POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK...

92
POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH DAARUL ISTIQOMAH DESA KALANG GUNUNG CIPEUCANG PANDEGLANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh : Anna Lestari Anwari NIM:108051000148 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H / 2012 M

Transcript of POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK...

Page 1: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI

DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

DAARUL ISTIQOMAH DESA KALANG GUNUNG

CIPEUCANG PANDEGLANG

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk

Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam

(S.Sos.I)

Oleh :

Anna Lestari Anwari

NIM:108051000148

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1443 H / 2012 M

Page 2: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

i

ABSTRAK

Anna Lestari Anwari

Pola Komunikasi Santri dan Kyai di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul

Istiqomah Cipeucang Pandeglang.

Pondok pesantren salafiyah merupakan salah satu institusi yang memiliki

andil cukup besar dalam perkembangan dakwah Islamiyah di Indonesia. Pola

komunikasi yang berlangsung di dalamnya juga terbilang khas. Namun informasi

seputar pola komunikasi santri dan kyai pondok pesantren salafiyah masih

terbatas. Penulis memilih Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah karena

Daarul Istiqomah merupakan pesantren salafiyah murni satu-satunya di Desa

Kalang Gunung dan keadaan pesantren yang menyatu dengan masyarakat tanpa

adanya sekat yang membatasi lingkungan pesantren dengan lingkungan luar.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis melakukan

penelitian di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah dengan fokus pada

pola komunikasi santri dan kyainya. Adapun pertanyaan yang dirumuskan adalah:

bagaimana pola komunikasi santri dan kyai serta apa saja yang menjadi faktor

penghambat komunikasi santri dan kyai di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul

Istiqomah?

Teori pola komunikasi yang digunakan dalam kajian ini adalah pola

komunikasi yang dirumuskan oleh Nurudin. Yakni pola komunikasi intrapersonal,

komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.

Untuk mendapatkan data dan hasil yang maksimal, penulis menggunakan

metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Penulis

menggunakan wawancara mendalam sebagai salah satu teknik pengumpulan data

karena dengan teknik tersebut data yang jelas, rinci, dan mendalam bisa diperoleh.

Metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif ini diharapkan akan

menghasilkan gambaran-gambaran jelas mengenai pola komunikasi para santri

dan kyai yang serta gambaran tentang hambatan yang ada dalam proses

komunikasi tersebut.

Adapun pola komunikasi yang berlangsung di Daarul Istiqomah yaitu :

pola komunikasi intrapersonal yang dilakukan semua santri khususnya ketika para

santri memutuskan untuk masuk ke Pondok Pesantren Daarul Istiqomah.Pola

komunikasi interpersonal yang terjalin antar santri maupun santri dengan kyai

yang ditandai dengan prediksi yang dilakukan pada tahap psikologis, pola

komunikasi kelompok terjadi diantaranya ketika proses belajar mengajar.

Sedangkan pola komunikasi massa merupakan pola yang tidak berkembang di

Pondok Pesantren tersebut.Selain itu terdapat juga pola komunikasi yang berbeda

dari pola-pola umumnya, yakni pola komunikasi spiritual dan pola komunikasi

stersebut menjadi ciri khas di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah.

Hambatan komunikasi yang terjadi salah satunya dikarenakan oleh perbedaan

budaya dan cara pandang masing-masing santri.

Page 3: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Puji syukur yang tak terhingga atas nikmat luar biasa yang

diberikan Allah SWT kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyusundan

merampungkan skripsi ini. Hambatan serta rintangan yang ada selama proses

penyusunan skripsi ini juga merupakan suatu hadiah luar biasa dari-Nya. Karena

tanpa hambatan dan rintangan mustahil skripsi ini dapat menjadi skripsi yang

layak untuk dipublikasikan.

Sholawat serta salam senantiasa kita agungkan kepada junjungan alam,

pemimpin revolusi Islam sedunia yang kemasyurannya mengudara di seluruh

jagat raya, yang syafaatnya sangat diharapkan oleh semua umat manusia. Beliau

adalah Rasulullah SAW yang senantiasa membawa kita ke jalan kebenaran.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Banyak kekurangan dan kesalahan

yang menyertai skripsi ini. Namun, penulis telahmengerahkan segenap

kemampuan, tenaga, dan pikiran untuk menyelesaikan skripsi ini. Dan penulis

mempersembahkannya kepada kedua orang tua penulis, Ibunda Neneng Awaliyah

dan Ayahanda Anwar Sanusi. Karena doa dan dukungan mereka lah yang terus

memupuk semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini.

Rasa terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Pembantu Dekan Bid. Akademik Drs. Wahidin Saputra, MA,

Pembantu Dekan Bid. Adm. Umum Drs. Mahmud Jalal MA, Pembantu

Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Studi Rijal LK, MA.

Page 4: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

iii

2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Drs. Jumroni, M.Si yang

telah mengarahkan penulis dalam pemilihan judul penelitian dan memilihkan

dosen pembimbing bagi penulis.

3. Sekretaris Jurusan sekaligus pembimbing skripsi,Umi Musyarofah, MA yang

selalu sabar dalam memberikan bimbingan dan pengarahan serta setia

mengoreksi tulisan-tulisan penulis.

4. Pembimbing Akademik, Drs. Cecep Castrawijaya, MA yang telah

meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan penulis mengenai proposal

skripsi dan menyarankan beberapa alternatif judul kepada penulis.

5. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah

mewariskan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan. Semoga ilmu

yang diberikan bermanfaat bagi penulis dan menjadi amal sholeh yang akan

terus mengalir bagi para dosen.

6. KH. Tubagus Uwet Bueti selaku pengasuh Pondok Pesantren Daarul

Istiqomah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

7. Ustad Muhammad Taufiq yang berbaik hati memberikan segala

informasi yang dibutuhkan oleh penulis.

8. Muhammad Juhandi yang selalu memberikan dukungan luar biasa

kepada penulis sehingga tetap semangat dalam menyusun skripsi ini

dan memberikan kemudahan akses bagi penulis dalam proses

penelitian.

9. Para santri Daarul Istiqomah yang begitu ramah dan terbuka kepada

penulis saat proses observasi dan wawancara dengan penulis.

Page 5: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

iv

10. Teman-teman KPI E Multitalenta Angkatan 2008 yang telah menjadi

teman seperjuangan selama hampir empat tahun bersama penulis.

11. Sahabat-sahabat Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) Angkatan 19

dan para senior di Rumah Dunia Serang yang telah memberikan

banyak ilmu dan masukan tentang kepenulisan sehingga penulis lebih

giat lagi belajar menulis.

12. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya bagi yang

tersebut di atas yang telah memberikan doa dan dukungan penuh sehingga skripsi

ini dapat dirampungkan. Tentu saja skripsi ini jauh dari nilai kesempurnaan, namun

besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat khususnya bagi peneliti

dan umumnya bagi pembaca. Amin.

Jakarta, 28 Mei 2012

Anna Lestari Anwari

NIM : 108051000148

Page 6: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………………………………………………………….........i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….v

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ………………………………………….3

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..5

D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………5

E. Tinjauan Pustaka ……………………………………………………….. 5

F. Metodologi Penelitian ………………………………………………….. 7

G. Sistematika Penulisan……………………………………………………15

BAB II LANDASAN TEORI

A. Komunikasi………………………………………………………………16

B. Pola Komunikasi………………………………………………………....23

C. Santri ……………………………………………………………………30

D. Kyai ……………………………………………………………………..32

E. Pondok Pesantren ……………………………………………………….33

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

DAARUL ISTIQOMAH

A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah....………42

B. Visi dan Misi ……………………………………………………………45

C. Susunan Kepengurusan …………………………………………………45

D. Alamat Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah ………………...47

E. Rekapitulasi Santri ……………………………………………………...47

F. Aktivitas Pesantren ……………………………………………………..49

G. Aktivitas Harian ………………………………………………………...50

H. Aktivitas Mingguan …………………………………………………….52

I. Aktivitas Tahunan ………………………………………………………53

Page 7: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

vi

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

A. Komunikasi Intrapersonal Santri Daarul Istiqomah ……………………..54

B. Komunikasi Interpersonal di Daarul Istiqomah ………………………....58

C. Komunikasi Kelompok di Daarul Istiqomah …………………………....65

D. Komunikasi Massa ……………………………………………………....68

E. Komunikasi Spiritual Antara Santri dan Kyai …………………………..69

F. Hambatan Komunikasi Santri dan Kyai ………………………………...72

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………...77

B. Saran …………………………………………………………………….79

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..81

LAMPIRAN

Page 8: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Santri Mukim …………………………………………….48

Tabel 2 Daftar Santri Kalong …………………………………………….49

Tabel 3 Aktivitas Harian …………………………………………………50

Tabel 4 Aktivitas Mingguan ……………………………………………..52

Tabel 5 Aktivitas Tahunan ………………………………………………53

Page 9: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok pesantren salafiyah merupakan institusi yang

memiliki andil cukup besar dalam perkembangan dakwah Islamiyah

di Indonesia. Hingga kini eksistensi pesantren salafiyah dalam

kiprah dakwah Islamiyah masih terlihat dengan banyaknya pondok

pesantren salafiyah yang didirikan di Pulau Jawa dan Provinsi

Banten termasuk satu diantaranya. Jika kita melewati kawasan ini,

mulai dari Kabupaten Serang sampai kabupaten Pandeglang, kita

bisa melihat papan nama pondok-pondok pesantren di sepanjang

jalan. Oleh sebab itu, tak heran bila wilayah Pandeglang dikenal

dengan kota sejuta santri.

Nuansa keagamaan di wilayah tersebut juga masih terasa

sangat kental. Banyak acara-acara budaya bernuansa keagamaan

yang sering digelar disana. Seperti acara maulid Nabi Muhammad

SAW, pembacaan manakib Syekh Abdul Qadir al-Jailani, ziarah ke

makam para wali, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sampai saat

ini Banten dikenal sebagai daerah dengan penduduk yang religius.1

1Mohammad Hudaeri, dkk., “Penyerapan Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam

Kehidupan Beragama di Banten,” dalam Afif HM dan Saeful Bahri, ed., Harmonisasi

Agama dan Budaya di Indonesia (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama

Jakarta, 2009), h. 63.

Page 10: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

2

Ditengah eksistensi pondok pesantren salafiyah dari masa ke

masa, informasi menganai pondok pesantren masih terbatas.2 Hal

tersebut yang menjadi salah satu dasar awal bagi penulis mengenai

pentingnya penelitian dengan objek pesantren salafiyah ini.

Pondok pesantren salafiyah Daarul Istiqomah merupakan

satu diantara ratusan pondok pesantren salafiyah yang berada di

Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Pondok Pesantren Salafiyah

Daarul Istiqomah merupakan bagian dari masyarakat salafiyah yang

konsisten menjaga dan melestarikan nilai-nilai dan budaya salafiyah.

Hal tersebut bisa langsung terlihat dari nama yang digunakan

pondok pesantren tersebut, yakni menggunakan kata „salafiyah‟.

Selain itu, kurikulum dan metode pendidikannya pun masih sangat

bercirikan salafiyah.

Kyai dan santri menjadi dua dari lima elemen utama dari

pondok pesantren salafiyah. Kyai dan santri merupakan unsur yang

membedakan pondok pesantren salafiyah dengan lembaga

pendidikan lain.3 Pola komunikasi santri dan kyainya pun memiliki

ke-khasan yang sangat berbeda dengan komunikasi pelajar dengan

guru atau mahasiswa dengan dosennya. Santri salafiyah sangat

terkenal dengan kebiasaan mereka menjunjung tinggi etika terhadap

guru. Mereka sangat mementingkan keridhoan guru terhadap

mereka. Karena mereka yakin bahwa keridhoan seorang guru sangat

2Amin Haedari, ed., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global (Jakarta : IRD Press, 2004), h. iii. 3Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholish Madjis terhadap Pendidikan

Islam Tradisional (Jakarta : Quantum Teaching, 2005), h. 63.

Page 11: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

3

berpengaruh pada kesuksesan dan keberkahan hidup mereka. Prinsip

inilah yang akhirnya membentuk sikap takzim seorang santri kepada

gurunya. Sikap takzim tersebut tentu mempengaruhi pola

komunikasi antara santri dan kyai karena pada dasarnya, komunikasi

selalu dipengaruhi oleh pikiran, nilai-nilai yang dianut, dan sikap

seseorang. Hal tersebut yang menjadi dasar ketertarikan penulis

untuk meneliti tentang pola komunikasi santri dan kyai di Pondok

Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah.

Hal lain yang mendasari pentingnya penelitian ini dapat

dilihat dari objek penelitiannya. Adapun yang menjadi objek

penelitian ini merupakan pondok pesantren salafiyah murni yang

tidak menyelenggarakan lembaga pendidikan formal. Kajian

mengenai pondok pesantren salafiyah masih jarang ditemui di

Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Oleh karena itu, kajian ini berjudul Pola Komunikasi Santri

dan Kyai di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah Desa

Kalang Gunung Cipeucang Pandeglang.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Satu diantara karakteristik santri salafiyah adalah

menjunjung tinggi etika terhadap guru atau kyai. Begitu

Page 12: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

4

mulianya derajat seorang guru di mata mereka. Sebagai contoh,

santri salafiyah tidak berani mendahului guru mereka ketika

berjalan, tidak berani mendebat, dan lain sebagainya. Itulah yang

menjadi ciri khas yang membedakan santri salafiyah dengan

santri atau pelajar dari lembaga pendidikan lain.

Perbedaan cara pandang serta perlakuan santri salafiyah

terhadap guru atau kyainya tentu akan menghasilkan pola

komunikasi yang hanya ditemui di dunia pesantren salafiyah. Hal

tersebut menjadi hal yang menarik dan penting untuk diteliti

lebih jauh.

Dengan kata lain, kajian ini berfokus pada pola komunikasi

interpersonal, intrapersonal, kelompok, dan komunikasi massa

yang dilakukan santri dengan kyai dalam kegiatan-kegiatan

sehari-hari yang ada di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul

Istiqomah.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pola komunikasi santri dan kyai di Pondok

Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah Desa Kalang

Gunung Cipeucang Pandeglang ?

b. Apakah faktor penghambat komunikasi santri dan kyai di

Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah Desa

Kalang Gunung Cipeucang Pandeglang ?

Page 13: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

5

C. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi pola komunikasi santri dan kyai di Pondok

Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah Desa Kalang Gunung

Cipeucang Pandeglang.

2. Mengetahui fakor penghambat komunikasi santri dan kyai di

Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah Desa Kalang

Gunung Cipeucang Pandeglang

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat akademis : dapat menambah koleksi kajian Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi tentang pola

komunikasi, khususnya antar santri dan kyai di pondok

pesantren salafiyah.

2. Manfaat praktis : dapat menjadi evaluasi bagi komunikasi

santri dan kyai di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul

Istiqomah dan dapat menjadi rujukan bagi penelitian

selanjutnya yang ingin membahas tentang pola komunikasi

santri dan kyai di pondok pesantren salafiyah.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis menemukan beberapa skripsi yang bisa dijadikan rujukan

dalam penelitian ini, yaitu :

Page 14: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

6

1. Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Al-

Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten.

Skripsi tersebut ditulis oleh Fajar Adzananda Siregar pada

tahun 2008. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bagaimana

pola komunikasi kyai dan santri dalam proses belajar

mengajar di Pondok Pesantren Al-Asmaniyah. Disana juga

dijelaskan bagaimana pola komunikasi antarpribadi dan

komunikasi instruksional di Pondok Pesantren Al-

Asmaniyah.

