PolitikPertanahandanOtonomi...

2
o Senin Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 @ 23 24 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr Me; OJun OJul OAgs OSep o Old ONov ODes Politik Pertanahan dan Otonomi Daerah BERNHARD LIMBONG A da fenomena memprihatinkan sela- ma 14 tahun reformasi. Alih fungsi Pemda bahkan kerap memanfaatkan ke- lahan pertanian dan hutan terjadi sa- wenangan penuh yang diberikan VU untuk ngat masif. Setiap tahun, laju alih fungsi la- . menerbitkan ijin usaha pertambangan (IUP). ban pertanian ke .non-pertanian mencapai Data resmi Kementerian ESDM menyebut, 110.000 hektar. Dari perspektif ketahanan terdapat 4.504 dari total 8.475 izin usaha pangan, hal ini sangat berbahaya. Data Ke- tambang yang diterbitkan pemda dinyatakan menterian Pertanian, menyebutkan ada tujuh .ilegal. Di Kalimantan Timur, ada 223 kasus komoditas pangan pokok yang diimpor de- tambang ilegal seluas 774.000 hektar. ngan nilai Rp 50 triliun. Impor beras tahun Konversi lahan pertanian dan hutan se- 2011 mencapai 1,6 juta ton, jagung 2,8 juta cara besar-besaran diperkirakan masih akan ton, kedelai lebih dari 1,2 juta ton. terus terjadi akibat lemahnya regulasi dan Sudah menjadi rahasia umum, kebijakan dukungan politik yang kuat, baik dari peme- pemda kerap mengabaikan kebijakan perne- I rintah pusat maupun pemerintah daerah. rintah pusat untuk mengejar pendapatan asli Hingga kini, baru 128 dari 424 kabupaten daerah (PAD) demi memutar roda ekonomi kota yang sudah mengeluarkan perda ten- daerah. Pemda berlindung di balik VU Oto- tang tata ruang yang menjadi landasan hu- nomi Daerah yang memberi kewenangan pe- kum penetapan kawasan/lahan pertanian pa- merintahan di berbagai bidang, termasuk ngan berkelanjutan. Padahal, DU Tata Ru- pertanahan. Pemda melihat perlindungan la- ang memerintahkan pemda/pernkot mener- han pertanian pangan sebagai hambatan ka- bitkan perda tata ruang wilayah. rena sulit mendapat PAD dari sektor pertani- Untuk menghambat laju alih fungsi lahan an. Bagi mereka, lebih menarik lahan perta- pertanian ke non-pertanian, ada DU No. 41 nian dipakai untuk industri, kawasan peru- Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan mahan, dan lain-lain. Di sektor perkebunan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sebagai re- dan kehutanan, pemda berkontribusi besar gulasi operasional, sudah dikeluarkan PP dalam proses mendapatkan HGU bagi per-!No. 1/2011 tentang Penetapan dan Alih usahaan seperti marak terjadi di Kalimantan Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjut- dan Sumatera. Data Kementerian Kehutanan an (LP2B). Faktanya, alih-fungsi lahan per- menyebutkan, di Kalimantan Timur ada 86 tanian terjadi di mana-rnana. perusahaan perkebunan seluas 726.060 hek- Alih fungsi hutanjuga tidak kalah hebat. tar tidak memenuhi prosedur membuka la- Di Kalimantan Barat, 1,1 juta hektar dari to- han di hutan. tal 1,7 juta hektar hutan gambut berubah Kllplng Humas Qnpad 201")..

Transcript of PolitikPertanahandanOtonomi...

Page 1: PolitikPertanahandanOtonomi Daerahpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/suarapembaruan... · an. Bagi mereka, lebih menarik lahan perta- pertanian ke non-pertanian, ada DU

o Senin • Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu o Minggu2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 @ 23 24 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr • Me; OJun OJul OAgs OSep o Old ONov ODes

Politik Pertanahan dan Otonomi Daerah

BERNHARDLIMBONG

A da fenomena memprihatinkan sela-ma 14 tahun reformasi. Alih fungsi Pemda bahkan kerap memanfaatkan ke-lahan pertanian dan hutan terjadi sa- wenangan penuh yang diberikan VU untuk

ngat masif. Setiap tahun, laju alih fungsi la- . menerbitkan ijin usaha pertambangan (IUP).ban pertanian ke .non-pertanian mencapai Data resmi Kementerian ESDM menyebut,110.000 hektar. Dari perspektif ketahanan terdapat 4.504 dari total 8.475 izin usahapangan, hal ini sangat berbahaya. Data Ke- tambang yang diterbitkan pemda dinyatakanmenterian Pertanian, menyebutkan ada tujuh .ilegal. Di Kalimantan Timur, ada 223 kasuskomoditas pangan pokok yang diimpor de- tambang ilegal seluas 774.000 hektar.ngan nilai Rp 50 triliun. Impor beras tahun Konversi lahan pertanian dan hutan se-2011 mencapai 1,6 juta ton, jagung 2,8 juta cara besar-besaran diperkirakan masih akanton, kedelai lebih dari 1,2 juta ton. terus terjadi akibat lemahnya regulasi dan

