“Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al...

82
POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-ASMANIYAH KAMPUNG DUKUHPINANG, TANGERANG, BANTEN Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelas Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Fajar Adzananda Siregar 104051001783 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H/2008 M

Transcript of “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al...

Page 1: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-ASMANIYAH

KAMPUNG DUKUHPINANG, TANGERANG, BANTEN

Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelas Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh Fajar Adzananda Siregar

104051001783

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 2: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI

DI PONDOK PESANTREN AL-ASMANIYAH

KAMPUNG DUKUHPINANG, TANGERANG, BANTEN

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Fajar Adzananda Siregar

104051001783

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429 H/2008 M

Page 3: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang memiliki judul “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok

Pesantren Al-Asmaniyah, Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten” telah diujikan

dalam sidang Munaqasah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada Tanggal 9 Juni 2008.

Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

program strata 1 (S1) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah

dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 9 Juni 2008

PANITIA SIDANG MUNAQASAH

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris merangkap Anggota,

Dr. Murodi, M.A. Dra. Sukmayati NIP. 150254102 NIP. 150234867

Anggota, Penguji I, Penguji II,

Prof. Andi Faisal Bakti, Ph.D Drs. Wahidin Saputra, M.A. NIP.150236319 NIP. 150276299

Pembimbing,

DR. H. M. Idris A. Shomad, MA

NIP. 150311326

Page 4: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

ABSTRAK

Nama : Fajar Adzananda Siregar NIM : 104051001783

Kegiatan komunikasi sangat penting bagi umat manusia. Komunikasi juga

ikut berperan serta dalam terlaksananya proses belajar mengajar di sebuah lembaga

pendidikan. Tanpa komunikasi maka tidak akan tercapai secara maksimal dalam

mendapatkan sebuah hasil yang diinginkan. Tetapi untuk mencapai hal tersebut tidak

boleh melakukan komunikasi secara sembarang, diperlukan pola dan metode

komunikasi yang tepat sebagai penyokong kebutuhan penyampaian pesan oleh

seorang kyai kepada santrinya.

Maka dari itu, penulis merumuskan tentang pola komunikasi dan metode apa

saja yang digunakan oleh kyai dan santri dalam pelaksanaan program kegiatan belajar

mengajar di pondok pesantren al-Asmaniyah, Kampung Dukuhpinang, tangerang,

Banten?

Adapun teori yang diangkat berhubungan dengan pola komunikasi itu sendiri,

dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui pengamatan lapangan,

wawancara, dan dokumentasi di Pondok Pesantren al-Asmaniyah secara langsung.

Pondok pesantren al-Asmaniyah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar

sejak tahun 2003. terdapat beberapa program pesantren yang disediakan untuk

menambah pemahaman para santri terhadap ilmu agama Islam. Di antaranya adalah

kajian kitab kuning, muhadasah, muhadarah, ubudiyah, baca tulis al-Qur’an (BTQ),

dan seni baca al-Qur’an.

Sebagai pengajar, H. Ahmad Sholihan, H. Armat Syarifuddin, H. Ahmad

Ghozali, dan H. Ade Fauzy memiliki pengaruh yang besar dalam terselenggaranya

kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren ini. Penyampaian komunikasi

dilakukan dengan menggunakan beberapa pola dan metode, seperti pola komunikasi

antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi instruksional. Sedangkan

metode yang digunakan seperti metode ceramah, hafalan, latihan, serta metode

membaca dan menyimak.

Page 5: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

KATA PENGANTAR

Dengan ucapan Alhamdulillahi Robbil’alamin, pertama dan paling utama

sangatlah pantas untuk diucapkan sebagai bentuk syukur kepada Allah swt yang telah

memberikan kekuatan, kesehatan, kesabaran, dan ketabahan serta segala nikmat yang tak

terbatas kepada penulis dalam menempuh jenjang perkuliahan hingga terselesaikannya

skripsi ini sebagai tugas akhir dalam studi. Tak lupa pula sholawat serta salam penulis

limpahkan dan peruntukkan hanya kepada baginda Nabi Besar Muhammad saw,

keluarganya, sahabat, dan para pengikutnya yang telah bersusah payah dalam

menyebarkan agama Islam di muka bumi.

Skripsi dengan judul “pola komunikasi kyai dan santri di Pondok Pesantren Al-

Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten” diajukan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana ilmu sosial Islam (S.Sos.I) pada jurusan

komunikasi dan penyiaran Islam, fakultas dakwah dan komunikasi, Universitas Islam

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Selesainya skripsi ini tak lepas dari dorongan moril maupun materil dari berbagai

pihak. Dan semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda kepada mereka

semua. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat:

1) Bapak Dr. H. Murodi, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2) Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A. selaku Ketua Jurusan (Kajur) Komunikasi dan

Penyiaran Islam,

3) Ibu Umi Musyarofah, M.A. selaku Sekretaris Jurusan (Sekjur) Komunikasi dan

Penyiaran Islam,

4) Bapak Dr. H. M. Idris Abdul Shomad, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

5) Segenap dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang secara tidak

langsung telah memberi semangat dan tuntunan yang bermanfaat: yang utama

Page 6: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

adalah Bapak Zakaria, Bapak Gungun, Bapak Sifak, Bapak Jumroni, Bapak

Cecep, dan beberapa dosen lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6) Keluarga besar Pondok Pesantren Al-Asmaniyah, H. Achmad Sholihan, Ustadz

H. Armat Syarifuddin, dan Ustadz Ade Fauzi.

7) Keluarga besar mahasiswa KPI B yang sudah kompak dan memiliki rasa

kekeluargaan antar sesama dalam menjalani perkuliahan.

8) Teman diskusi dan bertukar pikiran: Mutmainah, Yayu, Haris, Mika, Choirunnisa,

Samlanih, dan bang Munih yang selalu dapat dijadikan tempat bertanya dan

mencari solusi.

9) Kepada ayah dan bunda-ku di rumah, adik-ku Fini dan abang-ku Firman, Kakek

Doni, ’Mbah Carmeni dan keluarga besar di Cirebon, keluarga besar di Bandung,

yang telah memberikan semangat serta doa dan pastinya tidak akan pernah

terbayarkan dengan uang.

10) Dan segenap umat muslim yang telah memberikan doa-nya untuk kemajuan Islam

di muka bumi.

Dan akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih atas segalanya,

semoga semua amal dan doa yang diberikan kepada penulis dalam proses

penyelasaian skripsi ini akan mendapatkan balasan dari Allah SWT... Amiin.

Tangerang, 17 Juni 2008

Penulis

Page 7: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

DAFTAR ISI

ABSTRAK........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Pembatasan Masalah....................................................................... 3

C. Rumusan Masalah........................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian............................................................................ 4

E. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4

F. Metodologi Penelitian..................................................................... 5

G. Tinjauan Pustaka............................................................................. 7

H. Sistematika Penulisan..................................................................... 9

BAB II KERANGKA POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI.......... 11

1. Pola Komunikasi............................................................................. 11

a. Pengertian Pola Komunikasi..................................................... 11

b. Jenis-jenis Pola Komunikasi..................................................... 12

c. Unsur-unsur Komunikasi.......................................................... 16

2. Kyai dan Santri............................................................................... 19

a. Pengertian Kyai......................................................................... 19

b. Pengertian Santri....................................................................... 22

c. Komunikasi Kyai dan Santri..................................................... 23

3. Pesantren......................................................................................... 24

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-ASMANIYAH,

KAMPUNG DUKUH PINANG, TANGERANG, BANTEN......... 27

A. Sejarah Berdirinya.......................................................................... 27

Page 8: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

B. Visi dan Misi................................................................................... 28

1) Visi........................................................................................... 28

2) Misi.......................................................................................... 28

C. Tujuan Pondok Pesantren............................................................... 29

D. Sistem Pendidikan.......................................................................... 30

1. Program pendidikan pesantren................................................ 31

2. Pendidikan Formal................................................................... 31

3. Pendidikan Non-Formal........................................................... 31

E. Struktur Pengurus Sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren............ 32

F. Program-program Pondok Pesantren............................................. 33

1. Program Jangka Pendek.......................................................... 34

2. Program Jangka Panjang......................................................... 34

3. Program Harian....................................................................... 35

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK

PESANTREN AL-ASMANIYAH, KAMPUNG DUKUHPINANG,

TANGERANG, BANTEN ........................................................... .. . 41

A. Profil Guru Pembimbing.............................................................. 41

1. H. Ahmad Sholihan................................................................ 41

2. H. Armat Syarifuddin............................................................. 43

3. H. Ahmad Ghozali.................................................................. 45

4. H. Ade Fauzy.......................................................................... 46

B. Pola Komunikasi kyai dan Santri................................................. 48

1. Pelaksanaan Program Pesantren............................................. 48

2. Metode Pelaksanaan............................................................... 56

C. Analisis terhadap Pola Komunikasi Kyai dan Santri................... 57

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 60

A. Kesimpulan................................................................................ 60

B. Saran-saran................................................................................. 61

Page 9: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 62

LAMPIRAN....................................................................................................... 66

Page 10: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah kebutuhan setiap individu. Manusia adalah makhluk sosial yang

saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Maka kegiatan komunikasi

adalah sangat penting dilakukan oleh setiap manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan

hidupnya. Artinya, manusia memang tidak bisa hidup tanpa berkomunikasi.

Dalam persepektif agama, komunikasi sangat penting peranannya dalam kehidupan

manusia bersosialisasi, manusia dituntut agar pandai dalam berkomunikasi. Dapat kita

liahat dalam al-Qur’an surat ar-Rahmaan ayat 1-4 yang berbunyi:

Artinya: “(Tuhan) yang Maha pemurah, yang telah mengajarkan Al Quran, Dia menciptakan

manusia, mengajarnya pandai berbicara.1

Perlu disadari bahwa peran komunikasi tidak hanya terbatas pada kegiatan

bersosialisasi saja, bahka proses belajar mengajar pun sangat memerlukan komunikasi.

Karea proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan berupa 1 Prof. R.H.A. Soenarjo S.H. dkk, Al-Qur’an dan Terjemahan, ( Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an; Jakarta, 1 Maret 1971), h.885.

Page 11: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

ilmu melalui dari komunikator (guru) kepada komunikan (murid). Pesan yang

disampaikan berisikan materi-materi pelajaran yang ada dalam kurikulum. Sumber pesan

dapat berposisi sebagai guru, murid, dan lain sebagainya. Sedangkan salurannya berupa

media pendidikan dan penerimanya adalah murid.2

Fungsi komunikasi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan, tetapi juga

sebagai kegiatan individu dan kelmpok mengenai tukar menukar data, fakta, dan ide.

Agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang hendak disampaikan oleh

seorang pendidik dapat diterima dengan baik oleh murid, maka seorang pendidik dituntut

untuk dapat menerapkan pola komunikasi yang baik pula.3

Pesantren sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga pendidikan tradisional, tempat

untuk mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam yang

menerapkan pentingnya moral keagamaan.4

Kyai dalam suatu pondok pesantren merupakan elemen yang penting. Sudah

sewajarnya perkembangan pesantren semata-mata bergantung pada kepribadian kyai-nya.

Di sebuah pesantren, kyai atau ustadz adalah salah satu yang enjadi faktor pemicu minat

santri dalam mendalami ilmu agama. Dalam hal pembelajaran, kyai atau ustadz

mempunyai peranan penting pula dalam membentuk sikap dan kepribadian para santri

baik dalam tata pergaulan maupun kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapai itu semua

dibutuhkan terciptanya sebuah suasana komunikasi yang baik antara kyai dan santri-nya.

Pondok Pesantren al-Asmaniyah DukuhPinang, Tangerang, Banten adalah salah satu

lembaga yang mempunyai perhatian terhadap pendidikan dalam mencapai kualitas santri

yang dapat membaca dan memahami al-Qur’an dengan baik dan benar berdasarkan tata

2 H.M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), cet.ke-1, h.11. 3 Asnawir dan Basyaruddin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h.7. 4 Mastufu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Inis, 1994), h.55.

Page 12: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

cara penyampaian yang dilakukan. Maka dari itu, penulis hendak mengangkat hal

tersebut dengan judul pola komunikasi antara kyai dan santri di Pondok pesantren al-

Asmaniyah, Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten.

B. Pembatasan Masalah

Proses belajar mengajar dapat berjalan lancar bila didukung oleh pola komunikasi

yang baik antara kyai terhadap santrinya. Hal inilah yang hendak diteliti oleh penulis

dalam penelitian ini. Agar tidak terlalu luas dalam pembahasannya, maka penulis hanya

membatasi terhadap pola komunikasi kyai terhadap santri dalam pelaksanaan kegiatan

program pendidikan pesantren di Pondok Pesantren al-Asmaniyah.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah tersebut tertuang di dalam sebuah pertanyaan, yakni:

1. Bagaimanakah pola komunikasi antara kyai dan santri dalam kegiatan program

pondok pesantren di Pondok Pesantren al-Asmaniyah, Kampung Dukuhpinang,

Tangerang, Banten?

2. Bagaimana metode yang diterapkan dalam pelaksanaan program tersebut?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini, yaitu:

Page 13: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

1. Untuk mengetahui pola komunikasi antara kyai dan santri dalam pelaksanaan

program pondok pesantren di Pondok Pesantren al-Asmaniyah.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang metode yang digunakan dalam program

tersebut.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi atau

perbandingan dalam usaha mengembangkan keilmuan yang sesuai dengan bidangnya,

penelitian ini diharapkan akan menambah jumlah studi mengenai pola komunikasi di

lembaga pendidikan Islam

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan akan menjadi sebuah panduan tambahan

bagi para juru dakwah untuk dapat menyampaikan dakwahnya dengan cara yang

efektif dan se-efisien mungkin. Dengan adanya penelitian ini juga penulis berharap

dapat memberikan sumbangsih guna memperluas wacana dakwah.

