Bab III Profil Kawasan Perdesaan

181
3.1 PROVINSI JAWA TIMUR Provinsi Jawa Timur berada diantara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bali. Luas wilayah Jawa Timur 147.130,15 km2 terbagi atas kawasan hutan 12.261,64 km2 (26,02%), persawahan seluas 12.286,71 km2 (26,07%), pertanian tanah kering mencapai 11.449,15 km2 (24,29%), pemukiman/kampung seluas 5.712,15 km2 (12,12%), perkebunan seluas 1.581,94 km2 (3,36%), tanah tandus/rusak seluas 1.293,78 km2 (2,75%), tambak / kolam mencapai 737,71 km2 (1,57%), kebun campuran seluas 605,65 km2 (1,29%) selebihnya terdiri dari rawa/danau, padang rumput dan lain-lain seluas 1.201,42 km2 (2,55%). Dua pertiga daratan Jawa Timur terdiri dari daerah pegunungan. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2000 mulai membaik setelah adanya krisis ekonomi di tahun 1999. Pertumbuhan ekonominya positif dan naik sebesar 3,19%. Pertumbuhan ini ternyata membawa dampak pada seluruh sektor usaha dan perdagangan yang mulai pulih kembali. Namun, dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,2% dan angkatan kerja 2,3%, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat meningkatkan taraf hidup rakyat secara merata. Dalam hal pembangunan di tahun 2009-2014, Jawa Timur memiliki sasaran, visi, misi, strategi dan agenda khusus untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa Timur. Adapun sasaran dari pembangunan di Provinsi Jawa Timur antara lain : LAPORAN AKHIR III-1 Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah Bab II PROFIL KAWASAN PERDESAAN DI WILAYAH KAJIN

description

laporan Kemdes

Transcript of Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Page 1: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

3.1 PROVINSI JAWA TIMUR

Provinsi Jawa Timur berada diantara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Bali. Luas wilayah

Jawa Timur 147.130,15 km2 terbagi atas kawasan hutan 12.261,64 km2 (26,02%),

persawahan seluas 12.286,71 km2 (26,07%), pertanian tanah kering mencapai 11.449,15

km2 (24,29%), pemukiman/kampung seluas 5.712,15 km2 (12,12%), perkebunan seluas

1.581,94 km2 (3,36%), tanah tandus/rusak seluas 1.293,78 km2 (2,75%), tambak / kolam

mencapai 737,71 km2 (1,57%), kebun campuran seluas 605,65 km2 (1,29%) selebihnya

terdiri dari rawa/danau, padang rumput dan lain-lain seluas 1.201,42 km2 (2,55%). Dua

pertiga daratan Jawa Timur terdiri dari daerah pegunungan.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2000 mulai membaik setelah adanya krisis

ekonomi di tahun 1999. Pertumbuhan ekonominya positif dan naik sebesar 3,19%.

Pertumbuhan ini ternyata membawa dampak pada seluruh sektor usaha dan

perdagangan yang mulai pulih kembali. Namun, dengan pertumbuhan penduduk sebesar

1,2% dan angkatan kerja 2,3%, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat

meningkatkan taraf hidup rakyat secara merata.

Dalam hal pembangunan di tahun 2009-2014, Jawa Timur memiliki sasaran, visi, misi,

strategi dan agenda khusus untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Jawa

Timur. Adapun sasaran dari pembangunan di Provinsi Jawa Timur antara lain :

Terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Jawa Timur yang maju dan

mandiri.

Memiliki basis ekonomi yang kuat berdasarkan diversifikasi sektor unggulan dan

mengglobal serta berdaya saing.

Partisipasi aktif masyarakat pada berbagai bidang pembangunan .

Tertatanya kondisi sosial budaya masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah yang nyata , luas utuh dan bertanggung jawab

LAPORAN AKHIR III-1Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Bab III

PROFIL KAWASAN PERDESAAN DI WILAYAH KAJIN

Page 2: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Visi dari pembangunan daerah Jawa Timur adalah terwujudnya masyarakat Jawa Timur

yang makmur dan berakhlak mulia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sedangkan misinya adalah untuk mewujudkan kemakmuran bersama “wong cilik” melalui

APBD untuk rakyat. Strategi yang digunakan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut

antara lain :

Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered development),

yang mengedepankan partisipasi rakyat (participatory based development) dalam

merencanakan, melaksanakan dan mengawasi program pembangunan yang

menyangkut hajat hidup mereka sendiri;

Keberpihakan kepada masyarakat miskin (pro poor);

Pengarusutamaan gender;

Keseimbangan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, terutama

melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis.

Berdasarkan pada visi, misi dan strategi pembangunan tersebut, disusun 9 agenda utama

pembangunan daerah Jawa Timur Tahun 2009-2014 sebagai berikut:

Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan,

terutama bagi masyarakat miskin;

Memperluas lapangan kerja, meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan

dan memberdayakan ekonomi rakyat, terutama wong cilik;

Meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan,

terutama melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis, serta pembangunan dan

penyediaan infrastruktur pertanian dan pedesaan;

Memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan perbaikan

pengelolaan sumber daya alam dan penataan ruang;

Mewujudkan percepatan reformasi birokrasi dan meningkatkan pelayanan publik

menuju pelayanan prima;

Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial;

Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta terjaminnya kesetaraan

gender;

Meningkatkan keamanan dan ketertiban, supremasi hukum dan penghormatan hak

asasi manusia;

LAPORAN AKHIR III-2Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 3: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi social ekonomi

dampak lumpur panas Lapindo.

3.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Ponorogo

A. Kondisi Fisik Dasar

Kabupaten Ponorogo terletak di sebalah barat Propinsi Jawa Timur, dengan luas

1.371,78 Km2. Terletak diantara 111º52’ Bujur Timur dan 7º49’ - 8º20’ Lintang

Selatan. Kabupaten ini berada pada ketinggian 92 sampai 2.563 meter di atas

permukaan laut.

a. Geografis Secara administratif Kabupaten Ponorogo berbatasan :

Sebelah Utara : Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kab. Ngajuk

Sebelah Timur : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek

Sebelah Barat : Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Jawa

Tengah)

Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan

Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 303 desa

dan kelurahan. Kecamatan yang ada dalam lingkup administrasi Kabupaten

Ponorogo adalah:

1. Kecamatan Babadan 8. Kecamatan Kauman 15. Kecamatan Sambit

2. Kecamatan Jenangan 9. Kecamatan Badegan 16. Kecamatan Sampung

3. Kecamatan Balong 10. Kecamatan Ngebel 17. Kecamatan Ponorogo

4. Kecamatan Bungkal 11. Kecamatan Sukorejo 18. Kecamatan Pudak

5. Kecamatan Jetis 12. Kecamatan Slahung 19. Kecamatan Pulung

6. Kecamatan Jambon 13. Kecamatan Siman 20. Kecamatan Sawo

7. Kecamatan Mlarak 14. Kecamatan Sooko 21. Kecamatan Ngrayun

b. Topografi

Ketinggian tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis kegiatan

penduduk. Kabupaten Ponorogo terletak pada ketinggian antara 25 - > 1.000 m di

LAPORAN AKHIR III-3Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 4: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

atas permukaan laut, dengan ketinggian terbanyak berada di antara 100- 500 m di

atas permukaan laut. Kondisi lahan bertopografi datar sampai berbukit.

Gambar 3.1. Keadaan Topografi Di Kabupaten Ponorogo

Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang

horizontal yang dinyatakan dalam prosen (%). Kondisi kelerengan di wilayah

Kabupaten Ponorogo cukup beragam dari kemiringan yang relatif datar (0 – 2 %)

hingga kemiringan yang tajam (di atas 40%).

Tabel : 3.1Kelerengan Tanah di Kabupaten Ponorogo

KELERENGAN TANAH L U A SHa %

0 – 2% 2 – 15% 15 – 40% > 40%

15.39116.73622.37482.677

11,2212,2016,3160,28

J U M L A H 137.178 100,00Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2014

1. Tanah dengan kemiringan 0 – 2%

Daerah ini merupakan daerah genangan air, juga baik untuk digunakan

sebagai usaha pertanian tanaman semusim. Tanah dengan kemiringan 0 – 2%

di Kabupaten Ponorogo mencapai luasan sekitar 15.391 Ha (11,22%).

LAPORAN AKHIR III-4Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 5: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2. Tanah dengan kemiringan 2 – 15%

Tanah dengan kemiringan 2 – 15% di wilayah Kabupaten Ponorogo mencapai

luasan 16.736 Ha (12,20% dari seluruh wilayah kabupaten). Daerah ini masih

baik untuk digunakan sebagai usaha pertanian semusim dengan tetap

memperhatikan usaha-usaha pengawetan tanah dan air untuk kelestariannya.

3. Tanah dengan kemiringan 15 – 40%

Daerah ini sebaiknya digunakan untuk usaha penanaman tanaman

tahunan/keras. Luasan wilayah denga kemiringan 15 – 40% mencapai 22.374

ha (16,31%)

4. Tanah dengan kemiringan diatas 40%

Tanah dengan kemiringan yang cukup tajam ini pada umumnya berada di

areal pegunungan. Luasan tanah dengan kemiringan > 40% mencapai 82.677

ha (60,28%).Tabel 3.2.

Letak Ketingggian Dari Permukaan Laut

No Klasifikasi Lereng Jumlah Desa

1 < 500 m 241 Desa2 500 – 700 m 44 Desa3 > 500 m 18 Desa

Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2014

c. Iklim

Wilayah Kabupaten Ponorogo termasuk beriklim tropis dengan suhu rata-rata

27,8° C. Pada tahun 1998, bulan Maret mempunyai rata-rata curah hujan tertinggi

sebesar 462 dengan hari hujan 20 dan bulan Agustus mempunyai rata-rata curah

hujan terendah sebesar 21 dengan hari hujan 2.

d. Hidrologi

Keadaan Hidrologi di Kabupaten Ponorogo terdiri atas sumber – sumber air yang

berasal dari air tanah , air permukaan dan curah hujan . Sebagian daerah yang

mempunyai permukaan bergunung , air tanah pada umumnya di dapat dari mata

air yang berasal dari kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi

jenisdari tumbuhan pepohonanyang cukup rapat. Dalam sub-sub hidrologi atau

LAPORAN AKHIR III-5Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 6: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

tata air akan dibahas tentang hal-hal yang menyangkut curah hujan, pola air

sungai dan irigasi.

1.Curah hujan

Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat besar perannya

terhadap berbagai kegiatan usaha khususnya pertanian. Curah hujan baik

langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta

pola identitas penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan. Curah hujan di

Kabupaten Ponorogo tidak terlalu tinggi. Perhatikan table II.13 dan II.14 serta

peta 2.15 dan 2.16 berikut ini. Dari table tersebut terlihat bahwa jumlah hari

hujan rata-rata dan curah hujan rata-rata mempunyai kecenderungan menurun

dari tahun 1996 hingga 1998.

Berdasarkan table tersebut terlihat bahwa rata-rata hari hujan terbanyak

berada di bulan Maret (20 hari) dan yang paling sedikit adalah di bulan Agustus

(2 hari). Sedangkan rata-rata curah hujan terbanyak berada di bulan Maret (463

mm/detik) dan yang paling sedikit berada di bulan Agustus (921 mm/detik).

2.Pola Air Sungai dan Irigasi

Wilayah Kabupaten Ponorogo dilalui oleh beberapa sungai. Sungai ini belum

sepenuhnya digunakan sebagai sumber air pengairan, kecuali beberapa wilayah

di tepi sungai yang telah memanfaatkannya. Sungai-sungai tersebut adalah :

1. Sungai Keyang, arah aliran air dari tenggara menuju ke arah barat.

2. Sungai Asin, arah aliran dari timur menuju kea rah barat.

3. Sungai Slahung, arah aliran air dari selatan menuju ke arah utara.

4. Sungai Sungkur dan Sungai Galak, arah aliran air dari barat menuju ke timur.

5. Sungai Nglerep, arah aliran air dari timur menuju ke selatan.

LAPORAN AKHIR III-6Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 7: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-7Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 8: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-8Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 9: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 3.2. Sungai Di Kabupaten Ponorogo

B. Karakter Fisik Binaan

a. Pola Perkembangan Kawasan Permukiman.

Dalam pembahasan perkembangan kawasan permukiman, akan dibahas terlebih

dahulu perkembangan lahan untuk fungsi pekarangan (pekarangan tanah untuk

bangunan dan halaman). Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa areal

permukiman merupakan bagian dari lahan pekarangan (kawasan terbangun –

Built Up Area)

Perkembangan fungsi pekarangan sebagai kawasan terbangun akan berkembang

sejalan dengan meningkatnya kegiatan manusia. Beberapa pembukaan lahan

baru untuk ruang kegiatan manusia. Serta pengalihan fungsi ruang / kawasan

tertentu mengindikasikan adanya gejala tersebut. Fungsi pekarangan sebagai

kawasan terbangun di wilayah Kabupaten Ponorogo mencapai 15,25 % dari total

luasan wilayah. perkembangan lahan pekarangan hingga tahun 2011 mengalami

perubahan yang relative kecil menurut rata – rata 1,47 %/tahun.Pengembangan

permukiman terdiri dari dua pola, yaitu :

LAPORAN AKHIR III-9Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 10: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

1. Pola Pemukiman Pedesaan.

Pola pemukiman pedesaan yang terletak di wilayah perdesaan merupakan

permukiman tradisional yang tetap eksis untuk kurun waktu yang lama.

Perkembangan pemukiman perdesaan sangat lambat, tidak direncanakan dan

tumbuh secara alami.

2. Pola Pemukiman Perkotaan.

Pemukiman perkotaan terletak diwilayah kota (Urban) atau pinggiran (Sub –

Urban). Perkembangan kawasan pemukiman di perkotaan berjalan dengan

sangat cepat, terencana ataupun tidak dan cenderung mempunyai kepadatan

tinggi . Perkembangan kawasan pemukiman yang paling cepat terjadi pada

daerah – daerah perkotaan (khususnya pusat kota), pusat –pusat kegiatan

(ekonomi, industri , sosial budaya) dan lain –lain. Sampai dengan tahun 2011

terjadi pembangunan perumahan di wilayah perkotaan yang dipacu dengan

cepat, oleh pihak – pihak Pemerintah dan para pengembang swasta.

Pengadaan pemukiman untuk masyarakat dapat di lakukan melalui KPR –

BTN, Perumnas dan ASABRI. Srdangkan untuk pemukiman pedesaan,

peningkatannya di lakukan oleh P2LDT ( Pemugaran Permukiman Lingkungan

Desa Terpadu ).

b. Kawasan Industri

Kabupaten Ponorogo memiliki beragam jenis industri yang memiliki peranan

penting dalam mendukung perekonomian wilayah kabupaten. Jenis industri yang

ada di Kabupaten Ponorogo antara lain : industri tapioka, industri tenun mesin,

industri rokok klobot, industri meubel, industri tegel beton, industri oven

tembakau, industri furniture, dan industri rokok kretek.

LAPORAN AKHIR III-10Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 11: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 3.3 Industri Meubel dan pipa beton

c. Kawasan Pariwisata

Kabupaten Ponorogo ternyata memiliki banyak obyek wisata yang tersebar di

seluruh wilayah kabupaten, obyek tersebut diantaranya adalah :

1. Obyek Wisata Alam

Di Kabupaten Ponorogo obyek wisata alam yang ada sangat banyak dan ini

dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata, oleh sebab itu diharapkan

perlu adanya pengembangan hal ini mengingat pendapatan di sektor

pariwisata ini dapat meningkatkan devisa negara maupun pendapatan

daerah. Obyek tersebut adalah sebagai berikut :

Wisata bangunan peninggalan sejarah/purbakala :

Kawasan Telaga Ngebel di Kecamatan Ngebel

Kawasan Mata Air Ngembak di Kecamatan Siman

Kawasan Beji Pager di Kecamatan Bungkal

Kawasan Air Terjun Plethuk di Kecamatan Sooko

Kawasan Hutan Wisata Kucur di Kecamatan Badegan

Kawasan Gua Lowo di Kecamatan Sampung

Kawasan Belik Bacin di Kecamatan Sambit

Kawasan Sirah Peteng di Kecamatan Sambit

Wisata Hiburan / Pertunjukan

Kegiatan atraksi wisata di Kabupaten Ponorogo adalah pertunjukan

Reog Ponorogo.

Gambar 3.4.Pertunjukan Seni Reog Ponorogo

LAPORAN AKHIR III-11Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 12: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Wisata Rekreasi Umum

Kawasan wisata buatan yang ada di Kabupaten Ponorogo adalah

sarana rekreasi di Telaga Ngebel

Gambar 3.5 Wisata Telaga Ngebel

Wisata Tetirah / Perkemahan

Kawasan Situs Purbakala terdapat di Kecamatan Sukorejo

Kawasan Makam Srandil terdapat di Kecamatan Badegan

C. Kependudukan

Pembahasan kondisi kependudukan akan berhubungan langsung dengan

masyarakat/penduduk. Peran serta penduduk dalam pembangunan wilayah

mempunyai ikatan yang cukup kuat sesuai dengan tempat tinggalnya. Karakteristik

sosial yang dimaksud disini adalah karakter dari masing-masing penduduk.

a. Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo dalam tahun 2007 adalah 940.565 Jiwa

terdiri dari laki-laki sejumlah 464.137 jiwa dan perempuan sejumlah 476.428

jiwa. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah penduduk sebesar 919.390 jiwa dengan

perkembangan penduduk pertahun di Kabupaten Ponorogo sebesar 0.68 %.

Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Ponorogo

dengan penduduk sebanyak 75.502 jiwa, sedangkan kecamatan dengan

penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Pudak, dengan penduduk sebanyak

9.177 jiwa. Jelasnya lihat Tabel 3.3

LAPORAN AKHIR III-12Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 13: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Kab. Ponorogo Tahun 2002-2007

KECAMATAN

JUMLAH PENDUDUK TAHUN RATA - RATA PERTUMBUHAN PENDUDUK2002 2003 2004 2005 2006 2007

NGRAYUN 57929 58434 58696 58916 59176 60539 1.77SLAHUNG 52192 52646 52883 53081 53315 54543 1.77BUNGKAL 36327 36644 36808 36946 37109 37964 2.37SAMBIT 38457 38792 38967 39112 39285 40190 0.54SAWOO 60027 60551 60822 61050 61320 62732 1.43SOOKO 23363 23567 23673 23761 23866 24416 0.58PUDAK 8781 8858 8898 8931 8970 9177 1.66PULUNG 53108 53571 53811 54013 54252 55501 1.17MLARAK 35471 35780 35941 36075 36235 37069 0.18SIMAN 39039 39379 39556 39704 39880 40798 0.76JETIS 31750 32027 32171 32291 32434 33181 0.53BALONG 44707 45096 45299 45468 45669 46721 0.77KAUMAN 42286 42654 42846 43006 43196 44191 1.84JAMBON 39281 39624 39801 39950 40127 41051 0.43BADEGAN 31055 31325 31466 31584 31723 32454 0.18SAMPUNG 38891 39230 39406 39553 39728 40643 0.97SUKOREJO 51574 52024 52257 52453 52685 53898 2.77PONOROGO 72247 72877 73204 73478 73802 75502 3.30BABADAN 65487 66057 66354 66602 66896 68437 1.38JENANGAN 56644 57138 57394 57609 57863 59196 0.69NGEBEL 21398 21584 21681 21762 21859 22362 1.98

JUMLAH90001

490785

891193

4 91534591939

094056

5 0.68Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka 2008

A. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Jumlah penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Ponorogo terbagi 2 yaitu

kelompok pendidikan (0 - >19 tahun) dan kelompok tenaga kerja (20 - > 45 tahun),

dimana penduduk terrendah yang terdapat pada kelompok pendidikan pada usia

15-19 tahun sejumlah 191.247 jiwa sedangkan penduduk terendah untuk kelompok

kerja pada usia > 45 tahun sejumlah 176.640 jiwa.

B. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Ponorogo dibagi atas 5

yaitu tingkatan tidak tamat SD 171.464 tingkatan tamat SD sebesar 149.109

LAPORAN AKHIR III-13Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 14: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

tingkatan tamat SLTP sebesar 110.458 jiwa, tamat SLTA sebesar 106.945 jiwa, tamat

AK/PT sebesar 13.268 jiwa.

C. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Ponorogo berbeda-beda, hal ini

disebabkan karena potensi wilayah di Kabupaten Ponorogo bermacam-macam,

secara geografis merupakan daerah pegunungan, dan dataran. Kondisi ini sangat

berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian utama masyarakat yang disesuaikan

dengan kondisi daerah tempat tinggalnya.

mata pencaharian terrendah berada di sektor pertanian hal ini disebabkan karena

sebagian besar wilayah Kabupaten Ponorogo merupakan daerah agraris dan

kemudian disusul oleh bidang-bidang mata pencaharian lainnya.

Gambar 1.6 Aktivitas Penduduk Perdesaan

1.3.1 Wilayah Peka Bencana Alam dan Wilayah Kritis/Daerah Rawan Bencana

Wilayah bencana alam dan wilayah kritis di Kabupaten Ponorogo merupakan wilayah

yang terkena bencana banjir tahunan dan wilayah yang terkena erosi akibat lahan yang

kritis. Wilayah banjir tersebut adalah sebagian kecil di Kabupaten Ponorogo yaitu di

Kecamatan Kauman, Kec. Siman, Kec. Balong, Kec. Jetis, Kec. Sukorejo, dan Kec. Slahung.

Sedangkan daerah kritis di Kabupaten Ponorogo meliputi lahan–lahan kering yang

tersebar di seluruh Kabupaten Ponorogo . Lahan–lahan kritis tersebut merupakan areal

yang tengah mengalami erosi dan harus segera ditangani agar tidak menimbulkan

dampak yang berkepanjangan.

