Portfol 2.FIX
-
Upload
mario-reggy -
Category
Documents
-
view
221 -
download
3
description
Transcript of Portfol 2.FIX
PORTOFOLIO INTERNSHIP (I)
dr. Arleen Rainamira
Rumah Sakit Umum Daerah Sumbawa
Topik : STEMI (ST-Segment Elevation Myocardial Infarction)
Tanggal (Kasus) : 11 Februari 2014
Tanggal Presentasi : 13 Februari 2014
Tempat Presentasi : IGD RSUD Sumbawa
Presenter : dr. Arleen Rainamira
Pendamping : dr. Cindri Wahyuni
Objektif Presentasi :
a. Penyegaran
b. Tatalaksana
c. Dewasa
d. Deskripsi : Laki-laki, 56 tahun, keluhan nyeri dada sejak 12 jam sebelum
masuk rumah sakit
e. Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana STEMI
Bahan Bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan Diskusi
Data Pasien : Tn. Z
Nama Klinik : IGD RSUD Sumbawa
Data Utama untuk Bahan Diskusi
Diagnosis/Gambaran Klinis • STEMI, keadaan umum tampak
sesak, keluhan nyeri dada sejak 12
jam sebelum masuk rumah sakit,
nyeri menjalar ke punggung kiri,
seperti ditindih beban, Nyeri tidak
dipengaruhi aktivitas, hilang
dengan istirahat, berlangsung
kurang dari 10 menit.
• Sesak nafas saat beraktivitas.
Pasien tidur dengan 2 bantal
(Orthopneu-), PND (-), Nyeri saat
bernafas (-), Demam (+)
• Primary survey:
A : clear, paten
B : spontan, simetris, RR
30x/mnt, SaO2 93%
C : nadi reguler, teraba kuat,
HR 87x/mnt, TD 90/60 mmHg,
akral hangat, CRT<3’’
• D : Alert
• GDS : 166 mg/dL
Riwayat Pengobatan Belum mendapatkan pengobatan untuk
keluhan pasien
Riwayat Kesehatan/Penyakit Riwayat keluhan serupa (-), stroke (-),
HT (+), DM(-)
Riwayat Keluarga Ibu pasien memiliki riwayat penyakit
jantung
Riwayat Pekerjaan, Kebiasaan, dan Sosial PNS, Riwayat merokok 10 tahun (1
Bungkus/hari)
Lain-lain Jaminan kesehata
Daftar Pustaka
Naik H, Sabatine MS, Lilly LS. Acute coronary syndromes. In : Lilly LS,
editor. Pathophysiology of heart disease, 4th edition. Philadelphia : Lippincott
Williams & wilkins. 2007 ; p. 168-96.
Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, Braunwald E. Braunwald's heart
disease: a textbook of cardiovascular medicine. 9th edition. Philadelphia:
Elsevier Saunders; 2012.
O’Connor RE, Brady W, Brooks SC, Diercks D, Egan J,Ghaemmaghami C,
Menon V, O’Neil BJ, Travers AH, Yannopoulos D. Part 10: acute coronary
syndromes: 2010 American Heart Association Guidelinesfor Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation.
2010;122(suppl 3):S787–S817.
Siswanto BB, Dharma S. Pedoman Tatalaksana Penyakit Kardiovaskular di
Indonesia. Cetakan kedua. Jakarta: PERKI. 2009. p.63-93.
Antman, E.M., Braunwald, E.Acute Myocardial Infarction, Braunwald, E,ed
Heart Disease:A textbook of Cardiovascular Medicine. 8th Ed. Philadelphia :
WB Sunders. 2007. p 1197-1322.
Achar SA, Kundu S, Norcross WA. Diagnosis Of Acute Coronary Syndrome.
Am Fam Physician. 2005 Jul 1;72(01):119-26
Hasil Pembelajaran
Diagnosis STEMI
Menyingkirkan diagnosis banding STEMI
Patofisiologi STEMI
Komplikasi STEMI
Tatalaksana STEMI
Edukasi pasien dan keluarga dengan STEMI
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
1. Subjektif
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dada kiri sejak 12 jam smrs. Nyeri
dada menjalar ke punggung kiri dan tangan kiri. Nyeri seperti ditindih beban,
nyeri tidak dipengaruhi aktivitas, tidak hilang dengan istirahat, dirasakan
semakin berat, dan berlangsung kurang dari 10 menit. Pasien mengeluh
terdapat sesak nafas saat beraktivitas (DOE +). Pasien tidur dengan 2 bantal
(Orthopneu -), PND (-). Pasien mengaku mengalami keringat dingin saat
malam hari, Nyeri saat bernafas (-), Mual (-), Muntah (-), Demam (+), BAB
dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat kesehatan dan penyakit pada pasien
keluhan serupa (-), stroke (-), HT (+), DM(-). Riwayat penyakit keluarga ibu
pasien memiliki riwayat penyakit jantung. Riwayat kebiasaan merokok selama
10 tahun (1 bungkus/hari).