F. Metodologi Penelitian

Page 14: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis.

Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk menggambarkan

secara jelas segala yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan

hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-

data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan

wawancara.5 Adapun tahapan penelitian, yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian.

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, akan dilaksanakan langsung di

Pondok Pesantren Al-Asmaniyah, Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi. Adapun yang

dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini adalah beberapa orang yang

berkaitan dengan program pondok pesantren di Pondok Pesantren al-Asmaniyah,

Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten. Sedangkan yang menjadi objek

penelitian adalah proses pelaksanaannya.

3. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam

penelitian ini adalah: 5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta 1998) h. 10.

Page 15: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

a. Observasi atau pengamatan langsung merupakan metode pertama yang

digunakan dalam melakukan penelitian ini. Teknik observasi atau pengamatan

yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang

diteliti, yakni program pendidikan pesantren yang dilaksanakan di Yayasan

Pondok Pesantren al-Asmaniyah.

b. Wawancara (interview), yaitu peneliti melakukan tanya jawab secara langsung

dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral di Pondok Pesantren

al-Asmaniyah dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan secara jelas

berupa pola komunikasi dalam poses pelaksanaan program pondok pesantren

sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Sedangkan tehnik wawancara yang

digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara wawancara

struktur dan tidak berstruktur.6 Hal ini bertujuan untuk memberikan

kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan

namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.

c. Dokumentasi, yaitu proses pengumpulan dan pengambilan data berdasarkan

tulisan-tulisan berbentuk catatan, buku, dokumen ataupun arsip-arsip milik

Yayasan Pondok Pesantren al-Asmaniyah ataupun tulisan-tulisan lain yang

memiliki keterkaitan dangan bahasan penelitian ini.

4. Pengolahan Data

6 Drs, Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007), h.58.

Page 16: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Pada bagian ini, seluruh data yang didapatkan dari hasil wawancara di Pondok

Pesantren al-Asmaniyah tersebut dikumpulkan dan disusun berdasarkan kecocokan

dengan rumusan masalah yang telah disusun oleh peneliti.

5. Analisis Data

Pada fase ini merupakan proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil

keputusan/kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan,

penyusunan, penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian yang berwujud kata-

kata. Setelah itu, peneliti berusaha untuk menganalisa data dengan menyusun kata-

kata ke dalam tulisan yang lebih luas.

G. Tinjauan Pustaka

Penelitan ini diangkat berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang di antaranya

adalah:

1. Pola komunikasi remaja masjid dalam upaya meningkatkan pemahaman agama

melalui pengajian remaja tunas Islam, penelitian ini dilakukan oleh Abdul Fatah,

tahun 2007. penelitian ini menemukan bahwa pola komunikasi yang digunakan

dalam pengajian remaja tersebut menggunakan pola komunikasi kelompok dan

komunikasi antar pribadi guan meningkatkan pemahaman bagi anggotanya.

2. Pola komunikasi fungsionaris partai keadilan sejahtera dewan pimpinan cabang

Pondok Aren dalam mengembangkan dakwah, penelitian ini dilakukan oleh

Page 17: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Fajariyah, tahun 2007. secara umum penelitian ini menemukan bahwa pola

komunikasi yang digunakan adalah pola komunikasi antar persona, dan pola

komunikasi kelompok.

3. Pola komunikasi kelompok mentoring dalam pembinaan akhlak remaja di

lingkunga yayasan al-Wafi Jakarta Selatan, penelitian ini dilakukan oleh Haidir,

tahun 2007. penelitian ini hanya menemukan pola komunikasi kelompok kecil

saja yang digunakan dalam proses pembinaan akhlak remaja di wilayah tersebut.

Adapun kelebihan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis dibandingkan dengan

beberapa penelitian di atas yaitu penulis mencoba mengungkapkan pola komunikasi yang

dilakukan oleh kyai terhadap santri di dalam pelaksanaan program pondok pesantren di

dalam sebuah lembaga pendidikan Islam bernama al-Asmaniyah.

H. Sistematika Penulisan

Untuk Mempermudah pembahasan penelitian ini, secara sistematis penulisan

laporan hasil penelitian dibagi kedalam lima bab, yang terdiri dari sub-sub. Adapun

sistematika penulisannya sebagai berikut:

Page 18: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan teori yang terdiri dari pola komunikasi, pengertian pola

komunikasi, jenis-jenis pola komunikasi, unsur-unsur komunikasi, kyai

dan santri, pengertian kyai, pengertian santri, komunikasi kyai dan santri,

serta pesantren.

BAB III Gambaran umum Pondok Pesantren al-Asmaniyah, Kampung

DukuhPinang, Tangerang, Banten. mengenai sejarah berdiri, visi dan misi

berdirinya Pondok Pesantren al-Asmaniyah, sistem pendidikan, struktur

pengurus sekaligus pengasuh, serta program-program yang disediakan.

BAB IV Pembahasan profil guru pembimbing, pola komunikasi kyai dan santri,

pelaksanaan program pesantren, metode pelaksanaan, dan analisis

terhadap pola komunikasi kyai dan santri di pondok pesantren al-

Asmaniyah.

BAB V Penutup merupakan kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi daftar

pustaka dan lampiran-lampiran yang dianggap penting.

Page 19: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB II

KERANGKA POLA KOMUNIKASI

KYAI DAN SANTRI

Secara umum, pola komunikasi sangat dibutuhkan dalam melakukan berbagai proses

pendidikan agar dapat memberikan kemudahan kepada para komunikan dalam

memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator. Di bawah ini akan dibahas dan

dijelaskan tentang definisi maupun teori pola komunikasi.

A. Pola Komunikasi

1. Pengertian Pola Komunikasi

Kata pola dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya bentuk atau sistem.7 Cara

atau bentuk yang tetap sehingga pola dapat dikatakan sebagai contoh atau cetakan.

Secara etimologis menurut Onong Uchjana Effendi “istilah komunikasi berasal

dari perkataan Inggris communication yang bersumber dari bahasa latin,

communication berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Makna hakiki dari

communication adalah communis yang berarti sama, atau kesamaan arti sama halnya

dengan pengertian tersebut.8

Sedangkan menurut Wilbur Schramm dalam uraiannya mengatakan bahwa

definisi komunikasi berasal dari bahasa latin communis, common. Bilamana kita

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.778. 8 Onong Uchjana Effendi, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992), cet.ke-1, h.4.

Page 20: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

mengadakan komunikasi itu artinya kita mencoba untuk berbagi informasi, ide, atau

suatu sikap.

Jadi esensi dari komunikasi itu adalah menjadikan si pengirim dapat berhubungan

bersama dengan si penerima guna menyampaikan isi pesan tersebut.9

Namun menurut Stewart L. Tubbs dan Silvia Mass, “ciri-ciri komunikasi yang

baik dan efektif paling tidak menimbulkan lima hal”, yakni:

a. Pengertian, penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oelh komunikator. Maksudnya adalah seorang komunikator dapat menerapkan metode dalam upaya meningkatkan pemahaman tentang kegiatan tersebut.

b. Memahami message (pesan) yang disampaikan oleh komunikator. c. Kesenangan, menjadikan hubungan yang hangat dan akrab serta

menyenangkan. d. Mempengaruhi sikap, dapat mengubah sikap orang lain sehingga bertindak

sesuai dengan kehendak komunikator tanpa merasa terpaksa. e. Hubungan sosial yang baik, menumbuhkan dan mempertahankan

hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi. f. Tindakan, membuat komunikan melakukan suatu tindakan yang sesuai

dengan stimuli.10

2. Jenis-jenis Pola Komunikasi

Bila pola memiliki arti yang sama dengan bentuk, maka terdapat beberapa pola

atau bentuk komunikasi yang terdiri dari lima macam jenis, yaitu:

a. Komunikasi Intra Pribadi

Komunikasi intra pribadi adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri

seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem

saraf.11

9 T.A. Latief Rosyidi, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: 1985), h.48. 10 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi;edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, th.2007), cet.ke-24, h.13-16.

Page 21: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

b. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian paduan pikiran dan

perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan

melakukan kegiatan tertentu.12

Hubungan komunikasi antar pribadi juga sering disebut sebagai komunikasi

antar persona yakni komunikasi yang dilakukan antara dua orang dan

komunikasinya dilakukan secara tatap muka, berlangsung secara dialogis dan

saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi.13

Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam situasi komunikasi antar persona

atau tatap muka, yaitu:

1. Bersikaplah empatik dan simpatik. 2. Tunjukkanlah sikap sebagai komunikator terpercaya. 3. Bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong. 4. Kemukakanlah fakta dan kebenaran. 5. Berbicaralah dengan gaya mengajak, bukan menyuruh. 6. Jangan bersikap super. 7. Jangan menganggap enteng hal-hal yang mengkhawatirkan. 8. Jangalah mengkritik. 9. Janganlah emosional. 10. Bicaralah secara meyakinkan.14

c. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seorang komunikator

kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan atau

11 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998), h.39. 12 Onong Uchjana Effendi, Hubungan masyarakat: suatu study komunikologis, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002), cet.ke-6, h.60. 13 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.126. 14 Ibid, Onong Uchjana Effendy, h.127.

Page 22: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

perilakunya.15 Komunikasi kelompok dibagi menjadi dua bagian, yakni

komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.

1. Komunikasi kelompok kecil

Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok kecil

adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu

pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan

atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara,

sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudah memberikan

tanggapan kepada masing-masing individu komunikan.16

2. Komunikasi kelompok besar

Komunikasi kelompok besar adalah kelompok komunikan yang karena

jumlahnya banyak, dalam suatu situasi komunkasi hampir tidak terdapat

kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.17

d. Komunikasi Massa

Menurut Zulkarnaen Nasution dalam bukunya yang berjudul Sosiologi

Komunikasi Massa mengatakan bahwa komunikasi massa adalah proses

penyampaian pesan atau informasi yang ditujukan kepada khalayak massa dengan

15 Onong Uchjana Effendi, Hubungan masyarakat: suatu study komunikologis, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2002), cet.ke-6, h.62. 16 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), cet.ke-2, h.127. 17 Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1990), cet.ke-5, h.129.

Page 23: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

karakteristik tertentu, sedangkan media massa hanya sebagai salah satu komponen

atau sarana yang memungkinkan berlangsungnya peruses yang dimaksud.18

e. Komunikasi Medio

Komunikasi medio adalah proses komunikasi antara komunikator pada

komunikan dengan menggunakan alat sebagai perantara penyampaiannya.

Adapun bentuk komunikasi media ini dilakukan dengan menggunakan media,

seperti surat, telepon, vamplet, spanduk, dan lain sebagainya.19

f. Komunikasi Instruksional

Komunikasi instruksional adalah komunikasi yang berhubungan dengan bidang

pendidikan dan pengajaran. Istilah instruksional berasal dari kata instruction yang

berarti penyajian, pelajaran, atau perintah juga dapat diartikan instruksi.

Dalam dunia pendidikan, kata instruksional tidak diartikan perintah tetapi lebih

mendekati arti pengajaran dan pelajaran, bahkan akhir-akhir ini kata tersebut

sering diartikan sebagai pembelajaran. Memang ketiga kata tersebut dapat

berlainan makna karena masing-masing menitikberatkan pada faktor-faktor

tertentu yang menjadi perhatiannya.20

18 Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas terbuka) 19 Onong Uchjana Effendy, Ilmu komunkasi teori & praktek, (Bandung: PT. remaja Rosda Karya, 1990), cet.ke-5, h.13 20 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. remaja Rosdakarya, 2004), cet.ke-6, h.78.

Page 24: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

3. Unsur-unsur Komunikasi

Di bawah ini adalah beberapa unsur dalam terlaksananya proses komunikasi

yakni:

a. Komunikator

Komunikator disebut juga sebagai encoder, yakni sebagai orang yang

memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain.

Unsur ini merupakan unsur penentu yang akan memilih pesan, media, dan efek

yang diharapkan dalam proses komunikasi. Karena pihak komunikator yang

disebut source atau sender lebih berkepentingan kepada komunikan karena

adanya tujuan yang diharapkan.21

Untuk menjadi seorang komunikator yang baik terdapat beberapa syarat yang

harus dipenuhi, yaitu:

1. memiliki kepercayaan dari komunikannya. 2. memiliki kemampuan komunikasi yang baik. 3. mempunyai pengetahuan yang luas. 4. sikap yang baik. 5. memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan

perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.22 Bila syarat tersebut dipenuhi oleh seorang komunikator, maka komunikasi

pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik oleh

komunikannya.

21 Onong Uchjana Effendy, Ilmu komunkasi teori & praktek, (Bandung: PT. remaja Rosda Karya, 1990), cet.ke-5, h.18. 22 Onong Uchjana Effendy, kepemimpinan dan komunikasi, (Yogyakarta: PT.al-Amin Press, 1996), cet.ke-1,h.59.

Page 25: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

b. Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan

harus mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha mencoba

mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan melalui

lisan dan melaluimedia, sedangkan bentuk pesan dapat berupa informatif yakni

memberikan keterangan-keterang dan kemudian komunikan dapat mengambil

keputusan sendiri.

Ada beberapa bentuk pesan di antaranya yaitu:

1. Pesan informatif yaitu memberikan keterangan-keterangan dan memberikan komunikan mengambil kesimpulan sendiri.

2. Pesan persuasive yakni dengan bujukan akan membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan, namun perubahan ini adalah kehendak sendiri.

3. Pesan koersif yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi bentuknya terkenal dengan agitasi dengan penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan di antara sesamanya dan pada kalangan politik.23

Pendapat Wilbur Schramm yang dikutip oleh Widjaja mengemukakan

beberapa tentang kondisi komunikasi yang sukses, yakni:

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik sehingga dapat menarik perhatian dari sasaran yang dimaksud.

2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga dapat saling memahami.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan itu.

4. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok tempat komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tantangan yang dikehendaki.24

23 H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), cet.ke-2, h.12. 24 Ibid, H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, h.12.

Page 26: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

c. Media

Media berasal dari kata medium. Media adalah bentuk jamak, sedangkan

bentuk tunggalnya adalah medium, yang secara harfiahnya adalah perantara,

penyampai atau penyalur. Media adalah sasaran tempat berlalunya lambing-

lambang yakni sesuatu yang menghubungkan apa yang disampaikan komunikator

kepada komunikan (individu, kelompok, publik dan massa). Media dalam

kegiatan keagamaan yang dapat berupa podium, benda atau sarana prasarana lain

yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan.

d. Komunikan

Komunikan adalah orang yang menerima pesan. Komunikan berfungsi

sebagai decoder, yakni menerjemahkan lambing-lambang pesan ke dalam

konteks pengertiannya sendiri.25 Komunikan yang mempunyai peranan sebagai

penerima pesan atau pihak yang akan menjadi sasaran komunikasi agar tidak

terjadi hambatan-hambatan sehingga sampai pada tercapainya tujuan

komunikasi.

e. Feedback

Feedback atau umpan balik yaitu tanggapan komunikan apabila atas pesan

yang disampaikan oleh komunikator. Jadi feedback atau umpan balik adalah

respon atau tanggapan dari komunikan atas apa yang telah disampaikan oleh

25 Onong Uchjana Effendi, Kepemimpinan dan komunikasi, (Yogyakarta: PT.al-Amin Press, 1996), cet.ke-1, h.59.

Page 27: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

komunikator, dan umpan balik tersebut dapat positif ataupun negatif, tergantung

pada bagaimana komunikator dalam usaha penyampaiannya.

f. Efek

Efek adalah hasil akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku

orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah

laku orang telah sesuai ataupun tidak sesuai dengan yang kita inginkan sebagai

komunikator, berarti komunikasi yang telah dilakukan dapat dikatakan berhasil.

Adapun dampak yang akan timbul dari terjadinya proses komunikasi tersebut

dapat dikategorikan menjadi:

1. Dampak Kognitif, yaitu dampak yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau terjadi peningkatan intelektualitas di dalam dirinya.

2. Dampak Afektif, yaitu dampak yang dapat menimbulkan perasaan tertentu dan bergerak hati dalam diri seorang komunikan, seperti perasaan sedih, iba, gembira, dan lain sebagainya.

3. Dampak Behaviour, yaitu dampak yang paling tinggi kadarnya yakni dapat menimbulkan perilaku pada diri komunikan dalam bentuk tindakan atau kegiatan.26

B. Kyai dan Santri

1. Pengertian Kyai

Pengertian kyai dalam Kamus Besar bahasa Indonesia adalah sebutan bagi alim

ulama (cerdik dan pandai dalam agama Islam), sedangkan dalam sebuah pesantren,

kyai adalah pembimbing, pengajar, atau pimpinan sebuah pesantren.

26 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), cet.ke-6, h.7.

Page 28: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Kyai menurut Manfred Ziemek adalah pendiri dan pimpinan sebuah pondok pesantren, yang sebagai muslimterpelajar telah meberikan hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam melalui kegiatan pendidikan. Kyai berfungsi sebagai seorang ulama, artinya ia mengetahui pengetahuan dalam tata masyarakat Islam dan meafsirkan peraturan-peraturan dalam hukum Islam, dengan demikian ia mampu memberikan nasehat.27

Istilah kyai adalah sebutan yang diperuntukkan bagi para ulama trdisional di

pulau jawa, walaupun sekarang kyai banyak tersebar di pulau Jawa dan juga di luar

pulau Jawa. Istilah ustadz yang dahulunya digunakan sebagai tanda pengenal ulama

modern, saat ini pun telah masuk ke dalam lingkungan pondok pesantren.28

Menurut asal muasalnya, sebagai mana di rinci oleh Zamarkasyari Dhofier,

perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda.

Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap sakti dan

keramat. Kedua, sebagai gelar kehormatan bagi orang-orang tua pada umumnya.

Ketiga, sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

Islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren.29

Mengacu kepada pengertian ketiga yang dirinci oleh Zamarkasyi Dhofier tersebut,

yaitu gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang

memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dengan mengajarkan berbagai jenis kitab

kuning kepada para santrinya. Istilah tersebut biasanya digunakan diwilayah Jawa

Tengah dan Jawa Timur saja. Sementara di Jawa Barat menggunakan istilah ajengan,

27 Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986), h.131. 28 Pradjata Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kiai pesantren-kiai Langgar jawa, (Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1, hal xiii. 29 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, (Jakarta; IRD Press, 2004), h.28.

Page 29: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

di Aceh menggunakan istilah teuku, sedangkan di Sumatera Barat menggunakan

istilah buya.30

H. Aboebakar Atjeh menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan seseorang

menjadi kyai besar yaitu:31

- Pengetahuannya

- Kesalehannya

- Keturunannya

- Jumlah muridnya.

Sedangkan Vrenden Bret memberikan skema yang hampir sama dengan H.

Aboebakar Atjeh yakni:32

- Keturunan (seorang kyai mempunyai silsilah yang cukup panjang)

- Pengtahuan agamanya

- Jumlah Muridnya

- Pengabdian dirinya pada masyarakat.

Dalam perkembangannya, gelar kyai dewasa ini tidak lagi digunakan bagi para

pemimpin atau pengasuh pondok pesantren saja. Gelar kyai pun dianugerahkan sebagai

bentuk penghormatan kepada seorang ulama yang mumpuni dalam bidang ilmu-ilmu

keagamaannya, walaupun yang bersangkutan tidak memiliki pesantren. Gelar kyai ini

30 Ibid, HM. Amin Haedari, h.29. 31 Dirdjosanjoto, Memelihara Umat Kyai Pesantren-Kyai Langgar Jawa, h.13. 32 Ibid, Dirdjosanjoto, h.14.

Page 30: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

juga sering digunakan oleh para da’i atau muballigh yang biasa memberikan ceramah

agama Islam.33

2. Pengertian Santri

Santri menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah orang yang mendalami agama

Islam; orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh; orang yang soleh.34

Sedangkan dalam istilah lain, santri berasal dari kata cantrik (dalam agama Hindu) yang

berarti orang-orang yang ikut belajar dan mengembara dengan empu-empu ternama.

Namun ketika diterapkan dalam agama Islam, kata cantrik tersebut berubah menjadi

santri yang berarti orang-orang yang belajar kepada para guru agama.35

Santri dapat diartikan sebagai kelompok sosio religius, yakni hubungan mendasar

antara mayarakat dengan agama. Bila hal ini terwujud, maka masyarakat akan terdorong

ke dalam perhimpunan tersebut.

Santri adalah murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai

kyai bila memiliki pesantren dan santri yang tinggal untuk mendalami ilmu agama

berdasarkan kitab kuning. Oleh karena itu, aksistensi kyai biasanya juga berkaitan dengan

adanya santri di pesantrennya.

Santri terbagi menjadi dua yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim adalah

murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Sedangkan santri

kalong adalah murid yang tinggal tidak jauh dari lokasi berdirinya pesantren tersebut.

33 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, (Jakarta; IRD Press, 2004), h.28-29. 34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet.ke-1, h.783. 35 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren; sebuah potret perjalanan, ( Jakarta: Paramadina, 1997), h.20.

Page 31: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Para santri kalong pergi ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktivitas pesantren

lainnya.36

Sehingga dapat dipahami bahwa santri adalah murid yang belajar dipesantren dan

didampingi oleh seorang kyai dengan tujuan untuk lebih mendalami ilmu agama Islam.

3. Komunikasi Kyai dan Santri

Kyai dan santri memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dalam proses

kegiatan belajar mengajar di pesantren. Komunikasi harus dibangun sejak awal. Kyai

sebagai komunikator memiliki pengaruh yang sangat besar dalam usaha merubah sikap

dan tingkah laku santrinya. Agar proses penyampaian pesan dapat berjalan dengan baik,

diperlukan keterampilan yang baik pula oleh seorang kyai dalam menciptakan suasana

yang baik agar para santri dapat mengikuti kegiatan dan terciptanya hubungan yang baik

bagi santri dan kyai.

Tujuan dari komunikasi yang dilakukan oleh santri dan kyai adalah untuk

menciptakan adanya hubungan timbal balik di antara keduanya. Santri menganggap kyai

seolah-olah seperti orang tuanya sendiri, dan kyai menganggap santri bagaikan anaknya

sendiri. Sikap dan hubungan timbal balik iniuntuk menimbulkan suasana akrab dan

kebutuhan untuk saling berdekatan secara terus menerus.37

Mastuhu menemukan dua pola komunikasi yang unik antara kyai terhadap santri.

Sebagai mana gaya kepemimpinan sang kyai, dua pola komunikasi ini juga terdapat di

semua pesantren yang dijadikan objek penelitiannya. Dua pola komunikasi tersebut

adalah sebagai berikut:

36 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, (Jakarta; IRD Press, 2004), h.35. 37 Ibid, HM. Amin Haedari, dkk, h.31-32.

Page 32: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Pertama, pola komunikasi otoriter-paternalistik. Yakni pola komunikasi antara

pimpinan dan bawahan atau, meminjam istilah James C. Scoot yaitu patron-client

relationship, dan tentunya sang kyai-lah yang menjadi pimpinannya. Sebagai bawahan,

sudah tentu peran partisipatif santri dan masyarakat tradisional pada umumnya sangat

kecil untuk mengatakan tidak ada, dan hal ini tidak bisa dipisahkan dari kadar

kekharismatikan sang kyai.

Kedua, pola komunikasi laissez faire. Yaitu pola komunikasi kyai dan santri yang

tidak didasarkan pada tatanan organisasi yang jelas. Semuanya didasarkan pada tatanan

organisasi yang jelas. Semuanya didasarkan pada konsep ikhlas, barakah, dan ibadah

sehingga pembagian kerja antar unit tidak dipisahkan secara tajam. Seiring dengan itu,

selama memperoleh restu sang kyai sebuah pekerjaan bisa dilaksanakan.38

C. Pesantren

Pondok Pesantren merupakan gabungan dua kata yakni dari kata pondok dan

pesantren. Pondok berarti tempat tinggal singgah besar yang disediakan untuk para turis,

musafir, dan orang-orang yang berekreasi.39

Pesantren dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti asrama tempat santri atau

murid-murid belajar mengaji dan sebagainya.40 Pesantren biasa disebut sebagai ’pondok

pesantren’. Pesantren berasal dari kata santri yang berdasarkan kamus umum bahasa

Indonesia, kata ini memiliki arti, yakni:

38 Ibid, HM. Amin Haedari, dkk, h.61-62. 39 Lois Ma’luf, Al-Munjid, (Beirut: Darul Masyrik 1986), hal 59. 40 Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; balai pustaka, 1986), hal 677.

Page 33: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

1. Orang yang beribadah dengan sungguh-sungguh.

2. Orang yang mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan berguru di

sebuah tempat yang jauh.41

Menurut Manfred Ziemek, kata pondok berasal dari kata funduk yang berarti ruang

tidur atau wisma sederhana, karena pondok memanglah merupakan tempat tinggal

sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren

berasal dari kata santri yang diberi imbuhan berupa awalan pe- dan akhiran –an sehingga

memiliki arti tempat, atau dengan kata lain tempat tinggal para santri. Namun terkadang

dianggap sebagai gabungan dari kata sant (manusia baik) dan suku kata tra (suka

menolong) sehingga kata pesantren dapat diartikan sebagai tempat pendidikan manusia

baik-baik.42

Secara garis besar, pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama

Islam, pusat pengembangan jamaah masyarakat lingkungan yang diselenggarakan dalam

kesatuan pemukiman. Kemudian dilihat dari fungsinya, pondok pesantren adalah sebagai

tempat menginap para santri yang tidak datng dari daerah yang dekat, akan tetapi dari

tempat-tempat yang jauh sesuai dengan kemashuran kyai atau lembaga pendidikannya.

Kegiatan yang dilakukan pesantren tidak terbatas hanya pada kegiatan yang telah

disiapkan berdasarkan kurikulum dan administrasinya saja, tetapi terdapat pula

pendidikan lain dan bersifat non formal seperti pengajian kitab yang biasanya diadakan

41 WJ.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta; Bali Pustaka), hal 1007. 42 A. Hawib Zaini, Dunia Pemikiran kaum Santri, (Yogyakarta: EKPSM NU, DIY Tompeyan TR III, 1994) hal 133.

Page 34: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

selepas sholat subuh dan ba’da sholat isya, serta tabligh-tabligh berupa kajian ceramah

singkat oleh para ustadz-ustadz yang bertugas.43

Menurut bapak H. Amin Haendari, Direktur Pendidikan Diniyyah dan Pondok

Pesantren Departemen Agama Republik Indonesia (th.2006) mengatakan bahwa pondok

pesantren adalah merupakan lembaga keagamaan dan memiliki fungsi sebagai tempat

untuk mendalami ilmu agama (tafaqquh fiddin), serta sebagai wahana untuk kaderisasi

kader-kader ulama.44

Pernyataan serupa pun dilontarkan oleh ketua PP Pendidikan, Ma’arif NU (th.2006)

yang mengatakan bahwa sejak awal berdirinya, pondok pesantren dikenal sebagai

lembaga pengkaderan ulama, tempat pengajaran ilmu agama, dan memelihara tradisi

Islam.45

43 Mastufu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hal 55. 44 Kutipan wawancara, Majalah Bina Pesantren, edisi 02/tahun 1/Nopember 2006, h.15. 45 Ibid, h.30.

