Persepsi Santri Terhadap Pondok
-
Upload
nuricahyanifariezka -
Category
Documents
-
view
38 -
download
0
description
Transcript of Persepsi Santri Terhadap Pondok
-
PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN
AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
Oleh :
Maila Fadhilah S
102051025461
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
-
PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN
AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh :
Maila Fadhilah S
102051025461
Dibawah Bimbingan
Drs. Wahidin Saputra, MA
NIP. 150276299
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M
-
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK
PESANTREN AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA,
telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Juli, 2008. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1)
pada Program Study Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 09 Juli,
2008
-
SIDANG MUNAQASYAH Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Dr. Murodi, MA Umi Musyarofah, MA NIP. 150 254 102 NIP. 150 282 980
Anggota
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Hj. Ismah Salaman, M.Hum Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA NIP. 150 096 770 NIP. 150 299 324
Pembimbing
Drs. Wahidin Saputra, MA NIP. 150 276 299
-
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakn bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa hasil karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 Juli 2008
Maila Fadhilah S
-
ABSTRAK
Pondok pesantren dibuat adalah untuk membimbing anak-anak yang beragama Islam, demi untuk menjalankan syariat Islam dengan baik dan benar. Dengan dibudayakannya kebiasaan mentaati peraturan yang dibuat oleh pengasuh pondok, tak lain untuk membuat santri-santrinya menjadi santri yang disiplin, berakhlakul karimah, dan bermanfaat bagi keluarga dan masyaraktanya. Sedangkan fakta yang kebanyakan ada di lapangan tak lain adalah masih banyaknya para orang tua yang tidak memasukkan anak-anknya ke pesantren, hal ini di dukung oleh jumlah santri yang mukim di pesantren. Minimnya santri yang masuk ke pesantren dikarenakan masih banyaknya orang tua yang memandang pesantren hanya dari sisi negatifnya saja, seperti: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3) Hilangnya kretifitas anak, 4) Kurang memedainya fasilitas belajar, 5) Terbatasanya sarana dan prasarana, 6) Rendahnya kandungan gizi makanan, 7) Rendahnya honor pengajar, 8) Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren, dan masih banyak yang lainnya yang menjadikan suatu kehidupan di pondok pesantren menjadi kehidupan yang memilki sisi yang negatif bagi kehidupan anak, khususnya para santri di pondok pesantren.
Pembatasan dari masalah-masalah tersebut adalah hanya pada 4 masalah yang erat kaitannya dengan persepsi santri, 4 masalah tersebut adalah: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3) Hilangnya kretifitas anak, dan 4) Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren. Adapun objek penelitiannya hanya tertuju pada santri yang bermukim saja di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara. Dari pembatasan maslaah tersebut dapat ditemukan beberapa rumusan maslahnya mengenai persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-muhajirin, adapun rumusan maslanya adalah: 1. Bagaimana persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin? 2. Adakah hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok
pesantren Al-Muhajirin? Penelitian ini menggunakan metode survey, populasinya sebanyak 82
orang dengan menggunakan tingkat kesalahan 5 % maka sampelnya menjadi 66 orang. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Persepsi Santri Al-Muhajirin, dan yang menjadi variabel terikatnya adalah Pondok pesantren Al-Muhajirin. Untuk mengumpulkan data yang ada digunakan tehnik wawancara, kuisioner, dan dokumentasi. Sebelum dianalisis, penelitian ini menggunakan tehnik uji hipotesa melalui uji korelasi dan uji signifikan dengan rumus korelasi sederhana (r Product Moment), apabila hasil dari H0 : = 0, = maka tidak ada hubungan yang signifikan anatra dua variabel, dan apabila hasil dari Ha : 0, = maka da hubungan yang signifikan antara dua variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data dengan menggunakan pengujian hipotesa melalui uji korelasi menggunakan rumus Product Moment, maka diketahui bahawa kedua variabel yang diteliti memiliki korelasi yang negative. Yaitu harga r-hitung lebih kecil dari r-tabel (r test : t hitung = 0.04 < r tabel = 0.244), kemudian perhitungan dengan uji signifikan menggunakan rumus
-
t, maka diketahui bahwa harga t-hitung lebih kecil dari t-tabel (t test : t hitung = 0.33 < t tabel = 2.000). Dari kedua pengujian tersebut dapat dihasilkan bahwa, hubungan antar dua variabel penelitian menerima H0 (tidak ada hubungan) yang signifikan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin.
