Pola Perkembangan Anak

6
POLA PERKEMBANGAN ANAK Sebelum mengetahui pola perkembangan anak usia dini, sebaiknya kita memahami terlebih dahulu perkembangan anak yang menurut Catron dan Allen (1999:23-26) terdiri dari enam aspek perkembangan yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi kognisi, dan ketrampilan motorik. Semua aspek ini sangat penting dan harus dipertimbangkan sebagai fungsi interkasi. Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan melainkan sebagai komponen yang integral dari lingkungan yang kreatif. Perkembangan anak pada enam aspek perkembangan tersebut membentuk fokus sentral pengembangan kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini. 1. Kesadaran personal Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal. Barmain mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas lingkungannya. Melalui bermain, anak dapat menemukan hal baru, seperti bereksplorasi, meniru, dan mempraktikkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah langkah dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri. Ketrampilan ini membuat anak merasa kompeten. 2. Pengembangan emosi Melalui bermain, anak dapat belajar menerima, berekspresi, dan mengatasi masalah dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang memuaskan hidup. 3. Membangun sosialisasi Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial ank ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalah sarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak. Melalui bermain, anak dapat belajar berperilaku prososial, seperti menunggu giliran, kerjasama, saling membantu, dan berbagi. 4. Pengembangan Komunikasi Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membekali kemampuan berbahasa anak. Melalui komunikasi inilah, anak dapat memperluas kosakata dan mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa

description

Perkembangan anak pada enam aspek perkembangan tersebut membentuk fokus sentral pengembangan kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini1. Kesadaran personal2. Pengembangan emosi3. Membangun sosialisasi4. Pengembangan Komunikasi5. Pengembagan kognitif6. Pengembangan kemampuan motorik

Transcript of Pola Perkembangan Anak

  • POLA PERKEMBANGAN ANAK

    Sebelum mengetahui pola perkembangan anak usia dini, sebaiknya kita memahami terlebih

    dahulu perkembangan anak yang menurut Catron dan Allen (1999:23-26) terdiri dari enam

    aspek perkembangan yaitu kesadaran personal, kesehatan emosional, sosialisasi, komunikasi

    kognisi, dan ketrampilan motorik. Semua aspek ini sangat penting dan harus dipertimbangkan

    sebagai fungsi interkasi. Kreativitas tidak dipandang sebagai perkembangan tambahan

    melainkan sebagai komponen yang integral dari lingkungan yang kreatif. Perkembangan anak

    pada enam aspek perkembangan tersebut membentuk fokus sentral pengembangan kurikulum

    bermain kreatif pada anak usia dini.

    1. Kesadaran personal

    Permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan kesadaran personal. Barmain

    mendukung anak untuk tumbuh secara mandiri dan memiliki kontrol atas

    lingkungannya. Melalui bermain, anak dapat menemukan hal baru, seperti

    bereksplorasi, meniru, dan mempraktikkan kehidupan sehari-hari sebagai sebuah

    langkah dalam membangun keterampilan menolong dirinya sendiri. Ketrampilan ini

    membuat anak merasa kompeten.

    2. Pengembangan emosi

    Melalui bermain, anak dapat belajar menerima, berekspresi, dan mengatasi masalah

    dengan cara yang positif. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk

    mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola perilaku yang

    memuaskan hidup.

    3. Membangun sosialisasi

    Bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial ank ketika berbagi dengan anak

    lain. Bermain adalah sarana yang paling utama bagi pengembangan kemampuan

    bersosialisasi dan memperluas empati terhadap orang lain serta mengurangi sikap

    egosentrisme. Bermain dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa sosialisasi anak.

    Melalui bermain, anak dapat belajar berperilaku prososial, seperti menunggu giliran,

    kerjasama, saling membantu, dan berbagi.

    4. Pengembangan Komunikasi

    Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membekali kemampuan berbahasa

    anak. Melalui komunikasi inilah, anak dapat memperluas kosakata dan

    mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian kemampuan berbahasa

  • mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa pada situasi

    bermain spontan.

    Secara spesifik, bermain dapat memajukan beberapa perkembangan dari segi

    komunikasi : (1) bahasa reseptif (penerimaan), yaitu mengikuti petunjuk-petunjuk dan

    memahami konsep dasar,(2) bahas ekspresif yatu kebutuhan mengekspresikan

    keinginan, perasaan ; penggunaan kata-kata, frase-frase, kalimat ; berbicara secara

    jelas dan terang, (3) komunikasi non verbal , yaitu penggunaan komunikasi

    kongkruen, ekspresi muka, isyarat tubuh, isyarat tangan ; dan (4) memori

    pendengaran/pembedaan, yaitu memahami bahasa berbicara dan membedakan bunyi.