Page 35: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-ASMANIYAH KAMPUNG

DUKUHPINANG, TANGERANG, BANTEN

A. Sejarah Berdiri

Awal mula terbentuknya pondok pesantren Al-Asmaniyah, berawal sekitar tahun

1995-1996. Di sebuah tanah wakaf milik keluarga bapak Haji Asman, dengan luas kurang

lebih sekitar + 3000 meter persegi, dibukalah sebuah lembaga pndidikan keagamaan

dengan menganut sistem salafi. Pondok pesantren yang pada awalnya hanya berbentuk

sebuah majlis bernama Miftahul Jannah telah berdiri di tengah-tengah kehidupan

masyarakat Kampung Dukuhpinang. Dengan Bapak Haji Ahmad Ghozali sebagai

pimpinan, lembaga inipun mencoba meniti usahanya di bidang pendidikan yang berfokus

pada ilmu keagamaan.

Seiring dengan perkembangan yang dialami oleh lembaga tersebut dari tahun ke

tahun, maka anggota keluarga pemilik tanah atas lembaga tersebut pun bermusyawarah

dan berinisiatif untuk membangun sebuah lembaga pendidikan formal tanpa

meninggalkan pendidikan keagamaan yang telah lama ada. Maka, akhirnya kurang lebih

sekitar tahun 2003 dicapailah kata mufakat dengan disertai berdirinya beberapa bangunan

berbentuk ruangan-ruangan untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar.

Sejalan dengan hal tersebut maka dimulailah proses kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan gabungan sistem pendidikan yakni salafi dan modern (sekolah formal).

Page 36: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Segala sesuatu mengenai surat-surat untuk keabsahan lembaga tersebut pun diurus

sedemikian rupa, sehingga terbentuklah sebuah yayasan pondok pesantren dengan nama

Al-Asmaniyah.46

B. Visi dan Misi

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan alternatif yang tidak lain sebagai

penyokong suksesnya pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang main-main semata.

Diperlukan sebuah keseriusan untuk menjalaninya, sebagai dasar dari kegiatan tersebut,

sebuah lembaga manapun dituntut untuk memiliki kejelasan tentang visi dan misinya.

Adapun secara umum visi dan misi dari Pondok Pesantren Al-Asmaniyah yaitu:

1. Visi

Memperkuat Pendidikan keagamaan dalam sistem pendidikan nasional sehingga

mampu menjadi lembaga alternatif di Indonesia dan menjadi lembaga pemberdayaan

masyarakat.

2. Misi

Secara umum, misi yang diemban oleh Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah

ini adalah memberikan pendidikan dan pembekalan tentang dasar-dasar ilmu agama

pada diri santri untuk dapat diamalkan bagi dirinya sendiri, orang lain, dan alam

sekitar lingkungannya dalam memenuhi fungsi dirinya sebagai hamba dan khalifah

Allah swt, sehingga diharapkan para santri memiliki pengetahuan dan pemahaman

46 H. Ahmad Sholihan, Ketua Yayasan, Wawancara pribadi , (Aula Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah), Minggu, 10 Februari 2008.

Page 37: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

melalui pengenalan tentang seluk beluk ilmu Agama secara mendasar sebagai bekal

para santri dalam melanjutkan alur kehidupannya.47

Namun secara khusus, terdapat pula harapan yang ingin dicapai oleh Yayasan

Pondok Pesantren Al-Asmaniyah terhadap santri agar dapat bergerak secara langsung

di bidang dakwah Islam berdasarkan kemampuan dan ilmu agama yang mereka miliki

untuk disampaikan kepada masyarakat.48

C. Tujuan Pondok Pesantren

Di antara tujuan pendidikan di pesantren ini adalah pembinaan kader muballigh yang

dilaksanakan dengan pola pendidikan formaldan informal dengan program-program

harian pesantren. Pembinaan kader muballigh ini berusaha untuk memperkenalkan dan

melatih keberanian para santri untuk dapat berdakwah guna membangkitkan bakat-bakat

yang terpendam di dalam diri mereka sehingga dapat melahirkan kader-kader muballigh

baru di masa yang akan datang. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam

pencapaian tujuan tersebut, maka yayasan menerapkan unsur pembinaan kader muballigh

tersebut ke dalam program harian yang dilakukan oleh para santri di kesehariannya.

Bapak Haji Armat adalah salah satu pengajar di yayasan pondok pesantren ini. Dengan

se-gudang pengalaman dan wawasan yang dimiliki sebagai juru dakwah sejak tahun 1986

dirasa cukup untuk ikut serta dalam pelaksanaan pembinaan ini

Demikian pula dalam program pesantren terdapat pula pembinaan kader qori dan

qori’ah dengan tujuan untuk melatih dan mengembangkan kegiatan seni Islam sehingga

47 H. Ahmad Sholihan, Ketua Yayasan, Wawancara pribadi , (Aula Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah), Minggu, 10 Februari 2008. 48 H. Armat, staff pengajar, Wawancara pribadi, (Kantor Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah), Selasa, 04 Maret 2008.

Page 38: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

terlahir kader-kader yang dapat men-sosialisasikan seni membaca al-qur’an kepada

masyarakat kelak. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pencapaian tujuan

tersebut, maka yayasan pun menunjuk bapak Ustadz Haji Ade Fauzy sebagai salah satu

pengajar di yayasan pondok pesantren ini. Dengan kemampuan dan keahlian yang

dimilikinya, serta didukung pengalaman yang mumpuni di bidangnya tercatat beberapa

kegiatan hari besar Islam sebagi seorang pendakwah atau pun pelantun ayat suci al-

qur’an pernah beliau lakoni, ditambah dengan beberapa perlombaan tingkat kabupaten

dan provinsi pun pernah beliau alami, sehingga pihak yayasan pondok pesantren ini pun

merasa perlu mengangkat beliau sebagai salah satu pengajar di yayasan tersebut. Inilah

salah satu daya tarik dari pondok pesantren ini, karena kegiatan pembinaan kader qori

dan qori’ah melalui program seni baca al-qur’an termasuk ke dalam program harian

pondok pesantren Al-Asmaniyah ini.49

D. Sistem Pendidikan

Dalam hal sistem pendidikan yang digunakan oleh yayasan pondok pesantren Al-

Asmaniyah adalah sistem modern, yang diharapkan dari program-programnya dapat

memunculkan calon-calon muballigh yang handal dan kompeten, yang memiliki

pengetahuan luas, fisik sehat dan bugar, serta memiliki jiwa atau rohani dengan akhlakul

karimah yang kuat. Dengan menggunakan beberapa program pendidikan, yakni;

1. Program Pendidikan Pesantren

49 H. Ade Fauzy, pembina seni baca al-Qur’an, Wawancara pribadi, (AulaYayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah), Senin, 07 April 2008.

Page 39: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Lembaga ini memiliki program Pendidikan Pesantren beberapa program tersebut

adalah program pengkajian kitab Islam klasik, muhadatsah, muhadarah, ubudiyah,

baca tulis al-Qur’an, dan seni baca al-Qur’an dengan berpedoman kepada kurikulum

Departemen Agama RI.

2. Pendidikan Formal

Di samping kegiatan keagamaan, lembaga inipun mendirikan sebuah lembaga

pendidikan umum Sekolah Menengah Pertama Islam (SMP-I) adapun masa belajar

berlangsung selama 3 (tiga) tahun dan mengikuti ujian di akhir tahun ketiga dengan

berpedoman pada kurikulum DIKNAS.

3. Pendidikan Non Formal

Untuk menunjang kegiatan formal dan memberikan tambahan ilmu kepada para

santrinya, yayasan Al-Asmaniyah ini pun mengadakan program ekstrakulikuler

beberapa program tersebut adalah kegiatan pramuka, kursus Bahasa Inggris, komputer

dan pelatihan seni Islam. Diharapkan dari masing-masing program tersebut dapat

memeberikan tambahan ilmu dan keterampilan yang dapat dimiliki oleh tiap-tiap

individu santri.

Bila dilihat dari sistem pendidikan yang digunakan oleh Pondok Pesantren Al-

Asmaniyah, dapat disimpulkan bahwa saat ini pondok pesantren tersebut dapat dikatakan

sebagai pondok pesantren Modern (khalaf) reguler. Pondok pesantren khalaf adalah

berusaha untuk menyatukan secara penuh sistem sekolah salafi dan sistem sekolah formal

Page 40: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

seperti madrasah.50 Lembaga jenis ini memasukkan pelajaran umum dalam pendidikan

pesantren seperti tipe-tipe sekolah umum seperti SD-I (MI), SMP-I (MTs), SMA-I

(Madrasah Aliyah), dan Perguruan Tinggi.51

E. Struktur Pengurus dan Pengasuh

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah

ini diusung oleh sebuah keluarga yang memiliki sepetak tanah seluas + 3000 meter

persegi tepat berada di sebuah perkampungan penduduk yang sangat membutuhkan

pendidikan. Mereka pun berinisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan

keagamaan bahkan didukung pula dengan pendidikan formal di dalamnya. Bila dilihat

secara umum dalam dunia pesantren, orang-orang yang memiliki kedudukan sebagai

pengurus dapat juga dikatakan memilik posisi sebagai pengasuh. Baik pengasuh santri

dalam hal pendidikan keagamaan, keuangan, hingga bagian konsumsi.

Di bawah ini adalah beberapa orang yang memiliki kedudukan sebagai pengurus

sekaligus pengasuh di Pondok Pesantren Al-Asmaniyah dan tidak lain masih memiliki

hubungan keluarga antara yang satu dengan yang lainnya. Setelah melakukan

musyawarah keluarga dalam hal penentuan posisi dalam yayasan, maka didapatlah

pembagian posisi tersebut, yaitu:

1. Pendiri Yayasan : Bapak H. Asman

50 Wahyoetomo, Perguruan tinggi Pesantren, Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal 82. 51 Wahyoetomo, Perguruan tinggi Pesantren, Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hal 89.

Page 41: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

2. Penasehat : KH. Ahmad Syatiri

3. Ketua Yayasan : Bapak H. Achmad Solihan

4. Wakil Ketua Yayasan : Bapak H. Dede Fauzy

5. Sekretaris : Hj. Tuti Kholilah

6. Bendahara : Bapak H. Ahmad Ghozali

Beberapa pengurus sekaligus pengasuh inti pondok pesantren di atas, dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar pun turut dibantu juga oleh beberapa orang guru

pembantu (tidak tetap). Beberapa orang guru pembantu (tidak tetap) tersebut lebih

diarahkan untuk melaksanakan tugas belajar mengajar dalam hal pendidikan umum yang

bersifat formal dan sesuai dengan ketentuan DIKNAS yang berlaku. Sehingga kegiatan

belajar mengajar pesantren pun berjalan seiring dengan pendidikan formal yang

dilakukan di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah tersebut.

F. Program Pondok Pesantren

Untuk mendukung berjalannya roda pendidikan yang dijalani oleh lembaga al-

Asmaniyah agar dapat lebih berkembang, dibutuhkan beberapa program. Program-

program tersebut diharapkan dapat mendorong kemajuan dan perkembangan yayasan

serta tidak keluar dari tujuan yang ingin dicapai oleh yayasan pondok pesantren tersebut,

yakni meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi

keilmuan formal maupun nilai-nilai keagamaannya.

Page 42: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Ada beberapa program pendidikan yang dilaksanakan dan ingin dicapai oleh Yayasan

Pondok Pesantren al-Asmaniyah. Program-program tersebut dibagi menjadi tiga macam,

yakni; program jangka pendek, program jangka panjang dan program harian.

1. Program Jangka Pendek

Adapun yang menjadi program jangka pendek dari yayasan pondok pesantren ini

adalah tetap meneruskan pendidikan keagamaan dalam sistem salafi yakni tetap

dengan menggunakan kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning) sebagai media

pembelajaran. Selain itu juga berusaha untuk tetap bertahan untuk melaksanakan

program pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama Islam (SMP-I). Dari

perpaduan inilah diharapkan agar para santri tidak merasa tertinggal dalam menjalani

program pendidikan baik ilmu agama maupun ilmu umum.

2. Program Jangka Panjang

Sedangkan mengenai program yang ingin dicapai secara jangka panjang oleh

pondok pesantren ini adalah berusaha untuk mengembangkan tingkat pendidikan

formal yang telah ada. Saat ini telah berdiri pendidikan formal se-tingkat SMP-I atau

dapat disebut juga madrasah tsanawiyah, Untuk pencapaian selanjutnya, yayasan

pondok pesantren ini bermaksud akan mendirikan pula pendidikan formal setingkat

SMA dalam bentuk madrasah aliyah dan pendidikan formal se-tingkat perguruan

tinggi.

3. Program Harian

Page 43: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Sebagai penyokong jalannya program jangka pendek maupun jangka panjang

tersebut, secara umum yayasan pondok pesantren al-Asmaniyah juga memiliki

beberapa program harian, seperti:

a. Program Pendidikan Pesantren

Adapun beberapa program yang termasuk ke dalam program pesantren

adalah:

1) Kajian Kitab Kuning

Kitab kuning adalah buku tentang ilmu keislaman yang dipelajari di

pondok pesantren dan majelis taklim. Istilah kitab kuning sudah merata di

dunia pesantren.

Adapun beberapa kitab kuning yang dipelajari di pondok pesanten ini

yaitu:

a) Kitab Jurumiyah, Kitab ini dijadikan kitab dasar, karena kitab ini

mempelajari tentang tata bahasa ataupun nahwu yang dapat kegunaan

oleh santri untuk melatih dalam membaca kitab selanjutnya atau

berbicara dengan bahasa arab.

b) Kitab Safinah, kitab ini mempelajari tentang fiqih ibadah.

c) Kitab Fathul Qorib, kitab ini pun mempelajari tentang fiqih ibadah

yang membantu memperdalam kajian pengetahuan para santri dalam

menambah wawasan keagamaan mereka di samping terdapat pula

kitab safinah.

d) Ta’lim Muta’allim, kitab ini membahas tentang metode belajar dan

hubungan antara guru kepada murid. Kitab ini sangat berguna karena

Page 44: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

dirasa dapat dijadikan sebagai pedoman atau petunjuk untuk

megetahui tata cara ataupun metode untuk menyampaikan sesuatu

kepada orang lain.

e) Nashaihul Ibad, kitab ini berisikan tentang nasehat-nasehat

berdasarkan hadits-hadits dari ulama-ulama terdahulu. Hal ini sangat

bermanfaat untuk mengajarkan segala sesuatu tentang kehidupan yang

pernah dirasakan oleh para ulama terdahulu menyangkut beberapa hal

tentang kehidupan.

