POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS...

44
Project Working Paper Series No. 10 POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS KEBERLANJUTAN Penulis: Suharno Cetakan Pertama Agustus 2006 Diterbitkan oleh: Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-IPB Bekerjasama dengan Kemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia

Transcript of POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS...

Page 1: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Project Working Paper Series No. 10

POLA PENGEMBANGAN EKONOMIPERDESAAN BERBASIS KEBERLANJUTAN

Penulis:

Suharno

Cetakan Pertama

Agustus 2006

Diterbitkan oleh:

Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-IPB

Bekerjasama denganKemitraan bagi Pembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia

Page 2: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

2

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan BerbasisKeberlanjutan

Penulis:

Suharno

Layout dan Design Sampul :

Dyah Ita M. dan Husain As’adi

Diterbitkan pertama kali, Agustus 2006Oleh

Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPBBekerjasama dengan

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia-UNDPKampus IPB Baranangsiang

Gedung Utama, Bagian Selatan, Lt. DasarJl. Raya Pajajaran Bogor 16151Telp. 62-251-328105/345724

Fax. 62-251-344113Email. [email protected]

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

ISBN:KATA PENGANTAR

Page 3: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

3

Working Paper ini merupakan tulisan dari serangkaian kegiatan Studi-Aksi SistemTata-Kelola Pemerintahan desa Berbasiskan Kemitraan (Partnership-Based RuralGovernance Reform), yang mencoba secara partisipatif dengan multi stakeholders ditingkat daerah menemukan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan tata kelolapemerintahan desa dan dampaknya terhadap ketimpangan sosial yang ada di lokasistudi. Kegiatan ini merupakan proyek kerjasama antara Pusat Studi PembangunanPertanian dan Pedesaan (PSP3) Institut Pertanian Bogor dengan Kemitraan bagiPembangunan Tata Pemerintahan di Indonesia.Hasil studi yang dilaporkan dalam Working Paper ini merupakan bahan masukan untukmenyediakan informasi mengenai pengembangan perekonomian di pedesaan. Informasitersebut diharapkan selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan diskusi dalammelaksanakan kegiatan aksi bersama di desa secara partisipatif. Minimal working paperini dapat memberikan inspirasi bagi para pihak yang memiliki kepedulian terhadappersoalan-persoalan pengembangan ekonomi masyarakat di tingkat lokal di Indonesia.

Atas kesadaran bahwa hasil studi yang dituangkan ke dalam Working Paper inimasih memerlukan kajian yang lebih mendalam, maka penulis mengharapkan kritikdan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan Working paper ini.

Bogor, Agustus 2006

Penulis

DAFTAR ISI

HalamanKata Pengantar……………………………………………………………..………….....

Page 4: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

4

Daftar Isi………………………………………………......………………………………1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................................1.2. Tujuan Penulisan .......................................................................1.3. Output .......................................................................................1.4. Data

……………………………………………………………………………

2. LANDASAN TEORETIK2.1. Tata Pengaturan Ekonomi Perdesaan (Economic Governance) .2.2. Review Singkat Teori Pembangunan Perdesaan ………………….2.3. Pembangunan Pertanian Perdesaan ber-asas Keselarasan ……….2.4. Kemitraan Perdesaan .................................................................

3. MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAANBERBASIS LOKALITAS DAN KEMITRAAN3.1. Konsep .......................................................................................3.2. Lima Prinsip Pengkayaan Ekonomi Lokal ..............................3.3. Kerangka Pendekatan/Metode Penyusunan Model ..................3.4. Prinsip Kewirausahaan ..............................................................3.5. Prinsip Pengelolaan ...................................................................3.6. Pola Pelaksanaan .......................................................................

4. KONDISI PERDESAAN DESA KASUS4.1. Deskripsi Umum .......................................................................4.2. Struktur Pemerintahan Desa .....................................................4.3. Pengelolaan Pemerintahan: Pola Kewenangan .........................4.4. Pola Pengarahan, dan Pengambilan Keputusan dalam

Pemerintahan Desa ....................................................................4.5. Pengawasan dan Evaluasi Pemerintahan Desa ..........................4.6. Komunikasi Administratif ........................................................4.7. Issyu Kritikal Pemerintahan dan Perdesaan ..............................4.8. Kesepakatan Solusi atas Isyu Kritikal yang Muncul .................4.9. Potensi .......................................................................................

5. RANCANGAN PENGEMBANGAN EKONOMIDAFTAR LITERATURLAMPIRAN

1 PENDAHULUAN

Page 5: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

5

1.1. Latar BelakangPerdesaan di Indonesia, meskipun tampak beragam, karena keterpisahan geografis,menghadapi simpton ketertinggalan yang relatif sama. Ragam penampakan luarkarena karakteristik lokal, tidak menutupi kesamaan sindrom yang mereka derita.Sidrom ini secara umum bisa didefinisikan sebagai kemiskinan.

Mencari ciri kemiskinan desa di Indonesia bisa membeberkan banyak jawaban.Namun secara kategorikal bisa dialamatkan ke faktor-faktor seperti isolasigeografik, ketiadaan infrastruktur lokal, pola sebaran kependudukan yang tidakmerata, ketergantungan historik pada sektor pertanian, rendahnya tingkatpemupukan modal setempat, migrasi musiman desa ke kota, dan beban ekonomi,atau isolasi ekonomi dari pusat.

Upaya pembangunan untuk menanggulangi simpton ini tidak bisa dikatakankurang. Namun harus diakui bahwa segala upaya yang pernah ada, masih saja belummembawa masyarakat perdesaan keluar dari simpton dimaksud.

Kegiatan riset aksi rural governance partnership study oleh Pusat Studi PembangunanPertanian dan Perdesaan (PSP3) - Lembaga Pengembangan dan Pengabdian padaMasyarakat Institut Pertanian Bogor ((LPPM – IPB), dijalankan dengan duamaksud sekaligus. Pertama di tengah berlangsungnya perubahan rejim pemerintahanke arah desentralisasi melalui Undang undang no 22 tahun 1999 danpenyempurnaannya UU no 32/2004 sebagai reaksi langsung dari reformasi politikdi Indonesia sejak 1998, RGPS ingin mengkaji respons perubahan di tingkat desa.Rangkaian topik kajian yang ada dalam RGPS bertujuan untuk menjawab berbagaipertanyaan diantaranya: tingkat kompatibilitas substansi otonomi dengan kenyataanperdesaan Indonesia yang ada, ragam interpretasi dan implementasi otonomidaerah yang tengah berjalan di berbagai wilayah perdesaan Indonesia, derajadkesiapan perdesaan – komunitas dan aparat pemerintahannya - dalam tataranoperasional menjalani otonomi, dan bentuk reformasi apa yang diperlukan untukmengawal, menyertai atau melengkapi perubahan rejim tata pemerintahan ini dapatmemenuhi tujuan sejatinya di tingkat perdesaan, yaitu pencapaian kesejahteraanmelalui jalan yang bermartabat. Kedua, dengan menggunakan pengarus-utamaankemitraan sebagai landasan bergerak (partnership mainsrtreaming), RGPS menjadibentuk nyata keterlibatan PSP3 dalam kontribusinya mengisi reformasi tatapemerintahan di tingkat perdesaan melalui kegiatan aksi perencanaan partisipatif.Melalui rangkaian kegiatatan: focused group discussion, lokakarya, pelatihan danpendampingan, RGPS menjadi sarana penggerak masyarakat perdesaan untukmengidentifikasi modal internal maupun kendala pembangunan, usulan kegiatanyang logis secara partisipatori, dan merumuskan upaya kelembagaan pendukungyang dibutuhkan untuk membawa perubahan yang direncanakan bisa terealisasidengan keterlibatan masyarakat secara inklusif dan pelaksanaan yang bermartabat.Prakarsa PSP3 melalui komponen aksi di dalam RGPS ini sengaja diberi labelpembaharuan untuk menunjukkan maksud memberi sentuhan baru pada governansdesa yang selama ini ada.

Page 6: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

6

Sejalan dengan ide pembaruan tata pemerintah desa berbasis kemitraan (RGPS)yang dibawa oleh Pusat Studi Pembangunan Pedesaan dan Pertanian (PSP3), lahirpula kebutuhan fill up atau tepatnya upaya konkrit di tingkat desa, untuk mengisimomentum reformasi pemerintahan daerah di Indonesia, yang ternyata belumberdampak signifikan terhadap mutu kehidupan pedesaan. Dikatakan begitu, karenasemangat desentralisasi yang dibawa oleh Undang – undang otonomi daerah –terbaru melalui UU no.32 dan 33 tahun 2004, belum membawa dampak perbaikannyata, baik karena distorsi implementasi, kurang lengkapnya cakupan isi, karenakonflik tafsir kewenangan atas undang – undang ini, atau ketidaksiapan aparat desasendiri dalam memahami dan menafsirkan. RGPS adalah suatu upaya awal untukmelahirkan rancang bangun kelembagaan governans, yang menjadi prasyarat bagiupaya pengentasan masyarakat desa dari kemiskinan. Output akhir RGPS adalahsebuah konsep rintisa (pilot concept) bagi revitlisasi perdesaan berbasis kemitraan.Seksi ekonomi dalam RGPS akan memusatkan perhatian pada pembentukan modelpengembangan ekonomi perdesaan. Dengan begitu, seksi ini memusatkan perhatianpada aspek economic governance dari pembaharuan tata pemerintahan desa. Kegiatanini berupaya merancang, melengkapi dan menerapkan konsep rintisan dibagianakhir kegiatannya. Konsep yang mau dilahirkan atau ditemukan kembali (reinvented)diharapkan menjawab issue kritikal pembangunan perdesaan yang menyebabkanrendahnya aktivitas dan pertumbuhan ekonomi, yaitu:

1. rendahnya jumlah pendudduk produktif dan terdidik2. stagnasi atau menurunnya tawaran pekerjaan3. bermuara pada gejala stagnasi dan diskoneksi perdesaan dengan pasar, pemasok

barang produksi, pusat pusat informasi dan keuangan.

Pembaruan tata pemerintah desa berbasis kemitraan (RGPS) diajukan dengansemangat agar komunitas pedesaan berikut aparatnya mendapatkan penguatan danmenyatakan kembali kesiapan kapasitas sehingga mereka mempunyai kekuatan daridalam dirinya, dalam menyambut dan mamaknai otonomi daerah, khususnyaapabila konflik tafsir tentang otonomi daerah di tingkat supra-perdesaan telahmenemui klarifikasinya.

Upaya ini dijalankan melalui sebuah riset aksi untuk menghasilkan temuanrekomendasi tentang (1) sektor ekonomi apa yang memiliki potensi besar untukdikembangkan, (2) pengetahuan dan ketrampilan tata kelolan (governans) apa sajayang mendesak untuk dimiliki agar desa memiliki kapasitas governans yangdibutuhkan untuk menyertai upaya pembangunan perdesaan mereka.

Dibutuhkan aneka ketrampilan dan manajemen untuk pengembangan kapasitasgovernans berbasis kemitraan di tingkat desa. Pertama, adalah kapasitaskepemimpinan desa (leadership) yang mampu memberikan arah dan menyatukansumberdaya desa bagi pembangunan. Kedua kapasitas pemerintahan (villagegovermental capacity) khusunya oleh aparat desa itu sendiri agar pemerintahan desamampu menjadikan dirinya sebagai fasilitator (development facilitating services) dansatuan layanan publik. Ketiga kewirausahaan (enterpreneurship) sebagai kapasitas yangdibutuhkan masyarakat desa untuk menemu-kenali peluang usaha dan meng-

Page 7: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

7

aktualisasikannya ke dalam kegiatan produktif masyarakat. Keempat, kapasitaspengelolaan usaha (business management) yang diperlukan untuk membawa usaha desayang diinisiasi menjadi unit yang berkelanjutan. Kelima kapasitas sosial kebudayaan(socio-cultural capacity) untuk menjamin bahwa upaya pengembangan masyarakatmelalui aneka upaya bisa berjalan disertai pengkayaan, atau paling tidak, tidakmengorbankan sumberdaya, baik dalam bentuk alami maupun nilai-nilai sosialbudaya setempat. Untuk hal ini, RGPS bahkan berkeyakinan bahwa di perdasaanterdapat nilai-niali sosio-kultural yang bisa dijadikan modal sosial bagi upayapembaruan governans di tingkat perdesaan. Nilai- nilai ini dengan sengaja dicaridan revitalisasi (reinvent and revitalize) dalam kerangka besar RGPS. Penelitidengan keahlian sosial, jender akan berkomitmen untuk mengindentifikasi,mendekati kelompok marjinal (miskin, minoritas, atau wanita) dan melibatkan kedalam proses pembaruan dalam bentuk berbagai kegiatan pengembangan diri.