    5. Pengembagan kognitif

    Bermain dapat memenuhi kebutuhan anak untuk secara aktif terlibat dengan

    lingkungan, semisal bermain dan bekerja dalam menghasilkan suatu karya, serta

    memenuhi tugas-tugas perekembangan kognitif lainnya. Selama bermain, anak

    menerima pengalaman baru, memanipulasi bahan dan alat, berinteraksi dengan orang

    lain, dan mulai merasakan dunia mereka. Bermain menyediakan kerangka kerja anak

    untuk mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan

    lingkungan. Bermain adalah awal dari semua fungsi kognitif selanjutnya. Oleh

    karenanya, bermain sangat diperlukan dalam kehidupan anak-anak.

    6. Pengembangan kemampuan motorik

    Kesempatan yang luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan, dan

    aktifitas sensori motor yang meliputi penggunaan otot-otot besar dan kecil

    memungkinkan anak untuk memenuhi perkembangan perseptual motorik. Bermain

    dapat memacu perkembangan perseptual motorik pada beberapa area.

    Koordinasi mata-tangan atau mata-kaki, seperti saat menggambar, menulis,

    manipulasi objek, mencari jejak secara visual, melempar, menangkap, dan

    menendang.

    Kemampuan motorik kasar seperti gerak tubuh ketika berjalan, melompat,

    berbaris, meloncat, berlari, beringkat, berguling-guling, merayap, dan

    merangkak.

    Kemampuan bukan motorik kasar(statis), seperti menekuk, meraih, bergiliran,

    memutar, meregangkan tubuh, jongkok, duduk, berdiri, dan bergoyang.

  • Manejemen tubuh dan kontrol, seperti menunjukkan kepekaan tubuh,

    kepekaan tempat, keseimbangan, kemampuan untuk memulai, berhenti, dan

    mengubah petunjuk.

    Enam aspek perkembangan anak usia di atas merupakan kata kunci dalam

    melakukan pembelajaran efektif dengan strategi aplikatif dan kontekstual sehingga

    mampu membangkitkan semangat belajar dan meraih prestasi sebaik mungkin. Dalam

    konteks ini, bermain menjadi aktivitas paling menarik bagi anak dalam kegiatan

    belajar-mengajar. Merancang permainan yang inspiratif menjadi pekerjaan utama

    dalam pembelajaran anak usia dini. Permainan yang mengandung sisi ilmu, kreativitas

    tinggi, imajinasi mendalam, dan motivasi besar. Agar mampu merancang pola

    pembelajaran kreatif dan inspiratif bagi anak, sangat penting mengetahui pola

    perkembangan anak sehingga model pembelajaran yang digunakan relevan dengan

    perkembangan gradual anak dalam pertumbuhannya.

    Pola perkembangan anak terdiri dari aspek fisik, sosial, emosional, dan intelektual

    sebagaimana keterangan dibawah ini :

    1. Perkembangan fisik

    Perkembangan fisik berlangsung secara teratur, tidak secara acak.

    Perkembangan bayi ditandai dengan adanya perubahan dari aktivitas yang tidak

    terkendali menjadi suatu aktivitas yang terkendali. Merupakan hal yang mudah untuk

    mengamati aktivitas bayi yang tidak terkendali. Jika bayi sedang bersemangat, maka

    seluruh tubuhnya akan ikut bergerak. Secara berangsur-angsur, bayi akan menjadi

    lebih mampu bergerak seperti dalam usahanya untuk mencapai sesuatu yang bebas

    atau menyerap.

    Pergerakan yang dilakukan secara sengaja dan terkendali juga akan

    terorganisasi ke dalam pola, seperti menarik dirinya persis sama benar dengan posisi

    berdiri, melepaskan tangannya, dan menggerakan kaki untuk berjalan. Pola-pola ini

    kemudian berubah menjadi gerakan-gerakan anak dalam melakukan respons terhadap

    berbagai stimulasi yang berbeda.

    Jika anak menginginkan suatu mainan yang ada di seberang ruangan, pada

    awalnya satu-satunya pilihan untuk mendapatkan mainan tersebut adalah dengan

    berlari dan bergoyang-goyang. Seiring dengan perkembangan anak yang semakin

  • maju, maka proses merayap dan akhirnya berjalan atau berlari akan menjadi suatu

    pola bagi perkembangan fisik anak.

    2. Perkembangan sosial

    Perkembangan sosial dan emosional bayi tidak dapat dibedakan pada respons

    yang diberikan terhadap suatu stimuli seperti lapar atau dingin. Dalam suatu minggu

    tertentu, tangisan anak dibedakan sedemikian rupa sehingga para pengasuh anak dapat

    membedakan antara tangisan yang menunjukkan bahwa anak lapar, bosan, atau

    merasa sakit. Pada usia enam minggu atau dua bulan, bayi dapat bereaksi terhadap

    orang dewasa yang sedang tersenyum padanya, dan mulai meniru perilaku, seperti

    mengeluarkan lidahnya atau menutup matanya. Pada delapan bulan atau sekitar usia

    tersebut, anak telah mengembangkan hubungan yang kuat dengan pengasuhnya dan

    merasa khawatir apabila dipisahkan dari pengasuhnya. Anak yang baru belajar

    berjalan mulai mengembangkan hubungan kasih sayang dengan keluarga mereka.