-
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah.Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang
dituangkan dalam tulisan skripsi. Shalawat serta salam tak lupa penulis hanturkan
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul:
Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan
Jakarta Utara.
Skripsi ini merupakan salah satu tugas ahkir untuk memenuhi syarat dalam
menempuh ujian munaqasah Strata Satu (S1) pada Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dari penulisan skripsi ini banyak pihak yang membantu dan memberikan
bimbingan, pemikiran serta dukungan baik moril maupun materil. Dengan
kebaikannya tersebut mudah-mudahan Allah SWT membalas semua jasa dan
kebaikannya, dan penulis hanturkn terima kasih yang sebesar-besarnya serta
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Murodi, MA; Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini.
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA; Selaku pembimbing skripsi penulis dan
sekaligus sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang telah
melungkan waktunya untuk memberikan bimbingan, petunjuk serta saran
yang sangat berharga kepada penulis. Dan Sekertaris Jurusan Ibu Umi
Musyarofah, MA; Yang telah memberikan motivasi dan saran-saran yang
-
sangat bermanfat bagi penulis dalam menjalankan perkuliahan serta pada
penyusunan skirpsi ini.
3. Drs. H. Harun Asfar, MA; Selaku dosen Penasehat Akademik penulis, yang
telah memberikan motivasi, saran-saran serta izin kepada penulis untuk
mengikuti perkuliahan dan penulisan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis, doakan penulis agar ilmu yang penulis
dapatkan ini bias bermanfaat sampai penulis wafat.
5. Staf karyawan Fakultas Dakwah dan komunikasi dari semua Jurusan sampai
Bidang Akadmik Fakultas, yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan semua kesulitn dan kebutuhan dalam bidang akademik.
6. Ketua dan para karyawan perpustakaan Fakultas Dakwah, yang telah
membantu penulis dalam menyediakan dan memperbolehkan peminjaman
literatur buku-bukunya tersebut.
7. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin KH. Saifur Rohman M.Sc. Para
Ustad dan ustadzahnya, yang telah menerima kunjungan serta
memperbolehkan penulis untuk melakukan penelitin. Tidak lupa pula para
santri dan santriwatinya, yang telah membantu dalam menyelesaikan
penyediaan data serta konsumsi dalam melaksanakan penelitian ini.
8. Ibunda tercinta Ibu Etty Tuti Erwani dan Ayahanda Bapak. Drs. M. Subhan,
MM. Yang telah sabar membantu serta memberikan dukungan moril maupun
materil dan spiritual kepada penulis.
-
9. Keluarga besar Eyang Ridwan Shomad; Keluarga besar Nenek Maryam;
Kelurga besar di Yogyakarta; Keluarga besar di Riau Pekan Baru, yang selalu
memberikan doa dan dukungannya pada penulis.
10. Teman-teman KPI angkatan 2002, adik-adik penulis di Fakultas Dakwah,
keluarga besar KM UIN, serta para sahabat yang tidak bias penulis sebutkan
namnay satu persatu.
Hanya memohon kepada Allah SWT lah penulis mendoakan dan semoga
atas bantuan mereka Allah memberikan penghargaan yang mulia dan berlipat
ganda, Amin..