1.2. Tujuan PenulisanTulisan ini bersifat framing paper yang bertujuan untuk menyampaikan kerangkaperencanaan sebagai model pengembangan ekonomi perdesaan secara partisipatoridan kemitraan sebagai arus utama (partnership mainstreaming). Secara substansial,tulisan ini adalah dokumentasi kegiatan penelitian partisipatif di tingkat desa dalamkerangka RGPS. Sebagai diungkapkan di depan, tulisan ini berpendapat bahwakemitraan menjadi sarana sekaligus sumber pemberdayaaa kolektif masyarakatperdesaan. Maksud itu misalnya diwujudkan dalam kesediaan pihak perdesaandalam bekerja sama dengan siapa saja dan darimana saja asal menjungjung tinggisemangat adil-kesetaraan, keterbukaan, dan saling percaya. Perencanaan berbasiskemitraan merupakan pendekatan perencanaan yang tidak hanya mendasarkan diripada pertimbangan ilmiah dan ekonomi, tetapi di dalamnya sudah dimasukkanpertimbangan nilai dan norma setempat. Dengan kata lain:

proses perencanaan menjadi sangat penting keterlibatan pemilik kepentingan mutlak penting perencanaan ekonomi desa memadukan kepentingan pembangunan ekonomi

dan perlindungan lingkungan sebagai satu kepentingan yang tidak berbenturan. pemahaman mengenai karakter khas masyarakat perdesaan (misalnya

keterkaitan erat dengan tanah, dan adat tertentu menjadi faktor yang seharusnyadipertimbangkan dalam perencanaan.

Seperti yang tersirat dari judul, tulisan ini mendokumentasikan upaya untuk mengisikebutuhan ketiga dan keempat di atas (kapasitas perencanaan ekonomi) dalamkerangka besar RGPS. Secara khusus, aspek- aspek yang berkaitan denganpengembangan usaha, kewirausahaan dan pengelolaan usaha, akan diindentifikasi,dianalisis, dirumuskan dan dikembangkan untuk menyusun model. Bagianselanjutnya dari tulisan ini akan menjelaskan dan merinci upaya tersebut. Secaraberutur-turut akan disampaikan output yang diharapkan, data yang diperlukan,landasan teoretik, langkah langkah penelitian, analisis dan perumusah hasil studi,

Page 8: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

8

diikuti dengan penyjian usulan model, dan langkah-langkah aksi yang diperlukanuntuk mendukung model. Termasuk di dalam langkah aksi ini adalah penyajianmodul apa saja yang diperlukan.

Secara singkat kaitan antara RGPS dengan tulisan ini digambarkan sebagairangkainan hubungan berikut:

Model Pengelolaan Ekonomi berbasis Partisipasi dan Kemitraan

Good Economic Governance

Good Rural Governcane

1.3. OutputDi dalam konteks besar RGPS, komponen kegiatan penelitian (survey) diharapkanmenghasilkan:

(1) Peta atau tipologi sistem tata-pemerintahan desa desa-desa kasus di lima provinsiterpilih, yaitu kawasan terpilih.

(2) Model-model tata-pemerintahan desa yang sesuai dengan prinsip OTDA namunjuga memberdayakan dan memandirikan masyarakat (warga desa) secarasosial-ekonomi dan politik.

(3) Rumusan tata-kelembagaan yang sesuai dengan konteks sosial-budaya danekonomi lokal dalam sistem tata-pemerintahan desa yang berbasiskan prinsipkemitraan.

(4) Pengembangan mekanisme pembaharuan tata-pemerintahan pedesaan diIndonesia, melalui diseminasi temuan akademik dan pengembangan wacanailmiah dalam kerangka governance studies.

Sementara substansi atau output dari tulisan ini berupa sebuah modelpengembangan ekononomi perdesaan berbasis lokalitas dan kemitraan, yaitusebuah rumusan tentang proses pembentukan, rencana organisasi dan pengelolaan,rencana operasional, rencana finansial dan tata kelembagaan (termasuk rancangbangun pola kemitraan yang diperlukan) bagi sebuah kegiatan perekonomianperdesaan yang melibatkan warga dan didukung oleh pertimbangan logis danilmiah, data serta aspirasi dan saran warga. Output akhir yang akan disajikan adalahsebuah rencana bisnis dari sebuah desa kasus dalam studi RGPS, yang dibuatdengan menerapkan model yang diusulkan.

1.4. Data

Page 9: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

9

Untuk merumuskan model data utama yang diperlukan adalah berbagai literaturpembangunan (ekonomi), dokumen legal yang terkait dengan otonomi daerah dandata sekunder yang terkait dengan kabupaten dan desa kasus. Untuk merumuskanmodel di desa kasus data yang dipakai adalah data primer berupa hasil survey danpengamatan desa tentang potensi dan sumberdaya desa (fisik, sosio-kultural),rumusan hasil FGD lokakarya desa (rumusan hasil identifikasi potensi dan kendala,rumusan aspirasi, rumusan saran), serta hasil pelatihan dan pendampingan desa,hasil wawancara terstruktur dengan warga dan tokoh desa. Data sekunder yangdigunakan berasal dari dokumentasi pemerintahan desa dan kabupaten dimana desakasus berada.

2 LANDASAN TEORETIK

Perumusan model pengembangan ekonomi perdesaan ini didasarrkan pada sebuahmix antara teori pembangunan perdesaan, entrepreneurship bisnis dan manajemen.Tata pengelolaan ekonomi (economic governance) adalah salah satu dari empat areakunci dalam reformasi tata pemerintahan (rural governance reform), perdesaan. Ketigaarea lainnya yang memerlukan reformasi adalah layanan sektor publik, reformasihukum, dan reformasi masyarakat sipil (civil society. (Hunt, 2000). Sebagai landasanteoretik tulisan ini mengandalkan teori pembangunan perdesaan yang padaumumnya merupakan derivasi dari teori pembangunan yang hingga kini masihdianggasp klasik.

2.1. Tata Pengaturan Ekonomi Perdesaan (Economic Governance)Economic governance merupakan sistem tata pengaturan yang terdiri dari rumusankebijakan, lingkungan institutional dan legal yang menjadi ruang bagi berjalan danberfungsinya perekonomian perdesaan. Di dalamnmya terdapat rumusan kebijakan,lembaga pengampu, proses dan prosedur pelaksanaan, regulasi, hukum perusahaan,berikut institusi pengendali dan penegakannya. Totalitas kesemuanya membentuksebuah sistem tata pemerintahan ekonomi perdesaan. Tata perekonomian berpusatpada upaya pengelolaan dan keragaan yang baik dari ekonomi desa sepanjangwaktu. Indikatornya adalah pertumbuhan ekononomi yang berkelanjutan.

Perekonomian perdesaan merupakan bagian dari perekonomian nasional. Ituberarti dalam menghidupkan perekonomian perdesaan diperlukan kebijakan makroyang menjamin stabilitas dan lingkungan ekonomi kondusif bagi kegiatan ekonomimasyarakat perdesaan. Ciri dari lingkunganmakro yang kondusif adalah terlindungidan tegaknya hak kepemilikan (property right) warga yang menjadi landasan bagiterciptanya insentif ekonomi bagi warga negara. Inplikasi kedua adalah ketersediaanrejim regulasi yang efisien, tiadanya korupsi, kebijakan pemberantasan kemiskinan

Page 10: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

10

yang konsisten, dan penciptaan tata kelembagaan yang menjamin dan mendukungeksistensi warga.

Juga perlu ditekankan di sini, adanya prinsip dasar bahwa tata pengaturan ekonomidan tata pengaturan politik pada hakekatnya tidak bisa dipisahkan. Prinsip tatapengaturan ekonomi menempatkan negara atau agen negara sebagai mitra pelakuekonomi lainnya.

Tata pengaturan ekonomi berkonotasi good governance. Meskipun good governance tidakotomatik berarti demokrasi, keduanya perlu diupayakan dan tidak mutlakdipertentangkan. Good governance membutuhkan kekuasaan dan kekuatan untukmenjalankan kebijakan membentuk kelembagaan yang diperlukan, meskipunmungkin tidak populer. Good governance membutuhkan kekuasaan untuk membawaorang ke pengadilan, menghakimi dan menghukum mereka yang tidak mentaatiperaturan umum dan melanggar hak orang lain. Namun demikian, upaya goodgovernace sebisa mungkin dicapai dalam kerangka demokrasi, dimana rakyak ikutmerumuskan tentang cara dan upaya penegakan yang diperlukan. Dengan demikiansifat tegas dalam penegakan bisa diterima dan bahkan mendapat dukungan penuhdari rakyat yang merumuskannya, sehingga good governance bisa dikerjakan dalamsituasi yang pasif dan akseptabel.

Ada banyak temuan yang menunjukkan adanya hubungan positif antara perbaikanpendapatan masyarakat dan hadirnya hak kepemilikan dan ketiadaan korupsi. Jugahubungan antara pemerintahan yang baik dengan keberhasilan pembangunan(Knack and E. Keefer, 1995, Mauro, 1995, Acemogh, Johnston and Robinson2000). Pemimpin yang baik akan menunjukkan pengelolaan perekonomian dengantransparen, akuntable dan komprehensif.

Perlu disampaikan di sini bahwa konsep economic governance diturunkan dari teorineo-klasik dan Neo-Keynesian tentang bagaimana berfungsinya pasar sebagaimekanisme alokasi sumberdaya. Dalam aras nasional suatu bangsa, tata ekonomiyang baik akan mendorong, atau akan dicirikan oleh terjadinya:

(1) Transparansi(2) Mekanisme kerja unit ekonomi bersama(3) Tata perpajakan termasuk di dalamnya.(4) Klarifikasi issue hutang, korupsi, kepemimpinan politik, pengembangan SDM

dan investas(5) Mekanisme koordinasi(6) Pengelolaan perencanaan dan pembangunan(7) Regulasi finansial dan infrastruktur(8) Pengembangan akuntansi dan cara audit, dan(9) Infrastruktur pembangunan.

Page 11: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

11

2.2. Review Singkat Teori Pembangunan PerdesaanMerujuk pada literatur tentang pembangunan dan pembangunan perdesaankhususnya, pembangunan diartikan sebagai sebuah perubahan terencana yangditandai dengan pertumbuhan ekonomi bertahap ditandai oleh pertumbuhanoutput ekonomi disertai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat penduduknya,ditunjukkan dengan beragam usuran. Literatur pembangunan yang ada padaumumnya menjelaskan selain apa arti pembangunan, juga, - dan ini yang penting-ciri pembangunan dan pra-syarat apa dan cara yang diperlukan agar pembangunanitu tercapai dan terjaga (sustainable). Ini menjadi bagian yang berisi resep pembangunanmenurut buku dan pemikirnya. Bagian lain yang menonjol dari literaturpembangunan adalah argumen dan data empirik yang dipakai untuk mendukungresep pembangunan yang disarankan.

Representasi teori pembangunan barat adalah pemikiran W.W. Rostow (1960),Rostow (1960) misalnya menjelaskan pembangunan dengan menguraikan tahaptahap perkembangan ekonomi suatu bangsa. Di dalam bukunya yang berjudul‘The Stages of Economic Growth’ (terbit tahun 1960)1, W.W Rostow pertamamengemukakan adanya 5 tahap pembangunan ekonomi (the five stages ofeconomic growth). Berdasarkan penjelasan dan argumennya kemudian Rostowmenyajikan saran pembangunan, khususnya untuk negara berkembang, agar negaranegara berkembang mengikuti jejak negara-negara Barat untuk membawa dirinyapada tingkat kesejahteraan yang diinginkan.

2.2.1. Peran ModalAda faktor penting yang selain oleh Rostow, disebut-sebut hampir oleh semuapemikir pembangunan ekonomi lain. Faktor dimaksud adalah kegiatan investasiatau penanaman modal2. Modal disebutkan sebagai sumberdaya yang secaralangsung dan tak langsung berperan terhadap kelancaran proses produksi danpertumbuhan hasil namun tidak secara langsung. Ada tiga jenis modal yakni, modalfinansial, modal buatan manusia dan modal sosial. Rincian ketiganya bisa dilihatpada Tabel 1. Dalam penyusunan model pengembangan ekonomi, kesemua jenismodal ini perlu diidentifikasi untuk optimalisasi pemanfaatannya.

1 The Five Stages of Economic Growth: 1. The Traditional Society, 2. The Preconditions forTake-Off, The Take-Off, 4. The Drive to Maturity, 5. The Age of High Mass-Consumption (Rostow, 1960)

22 lihat misalnya teori spiral of growth Adam Smith (1776) di dalam (Mc Cain, 1992) , danMosher (1979).