LAPORAN AKHIR III-14Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 15: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

A. Kawasan Rawan Longsor

Kawasan rawan longsor terdapat hampir di semua kecamatan di Kabupaten

Ponorogo, khususnya di Kecamatan – kecamatan yang berada di areal perbukitan

yaitu Kecamatan Ngrayun, Sambit, Sawooo, dan Kecamatan Sooko. Pada bagian

barat terdiri dari Kecamatan Badegan, Sampung, Bungkal dan Slahung serta

diperbatasan Kecamatan Purwantoro (Kabupaten Wonogiri) dan Kabupaten

Ponorogo, merupakan daerah rawan longsor perlu dikelola bersama.

B. Kawasan Rawan Banjir

Beberapa kawasan di Kabupaten Ponorogo merupakan kawasan rawan banjir

khususnya di kecamatan yang berada di lereng bukit/gunung. Kawas.an rawan banjir

di Kabupaten Ponorogo berada di sekitar DAS Tempuran. Beberapa penyebab

terjadinya banjir antara lain disebabkan oleh semakin berkurangnya kawasan resapan

air, dan semakin rusaknya hutan dan kawasan konservasi di wilayah hulu misalnya

pada kawasan hutan di gunung Wilis dan gunung Sigogor dan sekitarnya. Dan pada

kawasan sekitar Das terutama pada DAS Tempuran yang merupakan daerah

pertemuan dari 3 sungai sehingga luapan air akan besar pada daerah ini, pada

kawasan ini diperlukan sudetan.

C. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi

Berdasarkan kriteria dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana, kawasan rawan

letusan gunung berapi Gunung Wilis, Liman dan Limas (Kabupaten Nganjuk,

Trenggalek), dibagi menjadi tiga kategori:

Kawasan terlarang, adalah kawasan yang berada di puncak Wilis, Liman dan

Gunung Limas yaitu kawasan disekitar kawah.

Kawasan bahaya 1 adalah kawasan lahar panas, pada saat terjadi letusan yaitu

kawasan yang berada di bawah kawasan terlarang.

Kawasan bahaya 2 yaitu kawasan sepanjang jalur yang dilalui lahar dingin.

1.3.2 Potensi Sumber Daya Alam

A. Pola Perkembangan Pertanian.

Untuk mengamati perkembangan kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Ponorogo

dapat dilihat dengan mengamati perkembangan luasan lahan pertanian sebagai lahan

yang produktif. Berikut ini, dari peta dapat terlihat bahwa sebagian besar sawah di

LAPORAN AKHIR III-15Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 16: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kabupaten Ponorogo merupakan sawah dengan menggunakan system irigasi ( 95,40

% dari seluruh luasan sawah yang ada). Sedangkan sebagian lagi merupakan sawah

tadah hujan seluas 4,6 % dari total luasan sawah yang ada. Dari seluruh luasan sawah

ber irigasi, sawah dengan system irigasi teknis merupakan sawah terluas di wilayah

Kabupaten Ponorogo (mencapai 30.713 Ha atau 87,802 % dari seluruh luasan sawah

di Kabupaten).

Gambar 1.7. Permukiman Perkotaan dan Perdesaan

B. Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Ponorogo secara keseluruhan seluas

65.736 Ha dengan rincian : pertanian sawah seluas 34.572 Ha, tegalan seluas 30.804

Ha dan dimana untuk kawasan jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan

di Kabupaten Ponorogo. Dari kondisi tersebut diharapkan kawasan ini mampu

menciptakan swasembada pangan terutama melalui program-program yang ada

yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi, diversifikasi serta rehabilitasi dan tidak

menutup kemungkinan pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan bagi

pertanian daerah.

LAPORAN AKHIR III-16Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 17: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 1.8. Komoditas Pertanian Berupa jagung dan Padi

C. Kawasan Perkebunan

Di Kabupaten Ponorogo, kawasan perkebunan tersebar secara tidak merata pada

setiap kecamatan. Jenis komoditi perkebunan yang ada dan cukup dominan di

beberapa wilayah adalah cengkeh, kopi, tembakau, jenggelan, vanili, lada, kakou,

cabe jamu. Sehingga nilai ekonomisnya menjadi lebih rendah maka sebaiknya

komoditi yang ada dapat ditingkatkan dan pengolahan diperhatikan karena

perkebunan ini tidak ada pada setiap kecamatan. Wilayah yang menghasilkan

perkebunan ini umumnya merupakan kawasan yang memiliki kondisi topografi

perbukitan dan sebagian kecil pada daerah dataran rendah dengan jenis tanaman

yang ditanam adalah termasuk jenis tanaman keras.

D. Kawasan Pertambangan

Potensi pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo adalah galian B dan

golongan C. Gologan B terdiri dari Emas, Mangan dan Tembaga. Sedangkan golongan

C terdiri dari Kaolin, Felspot, Bentonit, Marmer, Trass, Pasir/batu kali, Tanah liat dan

batu kapur/gamping. Sedangkan cadangan bahan tambang golongan C yang masih

tersedia adalah :

Batu gamping, dengan jumlah cadangan sebesar 450.000 m3 , berada di

Kecamatan Sampung, Sawoo dan Slahung

Bentonit, dengan jumlah cadangan sebesar 450.000 m3 , berada di Kecamatan

Slahung dan Ngrayun.

Gipsun, dengan jumlah cadangan sebesar 10.000 m3 , berada di Kecamatan Pulung

dan Slahung

Kaolin , dengan jumlah cadangan sebesar 40.000 m3 , berada di Kecamatan

Slahung.

LAPORAN AKHIR III-17Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 18: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Batuab Beku, dengan jumlah cadangan sebesar 350.000 m3 , berada di Kecamatan

Sawoo dan Ngebel.

Sirtu/Pasir, Kerikil dan Kerakal, dengan jumlah cadangan sebesar 200.000 m3 ,

berada di Kecamatan Jenangan, slahung, siman, Kauman dan Badegan.

Trass terdapat dikecamatan Pulung, Ngebel, Sawoo dan Slahung dengan jumlah

cadangan cukup banyak dan kondisi yang baik.

Rijang/chert/batu api berada di Kecamatan Slahung.

E. Kawasan Hutan

Kabupaten Ponorogo memiliki kawasan hutan yang tersebar. Untuk saat ini kawasan

Hutan yang ada (tetap dipertahankan hingga akhir tahun 2009-2010) yaitu seluas

46.079,9 Ha, yang terdiri dari Hutan lindung seluas 15.895 Ha (11,587 %), hutan

produksi seluas 29.966,5 Ha (21,845 %) dan Cagar alam seluas 218,4 Ha (0,165 %).

Gambar 3.9. Kondisi Hutan Yang Gundul

1.3.3 Karakteristik Perekonomian Wilayah

A. PBRB Kabupaten Ponorogo

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo

atas dasar harga berlaku tahun 2005 sebesar 3.684.693 juta rupiah bila dibandingkan

dengan tahun 2004 sebesar 3.105.089 juta rupiah mengalami kenaikan. Kondisi

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

LAPORAN AKHIR III-18Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 19: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-19Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 20: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-20Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 21: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 3.4Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha, Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2003-2006No Sektor / Sub Sektor 2003 % 2004 % 2005 %

1 Pertanian 868102120 31.09 940171610 30.28 1,100,628,600 29,87 2 Pertambangan dan penggalian 70372720 2.52 75205720 2.42 84,557,720 2,293 Industri pengolahan 231488560 8.29 272478270 8.78 334,499,517 9,08 4 Listrik, gas dan air bersih 32852050 1.18 41231660 1.33 55,014,486 1,49 5 Bangunan ( konstruksi ) 252200310 9.03 288725890 9.30 344,434,640 9,35 6 Perdagangan, hotel & restoran 708150180 25.36 792818760 25.53 951,549,216 25,827 Pengangkutan dan komunikasi 150238620 5.38 171131590 5.51 206,590,380 5,61

8Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 145794520 5.22 160454360 5.17 188,691,184 5,12

9 Jasa–jasa 332839670 11.92 362871748 11.69 418,727,684 11,36

Produk Domestik Regional Bruto 2792038750 100.00 3105089608 100.00 3684693427 100,00

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

Dari sekian sektor yang ada, kontribusi terbesar terhadap PDRB adalah sektor

pertanian disusul dengan perdagangan, bangunan/ kontruksi, jasa-jasa dan industri

pengolahan.

B. Gambaran Sektor Perekonomian Wilayah

1. Sektor Pertanian

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa

Timur, yang mempunyai luas lahan sawah 34.867 Ha, terdiri dari daerah irigasi

teknis seluas 30.158 Ha, setengah teknis seluas 625 Ha, non teknis seluas 2.228 Ha

dan tadah hujan seluas 1.856 Ha. Adapun produksi pertanian di Kabupaten

Ponorogo antara lain :

- Tanaman Padi

Sebaran wilayah komoditi padi di Kabupaten Ponorogo hampir merata di semua

kecamatan akan tetapi luas areal panen dan produksi yang terbesar dari 21

kecamatan antara lain berada di Sukorejo, Balong, Babadan, Pulung, Jenangan,

Kauman. Rata-rata luas panen padi dalam 6 tahun terakhir sebesar 59.468

Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 3.662.467 Kw yang berarti bahwa

rata-rata produksi padi sebesar 61.60 Kw/Ha, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel: 1.5

LAPORAN AKHIR III-21Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 22: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Komoditi Padi di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUN Luas PanenHa

ProduksiKw

Rata-2 ProduksiKw/Ha

2000 59039 4332928 73.392001 60512 3922014 64.812002 58370 3524847 60.392003 57849 3385079 58.522004 61694 3491412 56.592005 59342 3318524 55.92

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Jagung

Sebaran wilayah komoditi jagung di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal

panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sawoo, Pulung, Jambon,

Bungkal, Sambit. Rata-rata luas panen jagung dalam 6 tahun terakhir sebesar

27.511 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 1.439.3846 Kw yang berarti

rata-rata produksi jagung sebesar 52,54 Kw/Ha.

Adapun luas lahan dan produksi komoditi jagung di Kabupaten Ponorogo dalam 6

tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.6Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi

Komoditi Jagung di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUN Luas PanenHa

ProduksiKw

Rata-2 ProduksiKw/Ha

2000 23590 1507071 63.892001 25097 1203255 47.942002 29638 1540291 51.972003 25444 1238389 48.672004 29318 1494223 50.972005 31979 1655847 51.78

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

LAPORAN AKHIR III-22Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 23: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

- Komoditi Ubi Kayu

Sebaran wilayah komoditi ubi kayu di Kabupaten Ponorogo di lihat dari

luas areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan

Ngrayun, Sawoo, Sambit, Pulung, Jambon. Rata-rata luas panen ubi kayu

dalam 6 tahun terakhir sebesar 25.866 Ha/Tahun dengan rata-rata

produksi sebesar 4.875.266 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi ubi

kayu sebesar 188,27 Kw/Ha.

Adapun luas lahan dan produksi komoditi ubi kayu di Kabupaten Ponorogo

dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.7Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi

Komoditi Ubi Kayu di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUN Luas PanenHa

ProduksiKw

Rata-2 ProduksiKw/Ha

2000 22059 3748217 169.922001 23597 4588033 194.432002 27305 5288341 193.682003 25118 4954712 197.262004 27862 5568739 199.872005 29257 5103555 174.44

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Ubi Jalar

Sebaran wilayah komoditi ubi jalar di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas

areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun,

Sooko, Pulung, Sambit, Pudak. Rata-rata luas panen ubi jalar dalam 6 tahun

terakhir sebesar 121 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 12.154

Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi ubi jalar sebesar 113,81 Kw/Ha.

Adapun luas lahan dan produksi komoditi ubi jalar di Kabupaten Ponorogo

dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

LAPORAN AKHIR III-23Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 24: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel : 1.8Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi

Komoditi Ubi Jalar di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNLuas Panen

HaProduksi

KwRata-2 Produksi

Kw/Ha2000 225 24525 1092001 90 981 1092002 101 11009 1092003 55 6668 121.242004 105 12729 121.232005 150 17011 113.41

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

2. Sektor Perkebunan

- Komoditi Cengkeh

Sebaran wilayah komoditi cengkeh di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal

panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung

dan Ngebel. Rata-rata luas panen cengkeh dalam 6 tahun terakhir sebesar

1.664,78 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 3.499,16 Kw yang berarti

bahwa rata-rata produksi cengkeh sebesar 2,11 Kw/Ha. Dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel: 3.9 Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Cengkeh

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUN Luas PanenHa

ProduksiKw

Rata-2 ProduksiKw/Ha

2000 1735.63 3498.06 2.022001 1735.62 3498.06 2.022002 1743.92 3506.91 2.012003 1557.35 3632.60 2.332004 1608.25 3643.90 2.272005 1607.91 3215.40 2.00

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Kopi

LAPORAN AKHIR III-24Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 25: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sebaran wilayah komoditi kopi di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal

panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngrayun, Pulung dan

Ngebel. Rata-rata luas panen kopi dalam 6 tahun terakhir sebesar 211,70

Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 571,84 Kw yang berarti bahwa rata-

rata produksi kopi sebesar 2,76 Kw/Ha. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel: 1.10 Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Kopi

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNLuas Panen

HaProduksi

KwRata-2 Produksi

Kw/Ha

2000 189.12 567.35 3.002001 207.55 622.69 3.002002 208.27 627.30 3.012003 203.39 931.40 4.582004 229.92 265.40 1.152005 231.92 416.90 1.80

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Jambu Mente

Sebaran wilayah komoditi jambu mente di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas

areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sampung dan

Ngrayun. Rata-rata luas panen jambu mente dalam 6 tahun terakhir sebesar

720,06 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 1.669,20 Kw yang berarti

bahwa rata-rata produksi jambu mente sebesar 2,32 Kw/Ha.

Adapun luas lahan dan produksi komoditi jambu mente di Kabupaten Ponorogo

dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.11

Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Jambu Mente

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNLuas Panen

Ha

Produksi

Kw

Rata-2 Produksi

Kw/Ha

2000 684.72 1629.93 2.38

LAPORAN AKHIR III-25Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 26: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2001 790.44 1777.16 2.25

2002 703.34 1593.42 2.27

2003 664.73 1683.07 2.53

2004 736.06 1666.14 2.26

2005 741.06 1665.5 2.25

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Tebu

Sebaran wilayah komoditi tebu di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal

panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Babadan, Jenangan,

Ponorogo, Siman, Slahung dan Bungkal. Rata-rata luas panen tebu dalam 6

tahun terakhir sebesar 1.896,39 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar

87.170,01 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi tebu sebesar 46,08 Kw/Ha.

Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.12

Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Tebu

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNLuas Panen

Ha

Produksi

Kw

Rata-2 Produksi

Kw/Ha

2000 1944.00 104050.90 53.52

2001 1944.00 104050.90 53.52

2002 1699.58 93476.90 55.00

2003 1916.32 60375.87 31.51

2004 1916.27 60378.86 31.51

2005 1958.16 100686.60 51.42

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

LAPORAN AKHIR III-26Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 27: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

- Komoditi Panili

Sebaran wilayah komoditi panili di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal

panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sawoo, Ngrayun,

Pulung, Sooko dan Ngebel. Rata-rata luas panen panili dalam 6 tahun terakhir

sebesar 13,22 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 13,20 Kw yang

berarti bahwa rata-rata produksi panili sebesar 0,77 Kw/Ha.

Adapun luas lahan dan produksi komoditi panili di Kabupaten Ponorogo dalam 6

tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

LAPORAN AKHIR III-27Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 28: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-28Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 29: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel : 1.13

Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Panili

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TahunLuas Panen

Ha

Produksi

Kw

Rata-2 Produksi

Kw/Ha

2000 8.90 2.67 0.30

2001 8.90 2.67 0.30

2002 8.90 2.67 0.30

2003 13.48 2.45 0.18

2004 18.24 34.56 1.89

2005 20.88 34.20 1.64

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Kakao

Sebaran wilayah komoditi kakao di Kabupaten Ponorogo di lihat dari luas areal

panen dan produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Ngrayun, Sooko,

Pulung, dan Jenangan. Rata-rata luas panen kakao dalam 6 tahun terakhir sebesar

45,94 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 189,83 Kw yang berarti bahwa

rata-rata produksi kakao sebesar 4,13 Kw/Ha.

Adapun luas lahan dan produksi komoditi kakao di Kabupaten Ponorogo dalam 6

tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel: 1.14

Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi

Komoditi Kakao di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNLuas Panen

Ha

Produksi

Kw

Rata-2 Produksi

Kw/Ha

LAPORAN AKHIR III-29Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 30: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2000 44.12 182.65 4.14

2001 45.95 188.76 4.11

2002 45.95 188.76 4.11

2003 35.87 150.60 4.20

2004 51.04 204.50 4.01

2005 52.71 223.70 4.24

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Sawo

Sebaran wilayah komoditi sawo di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi yang

terbesar terpusat di kecamatan Sukorejo, Sawoo, dan Siman. Rata-rata produksi

sawo dalam 6 tahun terakhir sebesar 25866 Kw per tahun.

Adapun produksi sawo di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.15

Produksi Produksi Komoditi Sawo

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNProduksi

Kw

2000 3030

2001 3756

2002 7512

LAPORAN AKHIR III-30Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 31: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2003 3088

2004 3082

2005 3219

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Alpokat

Sebaran wilayah komoditi apokat di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi

yang terbesar terpusat di kecamatan Sooko, Pulung dan Ngebel. Rata-rata produksi

apokat dalam 6 tahun terakhir sebesar 17.723,50 Kw per tahun

Adapun produksi komoditi apokat di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel: 1.16

Produksi Produksi Apokat

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNProduksi

Kw

2000 12661

2001 12550

2002 24129

2003 18827

2004 18827

2005 19347

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Blimbing

LAPORAN AKHIR III-31Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 32: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sebaran wilayah komoditi blimbing di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi

yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Jenangan, Kauman dan Sambit. Rata-

rata produksi blimbing dalam 6 tahun terakhir sebesar 1.635,17 Kw per tahun.

Adapun produksi blimbing di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.17

Produksi Produksi Komoditi Blimbing

di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNProduksi

Kw

2000 2020

2001 2180

2002 1281

2003 1281

2004 1281

2005 1768

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Manggis

Sebaran wilayah komoditi manggis di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi

yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko, Pulung, Jenangan dan

Babadan. Rata-rata produksi manggis dalam 6 tahun terakhir sebesar 4.970,17 Kw

per tahun.

Adapun produksi manggis di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.18

Produksi Komoditi Manggis di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNProduksi

Kw

% Pertumbuhan

Produksi

LAPORAN AKHIR III-32Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 33: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2000 4580 -

2001 1185 -74.13

2002 9299 684.73

2003 4908 -47.22

2004 4908 0.00

2005 4941 0.67

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Nangka

Sebaran wilayah komoditi nangka di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi

yang terbesar terpusat di kecamatan Sambit, Jenangan dan Sawoo. Rata-rata

produksi nangka dalam 6 tahun terakhir sebesar 25.853,17 Kw per tahun. Dapat

dilihat 1.25

Tabel : 1.19

Produksi Komoditi Nangka di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUN Produksi (Kw)

2000 16971

2001 26266

2002 30818

2003 24845

2004 25642

2005 30577

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Jeruk Kepruk

Sebaran wilayah komoditi jeruk keprok di Kabupaten Ponorogo di lihat dari

produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Jambon, Sooko dan Pulung. Rata-

rata produksi jeruk keprok dalam 6 tahun terakhir sebesar 196.541,50 Kw per

LAPORAN AKHIR III-33Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 34: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

tahun. Adapun produksi jeruk keprok di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun

terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel: 1.20

Produksi Komoditi Jeruk Keprok di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNProduksi

Kw

% Pertumbuhan

Produksi

2000 76524 -

2001 99715 30.31

2002 175352 75.85

2003 174189 -0.66

2004 174189 0.00

2005 479280 175.15

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Durian

Sebaran wilayah komoditi durian di Kabupaten Ponorogo di lihat dari produksi

yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko, Jenangan dan Pulung. Rata-

rata produksi durian dalam 6 tahun terakhir sebesar 50.254 Kw per tahun. Lihat

pada tabel berikut :

Tabel: 1.21

Produksi dan Pertumbuhan Komoditi Durian Di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

TAHUNProduksi

Kw

% Pertumbuhan

Produksi

LAPORAN AKHIR III-34Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 35: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2000 43497 -

2001 13729 -68.44

2002 67040 388.31

2003 59033 -11.94

2004 59033 0.00

2005 59192 0.27

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

2. Sektor Peternakan

Sektor peternakan merupakan salah satu sektor unggulan Kabupaten Ponorogo

khususnya unggas buras dan kambing, hal ini terlihat dari tingkat produksi

Kabupaten yang berada pada peringkat 10 terbesar di Jawa Timur. Hal ini juga

didukung oleh Relatif stabilnya harga pakan unggas mempengaruhi produksi daging

yang relatif mengalami kenaikan begitu pula produksi telur naik.

