Porto KDK

download Porto KDK

of 10

Transcript of Porto KDK

  • 7/29/2019 Porto KDK

    1/10

    0

    PORTOFOLIO

    KEJANG DEMAM KOMPLEKS

    Presentan

    Dr. Fitria Suryani

    Pendamping

    Dr. Andriyan Sulin

    PROGRAM DOKTER INTERNSIP

    RSUD M. ZEIN PAINAN

    2012

  • 7/29/2019 Porto KDK

    2/10

    1

    Borang Portofolio

    No. ID dan Nama Peserta : dr. Fitria Suryani

    No. ID dan Nama Peserta: RSUD Dr. M. Zein Painan

    Topik : Kejang Demam Kompleks

    Tanggal Kasus : 20 Oktober 2012

    Nama Pasien : By. H Nomor RM : 141201

    Tanggal Presentasi : 2012 Pendamping : dr. Andriyan Sulin

    Tempat Presentasi : Aula RSUD Dr. M. Zein Painan

    Objektif Presentasi :

    Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah IstimewaNeonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia BumilDeskripsi : Pasien bayi perempuan usia 2 tahun, datang diantar keluarga dengan keluhan

    kejang berulang di sertai demam, 3 jam sebelum masuk rumah sakit.

    Tujuan : Mengidentifikasi penyebab,perjalanan penyakit, gejala, diagnosis dan tata

    laksana dari Kejang Demam Kompleks

    Bahan

    BAhasan :

    TinjauanPustaka

    Riset Kasus Audit

    Cara

    Membahas :

    Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

    Data

    Pasien

    Nama : By. H No. Reg: 141201

    Nama Klinik : RSUD Dr. M. Zein Painan Telp : (0756) 21428 Terdaftar sejak :

    Data Utama untuk bahan diskusi :

    1. Diagnosis / Gambaran Klinis :- Kejang berulang 3 jam yang lalu, frekuensi 3 kali, lamanya kira-kira 5 menit, jarak

    antara kejang sekitar 10 sampai 20 menit, kejang seluruh tubuh dengan mata melihat ke

  • 7/29/2019 Porto KDK

    3/10

    2

    atas. Anak menangis sesaat setelah kejang. Ini merupakan kejang yang pertama. Kira-

    kira 10 menit setelah sampai di IGD, pasien kejang lagi, frekuensi 1x, lamanya 1

    menit, kejang seluruh tubuh dengan mata melihat ke atas. Di beri stesolid 5 mg perektal

    sebanyak 1 buah, kejang berhenti. Kemudian pasien diberi proris supp 1 buah.

    - Demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus-menerus, tidakmenggigil, tidak berkeringat.

    - Batuk ada, sejak 1 hari yang lalu, tidak berdahak.- Mual tidak ada.- Muntah ada, frekuensi 2x, banyaknya 1 sendok makan, berisi air.- Sesak napas tidak ada.- Riwayat trauma kepala tidak ada.- Riwayat keluar cairan dari telinga ( - ), telinga merah ( - ), nyeri telinga ( - ).- Buang air besar encer, frekuensi 2x, ampas ada, tidak berlendir, tidak berdarah.- Buang air kecil jumlah dan warna biasa. Buang air kecil terakhir kali 1 jam yang lalu.

    2. Riwayat Pengobatan : belum pernah berobat sebelumnya.3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : Riwayat kejang dengan atau tanpa demam sebelumnya tidak

    ada.

    4. Riwayat keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita kejang dengan atautanpa demam.

    5. Riwayat Pekerjaan : -6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : -

    Lain-lain:

    Status Generalisata :

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    Tekanan Darah : 100/70 mmHg

    Nadi : 120x/ menit

    Nafas : 44x/ menit

    Suhu : 39,4oC

    BB : 10 kg

  • 7/29/2019 Porto KDK

    4/10

    3

    Status Lokalis untuk dugaan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding :

    Kepala : Teraba hangat, sianosis tidak ada, pucat tidak ada, kuning tidak ada, turgor

    kembali cepat. Ubun-ubun kecil tidak teraba membesar.

    Kulit : Bentuk bulat, simetris, tidak ada deformitas, rambut lebat, berwarna hitam,

    tidak mudah dicabut.