2) Program Muhadatsah

Muhadatsah merupakan latihan berbicara atau bercakap-cakap dengan

menggunakan bahasa Arab. Metode inilah yang kemudian dalam dunia

pesantren “modern” dikenal dengan metode hiwar. Dalam aplikasinya,

metode ini diterapkan dengan mewajibkan para santri untuk berbicara, baik

dengan sesama santri maupun dengan para ustadz atau kyai, dengan

menggunakan bahasa Arab.

3) Program Muhadarah

Muhadharah adalah suatu kegiatan latihan secara individual bagi para

santri yang intinya bertujuan untuk melatih keterampilan mereka dalam

berpidato. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

oleh para santri dalam penggunaan bahasa saat berpidato.

Page 45: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Tata cara dalam melakukan kegiatan ini pun terbilang sangat mudah

diterapkan, yakni dengan mewajibkan bagi tiap-tiap individu santri untuk

dapat tampil dan maju ke depan lalu berbicara tentang suatu hal untuk

didengarkan oleh santri yang lain. dalam penyampaian materi tersebut lebih

difokuskan pada inti-inti materinya saja, dan untuk pelaksanaan praktek

tersebut setiap santri memiliki waktu kurang lebih tujuh menit.52

Kegiatan seperti ini bertujuan untuk menambah motivasi dan keberanian

para santri untuk berlatih dalam mengungkapkan sebuah hal dan berusaha

untuk didengar serta mengusahakan untuk mendapatkan perhatian dari para

pendengar tersebut.

4) Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)

Program ini merupakan sebuah program yang sangat berguna bagi para

santri karena dapat digunakan sebagai modal dasar mereka di masyarakat

kelak. Program ini mempelajari tentang metode ataupun cara-cara membaca,

dan menulis al-Quran.

5) Pelatihan Seni Baca Al-Qur’an

Pelatihan seni baca al-Qur’an ini diberikan sebagai tambahan ilmu untuk

mengembangkan keterampilan para santri dalam membaca al-Qur’an.

Pelatihan ini dimaksudkan sebagai penyokong kemampuan para santri saat

terjun dalam masyarakat kelak. Pola pengajaran yang diterapkan pun tidak

52 H. Armat, staff pengajar, Wawancara pribadi, (Kantor Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah), Selasa, 04 Maret 2008.

Page 46: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

berbeda dengan program BTQ, yakni pengajar memberikan materi yang

berkenaan dengan ilmu seni membaca al-Qur’an dan kemudian diikuti oleh

segenap santri secara jamaah maupun individu.

6) Ubudiyah

Program ini dilaksanakan sebagai ilmu tambahan bagi para santri

khususnya dari segi ilmu agama.

Program ubudiyah ini terdiri dari penjelasan teori (materi) dan praktikum

yang membahas tentang kehidupan umat beragama termasuk dalam kegiatan

ibadah. Dari kajian ini diharapkan para santri akan mendapatkan pembekalan

yang cukup dan lebih mendalam terhadap seluk beluk wawasan

keagamaannya. Lebih diharapkan lagi agar mereka dapat memahami dan

mengerti tentang proses menjalani kehidupan umat beragama.. Kegiatan ini

dimaksudkan agar para santri dapat mengerti tidak hanya sebatas teori

(materi) saja, melainkan diharapkan agar para santri dapat mengetahui

tentang tata cara pelaksanaannya sehingga mereka tidak canggung lagi bila

tampil di dalam kehidupan bermasyarakat kelak.

b. Program Pendidikan Formal

Selain pondok pesantren, yayasan Al-Asmaniyah ini pun memiliki sebuah

lembaga pendidikan se-tingkat Madrasah Tsanawiyah yakni Sekolah Menengah

Pertama Islam (SMP-I). Sehingga dengan adanya kegiatan belajar mengajar se-

tingkat SMP tersebut, yayasan ini kini telah mengadopsi sistem DIKNAS dan

Page 47: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

melaksanakan beberapa mata pelajaran seperti di beberapa sekolah umum

lainnya. Beberapa di antaranya adalah matematika, ekonomi, dan Bahasa

Indonesia.

c. Kegiatan Ekstrakurikuler (Non-Formal)

Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran sekolah biasa, di sekolah atau di

luar sekolah, secara berkala atau hanya pada waktu-waktu tertentu saja. Pada

umumnya kegiatan ekstrakulikuler ini mengandung unsur-unsur pembinaan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pembinaan terhadap kehidupan

bernegara dan berbangsa, pembinaan terhadap kepribadian, hingga pembinaan

terhadap apresiasi, seni dan potensi.53

Di bawah ini adalah beberapa kegiatan ekstrakulikuler yang terdapat di

Yayasan Pondok Pesntren Al-Asmaniyah:

1). Keterampilan Komputer

Kegiatan ini hanyalah sebagai penyokong kemampuan para santri untuk

kebutuhan mereka di masa yang akan datang. Dalam kegiatan keterampilan

ini, para santri hanya mendapatkan pengetahuan tentang dasar-dasar dalam

pengoperasian alat teknologi ini. Salah satu program yang diajarkan kepada

para santri adalah Ms. Word.

2). Kegiatan Pramuka 53 Buku Pedoman Pembinaan Kesiswaan Al-Asmaniyah, Yayasan Al-Asmaniyah, h. 83-84.

Page 48: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Kegiatan ini tidak lain untuk melatih kedisiplinan dan keterampilan para

santri yang diharapkan dapat berguna ketika mereka telah berada di tengah-

tengah masyarakat. Kegiatan ini sangat diperlukan dan dibutuhkan oleh

mereka, karena kegiatan ini dinilai dapat membentuk karakter dan kepribadian

para santri agar dapat bertahan dalam menghadapi cobaan-cobaan yang akan

menghadang mereka di kemudian hari.

3) Pelatihan Seni Islam

Sebuah kegiatan yang mengandung nilai-nilai Islami, yang dimaksudkan

untuk melatih keterampilan santri dalam menguasai beberapa kesenian Islam.

Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari senin-kamis ba’da Ashar. Adapun

pelatihan kegiatan seni Islam yang dilakukan di yayasan ini seperti pelatihan

kesenian marawis, dan nasyid.

4). Kursus Bahasa Inggris

Pelatihan dalam berbahasa Inggris ini dilaksanakan setiap hari Sabtu bada

dzuhur. Kegiatan ini bermaksud untuk menambah wawasan dan pengetahuan

para santri serta menambah kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa

asing.

Page 49: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB IV

ANALISIS POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI

A. Profil Guru Pembimbing

Proses pembinaan spiritual dan peningkatan skill (kemampuan) para santri

dilaksanakan dalam program klasikal. Adapun sistem pembelajaran klasikal tersebut

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Departemen Agama

Republik Indonesia dengan maksud untuk memberikan pembekalan dan pemahaman

ilmu agama kepada para santri didampingi oleh guru-guru yang –penulis rasa-

berkompeten di bidang agama.

Pembelajaran atau pembinaan spiritual dan peningkatan kemampuan (skill) dilakukan

oleh hanya empat orang figur tokoh pesantren yakni Bapak H. Armat Syarifuddin, Bapak

H. Ahmad Sholihan, bapak H. Ahmad Ghozali dan Bapak H. Ade Fauzy. Dengan

masing-masing tokoh memiliki kualitas individual dalam memenuhi kebutuhan

pembinaan yang mencukupi.

Adapun untuk mengetahui lebih jauh mengenai profil dari ketiga orang tersebut akan

dijelaskan berikut ini:

1. H. Achmad Sholihan

Pria kelahiran Tangerang 36 tahun silam tepatnya pada tanggal 9 September

1972 ini memiliki motto hidup agar jadilah manfaat bagi keluarga, Agama, dan

Bangsa. Beliau adalah salah satu tokoh penting dalam berdirinya Yayasan Pondok

Page 50: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Pesantren Al-Asmaniyah ini. Dibantu oleh seorang istri dan beberapa kaum kerabat,

beliau pimpin pergerakan yayasan pendidikan ini. Dengan kata lain, beliaulah yang

memiliki posisi sebagai ketua yayasan di antara anggota keluarga lainnya.54

Tidak pernah mengenyam pendidikan formal tidak membuat beliau berkecil hati.

Tidak ada yang tidak mungkin bila Allah swt menghendaki. Pergerakan dakwahnya

dimulai sejak ia melangkahkan kaki dan singgah di Pondok Pesantren Mursyidul

Fallah, Bogor pada tahun 1985-1995. Beliau untuk mendalami ilmu agama selama

10 tahun di pondok pesantren tersebut. Beliau mengisahkan selalu mengkaji dan

mendalami Islam melalui berbagai kitab-kitab kuning yang ia temukan. Setelah

merasa jenuh, akhirnya beliaupun hijrah untuk menambah wawasan agamanya.

Adalah Pondok Pesantren Raudhatul Tafsir menjadi tempat persinggahan

berikutnya. Pondok pesantren yang masih terletak di wilayah Bogor inilah beliau

menempa ilmu dan mengkaji ilmu tafsir. Dari tahun 1998-2000, beliau menggeluti

dan mengkaji ilmu tafsir di pondok pesantren ini.55

Tidak sampai di situ saja, masih merasa kurang dalam wawasan agamanya, maka

pada tahun 2001 pun beliau hijrah kembali ke sebuah pondok pesantren bernama

Darrul Ibtida di wilayah Tangerang. Hingga tahun 2002 beliau menetap di sana dan

mempelajari serta mndalami ilmu fiqih.56

Setelah merasa cukup, maka beliau pun kembali untuk tinggal bersama orang

tuanya di Kampung Dukuhpinang, Tangerang. Dan pada tahun 2003 atas dasar

pemikiran beliau dan kesepakatan hasil musyawarah keluarga, akhirnya berdirilah

54 H. Ahmad Sholihan, daftar riwayat hidup 55 H. Ahmad Sholihan, daftar riwayat hidup 56 H. Ahmad Sholihan, daftar riwayat hidup

Page 51: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

sebuah Yayasan Pondok Pesantren bernama Al-Asmaniyah dengan beliau sendiri

sebagai ketua yayasan.57

Selain menjabat sebagai ketua yayasan, H. Achmad Sholihan tidak serta merta

meninggalkan kewajibannya sebagai muballigh. Berbagai ilmu agama yang beliau

miliki dari beberapa pesantren yang pernah ia singgahi pun ia ajarkan kepada para

santri. Dengan kata lain bahwa, H. Acmad Sholihan pun ikut serta dalam kegiatan

proses pendidikan di Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah ini.

Program yang khusus ia lakoni adalah program kajian kitab kuning dan mulok.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa terdapat beberapa kitab

yang dibahas dalam pondok pesantren ini, yakni kitab Jurumiyah, kitab Safinah,

kitab Fathul Qorib, kitab Ta’lim Muta’allim, dan kitab Nashaihul Ibad.

Bila dilihat dari perjalanan hidupnya, dapat disimpulkan bahwa beliau benar-

benar buta akan ilmu-ilmu formal (umum) namun sangat kaya akan ilmu-ilmu

agama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa kitab yang telah beliau

pelajari dan kuasai. Inilah yang dijadikan modal utama oleh beliau untuk

menyebarkan dan menyiarkan ilmu agama yang dimillikinya.

2. H. Armat Syarifuddin

Pemilik nama lengkap Armat Syarifuddin ini dalam kesehariannya sering

menggunakan nama panggilan Abi Hani, hal ini dikarenakan bahwa Pria kelahiran

Kampung Babakan, Desa Bencongan, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang ini

memiliki seorang anak perempuan bernama Hani. Bermula saat mengenyam

57 H. Ahmad Sholihan, Ketua Yayasan, Wawancara pribadi , (Aula Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah), Minggu, 10 Februari 2008.

Page 52: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 1981-1986 ia pun sudah berangan-angan

ingin menjadi seseorang yang bergerak di bidang dakwah hingga selepas tamat dari

sekolah dasar, ia pun melanjutkan pendidikan di sekolah yang memiliki keislaman

yang cukup kental, As-syafi’iyah adalah lembaga pendidikan yang beliau singgahi

dari tahun 1986-1993 ia telah banyak menyerap berbagai ilmu agama yang kiranya

dapat digunakan olehnya sebagai modal berdakwah kelak. Tidak cukup puas dengan

ilmu yang didapatkannya di As-Syafi’iyah, pada tahun 1993 beliau pun lalu merapat

di Daarut Tafsir (Ciampea) guna mendalami ilmu keagamaannya.58

Selama 1 tahun ia menempa ilmu agama di Daarut Tafsir, kemudian ia pun

melanjutkan pendidikannya dan hijrah untuk kuliah di lembaga pendidikan La-

Royba (Parung Panjang) untuk mengenyam pendidikan tingkat D2, namun baru

beberapa tahun berjalan ia pun harus menyudahinya karena suatu hal dan akhirnya

jenjang pendidikan D2 tersebut terputus di tengah jalan. Sempat vacum dalam

menyerap pendidikan namun tidak menghentikan kegiatanya di bidang dakwah.