3. Sektor Kehutanan

Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor yang juga diandalkan oleh Kabupaten

Ponorogo hal itu terlihat dari jumlah produksi dan ikutannya yang cukup

memberikan pemasukan pendapatan asli daerah seperti pada tabel berikut

Tabel : 3.22

Jumlah Produksi Hutan dan Ikutannya di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2005

Komoditas Satuan Produksi Nilai ( 000.- )

Kayu Untuk Pertukangan :

a Kayu Jati M-3 864 1445472

b Kayu Non Jati M-3 7940 3739740

Kayu Untuk Bahan Kayu Bakar :

a Kayu Jati Sm 170 6767

b Kayu Non Jati Sm 2889 23655

LAPORAN AKHIR III-35Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 36: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Komoditas Satuan Produksi Nilai ( 000.- )

Bahan Terpentyn Ton 1354 3046500

Bahan Gondorukem Ton 6750 22275000

Minyak Kayu Putih Kg 38476 1692174

Getah Pinus Ton 10286 7765930

Lain - lain - - -

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

Pembangunan sektor kehutanan sebagai salah satu kawasan pelestarian alam yang

dilakukan oleh Kabupaten Ponorogo adalah pembangunan sektor kehutanan secara

terpadu yaitu pengelolaan ekologi kawasan pelestarian alam dan pengelolaan sosial-

ekonomi pada daerah sekitar hutan dengan model Social Forestry. Kondisi tersebut

diharpkan pembangunan sektor kehutanan dapat memberikan manfaat langsung

maupun manfaat secara tidak langsung yang mempunyai tujuan dalam rangka

menunjang pembangunan Kabapaten Ponorogo secara keseluruhan.

4. Sektor Pariwisata

Sarana penginapan yang memadai sangat menunjang sub sektor kepariwisataan. Di

Kabupaten Ponorogo terdapat 12 hotel maupun losmen yang siap menerima tamu

baik wisatawan dalam maupun luar negeri dengan jumlah kamar sebanyak 314

kamar dengan 525 tempat tidur. Banyaknya tamu yang menginap sejumlah 33.734

orang/tahun.

3.2 GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis, terletak di antara 114 19' 13'' - 116 33'

28'' Bujur Timur dan 1 21' 49'' – 4 10' 14'' Lintang Selatan. Secara administratif,

Propinsi Kalimantan Selatan terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-

batas : Sebelah barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat

Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah utara dengan Propinsi

Kalimantan Timur. Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah Propinsi Kalimantan Selatan

hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan.

Secara administratif wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dengan kota Banjarmasin

sebagai ibukotanya, meliputi 11 kabupaten dan 2 kota. Kabupaten terbaru adalah

LAPORAN AKHIR III-36Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 37: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kabupaten Tanah Bumbu (pecahan Kabupaten Kotabaru) dan Kabupaten Balangan

(pecahan Kabupaten Hulu Sungai Utara). Persentase luas tertinggi adalah Kabupaten

Kotabaru (25,11%); Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah adalah Kota

Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).

Bentuk geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan

formasi Berai.

Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa sebesar 43,31 persen

wilayah Propinsi Kalimantan Selatan mempunyai kemiringan tanah 0-2%. Rincian luas

menurut kemiringan adalah sebagai berikut :

0 - 2% : 1 625 384 Ha (43,31%)

>2-15% : 1 182 346 Ha (31,50%)

>15-40% : 714 127 Ha (19,02%)

>40% : 231 195 Ha (6,16%)

Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi menjadi

6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada

pada kelas ketinggian >25 -100 m di atas permukaan laut yakni 31,09 persen.

Tanah di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan sebagian besar berupa hutan ( 43 persen).

Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut antara lain

Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa, Sungai Balangan, Sungai Batang

Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin, Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan

dan sebagainya. Umumnya sungai-sungai tersebut berpangkal pada pegunungan

Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.

Iklim

Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat

tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Temperatur rata-rata di

daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2004 berkisar antara 23,30C sampai 32,70C.

Sedangkan kelembaban udara rata-ratanya berkisar antara 47%-s.d 98% tiap bulan.

Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan

geografi dan perputaran/ pertemuan arus udara. Catatan curah hujan tahun 2004

disajikan pada Tabel 1.2.2. Curah hujan tertinggi di daerah ini terjadi pada bulan Januari

LAPORAN AKHIR III-37Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 38: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

yaitu 626,1 mm sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 0,0

mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2004 adalah 181 hari dengan hari terbanyak hujan

terjadi pada bulan Januari yaitu 27 hari. Rata-rata tekanan udara di daerah ini berkisar

antara 1.009,3 mm-1.013,6 mm selama tahun 2004. Antara curah hujan dan keadaan

angin biasanya ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa

tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin pada musim hujan

biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari barat dan barat laut. Oleh karena itu

musim tersebut dikenal juga dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup

dari benua Australia, keadaan angin saat itu bisa juga kencang Keadaan angin di

Kalimantan Selatan pada tahun 2004 yang dipantau dari Stasiun Meteorologi

Syamsuddin Noor menunjukkan kecepatan angin pada tahun 2004 rata-rata 4 knot.

Untuk penyinaran matahari dipantau pada jam 06.00-18.00 terlihat intensitas yang

beragam tiap bulannya. Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada

bulan Agustus yaitu rata-rata 6,9 jam/hari dan intensitas terendah terjadi pada bulan

Desember yaitu rata-rata 2,0 jam/hari.

Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan terbentuk berdasarkan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1956. Saat ini secara administrasi wilayah Propinsi Kalimantan Selatan

terdiri dari 11 Kabupaten dan 2 kota yaitu Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar,

Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah

Bumbu, dan Balangan serta Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru. dengan jumlah

kecamatan sebanyak 119 kecamatan dan 1.947 desa/kelurahan pada Tahun 2004, dan

terdapat 5 unit pemukiman transmigrasi. Unit pemukiman transmigrasi terdapat di

Kabupaten Batola, Balangan, Tanah Bumbu, Banjar dan Kotabaru. Secara rinci jumlah

kabupaten/kota, kecamatan dan desa sbb :

Kabupaten

/ KotaHari Jadi

Dasar

Hukum/PembentukanIbukota

Jumlah

Kecamata

n

Jumlah

Desa

Tanah Laut 2/19/1965 UU. No.8 Tahun 1965 Pelaihari 9 194

Kota Baru 1/6/1950 UU. No.27 Tahun 1959 Kotabaru 15 135

Banjar 14-08-1950 UU. No.27 Tahun 1959 Martapura 12 288

Barito 4/1/1960 UU. No.27 Tahun 1959 Marabaha 16 198

LAPORAN AKHIR III-38Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 39: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kuala n

Tapin 30-11-1965 UU. No.8 Tahun 1965 Rantau 10 131

HSS 2/12/1950 UU. No.27 Tahun 1959 Kendangan 10 148

HST 24-12-1959 UU. No.27 Tahun 1959 Barabai 10 164

HSU 2/5/1952Kep Mendagri No Pem.

20-01-1947Amuntai 13 373

Tanah

Bumbu8/4/2003 UU. No.10 Tahun 2002 Batulicin 5 118

Balangan 8/4/2003 UU. No.11 Tahun 2002 Paringin 6 160

Tabalong 1/12/1965 UU. No.8 Tahun 1965 Tanjung 11 131

Kota

Banjarmasi

n

24-09-1926 UU. No.27 Tahun 1959Banjarmasi

n5 50

Kota

Banjarbaru24-04-2000 UU. No.9 Tahun 1999

Banjarbaru

Kota3 12

Kalsel 14-08-1950 UU. No.5 Tahun 1956Banjarmasi

n119 1.947

Perwilayahan Pembanguan Menurut Satuan Wilayah Pembangunan

Wilayah

Pembanguan

Pusat

Pengembangan

Wilayah

Pusat

Pelayanan

Komunikasi

Pusat

Industri

Pusat

Pelayanan

Wilayah

Kayu Tangi Banjarmasin dan

sekitarnya

1. Kota Banjarmasin Banjarmasin Banjarmasin

LAPORAN AKHIR III-39Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 40: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2. Kota Banjarbaru Banjarbaru Banjarbaru

3. Kab. Banjar Martapura Martapura

4. Kab. Barito Kuala Marabahan Marabahan

5. Kab. Tanah Laut Pelaihari Pelaihari,

Bati-Bati

Kintapura

Banua Lima Kandangan dan

sekitarnya

1. Kab. Tapin Rantau,

Margasari

Margasari

2. Kab. HSS Kandangan,

Negara

Negara

3. Kab. HST Barabai Pantai

Hambawang

4. Kab. HSU Amuntai Paringin,

Alabio

5. Kab. Tabalong Tanjung, Kelua Kelua

Tanah Bumbu Batulicin dan

sekitarnya

1. Kab. Kota Baru Batulicin,

Manggalau

Batulicin,

Pagatan,

Kintapura

1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kotabaru

1.1.1 Fisik Wilayah

Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan

Selatan yang terdiri dari daratan, banyak pulau-pulau kecil dan laut yang cukup luas.

Secara geografis Kabupaten Kotabaru terletak antara 2018' – 4056’ Lintang Selatan dan

LAPORAN AKHIR III-40Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 41: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

115029'–117027' Bujur Timur. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Kotabaru, adalah

sebagai berikut:

1. sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur;

2. sebelah Selatan : Laut Jawa, Kabupaten Tanah Bumbu;

3. sebelah Timur : Selat Makasar; dan

4. sebelah Barat : Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten

Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah

Bumbu.

Sedangkan jarak Ibukota Kabupaten Kotabaru dengan Ibukota Provinsi adalah

sejauh 300 km Jarak Ibukota Kabupaten Kotabaru dengan kecamatan lain di lihat pada

Tabel 2.1 dan Gambar 2.1.

Tabel 2.1 Jarak dari Ibukota Kecamatan Tahun 2010

Kotabaru

100 Sebanti

137 37 Tjg.Seloka

22 124 159 Berangas

150 50 13 172 Tj. Lalak Utara

40 60 97 62 110 Mekarpura

80 100 137 102 150 40 Serongga

126 146 183 148 196 86 46 Bungkukan

231 251 288 251 301 191 151 105 Pudi

211 231 268 233 281 171 131 85 22 Tjg.Batu

102 122 159 124 172 62 22 66 180 158 Pantai

91 111 148 113 161 51 11 35 140 118 40 Sei Kupang

231 251 288 253 301 191 151 105 200 178 180 140 Bakau

240 258 295 262 308 200 160 114 62 69 138 120 172 Tjg. Semalantakan

LAPORAN AKHIR III-41Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 42: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

149 169 206 171 219 109 69 23 82 60 98 58 118 54 Gn.Batu Besar

150 360 387 172 374 110 230 276 381 361 252 241 381 390 299 Marabatuan

47 147 184 12 197 87 127 173 278 149 141 138 278 287 196 197 Sei.Bali

132 152 189 154 290 180 140 94 281 259 158 141 281 161 199 381 269 Sengayam

121 141 178 143 191 81 130 84 259 237 130 119 259 147 177 271 168 164 Hampang

178 198 235 200 248 138 98 52 147 125 127 87 20 98 65 328 225 228 186Sei.Duri

an

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru/KDA Kabupaten Kotabaru Tahun 2011

Administrasi

Kabupaten Kotabaru memiliki ibukota kabupaten yang terletak di kecamatan

Pulau Laut Utara. Kabupaten Kotabaru terdiri dari 20 kecamatan dengan 201 desa

dan 4 kelurahan. Kelurahan tersebut meliputi kelurahan Kotabaru Tengah, Kotabaru

Hulu, Kotabaru Hilir, dan Baharu Selatan yang keseluruhannya juga terdapat di

kecamatan Pulau Laut Utara. Di tahun 2008, Kabupaten Kotabaru hanya terdiri dari

191 desa dan 4 kelurahan.

Jumlah desa terbanyak berada di kecamatan Pulau Laut Utara dan Pulau Laut

Barat (masing-masing 21 desa), sedangkan kecamatan Pulau Sembilan terbagi atas 5

desa yang merupakan kecamatan dengan jumlah desa terkecil.

Berdasarkan klasifikasinya, 190 desa di kabupaten Kotabaru tercatat sebagai

desa dengan klasifikasi swasembada, 7 desa sebagai desa dengan klasifikasi swakarsa

dan 4 desa diklasifikasikan sebagai desa swadaya.

Dari 20 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotabaru, Kecamatan

Hampang merupakan kecamatan yang paling luas dengan luas wilayah 17,88% dari

luas Kabupaten Kotabaru; sedangkan kecamatan yang memiliki luas paling kecil

adalah Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas wilayah

Kabupaten Kotabaru.

LAPORAN AKHIR III-42Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 43: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 2.12. Luas Daerah dan Jumlah Desa/Kelurahan Tahun 2010

K e c a m a t a nIbukota Kecamatan Luas

(Ha)

Persentase

(%)

Desa/

Kelurahan

1 2 3 4 5

1 P. Sembilan Marabatuan 476 0,05 5

2 P. Laut Barat Lontar 39.882 4,23 21

3 P. Laut Selatan Tanjung Seloka 37.807 4,01 7

4 P. Laut Kepulauan Tanjung Lalak 10.712 1,14 9

5 P. Laut Timur Berangas 64.281 6,82 14

6 P. Sebuku Sungai Bali 22.550 2,39 8

7 P. Laut Utara Dirgahayu 15.930 1,69 21

8 P. Laut Tengah Mekarpura 33.764 3,58 7

9 Kelumpang Selatan Pantai 27.966 2,97 9

10 Kelumpang Hilir Serongga 28.120 2,98 9

11 Kelumpang Hulu Cantung 55.344 5,87 10

12 Kelumpang Barat Bungkukan 58.915 6,25 9

13 H a m p a n g Hampang 168.464 17,88 7

14 Sungai Durian Sungai Durian 104.238 11,06 13

15 Kelumpang Tengah Tanjung Batu 34.929 3,71 6

16 Kelumpang Utara Pudi 27.945 2,97 7

17 Pamukan Selatan Tg. Samalantakan 39.187 4,16 11

18 Sampanahan Sampanahan 48.889 5,19 10

19 Pamukan Utara Bakau 63.863 6,78 13

20 Pamukan Barat Sengayam 58.984 6,26 5

Kotabaru 942.246 100,00 201

LAPORAN AKHIR III-43Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 44: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011(Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun

2011)

LAPORAN AKHIR III-44Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 45: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 2.5. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR III-45Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 46: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sumber : Bappeda Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR III-46Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 47: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

0.0500000000000001 4.234.01 1.139999999999966.822.39

1.690000000000023.58

2.97

2.98

5.876.2517.8811.06

3.71

2.974.16

5.196.786.26

Grafik 2.1 Persentase Luas Wilayah Setiap Kecamatan di Kabupaten Kotabaru

P. Sembilan P. Laut Barat

P. Laut Selatan P. Laut Kepulauan

P. Laut Timur P. Sebuku

P. Laut Utara P. Laut Tengah

Kelumpang Selatan Kelumpang Hilir

Kelumpang Hulu Kelumpang Barat

H a m p a n g Sungai Durian

Kelumpang Tengah Kelumpang Utara

Pamukan Selatan Sampanahan

Pamukan Utara Pamukan Barat

Visi & Misi Kabupaten Kotabaru

Visi :

Berdasarkan kondisi saat ini dan isu-isu strategis pada 5 tahun mendatang, serta

penggalian aspirasi dan persepsi masyarakat yang telah dilakukan, maka Visi Pemerintah

Kabupaten Kotabaru pada Tahun 2011-2015 adalah : “Terwujudnya masyarakat Kotabaru

yang madani, yaitu masyarakat yang mandiri penuh kreativitas, kesejahteraan, tertib,

aman dan damai”

Penetapan visi tersebut disamping dilandasi oleh ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, juga

mempertimbangkan berbagai aspirasi politik yang berkembang di kalangan stakeholders

yang ada di Kabupaten Kotabaru. Visi tersebut menjadi arah pembangunan 5 (lima) ke

depan menuju kondisi ideal yang diinginkan.

Makna dari visi Pemerintah Kabupaten Kotabaru dapat di jelaskan sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR III-47Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 48: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Masyarakat yang madani mengandung makna masyarakat yang sopan santun, disiplin

dan beradab serta berbudaya tinggi (civilized), dimana masyarakat tersebut dalam

menghadapi berbagai permasalahan baik yang rumit maupun yang mudah selalu

dihadapi dengan sopan santun dan beradab serta dalam mencari jalan keluar melalui

musyawarah.

Masyarakat yang mandiri dan sejahtera mengandung makna: (1) Mandiri: mampu

untuk mewujudkan kehidupan sejajar dengan daerah lain yang telah maju dengan

bertumpu pada kemampuan dan kekuatan sendiri, oleh karena itu untuk membangun

kemandirian mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi. Kemandirian suatu daerah

dapat tercermin melalui kemampuan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat bahkan

dapat mengekspor produk-produknya dan ketergantungan terhadap daerah lain

maupun pemerintah pusat yang semakin berkurang khususnya dalam hal pembiayaan

pembangunan; (2) sejahtera: menunjukkan kondisi kemakmuran suatu masyarakat,

yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) maupun sosial

(spirituil); dengan kata lain kebutuhan dasar masyarakat telah terpenuhi secara lahir

bathin secara adil dan merata. Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai

ukuran tercapainya kondisi sejahtera adalah terbangunnya struktur perekonomian yang

kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif; tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas dan berkesinambungan; tingginya tingkat pendapatan perkapita penduduk;

turunnya tingkat pengangguran terbuka; tersedianya infrastruktur yang memadai;

turunnya jumlah penduduk miskin; tingginya kualitas sumber daya manusia;

terpenuhinya hak sosial masyarakat atas akses pada pelayanan dasar; tingginya tingkat

Indeks Pembangunan Manusia; tertatanya perlindungan dan kesejateraan sosial,

keluarga kecil berkualitas, pemuda dan olah raga; tingginya kualitas kehidupan

beragama; tingginya peranan perempuan dalam pembangunan.

Visi diatas menempatkan masyarakat Kabupaten Kotabaru sebagai subyek dan sekaligus

obyek pembangunan, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kotabaru berperan sebagai

fasilitator dan dinamisator pembangunan.

Misi :

Dalam rangka mewujudkan visi maka perlu disusun misi yang merupakan rumusan

umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan bayangan kondisi

tentang masa depan. Sesuai dengan visi di atas maka dirumuskan misi dalam pemerintahan

Kabupaten Kotabaru untuk periode 2011 – 2015, sebagai berikut :

LAPORAN AKHIR III-48Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 49: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

1. Menata pemerintahan dan profesionalisme personal dalam sistem Pelayanan Publik

guna Efektifitas Kerja Pemerintah

Misi ini bertujuan untuk mewujudkan lembaga Pemerintah Kabupaten Kotabaru yang

efektif dan efesien dan aparatur Pemerintah Kabupaten Kotabaru yang bersih,

berwibawa dan memiliki kompetensi dan profesionalisme.

2. Mendorong iklim demokrasi yang berwawasan dan integritas kebangsaan dalam

lingkup iklim reformasi pembangunan dan globalisasi.

Misi ini bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis, serasi, selaras,

seimbang antara eksekutif, legislatif, masyarakat dan sektor swasta serta membina

hubungan dengan Pemerintah Pusat, Propinsi, Daerah lain dan Internasional.

3. Memberdayakan setiap potensi dan peluang yang ada baik fisik maupun non fisik

untuk kesejahteraan rakyat.

Misi ini bertujuan untuk mewujudkan peran serta komponen masyarakat Kabupaten

Kotabaru dalam proses pembuatan keputusan dan memecahkan masalah dalam

kerangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan layanan masyarakat.

4. Memfasilitasi setiap masyarakat dan tuntutan perubahan dalam pembangunan

dengan memperhatikan skala prioritas.

Misi ini bertujuan untuk : (1) Meningkatkan kemampuan keuangan daerah dengan

menciptakan iklim investasi baik lokal, regional maupun internasional dan mendorong

laju pertumbuhan ekonomi guna optimalisasi pelayanan publik dan proses

pembangunan dalam skala-skala, dan (2) Meningkatkan pembangunan terutama

sarana umum dengan memperhatikan aspek lingkungan dan kontinyuitas serta nilai

kedaerahan yang bermartabat.

Sejalan dengan prinsip-prinsip good governance, nilai-nilai yang dijadikan acuan

dalam pelaksanaan visi misi pembangunan Kabupaten Kotabaru secara berkelanjutan,

mencakup beberapa prinsip sebagai berikut:

(1) Efektivitas dan efisiensi, dimana proses produksi dilaksanakan sesuai dengan prosedur

dan ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan memanfaatkan sumber-sumber yang

tersedia sebaik mungkin.

(2) Fasilitasi kepentingan publik untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dimana setiap

warga masyarakat dan pemangku kepentingan pembangunan mempunyai suara

LAPORAN AKHIR III-49Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 50: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

dalam pembuatan keputusan, baik langsung maupun melalui intermediasi institusi

yang mewakili kepentingannya.

(3) Transparansi, dimana ada kebebasan (yang bertanggungjawab) dalam menerima dan

mengirim informasi secara langsung, terutama informasi yang menjadi kepentingan

publik.

(4) Akuntabilitas, dimana para pembuat keputusan, baik di lemabaga pemerintahan

maupun di masyarakat, bertanggungjawab kepada publik dan lembaganya secara

legitimate.

(5) Supremasi hukum, dimana hukum diterapkan secara adil dan dilaksanakan tanpa

perbedaan, berkenaan dengan pemenuhan hak-hak dasar dan hak asasi manusia.

(6) Sikap yang responsif, dimana semua warga masyarakat bertanggungjawab terhadap

proses pembangunan, mulai dari perencanaan hingga ke evaluasi.

(7) Visi strategis, dimana para pemimpin dan warga masyarakat mempunyai pandangan

yang luas dan jauh ke depan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya

yang ada sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah.

(8) Pemberdayaan masyarakat, pembangunan fokus pada kegiatan untuk menghasilkan

pemberdayaan masyarakat.

(9) Penyediaan cadangan dalam bentuk tabungan masyarakat, dimana semua warga

masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam memanfaatkan cadangan yang

tersimpan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Melalui penerapan nilai-nilai diatas, pengembangan potensi dan kapasitas ekonomi

Kabupaten Kotabaru dalam pelaksanaan visi dan misi diatas akan menjadi langkah yang

strategis. Hal ini yang hanya mungkin dicapai bila nilai-nilai diatas terserap sebagai pola

budaya lokal (local culture), sedemikian rupa sehingga dapat menjadi kekuatan moral bagi

masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan pembangunan di Kabupaten Kotabaru.

