
TAMBAHAN YANG ADA, sesuai dengan FASILITAS WAHANA)
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Tampak sakit BB : 15 kg
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 98 x/m
Respirasi : 30 x/m
Suhu : 380 C
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera Ikterik (-).
Thoraks : cor : Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak.
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba.
Perkusi : batas kanan : ICS III-IV Linea parasternalis dekstra.
Auskultasi : S I-II normal, bising (-).
pulmo : Inspeksi : Retraksi (-).
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri.
Perkusi : Sonor kanan = kiri.
Auskultasi : Rhonki +/+ basah halus, wheezing +/+.
Abdomen : datar, lemas, BU (+).
Ekstremitas : akral hangat.
b. Laboratorium
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
LED 50 0 – 20 mm/jam
Leukosit 14.570 5000 – 10.000 mm3/uL
Segmen 81,7 50 – 70 %
Hemoglobin 14,6 13 - 16 g/dL
Eritrosit 5,00 4,50 – 5,50 mm6/uL
Hematokrit 42,1% 45 – 55 %
Trombosit 350.000 100 – 300 mm3/uL
Daftar pustaka :
Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., Carter E.R., Harrison C., Kaplan S.L.,
Mace S.E., McCracken Jr G.H., Moore M.R., St Peter S.D., Stockwell J.A., and Swanson J.T.
2011. The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children Older
than 3 Months of Age : Clinical Practice Guidelines by the Pediatric Infectious Diseases
Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 53 (7): 617-630
Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Panduan Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta : Penerbit IDAI
Hasil pembelajaran :
Tanda dan Gejala Bronchopneumonia
Diagnosis Bronchopneumonia
Tatalaksana Bronchopneumonia
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
1. Subjektif
Pasien mengeluhkan Panas ± 4 hari, Batuk ± 4 hari berlendir warna kekuningan,
Sesak nafas ± 3 hari.
Objektif
Keadaan umum : Tampak sakit
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 98 x/m
Respirasi : 30 x/m
Suhu rectal : 380 C
Pemeriksaan fisik
Thorax : Auskultasi : Rhonki +/+ basah halus basal paru, wheezing +/+.
Laboratorium : 28 April 2015
LED 50
Leukosit 14.570
Segmen 81,7
Diagnosis Bronchopneumonia ditegakkan dari adanya gambaran klinis, pemeriksaan
fisik, dan hasil pemeriksaan laboratorium.
2. Assesment
Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution) (Bennete, 2013). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut
pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil
disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat (Bradley et.al., 2011)
Diagnosis
a. Gambaran klinis
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai
39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal
penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya
berupa batuk kering kemudian menjadi produktif (Bennete, 2013).
Pemeriksaan Fisik
1. Pada inspeksi terlihat setiap nafas terdapat retraksi otot epigastrik,
interkostal, suprasternal, dan pernapasan cuping hidung. Tanda objektif yang
merefleksikan adanya distres pernapasan adalah retraksi dinding dada;
penggunaan otot tambahan yang terlihat dan cuping hidung; orthopnea; dan
pergerakan pernafasan yang berlawanan. Tekanan intrapleura yang bertambah
negatif selama inspirasi melawan resistensi tinggi jalan nafas menyebabkan
retraksi bagian-bagian yang mudah terpengaruh pada dinding dada, yaitu
jaringan ikat inter dan sub kostal, dan fossae supraklavikula dan suprasternal.
Kebalikannya, ruang interkostal yang melenting dapat terlihat apabila tekanan
intrapleura yang semakin positif. Retraksi lebih mudah terlihat pada bayi baru
lahir dimana jaringan ikat interkostal lebih tipis dan lebih lemah dibandingkan
anak yang lebih tua.
Kontraksi yang terlihat dari otot sternokleidomastoideus dan pergerakan
fossae supraklavikular selama inspirasi merupakan tanda yang paling dapat
dipercaya akan adanya sumbatan jalan nafas. Pada infant, kontraksi otot ini
terjadi akibat “head bobbing”, yang dapat diamati dengan jelas ketika anak
beristirahat dengan kepala disangga tegal lurus dengan area suboksipital.