Skripsi yang ditulis oleh Fajar Adzananda ini merupakan

skripsi yang mengangkat pesantren salafiyah sebagai objek

penelitiannya. Pola komunikasi yang diteliti hanya berfokus

pada komunikasi antarpribadi dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan, skripsi yang disusun penulis lebih berfokus pada

semua pola komunikasi yang dilakukan oleh santri dan kyai

di pesantren salafiyah Daarul Istiqomah yang tidak terbatas

pada proses belajar mengajarnya saja.

2. Komunikasi Antarpribadi Pengasuh dan Santri Pondok

Pesantren Al-Idrus Kalanganyar Lebak Banten ditulis oleh

Zaeni Rokhi pada tahun 2010. Skripsi tersebut menjelaskan

bahwa komunikasi antarpribadi yang berjalan antara

pengurus dan santri pada pondok pesantren Al-Idrus

merupakan kegiatan yang dijadikan metode penunjang dalam

pembinaan santri didik.

Page 15: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

7

Zaeni Rokhi juga mengambil latar pondok pesantren sebagai

objek penelitiannya. Namun, pesantren Al-Idrus yang diteliti

oleh Zaeni Rokhi adalah bukan pesantren salafiyah murni.

Pesantrennya sudah berkembang menjadi pesantren

campuran. Selain mempelajari kitab klasik dengan metode

salafiyah, Zaeni Rokhi juga menjelaskan bahwa terdapat

sekolah dengan pelajaran-pelajaran umum.

Hal tersebut tentu berbeda dengan penelitian yang dilakukan

penulis. Penulis meneliti pesantren salafiyah murni yang

hanya mengkaji kitab-kitab klasik tanpa tambahan pelajaran-

pelajaran umum. Perbedaan dalam objek kajian skripsi Zaeni

Rokhi dengan kajian yang diangkat penulis akan memberikan

hasil yang berbeda karena pola komunikasi yang didapatkan

juga pasti berbeda. Perbedaan tersebut bukan hanya terjadi

karena perbedaan tempat atau lokasi penelitian, namun juga

disebabkan oleh perbedaan sistem pesantren modern dengan

pesantren salafiyah.

F. Metodologi Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metodologi berarti ilmu

tentang metode atau uraian tentang metode. Metode itu sendiri

berarti cara kerja yang bersistem untuk melaksanakan suatu

pekerjaan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Maka secara

Page 16: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

8

umum, metodologi penelitian dapat dipahami sebagai uraian tentang

tata cara dalam menjalankan suatu penelitian.

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif. Metode ini

digunakan bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang

objektif dan tepat untuk dijadikan dasar penelitian.

Penelitian komunikasi dengan pendekatan kualitatif biasanya

ditujukan untuk menghasilkan gambaran-gambaran mengenai

cara, proses, serta penyebab terjadinya suatu fenomena dalam

komunikasi. Metode deskriptif analisis dengan pendekatan

kualitatif ini diharapkan akan menghasilkan gambaran-gambaran

jelas mengenai pola komunikasi para santri dan kyai yang serta

gambaran tentang hambatan yang ada dalam proses komunikasi

tersebut.

Adapun tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Identifikasi Masalah

Indentifikasi masalah merupakan langkah awal yang

dilakukan dalam penelitian. Mengidentifikasi masalah

berarti menentukan atau menetapkan masalah yang

berkaitan dengan penelitian. Identifikasinya bisa diawali

dengan pertanyaan-pertanyaan seputar penelitian, seperti

Page 17: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

9

: mengapa pola komunikasi santri dan kyai penting untuk

diteliti? Apa saja manfaat dari penelitian ini? Bagaimana

proses penelitiannya?

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat

penting dalam penelitian karena cara pengumpulan data

yang benar akan menghasilkan data yang berkualitas dan

memiliki kredibilitas yang baik.4 Oleh karena itu, tahap

pengumpulan data harus dilakukan dengan penuh

keseriusan dan ketelitian. Data yang dimaksud dalam

penelitian kualitatif adalah semua data yang bukan angka

seperti teks, foto, atau cerita.

Partisipan yang dipilih dalam penelitian ini

merupakan orang-orang yang memiliki kredibilitas untuk

memberikan informasi yang dibutukan peneliti. Adapun

yang menjadi partisipannya adalah santri yang memiliki

informasi seputar proses komunikasi. Kedua, santri yang

mampu menceritakan pengalaman seputar proses

komunikasi dengan kyai. Ketiga, santri senior yang sudah

nyantren lebih dari tiga tahun sedangkan santri junior

yaitu santri yang nyantren kurang dari setahun.

c. Focus Group Discussion

4Rahardjo, Mudjia., “Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif,” artikel di

akses pada 6 Februari 2012 dari http://mudjiarahardjo.com/artikel/336.html?task=view.

Page 18: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

10

Focus Group Discussion (FGD) merupakan suatu

metode penelitian yang berupaya untuk mengumpulkan

data dan informasi secara sistematis. Irwanto

menyebutkan bahwa FGD memiliki tiga kunci utama,

yakni diskusi, kelompok, dan terfokus.5

FGD juga dapat diartikan seagai teknik pengumpulan

data kualitatif berupa diskusi atau wawancara kelompok

yang dipimpin oleh moderator. FGD berfungsi untuk

mendapatkan informasi atau pandangan umum tentang

topik penelitian. Peserta FGD biasanya terdiri dari 6-12

orang.6

Dalam penelitian ini, penulis mengambil 8 santri

untuk menjadi peserta FGD. Delapan orang tersebut tentu

yang termasuk dalam kriteria partisipan sebagaimana

dikemukakan sebelumnya. FGD dilakukan di Majelis

Pondok Pesantren Daarul Istiqomah dipandu oleh penulis

sebagai moderator dan dibantu satu orang notulis.

d. Wawancara

Wawancara adalah proses pengumpulan data dengan

cara melakukan tanya jawab antara pewawancara

(peneliti) dengan informan. Dalam wawancara juga

dibutuhkan adanya pedoman atau panduan wawancara.

5Irwanto, Focused Group Discussion : Sebuah Pengantar Praktis (Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia, 2006), h. 1. 6Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Remaja Rosdakarya,

2007), h. 226-230.

Page 19: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

11

Panduan wawancara berisi daftar pertanyaan yang akan

diajukan. Panduan wawancara juga harus disusun

sebelum melakukan wawancara agar pada saat

pelaksanaannya, peneliti tidak lagi direpotkan untuk

mencari-cari pertanyaan.7

Selain itu, wawancara mendalam juga dilakukan

dengan intensif. Pewawancara harus mampu menggali

informasi yang lengkap dan dalam dari informan. Oleh

karena itu, butuh waktu yang lama untuk melakukan

wawancara mendalam ini.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara

di kobong atau asrama dan majelis Pondok Pesantren

Salafiyah Daarul Istiqomah. Wawancara akan dimulai

dengan menanyakan tentang latar belakang para santri

tertarik untuk masuk ke Daarul Istiqomah.

e. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan dalam

penelitian kualiatif untuk mendapatkan kebenaran data.

Karena peneliti terjun langsung ke lapangan, mengamati,

dan mencatat semua hal yang berkenaan dengan

penelitian.

7Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta : Remaja Rosdakarya,

2007), h. 186-208.

Page 20: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

12

Oleh karena itu, pengamatan langsung ke lapangan

dibutuhkan untuk melihat dan mengidentifkan situasi

Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah.

f. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian berarti proses

mengolah data hasil penelitian dengan cara membaca

ulang seluruh data yang terkumpul selama penelitian

disertai dengan pembuatan ringkasan dan klasifikasi.8

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu

mengadakan pratinjau sebelum penelitian. Peninjauan sebelum

penelitian dilakukan pada Desember 2011 – Januari 2012.

Sepanjang itu, penulis melihat dan mengenali lingkungan,

mengakrabkan diri dengan keluarga besar pesantren (kyai, ustad,

dan santri), mengurus perijinan, dan lain sebagainya. Adapun

proses penelitiannya dilakukan pada 15 Februari – 31 April

2012.

Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul

Istiqomah Desa Kalang Gunung RT. 02 RW. 02 Kecamatan

Cipeucang Kabupaten Pandeglang Banten. Daarul Istiqomah

merupakan pesantren salafiyah murni satu-satunya yang ada di

8J.R Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karateristik, dan Keunggulannya,

(Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 76.

Page 21: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

13

Desa Kalang Gunung Cipeucang Pandeglang. Pondok Pesantren

Salafiyah Daarul Istiqomah juga tidak seperti pesantren pada

umumnya yang memiliki sistem komplek. Daarul Istiqomah

dibangun di tengah-tengah masyarakat tanpa ada sekat atau

dinding yang mengelilingi pesantren. Hal tersebut memudahkan

penulis untuk mendapatkan akses informasi yang terbuka karena

keluarga Daarul Istiqomah sudah biasa berinteraksi dengan

lingkungan luar (masyarakat sekitar yang tidak nyantren tetapi

hidup berdampingan dengan penghuni pesantren).

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sumber utama yang

memperkaya data penelitian. Sedangkan objek penelitian

merupakan hal yang ingin diteliti. Dengan kata lain, yang

menjadi subjek dalam penelitian ini adalah kyai dan santri

Daarul Istiqomah sedangkan yang menjadi objek penelitiannya

adalah pola komunikasi santri dan kyai di Pondok Pesantren

Salafiyah Daarul Istiqomah.

Adapun kriteria subjek yang akan dijadikan informan oleh

penulis adalah sebagai berikut :

a. Santri yang memiliki informasi seputar proses

komunikasi.

b. Santri yang mampu menceritakan pengalaman seputar

proses komunikasi dengan kyai.

Page 22: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

14

c. Santri senior yang sudah nyantren lebih dari tiga

tahun sedangkan santri junior yaitu santri yang

nyantren kurang dari setahun.

Dari kriteria yang terlah ditentukan di atas, terpilihlah

delapan orang santri yang menjadi peserta FGD dan

selanjutnya akan dipilih tiga orang dari peserta FGD

untuk menjadi sumber dalam wawancara. Adapun daftar

pesertanya adalah :

a. Andi Supandi

b. Alpin Maulana

c. Muhammad Ade Istiqorie

d. Muhammad Dahlan

e. Muhammad Juhandi

f. Rohman Iskandar

g. Surya

h. Tb. Hasan Basri

Selain sumber utama di atas, penulis juga melibatkan

beberapa sumber yang juga memiliki informasi-informasi

penting seputar pola komunikasi santri dan kyai di Daarul

Istiqomah, yaitu :

Page 23: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

15

a. KH. Tubagus Uwet Bueti sebagai pimpinan

sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah

Daarul Istiqomah.

b. Ustad Muhammad Taufiq selaku pengajar di

Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini disesuaikan dengan

petunjuk yang terdapat dalam CeQda, yaitu skripsi terdiri dari lima

bab mengikuti pokok permasalahan yang akan dibahas oleh penulis.

Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :

Bab I adalah penjelasan tentang latar belakang masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat akademis

dan praktis, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II terdiri dari landasan teori mengenai komunikasi

(definisi komunikasi, unsur-unsur komunikasi, tujuan komunikasi,

dan hambatan komunikasi), pola komunikasi (definisi pola

komunikasi, macam-macam pola komunikasi), santri, kyai, dan

pondok pesantren salafiyah.

Bab III merupakan pemaparan profil Pondok Pesantren

Salafiyah Daarul Istiqomah (sejarah singkat, alamat, visi dan misi,

aktivitas pesantren, susunan kepengurusan, metode pendidikan dan

kurikulum).

Page 24: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

16

Bab IV adalah penjabaran analisis pola komunikasi santri

dan kyai serta analisis mengenai faktor penghambat komunikasi

santri dan kyai di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah.

Bab V adalah penutup yang menyajikan kesimpulan dan

saran.

Page 25: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu aspek utama dalam kehidupan

manusia. Tanpa komunikasi manusia tidak akan bisa survive untuk

melangsungkan kehidupannya. Komunikasi diibaratkan sebagai nafas

untuk melakukan semua aktivitas, mulai dari belajar, bergaul,

beribadah, dimanapun dan kapanpun aktivitas itu dilakukan tidak bisa

terlepas dari komunikasi.

Komunikasi juga berfungsi untuk membentuk konsep diri dan

aktualisasi diri. Komunikasi pula yang memungkinkan kita

berinteraksi dan melakukan kerja sama dengan orang lain. Komunikasi

pula yang menghasilkan penilaian atau persepsi orang lain terhadap

diri kita, dan sebagainya.1

Secara bahasa, komunikasi berasal dari bahasa Latin

communicatio, yang asal katanya adalah communis. Communis berarti

sama. Sama yang dimaksud adalah kesamaan makna. Menurut Onong

Uchjana, kesamaan makna yang dimaksud diatas hanya sebatas arti

kata saja. Dengan kata lain, komunikasi paling tidak harus memiliki

kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan agar

komunikasi tersebut berjalan efektif. Karena komunikasi tidak hanya

1Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2007), h. 6.

Page 26: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

18

bersifat informatif (sebatas memberi pengetahuan dan pengertian),

tetapi juga bersifat persuasif (memberikan pemahaman atau keyakinan

dan kesedian untuk melakukan suatu perbuatan). 2

Deddy Mulyana menyebutkan tiga konseptualisasi komunikasi.

Tiga konseptualisasi tersebut yaitu : komunikasi sebagai tindakan satu

arah, komunikasi sebagai proses interaksi, dan komunikasi sebagai

transaksi.3 Dari tiga konsep tersebut kita bisa melihat beberapa definisi

komunikasi yang dikemukakan para ahli.

Dalam konsep komunikasi sebagai tindakan satu arah, Benard

Berelson dan Gary A. Steiner mendefinisikannya sebagai transmisi

informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dengan menggunakan kata-

kata, gambar, dan lain sebagainya. Menurut Gerald R. Miller,

komunikasi berarti proses yang terjadi ketika komunikator

menyampaikan pesan kepada komunikan dengan penuh kesadaran

untuk mempengaruhi komunikan.4

Komunikasi dalam konsep interaksi memiliki arti yang lebih luas

bila dibandingkan dengan komunikasi dalam konsep tindakan satu arah

karena dalam konsep ini, komunikasi dipandang sebagai proses

pertukaran pesan dua arah. Artinya komunikan tidak hanya bertugas

menerima pesan, namun ada kalanya komunikan juga menjadi

2Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : Rosda, 2007),

h. 9. 3Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2007), h. 67. 4Ibid, h. 67.

Page 27: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

19

komunikator.5 Dengan kata lain, ada proses interaksi atau sebab akibat

dalam konsep ini. Pada saat komunikator memberikan pesan,

komunikan tidak hanya menerima namun juga memberikan tanggapan

sehingga komunikasi berjalan dua arah. Istilah tersebut dikenal dengan

feed back atau umpan balik.

Sementara itu menurut kerangka konsep transaksional, komunikasi

tidak terbatas pada hal-hal yang disengaja. Komunikasi juga dapat

terjadi tanpa disengaja atau disadari oleh pelakunya. Bentuk

komunikasi yang tidak disadari biasanya merupakan komunikasi non

verbal,6 seperti ekspresi wajah, cara berpakaian, gelengan kepala, dan

sebagainya. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa itu semua juga

bagian dari komunikasi.

2. Unsur-unsur Komunikasi

Unsur-unsur komunikasi terdiri dari sumber, pesan, media,

penerima, efek, dan feedback. Hal tersebut sejalan dengan definisi

komunikasi yang dirumuskan oleh Harold D. Lasswell yaitu Who Says

What In Which Channel To Whom With What Effect yang artinya Siapa

mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dan apa

pengaruhnya. Demikian pula dengan unsur komunikasi yang

5Deddy Mulayana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,

2007), h. 72. 6Ibid, h. 74.