Kini beliau memiliki posisi sebagai Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Miftahul

Khaer diwilayah Sukabakti Kecamatan Curug, Tangerang sekaligus beliau

meneruskan pendidikannya kembali di STKIP Kusuma Negara guna mendapatkan

ijazah bergelar sarjana (S1) dan bergabung untuk mengajar di Yayasan Pondok

Pesantren Al-Asmaniyah, Dukuhpinang, Tangerang.59

Selama bergerak di bidang dakwah, beliau sudah mulai meniti karir tersebut

semenjak di pesantren dan belajar di madrasah tsanawiyah (di lembaga pendidikan

As-Syafi’iyah). Sering diajak oleh gurunya kala berdakwah dan mengisi kegiatan

58 H. Armat, daftar riwayat hidup 59 H. Armat, daftar riwayat hidup

Page 53: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

peringatan hari-hari besar Islam di luar lingkungan pesantren menjadikannya

terbiasa dalam dunia dakwah.hingga kini beliau berposisi sebagai Ketua Yayasan

Lembaga Pendidikan Miftahul Khaer di wilayah Sukabakti Kecamatan Curug,

Tangerang, dan kegiatan dakwahnya pun tak akan pernah berhenti.60

Saat ini beliau pun masih tetap berdakwah walau hanya di wilayah Kecamatan

Curug khususnya dalam beberapa pengajian bapak-bapak maupun ibu-ibu. Beliau

pun pernah berdakwah hingga wilayah Malingping (Rangkas Bitung, Banten),

Sukabumi, bahkan sampai ke wilayah Tasikmalaya.

Bila melihat sejarah perjalanan beliau, sangatlah cocok dengan posisinya

sebagai salah satu pengajar dan pembina program pembinaan kader muballigh di

Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah ini. Wawasan dan pengalaman beliau

sangatlah penting serta dapat mendukung keseharian dan tugas-tugasnya.

Kemapanan ilmu menjadikan dirinya berkompeten sebagai pembina program

muhadatsah dan muhadarah.

3. H. Ahmad Ghozali

Beliau lahir kurang lebih sekitar 45 tahun yang lalu di wilayah Bencongan,

Tangerang, Banten. Pria berdarah Sunda ini adalah salah satu tokoh pondok

pesantren al-Asmaniyah. Sebelum ikut mengajar di al-Asmaniyah, beliau pun

sempat mendalami berbagai ilmu agama beberapa tahun di pesantren Rumpak

Sinang, pakulonan Barat, Tangerang. Lalu setelah merasa cukup, beliaupun

melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren Nurul Huda, Bogor selama 1 tahun

60 H. Armat, daftar riwayat hidup

Page 54: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

untuk menguatkan pemahaman agamanya. Setelah selesai, beliaupun ikut

bergabung dan mengajar di pesantren al-Asmaniyah dalam program ubudiyah.

4. Ustadz Haji Ade Fauzy

Pemilik nama kecil Dede Mamad ini termasuk ke dalam salah satu pembina

yayasan Al-Asmaniyah yang memiliki segudang pengalaman di bidang dakwah

Islam. Pria kelahiran Tasikmalaya 36 tahun yang lalu tepatnya tanggal 07

September 1972 ini dirasa memiliki cukup kemapanan di bidang keilmuan, baik

agama maupun formal. Sejarah pendidikannya dimulai ketika beliau mendaftarkan

dirinya sebagai siswa di sebuah Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kertawana di wilayah

Tasikmalaya dan lulus pada tahun 1985.61

Kemudian pada tahun 1986, beliau mencoba mendaftarkan dirinya di Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTSN) Tasikmalaya hingga lulus pada tahun 1988. tidak

hanya itu, pada tahun 1986 pun beliau terdaftar sebagai santri di Pondok Pesantren

Al-Koeriyah, Cikatomas, Tasikmalaya.62

Setelah selesai, beliau menghentikan sejenak berguru di sekolah umum dan

hijrah menuju Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Haurkuring, Tasikmalaya hingga

tahun 1995. Di tahun berikutnya H. Ade Fauzy memiliki keinginan untuk

mendalami seni dalam membaca al-Qur’an, sehingga iapun mendaftarkan diri

sebagai santri di Pondok Pesantren Al-Mubarok, Tasikmalaya hingga tahun 1997.63

Setelah merasa puas dengan kemampuan yang beliau miliki, di tahun yang sama

beliaupun mencoba untuk menambah pengetahuan ilmu agamanya dengan

61 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup 62 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup 63 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup

Page 55: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

merambah ke Pondok Pesantren Darussalam, Tasikmalaya untuk belajar dan

mendalami ilmu tafsir hingga tahun 1998. Lalu di tahun yang sama beliau

melanjutkan pendalaman ilmu agamanya di Pondok Pesantren Attawakal Salafi

hingga tahun 1999. dan akhirnya di tahun itu pula beliaupun berhijrah dari

Tasikmalaya menuju Tangerang untuk mencari peruntungannya.

Hingga akhirnya pada tahun 2000, beliau dapat melanjutkan sekolah umumnya

dengan mendaftarkan diri sebagai peserta program pemerintah paket C setara

Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga lulus dan menetap di Kabupaten

Tangerang, dan akhirnya di awal tahun 2007 beliaupun telah mendapatkan gelar

sarjana (S1).

Selama menetap di Tangerang, berbagai kegiatan dakwah dan sebagai qori pun

ia lakoni, dimulai dari pengajian majelis ta’lim, hingga peringatan hari besar Islam

pernah dijalaninya. Sederet pengalaman berorganisasi pun beliau raih. Dimulai

sebagai kepala seksi rohani dan da’wah pada tahun 2001, kepala seksi pendidikan

sebuah forum silaturahmi bernama (FSPP) di tahun 2002-2004, sebagai pengurus di

majelis ta’lim Al-Munir sejak tahun 2004 hingga 2006, dan juga dari tahun 2003

hingga kini beliau masih terikat sebagai pengurus, pembina, sekaligus pengajar di

Yayasan Al-Asmaniyah.64

Berdasarkan wawasan dan pengalaman tersebut beliau memiliki kompetensi

yang sangat cukup untuk bergerak sebagai seorang muballigh professional maupun

sebagai pelantun seni baca al-Qur’an. Pengetahuan secara umum maupun agama

64 H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup

Page 56: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

beliau miliki. Sehingga beliaupun mendapat peran sebagai pengajar program baca

tulis al-Qur’an (BTQ) dan program seni baca al-Qur’an.65

B. Pola Komunikasi Kyai dan Santri

1. Pelaksanaan Program Pesantren

Proses pembelajaran akan mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal bila

didukung dengan hubungan komunikasi yang baik antara kyai dan santri. Pesantren

adalah lembaga pendidikan yang mayoritas memberikan kajian mengenai ilmu agama

secara mendalam. Begitu pula dengan pondok pesantren al-Asmaniyah mengemas

pendidikan dalam sistem pendidikan formal dan in-formal, dengan tujuan agar para

santri dapat mendalami berbagai ilmu agama dan ilmu umum. Dengan didukung oleh

tingkat spiritual yang tinggi, pengetahuan dan wawasan yang luas dan berakhlakul

karimah yang kuat.

Berikut adalah beberapa program pendidikan pesantren dalam proses belajar

mengajar yang dilaksanakan oleh pondok pesantren al-Asmaniyah, di antaranya

adalah:

a) Kajian Kitab Kuning

Pola pengajaran yang dilakukan dalam program pengkajian kitab kuning di

pondok pesantren ini adalah proses pemberian materi kepada para santri secara

keseluruhan secara bersama-sama mendengarkan ketika seorang ustadz atau kyai

membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas secara mendalam sebuah

65 H. Ade Fauzy, pembina seni baca al-Qur’an, Wawancara pribadi, (AulaYayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah), Senin, 07 April 2008.

Page 57: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

materi dalam kitab berbahasa arab tersebut. Setelah itu berlangsung, saatnya

berganti posisi dengan ustadz atau kyai mendengarkan para santri yang membaca

kitab yang telah dibahas oleh sang kyai. Dan setelah kedua kegiatan tersebut

berlangsung, saatnya kyai menyuruh para santri untuk menghafalkan tiap-tiap bait

kitab yang telah dibahas tadi untuk mendapatkan tingkat pemahaman yang

mencukupi.

Pola komunikasi yang dilakukan dalam program ini yaitu dengan

menggunakan pola komunikasi kelompok kecil yang dilakukan adalah

menggunakan metode ceramah, kyai bertatap muka dengan sejumlah santri secara

langsung dan membahas bait demi bait yang tedapat dalam kitab tersebut.

Memang sangat cocok dengan pola seperti itu, karena santri memang

mengharapkan agar seorang ustadz memberikan pengetahuan ilmu agamanya

dengan kitab kuning sebagai kajiannya. Selain itu, kyai juga menggunakan pola

komunikasi instruksional dengan memberi perintah kepada para santri untuk

menghafal beberapa bait yang telah dibahas secara bersama-sama. Hal ini dapat

menambah keilmuan santri dalam segi wawasan dan pengetahuan ilmu agama

bagi diri mereka masing-masing.

b) Program Muhadatsah

Muhadatsah merupakan latihan berbicara atau bercakap-cakap dengan

menggunakan bahasa Arab. Program ini dapat melatih keterampilan dan

kemampuan para santri untuk berbicara dalam bahasa Arab sama halnya ketika

mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Bila dilihat secara langsung,

Page 58: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

pola komunikasi yang dilakukan oleh pengajar program ini adalah pola

komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi instruksional

yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka untuk berani

mengungkapkan kata-kata dalam bahasa arab. Pola ini akan membiasakan para

santri untuk dapat berbicara dan berkomunikasi dengan bahasa arab.

Pelaksanaan dalam program muhadatsah yaitu dengan mengumpulkan para

santri di sebuah lapangan di pagi hari, mereka dipasangkan dengan seorang

temannya untuk melaksanakan percakapan yang sudah mereka pelajari

sebelumnya di rumah dalam bahasa Arab selama 15 menit. Setelah itu mereka

dibariskan membentuk sebuah lingkaran dengan pengajar berada di tengah-tengah

mereka, kemudian pengajar tersebut menunjuk salah seorang di antara para santri

bergantian untuk bercakap-cakap antara ustadz dan santri selama 15 menit pula.

Dan dalam waktu 15 menit setelahnya, ustadz memilih beberapa orang santri

untuk tampil di hadapan teman-temannya untuk melakukan percakapan dalam

bahasa Arab. Di sinilah pola instruksional memiliki peran agar mereka (santri)

memiliki keberanian dalam berucap dengan bahasa Arab untuk dirinya sendiri

atau dihadapan orang lain.

c) Program Muhadharah

Muhadharah adalah suatu kegiatan latihan secara individual bagi para santri

yang intinya bertujuan untuk melatih keterampilan mereka dalam berpidato. Sama

halnya dengan program muhadatsah, program muhadarah ini menggunakan pola

komunikasi kelompok dengan kyai memberikan penjelasan materi di hadapan

Page 59: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

sejumlah santri menyangkut ilmu agama. Setelah itu, pengajar menggunakan pola

komunikasi instruksional memerintahkan para santri untuk membuat sebuah

naskah pidato dengan tema yang tidak ditentukan oleh pengajar, melainkan para

santri dibebaskan untuk memilih tema sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya. Hal ini dimaksudkan agar mereka dibiasakan setiap minggunya

untuk tampil membahas sebuah tema di hadapan orang lain. Karena muhadarah

dilaksanakan secara terus menerus, maka sikap percaya diri dan keberanian

tersebut akan muncul dengan sendirinya karena selalu diasah setiap minggunya.

Dalam pelaksanaannya, para santri dikumpulkan dalam sebuah ruangan (bila

terjadi hujan) namun pada umumnya mereka dikumpulkan di sebuah tanah

lapang, dengan laki-laki perempuan berbaris rapi secara terpisah, dan didukung

oleh sebuah pengeras suara (speaker) untuk memperjelas sebuah materi yang

mereka bawakan. Pengajar akan menunjuk para santri secara acak untuk tampil di

hadapan para teman-temannya. Sedangkan pengajar tersebut akan memantau

perkembangan para santri dengan memberi penilaian di antara mereka.

Pengajar akan memberikan sebuah nilai khusus untuk untuk beberapa orang

yang dinilai memiliki kemampuan dalam bidang ini dan menampilkannya dalam

beberapa peringatan hari besar Islam di lingkungan pondok pesantren. Inilah

maksud dari adanya pembinaan mental dalam program tersebut, yakni melatih

keberanian para santri ketika tampil di hadapan orang banyak. Dan dikemudian

hari mereka pastinya sudah tidak merasa canggung lagi untuk tampil di hadapan

masyarakat dalam melaksanakan perannya sebagai penyebar pesan dakwah.

Page 60: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Namun tidak semua santri dapat melaksanakan program ini dengan baik,

karena masih terdapat para santri yang merasa malu untuk tampil di hadapan

teman-temannya.

d) Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)

Program ini sangat berguna bagi para santri karena dapat digunakan sebagai

modal dasar mereka di masyarakat kelak. Program ini mempelajari tentang

metode ataupun cara-cara membaca, dan menulis al-Quran. Kegiatan dilakukan di

dalam kelas dengan kyai memberikan ceramah dan santri mendengarkan. Bila

pembahasan telah selesai, maka sudah tentu sang kyai akan memberikan latihan-

latihan sesuai dengan materi yang telah dibahas tadi. Pola komunikasi yang

digunakan dalam pelaksanaan program ini adalah pola komunikasi kelompok

dengan kyai memberikan ceramah materi dan sejumlah santri mendengarkannya.

Dalam program inipun terdapat pola komunikasi instruksional, seperti

memberikan laihan-latihan kepada para santri sesuai dengan materi yang telah

dibahas. Pola pembinaan ini dilakukan dengan maksud agar para santri dapat

memahami ilmu secara mendalam baik melalui materi dan tugas atau bahkan

buku-buku pedoman yang diberikan oleh pengajar. Pola komunikasi yang

dilakukan dirasa cukup untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka.