2. Objektif
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis pasien dapat ditegakkan bahwa pasien
memiliki diagnosis STEMI atas dasar:
Anamnesis:
Pasien datang dengan keluhan utama nyeri dada kiri sejak 12 jam smrs.
Nyeri dada menjalar ke punggung kiri dan tangan kiri. Nyeri seperti
ditindih beban, tidak dipengaruhi aktivitas, tidak hilang dengan
istirahat, dirasakan semakin berat, dan berlangsung kurang dari 10
menit. DOE (+), Orthopneu (-), PND (-), keringat dingin (+), demam
(+).
Pemeriksaan fisis:
Tanda vital pasien KU: Tampak sesak, TD 90/60 mmHg, HR 87x mnt
reguler dan kuat, RR 30x/mnt, suhu 38,80C.
Pada pemeriksaan jantung didapatkan inspeksi iktus kordis tampak
pada sela iga 5, 1 jari lateral linea midclavicula sinistra. Pada palpasi
tidak ada Thrilling-, lifting-. Perkusi batas jantung kanan pada sela iga
4 linea sternalis dextra, batas jantung kiri pada sela iga 5 1 jari lateral
linea midclavicula sinistra. Auskultasi S1/S2 reguler, murmur(-),
gallop (-). Pada pemeriksaan paru ditemukan nafas cepat dan dangkal
Pemeriksaan emeriksaan penunjang
o Laboraturium: Troponin T : 1,93
o EKG : Kesan irama sinus rythm, normoaxis, terdapat hipertrofi
ventrikel kiri, STEMI anteroseptal (ST Elevasi lead V1, V2),
iskemi inferior lateral (ST depresi lead II, V4, V5, V6)
o Foto thorax: Kardiomegali
Faktor risiko pasien yaitu pasien menderita HT (+), riwayat penyakit
keluarga ibu pasien memiliki riwayat penyakit jantung, riwayat
merokok selama 10 tahun (1 bungkus/hari).
3. Assesment
Sindrom koroner akut (SKA) sering disebut juga ischaemic heart disease dan
atherosclerotic heart disease. Iskemi berarti kekurangan oksigen yang dikarenakan
perfusi inadekuat dari miokardium, yang menyebabkan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dan kebutuhan. Penyebab utama dari iskemi miokardium ialah
penyakit aterosklerosis obstruktif dari arteri koronaria pada epikardium.1 Sindrom ini
mencakup angina pektoris tak stabil hingga infark miokard, suatu kondisi nekrosis
irreversibel pada otot jantung.
Etiologi SKA adalah ruptur plak aterosklerotik dianggap penyebab terpenting dari
sindrom koroner akut. Proses ruptur tersebut diawali dengan tebentuknya plak
aterosklerotik melalui agregasi platelet dan pembentukan trombus intrakoroner.
Trombus menyebabkan oklusi total atau subtotal dari pembuluh koroner, yang
menyebabkan gangguan aliran darah sehingga terjadi ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan oksigen.
Oklusi trombus sebagian menyebabkan terjadinya angina pektoris tak stabil dan non-
ST elevasi miokard infark (NSTEMI, disebut pula non-Q wave MI). Apabila trombus
menutup total arteri koroner, akan terjadi iskemia yang lebih berat dan nekrosis yang
lebih luas. Hal tersebut bermanifestasi sebagai ST-elevasi miokard infark (STEMI,
disebut juga Q-wave MI).
Gejala pada kedua AMI (STEMI dan NSTEMI) tidak dapat dibedakan. Perasaan tidak
nyaman dirasakan pada regio dermatom C7-T4, termasuk leher, bahu, dan tangan.
Rasaya tidak nyaman berupa rasa berat, tertekan, tertindih, tercekik atau rasa panas.
Rasa tidak nyaman biasnaya berlangsung tidak lebih dari 10 menit, keluhan
bertambah seiring dengan peningkatan aktivitas karena adanya peningkatan konsumsi
oksigen, dan capat pulih dengan istirahat. Gambaran klasik dapat terjadi setelah
makan berat dan aktivitas pertama pada pagi hari. Terdapat juga gejala simpatik
seperti keringat dingin, takikardi karena terjadi vasokontriksi pembuluh darah. Pasien
juga mengeluhkan adanya nafas cepat dan dangkal. Hal ini dapat dikarenakan
penurunan stroke volume oleh karena peningkatan volume dan tekanan ventrikel kiri
pada saat diastolik, dan mempengaruhi atrium kiri dan vena pulmonalis, dan
menstimulasi reseptor juxtacapillary.
Pada pemeriksaan fisik adanya bunyi jantung S4 menandakan adanya
ketidaksesuaiaan kontraksi atrium kiri ke ventrikel kiri. Sedangakan bunyi jantung S3
menandakan adanya overload volume karena gangguan sistolik pada ventrikel kiri.
Nekrosis miokardium juga dapat mengaktivasi respon inflamasi yang dapat
bermanifestasi sebagai demam.
Pada pemeriksaan EKG pasien STEMI didapatkan abnormalitas pada EKG berupa
peningkatan ST segmen yang terjadi sampai sesudah episode infark, juga dipatkan
inverse dari gelombang T dan ditemukan gelombang Q patologis.
Pada pemeriksaan laboraturium untuk membantu menegakkan diagnosis STEMI yaitu
didapatkan peningkatan biomarker spesifik yaitu Troponin (Troponin C, I, T)
Troponin jantung mulai meningkat dalam 3-4 jam setelah onset infark miokard. Kadar
puncak antara 18-36 jam, kemudian menurun perlahan dalam 10-14 hari. Selain itu
adanya peningkatan enzim kreatinin kinase MB (CKMB) yang mulai meningkat pada
3-8 jam awal infark. Kadar puncaknya setelah 24 jam, dan kembali normal/menurun
dalam 48-72 jam.
Pada pasien dari anamnesis sudah didapatkan gejala klinis yang sesuai dengan teori
diatas yaitu nyeri dada kiri sejak 12 jam smrs, menjalar ke punggung kiri dan
tangan kiri. Nyeri seperti ditindih beban, nyeri tidak dipengaruhi aktivitas, tidak
hilang dengan istirahat, dirasakan semakin berat, dan berlangsung kurang dari
10 menit. Pasien mengeluh terdapat sesak nafas saat beraktivitas (DOE +). Pasien
mengalami keringat dingin saat malam hari, Demam (+). Pasien memiliki HT (+)
yang merupakan factor risiko terjadinya STEMI. Adanya factor risiko keluarga ibu
pasien memiliki riwayat jantung dan kebiasaan merokok pasien.
Pada pemeriksaan fisik pasien juga mendukung adanya gejala STEMI yaitu pasien
tampak sesak, RR 30x/mnt, Suhu 38,80C, pemeriksaan jantung didapatkan kesan
pembesaran jantung kiri. Pemeriksaan paru adanya nafas cepat dan dangkal.
Pemeriksaan laboraturium pasien menunjukkan adanya peningkatan Troponin T 1,93
yang merupakan biomarker spesifik pada jantung. Pada EKG juga didapatkan kesan
Hipertrofi ventrikel kiri, STEMI anteroseptal, iskemi inferior lateral. Pada foto thorax
menunjukkan kardiomegali.
Diagnosis untuk ACS termasuk STEMI dapat ditegakan berdasarkan: 1. tanda dan
gejala pada pasien, 2. gambaran pemeriksaan EKG, 3. pemeriksaan biomarker
spesifik. Sehingga pada pasien dapat ditegakkan diagnosis STEMI Anteroseptal yang
dapat dilihat dari lead EKG yang mengalami elevasi (lead V1,V2).
Tatalaksana STEMI Untuk membatasi kehancuran miokard, terapi difokuskan pada
reperfusi menggunakan fibrinolitik atau revaskularisasi. Terapi ini harus segera
dilakukan. Medikasi harus segera diberikan untuk mencegah trombosis lebih lanjut
dan untuk mengembalikan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Obat-
obat seperti Aspirin, Intravena Unfractionated Heparin (UFH), β blocker, Nitrat juga
diberikan pada pasien dengan STEMI.1
4. Plan
a. Diagnosis : Upaya penegakkan diagnosis sudah maksimal dan
ditegakkan diagnosis STEMI anteroseptal
b. Pengobatan :
IVFD RL guyur 500 cc à 30 tpm
IVFD NS 30 tpm
ISDN 2 tab SL
Aspillet 4 tab
CPG 4 tab
Inj. Fluxum SC
Drip Dopamin dlm NS 100 cc
Rawat ICU
c. Pendidikan
Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarga mengenai:
Etiologi dan perjalanan penyakit STEMI.
Pengobatan STEMI dengan meminum obat teratur
Komplikasi STEMI
d. Konsultasi : Konsultasi ke ICU dan spesialis penyakit dalam untuk
dapat terapi dan pemeriksaan lanjutan
e. Kontrol : Pasien kontrol ke poli penyakit dalam dan ditangani
oleh spesialis penyakit dalam
Mengetahui,
dr. Cindri Wahyuni
Pendamping Dokter Internship