Page 12: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

A. Modal Sosial:(1) Modal Kultural(2) Modal Humani(3) Modal Pengetahuan(4) Modal Institusional

B. Modal Fisik(1) Modal Finansial(2) Modal Buatan Manusian(3) Modal karunia alamiah

Tabel 1. Uraian Jenis dan Bentuk Modal MasyarakatBentukUtamaModal

Jenis JenisModal

Bentuk yang Mewakili Contoh Konkrit

Modal Sosial

Kebudayaan Artikulasi Kebendaan Norma

Model model mentals

Arsitektur, musik, bahasaSerangkaian tingkah laku yang bisaditerimaKepercayaan; sikap terhadappencitaan kekayaan; pemikiran masadepan;

SDM Kesehatan danKependudukan

Pendidikan danKetrampilan

Sikap dan motivasi

Nutrisi, kesehatan medis dan mentalDasar, tinggi, teknik

Tanggung jawab diri, berorientasikerja

Pengetahuan Data kuantitatif, kualitatif Kerangka Pemikiran dan,

konsep Penciptaan pengetahuan

baru

Statistik, opini, record

Teori, proses, prosedur

Universitas, R D, Market learningKelembagaan Pemerintahan yang baik

dan bersih Sistem Keadilan

Organisasi-2 yangkonektif

Transparansi, tidak ada biaya siluman(hiden cost)Perlindungan (milik) pribadi,peraturan yang dapat diperkirakanKamar dagang, perserikatan

Modal Fisik

Finansial Sistem finansial Kekayaan pribadi Kekayaan publik

Banks, pasar modalRagam tabungan wargaCadangan bank, pendapatan pajakdan cukai, stabilitas makro

Barang BuatanManusia

Transportasi danKomunikasi

Tenaga Listrik Air dan saluran

pembuangan

Jalan, pelabuhan, sistem telephoneGrid kelistrikan, kapasitas tenagaJaringan pipa air, stasiun pompa air

Karuniaalamiah (naturalendowments)

Lingkungan: lahan, air,hutan,

Bahan Mentah Iklim dan Lokasi

Konservasi, rstorasi

Pertanian, mineralKedekatan pasar

Social CapitalSocial capital memiliki peran khusus dalam kajian perdesaan, karena merupakanfaktor yang embeded di dalam tiap tiap komunitas. Social capital menunjukkankeseluruhan pola hubungan sosial dan dalam batas tertentu, institusional, berikutsemua kelengkapan ketentuan piranti kelembagaan, formal dan informal, serta nilai-

Page 13: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

2

nilai yang terkandung di dalam suatu komunitas suatu lokalitas. Modal sosialmerupakan kompleksitas sistem orang, hubungan orang dan ketentuan yang merekataati.. Ini adalah kompleksitas pola kohesi sosial yang menentukan apakahkomunitas local mampu membuat atau menjalani proses transisi dari satu polaproduksi ke pola lainnya, atau mempertahankan kohesi sosial yang mereka milikidalam masa-masa dislokasi ekonomi. Social capital adalah konsep yang paling seringdidiskusikan dalam literature pembangunan perdesaan. Yang diacu di dalam diskusimodal sosial adalah kepecayaan sosial, (social trust), gotong royong (mutual support)dan kapasitas belajar, yakni karakter-karakter yang melekat pada masyarakat.Pertanyaan yang terkait dengan issue modal sosial adalah bagaimana masyarakatdapat memperoleh/diperkaya dengan kualitas sosial yang dibutuhkan untukmembangun dan mempertahankan sistem ekonomi, sosial dan lingkungan yanghidup pada mereka.

2.2.2. Teori Pembangunan Perdesaan dan Pertanian3

Hingga kini4, perdesaan masih terkait erat dengan pertanian dan sebaliknya.Masalah perdesaan dan pertanian telah lama menjadi pusat perhatian para pemikirdunia bidang pembangunan, utamanya dari bidang ekonomi dan ilmu – ilmu sosialsecara luas. Dalam pemikiran yang mereka ajukan, perdesaan sebagai satuanekonomi yang berbasis pertanian, dikaji utamanya dalam kaitannya dengan sektorindustri atau dengan pembangunan perkotaan.

Di dalam era pasca perang dunia II, dunia akademia pembangunan perdesaanmengenal 3 aliran/ajaran pembangunan perdesaan berpengaruh yang satu sama lainberbeda dalam menekankan peran perdesaan/pertanian di dalam prosespembangunan ekonomi, berhadapan dengan sektor lain dalam perekonomian, yaituindustry. Pemikiran itu bisa dikelompokkan sebagai berikut:

(1) Pertanian sebagai pelayan sektor lain, khususnya industri dan perkotaanPenggagas ide Bruce Johnston and John Mellor (1965) menandaskan bahwasektor pertanian yang kuat dan dinamik akan menjadi faktor kuncipembangunan industrial dan akan mendorong peningkatan laju pertumbuhanbagi keseluruhan perekonomian nasional. Menurut mereka, pertanianmemiliki 5 fungsi kunci yang bisa dimainkan:

Memasok bahan makanan dan bahan mentah bagi perkotaan dan sektoindustri;

3 Sajian review di sini dibatasi pada karya klasik namun tetap memilik relevansi dengan issuepembangunan perdesaan .4 Misalnya the Common Agriculture Policy dari mengidentifikasi issue pertanian sebagai issueutama perdesaan dan rumusan strategi pembangunan perdesaan dilandaskan pada peranperdesaan dan pertanian sebagai penjaga kultur dan lingkungan, yang karenanya perlu mendapatsubsidi pemerintah.

Page 14: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

3

Sumber ekspor hasil pertanian bagi pemasukan mata uang asing untukpembiayaan import bahan dan alat teknologi bagi pembangunanperkotaan dan industri;

Menjadi sumber tenaga kerja sektor industri; Memperluas pasar domestic produk industrial, dan Meningkatkan tabungan domestic bagi pembiayaan perluasan industri.

Pada saat yang sama Simon Kuznets (1965) juga membenarkan kontribusisektor pertanian dalam pertumbuhan ekonomi, melalui transaksi komersial.Produk produk yang disediakan dan digunakan oleh sektor lain dalam industriadalah bahan pangan, bahan baku industri, tenaga kerja, modal, dan pasarbagi proses industrialisasi.

Meskipun semua pengarang ini menyoroti peran penting pertanian, namunteori yang mereka bangun menekankan pentingnya perubahan stukturindustri pertanian, ditandai oleh berkurangnya kontibusi pertanian di dalamGDP, dalam penyerap tenaga kerja, serta penenkanan akan meningkatnyasektor mafaktur dan jasa perkotaan. Peran kebijakan pembangunan adalahmemfasilitasi terjadinya penyerapan massif sektor pertanian dan perdesaanagar mendukung industrialisasi dan urbanisasi. Namun teori ini tidakmemberi penjelasan yang rinci mengenai bagaimana prose situ dijalankanuntuk mencapainya. Penilaian yang sama dikemukanan dalam publikasi LaGrande Encyclopédie Française (1986) dengan pernyataan bahwa: "revolusiindustri disertai oleh urbanisasi menyeluruh berikut kematian peradabanperdesaan ."

Kritik menonjol, misalnya oleh Hainsworth (1992) pada ajaran pembangunanini adalah bahwa teori ini menempatkan perdesaan sebagai “ cinderella” yangharus melayani “ urbanisasi dan industrialisasi sektor perkotaan”.

(2) Teori locatan Besar (Big leap Theory).Di luar Rostow, pemikir yang menganjurkan menurunnya peran pertaniandalam ekonomi nasional adalah Bergman. Di dalam A Future for EuropeanAgriculture (1970) Bergman dkk. juga menganjurkan menurunnya peran sektorpertanian. Dalam kenyataannya, menurunnya daya serap tenaga kerja di sektorpertanian adalah trend nyata di negara yang menjalani industrialisasi.Meskipun begitu begitu Bergman mengingatkan akan arti penting 5 fungsikunci sektor pertanian di dalam ekonomi.

Saran penting lain dari Bergman dkk, adalah upaya membuat loncatantahapan untuk menghasilkan "big push" dari ekonomi utama pertanian keNegara industri melalui berbagai scenario melompat.Argumen ini didasarkan pada data empiric beberapa Negara yang dalam

kurun waktu 30-40 tahun sudah mampu berada pada status Negara indsutri

Page 15: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

4

baru (NICs, negara di Asia Timur, beberapa Latin Amerika, Timur Tengah,(NICs) within .

Dalam perkembangannya, banyak perkembangan yang menegasi argumentlompatan pembangunan.

2.3. Pembangunan Pertanian Perdesaan ber-asas KeselarasanDiantara para pemikir pembangunan E.F. Schumacher (1917-77), seorang ekonomiInggris, menjadi wakil pemikir yang mengetengahkan keselarasan antar sektordalam mencapai pertumbuhan. Selain itu, menurutnya pembangungnan juga harusberasas dan menggunakan pendekatan ecological, balanced-growth, and people-centredapproach. Di dalam bukunya utamanya Small is Beautiful (1973), dia mengemukakankepercayaannya bahwa, pertumbuhan yang sejati hanya bisa dicapai bila orangmenerapkan konsep " wisdom is permanence" sebagai konsep sentral. Menurutkonsep ini, "an entirely new system of thought is needed, a system based on attention to people,and not primarily attention to goods" (p. 70”) : manusia adalah pusat dalam upayapembangunan.

Di sini perdesaan dan pertanian mendapat apresiasi sebagai sektor yang justru harusdiperhatikan, khususnya karena sebagian besar penduduk tinggal di perdesaandengan pencaharian pertanian.

Tanpa mengurangi 5 faktor kunci yang disebutkan Johnston and Mellor (1969) danKuznets (1965), yang menekankan peran pertanian sebagai landasan indsutrialisasi ,Schumacher mengemukakan pandangan yang lain tentang peran pertanian: (i)menjaga manusia agar tetap punya sentuhan dengan lingkungan alam; (ii) untukmemanusiakan dan menghormati habitat manusia (iii) untuk menghasilkan bahanpangan dan bahan mentah yang diperlukan untuk menjadi hidup. Denganmenyebutkan tiga peran ini tidak berarti Schumacher menentang industrialisasi. Diahanya menekankan bahwa kebijakan industrialisasi tidak boleh dilakukan denganmemeras habis sumberdaya dasar pertanian dan perdesaan. Sebagai ganti, diamenenkakan peran harmonis antara pertanian dan industri. Hanya dengankeserasian itu, capaian industrialisasi bisa sekaligus menyejahterakan sektorperdesaan dan pertanian.

Perlu disampaikan bahwa masih banyak pemikiran yang dikemukakan oleh banyakahli lain, tanpa bermaksud menyajikan survey lengkap mengenai teoripembangunan perdesaan tiga pemikiran di atas diajukan sebagai tipikal pemikiranyang mengkaitkan sektor perdesaan pertanian dengan sektor lain.

2.4. Kemitraan PerdesaanAdalah semua upaya untuk menghadirkan kerjasama strategis antar pihak untukpengembangan seluas mungkin potensi desa: ekonomi-bisnis, sosial, religi -kultural, organisasional, bagi penciptaan nilai-nilai yang secara jelas bisa mengantar

Page 16: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

5

pada perbaikan harkat dan martabat masyarakat prdesaan.Kemitraan ini berkomitmen terhadap tercapainya koordinasi pemerintah - swasta-publik bagi pembangunan perdesaan. Karakter yang diusahakan dari kemitraan:

(1) Pelaksanaannya mencakup tahapan komprehensif di dalam pengembanganperdesaan.

(2) Memelihara dan memperkaya pembaharuan hubungan kolabaratif antarpihak:o Instansi pemerintah terkait, pusat dan daerah yang terkait dengan

pembangunan masyarakat dan perekonomian desao Lembaga riset dan edukasi yang punya perhatiano Kelompok strategis desa, dan supra desao Perusahaan atau organisasi sektor swasta.

3 MODEL PENGEMBANGAN EKONOMIPERDESAAN BERBASIS LOKALITAS DANKEMITRAAN

Dengan melandaskan diri pada butir butir pemikiran tentang pembangunanperdesaan tulisan ini merumuskan upaya perancangan pembangunan perdesaan didesa penelitian dalam sebuah model pengembangan ekonomi. Rumusan model iniakan terdiri dari konsep, proses indentifikasi potensi dan kendala, prosesperumusan usulan, penentuan usulan kegiatan pembangunan, perumusan dokumenrencana pembangunan (rencana bisnis).

3.6. KonsepPembangunan perdesaan adalah sebuah proses yang secara tipikal melibatkanbanyak actor dari beragam sektor masyarakat: dari petani setempat, birokrat desasampai kota, administrator, politisi lokal, agen dan donor baik yang bersifat lokal,nasional maupun internasional. Sebagai sebuah proses, pembangunan perdesaam“bisa bergerak” karena resultat dari interaksi banyak faktor pendorong dan

Page 17: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

6

penghambat, baik yang bersifat sosial demografi, kultural, ekonomi ataupun faktorteknikal.