Kekuatan ini selanjutnya menjadi modal dasar bagi pemerintah daerah dalam menghadapi

dinamika perkembangan masyarakat secara arif dan berkelanjutan.

1.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk kabupaten Kotabaru berdasarkan Sensus Penduduk 2010 adalah

290.142 jiwa dengan jumlah rumahtangga sebanyak 77.167 rumahtangga yang tersebar di

LAPORAN AKHIR III-50Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 51: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

205 desa/kelurahan dengan rata-rata banyaknya anggota rumah tangga 4 orang. Seperti

tahun lalu, jumlah penduduk terbesar masih berada di kecamatan Pulau Laut Utara dengan

79.639 jiwa disusul kecamatan Kelumpang Hilir dengan jumlah penduduk 20.089 jiwa.

Jumlah penduduk terkecil berada di kecamatan Kelumpang Utara yang hanya tercatat

sebesar 5.299 jiwa.

a) Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru Tahun 2010 tercatar sebanyak 290.142 jiwa,

terdiri dari 151.586 jiwa penduduk laki-laki dan 138.556 jiwa penduduk perempuan.

Pertumbuhan penduduk dari tahun ketahun berdasarkan data dari BPS tahun 2005-

2010 sebesar rata-rata 2,21 % per tahun. Selengkapnya perkembangan penduduk

menurut kecamatan di Kabupaten Kotabaru dari tahun 2005 sampai tahun 2010 dapat

dilihat pada tabel 2.13. Sementara proyeksi pertumbuhan penduduk selama 5 tahun

kedepan berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada tabel 2.14.

Tabel. 2.13. Jumlah Penduduk Per kecamatan Kabupaten Kotabaru

No KecamatanJumlah Penduduk

2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 P. Sembilan 5.545 5.626 5.911 6.011 5.794 5.649

2 P. Laut Barat 18.362 18.275 18.807 19.124 18.747 18.668

3 P. Laut Selatan 17.715 7.898 8.003 8.137 8.391 8.792

4 P. Laut Kepulauan -*) 9.861 10.338 10.511 10.578 10.801

5 P. Laut Timur 12.874 12.879 13.865 14.098 13.381 12.796

6 P. Sebuku 6.219 6.267 6.673 6.785 6.960 7.212

7 P. Laut Utara 73.884 74.217 75.430 76.699 77.503 79.639

8 P. Laut Tengah 9.247 9.314 8.621 8.766 9.006 9.385

9 Kelumpang Selatan 8.536 8.475 9.739 9.903 9.492 9.187

10 Kelumpang Hilir 15.905 15.890 15.596 15.858 17.737 20.089

LAPORAN AKHIR III-51Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 52: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

11 Kelumpang Hulu 12.000 12.009 12.788 13.003 13.622 14.414

12 Kelumpang Barat 4.741 4.734 4.734 4.814 9.600 10.158

13 H a m p a n g 8.278 8.376 7.891 9.237 9.123 10.400

14 Sungai Durian 8.892 9.457 12.347 8.024 12.446 12.495

15 Kelumpang Tengah 11.468 12.639 9.084 12.554 5.034 5.343

16 Kelumpang Utara 5.877 5.431 6.182 6.286 5.767 5.299

17 Pamukan Selatan 11.162 12.992 13.841 14.074 13.414 12.881

18 Sampanahan 8.758 8.505 9.603 9.765 9.740 9.884

19 Pamukan Utara 20.630 15.959 17.200 17.489 17.641 18.070

20 Pamukan Barat -*) 5.038 5.347 5.436 7.144 8.980

Jumlah 260.093 263.842 272.000 276.574 281.120 290.142

Sumber : Kecamatan Dalam Angka dan Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2005-

2011

-*) sebelum pemekaran kecamatan

tahun 2005

tahun 2006

tahun 2007

tahun 2008

tahun 2009

tahun 2010

245000250000255000260000265000270000275000280000285000290000295000

Grafik 2.2. Perkembangan Penduduk di Kabupaten Kotabaru

Perkembangan Penduduk di Kabupaten Kotabaru

Tabel 2.14. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kotabaru

Tahun 2011 – 2016

LAPORAN AKHIR III-52Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 53: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

NO KECAMATANJUMLAH PENDUDUK tahun (Jiwa)

2011 2012 2013 2014 2015 2016

1 P. Sembilan 5,666 5,684 5,701 5,718 5,736 5,753

2 P. Laut Barat 18,719 18,770 18,821 18,872 18,923 18,974

3 P. Laut Selatan 8,971 9,150 9,328 9,507 9,686 9,865

4 P. Laut

Kepulauan

10,989 11,177 11,365 11,553 11,741 11,929

5 P. Laut Timur 12,783 12,770 12,757 12,744 12,731 12,718

6 P. Sebuku 7,378 7,543 7,709 7,874 8,040 8,205

7 P. Laut Utara 80,598 81,557 82,517 83,476 84,435 85,394

8 P. Laut Tengah 9,408 9,431 9,454 9,477 9,500 9,523

9 Kelumpang

Selatan

9,296 9,404 9,513 9,621 9,730 9,838

10 Kelumpang Hilir 20,786 21,484 22,181 22,878 23,576 24,273

11 Kelumpang Hulu 14,816 15,219 15,621 16,023 16,426 16,828

12 Kelumpang Barat 11,061 11,964 12,867 13,769 14,672 15,575

13 H a m p a n g 10,754 11,107 11,461 11,815 12,168 12,522

14 Sungai Durian 13,096 13,696 14,297 14,897 15,498 16,098

15 Kelumpang

Tengah

5,622 5,901 6,180 6,459 6,738 7,017

16 Kelumpang

Utara

5,203 5,106 5,010 4,914 4,817 4,721

17 Pamukan Selatan 13,168 13,454 13,741 14,027 14,314 14,600

18 Sampanahan 10,072 10,259 10,447 10,635 10,822 11,010

19 Pamukan Utara 18,492 18,914 19,337 19,759 20,181 20,603

20 Pamukan Barat 9,768 10,557 11,345 12,134 12,922 13,710

LAPORAN AKHIR III-53Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 54: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

jumlah 296,644 303,147 309,649 316,152 322,654 329,156

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011, Data Pokok Kabupaten Kotabaru dan Hasil

Analisis (Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2011)

tahun 2011

tahun 2012

tahun 2013

tahun 2014

tahun 2015

tahun 2016

280,000

290,000

300,000

310,000

320,000

330,000

Grafik 2.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kotabaru

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kotabaru

2.3.2. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Luas wilayah Kabupaten Kotabaru 942.246 ha kepadatan penduduk tahun 2010

sebesar 0,31 jiwa/ha., besarnya jumlah penduduk di kecamatan Pulau Laut Utara sebagai

Ibukota Kabupaten Kotabaru menyebabkan kepadatan penduduk kecamatan tersebut

menjadi tinggi yaitu 5 penduduk per ha. Disisi lain, kepadatan penduduk kecamatan

Hampang sebagai kecamatan dengan wilayah terluas hanya sebesar 0,06 penduduk per ha.

.

Tabel 2.15. Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Tahun 2010

LAPORAN AKHIR III-54Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 55: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

No Kecamatan Luas (Ha)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk (jiwa/ha)

1 P. Sembilan 476 5.649 11.87

2 P. Laut Barat 39.882 18.668 0.47

3 P. Laut Selatan 37.807 8.792 0.23

4 P. Laut Kepulauan 10.712 10.801 1.01

5 P. Laut Timur 64.281 12.796 0.20

6 P. Sebuku 22.550 7.212 0.00

7 P. Laut Utara 15.930 79.639 5.00

8 P. Laut Tengah 33.764 9.385 0.28

9 Kelumpang Selatan 27.966 9.187 0.33

10 Kelumpang Hilir 28.120 20.089 0.71

11 Kelumpang Hulu 55.344 14.414 0.26

12 H a m p a n g 58.915 10.158 0.06

13 Sungai Durian 168.464 10.400 0.10

14 Kelumpang Tengah 104.238 12.495 0.36

15 Kelumpang Barat 34.929 5.343 0.09

16 Kelumpang Utara 27.945 5.299 0.19

17 Pamukan Selatan 39.187 12.881 0.33

18 Sampanahan 48.889 9.884 0.20

19 Pamukan Utara 63.863 18.070 0.28

20 Pamukan Barat 58.984 8.980 0.15

Jumlah 2010 942.246 290.142 0.31

2009 942.246 281.120 0.30

2008 942.246 276.574 0.29

LAPORAN AKHIR III-55Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 56: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

No Kecamatan Luas (Ha)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk (jiwa/ha)

2007 942.246 272.000 0.29

2006 942.246 263.842 0.28

2005 942.246 260.093 0.28

Sumber : Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2011

LAPORAN AKHIR III-56Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 57: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 2.6. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Kotabaru Tahun 2010

LAPORAN AKHIR III-57Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 58: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sumber : Bappeda Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR III-58Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 59: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

P. Sem

bilan

P. Lau

t Bara

t

P. Lau

t Sela

tan

P. Lau

t Kep

ulauan

P. Lau

t Tim

ur

P. Seb

uku

P. Lau

t Utar

a

P. Lau

t Ten

gah

Kelumpan

g Sela

tan

Kelumpan

g Hilir

Kelumpan

g Hulu

H a m p a n

g

Sunga

i Duria

n

Kelumpan

g Ten

gah

Kelumpan

g Bara

t

Kelumpan

g Utar

a

Pamuka

n Selat

an

Sampan

ahan

Pamuka

n Utara

Pamuka

n Barat

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Grafik 2.4. Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)

Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)

2.3.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru berdasarkan struktur usia terdiri atas

penduduk kelompok usia muda (0-14) yaitu sebanyak 81.735 jiwa, kelompok usia dewasa /

produktif (15-59) yaitu sebanyak 187.355 jiwa serta kelompok usia tua (>60) yaitu sebanyak

12.050 jiwa. Jika melihat tabel komposisi jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru

berdasarkan Struktur Umur, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk Kabupaten Kotabaru

di dominasi oleh penduduk usia muda dengan jumlah penduduk terbesar berasal dari

golongan usia balita 31.667 anak.

Rasio jenis kelamin penduduk Kotabaru sudah diatas 100. Hal ini menunjukkan

bahwa jumlah penduduk laki-laki di kabupaten Kotabaru lebih banyak daripada jumlah

penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk kabupaten Kotabaru adalah 109,4

seperti ditunjukkan pada tabel 2.16.

LAPORAN ANTARA III-59Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 60: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 2.16. Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2010

Kecamatan

Jenis Kelamin Rasio Jenis

KelaminLaki-Laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5

1 P. Sembilan 2.857 2.792 5.649 102.33

2 P. Laut Barat 9.493 9.175 18.668 103.47

3 P. Laut Selatan 4.499 4.293 8.792 104.80

4 P. Laut Kepulauan 5.355 5.446 10.801 98.33

5 P. Laut Timur 6.795 6.001 12.796 113.23

6 P. Sebuku 3.743 3.469 7.212 107.90

7 P. Laut Utara 40.954 38.685 79.639 105.87

8 P. Laut Tengah 4.923 4.462 9.385 110.33

9 Kelumpang Selatan 4.821 4.366 9.187 110.42

10 Kelumpang Hilir 10.620 9.469 20.089 112.16

11 Kelumpang Hulu 7.592 6.822 14.414 111.29

12 H a m p a n g 5.452 4.706 10.158 115.85

LAPORAN ANTARA III-60Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 61: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

13 Sungai Durian 5.610 4.790 10.400 117.12

14 Kelumpang Tengah 6.446 6.049 12.495 106.56

15 Kelumpang Barat 2.820 2.523 5.343 111.77

16 Kelumpang Utara 2.726 2.573 5.299 105.95

17 Pamukan Selatan 6.807 6.074 12.881 112.07

18 Sampanahan 5.241 4.643 9.884 112.88

19 Pamukan Utara 9.839 8.231 18.070 119.54

20 Pamukan Barat 4.993 3.987 8.980 125.23

Kotabaru

2010

2009

2008

2007

2006

151.586

139.023

143.639

135.766

135.048

138.556

142.097

132.935

136.234

128.794

290.142

281.120

276.574

272.000

263.842

109,40

97,84

108,05

99,66

104,86

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 (Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun

2011)

Tabel 2.17. menunjukkan bahwa penduduk kabupaten Kotabaru didominasi oleh penduduk

usia muda. Jumlah penduduk terbesar berasal dari golongan usia balita sebesar 32.931

anak.

Tabel 2.17. Penduduk Kabupaten Kotabaru Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2010

LAPORAN ANTARA III-61Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 62: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kelompok Umur Jenis Kelamin

JumlahLaki-laki Perempuan

1 2 3 4

0-4 16.609 15.474 32.083

5-9 17.188 15.743 32.931

10-14 14.180 13.201 27.381

15-19 12.391 11.581 23.972

20-24 12.351 12.253 24.604

25-29 14.586 14.827 29.413

30-34 14.494 13.424 27.918

35-39 13.653 11.734 25.387

40-44 10.928 9.039 19.967

45-49 7.983 6.657 14.640

50-54 5.817 4.918 10.735

55-59 3.990 3.161 7.151

60-64 2.954 2.500 5.454

65-69 1.743 1.598 3.341

70-74 1.140 1.214 2.354

75+ 990 1.203 2.193

Kotabaru 150.997 138.527 289.524

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru, SP2010 Data Penduduk Tetap (Kabupaten

Kotabaru Dalam Angka Tahun 2011)

LAPORAN ANTARA III-62Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 63: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Grafik 2.5. Penduduk Kabupaten Kotabaru Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Tahun 2010

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75 +

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 18,000

Laki-lakiPerempuan

2.3.4. Struktur Penduduk Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jumlah pencari kerja tertinggi adalah laki laki/ SLTA sebanyak 4.420 orang dan yang

terendah sebanyak 305 tingkat pendidikan SD. Sedangkan Jumlah pencari kerja perempuan

menurut tingkat pendidikan, yang tertinggi yaitu sebanyak 1.522 orang tingkat pendidikan

Sarjana, dan yang terendah adalah tingkat pendidikan SD sebanyak 63 orang.

LAPORAN ANTARA III-63Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 64: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 2.18. Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 1998 -

2010

TahunSD SMP SMU D III Sarjana Jumlah

L P L P L P L P L P L P

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1998 319 88 245 73 833 284 26 21 80 40 1.503 506

1999 196 63 327 127 922 411 15 6 81 32 1.541 639

2000 55 6 110 100 3.103 1.090 52 40 148 88 3.468 1.324

2001 135 24 130 45 1.423 573 21 21 53 60 1.762 723

2002 389 45 362 97 1.375 417 23 17 106 99 2.255 675

2003 40 154 168 111 905 512 161 136 96 113 1.370 1.026

2004 96 366 14 224 390 314 27 49 40 78 567 1.031

2005 390 271 170 169 1.142 268 303 1.387 318 311 2.323 2.406

2006 459 30 324 29 672 469 65 32 89 62 1.609 622

2007 421 218 460 99 1.967 1.249 150 134 398 376 3.396 2.076

2008 280 6 279 17 887 276 191 291 230 260 1.867 850

2009 574 19 513 30 1.737 577 358 369 512 457 3694 1.452

2010 411 14 434 7 2023 571 624 708 505 571 4027 1871

Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kotabaru dan BPS

Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 (Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2011)

2.3.5 Sosial Masyarakat

a) Jumlah Penduduk berdasarkan mata Pencaharian

LAPORAN ANTARA III-64Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 65: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian secara terperinci belum didata

untuk Kabupaten Kotabaru, yang ada adalah jumlah penduduk berumur 15 Tahun ke atas

yang bekerja menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Tahun 2010 dapat dilihat pada

tabel 2.36 berikut :

LAPORAN ANTARA III-65Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 66: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 2.47. Jumlah Penduduk berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Tahun 2010

N

oKecamatan

Jumlah penduduk Berdasarkan mata Pencaharian

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S JUML

AH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 P.

Sembilan147 10 25

1,23

03 30 1 10 4 46 215 0 41 1 0 88 8 38 13 1,910

2 P. Laut

Barat

1,72

054 488

1,56

246

18

5139 80 19 291 703 36 463 17 8 400 46 208 74 6,539

3 P. Laut

Selatan803 11 188 763 22 86 10 155 5 114 340 39 215 5 8 231 26 125 39 3,185

4 P. L.

Kepulaua

n

653 9 123 986 8 14 37 47 3 151 360 7 244 0 2 206 19 267 11 3,147

5 P. Laut

Timur

1,85

7142

2,23

2926 34 10 214 188 9 118 441 17 91 5 0 211 24 263 20 6,802

6

P. Sebuku33 15 743 303 10 7

1,13

766 6 66 230 21 56 0 0 97 9 178 27 3,004

LAPORAN ANTARA III-66Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 67: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

7 P. Laut

Utara

1,29

8570 333

4,11

9

12

3

17

2

1,11

1937

18

6

2,29

1

7,20

3

34

3

2,45

8

11

9

33

7

1,63

4

48

2

6,33

9485 30,540

8 P. Laut

Tengah

2,01

567 97 311 19 93 265 49 4 80 294 10 158 5 1 113 17 297 26 3,921

9 Kelp.

Selatan531 45

2,53

7416 25 44 36 95 5 111 357 1 117 3 5 199 24 105 70 4,726

1

0 Kelp. Hilir887 178

2,44

8162 29 12

1,00

0699 9 418 792 30 184 5 16 289 50 740 179 8,127

1

1

Kelumpan

g Hulu

2,10

844

2,67

4163 54 27 326 144 24 84 650 16 173 5

12

5212 25 200 90 7,144

1

2

Kelp.

Barat 972 205

1,07

954 2 8 49 6 6 27 221 16 64 1 0 77 11 53 10 2,861

1

3

H a m p a

n g

3,26

621

1,01

64 0 0 731 3 2 15 101 0 21 1 0 65 17 29 20 5,312

1

4

Sungai

Durian

1,51

5134

2,40

110 0 19 351 159 4 88 356 12 212 1 0 124 27 88 17 5,518

1

5

Kelp.

Tengah

1,17

926

1,25

0224 13 76 868 34 8 118 319 4 93 4 1 171 20 83 78 4,569

LAPORAN ANTARA III-67Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 68: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

1

6

Kelp.

Utara

1,10

03 515 254 9 10 198 9 2 46 161 2 26 2 0 109 17 46 26 2,535

1

7

Pam.