Page 28: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

20

diformulasi oleh David K. Berlo. Formula Berlo dikenal dengan

SMCR, yakni Source, Message, Channel, dan Receiver.7

Adapun umumnya, unsur-unsur komunikasi adalah sebagai

berikut:

a. Sumber

Sumber adalah pembuat dan pengirim informasi. Ada juga

yang mengartikan sumber sebagai dasar dari sebuah informasi.

Oleh karena itu sumber bisa berupa orang, buku, koran, dan

sebagainya. Bila dikaitkan dalam komunikasi antar manusia,

sumber ini biasa disebut komunikator.

Komunikator tidak hanya berfungsi sebagai pengirim

informasi, namun ia juga bisa berperan sebagai komunikan

yang memberikan tanggapan atau umpan balik dalam proses

komunikasinya.

b. Pesan

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan komunikator

kepada komunikan dalam proses komunikasi.8 Pesan dapat

disampaikan secara langsung dengan tatap muka, atau melalui

media. Pesan juga dapat berupa informasi, hiburan, ajakan, atau

paksaan.

Agar pesan dapat diterima oleh komunikan, maka pesan

harus bisa dipahami, jelas, bahasa atau istilah yang digunakan

7Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007),

h.23. 8Ibid, h.24.

Page 29: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

21

merupakan bahasa atau istilah yang dimengerti oleh komunikan

dan seimbang.

c. Media

Media yang dimaksud adalah saluran atau cara pengiriman

pesan dari komunikator kepada komunikan. Media ini

bermacam-macam. Ada yang menyebutkan bahwa alat indra

manusia pun masuk dalam kategori media karena alat indra

itulah yang memungkinkan manusia melakukan komunikasi.

Seperti mulut, ekspresi wajah, gerakan tangan atau kaki, dan

sebagainya.9

Media juga bisa berupa gadget seperti telepon, fax, ponsel,

laptop, dan lain-lain. Dalam komunikasi massa, kita mengenal

adanya media massa yang juga bisa menjadi media komunikasi

seperti koran, tabloid, tv, radio, internet, dan lain sebagainya.

d. Penerima

Penerima adalah pihak yang menerima pesan dari

komunikator. Penerima juga dikenal dengan istilah komunikan.

Komunikan bisa terdiri dari satu orang atau lebih.10

e. Efek

Efek atau pengaruh muncul setelah komunikasi dilakukan.

Dapat dikatakan juga bahwa efek merupakan hasil akhir proses

9Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007),

h. 23. 10

Ibid, h.27.

Page 30: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

22

komunikasi. Efek tersebut bisa dilihat dari perubahan perasaan,

pengetahuan, atau sikap komunikan.11

f. Feedback (Umpan Balik)

Feedback merupakan tanggapan yang diberikan oleh

komunikan atas apa yang disampaikan oleh komunikator. Ada

yang beranggapan bahwa tanpa feedback pun komunikasi bisa

tetap berlangsung, namun banyak juga yang mengatakan bahwa

dalam komunikasi harus ada feedback karena feedback

merupakan indikasi dari partisipasi komunikan. Komunikasi

tidak hanya berjalan satu arah, namun juga dua arah.12

3. Hambatan Komunikasi

Hafied Cangara menyebutkan tujuh macam hambatan komunikasi

yaitu : gangguan teknis, gangguan semantik, gangguan psikologis,

rintangan fisik, status, kerangka berpikir, dan budaya.13

Pertama, gangguan teknis adalah gangguan yang terjadi pada

saluran atau media komunikasi.14

Contoh, hujan deras disertai petir

mengakibatkan gangguan pada jaringan telepon. Sehingga ketika si A

menelepon si B, suara si A terdengar terputus-putus, sehingga si B

tidak bisa menangkap apa yang disampaikan si A.

Kedua, gangguan semantik merupakan gangguan yang disebabkan

oleh penggunaan bahasa yang kurang tepat, perbedaan bahasa dan latar

11

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007),

h. 27. 12

Ibid, h.28. 13

Ibid, h.153. 14

Ibid, h.153.

Page 31: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

23

belakang budaya, atau kalimat yang tidak sistematis sehingga

membingungkan, dan lain sebagainya.15

Contoh, Ketika seorang

mahasiswa mewawancarai seorang petani desa yang hanya lulusan SD,

dan mahasiswa tersebut menggunakan kata-kata atau istilah-istilah

ilmiah yang tidak dipahami oleh si petani tersebut.

Ketiga, gangguan psikologis ialah gangguan yang terjadi karena

adanya masalah dalam diri individu.16

Misalnya ketika seseorang

dalam keadaan takut, ia ingin sekali mengungkapkan ketakutannya,

namun sepertinya semua kata tertahan di tenggorokannya sehingga

bicaranya terbata-bata dan orang lain tak dapat menangkap pesan yang

ia berikan.

Keempat, rintangan fisik bisa berupa perbedaan letak geografis

antara komunikan dengan komunikator, ditambah lagi dengan sulitnya

mendapatkan akses media komunikasi. Selain perbedaan letak

geografis, rintangan fisik juga bisa diartikan adanya ketidaknormalan

pada panca indera komunikan, seperti kurangnya daya pendengaran

atau penglihatan.17

Kelima, rintangan status adalah rintangan yang terbentuk karena

adanya perbedaan status antara komunikator dengan komunikan.

Contoh, perbedaan status mahasiswa dan dosen sering membuat

mahasiswa canggung untuk berkomunikasi dengan dosennya.

15

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007)

h.154. 16

Ibid, h. 154. 17

Ibid, h.155.

Page 32: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

24

Keenam, rintangan kerangka berpikir ini terjadi karena adanya

perbedaan cara pandang diantara pelaku komunikasi. Perbedaan cara

pandang atau persepsi terhadap sesuatu hal tak jarang menghambat

proses komunikasi dan menimbulkan konflik. Contoh, mantan Wakil

Bupati Garut, Dicky Chandra menyatakan mundur dari jabatannya

karena terdapat perbedaan pandangan dan prinsip antara dirinya

dengan Bupati Garut.

Ketujuh, rintangan budaya adalah rintangan berupa perbedaan

sistem nilai, adat dan kebiasaan komunikator dengan komunikan.18

Tidak semua orang bisa dengan mudah memahami dan menerima

nilai-nilai budaya masyarakat. Contoh, orang Amerika menganggap

bahwa pembicaraan seputar agama dan politik adalah hal yang sangat

privasi, sehingga dianggap kurang sopan untuk membicarakan atau

menanyakan seputar hal tersebut. Kenyataan tersebut bertolak

belakang dengan budaya di Indonesia, biasanya di Indonesia,

keyakinan dan afiliasi politik seseorang menjadi hal yang biasa untuk

diperbincangkan.19

B. Pola Komunikasi

1. Definisi Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan gabungan dari dua kata, yakni pola

dan komunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti

18

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007),

h. 155. 19

Deddy Mulyana, Komunikasi Humoris : Belajar Komunikasi Lewat Cerita dan Humor

(Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. x.

Page 33: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

25

bentuk atau sistem.20

Dalam kajian ini, pola merupakan suatu rangka

atau bentuk yang digunakan untuk membuat sesuatu yang sama

dengan rangka tersebut. Pola juga dapat diartikan sebagai proses atau

sistem berjalannya sesuatu.

Nurudin menjelaskan bahwa pada dasarnya komunikasi adalah

sebuah pemrosesan ide, gagasan, lambang, dan melibatkan orang lain

di dalam proses tersebut. Setiap orang memiliki perbedaan dalam

melakukan pemrosesan ide, gagasan, dan lambang tersebut sehingga

terdapat pola-pola tertentu sebagai wujud perilaku manusia dalam

berkomunikasi.21

2. Macam-macam Pola Komunikasi

Joseph A. Devito mengelompokkan pola komunikasi menjadi

empat macam, yaitu komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok

kecil, komunikasi publik, dan komunikasi massa. Adapun Nurudin

memiliki konsep yang lain dari Joseph A. Devito. Menurut Nurudin,

pola komunikasi yang berkembang di Indonesia yaitu meliputi

komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal), komunikasi

antarpribadi (interpersonal), komunikasi kelompok, dan komunikasi

massa.22

20

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai

Pustaka, 2005), h. 884-885. 21

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.26. 22

Ibid.

Page 34: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

26

a. Komunikasi Intrapersonal

Komunikasi intrapersonal atau dalam istilah bahasa

Indonesia disebut dengan komunikasi dalam diri, atau komunikasi

dengan diri sendiri dapat diartikan sebagai suatu proses komunikasi

seseorang dengan dirinya, pikirannya, dan perasaannya. Ketika kita

berpikir, merenung, dan merasakan bahwa pikiran kita mengalir

dan kita hanyut dalam pikiran kita tersebut, sebenarnya tanpa

disadari kita sedang berkomunikasi dengan diri sendiri.

Sebagai contoh, ketika seseorang yang baru lulus SMA, dia

berpikir untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi.

Dia memikirkan jurusan yang diinginkan, baik buruknya, biayanya,

peluang kerjanya, dan sebagainya. Dia juga mulai mencari

informasi tentang perguruan tinggi yang ada. Dan akhirnya ia

memutuskan untuk mendaftar di beberapa perguruan tinggi negeri.

Komunikasi dengan diri sendiri ini memiliki beberapa

karakteristik, penulis mengutip dari buku Sistem Komunikasi

Indonesia yang ditulis oleh Nurudin sebagai berikut :

“Ada tanda-tanda umum sesuatu bisa dikatakan

komunikasi dengan diri sendiri, yaitu : keputusan

merupakan hasil berpikir atau hasil usaha intelektual,

keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif,

keputusan selalu melibatkan tindakan nyata walaupun

pelaksanaannya boleh ditangguhkan atau dilupakan.”23

23

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007), h. 30.

Page 35: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

27

b. Komunikasi Interpersonal

Untuk memahami definisi dari komunikasi interpersonal

atau komunikasi antarpribadi memang tidak mudah. Menurut

Budyatna, komunikasi antarpribadi bukan hanya sebatas

komunikasi yang dilakukan dengan tatap muka dan memberikan

feedback secara langsung. Menurutnya, komunikasi antarpribadi

harus dilihat dari tingkatan analisis dalam melakukan prediksi yang

dilakukan oleh komunikator.24

Gerald R. Miller menyatakan bahwa terdapat tiga tingkatan

analisis dalam melakukan prediksi, yaitu : analisis tingkat kultural,

sosiologis, dan psikologis.25

Pertama, analisis tingkat kultural yaitu analisis yang

dilakukan oleh komunikator untuk mengetahui latar belakang

budaya komunikannya. Kedua, analisis tingkat sosiologis terjadi

ketika komunikator mengidentifikasi latar belakang sosiologis

komunikannya. Ketiga, analisis tingkat psikologis merupakan

analisis yang dilakukan komunikator dengan melihat kepribadian

dan watak komunikannya. Jika komunikan mampu melakukan

prediksi di tingkat psikologis. Maka saat itu pula bisa dinyatakan

terjadinya komunikasi antarpribadi.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam komunikasi

antarpribadi segala atribut sosial dilepaskan. Artinya dalam

24

M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi (Jakarta : Universitas

Terbuka, 1994), h. 12. 25

Ibid

Page 36: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

28

hubungan komunikasi antarpribadi, status sosial seseorang tidak

lagi diperhitungkan. Misalnya saja komunikasi antarpribadi yang

dilakukan oleh atasan dan bawahan, mahasiswa dengan dosen, dan

lain sebagainya.26

c. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok, sebagaimana pola-pola komunikasi

yang lain juga memiliki beberapa ciri khusus. Nurudin

menyebutkan tiga ciri yang dapat mengidentifikasi tejadinya

komunikasi kelompok. Ciri-cirinya yaitu, komunikator

menyampaikan pesan kepada komunikan dalam jumlah besar

dengan cara tatap muka, komunikasi berlangsung terus-menerus

(berkelanjutan), dan pesan yang disampaikan adalah pesan yang

sudah dipersiapkan terlebih dahulu.27

Kelompok berarti sekumpulan orang yang terikat, memiliki

tujuan dan organisasi baik formal maupun informal, dan

melibatkan interaksi antara sesama anggota kelompok.28

d. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah komunikasi yang dilakukan

melalui media massa. Menurut Onong Uchjana Effendy dalam

26

M. Budyatna dan Nina Mutmainah, Komunikasi Antarpribadi (Jakarta : Universitas

Terbuka, 1994), h. 39. 27

Nurudin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007), h.33. 28

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011),

h.139.

Page 37: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

29

buku Komunikasi Teori dan Praktek,29

komunikasi massa memiliki

ciri-ciri sebagai berikut :

Pertama, berlangsung satu arah. Komunikasi massa

berlangsung satu arah karena tidak ada feedback langsung dari

komunikan. Sebagai contoh, media massa sebagai komunikator

yang menyampaikan berita kepada masyarakat tidak dapat

mengetahui feedback masyarakat secara langsung namun bila

dilihat bila dilihat dari perkembangan media massa saat ini,

feedback dari komunikan dapat disampaikan melalui kolom opini

di koran-koran, atau program suara pemirsa di televisi, komentar-

komentar di facebook atau twitter yang biasanya disediakan oleh

media.

Kedua, komunikator merupakan sebuah lembaga karena

komunikasi massa dilakukan melalui media massa, maka yang

berperan sebagai komunikator adalah lembaga media massa itu

sendiri. Media massa pada dasarnya merupakan sebuah industri

yang memiliki organisasi. Dalam organisasi tersebut terdapat

wartawan, reporter, penyiar, dan sebagainya yang bertugas

membuat dan menyiarkan informasi untuk disampaikan kepada

masyarakat.

Ketiga, pesan bersifat umum. Karena media massa adalah

media umum yang diketahui serta dikonsumsi oleh masyarakat

luas, jadi pesan yang disebarkan juga bersifat umum. Umum dalam

29

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung : Rosda, 2007),

h.21.

Page 38: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

30

arti ditujukan untuk khayalak dan untuk kepentingan khalayak.

Media massa tidak bisa mengirim pesan yang sifatnya rahasia atau

hanya ditujukan pada satu orang saja.

Keempat, disiarkan secara serempak. Salah satu kelebihan

media massa ialah kemampuannya mengirimkan pesan atau

informasi secara serempak. Media televisi atau radio dapat

menyiarkan informasinya secara serempak dan khalayak sebagai

komunikan juga dapat menerimanya secara serempak. Ketika

semua stasiun televisi memberitakan banjir di jalan tol Jakarta –

Merak, maka semua khalayak di seluruh Indonesia dapat

mengetahui dan menyaksikan informasi itu disaat yang bersamaan,

meskipun mereka tidak berada di satu wilayah.

Kelima, komunikan bersifat heterogen. Media massa

ditujukan untuk masyarakat umum yang memiliki perbedaan

wilayah geografis, budaya, agama, latar belakang pendidikan, dan

lain sebagainya. Hal tersebut menjadikan komunikan bersifat

heterogen atau bermacam-macam. Tak jarang hal tersebut menjadi

salah satu kendala media massa dalam memasarkan produk atau

program-programnya. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pelaku

industri media massa melakukan segmentasi pasar. Mereka

membuat program-program berdasarkan segmentasi atau kelompok

sasarannya.