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil

    2 mm/2mm, reflek cahaya +/+ normal.

    Telinga : Tidak ditemukan kelainan.

    Hidung : Tidak ditemukan kelainan, nafas cuping hidung tidak ada.

    Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah, trismus ( - )

    Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, faring hiperemis

    Leher : Tidak teraba pembesaran KGB. Kaku kuduk ( - )

    Dada : Paru

    - Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan- Palpasi : Fremitus kiri sama dengan kanan- Perkusi : Sonor- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi (-/-) , wheezing (-/-).

    Jantung

    - Inspeksi : Iktus tidak terlihat- Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial linea mid clavicularis sinistra

    RIC V

    - Perkusi : Batas kanan : Linea Sternalis dextra Batas kiri : 1 jari medial linea mid clavicularis sinistra RIC V Batas atas : Linea Parasternalis sinistra RIC II

    - Auskultasi : Bunyi jantung normal, irama teratur, bising ( - )Abdomen : - Inspeksi : Distensi tidak ada

    - Palpasi : Nyeri tekan tidak ada, hepar dan lien tidak teraba- Perkusi : Timpani- Auskultasi : Bising usus (+) normal

    Ekstrimitas : Akral hangat, refilling kapiler baik.

    Reflek fisiologis : (+/+)

  • 7/29/2019 Porto KDK

    5/10

    4

    Reflek patologis : Ref. Babinsky (-/-), Ref. Openheim (-/-), Ref. Chaddock

    (-/-), Ref. Scaefer (-/-), Ref. Gordon (-/-)

    Diagnosis Kerja : Kejang Demam Kompleks

    Pemeriksaan Penunjang :

    Hb : 11,2 gr/dl

    Leukosit : 7.500 /mm3

    Ht : 32 %

    Trombosit : 218.000/mm3

    Daftar Pustaka :

    1. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta : BadanPenerbit IDA I. 2006.

    2. Soetomenggolo T, Ismael S. Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta : IDAI; h. 244-51.3. Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta : EGC.

    2000. h. 2059-2067.

    Hasil Pembelajaran :

    1. Diagnosis Kejang Demam Kompleks.2. Identifikasi etiologi dari Kejang Demam Kompleks.3. Penanganan Kejang Demam Kompleks di IGD Rumah Sakit.

    Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

    Subjektif :

    - Kejang berulang 3 jam yang lalu, frekuensi 3 kali, lama kira-kira 5 menit, jarak antarakejang sekitar 10 sampai 20 menit, kejang seluruh tubuh dengan mata melihat ke atas.

    Anak menangis sesaat setelah kejang. Ini merupakan kejang yang pertama. Kira-kira 10

    menit setelah sampai di IGD, pasien kejang lagi, frekuensi 1x, lamanya 1 menit,

    kejang seluruh tubuh dengan mata melihat ke atas. Di beri stesolid 5 mg perektal

    sebanyak 1 buah, kejang berhenti. Kemudian pasien diberi proris supp 1 buah.

    - Demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tinggi, terus-menerus, tidak

  • 7/29/2019 Porto KDK

    6/10

    5

    menggigil, tidak berkeringat.

    - Batuk ada, sejak 1 hari yang lalu, tidak berdahak.- Mual tidak ada.- Muntah ada, frekuensi 2x, banyaknya 1 sendok makan, berisi air.- Sesak napas tidak ada.- Riwayat trauma kepala tidak ada.- Riwayat keluar cairan dari telinga ( - ), telinga merah ( - ), nyeri telinga ( - ).- Buang air besar encer, frekuensi 2x, ampas ada, tidak berlendir, tidak berdarah.- Buang air kecil jumlah dan warna biasa. Buang air kecil terakhir kali 1 jam yang lalu

    Objektif :

    Status Generalisata :

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    Tekanan Darah : 100/70 mmHg

    Nadi : 120x/ menit

    Nafas : 44x/ menit

    Suhu : 39,4oC

    Kepala : Teraba hangat, sianosis tidak ada, pucat tidak ada, kuning tidak ada, turgor

    kembali cepat. Ubun-ubun kecil tidak teraba membesar.