Selatan

1,01

69

2,60

1986 4 11 88 179 9 49 451 5 105 4 1 183 24 98 3 5,826

1

8

Sampana

han513 22

1,51

9610 5 23 193 29 8 89 370 5 96 2 0 178 34 165 46 3,907

1

9

Pamukan

Utara

1,08

068

6,93

965 56 55 25 260 12 178 550 9 82 4 0 144 25 198 42 9,792

2

0

Pamukan

Barat

1,77

318

2,33

03 8 44 65 31 3 61 285 24 54 8 2 77 21 78 28 4,913

Jumlah 244

66

165

1

3153

8

1315

1

47

0

92

6

684

4

318

0

32

8

444

1

143

99

59

7

495

3

19

2

50

6

480

8

92

6

959

8

130

4

124,27

8

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Dan Data Dinas Tenaga kerja Kabupaten KotabaruTahun 2011

Keterangan :

A :Pertanian tanaman pada dan

palawijaF : Pertanian lainnya K : Perdagangan P : Jasa Pendidikan

B : Holtikultura G :Pertambangan dan

PenggalianL : Hotel dan Rumah Makan Q : Jasa Kesehatan

LAPORAN ANTARA III-68Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 69: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

C : Perkebunan H : Industri Pengolahan M :Transportasi dan

pergudanganR : Jasa Kemasyarakatan,

D : Perikanan I : Listrik dan Gas N : Informasi dan KomunikasiPemerintahan dan

Perorangan

E : Peternakan J : Kontruksi O : Keuangan dan Asuransi S : Lainnya

b) Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 2.48. Jumlah Penduduk 5 Tahun keatas berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Kotabaru Tahun 2010

No Kecamatan

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Belum

sekolah

Tidak/

Belum

tamat SD

Tamat

SD/MI

sederaja

t

Tamat

SLTP/MT

s

sederaja

t

Tamat

SLTA/M

A

sederaja

t

SMKDiplom

a I/II

Diplom

a III

Tamat

DIV/S1

Tamat

S2/S3Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 P. Sembilan 754 1,588 1,948 378 146 2 30 0 26 3 4,875

2 P. Laut Barat 2,820 4,416 5,680 1,726 1,205 60 141 44 124 7 16,223

LAPORAN ANTARA III-69Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 70: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

3 P. Laut Selatan 1,197 2,330 2,567 856 477 21 113 10 70 0 7,641

4 P. Laut Kepulauan 1,029 2,916 3,749 967 352 9 112 15 46 0 9,195

5 P. Laut Timur 1,149 3,368 4,420 1,539 674 75 124 27 104 4 11,484

6 P. Sebuku 531 1,785 2,225 1,199 586 60 42 14 42 0 6,484

7 P. Laut Utara 4,394 15,017 19,384 12,534 14,020 961 854 821 2,669 208 70,862

8 P. Laut Tengah 916 2,510 3,535 828 430 25 56 16 36 3 8,355

9 Kelumpang Selatan 760 2,050 3,117 1,341 719 39 75 35 92 9 8,237

10 Kelumpang. Hilir 1,272 3,512 5,628 3,363 3,009 351 164 150 392 18 17,859

11 Kelumpang Hulu 1,451 3,105 4,843 1,884 1,166 60 120 57 143 7 12,836

12 Kelumpang Barat 1,844 3,045 3,001 749 215 27 33 13 25 2 8,954

13 H a m p a n g 1,449 2,644 2,947 1,233 724 52 58 41 102 2 9,252

14 Sungai Durian 796 2,849 4,231 1,909 1,086 112 75 32 82 1 11,173

15 Kelumpang Tengah 670 1,633 1,530 564 302 23 44 11 28 0 4,805

16 Kelumpang Utara 425 1,532 2,067 429 207 11 38 22 30 3 4,764

17 Pamukan Selatan 1,783 3,033 4,471 1,191 610 51 125 23 79 2 11,368

18 Sampanahan 1,216 2,698 3,061 1,031 632 21 77 40 72 1 8,849

LAPORAN ANTARA III-70Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 71: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

19 Pamukan Utara 1,444 4,416 6,343 2,359 1,168 192 166 50 137 2 16,277

20 Pamukan Barat 1,079 1,685 2,962 1,302 748 27 50 30 65 0 7,948

Jumlah26,979 66,132 87,709 37,382 28,476

2,17

92,497 1,451 4,364 272

257,44

1

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 (Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010)

LAPORAN ANTARA III-71Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 72: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

c) Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Kemiskinan

Tabel 2.49. Banyaknya Kepala Keluarga Menurut Tingkat Sejahtera Tiap Kecamatan

Tahun 2010

K e c a m a t a nPra

SejahteraSejahtera l

Sejahtera

II

Sejahtera

III

Sejahtera

III PLUSJumlah

1 2 3 5 6 8

1 P. Sembilan 951 348 165 80 16 1.560

2 P. Laut Barat 1.528 2.014 808 294 40 4.684

3 P. Laut Selatan 88 615 1.251 186 43 2.183

4 P. Laut Kepulauan 119 528 1.252 153 49 2.101

5 P. Laut Timur 217 786 2.454 187 0 3.644

6 P. Sebuku 40 352 1.004 788 31 2.215

7 P. Laut Utara 2.807 5.053 9.388 4.885 586 22.719

8 P. Laut Tengah 43 1.318 775 552 7 2.695

9 Kelumpang Selatan 251 339 1.744 338 66 2.738

10 Kelumpang Hilir 441 2.795 1.505 477 227 5.445

11 Kelumpang Hulu 672 1.492 1.201 616 43 4.024

12 Kelumpang Barat 321 656 567 46 0 1.590

13 H a m p a n g 835 1.388 323 5 0 2.551

14 Sungai Durian 789 1.325 848 199 11 3.172

15 Kelumpang Tengah 4 1.321 1.614 68 12 3.028

16 Kelumpang Utara 127 387 785 83 41 1.468

LAPORAN ANTARA III-72Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 73: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

17 Pamukan Selatan 515 1.295 2.050 130 50 4.040

18 Sampanahan 214 366 978 894 0 2.452

19 Pamukan Utara 157 282 2.653 1.904 439 5.435

20 Pamukan Barat 22 943 1.085 69 0 2.119

Kotabaru

2010

2009

2008

2007

2006

10.186

9.962

9.199

9.408

9.571

23.603

21.133

19.264

20.118

20.604

32.450

31.088

31.453

28.038

23.780

11.954

12.554

11.491

10.469

9.812

1.670

1.692

1.297

1.870

1.703

79.863

76.416

72.704

69.903

65.470

Sumber : Badan KB, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Kotabaru

dan BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011

1.1.3 Kebijakan Pengembangan Wilayah

Tata Ruang (Rencana Tata Ruang dan Wilayah/Pengembangan Ruang Kabupaten Kotabaru

Berdasarkan Satuan Wilayah)

Pengembangan ruang/wilayah berdasarkan satuan wilayah pembangunan adalah

menentukan fungsi tiap satuan pembangunan sesuai dengan potensinya. Penentuan satuan

wilayah pembangunan diambil berdasarkan : (1) Kesamaan karakteristik perkembangan

wilayah terbangun dan kesatuan unit wilayah, (2) Kesamaan potensi sumber daya alam dan

sumber daya manusia, dan (3) Kesamaan jenis produksi dari potensi sumber daya alam

wilayah.

LAPORAN ANTARA III-73Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 74: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Berdasarkan pertimbangan di atas Kabupaten Kotabaru terdapat empat satuan wilayah

pembangunan yaitu :

1. Wilayah Pembangunan Pamukan, meliputi Kecamatan Pamukan Selatan, Kecamatan

Pamukan Utara, Kecamatan Sampahanan, dan Kecamatan Sungai Durian berdasarkan

potensi wilayah ini dikembangkan dengan fungsi pusat pengembangan produksi hutan

dan hasil hutan, perkebunan, peternakan, pertambangan dan galian. Pusat wilayah

sebaiknya berada di jaringan jalan Sengayam-Kalimantan Timur dan di pusat

pengembangan dikembangkan industri yang menunjang perkebunan, serta pengolahan

kayu dan hasil hutan. Untuk lokasi pelabuhan disarankan pada daerah KIN pamukan

dan Gunung Batu Besar.

2. Satuan Wilayah Pembangunan Kelumpang I, meliputi Kecamatan Kelumpang Utara,

Kelumpang Tengah, dan Kelumpang barat. Berdasarkan potensi yang menonjol maka

sebaiknya wilayah ini difungsikan sebagai pusat pengembangan pertambangan dan

galian, perkebunan, peternakan serta kehutanan. Pusat pengembangan wilayah di Kota

Tanjung Batu. Kota Tanjung batu ini sebaiknya dikembangkan sebagai kota pelabuhan

menjadi pintu keluar produksi batubara dan produksi tambang lainnya.

3. Satuan Wilayah Pembangunan Kelumpang II, meliputi Kecamatan Kelumpang Hulu,

Kelumpang Barat, dan Hampang. Berdasarkan potensi yang menonjol maka sebaiknya

wilayah ini difungsikan sebagai pusat pengembangan pertambangan dan galian,

perkebunan, serta kehutanan. Pusat pengembangan wilayah di Cantung dan Serongga.

Sedangkan, lokasi Pelabuhan pada kelompok pengembangan wilayah ini berada di

Tanjung Keramat dan Tarjun.

4. Satuan Wilayah Pembangunan Pulau Laut, meliputi Kecamatan Pulau Laut Utara,

Kecamatan Pulau Laut Barat, Kecamatan Pulau Laut Selatan, kecamatan Pulau Laut

Timur, Kecamatan Pulau Sebuku, dan Kecamatan Pulau Sembilan. Pusat utama satuan

wilayah pembangunan ini adalah Kotabaru, pusat kedua Mekar Putih, dan pusat ketiga

Tanjung Seloka. Sedangkan Pulau Sebuku dan Pulau Sembilan termasuk kecamatan

yang tingkat perkembangannya relatif rendah maka perlu peningkatan hirarki dari

hirarki IV menjadi hirarki III untuk menghindari terjadinya kesenjangan perkembangan

dengan kecamatan lainnya. Berdasarkan potensi yang menonjol satuan wilayah ini

merupakan fungsi pusat pengembangan produksi perikanan, pada pusat utama

sebaiknya dikembangkan industri yang menunjang produksi perikanan. Ditinjau dari

LAPORAN ANTARA III-74Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 75: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

posisi geografisnya serta peran di masa mendatang utuk mengembangkan kabupaten

Kotabaru, kota-kota baru yang terletak ditengah-tengah Kabupaten Kotabaru dengan

fasilitas yang ada sementara ini cukup untuk dikembangkan sebagai pusat pemasaran

barang grosir/kebutuhan sandang dan pangan. Disamping itu juga cocok untuk tempat

pusat pendidikan. Kalau perlu didirikan Perguruan Tinggi yang sesuai dengan kebutuhan

pasar tenaga kerja dan pusat penelitian, pengembangan dan pembinaan wilayah

Kotabaru.

Tiap satu wilayah mempunyai fungsi dengan pengembangan sektor masing-masing namun

sektor lain tetap dikembangkan sebagai sektor yang akan muncul sebagai sektor dominan

tetapi tidak diprioritaskan dalam program pembangunan.

Pembagian satuan wilayah tersebut lebih cenderung ke pembagian wilayah yang berfungsi

ekonomi untuk lebih mendayagunakan dan menghasil gunakan produksi secara sektoral.

Kebijaksanaan Pengembangan Kota-Kota

Pengembangan sistem kota-kota secara umum diarahkan untuk mencapai keseimbangan

perkembangan ruang antar pusat-pusat permukiman atau pusat pertumbuhan. Adanya

peningkatan hirarki serta pengembangan fungsi memberikan implikasi terhadap

kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan untuk mendukungnya. Untuk mengembangkan

kota-kota di Kabupaten Kotabaru baik hirarki maupun fungsinya, maka diperlukan

kebijaksanaan pengembangan menurut skala pelayanan, yaitu sebagai berikut :

1. Pengembangan kota-kota yang mempunyai pelayanan regional Kotabaru diarahkan

pada:

Pemantapan keterkaitan antar-wilayah dengan kota-kota utama di Propinsi

Kalimantan Selatan, baik melalui peningkatan sarana/prasarana perhubungan

darat, laut maupun udara.

Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dilakukan dengan

pendekatan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT).

Peningkatan peranan swasta dalam pembangunan sarana/prasarana perkotaan

Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri dan jasa) untuk memacu

pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja.

LAPORAN ANTARA III-75Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 76: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata

ruang kota.

2. Pengembangan kota-kota yang mempunyai skala pelayanan sub regional, diarahkan

pada :

Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata

ruang kota.

Penyediaan prasarana perkotaan dengan pendekatan Program Pembangunan

Prasarana Kota Terpadu (P3KT).

3. Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui pengembangan

jaringan jalan. Pengembangan kota dengan skala pelayanan lokal, diarahkan pada :

Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian tata

ruang kota.

Pengembangan prasarana perkotaan dengan pendekatan Program Pelaksanaan

Pembangunan Kota Terpadu (P3KT).

Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui

pengembangan jaringan jalan.

Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka tata ruang wilayah

kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama

lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan

transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial,

budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:

a. PKN (pusat kegiatan nasional) yang berada di wilayah kabupaten;

b. PKW (pusat kegiatan wilayah) yang berada di wilayah kabupaten;

c. PKL (pusat kegiatan lingkungan) yang berada di wilayah kabupaten;

d. PKSN (pusat kegiatan strategis nasional) yang berada di wilayah kabupaten; dan

e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada

pemerintah daerah kabupaten, yaitu:

LAPORAN ANTARA III-76Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 77: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

2) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi

untuk melayani kegiatan skala antar desa.

Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi,

telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan

bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Lihat Tabel 2.63. Pusat-pusat

Pelayanan dan Fungsi Kegiatan, Gambar 2.10. Peta Satuan Wilayah Pembangunan

Kabupaten Kotabaru dan Gambar 2.11. Peta Hirarki Pusat Permukiman Kabupaten

Kotabaru.

1. Pusat-pusat Pelayanan dan Fungsi Pelayanan

Hirarki pusat-pusat pelayanan kabupaten Kotabaru ditinjau dari segi kependudukan

terbagi 5 pusat pelayanan, yaitu :

Tabel 2.63. Pusat-pusat Pelayanan dan Fungsi Kegiatan

NoPusat-pusat

Pelayanan

Pusat

PermukimanFungsi Kegiatan

1 Hirarki Pusat

Permukiman I

Kotabaru Pusat Pemerintahan

Pusat Pendidikan Tinggi

Pusat Koleksi dan distribusi (perdagangan)

bagi satuan wilayah Pulau Laut

Serongga Pusat koleksi dan distribusi produksi satu

wilayah Kelumpang

Pusat perdagangan eceran bagi satuan

wilayah Kelumpang

LAPORAN ANTARA III-77Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 78: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

NoPusat-pusat

Pelayanan

Pusat

PermukimanFungsi Kegiatan

Pusat pengembangan pertambangan dan

galian Kabupaten Kotabaru

Pusat Industri Semen Kalimantan Selatan

2 Hirarki Pusat

Permukiman II

Lontar Pusat budidaya laut dan budidaya air tawar

Pusat koleksi dan distribusi perikanan laut

Pelabuhan nelayan

Sungai

Kupang

-

Magalau Pusat koleksi dan distribusi untuk satuan

wilayah Pamukan Selatan, Sampanahan dan

Sungai Durian

Pusat Industri Perkayuan dan Perkebunan

Kabupaten Kotabaru

Pusat Perdagangan Eceran

Pusat Pengembangan hutan produksi dan

perkebunan Kabupaten Kotabaru

Gunung Batu

Besar

Sebagai salah satu pelabuhan hasil hutan

dan perkebunan dan pertambangan untuk

ke luar atau masuk Kabupaten kotabaru

Sebagai pusat perdagangan kayu,

perkebunan dan perdagangan

Tanjung Batu Pelabuhan (pintu keluar) produksi batu bara

dari satuan wilayah Kelumpang

3 Hirarki Pusat

Permukiman III

Salino Kota transit

Perkembangan sebagai pusat perdagangan

eceran

LAPORAN ANTARA III-78Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 79: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

NoPusat-pusat

Pelayanan

Pusat

PermukimanFungsi Kegiatan

Tanjung

Seloka

Pusat budidaya laut dan budidaya air tawar

Pusat koleksi dan distribusi perikanan laut

Pelabuhan nelayan

Sungai Bali Pusat koleksi distribusi wilayah sekitarnya

Pulau

Sembilan

Pusat koleksi distribusi wilayah sekitarnya

Bakau Pusat koleksi distribusi wilayah sekitarnya

Lontar Pusat budidaya laut dan budidaya air tawar

Pusat koleksi dan distribusi perikanan laut

Pelabuhan nelayan

Pantai Pusat koleksi distribusi wilayah sekitarnya

4 Hirarki Pusat

Permukiman IV

Ibukota

Kecamatan

-

5 Desa-desa pusat

pertanian

- -

Sumber : RTRW Kabupaten Kotabaru 2006 – 2016

LAPORAN ANTARA III-79Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 80: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 2.10. Peta Satuan Wilayah Pembangunan Kabupaten Kotabaru

LAPORAN ANTARA III-80Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 81: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 2.11. Peta Hirarki Pusat Permukiman Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR III-81Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 82: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2. Pengembangan Sistem Kota-kota

Pengembangan sistem kota-kota secara umum di arahkan untuk mencapai

keseimbangan perkembangan ruang antar pusat-pusat permukiman atau pusat

pertumbuhan. Adanya peningkatan hirarki serta pengembangan fungsi

memberikan implikasi terhadap kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan untuk

mendukungnya. Maka kebijaksanaan pengembangan menurut skala pelayanan

adalah :

a. Pengembangan kota-kota dengan pelayanan Regional Kotabaru diarahkan

pada:

Pemantapan keterkaitan anat wilayah dengan kota-kota utama di

Propinsi Kalimantan Selatan, baik melalui peningkatan sarana/prasarana

perhubungan darat, laut maupun udara.

Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dilakukan

dengan pendekatan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu

(P3KT).

Peningkatan peranan swasta dalam pembangunan sarana/prasarana

perkotaan

Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri dan jasa) untuk memacu

pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja.

Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian tata ruang kota

b. Pengembangan kota-kota yang mempunyai skala pelayanan sub regional,

diarahkan pada :

Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian tata ruang kota

Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dilakukan

dengan pendekatan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu

(P3KT).

c. Peningkatan aksesbilitas ke wilayah belakang yang dilayani melalui

pengembangan jaringan jalan, diarahkan pada :

LAPORAN AKHIR III-82Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 83: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian tata ruang kota

Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dilakukan

dengan pendekatan Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu

(P3KT).

Peningkatan aksesbilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui

pengembangan jaringan jalan.

Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru

Rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana distribusi peruntukan

ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan

budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten/kota yang

memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun

mendatang. Terdiri dari rencana kawasan lindung dan kawasan budidaya Lihat Tabel 2.53.

Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru Gambar 2.12. Peta Kawasan Lindung Kabupaten

Kotabaru dan Gambar 2.13. Peta Kawasan Budidaya dan Non Budidaya Kabupaten

Kotabaru.

Dasar desain pola pemanfaatan ruang adalah berbasiskan Daerah Aliran Sungai,

penggunaan ruang eksisting, kualitas dan kuantitas ruang eksisting, pola dan struktur ruang

eksisting, integritas dan keamanan wilayah dan kecenderungan pembangunan kabupaten di

masa yang akan datang. Berdasarkan kajian, hasil disain alokasi ruang dituangkan ke dalam

Rancangan Peta Tata Tuang Wilayah Kabupaten Tahun 2006-2016. Secara umum,

komponen-komponen ruang yang terbentuk adalah Kawasan Lindung dan Budidaya.

- Kawasan lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu

ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan

pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan

kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.

- Kawasan budi daya adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama

untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya

manusia, dan sumber daya buatan.

LAPORAN AKHIR III-83Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 84: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 2.53.

Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru

No Fungsi Pemanfaatan Ruang

Lokasi Luas (Ha) (%)

A Kawasan Lindung

1 Kawasan Hutan

lindung

2 Kawasan yang

memberikan

perlindungan

terhadap kawasan di

bawahnya

wilayah sekitar

pegunungan Meratus,

Gunung Sebatung,

Gunung Kusambi, Gunung

Salino, Gunung

Jambangan, Kawasan

Karst yang di dalamnya

terdapat sungai bawah

tanah di Kecamatan

Hampang, Pamukan

Utara, sungai Durian,

Pulau Laut Utara, Pulau

Laut Timur, Pulau Laut

Selatan, Kelumpang dan

Pulau Laut Barat

168.095 17.84%

3 Kawasan

perlindungan

setempat

Kecamatan Kelumpang

Hulu dan Hampang 12.871 1.37%

4 Ruang terbuka Hijau

Kota (RTH) (Khusus

Ibukota Kabupaten 30% luas

keseluruhan

LAPORAN AKHIR III-84Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 85: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

untuk Kota ) permukiman

5 Kawasan suaka alam

dan cagar budaya

Kecamatan Kelumpang

Hulu, Kelumpang Barat,

Kelumpang Tengah,

Kelumpang Selatan,

Kelumpang Hilir, Pulau

Laut Utara, Pulau Sebuku,

Pulau Laut Tengah, Pulau

Laut Timur, Pulau Laut

Utara dan Pulau laut

Selatan

70.569 7.49%

6 Kawasan rawan

bencana alam

7 Kawasan lindung

geologi

Kawasan lindung

lainnya

JUMLAH

B-1 Kawasan Budidaya

(Untuk kabupaten)

1 Kawasan Hutan

produksi

Kecamatan Pulau Laut

Timur, Pulau Laut Tengah,

Pulau Laut Barat, Pulau

Laut Selatan, Pulau

305.469 32.42%

LAPORAN AKHIR III-85Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 86: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sebuku, Kelumpang Hulu,

Hampang, Sungai Durian,

Pamukan Utara,

Kelumpang Barat,

Kelumpang Utara,

Kelumpang Tengah,

Kelumpang Hilir dan

Sampanahan

2 Kawasan hutan

rakyat

3 Kawasan pertanian Kawasan budidaya

pertanian lahan kering

pada Kecamatan Sungai

Durian, Pamukan Utara,

Pamukan Selatan,

Sampanahan, Kelumpang

Hulu, Kelumpang Hilir dan

Kelumpang Selatan

Kawasan pertanian lahan

basah tersebar pada

kecamatan Pulau Laut

Utara, Pulau Laut Timur,

Pulau Laut Utara, Pulau

Sebuku, Kelumpang Hilir,

Kelumpang Utara,

Kelumpang Tengah,

Sampanahan dan

Pamukan Selatan

46.344 4.92%

4 Kawasan

perkebunan

seluruh kecamatan yang

ada di Kabupaten

325.055 34.50%

LAPORAN AKHIR III-86Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 87: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kotabaru, kecuali

Kecamatan Pulau

Sembilan

5 Kawasan perkikanan kawasan perikanan darat

tersebar di Kecamatan

Pulau Laut Utara, Pulau

Laut Selatan, Pulau Laut

Barat, Pulau Sebuku dan

Pamukan Selatan

67.245 7.14%

6 Kawasan

pertambangan

terdapat hampir di

seluruh ruang di

Kabupaten Kotabaru

tidak

dialokasika

n secara

khusus

7 Kawasan industri Kecamatan Pulau Laut

Selatan, Pulau Laut Barat,

Pulau Laut Utara,

Kelumpang hilir,

Kelumpang Hulu,

Kelumpang Tengah,

Sampanahan dan Sungai

Durian

8.139 0.86%

8 Kawasan pariwisata Kawasan wisata pantai

terletak di Kecamatan

Pulau Laut Utara, Pulau

Laut Selatan, Pulau Laut

Barat, Pulau Sebuku,

dan Pulau Sembilan

Kawasan wisata alam

terletak di Kecamatan

Kelumpang Hulu,

Hampang, Pulau Laut

Utara, Kelumpang

diatur

secara

khusus

dalam tata

ruang mikro

dan tidak

dialokasika

n dalam

rencana

tata ruang

kabupaten

LAPORAN AKHIR III-87Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 88: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Selatan dan Hilir

Kawasan wisata

sejarah/makam raja-

raja dan ulama terletak

di Kecamatan Pulau

Laut Utara, Pamukan

Utara, Kelumpang

Tengah, Sampanahan,

Sungai Durian, dan

Kelumpang Hulu.

9 Kawasan

permukiman tersebar di seluruh

kabupaten kotabaru8.791 0.93%

10 Kawasan lainnya

JUMLAH

Sumber : RTRW Kabupaten Kotabaru 2006 - 2016

Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas adalah kawasan yang mempunyai potensi dan permasalahan yang

memerlukan pemecahan dan penanganan secepatnya. Sasaran yang diharapkan dari

penanganan wilayah prioritas ini adalah :

a. Dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi dan wilayah Kabupaten.

b. Dapat menyelesaikan permasalahan tanpa menimbulkan dampak-dampak negatif

LAPORAN AKHIR III-88Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 89: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

c. Memanfaatkan seoptimal mungkin potensi yang dimiliki kawasan untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan daerah.