Page 39: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

31

C. Santri

1. Definisi Santri

Nurcholis Madjid menyebutkan bahwa makna kata santri berasal

dari dua sumber. Pertama, kata santri berasal dari bahasa Sanskerta

yang berarti melek huruf. Kedua, kata santri berasal dari bahasa Jawa

yang diambil dari kata cantrik. Cantrik berarti seorang murid yang

selalu mengikuti kemanapun gurunya pergi atau menetap.30

Dalam

literatur lain disebutkan, bahwa kata santri asalnya dari bahasa India,

yakni shastri yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau

buku-buku tentang ilmu pengetahuan.31

Santri salafiyah memiliki ciri yang khas yang membedakannya

dengan santri modern, pelajar, maupun mahasiswa. Satu diantaranya

adalah sikap ruh al-inqiyat yang tinggi, yaitu sikap mendengar dan

patuh pada kyai dan guru.32

Sikap tersebut memang sangat melekat

pada santri salafiyah karena bagi mereka keridhoan guru sangat

penting untuk kesuksesan hidup mereka. Maka mereka sangat

memuliakan kyai atau guru mereka agar mendapat keberkahan dan

ridho dari Allah SWT, sehingga ilmu yang diberikan kepada mereka

bermanfaat bagi kehidupan mereka saat ini hingga nanti.

Hal tersebut sejalan dengan salah satu bab yang dijelaskan di kitab

Ta’limul Muta’allimm karya Syekh Al-Zarnuzi. Kitab tersebut berisi

etika menuntut ilmu. Satu diantaranya yaitu dengan mengagungkan

30

Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren (Jakarta : Paramadina, 1997), h. 19. 31

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Pesantren,” dalam Ensiklopedi Islam 4 (Jakarta :

PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 99. 32

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 20.

Page 40: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

32

ilmu dan ulama. Ungkapan Syekh Al-Zarnuzi ini menarik untuk

dikutip.

“Ketahuilah, bahwa penuntut ilmu tidak akan dapat meraih

ilmu dan memanfaatkan ilmunya kecuali dengan menghormati

ilmu dan ulama serta memuliakan dan menghormati guru. Orang

yang ingin mencapai sesuatu tidak akan berhasil kecuali dengan

menghargai dan orang tidak akan jatuh dalam kegagalan kecuali

dengan meninggalkan rasa hormat dan mengangungkan.”33

2. Kategorisasi Santri

Santri digolongkan menjadi dua. Pertama, santri mukim. Kedua,

santri kalong.34

Santri mukim adalah sebutan bagi santri yang tinggal

di asrama pondok pesantren yang biasa disebut kobong atau asrama.

Mereka menetap disana selama masih menimba ilmu di pondok

pesantren. Biasanya mereka hanya pulang pada waktu-waktu tertentu,

seperti Idul Fitri, Idul Adha, atau waktu-waktu lain yang

mengharuskan mereka pulang ke rumah. Bahkan ada juga santri senior

yang mengabdi di pondok pesantrennya dan biasanya bertugas

membantu kyai dalam mengurus atau mengajar para santri.

Sedangkan santri kalong adalah julukan bagi para santri yang tidak

menetap di kobong. Mereka biasanya bertempat tinggal tidak jauh dari

pondok pesantren, sehingga setelah kegiatan di pesantren selesai

mereka bisa kembali pulang ke rumah masing-masing.

33

Syekh Al-Zarnuzi, Ta’limul Muta’allim. Penerjemah Achmad Sunarto (Bandung :

Husaini, 1422 H), h.31-32. 34

Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholish Madjis terhadap Pendidikan Islam

Tradisional (Jakarta : Quantum Teaching, 2005), h. 66.

Page 41: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

33

D. Kyai

Dalam buku Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi yang ditulis oleh Mujamil Qomar dijelaskan

bahwa, kata „kyai‟ dalam bahasa Jawa biasanya digunakan untuk tiga jenis

gelar. Pertama, untuk seorang yang ahli agama Islam yang mempunyai

atau menjadi pimpinan pesantren dan menguasai kitab-kitab kuning serta

mengajarkan kepada para santrinya. Kedua, sebagai gelar kehormatan

untuk orang-orang tua pada umumnya. Ketiga, sebutan untuk barang-

barang yang dianggap keramat.35

Aliy As‟ad menjelaskan bahwa kata kyai ditujukan kedalam tiga

dimensi. Pertama, kyai ulama seperti Kyai Hasim Asy‟ari, Kyai Ahmad

Dahlan, Kyai Abdur Rahman Wahid, dan lain-lain. Kedua, kyai sebutan

maksudnya adalah sebutan bagi orang yang memunyai kelebihan dan

memunyai pendukung untuk mengakui kelebihannya. Ketiga, kyai aku-

akuan. Kyai aku-akuan merupakan orang yang tidak memiliki kelebihan

spiritual apapun namun mengaku dirinya kyai. Biasanya orang tersebut

akan marah atau tidak mau menyahut bila tidak disapa dengan sebutan

kyai.36

Lebih lanjut dijelaskan dalam tulisan Syahrul A‟dam mengenai

ciri-ciri kyai, diantaranya adalah : menguasai ilmu agama secara

mendalam, keilmuannya diakui oleh masyarakat, menguasai kitab kuning

dengan matang, taat beribadah kepada Allah SWT, mandiri dalam

35

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 27. 36

Syahrul A‟dam, “Pesantren : Kiai dan Tarekat,” dalam Suwito, Sejarah Sosial

Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), h. 273.

Page 42: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

34

bersikap, tidak mau “mendatangi” penguasa, memperoleh ilham dari

Allah.37

Dari uraian di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa gelar

kyai tidak didapatkan dalam pendidikan formal. Kyai adalah gelar yang

diberikan langsung oleh masyarakat kepada orang yang dinilai alim dalam

bidang agama, memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan

dalam masyarakat, menjadi opinion leader, dan biasanya memimpin atau

memiliki pesantren. Gelar kyai tersebut diberikan secara tulus dari

masyarakat tanpa paksaan dari pihak manapun.

E. Pondok Pesantren

1. Terminologi Pondok Pesantren

Secara umum, pesantren dapat diartikan sebagai tempat tinggal dan

tempat belajar para santri. Menurut M. Arifin sebagaimana dikutip

oleh Mujamil Qomar, pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan

Islam dengan sistem asrama (pondok) yang dipimpin oleh seorang kyai

di mana para santrinya belajar dengan sistem pengajian atau

madrasah.38

2. Sejarah Pesantren

Terdapat dua versi yang melatarbalakangi terbentuknya pesantren

di Indonesia. Versi pertama menyatakan bahwa pesantren berasal dari

tradisi tarekat dalam Islam. Hal yang mendasarinya yaitu penyebaran

37

Syahrul A‟dam, “Pesantren : Kiai dan Tarekat,” dalam Suwito, Sejarah Sosial

Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), h. 273. 38

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 3.

Page 43: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

35

Islam yang lebih banyak dikenal dengan kegiatan tarekat.39

Bahkan

sampai sekarang pun pesantren identik dengan ajaran para sufi.

Sedangkan versi kedua ialah versi yang menganggap bahwa pesantren

mengadaptasi sistem pendidikan Hindu yang awalnya menguasai

masyarakat Indonesia, serta diberlakukannya sistem asrama dalam

kegiatan belajar mengajar mereka.40

Mengenai pendiri pondok pesantren pertama kali pun belum

diketahui secara pasti namun para ahli berkeyakinan bahwa Syekh

Maulana Malik Ibrahim atau yang dikenal dengan Syekh Magribi dari

India lah yang mendirikan pesantren pertama kali. Hal tersebut

didasarkan pada anggapan mayoritas ahli sejarah. Menurut mereka,

Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah orang yang perama kali

menyebarkan agama Islam di Jawa.41

3. Jenis-jenis Pesantren

Bila dilihat dari berbagai sudut pandang, pondok pesantren dapat

dikategorisasikan kedalam beberapa bagian. Namun, karena penelitian

ini berfokus pada pesantren salafiyah, maka penulis mengutip

pandangan Dhofier yang membagi pesantren berdasarkan sifat

keterbukaan terhadap perubahan. Dhofier membagi pesantren kedalam

dua kategori, yakni pesantren salafi dan khalafi.42

39

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Pesantren,” dalam Ensiklopedi Islam 4 (Jakarta :

PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 100. 40

Amin Haedari, ed., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global (Jakarta : IRD Press, 2004), h. 2. 41

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 8. 42

Ibid, h. 16.

Page 44: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

36

Di Indonesia, pesantren salafi familiar dengan nama pesantren

tradisional. Sedangkan, pesantren khalafi disebut juga dengan

pesantren modern. Dalam pesantren khalafi terdapat pelajaran-

pelajaran umum yang diajarkan dalam sekolah-sekolah umum yang

dibuat di lingkungan pesantren. Adapun, penjelasan tentang pesantren

salafiyah akan dijabarkan secara rinci pada poin berikutnya.

4. Pondok Pesantren Salafiyah dan Karakteristiknya

Salafiyah merupakan istilah yang digunakan oleh beberapa

kalangan untuk menamakan kelompok atau alirannya. Konsep

salafiyah di Indonesia sangat bebeda dengan konsep salafiyah yang

dipahami di dunia arab atau di lingkungan universal. Dalam kajian ini,

salafiyah yang dibahas penulis adalah konsep salafiyah yang

digunakan oleh kelompok pesantren tradisional yang ada di Indonesia.

Salafiyah atau biasa juga disebut dengan salafy, atau salafi. Istilah-

istilah tersebut berakar pada satu kata yakni kata salaf yang secara

bahasa berarti telah lalu atau terdahulu. Sedangkan, secara istilah, salaf

berarti Shalafus Shalih yaitu para pendahulu umat Islam yang shalih.

Abu Abdirrahman Al Thalibi menuliskan bahwa salafiyah berarti

khasanah ilmu atau ajaran Shalafus Shalih, dan salafi berarti orang-

orang yang mengikuti ajaran Shalafus Shalih.43

Sebagaimana yang sering kita dengar, pondok pesantren salafiyah

juga disebut pondok pesantren tradisional. Tradisional itu sendiri

berasal dari kata tradisi yang artinya budaya atau tatanan yang hidup

43

Abu Abdirrahman Al Thalibi, Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak : Meluruskan Sikap

Keras Dai Salafi (Jakarta : Hujjah Press, 2006), h. 8-9.

Page 45: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

37

dalam masyarakat. Tradisi biasanya dilakukan secara turun temurun

sehingga tradisi atau tradisional ini identik dengan istilah klasik atau

konservatif.44

Konsep salafiyah yang berarti tradisional inilah yang

digunakan oleh penulis dalam penelitian ini.

Hal tersebut sejalan dengan ciri khas yang melekat pada pesantren

salafiyah. Yakni kitab-kitab klasik yang digunakan sebagai referensi

utama kegiatan belajar mengajar mereka. Oleh karena itu, penulis

dapat menyimpulkan bahwa pondok pesantren salafiyah adalah

lembaga pendidikan Islam yang mengikuti ajaran Shalafus Shalih serta

menjaga nilai-nilai tradisi dengan menjadikan kitab-kitab klasik

sebagai bahan kajian yang dipimpin atau diajarkan oleh seorang kyai.

Mukti Ali menjelaskan karakteristik pondok pesantren salafiyah

beberapa diantaranya yaitu : Pertama, hubungan kyai dan santri terjalin

dengan akrab. Kedua, santri membudayakan tradisi kepatuhan dan

ketundukan terhadap kyai. Ketiga, pola hidup sederhana (zuhud).

Keempat, kemandirian yang tinggi. Kelima, mencoloknya suasana

tolong menolong dan persaudaraan.45

5. Unsur-unsur Pondok Pesantren Salafiyah

Menurut para pengamat, pesantren memiliki lima unsur. Yaitu :

Kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajian. Adapun uraiannya kelima

unsur tersebut adalah sebagai berikut :

44

Amin Haedari, ed., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global (Jakarta : IRD Press, 2004), h. 4-5. 45

Ibid, h. 15.

Page 46: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

38

a. Kyai

Kyai menjadi unsur yang pasti ada dalam pesantren karena

kyai adalah pendiri, pengasuh, serta pemimpin sebuah

pesantren. Biasanya pondok pesantren dibuat atas dasar

keinginan dan anggaran pribadi kyai. Oleh karena itu, kyai

adalah tokoh sentral dalam sebuah pondok pesantren.46

b. Santri

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sub bab

sebelumnya, santri adalah orang yang belajar di pondok

pesantren. Kehadiran santri tentu menjadi unsur penting dalam

kehidupan pesantren. Bila hanya ada kyai, namun tidak ada

santri, maka kyai tidak akan memiliki objek yang akan ia didik

di pesantren yang ia bangun.47

c. Masjid dan Majelis

Setiap pesantren memiliki kebijakan yang berbeda dalam

menggunakan tempat mengaji atau belajar. Ada yang

menggunakan masjid sebagai tempat ibadah sholat sekaligus

tempat mengaji.48

Ada juga yang menggunakannya secara

terpisah. Masjid digunakan untuk sholat dan majelis digunakan

untuk mengaji, berkumpul, menerima tamu, dan lain-lain.

46

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 20. 47

Ibid, h. 20. 48

Ibid, h. 21.

Page 47: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

39

d. Pondok

Pondok atau asrama adalah tempat tinggal para santri. Di

daerah Banten, pondok atau asrama ini biasa disebut kobong.

Kobong ini biasanya terdiri dari deretan kamar-kamar. Kamar-

kamar tersebut dibangun dengan sangat sederhana. Hal tersebut

menggambarkan kehidupan santri yang penuh dengan

kesederhanaan dan kemandirian.49

e. Pengajian

Dalam pondok pesantren salafiyah, pengajian yang

dimaksud adalah proses mempelajari kitab-kitab klasik atau

dikenal dengan sebutan kitab kuning atau kitab gundul. Istilah

kitab kuning tersebut diambil dari warna lembaran kertas yang

digunakan oleh kitab tersebut, yakni kertas berwarna kuning

dan kitab gundul dilihat dari tulisan arab gundul (tanpa harakat)

yang ditulis di kitab tersebut.50

Kitab-kitab yang dipelajari di pesantren sekurang-

kurangnya adalah kitab-kitab nahwu-sharaf, fiqih, tauhid, dan

tasawuf.51

Adapun cara mengaji kitab-kitab tersebut yaitu

dengan menggunakan metode bandungan dan sorogan.52

Bandungan adalah pengajian bersama-sama yang dipimpin

49

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta : Erlangga, 1992), h. 31. 50

Amin Haedari, ed., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global (Jakarta : IRD Press, 2004), h. 37. 51

Yasmadi, Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholish Madjis terhadap Pendidikan Islam

Tradisional (Jakarta : Quantum Teaching, 2005), h. 78. 52

Amin Haedari, ed., Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global (Jakarta : IRD Press, 2004), h. 41.

Page 48: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

40

oleh kyai. Para santri mendengarkan, menyimak, dan nyoret

(memberi tanda baca pada kitab) apa-apa yang disampaikan

atau dijelaskan oleh kyai berkenaan dengan kitab yang sedang

mereka kaji,53

sedangkan sorogan adalah pengajian individu,

dimana santri berhadapan langsung dengan kyai untuk

melancarkan bacaan dengan mengulang kembali pelajaran yang

sudah dilakukan dengan cara bandungan. Sorogan tersebut

juga menjadi salah satu penilaian dan evaluasi bagi santri.

Sorogan menjadi indikator bagi kyai untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan santrinya dalam menguasa kitab kuning.

Namun, sorogan biasanya ditawarkan kyainya kepada santri

yang sudah cukup mahir dalam pembacaan kitab kuning.

Adapun santri yang kemampuan membaca kitab kuningnya

kurang, maka ia melakukan sorogan pada seniornya.54

6. Peranan Pondok Pesantren Salafiyah

Pondok pesantren salafiyah disebut-sebut memiliki peranan

penting dalam proses dakwah Islamiyah di Indonesia. Pesantren juga

memiliki peranan besar dalam peningkatan iman dan takwa serta

pembentukan akhlak yang baik di masyarakat.