    Kulit : Bentuk bulat, simetris, tidak ada deformitas, rambut lebat, berwarna hitam,

    tidak mudah dicabut.

    Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter pupil

    2 mm/2mm, reflek cahaya +/+ normal.

    Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah, trismus ( - )

    Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, faring hiperemis

    Leher : Kaku kuduk ( - )

    Ekstrimitas : Akral hangat, refilling kapiler baik.

    Reflek fisiologis : (+/+)

    Reflek patologis : Ref. Babinsky (-/-), Ref. Openheim (-/-), Ref. Chaddock

    (-/-), Ref. Scaefer (-/-), Ref. Gordon (-/-)

  • 7/29/2019 Porto KDK

    7/10

    6

    Assesment :

    Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu

    rectal diatas 38 C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Semua jenis infeksi

    bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang

    demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran

    pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media akut, gastroenteritis akut,

    exantema subitum dan infeksi saluran kemih.

    Pada pasien ini kejang demam kemungkinan disebabkan oleh infeksi saluran nafas. Hal

    ini karena dari anamnesis diperoleh pasien demam satu hari sebelum masuk rumah sakit, secara

    tiba-tiba dan langsung tinggi, disertai batuk tidak berdahak. Kejang terjadi saat demam,

    berulang 3x dalam kurun waktu kurang dari 24 jam. Lamanya kejang kira-kira 5 menit, jarak

    antara kejang sekitar 10-20 menit, kejang seluruh tubuh dengan mata melihat ke atas dan anak

    menangis sesaat setelah kejang. Kejang saat ini merupakan kejang pertama kali. Keluarga

    pasien tidak ada yang mengalami gejala yang sama.

    Tidak terdapat luka baru, trismus, maupun kekakuan dari anggota tubuh lainnya,gangguan

    pencernaan, gangguan berkemih, ruam, dan menggigil, tidak ada riwayat jatuh sebelumnya.

    Pasien masih mampu makan dan minum dengan baik.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,4oC, tonsil yang membesar dan hiperemis

    sehingga diduga sumber infeksi berasal dari saluran nafas atas yaitu faring. Penyebab infeksi

    saluran nafas kemungkinan adalah virus, hal ini di dukung dari hasil pemeriksaan darah rutin

    yang menunjukkan angka leukosit masih dalam batas normal, namun adanya infeksi bakteri

    belum dapat disingkirkan. Disamping itu, adanya infeksi pada saluran cerna juga bisa

    dipikirkan dari BAB encer yang diderita pasien. Dari pemeriksaan neurologis, tidak didapatkan

    kelainan. Kaku kuduk tidak ditemukan, Reflek fisiologis positif, reflek patologis dan meningeal

    sign negative.

    Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan labor dapat disimpulkan, pasien

    mengalami kejang demam, karena kejang terjadi pertama kalinya, pasien berusia 2 tahun, dan

    kejang berhubungan dengan suhu tubuh yang tinggi. Dan karena kejang terjadi saat demam,

    kejang seluruh tubuh, berulang 3x dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, maka menurut

    klasifikasi dari UKK Neurologi Anak IDAI, pasien mengalami Kejang Demam Kompleks.

    Klasifi kasi Kejang Demam Menur ut Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam

    Kejang demam terdiri dari kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.

  • 7/29/2019 Porto KDK

    8/10

    7

    Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15

    menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum, tonik atau klonik, tanpa

    gerakan fokal dan tidak berulang dalam waktu 24 jam.

    Kejang demam kompleks adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut :

    1. Kejang lama > 15 menit. Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15menit atau kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak

    tidak sadar.

    2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

    Penatalaksanaan Kejang Demam

    1. Pengobatan fase akut saat anak kejang- Saat pasien sedang kejang, semua pakaian yang ketat dibuka, anak dimiringkan apabila

    muntah, untuk mencegah aspirasi. Bebaskan jalan napas untuk menjamin oksigenasi.

    - Obat yang dapat diberikan saat pasien kejang adalah diazepam intravena dosis 0,3 0,5mg/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1 2 mg/ menit atau dalam waktu 3 5

    menit dengan dosis maksimal 20 mg.