Karena untuk mencari dan menambah pengetahuan yang tidak didapatkan oleh

mereka dari seorang guru, tidak menutup kemungkinan mereka akan mencari

sendiri melalui buku-buku pedoman lainnya. Dan ini akan menambah minat

Page 61: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

mereka untuk mendalami sendiri kekurangan yang dimilikinya dalam hal

mambaca, dan menulis al-Qur’an.

e) Pelatihan Seni Baca Al-Qur’an

Pelatihan seni baca al-Qur’an ini adalah pengembangan keterampilan para

santri dalam membaca al-Qur’an. Pelatihan ini dimaksudkan sebagai penyokong

kemampuan para santri saat terjun dalam masyarakat kelak. Dalam pelaksanaan

program ini terdapat dua pola komunikasi yang digunakan, yaitu pola komunikasi

kelompok dan pola komunikasi instruksional. Pola komunikasi kelompok

dilaksanakan dengan kyai memberikan contoh bacaan dengan menggunakan salah

satu lagam dalam seni baca al-Qur’an dan kemudian sejumlah santri mengikuti

secara bersama-sama dan terus berulang berkali-kali. Adapula pola instruksional

dengan memberikan kesempatan kepada para santri untuk mencoba kemampuan

mereka dalam membaca ayat demi ayat yang baru dicontohkan oleh kyai-nya.

Kedua pola tersebut memiliki maksud dan tujuan yang berbeda. Pola komunikasi

kelompok dimaksudkan agar para santri dapat mengetahui dan memahami tentang

tata cara dalam melantunkan ayat suci al-Qur’an berdasarkan contoh dan ulasan

yang disampaikan oleh pengajar. Sedangkan pola komuikasi instruksional

dilakukan dengan maksud agar para santri tidak hanya paham dari sudut pandang

teori saja melainkan juga dari praktekikum tiap-tiap individu santri.

Pelatihan yang dilakukan sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan

para santri dalam belajar seni baca al-Qur’an. Karena diharapkan mereka akan

mendapatkan wawasan dari segi teori dan tata caranya. Dan mereka akan

Page 62: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

mendapatkan sebuah pemahaman dan pengalaman dalam melaksanakan kegiatan

seni baca al-Qur’an sehingga akan memunculkan keberanian untuk

mempraktekkannya secara individu di masyarakat.

Program ini dilaksanakan pada waktu ba’da solat dzuhur. Dan para santri

dikumpulkan dalam sebuah posisi duduk yang telah diatur sedemikian rupa

dengan posisi laki-laki dan perempuan terpisah. Dalam pelaksanaannya, para

santri diwajibkan mengikuti dan mendengarkan penjelasan dari ustadz yang

bertugas mengajar program ini.

f) Ubudiyah

Program ini dilaksanakan sebagai ilmu tambahan bagi para santri khususnya

dari segi ilmu agama. Dalam pelaksanaannya, ubudiyah adalah pemberian materi

dan praktikum ilmu fiqih. Adapun pola komunikasi yang dilakukan oleh pondok

pesantren dalam pelaksanaan program ubudiyah ini adalah pola komunikasi

kelompok berdasarkan panduan buku pedoman kyai bertatap muka dengan

sejumlah santri melalui metode ceramah, kyai berusaha memberikan penjelasan

atau ceramah kepada para santri tentang sebuah materi dan terdapat pula pola

instruksional dalam program ini yakni kyai memerintahkan para santri untuk

menghafal dan memeraktekkannya secara individual. Hal ini dimaksudkan agar

para santi dapat memahami secara mendalam dari segi materi maupun

pelaksanaannya. Dan pola tersebut sangat cocok untuk meningkatkan pemahaman

santri terhadap sebuah materi dalam hal fiqih tidak hanya dalam teori namun juga

dari segi penerapan atau pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Page 63: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Adapun pelaksanaan dalam program mulok ini adalah mereka (santri)

dikumpulkan dalam sebuah ruangan. Program ini dibagi menjadi dua sesi waktu

pelaksanaan, untuk minggu ke-1 dan ke-2 adalah kyai akan memberikan

penjelasan secara gambalng mengenai materi fiqih tertentu. Sedangkan minggu

ke-3 adalah pelaksanaan hafalan bagi para santri secara individual atau lebih

dikenal dengan istilah setoran.

2. Metode Pelaksanaan

Metode pembelajaran atau pembinaan sangat diperlukan pula untuk melancarkan

proses penyampaian ilmu dari kyai kepada santri-nya. Karena, metode penyampaian

turut menentukan keberhasilan suatu proses belajar mengajar dan tentunya didukung

pula dengan pola komunikasi yang baik pula.

Adapun beberapa metode yang dilakukan dalam pelaksanaan proses kegiatan

belajar mengajar di pesantren al-Asmaniyah ini adalah metode ceramah, diskusi, dan

praktek.

a. Metode Ceramah

Metode ini mayoritas menggunakan lisan oleh para pengajar untuk

menyampaikan materi kepada santri. Metode ceramah dapat berupa pidato

(rethorika), khutbah, mengajar, dan sebagainya. Kelebihan dari metode ini adalah

sifatnya yang fleksibel artinya mudah disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Maksudnya bila waktu mencukupi maka materi akan tersaji secara luas namun

Page 64: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

bila memiliki keterbatasan waktu, maka kajian materi akan dipersingkat namun

tetap fokus pada inti pembelajaran.

Kelemahan dari metode ini adalah kurang efektifnya pemahaman para santri

terhadap materi secara mendalam dikarenakan metode tersebut bersifat satu arah.

b. Metode Hafalan

Metode ini mendorong para santri untuk dapat aktif dan bersungguh-sungguh

dalam memperhatikan dan menguasai materi yang diberikan sehingga diharapkan

para santri dapat lebih memahami persoalan yang dihadapinya. Metode ini

memerintahkan para santri untuk dapat menguasai materi tanpa harus melihat

buku pedoman.

c. Metode Latihan

Metode ini dilaksanakan untuk melatih dan memunculkan rasa percaya diri

dan keberanian para santri dalam menjalankan kegiatan yang diikuti oleh mereka.

Selain itu, metode ini berusaha untuk membiasakan para santri untuk senantiasa

mengasah kemampuannya dalam mengembangkan diri untuk lebih memahami

dalam penerapan berbagai ilmu yang telah didapatkannya.

d. Metode Membaca dan Menyimak

Metode membaca ini dilakukan oleh kyai pada saat ia menyampaikan materi

berdasarka pedoman yang ada. Kyai berposisi sebagai penyampai pesan dan santri

mendengarkan. Sedangkan metode menyimak ini dilakukan oleh kyai untuk

Page 65: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

mengetahui tingkat pemahaman para santri saat mereka ditugaskan untuk

membaca secara individual.

C. Analisis Terhadap Pola Komunikasi Kyai dan Santri

Pola komunikasi yang dilakukan pondok pesantren al-Asmaniyah dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar adalah:

1. Komunikasi Antar Pribadi

Pola komunikasi interpersonal (antar pribadi) dilakukan dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Ada saatnya para santri berkonsultasi secara langsung kepada para

pengajar ketika tidak mengerti dan merasa kesulitan dalam mengikuti beberapa

program tersebut. Komunikasi antar pribadi ini terjadi saat di dalam maupun di luar

jam belajar. Bentuk komunikasi ini dapat membantu kyai dalam meningkatkan

semangat belajar kepada para santri-nya.

2. Komunikasi Kelompok

Pola komunikasi kelompok kecil dalam proses belajar mengajar di pondok

pesantren ini dapat terjadi saat kyai menyampaikan materi kepada para santri di

dalam pelaksanaan sebuah program. Program-program pesantren ini mayoritas

dilakukan di dalam ruangan, dan massa yang berada di dalam ruangan tersebut dapat

dikatakan sebagai kelompok kecil.

Page 66: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Dalam proses komunikasi melalui pola komunikasi ini, para pengajar selalu

memperhatikan umpan balik dari santrinya. Penyampaian dengan komunikasi verbal

yang dilakukan oleh para pengajar diharapkan dapat memberikan hasil maksimal

dengan kualitas pemahaman para santri yang mencukupi. Keuntungan yang dapatkan

saat pengajar menggunakan pola komunikasi kelompok ini adalah para pengajar

dapat menguasai situasi dan mengetahui tanggapan para santri saat menerima materi-

materi yang telah diberikan.

3. Komunikasi Instruksional

Dengan banyaknya pemberian tugas-tugas latihan atau hafalan, maka saat itulah

para pengajar menggunakan pola komunikasi instruksional. Dengan tujuan untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman para santri terhadap sebuah materi. Sehingga

para santri tidak hanya memahami materi dari segi teori saja melainkan juga

pelaksanaan-nya. Adapun beberapa macam instruksi yang diberikan oleh pengajar

kepada para santri, antara lain:

a. Santri diharuskan menghafal bait demi bait dalam program kajian kitab

kuning.

b. Santri diwajibkan untuk membaca dan mengikuti materi yang dijelaskan

oleh pengajar seperti dalam program kajian kitab kuning dan program seni

baca al-Qur’an.

c. Santri diharuskan dapat berbicara dalam bahasa Arab saat program

muhadatsah berlangsung.

Page 67: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

d. Santri diharuskan untuk berani tampil secara individual dan berpidato saat

program muhadarah.

e. Secara umum santri diwajibkan untuk mengikuti setiap kegiatan proses

belajar mengajar sebagai perhitungan faktor penilaian selama aktif di

pesantren al-Asmaniyah.

Page 68: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang kegiatan yang dilaksanakan di pondok pesantren al-

Asmaniyah, kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten dalam melaksanakan proses

belajar mengajar ilmu agama yakni dengan menggunakan pola-pola komunikasi dan

beberapa metode sebagai pendukung untuk mencapai hasil akhir yang maksimal,

akhirnya dari uraian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa:

1) Pola komunikasi yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di pondok

pesantren al-Asmaniyah secara umum menggunakan tiga macam pola yaitu

komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi

instruksional.

2) Sedangkan metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar di pondok

pesantren al-Asmaniyah ini menggunakan beberapa macam metode di

antaranya adalah metode ceramah, metode hafalan, dan metode latihan serta

metode membaca dan menyimak.

Page 69: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

B. Saran-saran

1) Diharapkan untuk beberapa masa yang akan datang, terjadi perkembangan di

dalam tubuh yayasan pondok pesantren alAsmaniyah. Dengan melakukan

peningkatan kualitas guru pengajar dan perbaikan sarana prasarana yang dengan

baik, agar tercipta peningkatan kualitas dalam diri para santri.

2) Kapada lembaga-lembaga terkait baik dalam tingkat pemerintahan atau lembaga

pendidikan agama lainya, agar dapat membantu dan merangkul lembaga-lembaga

pendidikan agama lain yang merasa perlu bantuan secara materil maupun non-

materil. Sehingga tercipta pemerataan kualitas pendidikan di seluruh lembaga

pendidikan agama.

3) Kepada para peneliti yang bermaksud akan melakukan sebuah penelitian dengan

mengangkat pembahasan pola komunikasi, diharapkan dapat meneruskan

penelitian ini dengan membahas tentang efektifitas pola komunikasi di pesantren

ini ataupun lembaga-lembaga terkait lainnya.

Page 70: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

A.N., Firdaus, Pelangi dakwah, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1993.

Al Hilali, Masdi, 38 Sifat Generasi Unggulan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999).

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rhineka

Cipta 1998).

Buku Pedoman Pembinaan Kesiswaan Al-Asmaniyah, Yayasan Al-Asmaniyah.

Daradjat, Zakiyah, ilmu jiwa agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), cet. Ke-15.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; Balai

pustaka, 1986).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka 1998).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1996).

Dirdjosanjoto, Pradjata, Memelihara Umat Kiai pesantren-kiai Langgar jawa,

(Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1998), cet.ke-1.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; balai

pustaka, 1986).

Page 71: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Dirdjosanjoto, Pradjata, Memelihara Umat Kiai pesantren-kiai Langgar jawa,

(Yogyakarta: LKIS, 1999), cet. Ke-1.

Effendi, Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. remaja Rosdakarya,

2004), cet.ke-6.

Effendi, Onong Uchjana, Hubungan masyarakat: suatu study komunikologis, (Bandung:

PT. Rosda Karya, 2002), cet.ke-6.

Effendi, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi teori dan praktek, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1990), cet.ke-5.

Effendy, Onong Uchjana, Kepemimpinan dan komunikasi, (Yogyakarta: PT.al-Amin

Press, 1996), cet.ke-1.

Effendi, Onong Uchjana, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar maju, 1992), cet.ke-1.

El-Abad, Kamaludin, bimbingan latihan pidato da’wah fanu al-muhadharah, (Jakarta:

simplex, 1997).

H. Hamzah Ya’kub, DR., etos kerja Islami, petunjuk pekerjaan yang halal dan haram

dalam syariat Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1992.

Hielmy, Irfan, KH., Dakwah Bil-Hikmah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002).

Haedari, dkk., HM. Amin, Masa Depan Pesantren, (Jakarta: IRD PRESS, 2004), cet.1

Ma’luf, Lois, Al-Munjid, (Beirut: Darul Masyrik 1986).

Madjid, Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren; sebuah potret perjalanan, ( Jakarta:

Paramadina, 1997).

Mastufu, Prinsip Pendidikan Pesantren, (Jakarta: Inis, 1994).

Mubarok, Achmad, Hakikat Dakwah,(Jakarta: Iqro Media Pencerahan Umat,

No.12,2003).

Page 72: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Muriah, Dra. Siti, Metode Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mutiara Pustaka, 2000),

cet. Ke-1.

Nasution, Zulkarnaen, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas terbuka)

Pohan, Drs, Rusdin, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007).

Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976).

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi;edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, th.2007), cet.ke-24.

Rosyidi, T.A. Latief, Dasar-dasar Rethorika Komunikasi dan Informasi, (Medan: 1985).

Sabri, H.M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta, 2005), cet.ke-1.

Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1998).

Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai: edisi revisi, (Jakarta:LP3ES, 1989)

Soenarjo S.H. dkk, Prof. R.H.A., Al-Qur’an dan Terjemahan, ( Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an; Jakarta, 1 Maret 1971).

Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-1.

Usman, Asnawir dan Basyaruddin, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002).

Wahyoetomo, Perguruan tinggi Pesantren, Pendidikan Alternatif Masa Depan, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1997).

Widjaja, H.A.W., Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Universitas Terbuka,

2001), cet.ke-2.

Zaini, A., Dunia Pemikiran kaum Santri, (Yogyakarta: EKPSM NU, DIY Tompeyan TR

III, 1994).

Page 73: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Zarkasyi, K.H. Imam, Praktikum; Bahan untuk Pengantar dan pengarahan Amaliah

Tadris, (Jakarta: Tarbiyatul Muallimin/muallimat Al Islamiyah, 1995).

Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, 1986).

H. Ahmad Sholihan, daftar riwayat hidup

H. Ahmad Sholihan, Ketua Yayasan, Wawancara pribadi , (Aula Yayasan Pondok

Pesantren Al-Asmaniyah), Minggu, 10 Februari 2008.

H. Ade Fauzy, daftar riwayat hidup

H. Armat, daftar riwayat hidup

H. Ade Fauzy, Wakil Ketua Yayasan, Wawancara pribadi, (Rumah Wakil Ketua Yayasan

Pesantren Al-Asmaniyah), Senin, 18 Juni 2008.

Majalah Bina Pesantren, Revitalisasi pesantren: pasang surut peran dan fungsi

pesantren, edisi 02/tahun I/Nopember 2006.

Majalah Bina Pesantren, Media Informasi dan Artikulasi Dunia Pesantren, edisi 01/tahun

1/Oktober 2006.

Page 74: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

BERITA WAWANCARA

Hari/Tanggal : Minggu, 10 Februari 2008 Tempat : Aula Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah Responden : H. Ahmad Sholihan Jabatan : Ketua Yayasan

1. Bagaimanakah awal mula sejarah berdirinya Yayasan Pondok Pesantren Al-

Asmaniyah ini?

Awal mula terbentuknya pondok pesantren Al-Asmaniyah, berawal sekitar tahun

1995-1996. Di sebuah tanah wakaf milik keluarga bapak Haji Asman, dengan luas

kurang lebih sekitar 3000 meter persegi, dibukalah sebuah lembaga pndidikan

keagamaan dengan menganut sistem salafi. Pondok pesantren yang pada awalnya

hanya berbentuk sebuah majlis bernama Miftahul Jannah telah berdiri di tengah-

tengah kehidupan masyarakat Kampung Dukuhpinang. Dengan Bapak Haji

Ahmad Ghozali sebagai pimpinannya

Seiring dengan perkembangan yang dialami, anggota keluarga pemilik tanah pun

bermusyawarah dan berinisiatif untuk membangun sebuah lembaga pendidikan

dan akhirnya sekitar tahun 2003 dicapailah kata mufakat sehingga terbentuklah

sebuah yayasan pondok pesantren dengan nama Al-Asmaniyah.

2. Apakah visi dan Misi dibangunnya Yayasan Pondok Pesantren Al-

Asmaniyah ini?

Page 75: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Visi kami adalah:

Memperkuat Pendidikan keagamaan dalam system pendidikan nasional sehingga

mampu menjadi lembaga alternatif di Indonesia dan menjadi lembaga

pemberdayaan masyarakat.

Misi kami adalah:

Memberikan pembekalan dasar-dasar Ilmu agama, sehingga diharapkan para

santri memiliki pengetahuan dan pemahaman melalui pengenalan tentang seluk

beluk ilmu Agama secara mendasar sebagai bekal para santri dalam melanjutkan

pendidikan ke jenjang selanjutnya.

3. Bila dilihat dari keadaannya, seperti apakah sistem pendidikan yang

diterapkan di Pondok Pesantren Al-Asmaniyah ini?

Sistem pendidikan kami secara umum mengadopsi dua macam sistem pendidikan,

yakni;

4. Sistem Salafiyah

Pada awal berdirinya, lembaga ini mengadopsi sistem salafiyah (tradisional)

berdasarkan pengajaran kitab kuning sebagai inti pendidikannya.

5. Sistem Pendidikan Nasional (Formal)

Semenjak tahun 2003, lembaga ini telah mendirikan sebuah lembaga pendidikan

umum setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun dikarenakan tidak

meninggalkan pendidikan dengan nilai-nilai keagamaan yang kental maka

tingkatan pendidikan tersebut memiliki sedikit perubahan dari Sekolah Menengah

Pertama (SMP) menjadi Sekolah Menengah Pertama Islam (SMP-I). Sehingga

Page 76: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

dengan adanya kegiatan belajar mengajar se-tingkat SMP tersebut, yayasan ini

kini telah mengadopsi sistem DIKNAS.

4. Sampai saat ini, siapa sajakah yang berperan dan memiliki andil sebagai

pengurus sekaligus pengasuh di Pondok Pesantren Al-Asmaniyah ini?

Orang-orang yang berperan di Yayasan Pondok Pesantren ini adalah Bpk H.

Asman (sbg Pendiri Yayasan), KH. Ahmad Syatiri (sbg Penasehat), Bpk H.

Achmad Solihan (sbg Ketua Yayasan), Bpk H. Dede Fauzy (sbg Wakil Ketua

Yayasan), Hj. Tuti Kholilah (sbg Sekretaris), Bapak H. Ahmad Ghozali (sbg

Bendahara), dan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di SMP-I pun

kami turut dibantu juga oleh kurang lebih 20 orang guru pembantu (tidak tetap).

5. Selama perkembangannya, program apa saja yang hingga kini dijalankan

dan ingin dicapai oleh Yayasan Pondok Pesantren Al-Asmaniyah?

Ada beberapa program pendidikan yang sedang dilaksanakan dan ingin dicapai

juga, kami coba melihat dari tiga sisi, yakni:

A. Program Jangka Pendek

Adapun yang menjadi program jangka pendek dari yayasan pondok pesantren ini

adalah tetap meneruskan pendidikan keagamaan dalam sistem salafi yakni tetap

dengan menggunakan kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning) sebagai media

Page 77: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

pembelajaran. Selain itu juga berusaha untuk tetap bertahan untuk melaksanakan

program pendidikan formal setingkat sekolah Menengah Pertama Islam (SMP-I).

B. Jangka Panjang

Sedangkan mengenai program yang ingin dicapai secara jangka panjang oleh

pondok pesantren ini adalah berusaha untuk mengembangkan tingkat pendidikan

formal yang telah ada hingga madrasah aliyah dan pendidikan formal se-tingkat

perguruan tinggi.

C. Program Harian

Sebagai penyokong jalannya program jangka pendek maupun jangka panjang

tersebut, yayasan pondok pesantren Al-Asmaniyah juga memiliki program harian,

seperti pengajian kitab kuning, program muhadasah, program muhadarah,

pelatihan seni baca al-qur’an, kegiatan seni Islam, keterampilan komputer,

ekstrakulikuler pramuka.

Yang diwawancara

H. Ahmad Sholihan Ketua Yayasan Al-Asmaniyah

Page 78: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

DAFTAR WAWANCARA

Hari/Tanggal : Senin, 18 Juni 2008 Tempat : Kantor Yayasan Responden : H. Ade Fauzy Jabatan : Wakil ketua yayasan al-Asmaniyah

1. Telah diketahui bahwa terdapat beberapa program pesantren seperti kajian kitab kuning, muhadasah, muhadarah, ubudiyah, BTQ, dan seni baca al-Qur’an. Siapa saja yang berperan aktif dalam pelaksanaan program tersebut? Dan bagaimana pembagian kerjanya? Jawab: untuk pelaksanaan program selalu didampingi oleh pembimbing yang cukup berkompeten di masing-masing program, yakni:

a. Kajian kitab kuning oleh H. Ahmad Sholihan b. Muhadasah oleh H. Armat Syarifuddin c. Muhadarah oleh H. Armat Syarifuddin d. Ubudiyah oleh H. Ahmad Ghozali e. BTQ oleh saya sendiri H. Ade Fauzy f. Dan seni baca al-Qur’an juga oleh saya sendiri H. Ade fauzy

2. Bagaimana tata cara pelaksanaan dari masing-masing program?

Jawab: a. Kajian kitab kuning, dilaksanakan dengan guru pembimbing membaca

bait demi bait kajian materi dalam kitab tertentu dan santri mendengarkan, setelah itu terjadi pergantian posisi dengan santri membaca secara individual bait-bait tersebut dan guru pembimbing mendengarkan, bila sudah selesai maka guru pembimbing berusaha menjabarkan dan menjelaskan secara gamblang kemudian diakhiri dengan guru pembimbing meminta santri untuk menghafal materi tersebut.

b. Muhadasah, dilaksanakan dengan guru pembimbing melakukan interaksi

langsung kepada sajumlah santri. Baik berupa interaksi kepada keseluruhan santri atau hanya sebatas individual santri dan tentuya dengan menggunakan bahasa Arab.

c. Muhadarah, dilaksanakan dengan guru pembimbing memberikan arah-

arahan kepada sejumlah santri berhubungan dengan kegiatan muhadarah itu sendiri. Setelah itu para santri ditugaskan untuk membuat sebuah tema pidato untuk mereka sampaikan dihadapan teman-temannya.

d. Ubudiyah, dilaksanakan dengan guru pembimbing memberikan materi

yang berhubungan dengan ilmu agama, dan biasanya adalah fiqih. Setiap dua minggu awal para santri mendapat masukan ilmu berdasarkan teori.

Page 79: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Namun di setiap minggu ke tiga pertemuan, para santri mendapatkan tugas hafalan tentang materi tersebut dan tidak menutup kemungkinan akan terlaksananya praktek untuk tiap individu santri terhadap kajian tersebut.

e. BTQ, pelaksanaan-nya tidak beda dengan proses belajar mengajar lainnya.

Guru pembimbing memberikan penjelasan materi dan santri mendengarkan. Setelah itu barulah guru pembimbing memberikan tugas kepada para santri berkenaan dengan materi tersebut untuk menambah pemahaman para santri terhadap materi yang telah dibahas.

f. Seni baca al-Qur’an, dilaksanakan dengan guru pembimbing memberikan

contoh kepada sejumlah santri dalam tata cara membaca al-Qur’an dengan menggunakan lagam tertentu, dan kegiatan tersebut harus disimak baik-baik oleh seluruh santri yang mengikuti kegiatan tersebut. Kemudian para santri dituntut untuk dapat mengikuti secara bersama-sama bahkan tidak menutup kemungkinan guru pembimbing menugaskan tiap individu untuk emncoba tampil, dengan maksud untuk mengukur sejauh mana pemahaman santri terhadap ilmu yang diberikan.

3. Pola komunikasi apa yang digunakan dalam pelaksanaan dari tiap-tiap program

tersebut? Jawab: Bila membicarakan tentang pola komunikasi yang dilakukan, saya rasa untuk program kajian kitab kuning menggunakan pola komunikasi kelompok dan pemberian instruksi (instruksional). Sedangkan untuk program muhadasah pun menggunakan pola komunikasi kelompok, instruksional, dan komunikasi antar pribadi. Program muhadarah, menggunakan pola komunikasi kelompok dan instruksional saja. Dalam program ubudiyah pun sama dengan komunikasi kelompok dan instruksional saja. Begitu pula dengan program BTQ dan program seni baca al-Qur’an.

4. Dan metode apa saja yang efektif digunakan sebagai pendukung penggunaan pola komunikasi dari tiap-tiap program tersebut? Jawab:

Untuk program kajian kitab kuning menggunakan metode ceramah dan metode hafalan bagi santri untuk mendalami kajian tersebut. Sedangkan program muhadasah menggunakan metode ceramah, hafalan dan laihan untuk membiasakan santri dalam melakukan komunikasi bahasa Arab. Program muhadarah menggunakan metode ceramah dan instruksional dalam mengetahui tingkat keberanian santri dalam berpidato. Program ubudiyah menggunakan metode ceramah, hafalan dan latihan. Berbeda dengan program BTQ yang hanya menggunakan metode ceramah dan latihan. Sedangkan program seni baca al-Qur’an menggunakan metode ceramah, latihan serta metode membaca dan menyimak.

Page 80: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Yang diwawancara,

H. Ade Fauzy

Wakil Ketua Yayasan al-Asmaniyah

Page 81: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

DEPARTEMEN AGAMA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputat 15412 Telp.7432728

FORMULIR PENDAFTARAN CALON PESERTA WISUDA

SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2007/2008

1. Nama : Fajar Adzananda Siregar 2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/05 Oktober 1986 3. Nomor Pokok : 104051001783 4. Fakultas : Dakwah dan Komunikasi 5. Jurusan : komunikasi dan Penyiaran Islam 6. Program : S1 7. Judul Skripsi : Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok

Pesantren Al-Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten

8. Tanggal Lulus : 09 Juni 2008 9. No. Ijazah : 10. Indeks Prestasi : 3.25 Yudisium: Amat Baik 11. Jabatan Dalam Organisasi

Kemahasiswaan : - 12. Alamat Asal : Perum. Dasana Indah, Blok RA7 No.19,

Kel. Bojongnangka, Kec. Kelapa Dua, Tangerang, Banten

13. Alamat Sekarang : - 14. Nama Ayah : H. Hendra M. Siregar 15. Pendidikan Ayah : S2 16. Pekerjaan Ayah : Pegawai 17. Nama Ibu : Hj. Titin Sri Agustini 18. Pendidikan Ibu : S1 19. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Page 82: “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19206/1/FAJAR... · POLA KOMUNIKASI KYAI DAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN

Jakarta, 25 Juni 2008 Tanda tangan Ybs, Pas Foto 3x4

Fajar Adzananda Siregar NIM 104051001783