“Pesantren selalu dijadikan contoh dan panutan oleh

masyarakat dalam segala hal yang dilakukan atau dianjurkan untuk

dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga keberadaan pesantren di

Indonesia itu telah berperan menjadi potensi yang sangat besar

53

Wawancara penulis dengan Muhammad Juhandi, Pandeglang, halaman kobong 1, 16

Februari 2012, pukul 16.00 WIB. 54

Ibid.

Page 49: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

41

dalam pengembangan masyarakat, terutama masyarakat muslim

lapisan menengah ke bawah.55

Selain tersebut diatas, Mujamil Qomar juga mengidentifikasi

beberapa paran penting pesantren. Peran penting tersebut adalah

sebagai berikut : Pertama, sebagai pusat berlangsungnya transmisi

ilmu-ilmu Islam tradisional. Kedua, sebagai pemelihara kaberadaan

Islam tradisional. Ketiga, sebagai pusat reproduksi ulama.56

Peran pesantren salafiyah sebagai transmisi ilmu-ilmu Islam

tradisional memang secara jelas dapat dilihat di pondok pesantren

salafiyah. Baik metode maupun kurikulum yang diterapkan di sana

berkenaan dengan ilmu-ilmu Islam tradisional yang sudah sangat

jarang dijumpai di pesantren-pesantren modern. Pesantren salafiyah

juga menjadi bagian penting dari kelestarian Islam tradisonal di

Indonesia. Seiring dengan pesatnya perkembangan pesantren modern,

pesantren salafiyah tetap bertahan dan konsisten menjaga nilai-nilai

salafiyah. Selain itu, pesantren salafiyah juga memiliki andil besar

dalam lahirnya ulama-ulama. Karena di pesantren salafiyah, para santri

dibimbing untuk menguasai ilmu agama secara mendasar. Banyak

pesantren yang hanya menciptakan dai-dai instan namun minim akan

ilmu. Biasanya ulama-ulama yang lahir dari pesantren salafiyah

memiliki keilmuan yang kuat, mendasar, dan mendalam karena proses

pengajian ilmu di pesantren salafiyah bukanlah proses yang instan.

55

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, “Pesantren,” dalam Ensiklopedi Islam 4 (Jakarta :

PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), h. 105. 56

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi

Institusi (Jakarta: Erlangga 1992), h. 25-26.

Page 50: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

42

BAB III

GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN SALAFIYAH

DAARUL ISTIQOMAH

A. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah

Daarul Istiqomah adalah pondok pesantren salafiyah yang sudah

mengalami empat generasi kepemimpinan. Didirikan pada tahun 1935 oleh

Abuya Tubagus Dulkarim di Desa Kalang Gunung Cipeucang Pandeglang.

Disana dibangun 4 kobong (asrama) dengan 10 kamar perkobong.

Ratusan santri dari berbagai wilayah, khususnya Pulau Jawa dan Sumatera

datang dan belajar di pesantren ini. Pondok pesantren dibangun di tengah-

tengah masyarakat, bukan dengan sistem komplek. Dengan tujuan untuk

membaurkan para santri dan kehidupan pesantren dengan masyarakat

sekitar. Sehingga masyarakatpun dapat menilai secara langsung semua

kegiatan yang ada di pesantren Daarul Istiqomah. Selain itu, diharapkan

juga dengan menyatunya lingkungan pesantren dengan lingkungan

masyarakat, para santri dapat belajar bersosialisasi dengan masyarakat dan

masyarakat pun mampu menyerap nilai-nilai luhur pondok pesantren.1

Setelah Abuya Tubagus Dulkarim wafat, pesantren ini dipimpin

oleh Abuya Tubagus Antawi yang tak lain adalah menantu dari Abuya

Tubagus Dulkarim. Sekitar 200 santri tumbuh dan berkembang disini.

Salah satu santrinya adalah Tubagus Uwet Bueti yang selanjutnya

memegang kepemimpinan pesantren. KH. Tubagus Bueti menghabiskan 7

1Wawancara penulis dengan Muhammad Taufiq, Pandeglang, Majelis Daarul Istiqomah,

15 Maret 2012, 14.00 WIB.

Page 51: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

43

tahun di pesantren tersebut. Tubagus Uwet Bueti termasuk santri yang

rajin, ulet, dan mendedikasikan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk

mengabdi pada keluarga Abuya Antawi. Selain itu, Abuya Antawi juga

mengamati dan meyakini bahwa Tubagus Uwet memiliki kemampuan dan

kharisma seorang kyai. Hingga Abuya Antawi mewasiatkan kepada

keluarganya untuk menjodohkan dan menikahkan anak perempuannya, Hj.

Eni dengan Tubagus Bueti. Selang dua bulan setelah wafatnya Abuya

Antawi, Tubagus Bueti pun melangsungkan pernikahan dengan Hj. Eni.2

Pada saat mereka menikah, keadaan pesantren cukup

memprihatinkan. Pesantren vakum selama beberapa bulan karena belum

ada yang menggantikan kepemimpinan Abuya Antawi. Sehingga satu

persatu santrinya pulang hingga habis tak tersisa. Ditengah keterpurukan

itu, KH. Tubagus Uwet Bueti bersama istrinya berniat untuk

menghidupkan kembali ruh pesantren. Mereka berusaha dengan sungguh-

sungguh dan tak bosan-bosan berdoa agar pesantren yang pernah berjaya

itu kembali seperti semula. Tak lama kemudian, santri-santri baru dari

berbagai daerah berdatangan. KH. Uwet Bueti tampil sebagai pemimpin

dan pengajar. Pesantren pun hidup kembali. Kini hampir semua alumni

Daarul Istiqomah sudah sukses dan berkecimpung di dunia dakwah

sebagai dai. Bahkan ada juga yang sudah membangun pesantren di

daerahnya.3

Dibawah asuhan KH. Tubagus Uwet Bueti selama kurun waktu 25

tahun, pesantren ini mengalami beberapa kali pergantian nama. Awalnya

2Wawancara penulis dengan KH. Tubagus Uwet Bueti, Pandeglang, Ruang tamu

kediaman KH. Tubagus Uwet Bueti, 14 Maret 2012, pukul 14.00 WIB. 3Ibid.

Page 52: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

44

bernama Nurul Huda, yang berarti cahaya petunjuk. Berharap pesantren

Nurul Huda dapat menjadi cahaya petunjuk pada kebenaran bagi para

santrinya. Pada masa berikutnya, Nurul Huda berganti menjadi Dakwatul

Ummah. Karena pada masa itu, banyak santrinya yang gemar dan piawai

berdakwah. Namun pada perkembangannya, sesuai dengan tingkat

keilmuan dan kualitas hidup KH. Uwet Bueti, beliau menetapkan nama

baru bagi pesantren yang ia pimpin. Yakni Daarul Istiqomah. Hal tersebut

sejalan dengan cita-cita yang diharapkan bagi para santri dan keluarga

besar Daarul Istiqomah, yakni menjadi insan yang istiqomah dalam iman

dan islamnya.4

Sejak 2009, KH. Uwet Bueti menyerahkan kewenangan belajar

mengajar pada menantunya Ustad Muhammad Taufiq. Namun, KH. Uwet

Bueti sesekali masih juga aktif mengajar. Dibawah pengajaran Ustad

Muhammad Taufiq, jadwal mengaji semakin padat. Awalnya hanya dua

kali sehari, kini empat sampai lima kali sehari. Para santri digembleng

untuk menguasai kitab kuning dengan cara belajar secara kontinyu setiap

harinya.5

4Wawancara penulis dengan Muhammad Taufiq, Pandeglang, Majelis Daarul Istiqomah,

15 Maret 2012, 14.00 WIB. 5Ibid.

Page 53: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

45

B. Visi dan Misi

Visi :

Melahirkan generasi salafiyah yang istiqomah

dalam mengamalkan iman, islam, dan ilmunya bagi

dirinya, keluarga dan masyarakat.

Misi :

Membina santri untuk menjunjung tinggi dan

melestarikan nilai-nilai salafiyah.

Mengembangkan sikap istiqomah dalam kehidupan.

C. Susunan Kepengurusan

Pondok pesantren salafiyah Daarul Istiqomah memiliki susunan

kepengurusan yang sederhana dan tidak jauh berbeda dengan susunan

kepengurusan organisasi pada umumnya. Namun, Daarul Istiqomah

menggunakan istilah-istilah yang unik untuk jabatan-jabatan yang ada di

dalamnya.

Page 54: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

46

Adapun susunan kepengurusannya adalah sebagai berikut :

Adapun tugas-tugas pengurus diatas yaitu sebagai berikut :

1. Pimpinan : Tugasnya memimpin, mengasuh, serta

mengarahkan para santri untuk mewujudkan visi misi

pesantren.

2. Pengajar : Bertanggung jawab penuh untuk

mengajarkan kitab-kitab kuning kepada para santri.

3. Penasehat Lurah : Membantu mengarahkan lurah dan

memberikan solusi pada setiap permasalahan yang dihadapi

lurah. Yang menjadi penasehat lurah adalah mantan-mantan

lurah yang masih aktif belajar di pesantren tersebut.

4. Lurah : Istilah yang digunakan bagi ketua santri

yang bertugas untuk mengoordinasikan program atau instruksi

dari pimpinan atau pengajar kepada para santri serta

Pimpinan/Pengasuh :

KH. Tb. Uwet Bueti

Penasehat Lurah : Surya, Abal Qosim

Lurah :

Muhammad Juhandi

Santri

Wakil Lurah :

M. Munawir Sajali

RT :

Asep Saefullah

M. Dahlan

Pengajar : Ustad Muhammad Taufiq

Page 55: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

47

bertanggungjawab pada proses berjalannya program atau

instruksi tersebut.

5. Wakil Lurah : Membantu atau menggantikan tugas lurah.

6. RT : Mengawasi keamanan, kebersihan, dan

ketertiban kobong (asrama).

D. Alamat Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah

Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqoamah beralamat di Jl.

Raya Labuan Km. 13 Desa Kalang Gunung RT. 01 RW. 02 Kecamatan

Cipeucang Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten.

E. Rekapitulasi Santri

Santri yang belajar di Daarul Isiqomah berjumlah 35 orang. Terdiri

dari 32 santri mukim, dan 3 santri kalong. Santri yang mendominasi

berasal dari Pandeglang, sisanya dari Tangerang, Lebak, Lampung, dan

Jakarta. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :

Page 56: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

48

Tabel 1

Daftar Santri Mukim

No. Nama Daerah Asal

1 Abal Qosim Jakarta

2 Aef Saefudin Lebak

3 Afifudin Pandeglang

4 Ahmad Faezudin Pandeglang

5 Ahmad Faisal Falah Tangerang

6 Alpin Maulana Pandeglang

7 Andi Supandi Pandeglang

8 Asep Saefulloh Pandeglang

9 Asep Setiawan Lebak

10 Cecep Iskadar Pandeglang

11 Dede Joni Pandeglang

12 Dede Suryana Pandeglang

13 Eki Syahri Ramadhan Pandeglang

14 Hendri Tangerang

15 Jumanta Pandeglang

16 M. Ade Istiqory Tangerang

17 M. Munawir Sajali Pandeglang

18 Mahrom Lebak

19 Makmur Lebak

20 Makyani Lampung

21 Muhammad Dahlan Jakarta

22 Muhammad Juhandi Tangerang

23 Muhdi Pandeglang

24 Nur Ridwan Tangerang

25 Rohman Iskandar Lebak

26 Supriyanto Tangerang

27 Surya Lampung

28 Tb. Hasan Basri Pandeglang

29 Tb. Jamaludin Pandeglang

30 Tb. Saeful Rijal Pandeglang

31 Udin Pandeglang

32 Wahyudin Lampung

Page 57: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

49

Tabel 2

Daftar Santri Kalong

No. Nama Daerah Asal

1 Ahmad Jazi Pandeglang

2 Ahmad Syafi'i Pandeglang

3 Ahmad Saripin Pandeglang

F. Aktivitas Pesantren

Secara umum, kegiatan formal para santri Daarul Istiqomah

meliputi pengajian kitab kuning dengan metode bandungan dan sorogan,

ziarah ke makam para wali atau ulama, muhadoroh, dan perayaan

peringatan hari-hari besar Islam.

Selain kegiatan-kegiatan formal tersebut, para santri juga memiliki

kegiatan lain yang bersifat praktis. Ada yang berladang, bertani, dan

berternak. Ladang ditanami cabai, tomat, dan lalapan. Sedangkan hewan

yang diternak yaitu bebek dan ikan emas.

Page 58: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

50

G. Aktivitas Harian

Tabel 3 :

Aktivitas Harian

No. Waktu Kegiatan Keterangan

1 8.00-11.00 Bandungan

KitabFathul Mu'in, Fathul Qorib,

Rohmatul Ummah

2 13.00-14.00 Sorogan

Kitab Awamil, Al Jurumiyah, berlatih

shorof

3 17.00-18.00 Bandungan

Kitab Alfiyah Ibnu Malik, Rhiyadh al

Badi'ah, Durratun Nashihin

4 20.00-23.00 Bandungan

Kitab Awamil, Al Jurumiyah, Uqud Al-

Lujayn, Tafsir Al Qur'an Al Jalalain,

Matan Al Bukhari

Keterangan :

1. Kitab Fathul Mu’in membahas tentang permasalahan fikih

mulai dari Ubudiyah, Mu’amalah, Munakahah dan juga

Jinayah. Ditulis oleh ulama sufi dari India, yaitu Syekh

Zainuddin bin Muhammad al Ghozaly al Malibary. Kitab

ini juga menjadi kajian pokok bagi para santri di

Indonesia.6

2. Kitab Fathul Qorib juga merupakan kitab yang

menjelaskan tentang fikih. Namun, Fathul Qorib dikemas

lebih ringkas bila dibandingkan dengan Fathul Mu’in7.

3. Kitab Rohmatul Ummah FiIhtilafil A-immah adalah kitab

fikih yang membedah tentang perbedaan empat imam

mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali) dalam

6Wawancara penulis dengan Muhammad Juhandi, Pandeglang, teras Majelis, 31 Maret

2012, 09.00 WIB. 7Ibid.

Page 59: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

51

menetapkan hukum. Kitab ini ditulis oleh Muhammad Bin

Abdurrahman Ad-Damsyiqy.8

4. Kitab Awamil merupakan kitab karya Syekh Nawawi

Almandaya yang makamnya berlokasi di Carenang Serang

Banten. Kitab ini berisi tentang ilmu nahwu.9

5. Kitab Al Jurumiyah adalah kitab yang juga menjelaskan

tentang ilmu nahwu. Pengarangnya adalah Imam Bahr al-

Ulum Abu Abdullah Muhammad bin Muhammad bin Daud

Assohadji.10

6. Kitab Alfiyah Ibnu Malik merupakan kitab tentang ilmu

nahwu dan shorof yang ditulis oleh Muhammad Bin

Abdullah Bin Malik Alandalusy. Kitab ini juga merupakan

kitab yang paling tinggi kajiannya bila dibandingkan

dengan kitab-kitab nahwu shorof lain.11

7. Kitab Rhiyadh al Badi'ah. Kitab yang ditulis oleh Syekh

Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali al-Jawi

al-Bantani ini berisi tentang ilmu fikih.

8. Kitab Durrotun Nashihin yaitu kitab yang berisi nasehat,

cerita-cerita merarik, peringatan, kata-kata mutiara, dan

penjelasan hukum yang bersumber dari Al-Quran, Al-

8Wawancara penulis dengan Muhammad Juhandi, Pandeglang, teras Majelis, 31 Maret

2012, 09.00 WIB. 9Ibid.