Menjadi jelas bahwa kompleksitas keputusan, pengaruh, perubahan struktural, dankekuatan-kekuatan pendorong utama tersebut tidak bisa diwakili atau dikemasdalam satu model riil, karena kita akan berhadapan dengan banyak hubungan yangtidak diketahui, dan tidak terukur. Bahkan, kalaupun kita dapat mespesifikasikansemua hubungan tersebut dalam sebuah system persamaan, dan kitapun dapatmenemukan solusi unik, model yang kita dapatkan tetap saja akan kompeks, takstabil dan karenanya secara praktis menjadi tak berguna. Dalam situasi seperti itu,kita hanya melihat dua kemungkinan:

(1) Kita mendevelop model yang sektoral khusus, seperti model demographiperdesaan, model ekonomi perdesaan sektor sektor yang relevan, (sepertimodel Input-Output perdesaan), atau model politik proses pengambilankeputusan di perdesaan. Kemungkina model model itu akan tidak berbeda darimodel sektoral spesifik seperti yang sekarang ada. Mereka dibangun daripersektif disiplin ilmu yang partikular: seperti ekonomi, dmeography, politik,ekologi, politik ekologi, atau model dari sudut pandang geofisikal.

(2) Kemungkinan lain adalah membangun alat yang bisa menyediakan informasibagi analisis dan perencanaan pembangunan perdesaan yang multi sektoralModel ini bersifat multi disiplin dan memasukkan informasi dari berbagaidisiplin.

(3) Untuk bisa diterapkan alat ini tidak harus terkait dengan jenis perangkat lunakkomputasi tertentu, sebab nantinya akan menjadi terlalu luksus dan mahal bagipelaku perdesaan. Karenanya, meskipun kompleks, model ini diharapkan bisadisederhanakan menjadi langkah manual yang bisa dipraktekkan oleh siapa sajadi desa.

3.7. Lima Prinsip Pengkayaan Ekonomi Lokal(1) Prinsip Membuat atau menciptakan kelebihan dari kekurangan yang ada. Prinsip

ini mengajarkan agar menciptakan kelebihan dari keterbatasan yang ada. Inibisa dicapai dengan pengurangan, pemanfaatan kembali, dan daur ulangsumberdaya yang ada. Hal serupa juga berlaku untuk gaya hidup konservatifdalam konsumsi. Kalau suatu kelompok dengan kekayaan sumberdayatertentu mau mewujudkan prinsip ini, dua hal bisa menjadi pilihan bagipeningkatan produksi dari sumberdaya yang ada: 1.menambah jumlahcadangan sumberdaya yang ada; atau 2. menggunakan sumberdaya secaraefisien. Pilihan efisiensi penggunaan sumberdaya seharusnya dipilih karenaini lebih berkelanjutan secara ekologis dalam jangka panjang.

(2) Prinsip membuat uang yang ada berputar: Intisari prinsip ini adalah mengambilyang terbaik dari tiap rupiah yang dimiliki masyarakat, yaitu, akan lebihmenguntungkan bagi masyarakat setempat bila tiap rupiah yang ada

Page 18: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

7

berputar dalam perekonomian tersebut 6 sampai 8 kali sebelum uang itumeninggalkan perekonomian. Dengan cara inilah terjadi multiplier effect. Artilain dari prinsip ini: hindari kebocoran (uang meniggalkan perekonomian)dengan mencegah masuknya barang impor (barang dari wilayah lain) danmenyimpan uang di bank. Investasi uang di bank hanya akan menjadikebocoran belaka bila bunga tabungan yang didapat tidak dipergunakandalam perekonomian kembali sebagia pengimbang. Pembelian barangimport hanya mengeluarkan uang dari perekonomian lokal. Untukmenghindari ini, perekonomian lokal harus memiliki diversifikasiperekonomian sebanyak mungkin dalam produksi jasa dan barang. Strategiini juga efektif sebagai upaya meningkatkan kepekaan akan nilai pekerjaanyang dilakukan seseorang; Seseorang dapat melihat utilitas/kemanfaatandari karya mereka dengan segera.

(3) Prinsip Membuat barang dan jasa sendiri. Prinsip ini berkaitan denganpengadaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan lokal sesuai yangdibutuhkan masyarakat oleh penduduk masyarakat itu sendiri. Sistemproduksi dan konsumsi semacam ini akan menekan kebutuhan akan barangbarang impor (sebagai salah satu bentuk kebocoran perekonomian).

(4) Prinsip membuat sesuatu baru. Prinsip ini mengarah pada penanganankapasitas kreatif manusia seperti misalnya dalam penemuan cara untukmemanfaatkan sumberdaya dan menangkap dan memanfaatkan potensipasar yang ada. Membuat produk baru membuat kepentingan pasardinamik. Produk produk baru yang bermanfaat dan inovatif akan diterimapasar karena ksegaran mereka adalah kualitas positif yang mereka miliki diatas utilitas yang nampak.

(5) Prinsip berdagang dengan mitra yang setara. Sebagai jalan menuju penciptaankekayaan ekonomi lokal, prinsip ini menciptakan kepercayaan diri kolektif(kelompok) menghadapi pihak luar (yang setara dalam urusan urusan yangrelevan). Sebagai prinsip terakhir untuk menciptakan kekayaan lokal,berdagang hanya dengan partner yang setara akan menciptakanketergantungan kolektif (kelompok) dengan pihak luar yang setara dalambanyak hal. Prinsip ini cukup realistik mengingat dalam kenyataanperekonomian sekarang, keadaan autarki (isolasi ekonomi) tidak pernah bisadicapai. Manfaat bersama dari perdagangan antara mitra yang setara dapatmemenuhi kebutuhan masyarakat sendiri tanpa mengkompromikanekonomi pihak lain. Dampak dari penerapan prinsip ini adalahkeberlanjutan kelembagaan ekonomi, hal yang tentu diinginkan apabilakeberlanjutan menjadi arus utama pembangunan desa.

3.8. Kerangka Pendekatan/Metode Penyusunan Model(1) Pengembangan ekonomi perdesaan harus berangkat dari landasan

philosophi bahwa kemandirian perdesaan yang secara eksplisit dicita-citakan

Page 19: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

8

dalam Undang Undang otonomi daerah hanya akan terjadi apabilamasyarakat desa sendiri memiliki kesadaran, kemudian upaya terarah, untukmengembangkan dirinya dengan bekal utama apa yang ada, baik di dalamrumah tangga, kelompok maupun satuan perdesaan. Jadi pengembanganperdesaan berbasis apa yang ada (start with you own), Dengan demikianUndang-undang Otonomi Daerah, dan upaya lain, seprti halnya RGPS,hanya merupakan sarana (means) da bagi pembangunan perdesaan. Prinsipini menjadi landasan lain dalam penyusunan rencana pembangunanperdesaan di dalam RGPS.

(2) Pengembangan ekononi lokal sebisa mungkin didasarkan pada informasidan data desa, baik fisik maupun non fisik yang akurat. Karena diperlukanpentahapan yang sistematik dalam proses perumusan perencanaannya,dengan melibatkan semua pihak.

(3) Penyusunan rencana pembangunan perdesaan perlu mengedepankanpartisipasi inklusif dan kemitraan antar pihak, untuk menjamin rasakepemilikan dan mobilitas optimal sumberdaya desa dalamimplementasinya.

(4) Bertahap:a. Dimulai dengan pengumpulan data:

i. Data dasar desa berupa identifikasi sumberdaya potensial dan bentukbentuk ekonomi yang sudah ada.ii. Data Persepsi dan Aspirasiiii. Dokumen perencanaan yang pernah adaiv. sinthesis dan analisis atasa data alam, data ekonomi sosial, data

persepsi dan aspirasib. Identifikasi Potensi dan Kendalac. Permufakatan pilihan proyek:d. Penysunan Kerangka Kelembagaan dan Tata Pengaturane. Rancangan Pengelolalaanf. Keputusan penentuan Proyek Bersamag. Implementasi dan Evaluasi

Sasaran pendukung tahapan tersebut di atas adalah menemukan komponenpenting sebuah model pengembangan usaha yang ditempuh melaluibeberapa tahapan.

i. Penentuan orang- orang kunci di desa, utamanya yangmenunjukkan talenta enterpreneurship.

ii. Pengadaan program pelatihan sebagai sumber pertamapengkaderan (enterpreneure dan pengembangan usaha, berisi materienterpreneurship dan pengelolaan usaha..

iii. Penentuan alternatif usaha kelompok/atau individu melaluipertemuan pendahuluan pendampingan

iv. Pelatihan anggota sebagai awal pendampingan: selain teknikalforum ini sekaligus menjadi tempat sosialisasi.

Page 20: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

9

Mengikuti Krishna Uphoff/Esman, ada atas empat jenis pendekatanpembangunan pedesaan yaitu:

(1) Proyek bersama yang berdasar potensi pertanian,(2) Proyek bersama yang multi-sektoral(3) Proyek bersama yang memanfaatkan sumberdaya/alam dan lingkungan,

dan(4) Proyek bersama berbasiskan pelayanan jasa-jasa sosial (kesehatan,

pendidikan terutama).

Tiap golongan itu dilandasi oleh dan memerlukan seperangkat gugus teori ekonomiyang disesuaikan.

Di dalam pendekatan RGPS, pola mana yang akan dipilih dilandasakan padalandasan teoretik dan data potensi fisik desa dan data aspirasi dan opini yangberasal dari stakeholders desa.

3.9. Prinsip KewirausahaanRGPS memotivasi masyarakat dan aparat desa untuk membuka usaha (enterprise),baik home based atau villaged based dengan mengupayakan: training pengembangankapasitas, menyiapkan manual teknik tentang start-up credit bisa dari bank atauprogram pemerintah yang ada (KUPEDES, PEMP), pengelolaan produksi,marketing, dan akuntansi sederhana.

Ahli pengembangan kewirausahaan (bisa expert atau peneliti RGPS (sangatdiharapkan) melakukan pelatihan dengan module yang cukup lengkap untuk masingmasing topik. Termasuk dalam persiapan ini adalah penyiapan upaya peningkatanenterpreneuship desa oleh semua pihak, tapi terutama bisa diarahkan untuk kedua jeniskelompok sasaran, yaitu wanita dan pemuda: Bahan pelatihan kewirausahaankhususnya dibuat untuk menstimuli terjadinya perubahan attidute ( attitudinalchange) pengembangan ketrampilan wirausaha (entrepreneurial skill development)dan perencanaan sistem pendukung usaha perdesaan ( planning rural enterprise supportsystems) melalui kerangka RGPS.

Prinsip penting pengembangan kewirausahaan yang mau diajukan dalam kerangka RGPS iniadalah bahwa penanaman modal harus dibuat pada diri wirausaha sendiri buka pada usahanya(the investment is made in the entrepreneur and not in the enterprise). Sehingga segenap upayayang ditujukan bagi pengembangan usaha perdesaan harus berbentuk people - centered, yaitu pengembangan wirausaha pedesaan

Model pengembangan usaha yang akan menjadi modul utama pengembangankewirausahaan adalah model MAIR (motivation; ability and experience; idea with market;and resources) oleh Richardson and Howarth (2002). Menurut model ini ada empatkomponen penting yang perlu dikembangkan untuk mendukung strategi pendirianusaha (start up strategy) yaitu:

(1) motivation (motivasi)

Page 21: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

10

(2) ability and experience (kemampuan dan pengalaman)(3) idea with market (ide tentang calon pelanggan/konsumen/pembeli)(4) resource (sumberdaya)

Selain empat hal di atas faktor –faktor eksternal ini akan mempengaruhi strategipembukaan usaha:

(1) Sektor pendukung usaha secara umym, utamanya upaya peningkatan usahayang diprakarsasi pemerintah, atau stakeholders ekonomi lain.

(2) Lingkungan kelembagaan (kebijakan, regulasi).(3) Lingkungan ekonomi/pasar.(4) Konteks sosio-kultural perdesaan.

Karena sikap kewirausahaan adalah modal utama dalam pengembangan usahaperedesaan, maka hal itu juga perlu dimiliki oleh aparat pemerintahan desa, selaintentunya stakeholder pembangunan perdesaan. Jiwa kewirausahaan perlu dimilikioleh aparat pemerintah desa agar pekerjaan layanan yang mereka jalani bisadilakukan dengan sikap melayani, mencipta, berprakarsa, dan tangan terbuka.Hanya aparat seperti ini yang mampu menciptakan dukungan yang cocok bagipengembangan usaha perdesaan. Agar kapasitas itu dimiliki pelatihan di bidang iniperlu diberikan.

Perubahan sikap di tingkat pembuat kebijakan, staff lapangan, dan warga desa itusendiri desa perlu terjadi sebagai pra-syarat pertama. Untuk mencapai itu, pelatihanperlu diberikan tidak hanya kepada aparat melainkan juga kepada kader desalainnyam termasuk wakil kelompok terpinggirkan. Sumberdaya yang ada perlu diarahkan untuk penciptaan kewirausahaan perdesaan dibanding pada pendirianusahanya itu sendiri. Strategi ini kompatibel dengan dan perlu dijalankan dalamkonteks RGPS. Dengan kata lain, mengingat sifat pendanaan kegiatan RGPS yangone time grants, maka tajuk pengembangan usaha kecil mandiri perdesaan harusditekankan kepada pngembangan yang berbasis pengembangan ketrampilan,ketrampilan pengkajian pasar, pengadaan dan pengelolaan kredit disbandingprogram yang sifatnya penguatan sektor.