Apabila tidak ada tanda distres pernapasan yang lain pada “head bobbing”,
adanya kerusakan sistem saraf pusat dapat dicurigai.
Pengembangan cuping hidung adalah tanda yang sensitif akan adanya distress
pernapasan dan dapat terjadi apabila inspirasi memendek secara abnormal
(contohnya pada kondisi nyeri dada). Pengembangan hidung memperbesar
pasase hidung anterior dan menurunkan resistensi jalan napas atas dan
keseluruhan. Selain itu dapat juga menstabilkan jalan napas atas dengan
mencegah tekanan negatif faring selama inspirasi.
2. Pada palpasi ditemukan vokal fremitus yang simetris.
Konsolidasi yang kecil pada paru yang terkena tidak menghilangkan getaran
fremitus selama jalan napas masih terbuka, namun bila terjadi perluasan infeksi
paru (kolaps paru/atelektasis) maka transmisi energi vibrasi akan berkurang.
3. Pada perkusi tidak terdapat kelainan
4. Pada auskultasi ditemukan crackles sedang nyaring.
Crackles adalah bunyi non musikal, tidak kontinyu, interupsi pendek dan
berulang dengan spektrum frekuensi antara 200-2000 Hz. Bisa bernada tinggi
ataupun rendah (tergantung tinggi rendahnya frekuensi yang mendominasi),
keras atau lemah (tergantung dari amplitudo osilasi) jarang atau banyak
(tergantung jumlah crackles individual) halus atau kasar (tergantung dari
mekanisme terjadinya).
Crackles dihasilkan oleh gelembung-gelembung udara yang melalui sekret
jalan napas/jalan napas kecil yang tiba-tiba terbuka.
Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus
leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang
predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan
LED. Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau
darah bersifat invasif sehingga tidak rutin dilakukan (Bennete, 2013).
Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan
corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang
paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah (Bennete, 2013).
Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala berikut (Bradley et.al., 2011):
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Panas badan
3. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
4. Foto thorax meninjikkan gambaran infiltrat difus
5. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang predominan)
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011)
1. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau PaO2
pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran dan obat penurun panas sebaiknya tidak diberikan pada
72 jam pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pneumonia ringan amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah
dengan angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari).
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
1. Kuman yang dicurigai atas dasas data klinis, etiologis dan epidemiologis
2. Berat ringan penyakit
3. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis
4. Ada tidaknya penyakit yang mendasari
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan
berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan
antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
a. ampicillin + aminoglikosid
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. amoksisillin + aminoglikosid
d. sefalosporin generasi ke-3
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
3. Anak usia sekolah (> 5 thn)
a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
Karena dasar antibiotik awal di atas adalah coba-coba (trial and error) maka
harus dilaksanakan dengan pemantauan yang ketat, minimal tiap 24 jam sekali sampai
hari ketiga. Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan yang
nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan
kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit
seperti empyema, abses paru yang menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif).
3. Plan
Diagnosis : Bronchopneumonia
Pengobatan
o Pasang Venflon
o O2 1-2 L/mnt via nasal kanul
o Inj Intermoxil 3 x 250 mg IV
o Inj Dexamethason 3 x 0,4 mg IV
o Paracetamol 3 x 150 mg Pulv
Pendidikan :
o Dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk membantu proses
pemulihan.
Konsultasi : saat ini belum dibutuhkan konsultasi.
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
dr. Adhiputra S. Ruata
Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi portofolio:
Bronchopneumonia
Hari/Tanggal :
Tempat :
Disahkan Oleh:
Pembimbing,
dr. Joshi Nelwan
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini tanggal ______________________ telah dipresentasikan portofolio oleh:
Nama Peserta : dr. Adhiputra S. Ruata
Dengan Judul/Topik : Bronchopneumonia
Nama Pendamping : dr. Joshi Nelwan
Nama Wahana : RSU BETHESDA GMIM TOMOHON
No Nama Peserta Presentasi No Nama Peserta Presentasi
Berita acara ini ditulis sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
(dr. Joshi Nelwan)