Sudah menjadi rahasia umum, kebijakan dukungan politik yang kuat, baik dari peme-pemda kerap mengabaikan kebijakan perne- Irintah pusat maupun pemerintah daerah.rintah pusat untuk mengejar pendapatan asli Hingga kini, baru 128 dari 424 kabupatendaerah (PAD) demi memutar roda ekonomi kota yang sudah mengeluarkan perda ten-daerah. Pemda berlindung di balik VU Oto- tang tata ruang yang menjadi landasan hu-nomi Daerah yang memberi kewenangan pe- kum penetapan kawasan/lahan pertanian pa-merintahan di berbagai bidang, termasuk ngan berkelanjutan. Padahal, DU Tata Ru-pertanahan. Pemda melihat perlindungan la- ang memerintahkan pemda/pernkot mener-han pertanian pangan sebagai hambatan ka- bitkan perda tata ruang wilayah.rena sulit mendapat PAD dari sektor pertani- Untuk menghambat laju alih fungsi lahanan. Bagi mereka, lebih menarik lahan perta- pertanian ke non-pertanian, ada DU No. 41nian dipakai untuk industri, kawasan peru- Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahanmahan, dan lain-lain. Di sektor perkebunan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sebagai re-dan kehutanan, pemda berkontribusi besar gulasi operasional, sudah dikeluarkan PPdalam proses mendapatkan HGU bagi per-!No. 1/2011 tentang Penetapan dan Alihusahaan seperti marak terjadi di Kalimantan Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjut-dan Sumatera. Data Kementerian Kehutanan an (LP2B). Faktanya, alih-fungsi lahan per-menyebutkan, di Kalimantan Timur ada 86 tanian terjadi di mana-rnana.perusahaan perkebunan seluas 726.060 hek- Alih fungsi hutanjuga tidak kalah hebat.tar tidak memenuhi prosedur membuka la- Di Kalimantan Barat, 1,1 juta hektar dari to-han di hutan. tal 1,7 juta hektar hutan gambut berubah

Kllplng Humas Qnpad 201")..

Page 2: PolitikPertanahandanOtonomi Daerahpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/suarapembaruan... · an. Bagi mereka, lebih menarik lahan perta- pertanian ke non-pertanian, ada DU

fungsi selama periode tahun 2000-2012.Pengalihfungsian terutama akibat penggun-dulan hutan untuk perkebunan kelapa sawitdan kawasan budidaya. Dampaknya, masya-rakat sernakin mengalami banjir saat musimhujan dan kekurangan air bersih pada musimkemarau. Pihak perusahaan kelapa sawitberkilah, izin lokasi usaha mereka didapatdari bupati atau walikota sesuai prosedur.

Padahal, Kepres No. 32 Tahun 1990 ten-tang Pengelolaan Kawasan Lindung mela-rang mengalihfungsikan gambut dengan ke-dalaman lebih dari tiga meter. Faktanya, Ke-pres 32/1990 itu tidak dijalankan. Diperkira-kan, kawasan hutan gambut di Kalbar akanhabis dialihfungsikan dalam 20 tahun men-datang.

Salah satu faktor yang disinyalir menjadipenyebab kekaeauan ini ialah otonomi dae-rah telah memuneulkan 'raja-raja keeil' didaerah yang mendatangkan implikasi luasdalam dinamika pembangunan di daerah.Inilah salah satu konsekuensi dari tuntutanotonomi daerah dan pemekaran wilayahyang diletupkan oleh spirit Reformasi. Dibawah payung hukum UU yang mengaturotonomi daerah, pemekaran daerah bak ja-mur di musim hujan. Data Kementerian Da-lam Negeri menunjukkan terdapat 205 dae-rah otonom baru meliputi 7 provinsi baru,164 kabupaten baru, dan 34 kota baru. Aki-batnya, Indonesia kini memiliki 33 provinsi,399 kabupaten dan 98 kota. Namun menurutPresiden SBY, 80 persen dari 205 daerah pe-'mekaran baru selama satu dasawarsa ter-akhir kurang berhasil.

Dalam implementasinya, otonomi daerahternyata belum berhasil memberikan manfa-at besar bagi pereepatan pembangunan didaerah. Dalam konteks keagrariaan, otonomidaerah justru mengakibatkan kemandegandan kekaeauan yang merugikan daerah mau-pun nasional. Akibatnya, bukan hanya pem-bangunan di daerah terhambat dan tidak op-timal, tetapijuga menimbulkan banyak kon-flik horizontal, termasuk konflik pertanahan.Konflik pertanahan yang marak dalam bebe-rapa tahun terakhir karena masyarakat meni-lai perusahaan telah merampas tanah hakmereka. Pihak perusahaan berdalih sudahmengantongi ijin usaha dari pemerintah pu-sat dan atau pemerintah daerah.