3.10. Prinsip PengelolaanPrinsip pengelolaan program pembangunan perdesaan, yaitu:

(1) Accountable, Pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan kepadamasyarakat.

(2) Transparant, pengelolaan kegiatan harus dilakukan secara terbuka dandiketahui oleh masyarakat.

(3) Acceptable, pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperolehdukungan masyarakat.

(4) Sustainable, pengelolaan kegiatan dapat memberikan manfaat kepadamasyarakat secara berkelanjutan.

Page 22: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

11

3.7. Pola PelaksanaanPola Pelaksanaan program pembangunan perdesaan dilakukan oleh masyarakatmulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Dalam pelaksanaankegiatan mengacu kepada Kepres No. 80 Tahun 2003, Pedoman PelaksanaanPengadaan Barang dan Jasa.

4 KONDISI PERDESAAN DESA KASUS

Deskripsi Umum, Issue Kritikal, Potensi dan Opsi Solusi Desa Gunung Sari

Page 23: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

12

Dalam tulisan ini penyusunan model pengembangan ekonomi diterapkan pada desaGunung Sari Kecamatan Sadananya Kabupaten Ciamis, salah satu desa dari 10 desayang terpilih sebagai kasus penelitian RGPS. Gambaran Umum desa Gunung Sariadalah sebagai berikut.

4.1. Deskripsi UmumDesa Gunung Sari merupakanbagian dari Kecamatan Sadananya,berada di wilayah pengembanganUtara dalam perspektif RencanaTata Ruang Kabupaten Ciamis.Desa ini terletak di kaki GunungSawal, secara alamiah memilikipotensi wisata. Luas wilayahkeseluruhan adalah 326,71 hektar,terbagi menjadi tiga dusun, yaituDusun Desa, Dusun Cikatomas dan

Dusun Cilopadang. Ketinggian desa ini sekitar 450 mdpl dengan jumlah pendudukadalah sekitar 3000 jiwa, membentuk sebanyak 840 rumah tangga/KK. Secarademographik tergolong masyarakat usia muda, dengan komposisi jender lebihkurang seimbang, meskipun secara jumlah absolut pria sedikit lebih banyak dariwanita. Potret keseimbangan jender relatif stabil terjaga dari tahun ketahun dalamsepuluh tahun terakhir.

Dari keseluruhan, lahan di desa ini dikategorikan menjadi tanah darat (216,45 ha)dan tanah sawah (110,26 ha). Karena terletak di kaki gunung wilayah Desa GunungSari berbatasan dengan wilayah kehutanan yang seluruhnya berjumlah 52.136 hektaryang terbagi menjadi : areal suaka margasatwa 5.400 hektar, areal hutan lindung496 hektar, areal hutan produksi 240 hektar, dan areal hutan produksi tetap 46.000hektar. Sementara itu, air yang mengalir di Desa Gunung Sari berasal dari GunungSawal yang dialirkan oleh Sungai Cileer dan Sungai Cijolang yang bermuara di SubDAS Cimuntur.

Mata pencaharian masyarakat pada umum-nya adalah petani sawah dan ladang(lereng gunung). Jenis tanaman-tanaman yang dikembangkan masyarakat padaumumnya adalah jenis kayu kehutanan, buah-buahan dan tanaman padi. Untukjenis tanaman kehutanan berupa kayu afrika, puspa, pinus, mahoni, sengon dan jati.Sedangkan untuk jenis tanaman buah-buahan berupa tanaman mangga, durian,kelapa, rambutan, aren, pisang dan jambu. Selaian itu, juga beberapa masyarakatmengembangkan home industry pembuatan kerupuk dan kerajinan dari bambu. Padamusim-musim tertentu masya-rakat di desa ini berburu babi di Gunung Sawal.Kegiatan inilah yang kemudian merusak hutan di Gunung Sawal.

Gunung Sawal memiliki kekayaan alam yang besar, khususnya dalam perspektifekologis, dalam fungsinya sebagai penjaga keseimbangan ekosistem Ciamis Utara.

Page 24: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

13

Kelestarian Flora dan Fauna di dalamnya akan berpengaruh terhadap tersedianya airbagi masyarakat.

Sebagian warga desa Gunung Sari telah menyadari akan hal ini, sehingga berinisiatifmembentuk gerakan konservasi swadaya lokal, memperkuat kegiatan yangdilakukan oleh pemerintah. Secara formal, kawasan Gunung Sawal terbagi dalamzona wilayah produksi dan konservasi. Di dalam zoning ini, sebagian wilayah desaGunung Sari merupakan zona konservasi (kawasan suaka margasatwa dan hutanlindung). Selain zona konservasi terdapat areal-areal yang dianggap keramat, yaituDaerah Tugu di Dusun Cikatomas, tempat makam tokoh agama lokal. Karenadianggap keramat lokasi ini terjaga keasriannya.

Sarana dan prasarana fisik yang terdapat di desa ini sudah cukup baik. Jalan sebagaipelancar kegiatan masyarakat sudah diaspal sampai lereng Gunung Sawal. Namunkegiatan perawatan menunjukkan gejala menurun, hingga dalam perkembangannyakondisi jalan semakin rusak akibat aliran air dari sistem pembuanghan air yang tidakterkendali. Sarana transportasi umum berupa angkutan kota, sudah mejangkaukawasan desa, meskipun belum keseluruhan.

Desa ini bisa dijangkau dari terminal kota hanya sampai desa Sadananya, yangbersebelahan. Dari Sadananya masyarakat harus memanfaatkan jasa ojek untukmasuk desa (angkutan dengan sepada motor). Bagian desa yang terletak di kakiGunung Sawal adalah Kawasan Tugu (Jambe Sewu), merupakan kawasan GunungSawal bagian timur tenggara.

Karena posisinya yang penting, di sini akan didiskripsikan sekilas tentang kawasanTugu Gunung Sawal.

Secara geografis Kawasan Tugu berbatasan dengan dua desa yaitu Desa Gunungsaridan Desa Bendasari. Karena posisinya Desa Gunung Sari memiliki akses utama kekawasan Tugu yang memiliki ragam potensi wisata.

Kawasan suaka margasatwa Gunung Sawal sendiri berdasarkan hak penguasaan/kepemilikan kawasan Tugu (Jambe Sewu) terdiri dari :

(1) Tanah (Hutan Rakyat): Sebagian dari kawasan Tugu (Jambe Sewu) adalah danmerupakan jalan masuk untuk puncak Tugu

(2) Tanah desa atau biasa disebut tanah pangangonan dikawasan Tugu masuk.Berbatasan dengan hutan pinus dan rasamala milik Perum Perhutani sertaberada di daerah aliran Sungai Cisenday.

(3) Tanah Perum Perhutani: Tanah Perum Perhutani di Kawasan Tugu (JambeSewu) terdiri dari lima buah bukit pada petak 38.

a. Bukit Tugu I: dimana terletak makam seorang tokoh masyarakat yaituSyekh Haji Mustofa yang sering diziarahi masyarakat sekitar. Bukit Tugu Ipada umumnya ditumbuhi tanaman pokok berupa rasamala dan pohonpinus. Tanaman bawahnya terdiri dari kaliandra, pakis, rotan, jahe-jahean,seuseureuhan, talas-talasan, dll.

Page 25: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

14

b. Bukit Tugu II : Bukit Tugu 2 merupakan terusan dari bukit tugu I sebelahselatan adalah merupakan lereng dengan kemiringan antara 30 sampai 45hingga kedasar lembah yaitu aliran sungai Cisenday. Lereng selatan padaawalnya merupakan lahan yang ditumbuhi kayu keras dan pakis, namunkemudian dibuka untuk hutan produksi dengan pola tumpangsari olehmasyarakat dengan tanaman palawija sehingga kondisi saat ini sangatmengkhawatirkan (kritis) dimana tanaman poko (pinus) tidak diurus(banyak yang tidak tumbuh) sementara tanaman palawijanya karena dinilaitidak ekonomis sekarang telah banyak ditinggalkan petani penggarap dandibiarkan menjadi semak.

c. Bukit Tugu 3 : Adalah merupakan bukit dengan puncaknya yang cukup luasdan datar. Seperti halnya bukit tugu 2 yang merupakan proyek hutanproduksi dengan pola tumpangsari yang kini hanya ditumbuhi rumput dansemak-semak. Saat ini bukit tugu 3 sering dimanfaatkan oleh para pendakiuntuk mendirikan tenda/kemah.

d. Bukit Tugu 4 : Kondisinya sama dengan bukit tugu 3 dan dengankemiringan 30 derajat hanya ditumbuhi semak-semak.

e. Bukit Tugu 5 : Adalah kawasan tanaman pinus yang telah disadap dandibawahnya ditumbuhi berbagai tanaman perdu, jahe-jahean, pakis anggrektanah, dll.

Penyajian tentang kawasan Tugu memiliki relevansi dengan usulan pengembanganekonomi desa yang akan disampaikan dalam tulisan ini.

4.2. Struktur Pemerintahan DesaDesa Gunung Sari merupakan contoh tipikal desa di Indonesia yang strukturnyamengikuti Undang Undang yang berlaku. Ini berarti struktur organisasai dankelembagaan desa mengikuti sepenuhnya dinamika undang-undang perdesaan yangberlaku di Indonesia. Tidak adanya aturan adat - lokal yang khas, menjadikanstruktur desa sepenuhnya mengikuti aturan perundangan yang berlaku.

Lembaga desa yang ada umumnya terbentuk dari kebutuhan kegiatan masyarakat ditingkat lokal. Sebagai contoh, adanya kegiatan swadaya konservasi oleh sebagainpemuda desa didasari oleh keprehatinan akan semakin terancamnya Gunung Sawalsebagai penjaga ekosistem Ciamis Utara.

4.3. Pengelolaan Pemerintahan: Pola KewenanganKepala desa adalah personifikasi pemereintahan desa. Karenanya kepala desa(disebut juga Kuwu) merupakan figur yang umumnya menjadi panutan masyarakat(patron). Pada saat kepala desa mampu konsisten menjalankan pemerintahandengan baik, maka pembangunan desa dapat berjalan dengan baik, namunsebaliknya apabila kepala desa tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik, karena

Page 26: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

15

lebih mementingkan kegiatan pribadinya, terutama di luar desa, makapembangunan desa menjadi terhambat serta masyarakat tidak lagi memiliki respekyang tinggi terhadap pemerintahan desa, sekalipun di desa tersebut terdapatperangkat desa lainnya yang dapat mewakili kepala desa. Gambaran terdegradasinyakewenangan formal kuwu di mata masyarakat pernah mewarnai masyarakat desaGunung Sari. Gejala tidak efektifnya pola kewenangan Kuwu berikut aparat desasempat terekam dalam masa survey tim RGPS.

Di sisi lain, bisa dicatatat bahwa desa Gunung sebenarnya memiliki kepala desadengan kapasitas organisasi yang sangat baik, terbukti dari keterpilihannya menjadiKetua Asosiasi Masyarakat sekitar hutan, untuk bertindak menjadi perwakilan desa-desa sekitar hutan untuk berbicara kepada dinas terkait dan perusahaan perhutanan,misalnya PERHUTANI.

Peraturan yang disusun di tingkat desa (Perdes atau yang tidak di-PERDES kan,misalnya pemasangan portal jalan) umumnya berupa peraturan yang bersifatpenjaringan dana untuk pembangunan desa. Perdes yang ada adalah PERDEStentang Urunan Desa yang berisi peraturan tentang besarnya urunan dari masyarakatuntuk dana pembangunan desa yang besarnya biasanya berdasarkan kepada iuranPBB yang harus dibayar suatu rumah tangga.

Tingkat swadaya masyarakat masih belum terlalu tinggi, tercermin dari budget desayang masih tergantung kepada alokasi dana umum dari kabupaten yang besarnyaRp 30 juta/tahun. Selain itu dana pembangunan desa juga berasal dari danapembangunan infrastruktur (dari dinas teknis) seperti program Raksa Desa danProgram Peningkatan Kecamatan (PPK). Dua program ini merupakan programbaku yang diprakarsai oleh pemerintah supra desa.

4.4. Pola Pengarahan, dan Pengambilan Keputusan dalam PemerintahanDesa

Perencanaan desa secara formal dibuat berdasarkan Musyawarah Perencanaan danPengembangan (Musrenbang) di tingkat desa yang mengikutsertakan seluruh unsurdi tingkat desa (pemerintahan desa, BPD, tokoh-tokoh masyarakat, pemuda danwanita). Hasil Musrenbang tingkat desa ini akan dibawa ke Musrenbang tingkatkabupaten untuk dijadikan program dan mendapat pembiayaan dari APBD.