    - Obat yang praktis dapat berupa diazepam rektal dengan dosis 0,50,75 mg/kgBB ataudiazepam rektal 5 mg BB < 10 kg, dan 10 mg BB >10 kg. Atau dosis 5 mg

    diazepam rektal usia < 3 tahun dan 7,5 mg usia > 3 tahun.

    - Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti ulangi lagi dengancara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian

    masih kejang, anjurkan ke rumah sakit untuk pemberian diazepam intravena. Bila masih

    kejang, Fenitoin intravena dengan dosis awal 10 20 mg/kgBB/kali dengan

    kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dapat

    diberikan dosis selanjutnya 48 mg/kgBB/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal- Setelah kejang berhenti dengan pemberian diazepam, dapat diberikan fenobarbital

    loading dose secara intramuskular dengan dosis awal 1020 mg/kgBB, lalu dilanjutkan

    setelah 24 jam dosis awal dengan 48 mg/kgBB/hari

    2. Pemberian obat saat demam dan mencari penyebab demam- Antipiretik dapat digunakan untuk menurunkan panas, dengan obat yang dipakai adalah

    parasetamol dengan dosis 1015 mg/kgBB/kali sebanyak 4 kali dan tidak lebih dari 5

    kali. Dapat juga diberikan ibuprofen 5 10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari. Dapat juga

    diberikan antibiotik bila ada indikasi, misalnya otitis media dan pneumonia.

  • 7/29/2019 Porto KDK

    9/10

    8

    3. Pemberian terapi profilaksisProfilaksis diberikan untuk mencegah berulangnya kejadian kejang demam. Pengobatan

    profilasis ini diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu ciri sebagai berikut :

    Kejang lama > 15 menit

    Ada kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnyahemiparesis, serebral palsi, retardasi mental, hidrosefalus

    Kejang fokal Terapi profilaksis ini dipertimbangkan bila : kejang berulang dua kali atau lebih dalam

    24 jam, terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan, dan kejang demam terjadi > 4 kali per

    tahun.

    Profilaksis yang diberikan terdiri dari dua jenis, yakni :

    - Profilaksis intermittent. Profilaksis ini hanya diberikan pada saat pasien demam, dimanaorangtua atau pengasuh mengetahui dengan cepat adanya demam pada anak. Dapat

    diberikan diazepam rektal dengan dosis 5 mg (untuk anak dengan berat badan < 10 kg) atau

    10 mg ( anak dengan berat badan >10 kg), bila anak menunjukkan suhu 38,5C.

    - Profilaksis terus menerus dengan pemberian antikonvulsan setiap hari. Antikonvulsan yangdapat diberikan adalah asam valproat dengan dosis 1540 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis,

    dan fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.1

    Pengobatan ini diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara

    bertahap selama 1-2 bulan.

    Plan :

    Diagnosis : Kejang Demam Kompleks

    Pengobatan :

    - Stesolid rektal 5 mg I + Proris sup I (di IGD) Kejang berhenti- IVFD RL 8 gtt/menit (makro)- Inj. Luminal 75 mg (im)

    4 jam kemudian 2 x 50 mg 2 hari

    - Paracetamol sirup 3 x I C takar bila demam, bisa tiap 4 jam.- Zinkid 1 x 1 tab- Oralit tiap BAB encer- Rawat Anak

  • 7/29/2019 Porto KDK

    10/10

    9

    Pendidikan :

    Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat kejang

    sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus

    dikurangi dengan cara:

    - Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya benign- Memberitahukan cara penanganan kejang- Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali- Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi memiliki efek samping

    Beberapa hal yang harus dikerjakan orang tua di rumah bila anak kembali kejang :

    - Tetap tenang dan tidak panik- Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher- Bila tidak sadar, posisikan anak telentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau

    lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit jangan memasukkan

    sesuatu ke dalam mulut

    - Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang- Tetap bersama pasien selama kejang- Berikan diazepam rektal selama kejang. Dan jangan diberikan jika kejang telah berhenti- Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

    Konsultasi

    Konsultasi dilakukan dengan spesialis penyakit anak untuk penatalaksanaan selanjutnya.

    Rujukan

    Saat ini pasien belum perlu dirujuk.