UUPA Sebagai 'DU Pokok'Di tengah berbagai masalah tumpang tin-

dih regulasi di bidang pertanahan dan ke-muneulan 'raja-raja kecil' di daerah, diperlu-kan politik hukum dan politik pertanahanyang kuat. Misalnya, mengkaji kembali se-eara serius semua regulasi terkait hubunganpusat dan daerah, baik VU maupun peratur-an pelaksanaan di bawahnya. Selain itu, di-perlukan sikap yang jelas dan tegas dari pe-merintah pusat dalam mengontrol pelaksana-an seluruh peraturan perundang-undanganoleh pemprov /pemda/pemkot.

Dalam konsep hukum tatanegara dan ad-ministrasi negara, dikenal pengawasan seca-ra preventif dan pengawasan seeara represif.Pengawasan preventif ialah tindakan pence-gahan oleh Pemerintah Pusat atau dikua-sakannya kepada Gubernur untuk membatal-kan raneangan peraturan daerah Kabupa-ten/Kota antara lain dengan alasan berten-tangan dengan kepentingan umum, berten-tangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Pada pengawasan seeara represif ialah mem-batalkan peraturan daerah yang sudah berja-lan.

Dalam konteks pengawasan di bidangpertanahan, UUPA harus dinaikkan dan di-pertegas posisinya sebagai 'undang-undangpokok' keagrariaan di Indonesia. Terlepasdari beberapa kelamahannya, UUPA harusmenjadi aeuan dasar (tentu saja selain UUD1945) dalam pembuatan UU lain yang ter- \kait pertanahan. Dalam perspektif UU po-kok, po sisi UUPA lebih tinggi dan tidak bisadisamakan dengan undang-undang perke-bunan, pertanian, kehutanan, dan seterusnya.

Pasal 33 UUD 1945 menjadi landasannegara menguasai dan mengatur pemanfaat-an tanah dan sumber daya alam yang disebutsebagai Hak Menguasai Negara (HMN).Muaranya jelas: sebesar-besarnya kemak-muran rakyat. Dalam paham negara integra-listik yang dikemukakan R.Soepomo padaSidang BPUPKl 31 Mei 194~, pembangun-an ekonomi (termasuk tanah) memakai sis-tern 'Sosialisme Negara', yaitu kesejahtera-an bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun, HMN tidak identik dengan hakmemiliki. Negara tidak memiliki tanah kare-na negara ada setelah rakyat ada. Yang me-miliki tanah itu rakyat yang sudah ada sebe-lum negara ada. Jadi, HMN adalah hak rak-yat pada tingkat negara sebagai 'organisasitertinggi'. Dengan demikian, negara tidakmemiliki kewenangan untuk menjual ataumenggadaikan tanah. Masalah agrarianmuneul ketika kewenangan HMN diperha-dapkan dengan hak milik individu dan hakkomunal (tanah ulayat). Rakyat yang sudahada sebelum negara ada, melekat pada diri-nya hak hidup, hak ekonomi, hak politik, haksosial budaya, dan hak ekologis. Semua hakasasi itu diakui dalam konstitusi kita, VUD1945.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan hukumdalam VU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, otonomi daerahdalam paham negara integralistik harus di-kembangkan otonomi daerah dengan keman-dirian yang integral. Berarti, daerah-daerahdiberikan kemandirian untuk mengatur danmengurus daerahnya masing-masing, namuntetap berada dalam status sebagai bagianyang integral dan terpadu dalam lingkunganNKRI. Konstitusi maupun UU OtonomiDaerah sama sekali tidak mengenal 'negaradalam negara'. Prinsip yang dipegang adalahPusat sebagai pusatnya daerah, dan bahwadaerah-daerah adalah daerahnya Pusat.

Politik pertanahan yang bermuara padakeadilari agraria tidak akan pernah terwujutjika pusat dan daerah gagal menjalankan re-gulasi yang jelas-jelas sudah mengatur ke-wenangan masing-masing. Pemerintah dae-rah memiliki kewenangan mengatur perta-nahan di daerah untuk kemajuan dan kemak-muran masyarakat di daerahnya. Namun, pa-da saat yang sama, pemerintah pusat harusmemiliki politik yang kuat untuk mengawasidan memastikan bahwa se1uruh regulasi dibidang pertanahan berjalan. Aeuan dasar da-lam kerangka pengawasan itu euma satu:UUPA sebagai undang-undang pokok yangmenjabarkan Pasal 33 UUD 1945 seeara te-gas, jelas, dan mumi.

PENULlS ADALAH DOKTOR, HUKUM PERTANAHAN

UN PAD, BAN DUNG,