4.5. Pengawasan dan Evaluasi Pemerintahan DesaDalam hal pengawasan dan evaluasi kinerja pemerintah desa, desa Gunung Sarimengikuti pola yang berlaku di Kabupaten Ciamis. Undang Undang No 22/1999menempatkan camat sebagai perangkat pemerintahan daerah dan bukan lagisebagai kepala wilayah, menjadikan kepala desa langsung bertanggung jawabterhadap bupati. Namun demikian karena sebagian besar desa di kabupaten Ciamismasih memandang Camat sebagai ”pupuhu” (sesepuh) dan masih diperlukansebagai fasilitator pemerintahan oleh karena itu masih dapat berfungsi sebagai

Page 27: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

16

perangkat pengawasan pemerintahan desa. Walaupun demikian pengawasanpemerintahan kabupaten masih cenderung lemah terhadap desa, dimana terdapatkasus desa yang BPD-nya telah menyampaikan keluhan tentang kinerja kepaladesanya dan meminta agar ada perhatian dan pengawasan terhadap desanya tidakpernah mendapat tanggapan dari pihak kecamatan maupun kabupaten. Distorsimekanisme ini bisa disebabkan oleh kecakapan hubungan pribadi kepala desa.Kepala desa yang cukup dekat dengan pemerintahan di atasnya menjadikanlaporan dari masyarakat diabaikan.

Walaupun BPD serta tokoh masyarakat lainnya melakukan pengawasan terhadapkinerja pemerintahan desa, namun kewenangan mereka secara formal tidak terlalukuat sehingga kepala desa yang merasa cukup kuat kedudukannya dapatmengabaikan mereka.

Meskipun begitu, LSM yang ada di desa Gunung Sari telah secara efektif, meskipuntidak langsung, telah berperan sebagai watch dog informal terhadap pemerintah desa.Demikian juga dengan mekanisme kritik masyarakat; terjadi meskipun tidak secaralangsung dan terbuka, namun bisa dikatakan efektif, dalam pengertian bahwa pesanprotes masyarakat bisa sampai ke pemerintah desa dan dalam banyak hal menjadiperhatian sang kuwu.

Tokoh agama desa, para ajengan di tiap dusun, memiliki fungsi kontrol yang efektif,baik dimata pemerintah desa maupun masyarakat. Pendapat dan petuah merekamendapat perhatian dan respeks, meskipun untuk beberapa issyu cukupbertentangan dengan prakarsa pengembangan desa.

4.6. Komunikasi administratifKomunikasi perangkat desa dengan masyarakat umumnya dilakukan denganpertemuan-pertemuan tingkat desa dan menghadiri berbagai acara di RT/RW.Kontak antara aparat pemerintahan desa dengan masyarakat sangat penting dalammendorong masyarakt untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Pada situasidimana kepala desa sering tidak berada di desa, komunikasi terganggu, meskipunlayanan administrasi bisa dikatakan berjalan. Kontak langsung antar kepala desadengan masyartakat menjadi kriteria penting penilaian kinerja kepala desa olehmasyarakat. Dalam hal konsdisi ini tidak terpenuhi, tingkat partisipasi masyarakatpun secara siknifikan menurun, misalnya bisa terukur dari menurunnya frekuensigotong royong serta kegiatan swadaya masyarakat lain.

4.7. Issyu Kritikal Pemerintahan dan PerdesaanYang tergolong issyu kritikal desa Gunung Sariu adalah:

(1) lemahnya kemampuan perangkat desa dalam administrasi pemerintahan

Page 28: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

17

(2) tidak adanya peraturan yang jelas tentang prosedur pelayanan publiktermasuk biaya yang harus ditanggung masyarakat (biaya pembuatan, ktp dansurat keterangan lainnya)

(3) Tidak adanya penyuluh pertanian (termasuk kehutanan/peternakan/perikanan) yang mampu memperlihatkan contoh nyata dalam pembangunanpertanian (dalam bentuk demplot) membuat pembangunan pertanian dipedesaan tidak berkembang dengan baik.

(4) Belum sepakatnya warga dan aparat dalam pemanfaatan potensi desa,menjadikan stagnasi ide dan pembangunan.

(5) Ketergantungan yang tinggi pada inisiatif supra desa.

4.8. Kesepakatan Solusi atas isyu kritikal yang muncul(1) Pelatihan bagi perangkat desa,(2) Pembuatan peraturan desa mengenai prosedur dan biaya pelayanan

publik(3) Pelatihan pertanian bagi petani dengan membangun demplot(4) Intensifikasi pertemuan aparat – masyarakat dan Badan Perwakilan

Desa untuk meningkatkan derajad sinergi dan kemitraan.(5) Permufakatan warga desa tentang pemanfaatan potensi Kawasan Tugu

– Gunung Sawal

4.9. PotensiBerdasarkan penjelasan di atas, bisa di-identifikasi bahwa potensi dan kendalamodal yang ada di desa Gunung, sebagai modal/kendal bersama (shared andconstraining capital):(1) Modal Sosial

a. Modal Kultural: tata kehidupan religius masyarakat potensib. Modal Humani: Desa Gunung Sari memiliki warga muda yang berinisiatif,

disamping para ajengan dan kepala desa yang potensial potensi.c. Modal Pengetahuan: meskipun tingkat pendidikan rata-rata rendah, akses

kelembagaan dan hubungan dengan pihak perguruan tinggimemungkinkan desa Gunung Sari mendapatkan informasi danpengetahuan yang diperlukan potensi dan kendala

d. Modal Institusional: belum banyak berkontribusi kendala(2) Modal Fisik: alam: pertanian dan kawasan gunung Sawal potensi penting

a. Modal Finansial: kendalab. Modal Buatan Manusian: kendalac. Modal karunia alamiah: pontesi penting

Page 29: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

18

5 RANCANGAN PENGEMBANGANEKONOMI

Sebagaimana diuraikan dalam prinsip pembentukan model PengembanganEkonomi, Rancangan Pengembangan Ekonomi Desa Gunung Sari ini dirumuskanberdasarkan modal desa paling potensial, penentuan prioritas masyarakat,ketersediaan modal pendukung (SDM, kelembagaan, sumber finansial, modal sosialdan kelembagaan desa, ketersediaan modal fisik yang ada).

Proses penentuan dilakukan melalui rangkaian forum Focused group discussion (FGD)dan lokakarya yang dihadiri warga, aparat desa dari semua dusun dan unsurmasyarakat penting, dalam selang waktu Maret – April 2006. Focused groupdiscussion I dilaksanakan untuk mengidentifikasi potensi dan kendala, danmenyusun prioritas harapan. Lokakarya digunakan untuk mematangkanperencanaan. Kegiatan itu ditindaklanjuti dalam bentuk pelatihan danpendampingan dalam rangka mematangkan dokumen perencanaan (rencana bisnis).Semua proses dijalankan dengan kehadiran Tim Peneliti RGPS.

Dengan begitu semangat perencanaan partisipatori yang adaptif dan kemitraanddiusahakan dijalankan secara konsisten. Juga pendekatan ini juga diberikan denganmenekankan pengakomodasian aspirasi warga, namum tetap didukung olehpertimbangan ilmiah oleh komponen yang berasal tim RGPS. Sebagai hasilperencanaan dengan menggunakan model yang diusulkan di sini kemudiadirumuskan rencana pengembangan Peerekonomian Desa Nasol:

(1) Nama Proyek : Pembangunan Obyek Wisata Alam Terpadu Tugu AlamLestari

(2) Jenis/Sifat Kegiatan Usaha: Jasa Wisata Alam – Pertanian Terpadu(3) Jenis Produk:

a. Wisata Agro berupa penjualan komoditi hasil panen di lahan petani rakyatb. Wisata Panorama: dengan objek jual pemandangan air terjun kaki gunungc. Home stay: oleh saung kelompok dan keluarga.d. Wisata studi: 3. berupa penyajian kesempatan observasi, penelitian ilmiah

dan atau untuk pendaki gunung (mountaineering), dengan objek kajiandiantaranya:(i) Habitat surili, kera ekor panjang, aneka jenis burung dan fauna

lainnya.(ii) Aneka tanaman hias terutama jenis anggrek dan palem.(iii) Aneka tanaman obat-obatan.

Page 30: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

19

(iv) Bukit-bukit terjal serta anak-anak sungai.

e. Wisata camping dalam bentuk penyediaan camping ground

(4) Pemilik Masyarakat/Pemerintah Desa Gunung Sari(5) Pengelola: KOPERASI PONDOK PESANTREN - MIFTAHUL FALAH,

desa Gunung Sari dengan Ketua: Wawan Ridwan Iskandar dan Sekretaris: Ir.Nana O. Wirachmana

(6) Pola Kemitraan : Bentuk kesepakatan antara Desa, Perhutani, BadanKoordinasi Sumberdaya Air, dan Organisasi Pengelola telah menetapkanbentuk kerjasama, pola bagi hasil, dan pembagian kerja antar pihak.

Gambaran lengkap mengenai rumusan Pengembangan Ekonomi Desa GunungSari disajikan dalam bentuk Usulan Bisnis, tersaji dalam lampiran.

Page 31: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

1

DAFTAR LITERATUR

Acemoglu, Daron, Simeon Johnson and James A. Robinson. The Colonial Originsof Comparative Development: An Empirical Investigation” NationalBureau of Economic Research, Working paper No. 7771. (2000) Cambridge,Mass.

Hainsworth J. B. : The case for oral transmission, 1992. CArchJ 2 1992 122-123,

Hunt, J., 'Gender and Economic Governance', Development Bulletin, No 51, March2000.

Keating, M. Research Findings No. 9. Rural Governance: The International ExperienceScottish Executive Central Research Unit. Agricultural PolicyCoordination and Rural Development Research Programme.Department of Social and Political Science, European University Institute2002

McCain ,Roger A., Essential Principles of Economics, 1992. A Hyper text Online Book.http://william-king.www.drexel.edu/top/eco/

Mosher, A.T. Serving agriculture as an administrator. Agricultural DevelopmentCouncil, New York, NY, 1975.

Rostow . W. W. The Stages of Economic Growth,. Cambridge University Press. 1960

Schumacher , E.F. Small is Beautiful (1973)

Page 32: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

2

LAMPIRAN

Page 33: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

3

Rumusan Usulan Kegiatan Usaha

WISATA ALAM TERPADU TUGU ALAM LESTARI

I. LATAR BELAKANG: Gambaran Kawasan Tugu (JAMBE SEWU)

1.1 Gambaran UmumKawasan Tugu (Jambe Sewu) adalah merupakan perbukitan dan termasuk dalamkawasan Gunung Sawal bagian timur tenggara.

Secara geografis berbatasan dengan dua desa yaitu Desa Gunungsari dan DesaBendasari. ke bagian dalam berbatasan dengan kawasan suaka margasatwa GunungSawal. Berdasarkan pada hak penguasaan/ kepemilikan kawasan Tugu (JambeSewu) terdiri dari :

(1) Tanah (Hutan Rakyat): Sebagian dari kawasan Tugu (Jambe Sewu) adalahmerupakan tanah hutan rakyat, dan merupakan jalan masuk untuk puncakTugu.

(2) Tanah Desa (Pangangonan).Tanah desa atau biasa disebut tanahpangangonan dikawasan Tugu masuk dalam wilayah Desa BandasariKecamatan Sadananya. Berbatasan dengan hutan pinus dan rasamala milikPerum Perhutani serta berada di daerah aliran Sungai Cisenday.

(3) Tanah Perum Perhutani Tanah Perum Perhutani di Kawasan Tugu (JambeSewu) terdiri dari lima buah bukit pada petak 38.

(4) Bukit Tugu I : Dibukit Tugu I terdapat pancangan patok batas (masyarakatmenyebutnya tugu), terdapat pula areal pemakaman seorang tokohmasyarakat yaitu Syekh Haji Mustofa yang sering diziarahi masyarakat sekitar.Bukit Tugu I pada umumnya ditumbuhi tanaman pokok berupa rasamaladan pohon pinus. Tanaman bawahnya terdiri dari kaliandra, pakis, rotan,jahe-jahean, seuseureuhan, talas-talasan, dll

(5) Bukit Tugu II : Bukit Tugu 2 merupakan terusan dari bukit tugu I sebelahselatan adalah merupakan lereng dengan kemiringan antara 30 sampai 45hingga kedasar lembah yaitu aliran sungai Cisenday. Lereng selatan padaawalnya merupakan lahan yang ditumbuhi kayu keras dan pakis, namunkemudian dibuka untuk hutan produksi dengan pola tumpangsari olehmasyarakat dengan tanaman palawija sehingga kondisi saat ini sangatmengkhawatirkan (kritis) dimana tanaman poko (pinus) tidak diurus (banyakyang tidak tumbuh) sementara tanaman palawijanya karena dinilai tidakekonomis sekarang telah banyak ditinggalkan petani penggarap dan dibiarkanmenjadi semak.