    Anak yang berusia dua tahun sedang berusaha untuk memilih identitas diri mereka

    sendiri, dan Aku dapat melakukan sendiri hal itu adalah salah satu kalimat

    pernyataan yang paling sering diucapkan oleh anak pada usia dua tahun.

    Ketika berusia tiga tahun, anak mulai membangun suatu hubungan dengan

    keluarga mereka dan juga dengan orang lain yang bukan merupakan anggota keluarga

    mereka. Mereka juga mencoba untuk membuat sebuah strategi untuk menyatakan

    keinginan mereka.

    3. Perkembangan Emosional

    Perkembangan emosional, seperti perkembangan fisik dan sosial, mengikuti

    tahapan perkembangan yang dapat diramalkan tentang pertumbuhan. Bayi bereaksi

    terhadap emosi apa pun dengan mengeluarkan suara tangisan yang tidak dibedakan.

    Ketika bayi tumbuh, tangisan ini mulai dapat dibedakan dan digunakan untuk

    mencerminkan berbagai emosi.

    Dalam beberapa bulan kemudian, bayi mulai menjerit dengan penuh

    kemarahan meskipun tidak mengeluarkan air mata disebabkan oleh adanya kesakitan

    fisik. Bayi hampir tidak mempunyai kapasitas dalam hal kesabaran untuk menunggu

    kedatangan seseorang yang akan memenuhi kebutuhan mereka. Beberapa peneliti

    menemukan bahwa anak-anak yang mempunyai perangai yang baik di waktu muda

    akan memiliki kestabilan emosi dari waktu ke waktu; perangai memberikan pengaruh

  • terhadap lingkungan. Jika seorang bayi sulit mengatasi emosinya dan lekas marah,

    sebagai contoh, maka orang tua tidak boleh menangani bayi tersebut dengan

    memberikan perlakuan yang sama dengan bayi lain yang berada dalam keadaan

    normal. Sebab, pada gilirannya, hal ini mempengaruhi perangai bayi lebih lanjut.

    4. Perkembangan intelektual

    Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam berpikir dan

    kemampuan untuk memberikan alasan. Malklus, Feldman, dan Gardner

    menggambarkan perkembangan kognitif sebagai ...Kapasitas untuk tumbuh dan

    menyampaikan serta menghargai maksud dalam penggunaan beberapa sistem simbol

    yang secara kebetulan ditonjolkan dalam suatu bentuk pengaturan. Sistem simbol ini

    meliputi kata-kata, gambaran, isyarat, dan angka-angka.

    Perkembangan kognitif dari anak-anak yang lebih muda diuraikan dalam

    beberapa teori yang berbeda di dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Para

    pendukung teori behavior memiliki sudut pandang bahwa anak-anak tumbuh dengan

    mengumpulkan informasi yang semakin banyak dari hari ke hari. Kebanyakan

    pengukuran kecerdasan didasarkan pada gagasan untuk mengumpulkan pengetahuan

    sebanyak-banyaknya.

    Pandangan yang lain diutarakan oleh para pendukung teori interaksi, atau teori

    perkembangan yang menguraikan pengetahuan sebagai hal yang membangun dari

    interaksi anak-anak dengan lingkungan mereka. Menurut sudut pandang ini,

    intelektual dipengaruhi oleh kematangan dan pengalaman. Perkembangan kognitif

    ditandai oleh suatu kemampuan untuk merencanakan, menjalankan suatu strategi

    untuk mengingat, dan untuk mencari solusi terhadap suatu permasalahan.

    Piaget dalam Nixon dan Gould (1999 : 12) menguraikan perkembangan

    kognitif dari anak-anak dalam beberapa langkah, mencakup tahap sensori motor,

    tahap preoperational, dan tahap konkret operasional. Tahapan-tahapan ini

    mengembangkan anak untuk tumbuh ke arah kedewasaan dan pengalaman. Walaupun

    usia tidak menjamin keberadaan seseorang anak untuk berada pada salah satu tahapan

    ini, tetapi jumlah setiap individu dari masing-masing golongan usia ini bervariasi.

    Dengan kata lain, seorang anak harus melewati setiap tahapan, tetapi anak-anak yang

    berbeda boleh melewati beberapa tahapan dalam rentangan umur yang juga berbeda-

    beda.

  • Waktu transisi yang diperlukan untuk melewati setiap tahapan cukup lama.

    Anak-anak tidak pindah secara tiba-tiba dari satu tahapan perkembangan kognitif ke

    tahapan perkembangan kognitif yang lain. Perubahan memerlukan waktu beberapa

    bulan atau tahun di mana anak mulai membangun dan menyatukan pengetahuan.

    Seorang anak mungkin melakukan beberapa tugas yang menunjukkan adanya tahapan

    perpikir praoperasional, dimana ia telah melakukan suatu tugas yang lain dalam cara

    pengerjaan yang sangat baik. Secara lebih detail dapat diamati di bawah ini :