Pengembangan wilayah prioritas pada dasarnya mengacu pada kepentingan

sektor/sub-sektor atau permasalahan yang mendesak penanganannya. Wilayah prioritas di

Kabupaten Kotabaru yang perlu mendapat perhatian untuk ditangani adalah:

a. Kawasan yang terbelakang karena keterbatasan prasarana, terletak di Kecamatan

Pamukan Utara, Pamukan Selatan, Sampanahan, Sungai Durian, dan Pulau Sebuku serta

Pantai Timur Tanjung Samalantakan-Tanjung Batu;

b. Kawasan Kritis yang perlu diperlihara fungsi lindungnya, untuk menghindarkan

kerusakan lingkungan, terletak di Kecamatan Pulau Laut Utara, Pulau Laut Timur.

c. Kawasan yang berperan menunjang kegiatan sektor-sektor strategis/unggul, terletak di

kecamatan Pulau Laut Barat (Mekar Putih) dan Tanjung Pemancingan (Pulau Laut Utara).

d. Kawasan yang pertumbuhannya cepat, terletak di kecamatan Pulau Laut Utara dan

Pulau Laut Barat, Kelumpang Hilir.

e. Kawasan terpencil, terletak di kecamatan Pulau Sembilan.

Selain kawasan kritis, kawasan prioritas lainnya yang akan dikembangkan dirinci

menurut jenis kegiatan yang akan dikembangkan dan karakteristik potensi dan masalahnya.

Perincian kegiatan di wilayah prioritas tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kawasan yang menunjang kegiatan sektor strategis dan kawasan yang pertumbuhannya

cepat, yaitu:

Jaringan jalan Banjarmasin – Serongga – Kaltim

Jalur penyeberangan Kotabaru – Stagen – Tarjun.

Jalan Lingkar Pulau Laut.

Kawasan industri di Tanjung Pemancingan Pulau Laut Utara

Pelabuhan ekspor batubara di Mekar Putih

Pembangunan PLTA Sampanahan di Sungai Durian

Kawasan yang terpencil dan terbelakang, yakni Pulau Sembilan dan Pulau Sebuku.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.15. Peta Rencana Tata Ruang

LAPORAN AKHIR III-89Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 90: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Wilayah Kabupaten Kotabaru dan Gambar 2.16. Peta Rencana Kawasan Prioritas

Kabupaten Kotabaru.

1.2 Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan di Kabupaten Kotabaru

1.2.1 Klasifikasi desa menurut statusnya (mandiri, tertinggal dsb)

1.2.2 Sektor Unggulan Kawasan Perdesaan

Secara umum, perekonomian Kotabaru di tahun 2010 menunjukkan aktivitas yang

membanggakan. Semua sektor ekonomi mampu membukukan kinerja positif.

Adanya beberapa kendala yang sempat menghadang laju ekonomi di tahun

sebelumnya, mulai bisa diatasi sehingga mampu meningkatkan akselerasi produksi.

Struktur ekonomi suatu daerah diukur dari peran masing-masing

sektor/lapangan usaha terhadap total PDRB. Semakin besar nilai tambah yang tercipta

disuatu sektor ekonomi akan membuat peran sektor tersebut semakin penting.

Struktur ekonomi suatu daerah menjadi indikator penentu apakah daerah tersebut

didominasi oleh sektor primer, sekunder ataupun tersier. Sektor primer adalah sektor

yang masih banyak mengandalkan peran sumber daya alam dalam proses produksi,

yaitu: sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian.

Sampai dengan tahun 2010 struktur Kabupaten Kotabaru masih didominasi oleh

empat sektor utama, yaitu: sektor pertanian (35,31%), pertambangan dan penggalian

(21,56%), perdagangan, hotel dan restoran (17,60%), dan sektor pengangkutan dan

komunikasi (7,60%).

LAPORAN AKHIR III-90Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 91: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah perbandingan pencapaian kinerja

perekonomian suatu daerah pada suatu periode waktu tertentu terhadap periode

waktu sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dinyatakan dalam nilai

persentase, dihitung dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun

tertentu dengan PDRB atas dasar harga konstan tahun sebelumnya,

mengurangkannya dengan satu, kemudian mengalikannya dengan seratus persen.

Berdasarkan metode tersebut, penghitungan pertumbuhan ekonomi suatu

daerah semata-mata menyandarkan pada besaran PDRB atas dasar harga konstan.

Dengan demikian terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi di suatu daerah tidak

selalu berarti terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang tinggi juga di

daerah tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi berorientasi pada

pendekatan wilayah, sedangkan kesejahteraan masyarakat berorientasi pada pelaku

kegiatan ekonomi. Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan

makna angka pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kotabaru dengan

pertambangan adalah 6,54 persen, mengalami percepatan dibandingkan dengan

tahun 2009 yang sebesar 5,36 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa sub

sektor pertambangan pada tahun 2010 adalah 6,62 persen, lebih tinggi dari tahun

2008 yang sebesar 6,22 persen. Peningkatan pertumbuhan ini didorong oleh adanya

perbaikan aktivitas beberapa sektor yang sempat terjatuh di tahun sebelumnya,

seperti sektor pertambangan.

Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Kabupaten Kotabaru Tahun 2005 – 2010, dapat dilihat pada tabel 2.51 dan tabel 2.52

berikut :

LAPORAN AKHIR III-91Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 92: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 2.51. Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

(dalam rupiah) Kabupaten Kotabaru Tahun 2005 – 2010

N

oSektor

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Sektor Primer

1 Pertanian,

Peternakan,

Kehutanan &

Perikanan

1.815.708 2.153.703 2.396.706 2.651.128 2.946.753 3.338.491

2 Pertambangan

& Penggalian1.097.335 1.283.320 1.512.020 1.697.711 1.785.934 2.038.819

Sektor

Sekunder

3 Industri

pengolahan373.568 380.628 440.510 479.623 523.264 574.654

4 Listrik, gas & air

minum9.960 11.269 13.727 14.474 14.932 16.365

5 Bangunan 235.828 278.773 324.506 379.231 464.342 526.508

Sektor Tersier

6 Perdagangan,

hotel &

restoran

838.765 969.373 1.132.415 1.287.315 1.472.147 1.664.364

7 Angkutan &

komunikasi363.971 428.168 469.964 537.642 632.882 718.318

8 Bank dan

Lembaga

Keuangan

Lainnya

65.589 70.826 91.465 112.646 129.503 142.036

LAPORAN AKHIR III-92Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 93: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

9 Jasa-jasa 232.572 248.829 271.835 338.513 392.508 436.187

Produk

Domestik

Regional Bruto

(PDRB)

5.033.297 5.824.889 6.653.148 7.498.283 8.362.265 9.455.743

PDRB tanpa

Sub Sektor

Pertambangan

tanpa Migas

3.960.315 4.572.425 5.179.125 5.844.142 6.623.826 7.468.812

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011

Tabel 2.52. Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

(persen) Kabupaten Kotabaru Tahun 2005 – 2010

No Sektor2005 2006 2007 2008 2009 2010

% % % % % %

Sektor Primer

1 Pertanian, Peternakan,

Kehutanan & Perikanan36,07 36,97 36,02 35,36 35,24 35,31

2 Pertambangan & Penggalian 21,80 22,03 22,73 22,64 21,36 21,56

Sektor Sekunder

3 Industri pengolahan 7,42 6,53 6,62 6,40 6,26 6,08

4 Listrik, gas & air minum 0,20 0,19 0,21 0,19 0,18 0,17

5 Bangunan 4,69 4,79 4,88 5,06 5,55 5,57

Sektor Tersier

6 Perdagangan, hotel &

restoran16,66 16,64 17,02 17,17 17,60 17,60

7 Angkutan & komunikasi 7,23 7,35 7,06 7,17 7,57 7,60

LAPORAN AKHIR III-93Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 94: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

8 Bank dan Lembaga

Keuangan Lainnya1,30 1,22 1,37 1,50 1,55 1,50

9 Jasa-jasa 4,62 4,27 4,09 4,51 4,69 4,61

Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB)100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten KotabaruTahun 2011

Peningkatan aktivitas ekonomi subsektor perkebunan. Membaiknya harga komoditas

perkebunan serta permintaan pasar yang terus melonjak, disinyalir sebagai penyebab

meningkatnya perekonomian sektor ini. Seperti yang sudah diketahui, perkebunan (sawit

dan karet) menjadi primadona bagi para petani Kotabaru. Banyak lahan baru bermunculan.

Kondisi ini akan lebih baik lagi jika ke depannya dibangun industri-industri hilir yang

berbahan baku perkebunan lokal, sehingga akan menghasilkan multiplier effect yang besar

bagi perekonomian Kotabaru. Sektor perkebunan dan industri akan berkembang dengan

baik dan tenaga kerja lokal banyak terserap.

Tabel 2.53. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006 –

2010 (persen)

Sektor 2006 2007 2008 2009*) 2010**)

[1] [2] [3] [4] [5] [6]

1. Pertanian 5.33 5.65 5,35 5,70 5,97

LAPORAN AKHIR III-94Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Primer56.87%

Tersier31.31%

Sekunder11.82%

Grafik 2.6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kotabaru Tahun 2010

Page 95: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2. Pertambangan dan Penggalian 2.43 8.47 7,47 2,20 6,20

3. Industri Pengolahan 1.82 5.59 4,28 5,22 5,75

4. Listrik dan Air Bersih 1.23 5.81 3,09 0,17 5,66

5. Konstruksi 7.69 7.34 7,31 14,52 8,25

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 5.96 6.58 6,65 5,47 7,75

7. Pengangkutan dan Komunikasi 5.92 6.07 7,29 7,43 7,63

8. Bank dan Lembaga Keuangan Lain 13.37 18.23 7,29 5,88 6,44

9. Jasa – jasa 6.46 4.86 5,50 5,10 5,71

PDRB dengan Pertambangan 4,53 6,60 6,20 5,36 6,54

PDRB tanpa Pertambangan 5,09 6,10 5,86 6,22 6,62

Kalimantan Selatan ***) ***) 6,45 5,29 5,58

Indonesia ***) ***) 6,01 4,60 6,10

*) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

***) Data Tidak tersedia

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011

LAPORAN AKHIR III-95Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 96: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

1.2.3 Kelembagaan Pemerintah Desa

1.2.4 Pengelolaan Sarana dan Prasarana Desa

LAPORAN AKHIR III-96Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 97: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-97Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 98: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

3.3 KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI TENGGARA

1. Karakteristik dan Geografi Wilayah

Kabupaten Konawe ibukotanya Unaaha, 73 km dari Kota Kendari, secara

geografis terletak di bagian selatan Khatulistiwa, melintang dari Utara ke Selatan

antara 02o45’ dan 04o1 5’ lintang Selatan, membujur dari Barat ke Timur antara

121o15’ dan 123o30’ Bujur Timur Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sulawesi

Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Kendari.Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Konawe Selatan Sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Kolaka. Permukaan tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang

diapit dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian.

Selain jazirah tenggara Pulau Sulawesi, terdapat juga pulau-pulau kecil yaitu

Pulau Wawonii yang sudah menjadi Kabupaten Konawe Kepulauan, Pulau Bokori,

Pulau Saponda Laut, dan Pulau Saponda Darat, sedangkan Pulau Campada dan

Pulau Hari sudah menjadi bagian Kabupaten Konawe Selatan dan Pulau Labengki,

Pulau Bawulu, Pulau Karama sudah menjadi bagian dari Kabupaten Konawe Utara.

Kabupaten Konawe mempunyai beberapa sungai besar yang cukup potensial untuk

pengembangan pertanian, irigasi dan pembangkit tenaga listrik seperti Sungai

Konaweeha dan Sungai Lahumbuti. Sedangkan Sungai Lapoa sekarang termasuk wilayah

Kabupaten Konawe Selatan. Sungai Lasolo; Kokapi; Toreo; Andumowu; dan Sungai

Molawe menjadi bagian wilayah Kabupaten Konawe Utara. Sungai Konaweeha

mempunyai debit air + 200 M3 per detik. Dari sana telah dibangun bendungan air

Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas + 18.000 hektar. Selain sungai-sungai

yang telah disebutkan di atas terdapat pula Rawa Aopa yang sangat potensial

untuk pengembangan usaha perikanan darat.

Beberapa jenis ikan dari hasil perairan Kabupaten Konawe seperti Cakalang,

Tongkol, Ikan Teri, Ikan Layang, Udang dan hasil-hasil laut lainnya seperti : Teripang,

Jampingjamping, Lola, Mutiara dan Agaragar/Rumput Laut. Seperti daerah-daerah

lain di Indonesia, di Kabupaten Konawe dikenal dua musim yaitu musim Kemarau

dan musim Penghujan. Keadaan musim banyak dipengaruhi oleh arus angin yang

bertiup diatas kebiasaan

LAPORAN AKHIR III-98Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 99: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-99Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 100: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-100Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 101: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-101Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 102: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-102Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 103: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Perekonomian

1.1. Pertanian

Tujuan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yaitu untuk meningkatkan produksi,

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani di pedesaan dan juga untuk

memperluas kesempatan kerja. Penggunaan lahan di Kabupaten Kabupaten Konawe

dibedakan menjadi: lahan sawah, lahan untuk bangunan dan halaman sekitarnya,

tegal/kebun/ladang/huma, padang rumput, tambak/ kolam/ empang, lahan untuk tanaman

kayu-kayuan rakyat, hutan negara, perkebunan, lahan yang sementara tidak diusahakan,

rawa yang tidak ditanami dan lain sebagainya. Selama ini produksi tanaman bahan makanan

yang diusahakan oleh penduduk Kabupaten Konawe digunakan untuk mencukupi kebutuhan

masyarakat akan bahan makanan, selain itu Badan Urusan Logistik (BULOG) Propinsi Sulawesi

Tenggara setiap saat juga berusaha mengadakan beberapa jenis bahan makanan pokok

yang meliputi: beras, gula pasir dan tepung terigu. Pada umumnya jenis tanaman sayursayuran

yang diusahakan di Kabupaten Konawe hanya disajikan 18 jenis tanaman yaitu: bawang

merah, bawang putih, bawang daun, kubis, sawi, Lobak, kacang merah, kacang panjang, cabe,

tomat, terung, buncis, ketimun, labu, bayam, semangka dan kangkung. Secara umum jenis

tanaman buah-buahan yang diusahakan di Kabupaten Konawe meliputi 21 jenis tanaman

LAPORAN AKHIR III-103Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 104: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

sebagaimana dijelaskan pada tabel 5.1.11. Gb.Persawahan Desa

Durasi.

Irigasi atau Pengairan sawah di

Kabupaten konawe dari 27

Kecamatan hanya 1 (satu) Kecamatan yang kurang baik Irigasinya. Desa Duriaasi contoh

desa pertanian terdapat lumbung Swadaya Masyarakat, padi dikeluarkan pada saat musim

paceklik untuk dipinjamkan kepada masyarakat baik umum atau anggota kelompok tani.

LAPORAN AKHIR III-104Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 105: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gb. Irigasi Pertanian Desa Duriaasi

Gb. Lumbung Padi Swadaya Desa Duriaasi

1.2. Sayuran

Luas panen adalah luas tanaman

sayuran, buah buahan, biofarmaka

dan tanaman hias yang yang diambil

hasilnya/dipanen pada perode

pelaporan. Luas panen untuk

tanaman sayuran: luas tanaman yang dipanen sekaligus/habis/dibongkar dan luas

tanaman yang dipanen berkali-kali (lebih dari satu kali)/belum habis. Tanaman yang

panen sekaligus/habis/ dibongkar adalah tanaman yang sehabis panen langsung

dibongkar/ dicabut, terdiri dari bawang merah, bawang putih, bawang daun, kentang,

kol/kubis, kembang kol, petsai/sawi, wortel, lobak dan kacang merah. Tanaman yang

dipanen berkali-kali (lebih dari satu kali)/belum habis adalah tanaman yang

pemanenannya lebih dari satu kali dan biasanya dibongkar apabila panenan terakhir

sudah tidak memadai lagi, terdiri dari: kacang panjang, cabe besar, cabe, rawit, jamur,

tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, melon, semangka dan

blewah.

LAPORAN AKHIR III-105Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 106: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gb. Tanaman Sayuran

1.3. Perikanan

Data statistik perikanan merupakan data sekunder yang bersumber dari Dinas Perikanan

Kabupaten Konawe. Statistik perikanan dibedakan atas data Perikanan Tangkap dan

Perikanan Budidaya. Perikanan Tangkap diklasifikasikan atas penangkapan ikan di laut

dan penangkapan ikan di perairan umum. Perikanan Budidaya diklasifikasikan atas

jenis budidaya yaitu budidaya laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung dan sawah.

LAPORAN AKHIR III-106Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 107: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gb. Lumbung Padi Swadaya Desa Duriaasi Kecamatan Wongguduku

Gb. Irigasi

Pertanian

Desa Duriaasi

Penetapan

Kabupaten

Konawe,

Provinsi

LAPORAN AKHIR III-107Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 108: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sulawesi Tenggara (Sultra) sebagai Kawasan Industri Nasional (KIN) menyalahi Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Sultra. Hal itu terjadi karena pemerintah pusat yang mengambil

kebijakan tersebut tidak berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Sultra.

Lokasi Industri smalter di Konawe yang saat ini sudah ditetapkan sebagai salah satu Kawasan

Industri Nasional, menyalahi RTRW yang diusulkan Pemerintah Provinsi Sultra kepada

Pemerintah Pusat. Dalam RTRW Provinsi, wilayah Kabupaten Konawe merupakan sentra

pengembangan produksi beras.

Setiap penetapan suatu kawasan untuk kepentingan tertentu, harus disesuaikan dengan

RTRW Provinsi yang bersangkutan. Jika penetapan suatu kawasan untuk kepentingan

tertentu bertentangan dengan RTWR, maka pejabat berwenang yang memberikan izin bisa

dikatagorikan melanggar undang-undang dan dapat dipindana.

Dalam Undang undang tentang Minerba mengatur, jelas disebutkan bahwa siklus koordinasi

penetapan KIN mesti melibatkan tujuh institusi terkait. Namun, kenyataan yang terjadi di

daerah-daerah, penetapan KIN diketahui setelah pihak perusahaan sudah menggali potensi

tambang atau melakukan ekspor tambang.

Pengelolaan sumber daya alam yang merujuk pada undang-undang, bisa lebih optimal.

Dampaknya yang lebih jauh, bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara

keseluruhan. Pemerintah Provinsi Sultra sendiri saat ini telah meentapkan kebijakan

pengelolaan sumber daya alam terutama potensi pertambangan hanya akan diberikan izin

kepada investor nasional maupun lokal. Kebijakan tersbeut diambil.

LAPORAN AKHIR III-108Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 109: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-109Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 110: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

3.4 Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat

3.4.1 Geografis, Topografis dan Geohidrologi

Geografis

Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa

Tenggara Barat, yang keadaan georgrafisnya menguntungkan, pemandangan alam yang

indah, tanah yang subur, serta cadangan air yang melimpah menjadi potensi yang

dimanfaatkan dengan baik oleh Kabupaten ini. Keberadaan Ibu kota Kabupaten Lombok

Barat sebagai pintu masuk utama jalur pelabuhan (Pelabuhan Lembar) yang

berseberangan dengan pulau Bali di bagian Barat. Gambar 2.1 Peta Kontur Kabupaten

Lombok Barat.

Secara geografis Wilayah Kabupaten Lombok Barat terletak antara 115o ,46’ dan 116o .28’

Bujur Timur dan dan 8 o 12’ - 8 o .55’ Lintang Selatan, dengan batas–batas wilayah sebagai

berikut :

o Sebelah Utara : Kabupaten Lombok Utara

o Sebelah Timur : Kabupaten Lombok Tengah

o Sebelah Selatan : Kabupaten Samudra Indonesia

o Sebelah Barat : Selat lombok dan Kota Mataram

Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat terletak di Gerung, sekaligus sebagai pusat

Pemerintahan, mempunyai luas wilayah ± 2.215,11 Km² yang terdiri dari daratan seluas ±

862,62 Km² dan lautan seluas ± 1.352 Km². Dan ditinjau dari keadaan geografisnya,

Kabupaten Lombok Barat dibagi menjadi :

1. Daerah Pegunungan, yaitu gugusan pegunungan yang membentang dari

Kecamatan Lingsar sampai Kecamatan Narmada, gugusan pegunungan ini

merupakan sumber air sungai yang mengalir ke wilayah bagian tengah dan

LAPORAN AKHIR III-110Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 111: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

bermuara di pantai barat.

2. Daerah berbukit-bukit yang terletak di bagian selatan meliputi Kecamatan

Sekotong dan Kecamatan Lembar di bagian selatan.

3. Daerah Dataran Rendah, yang terdapat di bagian tengah yang membentang dari

perbatasan ujung Timur dengan ujung Barat.

Topografis

Wilayah Kabupaten Lombok Barat sebagian besar berada pada ketinggian di bawah 500

meter di atas permukaan laut, yaitu sebesar 74,33%, sedangkan yang ketinggian melebihi

1.000 meter sebesar 7,91% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat. Data ketinggian

wilayah Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada tabel berikut dibawah.