Page 34: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

4

(6) Bukit Tugu 3 : Adalah merupakan bukit dengan puncaknya yang cukup luasdan datar. Seperti halnya bukit tugu 2 yang merupakan proyek hutanproduksi dengan pola tumpangsari yang kini hanya ditumbuhi rumput dansemak-semak. Saat ini bukit tugu 3 sering dimanfaatkan oleh para pendakiuntuk mendirikan tenda/kemah.

(7) Bukit Tugu 4 : Kondisinya sama dengan bukit tugu 3 dan dengan kemiringan30 derajat hanya ditumbuhi semak-semak.

(8) Bukit Tugu 5 : Adalah kawasan tanaman pinus yang telah disadap dandibawahnya ditumbuhi berbagai tanaman perdu, jahe-jahean, pakis anggrektanah, dll.

1.2 PotensiKawasan bukit Tugu (Jambe Sewu) sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadikawasan wisata terpadu karena memiliki kesuburan tanah, cagar budaya dankeindahan alamnya serta keaneka ragaman hayati.

Potensi tersebut di atas memerlukan sentuhan dan penanganan yang serius danprofessional agar menguntungkan bagi pengelola, pemilik lahan ,masyarakat sekitardan yang paling penting terjaganya kelestarian sumber daya alam di kawasantersebut.

Adapun potensi-potensi tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :

Tanah rakyat dapat dikembangkan untuk hutan rakyat dan pengembangan agrowisata.

(1) Tanah desa/pengangonan dapat dikembangkan menjadi perkebunancoklat/kopi.

(2) Tanah Perum Perhutani :

a. Bukit tugu 1 dapat dikembangkan menjadi objek wisata budaya yaitudengan adanya komplek makam syekh Haji Mustofa yang seringdiziarahi masyarakat.

b. Bukit Tugu 2 dapat dikembangkan sebagai objek wisata alam denganpanoramanya yang sangat indah. Lembah yang dalam dengan sungaiCisenday yang berkelok, hamparan sawah yang luas dan udaranya yangsejuk.

c. Bukit Tugu 3 dapat dikembangkan sebagai objek wisata alam denganpanoramanya yang sangat indah. Dari atas dapat terlihat jelas hamparanKota Tasikmalaya, Cikoneng, Kota Ciamis serta hamparan sawahsekitarnya. Dari atas dapat disaksikan pula terbit dan terbenamnyamatahari serta indahnya rembulan saat malam., dan apabila menjelang

Page 35: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

5

fajar dapat terlihat disebelah timur silhouette gunung Slamet sertakicauan burung-burung.

d. Bukit Tugu 4 dapat dikembangkan sebagai hutan produksi denganpinus atau tanaman kayu lain sebagai pokok dan perkebunan bawahsebagai tumpangsari.

e. Bukit Tugu 5 dapat dikembangkan menjadi objek wisata ilmiah danpenelitian sampai ke kawasan suaka margasatwa Gunung Sawal.

f. Curug Cisenday (air terjun) yang terdiri dari empat buah curug (airterjun) membelah antara bukit Tugu 2 dan 5.

g. Lembah antara bukit tugu 2 dan 3 berpotensi untuk dikembangkanmenjadi telaga karena tanah bagian hilirnya terdapat penyempitan.Kegunaan atau manfaat telaga itu sendiri antara lain untuk cadangan air,memenuhi kebutuhan air bagi warga masyarakat sekitar hutan yangpada saat sekarang mengunakan pipanisasi untuk mendapatkan airbersih untuk pengairan sawah dan kolam.

h. Perbatasan dengan suaka margasatwa Gunung Sawal dapat dijadikankawasan habitat surili.

1. 3 Identifikasi MasalahBerdasarkan hasil dari pengamatan langsung kami di kawasan Tugu (Jambe Sewu)maka terdapat beberapa masalah antara lain :

(1) Masalah konservasi dan pelestarian :Pengelolaan hutan bersama masyarakat malalui pola tumpang sari untukmembangun hutan produksi tidak seluruhnya membuahkan hasil sesuai tujuan.Tanaman pokok sebagian besar tidak tumbuh karena tidak diurus dan petanipenggarap lebih mengutamakan tanaman palawija sebagai tumpangsari. Karenatidak ada pembinaan yang terpadu dari intansi terkait terhadap petanipenggarap maka hasil palawijanya pun tidak menguntungkan bagi petani, hal inidiperparah oleh gangguan hama (babi) yang senantiasa merusak tanaman petaniserta pencurian sayuran oleh para pendaki gunung. Akhirnya petanimeninggalkan lahan garapannya serta membiarkan tanah garapannya dalamkondisi kritis dan hanya di tumbuhi semak-semak seperti pada bukit tugu 1.2.3dan 4.

Kondisi tersebut diperparah oleh perilaku para pemburu tradisional yang secaraperiodic mengadakan kegiatan perburuan masal terhadap satwa pengganggutanaman (babi). Mereka membabat hutan dan menebang kayu saat menghalaubinatang buruannya. Mereka membakar semak dan pohon dan merekapunmembuang sampah plastik bungkus makanan.

Page 36: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

6

Demikian pula dengan perilaku para pendaki gunung yang selalu menebangkayu untuk mendirikan tenda dan sebagai bahan bakar. Mereka mengukir kulitkayu dan mencat namanya pada batu-batu. Saat pulang mereka meninggalkanbara api serta sampah plastik, kaleng dan botol berserakan.

(2) Masalah Masyarakat Sekitar HutanMasyarakat sekitar kawasan Tugu (Jambe Sewu) yaitu masyarakat DusunCikatomas Desa Gunungsari adalah merupakan orang-orang panatis danreligius. Atas sifatnya yang demikian maka adanya kecenderungan semakinbanyaknya orang berziarah dan mendaki gunung dan berkemah di kawasantugu (Jambe Sewu) menimbulkan kehawatiran bagi mereka.

(3) Kekhawatiran terhadap peziarah :Kegiatan ziarah ke makam syeh Haji Mustofa di kawasan Tugu 1 terkadangdisikapi oleh para peziarah secara berlebihan. Apalagi di tempat pemakamantersebut disediakan tempat tertutup untuk peziarah lebih leluasa melakukanaktifitasnya secara berlebihan dan mengarah pada pebuatan syirik danmengharap berkah dan meminta-minta.

(4) Kekhawatiran terhadap pendaki gunung :Keindahan panorama alam kawasan tugu (Jambe Sewu) membuat orangberdatangan untuk menikmatinya. Mereka mendirikan tenda-tenda untukbermalam dan mereka melakukan segala aktifitas sesukanya tanpamemperdulikan kondisi alam dan kondisi masyarakat sekitarnya.

Mereka meminum minuman beralkohol yang memabukan, mereka datangberlainan jenis sehingga terbuka peluang untuk bermaksiat dan mengarah padaperbuatan zina, mereka bermain kartu (remi dan domino) yang terkadangdengan taruhan uang (judi).

Perilaku demikian dari para pendaki gunung membuat masyarakat sekitarmenjadi resah dan khawatir.

(6) Masalah Pemberdayaan Potensi Alam Dan Potensi Masyarakat.Sebagaimana telah dikemukan pada poin 1 yaitu tentang masalah konservasidan pelestarian alam. Ada hal yang dianggap unik dan janggal atas perilakumasyarakat sekitar hutan (Jambe Sewu) bahwa ditawari pembukaan lahan olehperum perhutani melalui program PHBM mereka sangat antusias dan segeramerespon dan melaksanakannya, walaupun pada akhirnya mereka tinggalkankarena ternyata tidak ekonomis dan produktif (menguntungkan). Dilain pihakbahwa tanah milik pribadinya tidak terurus alias terbengkalai dan dibiarkantumbuh menjadi semak-semak.

Kondisi demikian tentunya tidak harus dibiarkan terus berjalan. Pembinaanterhadap petani (masyarakat Sekitar hutan) harus segera dilakukan untuk

Page 37: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

7

memberdayakan potensi tanah masyarakat yang sesungguhnya sangat subur dandapat menjadi lebih produktif.

Ada catatan khusus yang kami garis bawahi mengenai perilaku masyarakat yangdapat dikatakan ironis, antara lain :

a. Masyarakat sekitar hutan terbiasa membeli sayuran dari pasar di pusat kota,Padahal sesungguhnya mereka bisa menanam sendiri dan bahkan bisamenjadi pemasok sayuran untuk Pasar Ciamis yang saat ini masihmendatangkan dari luar daerah untukebutuhan produk sayuran tertentuseperti dari Cikajang (Garut), Majenang, Kuningan, dll.

b. Peternak ayam yang banyak terdapat di wilayah sekitar Tugu (Jambe sewu)menjual kotoran ayamnya ke Cikajang (Garut) untuk bahan pupuk.Sementara tanah pertaniannya ketergantungan membeli pupuk anorganicdari kota. Pada hal sesungguhnya mereka dapat memanfaatkan kotorantersebut untuk memupuk tanah pertaniannya sendiri bukan di jual jauhsementara mereka membeli pupuk anorganik.

c. Bertani masih dianggap sebagai usaha tambahan sehingga mereka belummaksimal mengolah lahan. Banyak tanah masyarakat yang ditumbuhibambu dan alang-alang atau semak-semak saja, sehingga keuntungannyahanya mengandakkan dari penjualan bambu atau diolah sendiri menjaditampir (tempat menjemur padi) yang harganya tidak dapat dijadikan sebagisumber pokok pendapatan keluarga. Tanah sawah dan ladang mereka olahseadanya, asal selesai membajak, menanam dan memupuk lantasditinggalkan sampai masa panen datang. Akibatnya sebagian waktunyadigunakan untuk mencari nafkah di kota-kota atau mencari pekerjaanlainnya termasuk mengambil kayu dan rotan dari hutan secara illegal danpenuh resiko.

1.4 Pemecahan MasalahDari identifikasi masalah serta pengkajian dilapangan dapat kaimi ambil beberapakesimpulan dan pemecahan masalah, antara lain :

(1) Telah terjadi kerusakan hutan produksi di kawasan Jambe Sewu (Tugu 2.3dan 4).

(2) Telah terjadi keresahan diantara warga masyarakat sekitar atas aktifitas parapeziarah dan pendaki gunung dikawasan tugu (jambe sewu) terutama masalahkemaksiatan dan bahaya syirik.

(3) Belum ada pembinaan yang intensif dari pihak terkait kepada para petanisehingga para petani masih menggunakan cara tradisional dan seadanya dalammengelola tanah pertaniannya sehingga hasil yang dicapai tidak memuaskan.Akhirnya masyarakat sekitar hutan memilih alternatif usaha lain untikmemenuhi kebutuhan hidupnya seperti merantau di kota besar atau mencurikayu/ rotan dari kawasan Suaka Margasatwa Gunung Sawal.

Page 38: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

8

(4) Potensi alam yang sangat potensial untuk dikembangkan memerlukanpenanganan yang serius, terprogram dan menyeluruh.

Atas dasar kesimpulan di atas, koperasi Pondok Pesantren Miftahul Falah yangmerupakan divisi ekonomi dari Yayasan Islam Miftahul Jannah bersama denganlembaga swadaya masyarakat bina alam lestari yang merupakan divisipemberdayaan dan pelestaria lingkungan hidup Yayasan Islam Miftahu Jannah yangberdomisili di Kecamatan Sadananya, memandang bahwa solusi dari kesimpulan diatas adalah bahwa kawasan Tugu Jambe Sewu harus dikelola secara serius,professional dan terpadu.

Melalui sentuhan tangan professional, kawasan Tugu Jambe Sewu dapatdikembangkan menjadi kawasan wisata terpadu yang sangat potensial. Hal itulahyang menggugah kami untuk ikut berpartisipasi mengembangkan dan melestarikankawasan hutan tugu jambe sewu, yang manfaat dari pengelolaan kawasa tersebutantara lain :

(1) Terjaga dan terpeliharanya kawasan Tugu Jambe Sewu dari :

a. Penebangan liarb. Perburuan satwa dilindungic. Pencemaran aird. Pemusnahan /perusakan plasma nutfahe. Vandalismef. Sampah (plastik, kaleng dan botol).g. Kebakaran hutan

(2) Dengan penanaman kembali kawasa Tugu Jambe Sewu, baik tanamn inti,tanaman konservasi maupun tanaman bawah/tumpangsari, maka kawasaatersebut akan kembali menjadi kawasan hijau untuk :

a. Mecegah erosib. Sumber makanan bagi berbagai satwa liar dilindungic. Mengundang kunjungan wisatad. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan kawasan tugu

jambe sewu, dari pendapatan hasil pertanian, peternakan, perikanan danpenjualan kerajinan.

e. Pendapatan bagi pengelola dan Perum Perhutani KPH. Ciamis dariretribusi/karcis masuk kawasan wisata, bagi hasil dari hasil perkebunantanaman bawah.

f. Pendapatan bagi Desa Gunungsari dari bagi hasil retribusi/karcis masukkawasan wisata.

g. Kontribusi bagi pendapatan asli daerah (PAD).

