polip nasi

19
LEARNING OBJECTIVE POLIP NASI APRILA CITRA DARA 1313010003

description

::)

Transcript of polip nasi

LEARNING OBJECTIVE POLIP NASI

APRILA CITRA DARA1313010003

massa lunak yg tumbuh di rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu –

abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa).

Polip kronik dpt berubah kekuningan atau kemerahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).

Kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, dapat multipel atau bilateral.

*Predisposisi : rinitis/alergi

DEFINISI

ETIOLOGI

Akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Infeksi sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya

polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung

atau sinus, kemudian menonjol dan turun ke rongga hidung oleh gaya berat.

Polip mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau PD.

Ditemukan pada dewasa, jarang pada anak .• Pada anak gejala dari kistik fibrosis. • Predisposisi:

◦ Alergi terutama rinitis alergi. ◦ Sinusitis kronik.◦ Iritasi.◦ Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi

konka.

ETIOPATOGENESISEtiologi polip nasi belum diketahui secara pasti. Namun ada tiga factor yang berperan dalam terjadinya polip yaitu :1. Peradangan mukosa hidung dan sinus

paranasal yang kronik dan berulang2. Gangguan keseimbangan vasomotor3. Edema, dimana terjadi peningkatan

tekanan interstitial sehingga timbul edema mukosa hidung.Terjadinya edema ini dapat dijelaskan oleh fenomena Bernoulli

Patofisiologi(Fenomena Bernoulli) Teori 1

udara yang mengalir melalui tenpat yang sempit

tekanan negative pada daerah sekitarnya

Jaringan yang lemah ikatannya akan terisap oleh tekanan negative

edema mukosa dan pembentukan polip

proses radang kronis ( sinusitis kronik dan rinitis alergi)

Teori 2

vasodilatasi pembuluh darah submukosa

edema mukosa

Mukosa akan ireguler dan terdorong ke sinus

Polip

ketidakseimbangan saraf vasomotor

Teori 3

peningkatan permeabilitas kapiler dan gangguan regulasi vaskuler

Melepaskan sitokin dari sel mast

edema dan lama – kelamaan menjadi polip.

Stadium 0 : Tidak ada polip, atau polip masih berada dalam sinus

Stadium 1 : Polip masih terbatas di meatus medius dan perlu endoskop untuk melihatnya.

Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus medius, tampak di rongga hidung tapi belum memenuhi rongga hidung, dapat dilihat dengan speculum hidung

Stadium 3 : Polip yang massif yang mengisi hampir seluruh rongga hidung.

Mackay dan Lund (199)stadium polip nasi menjadi 4 yaitu:

Untuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid : ◦ Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau

deksametason selama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan – lahan (tappering off).

◦ Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 – 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.

◦ Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.

Penatalaksanaan

Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan.

Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal.

Pada kasus polip yang berulang – ulang, perlu dilakukan operasi etmoidektomi oleh karena umumnya polip berasal dari sinus etmoid. Etmoidektomi ada dua cara, yakni :

Intranasal Ekstranasal

Soepardi, Efiaty. Iskandar, Nurbaiti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok edisi IV cetakan I. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000

 Soepardi, Efiaty. Hadjat, Fachri. Iskandar, Nurbaiti. Penatalaksanaan dan

Kelainan Telinga Hidung Tenggorok edisi II. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta 2000

 Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid I hal. 113 – 114. Penerbit Media

Aesculapius FK-UI 2000 Diktat Anatomi Hidung FK Usakti hal. 1 – 12  Adams, George. Boies, Lawrence. Higler, Peter. Buku Ajar Penyakit Telinga

Hidung Tenggorok. W.B. Saunders, Philadelphia 1989 Ballenger, John Jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck.

Lea & Febiger 14th edition. Philadelphia 1991

DAFTAR PUSTAKA