Tabel 2.1 Ketinggian Wilayah Kabupaten Lombok Barat

No Ketinggian Luas Wilayah (ha) Persentase (%)

1 0 – 100 m dpl 55.163,00 32,99

2 100 – 500 m dpl 69.297,00 41,44

3 500 – 1.000 m dpl 29.531,00 17,66

4 > 1.000 m dpl 13.224,00 7,91

Total 167.215,00 100,00

Sumber data : BPN Lombok Barat 2008

LAPORAN AKHIR III-111Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 112: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambar 2.1. Diagram 1. Tofografi proporsi ketinggian Kabupaten Lombok Barat

Topografi proporsi ketinggian Kabupaten Lombok Barat

1 0 – 100 m dpl

2 100 – 500 m dpl

3 500 – 1.000 m dpl

ketinggian55,163 Ha 55,163

Ha17,66%

32,99%

69,297 Ha41,44%

Kemiringan tanah merupakan suatu factor yang sangat perlu dipertimbangkan di dalam

segala kegiatan pembangunan, terutama pembangunan yang bersifat fisik. Hal ini

LAPORAN AKHIR III-112Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 113: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

mengingat lereng atau kemiringan tanah sangat berpengaruh terhadap erosi permukaan

tahan. Semakin besar kemiringan tanah, akan semakin cepat aliran permukaan dan

semakin besar daya angkut dari aliran tersebut.

Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Lombok Barat sangat bervariasi dan

diklasifikasikan dalam 4 (empat) kemiringan. Tingkat kemiringan yang paling luas 0 – 5%

mencapai sekitar 30.660 ha atau 35,54% dari luas Kabupaten Lombok Barat, kemiringan 2

– 15% seluas 15.759 ha atau 18,27% dari luas Kabupaten Lombok Barat, kemiringan lahan

40% seluas 13.693 ha atau 15,87% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat.

LAPORAN AKHIR III-113Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 114: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tabel 2.2. Tingkat kemiringan tahan di wilayah Kabupaten Lombok Barat

No KecamatanLuas Peringkat Kemiringan (ha) Jumlah

(ha)0 – 2% 2 – 15% 15 - 40% > 40%

1 Gunungsari 2.946 985 1.075 3.968 8.974

2 Batulayar 1.968 891 552 0 3.411

3 Narmada 2.827 2.562 2.898 2.475 10.762

4 Lingsar 3.835 2.838 2.985 0 9.658

5 Kediri 1.565 134 158 307 2.164

6 Kuripan - 986 899 271 2.156

7 Labuapi 1.858 975 - - 2.833

8 Gerung 4.120 1.072 722 316 6.230

9 Lembar 2.595 2.149 2.285 - 7.029

10 Sekotong 8.946 3.167 14.576 6.356 33.045

Jumlah 30.660 15.759 26.150 13.693 86.262

Persentase (%) 35,54 18,27 30,31 15,87 100,00

Sumber Data : BPN Kabupaten Lombok Barat tahun 2008

Geohidrologi

Wilayah Kabupaten Lombok Barat dilalui oleh banyak aliran sungai dan anak sungai,

namun tidak semua sungai berair sepanjang tahun. Mata air yang ada di wilayah

Kabupaten Lombok Barat terdapat sekitar 146 sumber mata air yang airnya mengalir ke

sungai-sungai Meniting, Dodokan, Jangkuk, Babak dan Sekotong.

Tabel 2.3. Banyaknya Sungai di Lombok Barat di rinci menurut Kecamatan

No Kecamatan Banyaknya Sungai Nama Sungai

LAPORAN AKHIR III-114Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 115: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

1 Sekotong 2 Kelep

Pelangan

2 Lembar 1 Jelateng

3 Gerung 1 Dodokan

4 Labuapi 1 Babak

5 Kediri 1 Paku Keling

6 Kuripan 2 Sulin/Lendang Lekong

Dalem/Batu Kumbung

7 Narmada 1 Jangkok

8 Lingsar 3 Midang

Jangkok

Ancar

9 Gunung Sari 2 Meninting

Midang

10 Batu Layar 1 Meninting

Jumlah 15

Sumber Data : Kecamatan dalam Angka Lombok Barat, 2010

Potensi air baku di Kabupaten Lombok Barat untuk pengembangan Sistim Pengelolaan Air

Minum (SPAM) selama sepulu tahun kedepan pada umumnya tersedia. Air permukaan

yang dapat dimanfaatkan adalah ; Sungai Meninting, Jangkok dan Sungai Babak. Yang

memerlukan upaya khusus untuk air baku serta air minumnya adalah Kecamatan Gerung,

Kediri, Narmada dan kecamatan Lembar.

Sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari ait tanah (akifer) termasuk mata

air dan air permukaan. Berdasarkan atas besaran curah hujan per tahun, hujan lebih dan

evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air metropologis sesuai

dengan gradasi sebaran curah hujan, maka makin ke selatan wilayah Kabupaten Lombok

Barat makin sedikit ketersediaan air metrologisnya.

LAPORAN AKHIR III-115Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 116: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Berdasarkan data yang tersedia jumlah mata air di Kabupaten Lombok Barat pada tahun

2008 berjumlah 146 buah yang tersebar di kecamatan Batulayar (7 buah), Gunungsari (23

buah), Narmada (81 buah). Dari 146 buah mata air tersebut, sebanyak 138 mata air

mempunyai debit sebesar 1-50 lt/detik, sebanyak 5 mata air mempunyai debit sebesar

51-100 lt/detik dan debit diatas 100 lt/detik sebanyak 3 mata air. Dari sejumlah 146 buah,

yang sudah dimanfaatkan sebanyak 30 mata air oleh PDAM maupun Desa. Dengan

memperhatikan kondisi terjadinya penebangan hutan secara liar dan adanya kenversi

lahan dari lahan kebun, hutan, pertanian ke lahan pemukiman maka jumlah mata air

cendrung akan berkurang jika tidak dilakukan perlindungan sumber mata air.

2.2. Administratif

Luas wilayah Kabupaten Lombok Barat adalah ± 2.215,11 Km2, yang terdiri dari daratan

seluas ± 862,62 Km² dan lautan seluas ± 1.352,49 Km². Secara administrasi berdasarkan

ketetapan Undang-undang No. 26 Tahun 2008 tentang pembentukan Daerah Otonomi

Baru tertanggal 30 Desember 2008 Kabupaten Lombok Barat terbagi dalam 10

kecamatan, 88 Desa dan 671 Dusun, dimana Kecamatan Sekotong memiliki wilayah

terbesar dengan luas wilayah ± 330,45 Km² dan terkecil Kecamatan Kuripan dengan luas

wilayah ± 21,56 Km². Luas wilayah Administrasi Kabupaten Lombok Barat terlihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2.4. Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009.

No Kecamatan IbukotaJumlah

Desa

Luas

(Km²)

Luas

(%)

1 Sekotong Sekotong Tengah 9 529,38 50,23

2 Lembar Lembar 10 62,66 5,95

3 Gerung Gerung 14 62,30 5,91

4 Labuapi Labuapi 12 28,33 2,69

LAPORAN AKHIR III-116Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 117: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

5 Kediri Kediri 10 21,64 2,05

6 Kuripan Kuripan 6 21,56 2,05

7 Narmada Narmada 21 107,62 10,21

8 Lingsar Lingsar 15 96,58 9,16

9 Gunung Sari Gunung Sari 16 89,74 8,51

10 Batulayar Batulayar 9 34,11 3,24

Total 122 1.053,92 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik Lombok Barat

Wilayah Kabupaten Lombok Barat yang terdiri dari 10 Kecamatan, dengan masing-

masing kecamatan terdiri dari beberapa Desa, rincian jumlah Desa dapat terlihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2.5. Nama Kecamatan dan Desa di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009.

No Nama

Kecamatan

Nama Desa

1 Sekotong 1. Sekotong Tengan 6. Buwun Mas

2. Sekotong Barat 7. Kedaro

3. Pelangan 8. Batu Putih

4. Cendi Manik 9. Gili Gede Indah

5. Taman Sari

2 Lembar 1. Lembar 6. Sekotong Timur

2. Mareja 7. Labuhan Tereng

3. Jembatan Kembar 8. Jembatan Gantung

4. Lembar Selatan 9. Mareje Timur

5. Jembatan Kembar Timur 10. Eyat Mayang

LAPORAN AKHIR III-117Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 118: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

3 Gerung 1. Gerung Utara 8. Babusalam

2. Kebon Ayu 9. Dasan Tapen

3. Gapuk 10. Beleke

4. Dasan Geres 11. Tempos

5. Suka Makmur 12. Gerung Selatan

6. Banyu Urip 13. Mesanggok

7. Giri Tembesi 14. Taman Ayu

4 Labuapi 1. Bengkel 7. Bagik Polak Barat

2. Merembu 8. Terong Tawah

3. Bagik Polak 9. Kuranji

4. Telaga Waru 10. Karang Bongkot

5. Perampuan 11. Labuapi

6. Bajur 12. Kuranji Dalang

5 Kediri 1. Kediri 6. Kediri Selatan

2. Montong Are 7. Banyumulek

3. Jagerage Indah 8. Ombe Baru

4. Gelogor 9. Dasar Baru

5. Rumak 10. Lelede

6 Kuripan 1. Kuripan 4. Giri Sasak

2. Jagerage 5. Kuripan Selatan

3. Kuripan Utara 6. Kuripan Timur

7 Narmada 1. Lembuak 12. Selat

2. Nyiur Lembang 13. Lembah Sempaga

3. Peresak 14. Sesaot

LAPORAN AKHIR III-118Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 119: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

4. Keru 15. Dasan Tereng

5. Batu Kuta 16. Badrain

6. Tanak Beak 17. Sembung

7. Sedau 18. Krama Jaya

8. Suranadi 19. Gerimak Indah

9. Narmada 20. Golong

10. Pakuan 21. Buwun Sejati

11. Mekar Sari

8 Lingsar 1. Lingsar 9. Langko

2. Batu Kumbung 10. Dasan Geria

3. Duman 11. Peteluan Indah

4. Segerongan 12. Gegerung

5. Karang Bayan 13. Batu Mekar

6. Giri Madia 14. Saribaye

7. Genggelang 15. Gontoran

8. Bug-Bug

9 Gunung Sari 1.Gunung Sari 9. Mambalan

2. Midang 10. Dopang

3. Kekait 11. Penimbung

4. Kekeri 12.Taman Sari

5. Sesela 13 Jati Sele

6. Guntur Macan 14. Mekarsari

7. Ranjok 15. Gelangsar

8. Bukit Tinggi 16. Jeringo

10 Batulayar 1. Batu Layar 6. Lembah Sari

LAPORAN AKHIR III-119Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 120: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2. Meninting 7. Senteluk

3. Sandik 8. Senggigi

4. Batu Layar Barat 9. Pusuk Lestari

5. Bengkaung

Sumber Data : Data Olahan Bappeda Kabupaten Lombok Barat, Tahun 2012

Batas-batas administrasi wilayah Kabupaten Lombok Barat dapat terlihat pada

gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lombok Barat

LAPORAN AKHIR III-120Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 121: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-121Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 122: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

3.4.2 Kependudukan

Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya melalui pengendalian

kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas insane dan sumber daya manusia.

Karakteristik pembangunan sumbaer daya manusia dilaksanakan melalui pengendalian

pertumbuhan penduduk dan pengembangan kualitas penduduk melalui perwujudan

keluarga kecil yang berkualitas.

Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Barat sebesari 611.704 jiwa (2009). Dengan luas

wilayah 1.053,92 Km2. kepadatan penduduk Kabupaten Lombok Barat mencapai 580

jiwa/Km2, dimana Kecamatan Kediri merupakan Kecamatan tertinggi kepadatan

penduduknya yakni 2.673 jiwa/Km2 disusul Kecamatan Labuapi 2.283 jiwa/Km2 dan

terendah Kecamatan Sekotong sebesar 99 jiwa/Km2.

Tabel 2.6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk dirinci

menurut Kecamatan di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009

KecamatanLuas Wilayah

(Km²)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa )

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/km²)

Sekotong 529,38 52.271 99

Lembar 62,66 48.508 774

Gerung 62,30 76.588 1.229

Labuapi 28,33 64.673 2.283

Kediri 21,64 57.843 2.673

Kuripan 21,56 34.626 1.606

Narmada 107,62 90.764 843

Lingsar 96,58 68.998 714

Gunung Sari 89,74 78.218 872

LAPORAN AKHIR III-122Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 123: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Batu Layar 34,11 39.215 1.150

Jumlah 1.053,92 611.704 580

Sumber : Kabupaten Lombok Barat dalam Angka 2009

Perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan akan menghasilkan suatu

ukuran yang disebut Sex Ratio (SR). Untuk keperluan perencanaan, SR merupakan

informasi yang dapat menggambarkan perbandingan penduduk menurut jenis kelamin

sehingga pemenuhan berbagai aspek pelayanan untuk laki-laki dan perempuan dapat

terpenuhi.

Tabel 2.7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten

Lombok Barat, 2009

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin

1 Sekotong 25.664 26.607 52.271 96,45

2 Lembar 23.944 24.564 48.508 97,48

3 Gerung 37.277 39.361 76.588 94,58

4 Labuapi 31.317 33.356 64.673 93,89

5 Kediri 28.068 29.775 57.843 94,27

6 Kuripan 17.147 17.479 34.626 98,10

7 Narmada 44.374 46.390 90.764 95,65

8 Lingsar 33.816 35.182 68.998 96,12

9 Gunungsari 38.278 39.940 78.218 95,84

10 Batu Layar 19.240 19.795 39.215 98,10

Total 299.255 312.449 611.704 95,78

Sumber data : Lombok Barat Dalam Angka 2010

Rasio jenis kelamin selama kurun waktu tahun 2005-2009 terjadi fluktuasi

perubahan namun relative stabil. Tahun 2005 rasio jenis kelamin sebesar 93,15 berarti

LAPORAN AKHIR III-123Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 124: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 93 penduduk laki-laki dan pada tahun

2009 sebesar 95,78 atau untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk

laki-laki.

Tabel 2.8. Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2005-2009.

Dalam Profil Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009

No KecamatanRasio Jenis Kelamin/Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Sekotong 93,71 94,47 94,47 89,33 96,46

2 Lembar 9,.42 95,48 95,47 90,28 97,48

3 Gerung 91,71 92,63 92,64 87,60 94,58

4 Labuapi 90,93 91,96 91,96 86,96 93,89

5 Kediri 91,94 92,33 92,33 87,31 94,27

6 Kuripan 95,23 96,09 96,09 90,86 98,10

7 Narmada 93,58 93,69 93,69 88,59 95,65

8 Lingsar 93,39 94,15 94,15 89,02 96,12

9 Gunungsari 93,43 93,87 93,87 88,76 95,84

10 Batulayar 95,34 96,09 96,09 90,87 98,11

Jumlah 93,15 93,81 93,81 88,71 95,78

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat

Klp.

Umur

Kecamatan

Sekoto

ng

Lemb

ar

Gerun

g

Labuapi Kediri Kuripa

n

Narma

da

Lingsa

r

Gn. Sari Bt.

Layar

0 - 4 5.081 4.716 7.443 6.284 5.621 3.367 8.822 6.707 7.603 3.813

5 - 9 4.878 4.529 7.142 6.029 5.393 3.234 8.467 6.438 7.297 3.662

LAPORAN AKHIR III-124Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 125: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

10 -

14

5.627 5.225 8.235 6.951 6.218 3.731 9.766 7.426 8.417 4.226

15 -

19

5.669 5.261 8.305 7.013 6.272 3.756 9.843 7.483 8.483 4.254

20 -

24

4.826 4.477 7.074 5.975 5.343 3.196 8.382 6.371 7.223 3.619

25 -

29

4.229 3.923 6.201 5.238 4.684 2.800 7.346 5.583 6.330 3.171

30 -

34

4.601 4.268 6.745 5.697 5.095 3.046 7.991 6.074 6.886 3.450

35 -

39

3.687 3.422 5.400 4.560 4.078 2.443 6.401 4.866 5.516 2.766

40 -

44

2.967 2.754 4.344 3.667 3.280 1.966 5.150 3.915 4.438 2.277

45 -

49

2.502 2.323 3.665 3.094 2.768 1.658 4.344 3.303 3.744 1.878

50 -

54

2.037 1.889 2.989 2.326 2.258 1.347 3.539 2.690 3.050 1.526

55 -

59

1.927 1.787 2.829 2.390 2.137 1.275 3.349 2.545 2.886 1.444

60 -

64

1.436 1.333 2.102 1.775 1.587 952 2.492 1.895 2.148 1.078

65+ 2.803 2.600 4.115 3.476 3.108 1.855 4.872 3.702 4.198 2.101

Jumlah 52.271 48.50

7

76.58

9

64.673 57.84

3

34.62

6

90.764 68.99

8

78.218 39.215

Tabel 2.9. Distribusi Penduduk Menurut kelompok Umur di Kabupaten Lombok Barat tahun

2005-2009.

LAPORAN AKHIR III-125Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 126: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kabupaten Dalam Angka 2009/2010

Tabel 2.10 Distribusi Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut kelompok umur

dan Jenis Kelamin Tahun 2009.

Kelompok Umur

(Thn)

Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

Jumlah

(jiwa)

< 1 7.547 5.268 12.815

1 - 4 24.397 20.946 45.343

5 - 14 56.461 64.705 121.166

15 – 44 142.143 172.903 315.046

45 - 64 42.558 45.383 87.941

>=65 10.460 10.461 20.921

Jumlah 283.566 319.666 603.232

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2009

Bila dibandingkan antar jenis kelamin, di Kabupaten Lombok Barat penduduk

perempuan usia 5-14 tahun lebih banyak jumlahnya daripada penduduk laki-laki, yaitu

64.705 jiwa (53,4%) perempuan dan 56.461 jiwa (46,60%) laki-laki. Pada kelompok usia

produktif yaitu usia 15–64 tahun, penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk

laki-laki dimana jumlah penduduk perempuan pada kelompok ini adalah 218.286 jiwa

(54,16%) sementara laki-laki berjumlah 184.701 jiwa (45,83%), sedangkan pada kelompok

usia lanjut jumlah penduduk perempuan dan penduduk laki-laki hampir sama.

Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2005 –

2009 dapat disajikan dalam table dibawah ini.

Tabel 2.11. Kepadadatan dan Penyebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Lombok Barat Tahun 2005 – 2009.

LAPORAN AKHIR III-126Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 127: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

No Kecamatan

Luas

Wilayah

(km²)

Jumlak Penduduk

(jiwa)

Kepadatan

Penduduk

Per Km²

Penyebaran

Penduduk

(%)

2005 2009 2005 2009 2005 2009

1 Sekotong 529,38 48.130 52.271 91 99 8,75 8,55

2 Lembar 62,66 43.800 48.508 699 774 7,96 7,93

3 Gerung 62,3 69.311 76.588 1.113 1.229 12,59 12,52

4 Labuapi 28,33 57.341 64.673 2.024 2.283 10,42 10,57

5 Kediri 21,64 52.673 57.843 2.434 2.673 9,57 9,46

6 Kuripan 21,56 30.994 34.626 1.438 1.606 5,63 5,66

7 Narmada 107,62 82.796 90.764 769 843 15,05 14,84

8 Lingsar 96,58 58.073 68.998 601 714 10,55 11,28

9 Gunungsari 89,74 71.251 78.218 794 872 12,95 12,79

10 Batulayar 34,11 35.947 39.215 1.054 1.150 6,53 6,41

Jumlah 1.053,92 550.316 611.704 522 580 100,00 100,00

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2009

Berdasarkan analisis kependudukan, laju pertumbuhan rata-rata penduduk

Kabupaten Lombok Barat sampai dengan tahun 2009 sebesar 1,41%. Proyeksi penduduk

Kabupaten Lombok Barat sampai tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 2.12. di bawah ini.

Tabel 2.12. Proyeksi Penduduk dirinci per kecamatan, 2005 – 2009

No Kecamatan

Jumlah Penduduk/Tahun Laju

Pertumbuhan

(%)2005 2006 2007 2008 2009

1 Sekotong 43.524 44.030 44.578 45.130 45.673 1,42

LAPORAN AKHIR III-127Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 128: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

2 Lembar 38.019 38.320 38.665 38.991 39.316 1,44

3 Gerung 65.061 65.642 66.281 66.924 67.548 1,38

4 Labuapi 57.858 58.930 60.069 61.229 62.387 1,37

5 Kediri 51.107 51.701 52.344 52.993 53.630 1,38

6 Kuripan 31.097 31.608 32.152 32.706 33.256 1,45

7 Narmada 85.150 86.447 87.834 89.239 90.663 1,40

8 Lingsar 57.727 58.386 59.102 59.823 60.530 1,41

9 Gunungsari 65.638 66.716 67.866 69.034 70.195 1,41

10 Batulayar 37.577 38.751 39.375 40.319 41.271 1,45

Jumlah 532.758 540.531 548.266 556.388 564.469 1,41

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat (Kecamatan Dalam Angka 2010)

Perkembangan penduduk miskin Kabupaten Lombok Barat dari tahun 2003 – 2007

tergambar pada grafik di bawah ini. Angka kemiskinan pada tahun 2003 berjumlah

32,75% bergerak menurun menjadi 30,23% pada tahun 2007. Rata-rata penurunan angka

kemiskinan dari tahun 2003 – 2007 sebesar 0,63% per tahunnya.

Tabel 2.13. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lombok Barat Th. 2008-2009

Tahun Penduduk Miskin Persentase

2008 156.657 25,87

2009 146.931 24,02

Sumber data : Dinas Sosial, Tenaga Kerja&Transmigrasi Kab. Lombok Barat 2009

LAPORAN AKHIR III-128Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 129: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

3.4. Pendidikan

Sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam era globalisasi adalah yang

berkualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas intelegensi dan intelektual

manusia adalah melalui pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal diharapkan

mampu membangun moral dan kualitas bangsa. Selain peningkatan sarana dan prasarana

berupa fisik, peningkatan sumber daya manusia juga penting. Peningkatan kualitas

sumber daya manusia di Kabupaten Lombok Barat diarahkan maju dan modern namun

tetap berakar pada akar budaya dan religi. Sebagaimana tertuang dalam visinya yakni

“Terwujudnya masyarakat Lombok Barat yang maju, mandiri dan bermartabat dengan

dilandasi nilai-nilai Patut Patuh Patju” dengan salah satu misi yakni Meningkatkan

Optimalisasi Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan secara Berkeadilan, Berkualitas dan

berkelanjutan.