(3) Ikut menjaga keamanan hutan produksi di kawasan Jambe Sewu, terutamagetah pinus hasil sadapan yang sering diambil para pendaki gunung untukbahan bakar atau batang pinus dan kayu lain yang sering digunakan sebagaikayu bakar oleh para pendaki dan digunakn pagar oleh para pemburu.

Page 39: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

9

II. PROGRAM PENGEMBANGAN OBJEK WISATA TERPADUTUGU ALAM LESTARI

2.1 Gambaran ProgramProgram pengembangan objek wisata terpadu Tugu Alam Lestari diharapkan dapatmenjadi solusi sebagai jawaban atas segala permasalahan yang terjadi di kawasanGunung Sawal terutama wilayah Gunung Sawal bagian timur selatan yangmerupakan hasil dari pengamatan dan pengkajian serta wujud kepedulian danpartisipasi aktif dari Kopontren Miftahul Fallah.

Program pengembangan objek wisata alam terpadu Tugu Alam Lestari adalahmerupakan program terpadu pengelolaan objek wisata dari tiga jenis objek wisatayang dapat dikembangkan di kawasan tugu (SM. Gunung sawal bagian timurselatan) tepatnya jenis objek wisata tersebut dikemas dalam satu kawasan luas yangsaling terkait sehingga menjai kawasan wisata yang potensial.

Ketiga objek wisata yang akan dikembangkan tersebut adalah :

(1) Pengembangan Objek Wisata Agro (Agro Wisata )

Pengembangan objek wisata agro (agro wisata) dimaksud adalah satu upayapemberdayaan masyrakat sekitar hutan melalui pengembangan budidaya hasilpertanian. Petani di coba diarahkan untuk dapat meningkatkan aktifitasbertanianya dengan pembinan secara intensif melalui pengembangan polatanam mono kultur bagi beberapa jenis komoditas pertanian dan perkebunanyang potensi pasarnya menjanjikan, seperti

a. Komoditas pertanian jenis sayuran seperti misalnya bawang daun, sawi,kol, bunga kol, wortel, bayam, cabe rawit, selada, seledri dll.

b. Komoditas perkebunan bawah seperti misalnya jahe, kunyit, temu lawak,terigu, pisang, kaliki dll.

c. Pengembangan peternakan seperti sapi, domba, kelinci dan lebah madu.

(2) Pengembangan objek wisata alam/ pemandangan alam (visual lanskap) danwisata budaya :

Pengembangan wisata alam dan wisata budaya dimaksud adalah sebagai upayapemberdayaan potensi alam dan fenomena alam yang dapat dilihat, dinikmatidari objek wisata Tugu Alam Lestari. Fenomena alam tersebut antara lain :

a. Kawasan Tugu I :b. Panorama Alam Bukit Tugu II :c. Curug Cisendai I & II :d. Bukit Tugu IIIe. Bukit Tugu IV :f. Pengembangan Objek Wisata Terbatas :

Page 40: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

10

Pengembangan objek wisata terbatas yaitu upaya pemberdayaan potensialam sebagai bahan observasi, penelitian ilmiah dan atau untuk pendakigunung (mountaineering).

Objek yang dapat dilihatdan diobservasi antara lain :

i. Habitat surili, kera ekor panjang, aneka jenis burung dan fauna lainnya.ii. Aneka tanaman hias terutama jenis anggrek dan palem.iii. Aneka tanaman obat-obatan.iv. Bukit-bukit terjal serta anak-anak sungai.

Pengembangan objek wisata terbatas difokuskan pada kawasan suaka marga satwaGunung Sawal di bawah pengawasan BKSDA Jabar II.

3.2 Langkah-Langkah Kongkrit Program POWATTAL3.2. 1 Aspek HukumUntuk merealisasikan program POWATTAL maka harus ditempuh denganmembuat kesepakatan bersama yang saling menguntungkan. Isi dari padakesepakatan itu antara lain :

(1) Permohonan izin pengelolaan bersama hutan produksi dengan PerumPerhutani .

(2) Permohonan izin pengelolaan bersama hutan lindung dengan BKSDA JabarII.]

(3) Pembuatan nota kesepahaman MOU antara pengelola dengan kedua instansidi atas (Perum Perhutani dan BKSDA Jabar II)]

(4) Pembuatan nota kesepahaman MOU dengan pemerintah setempat (DesaGunungsari) dan masyarakat sekitar pemilik tanah.

3.2. 2. Aspek TeknisUntuk melaksanakan POWATTAL direncanakan dibagi dalam beberapa tahapankegitan antara lain :

(1) SosialisasiSosialisai kepada BKSDA Jabar II dan Perhutani dengan tujuan untuk meyakinikankedua instansi di atas bahwa program POWATTAL adalah program yangmenguntungkan dalam beberapa hal, ekonomi sosial dan keberlanjutan sumberdayaalam.

Sosialisasi kepada masyarakat sekitar dan pemerintah setempat untuk menunjukkanbahwa dengan dibukanya wisata TAL akan menguntungkan untuk masyarakat danpemerintah setempat (Desa Gunungsari) diukur dari potensi pemasukanpendapatan.

Sosialisasi kepada Pemda dan Dinas terkait dimaksudkan bahwa dengan adanyaOWTAL membuka peluang untuk Peningkatan PAD, penambahan keragamanobyek wisata

Page 41: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

11

Sosialisasi kepada relawan/lembaga donor, sosialisasi kepada relawan atau lembagadonor dimaksudkan bahwa program POWATAL, bisa membantu misalnyaprogram Reboisasi lahan kritis, Relokasi habitat satwa / binatang langka terutamaSurili, Penangkaran Flora khas seperti anggrek hutan, falm dan tanaman obat.

Dengan sosialisasi seperti dimaksud diharapkan fihak lembaga donor dapatmembantu membiayai atau mendanai POWATTAL.

(2) Pemetaan LokasiMaksud dari pemetaan lokasi adalah menandai lokasi yang dimaksud sesuai denganrencana program yang telah digambarkan. Sebagai informasi spasial, peta lokasiakan bermanfaat praktik dan strategik. Praktis bagi pengunjung. Strategis bagipihak-pihak perencana kegiatan konservasi. Peta merupakan kelengkapan kegiatanlapang yang diperlukan.

Pemetaan lokasi dimaksud akan memberi informasi lokasi berabagai fasiltias yangada (Lokasi gerbang masuk, Kamar Loket/karcis dan kamar petugas, TempatParkir, Pondok Wisata, Shop art and handycraft, Kedai makanan dan minuman,Musola, Toilet,Tempat Smpah, dll).

Program pemetaan juga akan melingkupi penunjukan dengan jelas lokasi berbagaikawasan yang bisa dikunjungi (Kawasan petani sayuran, Kawasan Peternakan,Kawasan Perkebuna, dll). Kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu upayamelestarikan dan memberdayakan potensi SDA untuk kesinambungan tatananhidup manusia pada umumnya dan peningkatan kesejahtraan masyarakat padakhususnya . Mengingat luasnya cakupan garapan proyek POWATTAL makadiperlukan pengorganisasian professional dan terintegrasi sehingga dapatmemaksimalkan kinirja untuk mencapai hasil yang sesuai dengan target dan tujuanproyek.

Gambar 1. Sruktur Organisasi Pengelolaan

Pembina

Penanggungjawab umumproyek

PenanggungjawabAgrowisata

Penanggungjawab WisataAlam

PenanggungjawabWisataTerbatasBagian-bagian

KesehatanDekumentasiLogistikPerlengkapanTenaga KerjaAdministrasiiKeuangan

Page 42: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

12

3.2 3 Aspek PemasaranObyek Wisata Tugu Alam Lestari diproyeksikan sebagai obyek wisata alam terpaduyang terdiri dari 4 jenis wisata yaitu : Arowisata, Wisata Budaya, Wisata PanoramaAlam dan Wisata terbatas. Oleh karena itu peluang pasar yang ditargetkan cukupluas dan pariatif

(1) Target Pasar :a. Pejiarahb. Pencita Alamc. Keluargad. Pelajar dan Mahasiswae. Keluarga Tani dan Ternakf. Pelancongg. Peneliti

(2) Upaya Pemasaran (Bauran Pemasaran)

Untuk mencapai target pasar dan target kunjungan sebagaimana poin a dan b, makadiperlukan program perencanaan promosi yang matang terukur efektif dan variatifdengan mengerahkan 3 strategi penting dalam pemasaran yaitu bauran produk,bauran harga, dan bauran promosi. Bauran pemasaran akan dikemas melaluiberbagai event, diantaranya aneka lomba yang terkait dengan kegiatan cinta alamdan pertanian..

Kesemua program akan dikemas melalui paket wisata yang di iklankan denganmenekankan harga khusus.

Aspek FinansialPembiayaan Pembangunan OWTAL akan diperlukan untuk pelengkapanPembangunan fasilitas fisik Wisata Agro, pembinaan dan penguatan kapasitaspetani, fasiltias wisata alam. Berdasarkan detail perencanaan anggaran5 pembiayaandiharapkan akan bersumber dari Pemda Kabupaten dan Provinsi, donor danswadaya masyarakat, luar dan dalam negeri Skema khusus untuk menggerakkansumber sumber yang ditarget, akan dijalankan dengan cara presentasi rencana dimasing masing lembaga atau organisasi.

5 Tidak dicantumkan di sini.

Page 43: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

1

III. PENUTUP

Demikian proposal ini kami buat dengan segala keterbatasan yang ada, namundengan kejelasan maksud dan methode yang sebisa mungkin mengacu padapenilaian yang realistis atas analisa potensi Sumber Daya Alam dan Sumber DayaManusia yang ada. Harapan kami semoga proposal ini dapat dipahami/ dimengertioleh berbagai pihak terkait dan memudahkan jalan untuk segera dapatmerealisasikannya seluruh program yang tertuang dalam projec proposal ini.

Saran dan masukan dari berbagai pihak untuk lebih baik penyusunan program iniserta untuk memudahkan terrealisasinya program ini, sangat kami harapkan.

Semoga apa yang kami rencanakan mendapat ridho dan lindungan dari Allah SWT.sehinga sasaran dan tujuan kami membangun Obyek Wisata Terpadu Tugu AlamLestari yaitu :

Pelestarian dan pengembangan hutan secara bertanggungjawab Pemberdayaan dan peningkatan kesejahtran masyarakat sekitar hutan SM

Gunung Sawal.

Dapat segera terlaksana dengan aman, lancar dan mencapai sukses sesuai tujuan.

epada semua pihak yang telah dan akan membantu baik perencanaan maupunteknis pelaksanaan proyek / program ini, kami menyampaikan penghargaan danucapan terimakasih yang sebesar-besarnya. Semoga upaya kita bermanfaat untukkehidupan yang berkelanjutan bagi kemaslahatan serta kesejahtraan umat manusiaserta linggkungannya.

Wassalam,

Atas nama Tim Penyusun

Proyek Proposal Program Obyek Wisata Alam Terpadu

TUGU ALAM LESTARI

Wawan Ridwan Iskandar

Page 44: POLA PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN BERBASIS …psp3.ipb.ac.id/web/wp-content/uploads/2016/07/WP10_RGPS.pdfPola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan 3 Working Paper

Pola Pengembangan Ekonomi Perdesaan Berbasis Keberlanjutan

2

BIODATA PENULIS

Dr. Ir. Suharno, MSc, lahir di Rembang tanggal 10 Juli 1961.Menyelesaikan pendidikan S-1 tahun 1985 pada Program StudiAgribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi-FakultasPertanian, Institut Pertanian Bogor. Tahun 1991menyelesaikan program pendidikan S-2 di Royal University ofGhent, Belgium, dan pada tahun 2002 menyelesaikan programdoktor pada Agriculture Economics di George-August

University of Goettingent, Germany.

Keterlibatan penulis dalam riset perilaku manusia dalam berinteraksi denganlingkungan hidupnya telah dimulai sejak kelulusan pada studi “Penggunaan KapurPertanian di Daerah Transmigrasi Jambi”, yang dilaksanakan selama dua tahun dandiikuti dengan keterlibatan penulis pada Tim Studi Lingkungan di DataranAndalusia, Spanyol (saat menjadi mahasiswa post graduate di Genth, Belgia), hinggapada studi-studi lingkungan dan pengembangan masyarakat pantai. Keterlibatanpenulis dalam hal ini adalah pada proyek “Local Reef Rehabilitation and ManagementPrograms (COREMAP)” dan “Marine and Coastal ResourcesManagement Project(MCRMP)”. Latar beragam pendidikan formal penulis yang cukup beragammemberikan latar belakang yang kuat terhadap minat riset dari kajian kelembagaan,ekonomi hingga perencanaan bisnis.