10Ibid.

11Ibid.

Page 60: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

52

Hadis, dan Qiyas. Pengarangnya adalah Usman bin Hasan

bin Ahmad Syakir al-Khaubawi.12

9. Kitab Uqud Al-Lujayn adalahkitab karangan Syekh

Muhammad Nawawi bin Umar ibnu Arabi bin Ali al-Jawi

al-Bantani. Kitab tersebut menjelaskan secara spesifik

tentang kehidupan rumah tangga dengan rujukan Al-Quran

dan Hadis.13

H. Aktivitas Mingguan

Tabel 4 :

Aktivitas Mingguan

No. Waktu Kegiatan Keterangan

1

Senin,

08.00-11.00

Pengajian khusus

ibu-ibu

Bandungan dan syarah

(penjelasan)

2

Selasa,

20.00-21.00 Bandungan

Ilmu Shorof, diajar oleh para

senior

3

Rabu,

20.00-22.00 Bandungan Kitab 'Arud

4

Kamis,

20.00-21.00

Yasinan , Latihan

Marhaba Dipimpin oleh Kyai

5

Kamis,

21.00-22.00 Muhadoroh

2-3 santri berlatih ceramah setiap

minggunya

Keterangan :

Kitab ‘Arud adalah kitab yang menjelaskan tentang ilmu ‘arud

yang merupakan bagian dari ilmu sastra arab.14

12

Wawancara penulis dengan Muhammad Juhandi, Pandeglang, teras Majelis, 31 Maret

2012, 09.00 WIB. 13

Ibid. 14

Ibid.

Page 61: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

53

I. Aktivitas Tahunan

Tabel 5 :

Aktivitas Tahunan

No Waktu Kegiatan Keterangan

1

Bulan Rabi'ul

Awal

Memeringati Haul Syekh

Abdul Qadir Jaylani

Pembacaan

manaqib/sejarah syekh

Abdul Qadir Jaylani

3

Bulan Rabi'ul

Awal

Memeringati Maulid Nabi

Muhammad SAW

Mengundang Kyai dari

luar untuk memberikan

ceramah

4 Bulan Rajab Memeringati Isra Mi'raj

Mengundang Kyai dari

luar untuk memberikan

ceramah

5

5 - 10 hari

sebelum

Ramadhan

Ziarah ke makam para wali,

alim ulama

Dipimpin langsung oleh

KH. Tubagus Uwet Bueti

Page 62: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

54

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS

Pada bab ini, penulis akan menganalis temuan hasil penelitian yang

berkaitan denganpola komunikasi yang terjadi di Daarul Istiqomah. Pola-pola

tersebut meliputi pola komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal,

dan komunikasi kelompok. Selain tipologi pola komunikasi tersebut, penulis

juga menemukan satu pola komunikasi yang khas, yaitu komunikasi spiritual.

A. Komunikasi Intrapersonal Santri Daarul Istiqomah

Komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi yang dilakukan

oleh semua orang baik disadari atau tidak. Setiap orang pasti melakukan

proses berpikir, merenung, memilih serta memutuskan sesuatu dalam

hidupnya. Dalam kajian ini, penulis menemukan bahwa kehidupan para

santri Daarul Istiqomah tak luput dari komunikasi intrapersonal.

Komunikasi intrapersonal yang digali penulis yaitu tentang

motivasi awal para santri dalam memutuskan untuk menimba ilmu di

pesantren salafiyah, khususnya di Daarul Istiqomah. Sebagian besar santri

yang belajar di Daarul Istiqomah dilatar belakangi oleh keinginan pribadi,

beberapa diantaranya didasari oleh perintah orang tua. Selain itu, ada juga

yang termotivasi oleh temannya yang telah jadi santri Daarul Istiqomah

terlebih dahulu namun setiap santri memiliki pengalaman yang berbeda

yang melatarbelakangi kehadiran mereka di Daarul Istiqomah. Untuk lebih

Page 63: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

55

jelasnya, penulis menjelaskan beberapa santri dengan latar belakang dan

motivasinya masing-masing.

1. Muhammad Juhandi. Santri asal Tangerang ini memang

berkeinginan untuk terjun ke dunia pesantren sejak lulus

Sekolah Menengah Pertama (SMP) namun terbentur oleh biaya

sehingga ia harus menunda keinginannya tersebut. Ia

melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan biaya

terjangkau yang berada tidak jauh dari rumahnya. Selepas

SMA ia masih memiliki motivasi yang kuat untuk menggali

dan mendalami ilmu agama di pesantren tetapi orang tuanya

kembali tidak mengijinkan. Orang tua Juhandi

memerintahkannya untuk ikut seleksi tanura Angkatan Laut

(AL). Saat itu ia masih menuruti perintah orang tuanya. Setelah

beberapa kali mengikuti seleksi tersebut dan gagal di seleksi

tahap ketiga, ia berpikir dan merenungkan kembali niatnya

untuk menuntut ilmu di pesantren. Ia mengalami pergolakan

dalam dirinya karena berada diantara dua pilihan. Orang tuanya

menginginkan ia bekerja, namun keinginannya untuk nyantren

juga tidak terbendung lagi. Akhirnya ia mengambil satu

keputusan, ia bertekad untuk tetap pergi ke Daarul Istiqomah

meskipun tanpa restu ayahandanya. Baginya menuntut ilmu

agama adalah suatu keharusan sehingga ia rela meninggalkan

zona nyaman di rumahnya. Ia pun memiliki keyakinan bahwa

suatu saat ayahnya akan mengerti dan merestuinya. Hasil

Page 64: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

56

komunikasi intrapersonal yang ia lakukan juga dibuktikan

dengan tindakan yang nyata. Berdasarkan komunikasi

intrapersonal juga ia memikirkan semua konsekuensi yang

harus ia hadapi. Keyakinan dan tekadnya tersebut ternyata

mampu membuat ia bertahan hidup di pesantren tanpa bantuan

finansial dari orang tuanya dan hingga akhirnya di tahun kedua,

ayahnya memberikan dukungan penuh kepada Juhandi untuk

terus menyelesaikan studinya di Daarul Istiqomah. Saat ini,

sudah hampir lima tahun ia menimba ilmu di Daarul

Istiqomah.1

2. Ade Istiqorie. Dia juga mengeyam pendidikan formal tingkat

Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia memilih untuk melanjutkan

studi di pondok pesantren salafiyah meskipun orang tuanya

memberikan alternatif untuk kuliah di perguruan tinggi namun

motivasinya untuk terjun ke dunia pesantren jauh lebih besar

dibandingkan dengan keinginan untuk kuliah. Keputusannya

tersebut didasari oleh komunikasi intrapersonal yang

melibatkan proses berpikir dan merenung. Ia ingin mendalami

ilmu agama dan belajar memasuki kehidupan yang sederhana

yang jauh berbeda dari kehidupannya yang serba

berkecukupan. Akhirnya pada 11 Oktober 2011 ia pergi ke

Daarul Istiqomah.2

1 Wawancara penulis dengan Muhammad Juhandi, Pandeglang, Majelis Daarul

Istiqomah, 15 Maret 2012, pukul 16.00 WIB. 2 Wawancara penulis dengan Ade Istiqorie, Pandeglang, Kobong 2, 14 Maret 2012,14.00

WIB.

Page 65: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

57

3. Muhammad Dahlan. Lelaki kelahiran 5 Februari 1982 tersebut

juga memiliki cerita yang tak kalah dramatis. Sejak usia 15

tahun, ia sudah tinggal di Daarul Istiqomah atas keiginan orang

tuanya. Di tahun-tahun awal, ia masih belum bisa menerima

sepenuhnya kehidupan di pesantren. Bahkan ia sempat

mengalami suatu kondisi di mana ia merasa tidak betah dan

ingin keluar dari Daarul Istiqomah. Ia mulai berkomunikasi

dengan dirinya sendiri, berpikir dan merenungkan

kehidupannya serta harapan orang tuanya agar ia menguasai

ilmu agama sejak kecil. Hasil dari komunikasi intrapersonal

yang ia lakukan akhirnya menimbulkan suatu keputusan untuk

tetap tinggal di Daarul Istiqomah dan mulai serius belajar.

Semua itu ia lakukan untuk kualitas diri yang lebih baik serta

untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Hingga tanpa terasa 15

tahun berlalu dan Dahlan sudah merasa bahwa Daarul

Istiqomah adalah keluarganya dan bagian tak terpisahkan dari

dirinya.3

Pada dasarnya, semua santri Daarul Istiqomah mengalami proses

komunikasi intrapersonal dalam proses mengambil keputusan untuk terjun

ke dunia pesantren salafiyah. Mereka tidak pergi begitu saja tanpa

pemikiran dan pertimbangan sebelumnya.Hal tersebut menunjukkan

betapa pentingnya komunikasi intrapersonal bagi santri Daarul Istiqomah.

Karena proses berpikir dan merenung tersebut memiliki andil cukup besar

3 Wawancara penulis dengan Muhammad Dahlan, Pandeglang, Kobong 2, 17 Maret 2012,

pukul 14.00 WIB.

Page 66: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

58

dalam kelangsungan hidup serta konsekuensi yang dihadapi para santri

tersebut setelah terjun ke pondok pesantren Daarul Istiqomah.

B. Komunikasi Interpersonal di Daarul Istiqomah

Penulis menemukan bahwa komunikasi interpersonal juga tak luput

dari keseharian para santri Daarul Istiqomahyang terjadi antar santri,

maupun santri dengan kyai. Hal tersebut dapat dilihat dari hubungan

komunikasi diantara sesama santri maupun santri dan kyai. Tidak semua

santri telah mencapai komunikasi interpersonal. Ada beberapa santri yang

masih dalam taraf komunikasi impersonal. Hal tersebut terjadi karena

beberapa faktor. Diantaranya karena faktor kepribadian, lamanya waktu

nyantren, dan frekuensi komunikasi santri tersebut.

Penulis menjabarkannya ke dalam poin-poin berikut:

1. Komunikasi Interpersonal Antar Santri

Santri-santri di Daarul Istiqomah menyatu dalam satu

lingkungan pesantren. Mereka hidup berdampingan dalam satu

asrama, memasak dan makan bersama, bahkan melakukan banyak

aktivitas bersama. Meskipun begitu, tidak semua santri disana

sudah sampai pada taraf komunikasi interpesonal. Ada juga santri

yang masih berada di level komunikasi impersonal. Hal tersebut

terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah kemampuan

komunikasi yang berbeda antara santri yang satu dengan santri

yang lain, serta waktu yang relatif lama untuk mencapai

komunikasi interpersonal.

Page 67: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

59

Pada tahap impersonal biasanya yang menjadi bahan

perbincangan adalah hal-hal yang bersifat umum, seperti : nama,

asal daerah, umur, pendidikan, dan lain sebagainya. Prediksi yang

dilakukan juga masih pada level kultural dan sosiologis. Hal

tersebut terjadi ketika para santri baru datang ke Daarul Istiqomah

dan belum mengenal satu sama lain. Santri yang tergolong baru

akan memiliki tingkat hubungan komunikasi yang berbeda dengan

santri yang sudah lama menetap disana namun tidak juga semua

santri lama memiliki hubungan interpersonal dengan santri disana.

Biasanya mereka memiliki teman akrab masing-masing. Hal

tersebut kembali lagi pada kepribadian santri dan kecocokan atau

chemistry yang mereka dapatkan.

Di Daarul Istiqomah, ketika santri baru datang ke sana biasanya

disambut oleh santri senior khususnya lurah kobong. Santri baru

akan diperkenalkan pada santri-santri lainnya, serta diajak melihat

lingkungan pesantren. Pada saat itulah komunikasi impersonal

dimulai. Saat itu pengetahuan santri baru hanya sebatas nama atau

asal daerah teman-temannya.

Komunikasi interpersonal akan muncul ketika para santri mulai

akrab dan menjalin obrolan yang lebih mendalam dan bersifat

pribadi. Seperti tentang hobi, kebiasaan, minat, atau pengalaman.

Pada tahap ini, para santri mulai melakukan prediksi di level

psikologis. Artinya, dalam berkomunikasi mereka bukan hanya

melihat latar belakang kultural dan sosiologisnya saja. Melainkan

Page 68: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

60

juga melihat bagaimana sifat atau kepribadian lawan bicaranya

tersebut. Semakin banyak pengetahuan santri yang satu dengan

santri yang lain tentang kepribadiannya, maka hubungan mereka

menjadi semakin interpersonal. Selain itu, frekuensi komunikasi

juga sangat memengaruhi hubungan interpersonal seseorang.

Penulis melihat kasus komunikasi impersonal dan interpersonal

di Daarul Istiqomah sebagai berikut :

a. Ade Istiqorie termasuk santri baru di Daarul Istiqomah. Dia

baru berada disana sekitar 5 bulan. Ia lebih dekat dan

terbuka pada teman sekamarnya dibanding dengan teman-

teman santri yang lain. Hal tersebut disebabkan oleh

kepribadian Ade yang pendiam dan senang menyendiri.4

Hubungan Ade dengan santri-santri lainnya masih pada

tahap impersonal. Ada dua santri yang sudah mengenalnya

di level psikologis, yakni : Tb. Hasan Basri dan

Muhammad Juhandi. Tb. Hasan adalah teman sekamar

Ade. Sedangkan Muhammad Juhandi adalah teman lama

Ade jauh sebelum mereka masuk di Daarul Istiqomah.5

b. Muhammad Juhandi. Sebagai lurah kobong ia dituntut

untuk berinteraksi lebih intens dengan santri lainnya. Selain

karena adanya tuntutan tugas, didukung juga oleh

kepribadiannya yang supel, ingin dekat dengan semua

4 Wawancara penulis dengan Ade Istiqorie, Pandeglang, Majelis Daarul Istiqomah, 20

Maret 2012, pukul. 09.00 WIB. 5 Wawancara penulis dengan Muhammad Juhandi, Pandeglang, Majelis Daarul

Istiqomah, 20 Maret 2012, pukul. 10.00 WIB.

Page 69: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

61

orang, maka hampir semua santri di Daarul Istiqomah

dikenalnya dengan baik. Informasi mengenai latar belakang

kultural, sosiologis, dan psikologis para santri itu

bersumber dari Juhandi sendiri, maupun dari teman-

temannya yang lain. Meskipun begitu, tidak semua santri

melakukan timbal balik pada komunikasi interpesonal yang

dilakukan Juhandi. Ada santri-santri yang lebih terbuka dan

nyaman kepada teman sekamarnya atau juga kepada orang

lain diluar pesantren.

2. Komunikasi Interpersonal Santri dan Kyai

Penulis mendapatkan gambaran umum bahwa semua santri

Daarul Istiqomah mengangap guru dan kyai bukan hanya sekedar

orang yang mengajari mereka ilmu agama. Mereka menganggap

guru atau kyai sebagai orang tua mereka. Begitupun sebaliknya.

Kyai sudah menganggap semua santrinya adalah anaknya sendiri.

Meskipun begitu, hubungan interpersonal dengan kyai tidak

dimiliki oleh semua santri. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor

kepribadian santri dan juga waktu lamanya santri tinggal di Daarul

Istiqomah.

Pada hubungan antarpribadi yang terjalin antara santri senior

dengan kyai dapat dilihat dari kontak yang terjadi satu sama lain,

perolehan informasi mengenai satu sama lain, serta prediksi yang

dilakukan ditahap psikologis. Sebenarnya, baik santri senior

maupun junior memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan

Page 70: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

62

kontak dengan kyai karena mereka tinggal di lingkungan yang

sama dengan kyai. Hampir setiap hari mereka berinteraksi dengan

kyai. Meskipun hanya sekedar saling sapa namun frekuensi

hubungan santri senior jauh lebih banyak daripada santri junior.

Oleh karena itu, santri yang baru beberapa bulan biasanya belum

bisa menjalin hubungan interpersonal dengan kyai.

Perolehan infomasi santri senior tentang kyai juga lebih banyak

dibanding santri junior. Informasi tersebut tidak hanya sekedar

informasi biasa, namun ada juga informasi yang mengarah pada

hal-hal yang bersifat pribadi yang mendukung terciptanya

hubungan interpersonal. Dari pertukaran informasi itulah yang

membawa santri dan kyai melakukan prediksi atas dasar

psikologis. Artinya, baik santri maupun kyai berusaha mengerti

satu sama lain, dan melakukan prediksi terhadap hasil komunikasi

berdasarkan informasi sifat atau kepribadian yang didapatkan.

Meskipun begitu, kesopanan santri terhadap kyai harus tetap

terjaga. Begitupun sebaliknya, kyai pun tetap menghargai para

santrinya.

Adapun contoh nyata yang ada di Daarul Istiqomah yaitu :

a. Muhammad Dahlan. Dahlan adalah santri terlama yang

ada di Daarul Istiqomah. Dia sudah 15 tahun hidup di

sana. Hubungan interpersonal antara Dahlan dengan kyai

sudah terjalin sejak lama. Hal ini terbukti dengan

informasi yang luas yang dimilikinya mengenai kyai

Page 71: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

63

(latar belakang kultural, sosiologis, dan psikologis).

Begitupun sebaliknya, KH. Tb. Uwet Bueti sudah sangat

mengenal Dahlan yang sudah menjadi asuhannya selama

15 tahun. Dahlan dan dibantu santri-santri lain juga

diberi kepercayaan dan wewenang utuh untuk

menggarap sawah dan ladang milik kyai.

b. Muhammad Juhandi. Meskipun baru 5 tahun Juhandi

hidup di Daarul Istiqomah, namun karena

kepribadiannya yang supel ia sudah mampu menjalin

hubungan interpersonal dengan kyai serta keluarganya.

Ia mengetahui informasi mengenai latar belakang

kultural, sosiologis, dan psikologis kyainya. Tak jarang

ia menceritakan keluhan atau curahan hatinya kepada

kyai atau keluarga kyai. KH. Tb. Uwet Bueti juga telah

mengenal baik sifat Juhandi. Kepribadian kyai yang

humoris juga sama dengan kepribadian Juhandi yang

humoris sehingga hal tersebut semakin menambah akrab

hubungan interpersonal diantara keduanya.

Sebagaimana karakteristik santri salafiyah pada umumnya

yang menjunjung tinggi etika kepada guru termasuk dalam tata

cara berkomunikasi. Para santri Daarul Istiqomah juga sangat

menekankan etika dalam hubungan komunikasi dengan kyai dan

Page 72: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

64

guru mereka. Hal tersebut sejalan dengan firman Allah dalam Al-

Qur‟an Surat Al-Kahfi ayat 66 dan ayat 70 sebagai berikut :

Artinya : “Musa berkata kepada al-Khidhir, “Bolehkah aku

mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang

benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”

Artinya : “Dia berkata, “jika kamu mengikutiku, maka

janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun,

sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.”

Ayat-ayat tersebut menjelaskan tentang peristiwa yang

terjadi pada Nabi Musa saat bertemu dengan Nabi Khidir dalam

rangka pencarian ilmu. Ayat 66 mengajarkan cara bersikap dan

berakhlak kepada seorang guru serta cara lemah lembut yang harus

dilakukan oleh seorang guru ketika berkata kepada muridnya.6

Sedangkan ayat 70 juga mengajarkan tentang adab seorang

penuntut ilmu. Adab tersebut berkenaan dengan cara menghormati

guru, memperhatikan keterangan guru, serta tidak memaksa dan

menekan guru.7 Seorang guru diperbolehkan untuk melarang

muridnya bertanya tentang sesuatu hal yang dikhawatirkan belum

dapat dijangkau oleh pemahaman muridnya. Dengan pertanyaan

6Syaikh Ibrahim Fathi Muqtadir, Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir : Meneladani Ilmu

Ladunni Nabi Khidhir (Jakarta : Akbarmedia, 2011), h. 156. 7Ahmad Muhammad Yusuf, Himpunan Dalil dalam Al-Qur’an dan Hadits : Cara Mudah

Menemukan Dalil Jilid 2 (Jakarta : Segoro Madu Pustaka), h. 30-33.

Page 73: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

65

tersebut bisa membuat muridnya kewalahan. Oleh karena itu,

sebaiknya seorang murid bersabar sampai gurunya sendiri yang

menjelaskan.8

C. Komunikasi Kelompok di Daarul Istiqomah

Para santri Daarul Istiqomah merupakan suatu kelompok. Karena

sebagaimana definisi kelompok yang dijelaskan oleh Jalaluddin Rakhmat,

bahwa kelompok merupakan sekumpulan orang yang terikat, memiliki

tujuan dan organisasi, serta melibatkan interaksi antar sesama anggotanya.

Bagitupun dengan santri Daarul Istiqomah, mereka berkumpul, memiliki

tujuan tertentu, memiliki organisasi, dan berinteraksi dengan sesama

anggotanya. Mereka juga memiliki norma sosial, prosedural, dan tugas-

tugas tertentu.

Para santri salafiyah termasuk juga santri Daarul Istiqomah,

memiliki pedoman atau aturan-aturan etika sebagai seorang santri

sebagaimana yang dituliskan di kitab Ta’lim Muta’allim. Kitab tersebutlah

yang menjadi rujukan bagaimana seharusnya seorang santri bersikap.

Adapun aturan-aturan sosial, prosedural, dan tugas-tugas yang

menyangkut kepentingan kelompok mereka antara lain yaitu : harus

menjaga ukhuwah islamiyah antar santri juga santri dengan kyai dan

keluarga kyai, menjaga nama baik pesantren, mengikuti pengajian sesuai

jadwal yang ditetapkan, tidak dengan sengaja meninggalkan pengajian

tanpa alasan yang jelas, melaksanakan tugas piket, dan lain-lain.

8Syaikh Ibrahim Fathi Muqtadir, Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir : Meneladani Ilmu

Ladunni Nabi Khidhir (Jakarta : Akbarmedia, 2011), h. 232.

Page 74: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

66

Para santri berkumpul dan melakukan aktivitas-aktivitas bersama.

Dalam aktivitas-aktivitas tersebut juga terdapat indikasi komunikasi

kelompok. Baik itu dalam aktivitas formal maupun non formal. Aktivitas

formal yang dimaksud salah satunya adalah aktivitas belajar mengajar

yang dijadwalkan oleh pengajar. Sedangkan aktivitas non formal berarti

kegiatan belajar mengajar diluar jadwal yang ada dan atas dasar inisiatif

para santri.

Aktivitas belajar mengajar baik formal maupun non formal tersebut

merupakan bentuk dari komunikasi kelompok. Dapat dikatakan bahwa

komunikasi kelompok terjadi disana karena karakteristik komunikasi

kelompok melekat pada aktivitas belajar mengajar para santri Daarul

Istiqomah tersebut. Mereka belajar secara langsung dan tatap muka,

dilakukan secara sengaja atau direncanakan terlebih dahulu, terdapat

prosedur-prosedur yang harus dijalankan, setiap santri memiliki peranan

dan tanggung jawab masing-masing.

Dalam aktivitas formal, yaitu pengajian kitab kuning dengan

metode bandungan, berlangsung komunikasi kelompok karena dalam

pengajian dengan metode bandungan tersebut dilakukan secara tatap

muka, terdapat komunikator yang menyampaikan pesan kepada

komunikan dalam jumlah besar, dilakukan secara berkelanjutan, dan

pesannya sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Adapun yang bertugas

sebagai komunikator adalah pengajar (Ust. Muhammad Taufiq) dan

komunikannya adalah para santri. Para santri sebagai komunikan sadar

Page 75: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

67

betul bahwa mereka harus mendengarkan secara seksama apa yang

dijelaskan oleh komunikator.

Adapun kegiatan bandungan tersebut dimulai ketika bel

dibunyikan. Para santri langsung menuju majelis dengan kitab kuning

masing-masing. Sesampainya di majelis, setelah semuanya berkumpul,

pengajian dibuka dengan tawasul dan doa yang dipimpin langsung oleh

ustad. Setelah bertawasul dan berdoa, bandungan pun dimulai. Ustad

mulai membacakan dan mensyarah kitab yang dikaji. Para santri

mendengarkan dengan seksama dan mencatat (nyoret) di kitab masing-

masing. Selama proses bandungan berlansung, santri dilarang gaduh,

mengobrol, makan, dan melakukan kegiatan apapun yang mengganggu

proses bandungan. Dibalik larangan0larangan tersebut di atas, para santri

masih mendapatkan dispensai dengan diperbolehkan membawa minuman

karena dikhawatirkan santri merasa pusing dan haus karena kegiatan

bandungan cukup menguras tenaga dan pikiran.

Selain dalam kegiatan bandungan, komunikasi kelompok juga

terjadi pada saat muhadoroh. Muhadoroh merupakan kegiatan belajar

berpidato atau berceramah. Dalam pelaksanaannya, 2-3 santri (yang sudah

ditunjuk seminggu sebelumnya) maju satu persatu menyampaikan pidato

atau ceramahnya. Dan santri yang lain bertindak sebagai penonton.

Dalam aktivitas belajar non formal, komunikasi kelompok

berlangsung ketika muzakarah atau diskusi. Diskusi tersebut dipimpin

oleh santri senior yang memiliki pengetahuan yang lebih dibanding santri

Page 76: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

68

lainnya. Muzakarah biasanya dilakukan disela-sela waktu senggang dan

tempatnya tidak tetap (kadang di kobong, kadang di majelis).

D. Komunikasi Massa

Sebagaimana pondok pesantren salafiyah lainnya yang selama ini

penulis ketahui, Daarul Istiqomah juga tidak bersinggungan dengan media

massa. Di sana tidak tersedia televisi, radio, maupun internet, tidak juga

ada media massa seperti majalah atau buletin yang dibuat oleh pengurus

pesantren. Selain itu, pengasuh dan pengurus Daarul Istiqomah juga tidak

berkenan bila ada media yang meliput tentang Daarul Istiqomah. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pola komunikasi massa di Daarul

Istiqomah.

Penulis meninjau lebih jauh dengan tidak adanya komunikasi

massa di Daarul Istiqomah bisa menjadi salah satu kekurangan pesantren

tersebut. Karena diera media ini, hampir semua orang dituntut untuk bisa

mengakses media, baik itu koran, televisi, radio, dan sebagainya. Selain

diperuntukkan sebagai sumber informasi tentang peristiwa-peristiwa yang

terjadi di dunia luar, media massa juga memberikan peluang yang cukup

bagus sebagai media promosi pesantren Daarul Istiqomah. Karena selama

ini, pesantren Daarul Istiqomah hanya mengandalkan media orang dari

mulut ke mulut dalam proses promosinya. Hal tersebut menjadi faktor

yang cukup penting dalam keberlangsungan pesantren Daarul Istiqomah.

Terlepas dari tinjauan penulis mengenai kekurangan tersebut, pihak

pesantren Daarul Istiqomah memiliki argumen tersendiri. Mereka

Page 77: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

69

berkeinginan untuk tetap mempertahankan nilai-nilai salafiyah yang

mereka yakini sejak dulu. Meskipun tanpa kehadiran media massa atau

promosi lewat media massa seperti yang marak dilakukan banyak lembaga

saat ini, pesantren Daarul Istiqomah akan tetap menjunjung nilai-nilai

salafiyah karena dikhawatirkan media massa akan lebih banyak

memberikan efek negatif dari pada efek positifnya umumnya bagi Daarul

Istiqomah, dan khususnya bagi para santrinya.

Adapun mengenai jumlah santri Daarul Istiqomah yang relatif

sedikit, pengasuh Daarul Istiqomah tidak terlalu mempermasalahkan hal

ini. Karena dengan santri yang sedikit itu, pengasuh dan guru di sana bisa

lebih fokus mengajardan membimbing para santrinya sehingga memiliki

kualitas yang bagus, baik dari sisi akhlaknya maupun penguasaan kitab

kuningnya.

E. Komunikasi Spiritual Antara Santri dan Kyai

Komunikasi spiritual merupakan pola komunikasi yang menjadi

ciri khas santri dan kyai di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah.

Komunikasi spiritual tersebut berkenaan dengan hubungan antara santri

dan kyai yang dilandaskan oleh keyakinan yang kuat para santri kepada

kyainya. Keyakinan itu ditandai oleh kepasrahan atau penyerahan

sepenuhnya yang dilakukan oleh santri terhadap keputusan-keputusan

kyai, sekalipun mengenai kehidupan pribadi santri.

Para santri Daarul Istiqomah tidak lagi menganggap kyai sebagai

orang tua biasa. Mereka menyerahkan segala masalah dan rencana

Page 78: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

70

hidupnya pada kyai. Mereka melakukan konsultasi kepada kyai tentang

berapa lama mereka harus belajar di Daarul Istiqomah, hal apa yang harus

mereka lakukan setelah dinyatakan lulus dari Daarul Istiqomah, atau kapan

mereka bisa pulang ke kampung halaman. Dan para santri akan

melaksanakan sesuatu sesuai dengan mandat dari kyainya.

Para santri Daarul Istiqomah memiliki keyakinan bahwa segala

keputusan kyai adalah sesuatu yang terbaik yang telah dipikirkan oleh kyai

secara matang. Dan mereka yakin bila menuruti apa yang diperintahkan

kyai (selama perintah itu tidak melanggar syariat Islam) maka mereka

akan mendapatkan doa restu kyai. Doa restu tersebut yang akan

memberikan keberkahan kepada para santri. Konsep keberkahan (barokah)

merupakan hal yang sangat penting yang harus didapatkan oleh para santri

agar kebaikan dalam hidup mereka senantiasa bertambah.

Komunikasi spiritual yang terjadi pada santri dan kyai di Daarul

Istiqomah diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Muhammad Dahlan. Dalam kurun waktu 15 tahun yang

dihabiskan Dahlan di Pondok Pesantren Salafiyah Daarul

Istiqomah mungkin membuat sebagian orang berasumsi bahwa

ia sudah cukup matang dalam ilmu agama yang diajarkan di

sana dan sudah saatnya Dahlan keluar dan mengembangkan

diri di luar pondok pesantren. Asumsi tersebut merupakan

asumsi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada pada diri

Dahlan. Dahlan merasa belum cukup atas ilmu yang ia

dapatkan selama 15 tahun sehingga ia merasa perlu lebih lama

Page 79: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

71

lagi tinggal di Daarul Istiqomah. Selain karena merasa masih

kekurangan ilmu, Dahlan juga belum mendapatkan mandat dari

kyai untuk pulang ke kampungnya. Menurutnya, ia masih harus

mengerjakan tugasnya (bertani dan berladang) di Daarul

Istiqomah dan ia pun sangat yakin bila waktunya untuk

„pulang‟ sudah tepat, maka kyai akan memberitahunya.

2. Muhammad Juhandi. Sejalan dengan Muhammad Dahlan,

Juhandi juga memiliki keyakinan yang kuat akan nasehat atau

anjuran kyainya mengenai hal yang harus ia lakukan di Daarul

Istiqomah. Juhandi juga sedang fokus pada kajian kitab kuning

yang mulai dikuasainya selama lima tahun terakhir. Jika kyai

memintanya untuk fokus pada kitab, maka ia akan fokus. Jika

kyai menyuruhnya untuk berpuasa, maka ia akan berpuasa.

Saat ini Juhandi dipercaya untuk memimpin para santri,

mengajar dan membimbing santri-santri senior, mengawasi

kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Juhandi juga belum

mengetahui kapan waktu yang tepat baginya untuk pulang dari

Daarul Istiqomah,ia menunggu perintah dari kyai. Ia juga

yakin, kyai lebih mengetahui apakah ilmunya sudah cukup dan

sudah pantas untuk diamalkan di kampung halaman.

Menurutnya, jika santri memaksakan diri „pulang‟ dan tidak

bersabar dalam menuntut ilmu di Daarul Istiqomah,

dikhawatirkan hal-hal yang mereka dapatkan selama nyantren

Page 80: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

72

tidak membawa manfaat dan keberkahan bagi hidup santri

tersebut.

F. Hambatan Komunikasi Santri dan Kyai

Dalam setiap hubungan komunikasi tentu akan selalu ada

hambatan. Begitupun yang terjadi di Daarul Istiqomah baik pada santri

maupun kyainya. Namun, hambatan-hambatan tersebut biasanya hanya

terjadi diawal-awal perkenalan dan adaptasi masing-masing santri. Dan

setiap santri memiliki hambatan-hambatan tersendiri. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut :

a. Gangguan teknis. Gangguan yang bersifat teknis biasanya

terjadi pada komunikasi yang berlansung lewat media

komunikasi. Yang pernah terjadi di Daarul Istiqomah salah

satu contohnya yaitu ketika bel yang digunakan sebagai

tanda masuk atau akan dimulainya pengajian, bunyinya

hanya terdengar di kobong 1, tidak terdengar sampai ke

kobong 2. Jadi biasanya para santri yang tinggal di kobong

2 harus datang ke majelis lebih awal karena khawatir bel

sudah berbunyi. Selain itu, para santri di kobong 2 juga

tidak bisa mengetahui jika sewaktu-waktu pengajian yang

terjadwal itu diliburkan. Untuk mengatasi hal tersebut,

biasanya lurah kobong memberikan informasi dengan cara

mendatangi langsung kobong 2 atau mengirim pesan lewat

SMS atau telepon.

Page 81: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

73

b. Gangguan semantik. Gangguan semantik merupakan

gangguan yang terjadi karena perbedaan bahasa atau

penggunaan bahasa yang kurang tepat antara pelaku

komunikasi. Hal tersebut bisa terjadi karena setiap santri

memiliki bahasa daerah yang berbeda. Meskipun mayoritas

santri di Daarul Istiqomah berbahasa sunda, namun

gangguan semantik ini tak luput dari mereka. Hal tersebut

biasanya terjadi pada santri yang berbahasa sunda kasar,

yakni santri yang berasal dari Tangerang. Bahasa yang

mereka anggap baik, ternyata sangat kasar bila dipakai di

lingkungan orang-orang Pandeglang. Hal tersebut juga

sering memicu konflik ringan. Seperti terjadinya saling

ledek antara santri yang berbahasa halus dengan yang

kasar. Meskipun ledekan tersebut berawal dari candaan,

namun santri yang merasa dihina akan berbalik marah.

Selain itu, kesalahan penggunaan bahasa ini juga sering

terjadi ketika mereka berkomunikasi dengan kyai atau guru

mereka yang berbahasa sunda halus. Biasanya santri akan

merasa malu bila telah salah menggunakan bahasa.

Dalam hal belajar, para santri juga diharuskan untuk

mengerti bahasa jawa. Bahasa jawa yang digunakan untuk

membaca atau menerjemahkan kitab-kitab kuning yang

mereka kaji. Pada santri pemula mungkin akan merasa

kesulitan, namun karena bahawa jawa tersebut selalu

Page 82: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

74

digunakan maka lama kelamaan para santri akan terbiasa

dan faham dengan sendirinya.

c. Gangguan psikologis. Gangguan ini bersifat pribadi.

Biasanya terjadi saat individu sedang memiliki masalah.

Ketika seseorang memiliki masalah, maka ada tekanan-

tekanan dalam dirinya yang kadang membuatnya sulit

untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jadi, seseorang

tersebut cenderung diam atau menunjukkan sikap yang

tidak dimengerti oleh orang lain. Dalam kasus yang terjadi

di Daarul Istiqomah, gangguan psikologis tersebut biasanya

juga dialami oleh santri-santri baru. Mereka yang belum

bisa beradaptasi dan tidak kuat dengan dunia pesantren,

biasanya mengurung diri di kamar dan menangis. Hal

tersebut pernah terjadi di Daarul Istiqomah. Ada beberapa

santri yang menangis, mengurung diri, bahkan ada yang

sempat kabur dari pesantren karena tidak betah. Namun, hal

tersebut bisa diatasi oleh perhatian khusus dari para senior

serta kyainya. Para santri senior melakukan pendekatan

secara persuasif dan memotivasi santri baru tersebut agar

mendapatkan kenyamanan sehingga bisa menceritakan apa

yang menjadikannya tidak betah di pesantren tersebut.

d. Rintangan fisik. Di Daarul Istiqomah, rintangan fisik ini

hampir tidak ada. Karena mereka tinggal di satu wilayah

sehingga tidak ada perbedaan geografis antara mereka.

Page 83: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

75

Selain itu, secara fisik juga mereka semua normal. Tidak

ada gangguan yang terjadi pada panca indera mereka.

e. Rintangan status. Dalam pergaulan sesama santri, rintangan

status ini tidak terasa. Karena antara lurah, wakil lurah,

maupun RT tidak ada kesenjangan status. Mereka tetap

berbaur dan tidak semena-mena menggunakan jabatan

mereka untuk memberikan jarak pada hubungan mereka

dengan santri-santri lain. Rintangan status ini sedikit terasa

ketika santri dihadapkan dengan kyai mereka. Meskipun

mereka menganggap kyai atau guru sebagai orang tua

kedua. Namun kyai atau guru tetaplah seseorang yang

memiliki derajat yang tinggi karena keilmuan yang mereka

miliki. Hal tersebut biasanya membuat para santri agak

canggung untuk memulai percakapan dengan guru atau

kyai mereka.

f. Rintangan kerangka berpikir. Cara pandang antar santri,

atau antara lurah, wakil lurah, atau santri lainnya tidak

menjadi hambatan yang berarti. Dalam program-program

yang dicanangkan lurah biasanya semua memiliki pendapat

yang sama. Meskipun ada pendapat yang berbeda, hal

tersebut tidak memicu keributan. Justru menjadi masukan

yang berharga. Mengenai perbedaan kerangka berpikir,

mereka menyikapinya dengan santai. Karena mereka sadar

bahwa perbedaan adalah rahmat. Dan dalam

Page 84: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

76

pelaksanaannya, bila perbedaan itu muncul diantara mereka

maka dikembalikan pada pribadi masing-masing asalkan

tetap saling menghargai.

g. Rintangan budaya. Dalam hal budaya juga tidak terlalu

banyak perbedaan. Karena santri Daarul Istiqomah

umumnya berasal dari Banten. Dan sebagai santri salafiyah,

budaya mereka adalah budaya salafiyah yang sudah

diketahui dan dipahami oleh semua santri salafiyah.

Namun, biasanya rintangan budaya ini terjadi pada hal-hal

yang sepele. Seperti dalam proses masak memasak. Santri

Tangerang atau Jakarta mengenal sambel itu dengan rasa

pedas karena memakai banyak cabai. Namun, santri dari

Pandelang lebih menyukai sambal yang tidak terlalu pedas

dan banyak memakai tomat. Tapi perbedaan tersebut tidak

terlalu dipermasalahkan.

Demikianlah analisis yang penulis kemukakan mengenai pola

komunikasi serta hambatan-hambatan komunikasi santri dan kyai di

Pondok Pesantren Salafiyah Daarul Istiqomah.

Page 85: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada kesempatan ini penulis menyimpulkan kajian ke dalam

beberapa poin berikut:

1. Pola komunikasi santri Daarul Istiqomah terdiri dari pola komunikasi

intrapersonal, komunikasi interpersonal, dan komunikasi kelompok.

Komunikasi intrapersonal dialami oleh semua santri tanpa terkecuali.

Terutama saat santri tersebut memutuskan untuk masuk ke Daarul

Istiqomah. Mereka melakukan proses komunikasi intrapersonal dengan

berpikir dan merenungkan semua konsekuensi yang akan mereka

hadapi di Daarul Istiqomah. Dari proses komunikasi intrapersonal

tersebut lahirlah keputusan untuk pergi dan tinggal di Daarul

Istiqomah.

Pola komunikasi interpersonal juga terjadi di antara sesama santri

Daarul Istiqomah dengan diawali oleh hubungan atau komunikasi

impersonal. Seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya

frekuensi komunikasi di antara mereka, maka hubungan impersonal

meningkat menjadi hubungan interpersonal. Hubungan interpersonal

tersebut biasanya terjalin karena kesamaan kepribadian. Kesamaan

tersebut memberikan rasa nyaman sehingga hubungan interpersonal

dapat terjalin. Faktor lain yang memengaruhi para santri melakukan

komunikasi interpersonal adalah kecenderungan lebih dekat dengan

Page 86: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

78

teman sekamar. Karena teman sekamar adalah teman yang memiliki

frekuensi komunikasi paling tinggi. Sehingga kemungkinan terjalin

komunikasi interpersonalnya pun semakin tinggi.

Pola komunikasi santri dan kyai Daarul Istiqomah berlangsung dalam

dua pola. Yakni pola komunikasi interpersonal dan pola komunikasi

kelompok. Komunikasi interpersonal dengan kyai sudah terjalin antara

santri senior. Sedangkan komunikasi santri junior masih sebatas

komunikasi impersonal. Faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan

tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan santri

junior tentang sifat dan kepribadian kyai serta frekuensi komunikasi

yang masih sangat minim. Begitupun sebaliknya, kyai belum terlalu

mengenal kepribadian para santri junior sehingga komunikasi di antara

mereka baru sebatas komunikasi impersonal. Namun pada umumnya,

komunikasi interpersonal itu dapat tercipta antara santri dan kyai

seiring dengan berjalannya waktu.

Komunikasi kelompok terjadi ketika proses belajar mengajar.

Terutama proses mengkaji kitab kuning dengan metode bandungan.

Selain itu, proses muhadoroh juga merupakan pola komunikasi

kelompok.

Pola komunikasi yang khas yang ditemukan dalam kajian ini yaitu

komunikasi spiritual antara santri dan kyai. Komunikasi spiritual

didasarkan oleh kepercayaan yang tinggi seorang santri kepada

kyainya dalam memberikan keputusan apapun. Hal tersebut dilakukan

untuk mendapatkan keberkahan.

Page 87: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

79

2. Hambatan komunikasi santri dan kyai terjadi karena beberapa hal,

diantaranya : perbedaan budaya dan bahasa. Namun faktor

penghambat yang memberikan pengaruh yang cukup besar adalah

sikap santri terlalu canggung untuk berkomunikasi dengan kyai karena

perbedaan status di antara mereka.

B. Saran

Berdasarkan temuan di lapangan serta analisis yang dilakukan terhadap

santri dan kyai di Daarul Istiqomah, penulis menyatakan beberapa saran

yang ditujukan kepada para santri Daarul Istiqomah demi terciptanya

komunikasi yang lebih baik. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Para santri hendaknya bisa membuka diri kepada santri lainnya. Tidak

hanya bergaul dengan santri sekamarnya saja. Melainkan juga bergaul

dengan santri-santri lain. Karena pada dasarnya kehidupan pesantren

identik dengan kebersamaan dan kekeluargaan. Apabila semua santri

mau membuka diri dan membagi informasi seputar dirinya, maka akan

lebih banyak lagi santri lain yang mengerti dan memahaminya.

Sehingga, persoalan pribadi yang dihadapi oleh santri bisa dipecahkan

bersama.

2. Pesantren Daarul Istiqomah hendaknya terbuka pada media massa

sebagai sumber informasi tambahan bagi para santri dengan tidak

mengenyampingkan upaya meminimalisir dampak negatif dari media

tersebut. Selain itu, media massa juga bisa membantu mempromosikan

Page 88: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

80

pesantren Daarul Istiqomah informasi seputar pesantren Daarul

Istiqomah dapat diketahui oleh masyarakat luas.

Page 89: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

81

DAFTAR PUSTAKA

A’dam, Syahrul. “Pesantren : Kiai dan Tarekat,” Dalam Suwito dan Fauzan, ed.

Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2008.

Al Thalibi, Abu Abdirrahman. Dakwah Salafiyah Dakwah Bijak : Meluruskan

Sikap Keras Dai Salafi. Jakarta : Hujjah Press, 2006.

Al-Zarnuzi, Syekh. Ta’limul Muta’allim. Penerjemah Achmad Sunarto. Bandung :

Husaini, 1422 H.

Budyatna, M dan Mutmainah, Nina. Komunikasi Antarpribadi. Jakarta :

Universitas Terbuka, 1994.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Rajagrafindo Persada,

2007.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai

Pustaka, 2005.

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. “Pesantren.” Dalam Ensiklopedi Islam 4

NAH-SYA. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2007.

Fathi Muqtadir, Syaikh Ibrahim. Menyibak Tirai Misteri Nabi Khidhir :

Meneladani Ilmu Ladunni Nabi Khidhir. Penerjemah Helmi Shaleh

Bazher. Jakarta : Akbarmedia, 2011.

Haedari, Amin. ed. Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas dan

Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta : IRD Press, 2004.

Hudaeri, Mohammad. dkk. “Penyerapan Nilai-Nilai Budaya Lokal Dalam

Kehidupan Beragama di Banten.” Dalam Afif HM dan Saeful Bahri, ed.

Harmonisasi Agama dan Budaya di Indonesia. Jakarta : Balai Penelitian

dan Pengembangan Agama Jakarta, 2009.

Irwanto. Focused Group Discussion : Sebuah Pengantar Praktis. Jakarta :

Yayasan Obor Indonesia, 2006.

J.R Raco.Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karateristik, dan Keunggulannya.

Jakarta: PT Grasindo, 2010.

Madjid, Nurcholis. Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta : Paramadina, 1997.

Page 90: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

82

Meinarno, Eko W, ed. Psikologi Sosial : Pengaruh Sosial. Jakarta : Salemba

Humanika, 2009.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Remaja Rosdakarya,

2007.

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2007.

---------------------Komunikasi Humoris : Belajar Komunikasi Lewat Cerita dan

Humor. Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2008.

Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2007.

Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju

Demokratisasi Institusi. Jakarta : Erlangga, 1992.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya,

2011.

Rumondor, Alex. dkk. Komunikasi Antar-Budaya. Jakarta : Universitas Terbuka,

2001.

Yasmadi. Modernisasi Pesantren : Kritik Nurcholish Madjis terhadap Pendidikan

Islam Tradisional. Jakarta : Quantum Teaching, 2005.

Page 91: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

83

Rokhi, Zaeni. “Komunikasi Antarpribadi Pengasuh dan Santri Pondok Pesantren

Al-Idrus Kalanganyar Lebak Banten.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010.

Siregar, Fajar Adzananda. “Pola Komunikasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren

Al-Asmaniyah Kampung Dukuhpinang, Tangerang, Banten.” Skripsi S1

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.

Page 92: POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI DI PONDOK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44186/1/ANNA...POLA KOMUNIKASI SANTRI DAN KYAI . DI PONDOK PESANTREN SALAFIYAH . DAARUL

84

Mudjia Rahardjo. “Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif.” Artikel di

akses pada 6 Februari 2012 dari

http://mudjiarahardjo.com/artikel/336.html?task=view.