Pendidikan bertujuan meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk secara

maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok

masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh karena itu,

dinamika masyarakat dengan permasalahan yang ada akan sangat mempengaruhi

pendidikan secara menyeluruh.

Tabel 2.14. Jumlah Siswa Usia Sekolah menurut Kecamatan di Kabupaten Lombok

Barat

KecamatanJumlah Siswa/Kelompok Usia Sekolah

7 – 12 Tahun 13 – 15 Tahun 16 – 18 Tahun

Sekotong 8.102 1.962 240

Lembar 5.342 1.380 985

Gerung 7.415 4.064 2.674

Labuapi 6.858 2.474 1.333

LAPORAN AKHIR III-129Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 130: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kediri 5.985 3.745 2.535

Kuripan 3.875 1.737 2.107

Narmada 9.861 3.661 1.998

Lingsar 6.636 2.424 1.766

Gunungsari 7.893 4.311 2.014

Batulayar 4.831 1.401 828

Jumlah 66.795 27.195 35.71

Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lombok Barat

(Lombok Barat Dalam Angka 2010)

Berdasarkan Jumlah siswa usia sekolah, Kecamatan Narmada menduduki

peringkat terbesar untuk kelompok usia sekolah 7-12 tahun ,terendah kecamatan

Kuripan, pada kelompok usia 13-17 tahun terbesar di kecamatan Gunungsari dan

terendah kecamatan Lembar sedangkan untuk kelompok usia 16-18 tahun peringkat

tertinggi Kecamatan Gerung peringkat terkecil pada kecamatan Sekotong.

Jumlah siswa putus sekolah dari tingkat SMP sederajat sampai dengan SMA sederajat

menurut jenis kelamin per kecamatan di kabupaten Lombok Barat terlihat pada table

berikut.

Tabel 3.15.

Jumlah Siswa putus sekolah di kabupaten Lombok Barat tahun ajaran 2009/2010

KecamatanSD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

Sekotong 93 52 49 39 10 13

Lembar 24 13 1 1 - -

LAPORAN AKHIR III-130Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 131: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gerung 30 16 17 23 7 5

Labuapi 4 1 22 41 9 18

Kediri - 1 13 11 13 11

Kuripan 5 4 17 17 87 15

Narmada 19 11 51 24 13 4

Lingsar 28 21 53 43 40 32

Gunungsar

i

47 34 37 27 3 6

Batulayar 1 2 4 4 11 11

Jumlah 251 155 264 230 193 115

Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lombok Barat

Ketersediaan tenaga guru yang dapat mempengaruhi daya tangkap murid terhadap

pelajaran di kabupaten Lombok Barat dapat terlihat dari rasio murid/guru, dapat

tersajikan dalam table berikut ini.

Tabel 2.15.Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Lombok Barat menurut Jenis

Sekolah dan Jenis Kelamin, 2009/2010.

Jenis Sekolah

Sekolah Guru MuridNegeri Swasta Laki- Laki Perempuan Laki- Laki Perempuan

TK 85 6 316 2.114 2.037SD 322 6 1.890 1.814 35.312 33.260SLB 1 - 7 10 41 32SLTP 34 15 725 589 9.636 8.074SPDT 29 1 145 89 740 755SMA 12 8 411 320 3.887 3.566SMK 10 12 463 189 3.984 1.910Jumlah 413 127 3.647 3.327 55.714 49.634Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lombok Barat

LAPORAN AKHIR III-131Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 132: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Gambaran kondisi pendidikan untuk Angka Partisipasi Sekolah (APS) sebagai indikator

umum pelaksanaan Program Wajib Belajar di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2009

adalah sebagai berikut :

Angka Partisipasi Sekolah penduduk untuk SD/MI/SDLB sebesar 107,28%.

Angka Partisipasi Sekolah penduduk untuk SMP/MTs sebesar 85,06%.

Angka Partisipasi Sekolah penduduk untuk SMA/SMK/MA sebesar 51,25%.

Berikut adalah perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi

Murni (APM) Pendidikan berdasarkan masing-masing jenjang sekolah pada tahun 2009 di

Kabupaten Lombok Barat.

Tabel 2.14. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)

Jenjang Sekolah APK Tahun 2009 APM Tahun 2009

SD/MI 107,28 94,83

SMP/MTs 85,06 64,71

SMA/MA/SMK 51,25 57,71

Sumber data : Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Lombok Barat, 2009

2.5 Kesehatan

Meningkatnya kemajuan tehnologi dan pembangunan diharapkan mampu

meningkatkan kualitas kesehatan penduduk secara signifikan dan mampu menurunkan

angka kematian. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat telah berusaha semasimal

LAPORAN AKHIR III-132Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 133: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

mungkin untuk menyediakan sarana kesehatan secara merata, penyediaan sarana

kesehatan meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling,

posyandu, polindes dan pelayanan kesehatan swasta. Banyaknya sarana dan prasarana

kesehatan ini mengalami penurunan karena sarana kesehatan seperti puskesmas keliling,

balai pengobatan dan took obat mengalami kerusakan dan tidak dapat beroperasi.

Banyaknya sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Lombok Barat terlihat pada

table berikut.

Tabel 2.15. Banyaknya Rumah Sakit dan Unit Pelayanan Kesehatan Lainnya di

Kabupaten Lombok Barat, 2009

Kecamatan Rumah Sakit

Umum

Puskesmas Puskesmas

Keliling

Puskesmas

Pembantu

Polindes

Sekotong - 2 2 5 5

Lembar - 1 1 5 3

Gerung 1 1 2 10 6

Labuapi - 2 2 5 7

Kediri - 1 2 3 8

Kuripan - 1 1 5 4

Narmada - 2 2 8 12

Lingsar - 2 2 7 8

Gunungsari - 2 2 7 10

Batulayar - 1 1 2 3

Jumlah 1 15 17 57 66

Sumber data : Kabupaten Lombok Barat Dalam angka 2009/2010

LAPORAN AKHIR III-133Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 134: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Tingkat derajat kesehatan di Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat dari beberapa

indicator, antara lain : angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu

melahirkan per 100.000 kelahiran hidup, rata-rata usia harapan hidup penduduk dan

status giji masyarakat. Perkembangan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Lombok

Barat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 mengalami penurunan.

Usia harapan hidup meningkat dari 58,1 tahun pada tahun 2004 menjadi 59,41

tahun pada tahun 2007 atau rata-rata kenaikan sebesar 0,35% per tahun. Hal ini

menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat secara umum telah meningkat, namun

penduduk yang bertempat tinggal pada daerah terpencil perlu mendapat perhatian yang

lebih besar mengingat daerah ini memiliki resiko sarana sarana kesehatan terhadap

penduduk masih kecil. Angka kematian bayi menurun dari 19 per 1.000 kelahiran hidup

pada tahun 2006 menjadi 16,29 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2008. Angka

kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup menurun dari 287 pada tahun 2004 menjadi

137,85 pada tahun 2008.

Tabel 2.16. Derajat Kesehatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat

No Uraian Satuan 2004 2005 2006 2007 2008

1 Usia Harapan

Hidup

thn 58,10 58,40 59,10 59,4 59,8

2 Angka Kematian

Bayi

Per 1.000

Kelahiran

Hidup

- - 19,0 15,31 16,29

3 Jumlah

Kematian Ibu

Kasus 33 22 22 20 22

Per

100.000

Kelahiran

Hidup

287 194 191 116,8

8

137,85

4 Bayi dengan

Berat Badan

org 597 586 634 687 761

LAPORAN AKHIR III-134Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 135: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Lahir Rendah

5 Status Gizi Balita

Gizi Lebih % 2,40 2,88 1,37 1,19 1,42

Gizi Baik % 77,91 70,35 69,81 70,52 73,08

Gizi Kurang % 16,85 21,28 25,15 24,43 22,39

Gizi Buruk % 2,83 5,49 3,67 3,87 3,11

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2008

Data Proyeksi (Kab. Lombok Barat Gabung KLU)

Tabel 2.17. Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi per Kecamatan, 2009

No KecamatanKelahiran

Total

Bayi Lahir

Hidup

Bayi Masih

Hidup

Kematian

Bayi

1 Sekotong 1.115 1.106 1.115 -

2 Lembar 945 936 933 12

3 Gerung 1.392 1.382 1.373 19

LAPORAN AKHIR III-135Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 136: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

4 Labuapi 1.199 1.194 1.184 15

5 Kediri 1.056 1.049 1.048 8

6 Kuripan 685 679 678 7

7 Narmada 1.848 1.837 1.822 26

8 Lingsar 1.164 1.163 1.151 13

9 Gunungsari 1.539 1.532 1.532 7

10 Batulayar 893 886 884 9

Jumlah 11.836 11.764 11.720 116

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (Kabupaten Dalam Angka

2009/2010

Tabel 2.18. Jumlah Balita dan Kematian Balitan, per Kecamatan, 2009

No Kecamatan Jumlah Balita Jumlah Kematian Balita

1 Sekotong 5.345 -

2 Lembar 6.660 -

3 Gerung 6.665 10

4 Labuapi 6.805 2

5 Kediri 4.905 6

6 Kuripan 3.715 -

7 Narmada 9.545 2

8 Lingsar 9.064 -

9 Gunungsari 8.030 2

10 Batulayar 5.185 1

Jumlah 65.909 23

LAPORAN AKHIR III-136Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 137: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (Kabupaten Dalam Angka

2009/2010

Tabel 2.19. Jumlah Kematian Ibu Maternal per Kecamatan, 2009

No Kecamatan Kematian

Saat Hamil

Kematian Saat

Bersalin

Kematian saat

masa Nifas

Jumlah

1 Sekotong 1 - 1 2

2 Lembar - - 2 2

3 Gerung - - 1 1

4 Labuapi 1 - 1 2

5 Kediri - - 2 2

6 Kuripan 1 - 1 2

7 Narmada 1 - 2 3

8 Lingsar 1 - - 1

9 Gunungsari - - 1 1

10 Batulayar - - 2 2

Jumlah 5 - 13 18

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (Kabupaten Dalam Angka

2009/2010

Tenaga kesehatan di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari Dokter, perawat,

apoteker, baik yang ada di Dinas Kesehatan, RSUD maupun di Puskesmas, dan guna

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat, sangat diperlukan

peningkatan banyaknya tenaga kesehatan yang mempunyai kopetensi tinggi dibidang

masing-masing.

Tabel 2.20. Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok Barat menurut jenis

kelamin tahun 2008 – 2009

LAPORAN AKHIR III-137Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 138: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

No Tenaga Kesehatan2008 2009

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1 Dokter Spesialis - - - -

2 Dokter Umum 10 6 14 15

3 Dokter Gigi 8 4 8 7

4 Sarjana Kesehatan

Masyarakat

19 8 18 7

5 Paramedis

a. Sarjana 1 1 13 10

b. Sarjana Muda 43 72 41 74

c. Pembantu

Paramedis

126 226 145 236

6 Apoteker - 1 - 1

7 Tata Usaha 62 29 76 33

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (Kabupaten Dalam Angka

2009/2010)

2.6. Sosial Masyarakat

Di Kabupaten Lombok Barat pemeluk agama Islam memang menjadi mayoritas

namun hal tersebut tidak menimbulkan adanya suatu konflik dengan pemeluk agama lain.

Gambaran komposisi penduduk menurut agama di Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai

berikut :

Tabel.2.21. Banyaknya Pemeluk Agama di Kabupaten Lombok Barat dirinci menurut

Kecamatan, 2009

LAPORAN AKHIR III-138Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 139: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Jumlah

Sekotong 48.219 12 2 5.297 - 53.530

Lembar 40.662 - - 1.108 2.266 44.036

Gerung 68.783 39 39 82.68 - 77.129

Labuapi 55.782 59 59 1.266 - 57.166

Kediri 55.687 - - 3.293 - 58.980

Kuripan 42.038 40 - 2.379 - 44.457

Narmada 71.832 92 18 10.267 - 82.209

Lingsar 54.512 13 - 2.423 - 56.948

Gunungsari 69.104 24 49 2.262 - 71.439

Batulayar 37.220 123 31 1.926 - 39.300

Jumlah 543.83

9

402 198 38.489 2.266 585.19

4

Persentase 92,933 0,069 0,024 6,58 0,39 100,00

Sumber Data : Kantor Departemen Agama Kabupaten Lombok Barat

Diagram 2.3. Proporsi Pemeluk Agama di Kabupaten Lombok Barat

LAPORAN AKHIR III-139Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 140: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Jumlah

IslamProtestanKatolikHinduBudha

92,9%

6,5% 0,3%0,06%

0,02%

Kehidupan beragama dalam hal kesadaran melaksanakan ritual ibadah telah

berkembang di Lombok Barat sebagai daerah yang religious, sebagaimana sebutan popular

bagi pulau seribu masjid. Begitu pula dengan keharmonisan antar umat beragama masih

tetap terjaga dan terjalin dengan penuh toleransi. Namun demikian permasalahan

kehidupan intern seperti berkembangnya aliran yang dianggap sesat/menyimpang dari

ajaran yang sesungguhnya dan hal ini sering menimbulkan konflik social dan bahkan

berpotensi menimbulkan konflik horizontal.

Untuk mendukung aktivitas keagamaan terdapat sarana ibadah berupa masjid,

mushalla, gereja, pura dan wihara, dengan jumlah pada masing-masing kecamatan sebagai

berikut.

Tabel. 2.22. Tempat Ibadah menurut golongan Agama di Kabupaten Lombok Barat

dirinci menurut Kecamatan, 2009.

Kecamatan Masjid Mushalla Gereja Pura Wihara

Sekotong 104 111 - 39 6

Lembar 74 117 - 6 -

Gerung 78 123 - 33 -

LAPORAN AKHIR III-140Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 141: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Labuapi 52 52 - 6 -

Kediri 33 54 - 3 -

Kuripan 37 52 - 5 -

Narmada 87 40 - 24 -

Lingsar 74 165 - 16 -

Gunungsari 85 93 - 9 -

Batulayar 53 109 - 12 -

Jumlah 677 916 - 153 6

Sumber Data : Kantor Departemen Agama Kabupaten Lombok Barat

Komposisi penduduk Kabupaten Lombok Barat menurut penduduk asli, pendatang, asal

daerah dan etnis tergolong heterogen, terdiri dari berbagai suku daerah, etnis dan

golongan masyarakat yang hidup dalam kerukunan, keharmonisan dan saling toleransi.

Komposisi tersebut dominan adalah suku Sasak, Samawa, Mbojo, Bugis dan Bali serta

etnis Melayu, Arab dan Tionghoa selebihnya adalah dari Jawa, Sumatra dan Nusa

Tenggara Timur. Warga Negara Asing yang menetap hanya sebagian kecil saja dari adanya

hubungan perkawinan dengan penduduk setempat.

Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan Indikator untuk mengukur tingkat

keberhasilan komulatif pembangunan, dimana IPM Kabupaten Lombok Barat masih

berada pada posisi yang tidak menggembirakan, yakni berada pada urutan ke 8 di antara

9 kabupaten/kota se propinsi NTB.

Tabel 2.23. Percepatan Nilai Indek Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten

Lombok Barat 2005-2009

Tahun Nilai IPM

Indeks Indeks Indeks IPM

LAPORAN AKHIR III-141Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 142: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Pendidikan

(AMH/Thn)

Kesehatan

(UHH/Thn)

Daya Beli

(Perkapita)

Komposit

(Partisipasi)

2005 60,90 55,70 56,80 57,80

2006 61,80 56,80 57,50 58,70

2007 61,83 57,63 58,60 59,34

2008 63,67 58,28 59,64 60,53

2009 63,96 59,00 60,83 61,27

Sumber Data : BPS Kabupaten Lombok Barat

Tabel 2.24. Komponen Pembentuk IPM Komposit Kabupaten Lombok Barat Tahun

2009

Tahun

Pendidikan

Kesehatan

(UHH)/Thn

Ekonomi

(Rp)

Angka

Melek

Huruf

(AMH)/Thn

Rata-rata

Lama

Sekolah (%)

2005 73,70 5,30 58,40 606,100

2006 73,70 5,70 59,10 609,300

2007 73,80 5,66 59,54 614,000

2008 76,40 5,73 59,97 618,100

2009 76,41 5,87 60,40 623,210

Sumber Data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2010

LAPORAN AKHIR III-142Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 143: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Perkembangan nilai IPM Kabupaten Lombok Barat secara agregatif pada setiap komponen

menunjukan kecendrungan kenaikan yang cukup berarti dari tahun ke tahun, dengan

komponen pengukuran pembangunan manusia yakni Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi

dan dijabarkan dalam empat indicator teknis yaitu Usia Harapan Hidup (UHH), Angka Melek

Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) serta kemampuab Daya Beli.

Pariwisata

Terdapat beberapa jenis obyek pariwisata yang potensial di Kabupaten Lombok Barat

dimana kesemuanya memiliki potensi yang tinggi bila dikembangkan dan dikelola secara

optimal. Potensi pariwisata tersebut meliputi wisata alam, wisata religius, wisata sejarah

dan budaya.

Jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke obyek obyek wisata di Kabupaten Lombok

Barat pada saat ini masih didominasi oleh obyek-obyek wisata yang sudah lebih dulu maju

dan relatif didukung oleh sarana prasara yang cukup memadai seperti pantai Senggigi,

pantai Meninting, pantai Mangsit, taman Narmada, taman Suranadi, Batu Bolong, Pura

Lingsar, Hutan Sasaot.

Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang dilakukan manusia

untuk menghasilkan bahan pangan, bahan-bahan industri atau sumber energi, serta

untuk mengelola lingkungan hidupnya. Tanah pertanian di Lombok Barat sebagian besar

termasuk jenis tanah Regosol dan sebagian lagi termasuk jenis tanah Aluvial yaitu

didaerah aliran sungai. Potensi / penggunaan lahan di Kabupaten Lombok Barat tahun

2012 seluas 86.182 Ha, meliputi : lahan sawah seluas 17.001 Ha; Lahan bukan sawah

seluas 42.774 Ha; dan Lahan bukan pertanian seluas 26.407 Ha.

Tanaman Pangan

Produksi tanaman pangan di Lombok Barat meliputi komoditas Padi Sawah dan Padi

Ladang. Selama 5 (lima) tahun terakhir rata – rata Produksi komoditas Padi Sawah

mencapai naik dari 157.557 ton, pada tahun 2013 produksi padi sawah mencapai 166.717

ton atau mengalami peningkatan sebesar 11.847 ton dibandingkan tahun 2009 yang

mencapai 154.870 ton. Sementara itu untuk produksi padi ladang rata – rata produksi

mencapai 5.855 ton selama kurun waktu 2009 – 2013, dimana pada tahun 2009 produksi

mencapai 5.568 ton mengalami peningkatan pada tahun 2013 yakni sebesar 6.889 ton.

LAPORAN AKHIR III-143Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 144: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Holtikultura

Produksi Pertanian unggulan lainnya di Kabupaten Lombok Barat yakni Holtikultura

seperti Sayur–sayuran dan Buah-buahan. Produksi sayur–sayuran di Kabupaten Lombok

Barat didominasi oleh Kangkung, Terung, Tomat dan Cabe Rawit, selain itu terdapat juga

Sawi, Bawang Merah, Kacang Panjang dan Ketimun. Sementara itu untuk produksi buah-

buahan didominasi oleh Mangga, Durian, Manggis dan Rambutan.

 

LAPORAN AKHIR III-144Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 145: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

 

LAPORAN AKHIR III-145Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 146: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

 

LAPORAN AKHIR III-146Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 147: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

Kelautan dan Perikanan

Wilayah Kabupaten Lombok Barat sebagian berbatasan langsung dengan laut, oleh karena itu produk perikanan yang dihasilkan cukup melimpah, namun dengan terbatasnya sarana dan prasarana mengakibatkan peningkatan produksi yang tidak signifikan sehingga perlu terus dilakukan peningkatan baik sarana dan prasarana juga sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat agar dapat meningkatkan produksi perikanan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Lahan budidaya perikanan sebagai tempat utama produksi perikanan terdiri dari Budidaya Air Tawar, Budidaya Tambak, Budidaya Laut dan Usaha Pembenihan. Luas lahan budidaya perikanan di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2011 - 2013 rata – rata mencapai

LAPORAN AKHIR III-147Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 148: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

5.959,36 Ha, lahan terluas yakni budidaya laut yang rata – rata mencapai 3.517,22 Ha selama kurun waktu 2011 – 2013.

Sementara itu, produksi perikanan di Kabupaten Lombok Barat meliputi Budidaya, Penangkapan, Rumput Laut dan Mutiara. Pada tahun 2013 produksi perikanan masing – masing capaiannya yakni 32,769,231 ton produksi budidaya, 9,995,800 ton penangkapan, 50,115,000 ton Rumput Laut dan 149 ton dari Mutiara. Walaupun luas lahan perikanan yang semakin berkurang, produksi perikanan ternyata menunjukkan angka yang terus meningkat tajam. Dari 79,450,080 ton tahun 2011 menjadi 92,880,180 ton pada tahun 2013. Hal ini dapat diartikan semakin intensifnya pengelolaan usaha perikanan.

 

 

 

LAPORAN AKHIR III-148Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Page 149: Bab III Profil Kawasan Perdesaan

LAPORAN AKHIR III-149Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah