Polugri Ri - Final

24
Tugas Makalah Kelompok Mata Kuliah Politik Luar Negeri Republik Indonesia “Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Malaysia Terkait Dengan Kebakaran Hutan di Provinsi Riau” Dosen Pembimbing: Reuspatyono Disusun Oleh: Arifasjahriza – 0801512029 Dilla Augusta – 0801512005 Putri Quarta Capriarti – 0801512028 Saarah Ayu Qonitah – 0801512001 FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

description

politik luar negeri

Transcript of Polugri Ri - Final

Page 1: Polugri Ri - Final

Tugas Makalah

Kelompok Mata Kuliah Politik Luar Negeri Republik Indonesia

“Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Malaysia Terkait Dengan Kebakaran Hutan di Provinsi Riau”

Dosen Pembimbing:Reuspatyono

Disusun Oleh:Arifasjahriza – 0801512029

Dilla Augusta – 0801512005

Putri Quarta Capriarti – 0801512028

Saarah Ayu Qonitah – 0801512001

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

PRODI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA

Page 2: Polugri Ri - Final

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul ”Kebijakan Luar Negeri Indonesia Terhadap Malaysia Terkait Dengan Kebakaran Hutan di Riau”.

Makalah ini disusun untuk melengkapi nilai mata kuliah Politik Luar Negeri Indonesia serta agar pembaca dapat mengetahui mengenai isu Asap Kebakaran hutan di Riau dan dampaknya terhadap negara Malaysia, serta kebijakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi permasalahan ini.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada:

1. Bapak Reus selaku dosen mata kuliah Politik Luar Negeri Indonesia

2. Teman-teman dan keluarga yang mendukung

Dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menambah wawasan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk memperbaiki makalah ini. Penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta , 20 Mei 2014

Penulis

2

Page 3: Polugri Ri - Final

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2DAFTAR ISI................................................................................................................3BAB I.......................................................................................................................... 4PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................41.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................41.3 TUJUAN PENELITIAN...................................................................................51.4 MANFAAT PENELITIAN...............................................................................51.5 METODE PENGUMPULAN DATA.................................................................51.6 SISTEMATIKA PENULISAN..........................................................................5

BAB II......................................................................................................................... 7ISI.............................................................................................................................. 7

2.1 KEBAKARAN HUTAN DI RIAU..................................................................72.2 DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DI RIAU...................................................92.3 DAMPAK KABUT ASAP DI RIAU TERHADAP NEGARA TETANGGA (MALAYSIA).......................................................................................................112.4 KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP MALAYSIA TERKAIT DENGAN KEBAKARAN HUTAN DI RIAU..........................................122.5 PERSETUJUAN INDONESIA – ASEAN UNTUK MENANGGULANGI KABUT ASAP RIAU............................................................................................14

BAB III.....................................................................................................................17PENUTUP................................................................................................................17

3.1 KESIMPULAN.......................................................................................17

3

Page 4: Polugri Ri - Final

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Terjadi kebakaran hutan di Indonesia memang sudah seringkali terjadi sehingga membuat wargasetempat menjadi cemas dan dilanda ketakutan karena kabut asap yang terjadi karena pembakaran hutan. Sama dengan kasus pembakaran hutan yang terjadi pada bulan Februari awal tahun 2014 kemarin di provinsi Riau, Sumatera Barat. Kebakaran hutan ini menyebabkan kabut asap menjadi sangat tebal sehingga membuat warga disekitar Riau terjangkit penyakit yang berhubungan dengan masalah pernapasan.

Kebakaran hutan tidak mungkin terjadi begitu saja, dikarenakan pasti ada oknum-oknum yang terlibat dalam pelaksanaan pembakaran hutan tersebut. pembakaran hutan biasanya dilakukan untuk kepentingan-kepentingan pribadi dari oknum yang ingin meraup sejumlah keuntungan dari hutan tersebut tanpa memikirkan akibat yang ada.

Akibat yang terjadi dikarenakan adanya pembakaran hutan adalah asap yang menyebar luas tidak hanya ke negeri sendiri tetapi juga ke negara tetangga. Sehingga negara tetangga merasa risih serta kurang nyaman dikarenakan adanya kabut asap kiriman yang terbawa oleh awan Riau yang juga merugikan negara tetangga khususnya Malaysia.

Dalam televisi lokal Malaysia menyebutkan banyak penerbangan tertunda yang diakibatkan oleh kabut asap kiriman dari Riau1. Sehingga pemerintahan dan wibawa Indonesia tercoreng dikarenakan dinilai kurang sigap dalam menyelesaikan masalah kasus kebakaran hutan tersebut.

Oleh karena itu ada dua tindakan yang diambil oleh pemerintahan Indonesia, dimana tindakan ini diharapkan dapat membuat kasus kebakaran hutan menurun jumlahnya di negara ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH1 Berita Kabut Asap Riau, http://www.riau24.com/berita/baca/17810-berita-kabut-asap-riau-ditayangkan-tv-malaysia-muka-pemerintah-tercoreng/ (diakses pada 20 Mei 2014, pk. 13.00 WIB)

4

Page 5: Polugri Ri - Final

1. Apakah penyebab dari kebakaran hutan di Riau?2. Bagaimana dampak kebakaran hutan di Riau terhadap lingkungan

sekitarnya?3. Bagaimana reaksi dari Negara tetangga Indonesia (Malaysia)

terkait dengan asap kebakaran hutan di Riau?4. Apa kebijakan yang diambil Indonesia terhadap Malaysia terkait

dengan kebakaran hutan di Riau?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penulis dalam mengulas kajian ini secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kebijakan luar negeri yang diambil Indonesia terhadap Malaysia untuk mengatasi masalah kebakaran hutan di Riau.

2. Secara khusus makalah ini disusun untuk melengkapi nilai tugas kelompok di Universitas Al Azhar Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca atau mahasiswa/i dapat lebih mengetahui mengenai isu kebakaran hutan di Riau serta dampaknya terhadap negara Malaysia, dan kebijakan luar negeri Indonesia terhadap Malaysia terkait masalah tersebut.

1.5 METODE PENGUMPULAN DATA

Data-data dan informasi yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh dengan membaca jurnal atau tulisan yang dapat diperoleh melalui internet, buku-buku sumber, yang berhubungan dengan isu kebakaran hutan di Riau.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah terdiri dari tiga bab dan daftar pustaka, disusun dengan urutan sebagai berikut:

5

Page 6: Polugri Ri - Final

Bab I merupakan bab pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai penyebab kebakaran hutan di Riau dan dampanya terhadap lingkungan dan negara Malaysia, serta kebijakan luar negeri RI untuk mengatasi masalah tersebut.

Bab III merupakan bab terakhir yang berisikan saran dan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya.

Terakhir, terdapat daftar pustaka yang memuat daftar berisi buku, makalah, artikel, dan bahan bacaan lainnya yang dikutip atau digunakan sebagai sumber informasi dalam penulisan makalah.

6

Page 7: Polugri Ri - Final

BAB II

ISI

2.1 KEBAKARAN HUTAN DI RIAU

Dari berita yang kita ketahui yang bersumber dari kementrian kehutanan meyakinkan bahwa adanya oknum-oknum yang secara sengaja membakar hutan di Riau, yang luas dari hutannya sendiri adalah 10.000 hektar, diyakinkan untuk dijadikan lahan kosong untuk mendirikan suatu perusahaan atau semacamnya oleh oknum tersebut. Kementrian kehutanan sendiri (Sumarto) mengatakan hutan yang ada di Riau adalah hutan gambut yang berarti mengandung sangat banyak air yang berada di akar, sehingga tidak mudah kebakaran atau sangat kecil kemungkinan untuk terbakar sekalipun sedang dalam musim kering atau kemarau, karena di bagian akar tanaman gambut berisi air yang sangat banyak. Kebakaran hutan di Riau adalah kebakaran hutan terparah dari tahun 1997 karena saat asap tahun 1997, masyarakat masih bisa mengirup udara segar dan matahari dibanding tahun 2014 ini.

Sumarto meyakinkan juga bawah oknum-oknum yang terkait dalam pembakaran hutan juga sudah mengetahui bagaimana caranya agar gambut ini dapat terbakar dengan sempurna,2

“yang saya ketahui adalah cara membakar gambut adalah dengan di buatnya kanal-kanal, yang terdapat sungai kecil, yang berfungsi untuk mengeringkan gambut dari air atau meresap air yang terdapat dari gambut, karena akar gambut selalu basah dibutuhkannya sungai kecil itu untuk menarik air dari akar gambut, jika sudah terbakar maka tanaman gambut adalah tanaman yang paling susah dipandamkan sekalipun sudah disemprotkan air yang cukup banyak, karena api membara sampai ke akarnya dan air pasti sudah habis dimakan oleh api di atas sebelum sampai ke permukaannya, karena api yang menjalar sampai ke dalam akar gambut, dan akan terus apinya berkobar jika terkena angin, dan menyebar ke tanaman gambut lainnya.”

Oknum-oknum yang bertanggung jawab ini tidak memikirkan pula dampak yang terjadi dari membakar hutan yang berjenis gambut

2 Penyebab Kebakaran Hutan di Riau, http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/15/n2gmmb-ini-penyebab-kebakaran-hutan-di-riau (diakses pada 20 Mei 2014, pk.14.00 WIB)

7

Page 8: Polugri Ri - Final

ini, yang sudah di jelaskan diatas tanaman gambut adalah tanaman yang sangat susah di padamkan dan asap yang di tinggalkan pun bukan main parahnya, perbandingannya adalah satu (1) hektar lahan yang terbakar seperti seribu (1000) hektar lahan yang terbakar, asapnya sangat tidak bersahabat, karena terjadinya asap yang luar biasa maka dampaknya yang paling jelas adalah tidak bisa operasinya pesawat terbang karna jarak pandang yang sangat pendek, dan bandara seperti di Jambi, Padang, dan Riau harus ditutup, kerugian yang terjadi sangat banyak karena pembatalan penerbangan yang terjadi dari bandara yang bersangkutan.

Oknum oknum yang di duga terlibat dalam kebakaran hutan di Riau adalah 23 perusahaan yang diduga tersangka dalam kebakaran hutan yang terjadi di Riau, keterlibatan 23 perusahaan tengah ditelusuri 21 PPNS KLH yang diturunkan ke Riau. “Kambuaya (mentri lingkungan hidup) enggan merinci perusahaan apa saja yang teridentifikasi membakar lahan tersebut. "Belum bisa disebutkan. Dalam waktu 6 bulan, penyelidikannya selesai," tandas Kambuaya.”

Dalam melaksanakan tugas, 21 PPNS dari KLH itu dibantu PPNS dari Provinsi Riau. Mereka juga berkoordinasi dengan Polda Riau sebagai Koordinator Pengawasa Penyidik (Korwasdik). "Pasti akan dilakukan koordinasi. Polda Riau menjadi Korwasdik. Nanti akan dilakukan koordinasi dengan Polda Riau," jelas Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo SIK, dikonfirmasi secara terpisah.3

Sementara itu, Polda Riau menetapkan 1 perusahaan yang diduga membakar hutan dan lahan di Kepuluan Meranti. Disamping itu, Polda juga menyelidiki keterlibatan perusahaan lainnya. "Bukti-bukti dan keterangan masih dikumpulkan. Kalau ada bukti cukup, perusahaan yang terlibat akan ditindak tegas dan dijerat engan 4 Undang-Undang berlapis. Ada lingkungan, pencemaran karena limbah, perusakan hutan dan lahan.

Sekarang, Riau pun masih berupaya untuk menanggulangi asap tersebut dengan satgas udara memodifikasi cuaca agar keadaan di cuaca di riau selalu hujan dan ada pesawat penyiraman yaitu bolco,casa dan hercules. Dan juga mau diadakan peswat amfibi dari Rusia.

Pemerintah Riau telah merancang program antisipasi bencana asap, salah satunya membentuk Satgas Pemadam di setiap desa di Riau serta mewajibkan setiap pemilik kebun memiliki embung (sumur) sebagai sumber air untuk antisipasi kebakaran. "Saat ini tengah

3 Ibid.

8

Page 9: Polugri Ri - Final

dibahas dalam penganggaran APBD untuk honor Satgas Pemadam, kemudian berupaya memperoleh payung hukum dari Kementerian Dalam Negeri.

Pekatnya kabut asap di Riau juga berdampak ke tiga provinsi di sekitarnya, yakni Sumatera Selatan, Jambi, dan Sumatera Barat. Tiga provinsi itu, Kamis, menetapkan siaga kabut asap.

Kabut asap terpantau di Kota Palembang, Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kabupaten Banyuasin, Sumsel. Posko penanggulangan kabut asap juga didirikan di provinsi itu.

2.2 DAMPAK KEBAKARAN HUTAN DI RIAU

Kabut asap tebal yang disebabkan oleh pembakaran hutan di Riau, telah menimbulkan dampak yang serius pada ekonomi dan kesehatan masyarakat. Pada hari Kamis (13/03), Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) mengatakan, kondisi kualitas udara di wilayah Pekanbaru dan sekitarnya "sudah pada level berbahaya."4

Dari beberapa ISPU yang tersebar di Riau menyebutkan rata-rata angka pencemaran udara berkisar 300-500 polutan standar indeks. Alat ISPU yang berada di Rumbai misalnya, mencatat tingkat polusi 359 psi, Duri Camp 409

psi, Libo 449 psi dan di Siak, Kandis, Dumai, Perawang, Duri Field dan Bangko sudah menunjukan angka 500 psi.

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan bila tingkat pencemaran udara sudah melebihi angka 300 psi, maka kualitas udara di daerah tersebut dikategorikan berbahaya. "Indeks standar hampir 300-500 dan ini sudah masuk sangat berbahaya," kata Sutopo.

4 Kabut Asap Riau, http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/03/140314_kabut_asap_komentar_bnpd_riau.shtml (diakses pada 20 Mei 2014, pk. 19.00 WIB)

9

Page 10: Polugri Ri - Final

Menurut Sutopo, tingginya tingkat pencemaran udara di Riau disebabkan kebakaran lahan dan hutan yang semakin meluas. Data yang dimiliki BNPB setidaknya mencatat sebanyak 187 titik api yang tersebar di Kepulauan Riau. "Titik api terus bertambah karena pembakaran liar. Ini tentu saja membuat kabut asap makin pekat," ujarnya.

Kondisi ini menyebabkan banyak masyarakat yang menderita penyakit paru-paru. Dari data BNPB, jumlah penderita infeksi saluran pernafasan akut atau ISPA di wilayah itu mencapai 38.111 jiwa, penomonia 811 jiwa, asma 1.464 jiwa dan 1.276 jiwa yang mengalami iritasi mata.5

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi telah mengeluarkan himbauan kepada masyarakat di Riau agar tidak sering melakukan aktivitas di luar rumah. Karena dampak asap kebakaran hutan itu sangat berbahaya bagi kesehatan. "Sesedikit mungkin ke luar (rumah) klaupun keluar pakai masker," kata Menteri Kesehatan Nafsiah di Kantor Wakil Presiden, Selasa 11 Maret 2014.

Kementeriannya telah bekerjasama dengan PBB dalam melakukan edukasi kesehatan kepada masyarakat akan bahayanya menghirup asap dampak kebakaran hutan. Diharapkan masyarakat agar asap jangan sampai masuk ke saluran pernafasan dan mata. "Kita juga sediakan pengobatan," terangnya.

Oleh karena asap ini mengganggu kesehatan dan aktivitas penduduk Riau dan sekitarnya, sekolah pun terpaksa diliburkan. Disamping itu pekatnya kabut asap ini juga mengganggu penerbangan karena jarak pandang terbatas. Sejak beberapa hari ini Bandara Sultan Kasim II Pekanbaru nyaris lumpuh.

Tak hanya itu, Bandara Sultan Thaha Jambi juga kena getahnya. Aktivitas bandara sempat terganggu, beberapa penerbangan terpaksa dialihkan. Bahkan lalu-lintas transportasi di Sungai Batanghari pun ikut lumpuh karena jarak pandang yang kurang dari 10 meter membuat semua nakhoda kapal lego jangkar di tengah sungai. Mereka menghindari terjadinya kecelakaan dalam pelayaran.

Setidaknya pada Jumat sore hingga malam, 14 Maret, ada 24penerbangan yang tertunda. "Para pilot tak berani menjalankan pesawat karena jarak pandang tak sampai 1000 meter, jarak aman penerbangan sipil," kata petugas bandara Rian Hadihito.

5 Tara, Keadaan Luar Biasa Kabut Asap Riau, http://www.kitanews.co/1394647937-keadaan-luar-biasa-kabut-asap-riau.html (diakses pada 20 Mei 2014, pk. 20.00 WIB)

10

Page 11: Polugri Ri - Final

Ternyata penyebabnya bukan hanya asap kiriman Riau saja, kebakaran lahan gambut di beberapa titik kawasan hutan Muaro Jambi diduga sebagai salah satu pemicu kabut asap. Petugas setempat tengah berupaya memadamkan api.

Kabut asap juga sempat melanda Kota Medan dan beberapa daerah sekitarnya. Di Kota Binjai, kota yang berada 22 km dari pusat di sebelah barat ibukota provinsi Sumatera Utara, Medan, kabut asap mulai dirasakan warga sejak Senin pagi, 3 Maret 2014.

Kabut asap pun telah mengganggu kegiatan operasi industri hulu migas. Ratusan sumur minyak harus ditutup dan potensi produksi telah hilang setidaknya sebanyak 12.000 barel minyak per hari (BOPD), sejak Rabu 11 Maret 2014.

Potensi produksi yang hilang terbesar berasal dari Wilayah Kerja Rokan yang dioperasikan PT Chevron Pacific Indonesia. Kualitas udara yang buruk membuat Chevron harus melakukan perawatan darurat terhadap North Duri Cogen dan menyebabkan penurunan daya (power shedding) sebesar 70 mega watt (MW).

Sebanyak 573 sumur harus ditutup dan 19 unit pompa untuk injeksi air harus ditutup akibat power shedding. Selain itu, beberapa kegiatan konstruksi dan perawatan fasilitas produksi terpaksa dihentikan, karena minimnya jarak pandang di area kegiatan tersebut. "Menyebabkan kehilangan potensi produksi sebesar 8.800 BOPD dari wilayah kerja ini," ujar Handoyo.

Handoyo menambahkan, penghentian ini juga mengakibatkan kenaikan biaya operasional rig, karena hingga saat ini tercatat penundaan operasi pengeboran setidaknya sudah terjadi selama 800 jam dari 15 rig.

2.3 DAMPAK KABUT ASAP DI RIAU TERHADAP NEGARA TETANGGA (MALAYSIA)

11

Page 12: Polugri Ri - Final

Kabut asap yang membanjiri udara sejumlah provinsi di Sumatera, telah meluas hingga ke Negara Malaysia dan Singapura. Dampaknya telah merugikan negara-negara tetangga tersebut,

dengan beberapa jumlah masyarakat yang terkena penyakit Inpeksi Saluran Pernapasan (Ispa) dan terganggunya jadwal penerbangan, sehingga menimbulkan protes keras dari

Malaysia dan Singapura. Persoalan kabut asap lintas negara ini pun menjadi isu kawasan (internasional) dan membutuhkan penanganan yang cepat.

Gedung-gedung di Malaysia hanya terlihat samar-samar karena kabut asap yang menyelimuti beberapa kawasan di Kuala Lumpur, Malaysia. Kabut asap menyebabkan kualitas udara di beberapa kawasan dinyatakan tidak sehat diakibatkan kebakaran hutan dan lahan terbuka di berbagai lokasi di Malaysia menyusul cuaca panas di negara tersebut.

Malaysia dan Singapura menilai bahwa Indonesia tidak cukup serius menangani persoalan kabut asap ini, sehingga kebakaran hutan selalu terjadi hampir setiap musim kemarau. Melalui Menteri Lingkungan Hidup Malaysia, G. Palanivel, Malaysia mendesak Indonesia untuk meratifikasi perjanjian penting Asia Tenggara yang bertujuan untuk mengatasi kabut asap dengan meningkatkan kerjasama regional.

2.4 KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP MALAYSIA TERKAIT DENGAN KEBAKARAN HUTAN DI RIAU

Kasus kebakaran hutan yang melanda negara Indonesia di provinsi Sumatera, kabupaten Riau membuat asap yang di produksi oleh kebakaran hutan tersebut menyebar luas ke negara tetangga yaitu Malaysia & Singapura. Dalam stasiun televisi lokal Malaysia mengatakan bahwa asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan di

12

Page 13: Polugri Ri - Final

Indonesia mengganggu jadwal penerbangan dari negara lain ke Malaysia, sehingga dampak dari berita diatas dinilai bahwa pemerintah Indonesia dinilai gagal peranannya dalam menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga wibawa pemerintahannya.

Oleh karena itu pemerintah Indonesia khususnya presiden Indonesia mengambil tindakan untuk membuat kebijakan dalam rangka menaggulangani serta melakukan pencegahan terhadap kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia. Kebijakan tersebut ada dua, yaitu kebijakan jangka pendek dan kebijakan jangka panjang. Kebijakan jangka pendek untuk memastikan agar api benar-benar padam sehingga asap hilang, sedangkan kebijakan jangka panjangnya tidak lain adalah penertiban kawasan dan pencegahan kawasan dari pembakaran. Jangka pendek adalah operasi tanggap darurat kemudian jangka panjangnya adalah kawasan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan termasuk ketegasan dalam penindakan.

Kebijakan jangka pendek yakni upaya pemadaman api agar kabut asap hilang dari langit bumi Riau.6 Upaya ini merupakan upaya operasi tanggap darurat. Dengan melibatkan tentara TNI lengkap dengan peralatannya, upaya pemadaman api ini dilakukan secara gencar. Aksi pemadaman api oleh TNI, Polri dan BNPB. Operasi Terpadu Penanggulangan Bencana Asap di Riau yang berada dibawah kendali BNPB melibatkan 5.110 personel, terdiri dari 3.181 prajurit TNI dan 1.929 unsur lainnya berhasil memadamkan 172 titik api atau sekitar 19.642 hektar kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. 172 titik api yang berhasil dipadamkan tersebut tersebar di beberapa lokasi diantaranya wilayah Siak, Dumai, Bengkalis, Rohil, Kampar dan Pelalawan.

Dalam upaya penanggulangan asap di Riau beberapa upaya telah dilakukan oleh Satgas seperti melakukan 32 kali water bombing Kamov, Sikorsky 119 kali di daerah Bukit Batu dan Palintung Dumai. Selain itu dilakukan juga rekayasa cuaca/ TMC dengan menggunakan pesawat Cassa yang mengangkut 2 ton garam untuk ditabur di wilayah Siak dan Pelelawan serta dengan pesawat Hercules yang mengangkut 5 ton garam untuk ditabur di wilayah Bangkinang, Kampar dan Inhu. Rekayasa ini berhasil membuat terjadinya hujan ringan, sedang di Pekanbaru dan seluruh wilayah Riau.

6 Upaya Penanggulangan Bencana Asap di Riau, http://www.driau.com/2014/03/upaya-penanggulangan-bencana-asap-di.html (diakses pada 20 Mei 2014, pk. 18.00 WIB)

13

Page 14: Polugri Ri - Final

Kebijakan jangka panjang meliputi penertiban kawasan dan pencegahan bahaya asap.7 Dalam hal ini perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan bagi mereka yang terdampak asap ini; dan penegakan hukum yang harus dilaksanakan secara tegas, keras, dan cepat.

2.5 PERSETUJUAN INDONESIA – ASEAN UNTUK MENANGGULANGI KABUT ASAP RIAU

Upaya menanggulangi kabut asap dilakukan kedalam organisasi regional ASEAN ,dalam sebuah perjanjian yang bernama ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP). Perjanjian ini ditandatangani oleh seluruh anggota ASEAN pada 10 juni 2002 di Kuala Lumpur.tujuan perjanjian ini antara lain untuk membantu Negara baik penyumbang ataupun korban dari kabut asap agar dapat menyelesaikan permasalahan ini.

Berikut adalah isi perjanjian ASEAN Agreement On Transboundary Haze Pollution (AATHP):1. Bekerjasama dalam mengembangkan dan melaksanakan

langkah-langkah untuk mencegah , memantau , dan mengurangi polusi asap yang dilewati lintas batas Negara, dengan mengendalikan lahan/ menjaga agar tidak terjadi kebakaran hutan melalui system peringatan dini.pertukaran informasi dan teknologi.serta penyediaan bantuan antar Negara.

2. Segera menanggapi permintaan untuk mendapatkan informasi terkait dengan kebakaran lahan/polusi asap yang diminta oleh suatu Negara dengan maksud untuk meminimalkan konsekuensi dari polusi asap.

3. Mengambil tindakan hukum ,administratif dan tindakan lainnya untukmelaksanakan kewajiban Negara berdasarkan perjanjian.

Bila dikaitkan dengan konsep The Public Policy Circle (Black Box) yang diutarakan oleh David Easton, proses ratifikasi yang tidak kunjung dilaksanakan ini terhambat di DPR. Upaya untuk mencegah kebakaran hutan telah banyak dilakukan oleh beberapa pihak, seperti Kementrian Lingkungan Hidup, Pemerintah daerah,LSM, dan masyarakat local itu sendiri. Namun DPR tampak enggan meratifikasi karena beberapa alasan:

7 Ibid.

14

Page 15: Polugri Ri - Final

1. Terkait masalah pendanaan yang belum dibuat kesepakatannya antara pihak Indonesia dan ASEAN, serta bantuan tekhnologi dan sumber daya manusia.

2. DPR juga sedikit-banyak dipengaruhi oleh kepentingan perusahaan-perusahaan domestik yang memang banyak membela lahan dengan cara membakar hutan.

3. Masalah kebakaran hutan ini,menurut DPR,tidak untuk diinternasionalisasi karena menyangkut politik,ekonomi,serta citra Indonesia di mata dunia.

Walaupun Indonesia belum meratifikasi dan menjadi anggota (party) dari AATHP, namun selama ini Indonesia selalu hadir dalam setiap pertemuan AATHP sebagai pengamat (observer). Indonesia juga mendapatkan keuntungan dari beberapa program dan kegiatan terkait pelaksanaan yang mendukung penerapan AATHP, antara lain:

1. Kerja sama dengan Singapura tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan serta Mitigasi Pencemaran Asap Lintas Batas di Provinsi Jambi;kerja sama dengan Malaysia tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan/atau Lahan serta Mitigasi Pencemaran Asap Lintas Batas di Provinsi Riau;kerja sama regional untuk pengelolaan lahan gambut berkelanjutan di provinsi Riau dan Kalimantan Barat.

2. Guna meningkatkan kesiapan meratifikasi AATHP, Pemerintah telah melakukan kegiatan sosialisasi AATHP secara berkelanjutan kepada kementerian/lembaga terkait, Pemerintah Daerah di daerah rawan kebakaran hutan dan/atau lahan (Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat), kalangan dunia usaha (pemegang HPH, HTI dan usaha perkebunan), masyarakat (masyarakat sekitar hutan, Masyarakat Peduli Api (MPA), serta LSM.

3. Dalam rangka tindakan pencegahan kebakaran hutan dan/atau lahan, telah dilakukan kegiatan koordinasi baik antar-kementerian/lembaga, pemerintah daerah maupun dengan masyarakat seperti:

pemetaan daerah rawan kebakaran hutan dan/atau lahan;

15

Page 16: Polugri Ri - Final

penguatan data dan informasi terkait dengan hot-spot, persebaran asap, pemetaan daerah terbakar, fire danger rating system (sumber data diperoleh dari Kementerian Kehutanan, LAPAN, dan BMKG)

penguatan dan peningkatan kapasitas masyarakat peduli api (dilakukan melalui sosialisasi, kegiatan pencegahan dini maupun pelatihan);

penanggulangan bencana asap yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan dipimpin oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rangka tanggap darurat bencana, antara lain melalui operasi modifikasi cuaca yang dilaksanakan oleh BPPT.

4. Pemerintah menggunakan dan menggerakkan sumber daya secara optimal dalam rangka tindakan penanggulangan kebakaran hutan dan/atau lahan serta pencegahan pencemaran asap lintas batas, termasuk gelar pasukan Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api (MPA), bantuan TNI-POLRI serta pelibatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan di lokasi terjadinya kebakaran hutan dan/atau lahan.

5. Melakukan penegakan hukum (pidana, perdata maupun administrasi) terhadap pelaku (individu dan korporasi) pembakaran hutan dan/atau lahan serta pencemaran asap lintas batas yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.

6. Memperkuat kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang mendukung pembukaan lahan tanpa bakar (zero burning) dan pencegahan kebakaran hutan/lahan serta pencemaran asap lintas batas.

Lanjutan dari AATHP adalah setiap Negara anggota yang meratifikasi wajib membayar US $50.000 sebagai bentuk kompensasi untuk menanggulangi masalah kabut asap (Haze Fund). Selain itu juga, perjanjian itu mewajibkan para pihak untuk membentuk ASEAN center.Dan juga masing masing Negara wajib menunjuk Focal Point dan Competent Authorities. Focal Point disini adalah kementrian Lingkungan Hidup, sementara Competent Authorities Kementrian Kehutanan,Kementrian Pertanian.

16

Page 17: Polugri Ri - Final

Kesimpulan yang bisa diambil dari Kesepakatan AATHP ini hendaknya usaha pencegahan kebakaran hutan dan pelestarian lingkungan di Indonesia itu sendiri,serta demi perbaikan citra Indonesia sebagai Negara pemilik hutan tropis terluas di Asia Tenggara, Indonesia segera meratifikasi perjanjian tersebut agar dapat dilakukan langkah-langkah yang lebih konkrit agar kebakaran hutan dapat teratasi.

17

Page 18: Polugri Ri - Final

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULANPembakaran hutan masih sangat sering terjadi di Indonesia,

pembakarann hutan tersebut seringkali bertujuan untuk membuat kepentingan serta bisnis yang dilakukan manusia terpenuhi tanpa memikirkan sebab-akibat yang akan terjadi aibat pembakaran hutan.

Pembakaran hutan di Riau membuat masyarakat di Riau susah menemukan udara bersih dan membuat negara tetangga yaitu Malaysia terganggu akibat kabut asap kiriman yang didapat dari Riau. Sehingga Indonesia mengambil tindakan serta membuat kebijakan yang diharapkan dapat mengurangi jumlah pembakaran hutan yang terjadi di Indonesia.

Yaitu dengan kebijakan jangka pendek dan kebijakan jangka panjang serta berunding dengan ASEAN tentang bagaimana cara menanggulangi kebakaran hutan yang seringkali terjadi di Indonesia.

18

Page 19: Polugri Ri - Final

DAFTAR PUSTAKA

Website

- Kabut Asap Riau, http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2014/03/140314_kabut_asap_komentar_bnpd_riau.shtml (diakses pada 20 Mei 2014, pk. 19.00 WIB)

- Penyebab Kebakaran Hutan di Riau, http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/03/15/n2gmmb-ini-penyebab-kebakaran-hutan-di-riau (diakses pada 20 Mei 2014, pk.14.00 WIB)

- Tara, Keadaan Luar Biasa Kabut Asap Riau, http://www.kitanews.co/1394647937-keadaan-luar-biasa-kabut-asap-riau.html (diakses pada 20 Mei 2014, pk. 20.00 WIB)

- Upaya Penanggulangan Bencana Asap di Riau, http://www.driau.com/2014/03/upaya-penanggulangan-bencana-asap-di.html (diakses pada 20 Mei 2014, pk. 18.00 WIB)

19