Akhir kata, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, penulis berharap semoga tulisan yang serba sederhana ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Jakarta, 09 Juli 2008
Penulis
-
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN.................................................................................i
ABSTRAKSIii
KATA PENGANTAR.v
DAFTAR ISIviii
DAFTAR TABELx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah5
C. Tujuan dan manfaat Penelitian...6
D. Metodologi Penelitian6
E. Sistematika Penulisan18
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Persepsi..20
1. Pengertian Persepsi..20
2. Persepsi Menurut Ilmu Lainnya...20
3. Faktor Persepsi.21
4. Proses Terjadinya Persepsi...22
5. Hukum-hukum Persepsi24
6. Objek Persepsi...25
7. Persepsi Melalui Alat Indera.26
B. Santri28
1. Pengertian Santri28
2. Macam-macam
Santri..29
-
3. Perkembangan Psikologis Santri30
4. Bimbingan Santri32
5. Bimbingan Karir.34
BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
AL-MUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
A. Sejarah dan Latar Belakang..37
B. Letak Geografis39
C. Visi dan Misi41
D. Sarana dan Prasarana...42
BAB IV PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN
AL-MUHAJIRIN
A. Gambaran Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren
Al-Muhajirin44
B. Hubungan Persepsi Santri Terhadap Aktifitas Dakwah
Di Pondok Pesantren Al-Muhajirin 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..60
B. Saran.61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Sampel Dari Populasi Kriteria Pengambilan
Sampel Khusus Untuk Tingkat Kesalahan 5 % ..7
Table 4.1 Persepsi Santri dan Aktifitas Dakwah 5
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan suatu agama yang di dalamnya terdapat
usaha untuk menyebar luaskan kebenaran yang diyakini datang hanya dari
Tuhan, sikap mengajak atau menyeru kepada orang banyak untuk
mempercayaai dan menganut agama Isalam adalah suatu tugas suci serta
pengabdian kepada Tuhan. Usaha memperjuangkan dan menyebar luaskan
kebenaran atas ajaran Islam telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad
SAW, yang kemudian dilanjutkan oleh para sahabat, para Tabiin, serta para
pengikutnya. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan ajaran
Islam tersebut, walaupun pengetahuan yang dimilikinya tentang agama
Islam tersebut masih sedikit. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS.
An-Nahal ayat 125, yang artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhan-mu dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk. ( QS. An-nahal : 125)
Dakwah dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan, dakwah
bersifat persuasif, edukatif atau yang lainnya. Di dalam dakwah harus
dihindarkan yang sifatnya pemaksaan, karena hal tersebut sangat
bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Dakwah dapat dilaksanakan dalam
-
berbagai bentuk, seperti kegiatan pengajian, pendidikan, forum atau kajian
ilmiah, kegitan social, pencerminan pribadi seorang pendakwah atau
kelompok untuk menjadi contoh yang mencakup watak, sikap dan tingkah
laku. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif
dalam rangka perubahan situasi dalam ajaran yang diusahakan dengan
dakwah.sikap dan tingkah laku.
Dari berbagai bentuk kegiatan untuk melakukan dakwah, salah
satunya melalaui sarana pendidikan. Dan diantara sarana pendidikan yang
bergerak dibidang dakwah adalah pesantren. Pada Bab II Paragraf 3 Pasal 26
Ayat 1 Menurut Peraturan Pemerintah Tentang Pendidikan Agama Dan
Pendidikan Keagamaan, pesantren menyelenggarakan pendidikn dengan
tujuan mennanmkn keimana dan ketakwaan kepada Allah SWT, akhlak
mulia, serta tradisi pesantren untuk mengembangkan kemampuan,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik (santri) untuk menjadi ahli ilmu
agama Islam (mutafaqqih fiddin) atau menjadi muslim yang memiliki
keterampilan atau keahlian untuk membangun kehiupan yang Islami di
masyarakat.1
Pesantren merupakan salah satu tempat untuk menuntut ilmu setelah
siswa melewati jenjang SD (Sekolah Dasar), status pesantren tidak beda
halnya dengan SLTP (Sekolah lanjutan Tengah Pertama) atau SMP (Sekolah
Menengah Pertama). Bahkan ada yang sampai pada tingkat yang setara
dengan SLTA (Sekolah Lanjutan Atas) atau SMA (Sekolah Menengah
Atas), yaitu MTS (Madrasah tsanawiyah) dan MA (Madrasah Aliyah). Yang
1 Direktorat Jendral pendidikan Islam, Kumpulan Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Jakarta: Departemen Agama Ri, 2007) Bab II, Paragraf3, Pasal 26 Ayat 1, h. 241
-
membedakannya adalah hanya penambahan waktu belajar, yang sekolah-
sekolah umum lainnya belum tentu memilki program waktu seperti yang
dimiliki pondok pesantren.
Kata pondok pesantren terdiri dari dua kata, yaitu pondok dan
pesantren. Kata pondok berasal dari bahasa Arab Funduqun, yang artinya
hotel atau penginapan.2 Sebagaimana diungkapkan oleh Muhammad
Ridawan Lubis yang mengatakan pondok ialah tempat tinggal para santri
selama menuntut ilmu.3 Sedangkan Menurut Mastuhu, yang dimaksud
dengan pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Islam degan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
prilaku sehari-hari.4
Dari penjelasan di atas dapat dirumuskan bahwa pengertian pondok
pesantren adalah tempat orang-orang atau para pemuda menginap
(bertempat tinggal) yang di dalamnya terdapat suatu kegiatan untuk
mempelajari, memahami, mendalami, mengkhayati, dan mengamalkan
ajaran agama Islam.
Suatu kebanggan tersendiri bagi bangsa Indonesia yang agamis
bahwa penduduknya beragama Islam terbesar di dunia, begitu pula halnya
dengan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Indonesia yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Untuk tetap mempertahankan prestasi
tersebut diperlukan sarana pendidikan agama dan juga pendidikan umum,
2 Ahmad Warsan Munawar, Al-Munir, Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h.1073 3 M. Ridwan Lubis, Pemikiran Soekarno Tentang Islam, (Jakarta: CV. Masagung, 1997),
h. 23 4 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 55
-
salah satu sarana pendidikan tersebut tidaklah lain adalah sarana pendidikan
di lingkungan pondok pesantren.
Ironisnya sesuai fakta bahwa mayoritas penduduk Jakarta yang beragam
Islam khususnya di wilayah Jakarta Utara sangat rendah perhatian dan
minatnya terhadap pondok pesantren, hal ini dapat dibuktikan dari sedikitnya
kuota santri yang bermukim di pondok pesantren khususnya pondok pesantren
Al-Muhajirin dibandingkan dengan anak-anak yang masuk ke sekolah-sekolah
umum. Karena pada umumnya kebanyakan orag tua murid lebih senang
memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah umum negeri, mulai dari tingkat
pendidikan dasar seperti SD, SMP, SMA, sampai dengan perguruan tinggi.
Apabila tidak diterima di sekolah negeri tersebut, maka alternatif selanjutnya
memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah umum suwasta. Terlebih lagi bagi
orang tua yang memiliki ekonomi yang memadai, mereka sangat senang dan
bangga bila anaknya diterima di sekolah-sekolah favorit seperti : Tarakanita,
Santa Ursula, PSKD, dan lain-lain. Sehingga tidak lagi memperhatikan apakah
pemilik sekolah tersebut beragama Islam atau di luar Islam.
Kondisi ini yang menarik bagi peneliti untuk mengangkat masalah ini,
salah satu penyebab kurang berminatnya para orang tua memasukkan anaknya
ke dalam lingkungan pondok pesantren dikarenakan masih banyak para orang
tua yang memandang pondok pesantren hanya dari sisi negatifnya.
Untuk itu peneliti perlu melakukan pengamatan langsung pada pondok
pesantren Al-Muhajirin yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian.
Harapan peneliti dapat memberikan gambaran umum tentang pondok
pesantren, sehingga para orang tua bisa lebih berminat untuk memasukkan
-
anaknya ke dalam pondok pesantren khususnya pondok pesantren Al-
Muhajirin. Karena dengan banyaknya orang tua yang memasukkan anaknya
ke pondok pesantren, diharapkan semaikin banyak orang-orang yang perduli
terhadap kemajuan agama Islam di masa depan guna mempertahankan adab
dan akhlak orang-orang Islam.
Melihat kondisi yang demikian, peneliti berniat mengadakan penelitian
di pondok pesantren Al-Muhajirin Pejagalan Penjaringan Jakarta utara, serta
mencoba mengangkat topic skripsi ini dengan judul: Persepsi Santri
terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memberikan gambaran yang terarah dalam penulisan ini,
maka peneliti memberikan pembatasan masalahnya pada santri yang
bermukim saja di pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta
Utara.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan maslaha tersebut peneliti memberikan
perumusan masalahnya sebagai berikut:
1) Bagaimana persepsi santri yang timbul terhadap pondok pesantren
Al-Muhajirin?
2) Adakah hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di
pondok pesantren Al-Muhajirin?
-
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menjawab
permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu:
1. Untuk mengetahui persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-
Muhajirin?
2. Untuk mengetahui adanya hubungan persepsi santri terhadap aktifitas
dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin?
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Segi Akademis
Dari penelitian ini diharapkan bias memberi masukan ke
beberapa pondok pesantren khususnya pondok pesantren Al-Muhajirin
yang peneliti jadikan sebagai objek penelitian, dan penelitian ini
diharapkan bisa menjadi informasi untuk khalayak atau masyarakat
umum akan adanya pondok pesantren di tengah-tengah wilayah
pemukiman komunitas etnis china, yang bernama pondok pesantren Al-
Muhajirin.
2. Segi Praktis
Penelitian ini diharapkan bias menambah khasanah perpustakaan,
khusunya bagi mereka yang ingin terjun ke dunia pondok pesantren.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunkan metode survey. Metode ini
bermaksud mengumpulkan data yang relatif terbatas dari sejumlah
-
kasus yang relatif besar jumlahnya. Metode ini menekankan lebih pada
penentuan informasi tentang variabel dari pada penentuan informasi
tentang individu.5
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran
genelarisasi peneliti.6 Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya
adalah para santri yang bermukim di pondok pesantren Al-Muhajirin
Penjaringan Jakarta Utara sebanyak 82 orang.
b. Sampel
Sampel adalah bagain dari kumpulan objek penelitian
(populasi) yang dipelajari dan diamati.7 Menurut Sugiono8, bila
populasi 82 orang dengan tingkat kesalahn 5% maka populasinya
sebanyak 66 orang. Dan pada penelitian ini sampelnaya menjadi 66
orang.
Tabel 1.19
Tabel Sampel Dari Populasi
Kriteria Pengambilan Sampel Khusus Untuk Tingkat Kesalahan 5 %
N S N S N S 10 10 220 140 1200 291 15 14 230 144 1300 297 20 19 240 148 1400 302
5 Consuelo G, dkk, Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: Universitas Indonesia, 1993)
Cet ke-I, h. 76 6 Ibid, h. 160 7 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1994), h. 78 8 Lihat Tebel 1.1, Tabel sample Dari Populasi Kriteria pengambilan Sampel Khusus
Untuk tingkat Kesalahan 5 % 9 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 65
-
25 24 250 152 1500 306 30 28 260 155 1600 310 35 32 270 159 1700 313 40 36 280 162 1800 317 45 40 290 165 1900 320 50 44 300 169 2000 322 55 48 320 175 2200 327 60 52 340 181 2400 331 65 56 360 186 2600 335 70 59 380 191 2800 338 75 63 400 196 3000 341 80 66 420 201 3500 346 85 70 440 205 4000 351 90 73 460 210 4500 354 95 76 480 214 5000 357
100 80 500 217 6000 361 10 86 550 226 7000 364
120 92 600 234 8000 367 130 97 650 242 9000 368 140 103 700 248 10000 370 150 108 750 254 15000 375 160 113 800 260 20000 377 170 118 850 265 30000 379 180 123 900 269 40000 380 190 127 950 274 50000 381 200 132 1000 278 75000 382 210 136 1100 285 100000 384
Catatan : N = Populasi
S = Sampel
Karena populasinya berstrata, maka jumlah sampelnya juga
berstrata10. Dengan demikian jumlah samplenya:
Kelas Persiapan = 20 X 66 = 16.4 = 17
82
Kelas I = 23 X 66 = 18.5 = 18
82
Kelas II = 33 X 66 = 26.5 = 26
82
Kelas III = 6 X 66 = 4.8 = 5
82
10 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 67
-
Jumlah Sampel = 66 Orang
Untuk pengambilan sampel peneliti menggunakan metode
probability sampling yaitu objek dipilih dari populasi yang lebih
luas dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga pemilihan setiap
anggota populasi dapat di ketahui.11 Pada metode ini digunakan
dengan cara random (acak) yaitu suatu pengambilan sampel
dimana setiap populasi memiliki peluang yang sama untuk
dijadikan sampel.12
3. Variabel Penelitian
Dalam kaitannya dengan penelitian ini variabel yang digunkan
adalah:
a. Variabel Bebas
Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menetukan
atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor atau
unsur yang kedua itu disebut variabel terikat.13 Sedangkan pada
variabel bebasnya dalam penelitian ini adalah persepsi santri
Al-Muhajirin.
b. Variabel Terikat
Sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau
muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel
bebas, atau munculnya variabel ini adalah karena adanya
11 Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1999),Cet Ke-2, h. 135 12 Ali Mauludi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islm dan Sosial ( Jakarta: PT Prima Heza
Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 30 13 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Gajah Mada University Press), h. 56
-
variabel bebas tertentu dan bukan karena variabel lain.14 Pada
penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah pondok
pesantren Al-Muhajirin.
Gambar 1.1
Variabel Penelitian
X Y
r
4. Indikator dan Operasional Penelitian
A. Indikator variable penelitian ini sebagai berikut:
I. Persepsi santri terhadap pondok pesantren
a. Hilangnya kasih sayang orang tua
1) Berpisah dengan kedua orang tua
2) Perhatian kepada santri
b. Hilangnya masa bermain anak
1) Kegiatan extrakulikuler (pramuka, paskibra, dan PMR)
2) Olah raga (senam, bela diri, sepak bola, basket, volley)
3) Leadership (latihan kepemimpinan)
4) Muhadloroh (latihan pidato)
5) Kesenian (Qosidah, marawis, Qiroah)
6) Keterampilan (menjahit, menyulam, tehnik, kaligrafi)
14 Ibid, h. 57
Persepsi santri terhadap pondok
pesantren Al-Muhajirin
Aktifitas dakwah di pondok pesantren
Al-Muhajirin
-
c. Hilangnya kreatifitas anak
1) Kepatuhan kepada peraturan pondok pesantren
2) Kepatuhan kepada pengajar
3) Kebebasan santri dalam menyikapi aturan pondok
pesantren dan perintah pengajar
4) Demokrasi dari para pengajar
d. Masa depan yang suram lulusan pesantren
1) Melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi
2) Menjadi pemimpin
II. Aktifitas belajar mengajar di pondok pesantren Al-Muhajirin
a. Kreadibilitas
1) Menjaga nama baik pondok pesantren
2) Pendidikan pondok pesantren yang sesuai dengan
pendidikan di Depdiknas
3) Pendidikan pondok pesantren yang sesuai dengan
pendidikan di Depag
4) Menciptakan santri yang berakhlakul karimah
b. Kapabilitas
1) Program kurikulum yang moderen
2) Fasilitas yang moderen
3) Pembudayaan bahasa asing
4) Menciptakan santri yang mandiri
5) Keterampilan yang diberikan untuk para santri
6) Pemeliharaan fasilitas-fasilitas pondok pesantren
-
7) Prosedur perizinan yang tidak berbelit-belit
8) Menjalin ukhuwah Islamiyah
9) Menumbuh kembangkan kepercayaan diri
B. Operasional variable-variabel penelitian dengan menggunakan
angket atau kuisioner, instrumennya adalah sebagai berikut:
I Persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin
Apabila menjawab (Ya) Maka skornya (1)
Apabila menjawab (Tidak) Maka skornya (0)
Apabila menjawab (Sering) Maka skornya (3)
Apabila menjawab (Kadang-kadang) Maka skornya (2)
Apabila menjawab (Jarang) Maka skornya (1)
II Pondok pesantren Al-Muhajirin ditinjau dari kreadibilitas dan
kapabilitas
Apabila menjawab (Sangat setuju) Maka skornya (4)
Apabila menjawab (Abstain) Maka skornya (3)
Apabila menjawab (Tidak setuju) Maka skornya (2)
Apabila menjawab (Sangat tidak setuju) Maka skornya (1)
5. Hipotesa Penelitian
Bentuk hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hipotesis asosiatif. Yaitu jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.15
H0 : = 0, = Tidak ada hubungan antara persepsi santri terhadap
aktifitas dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin
15 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 45
-
Ha : 0, = Ada hubungan antara persepsi santri terhadap aktifitas
dakwah di pondok pesantren Al-Muhajirin
6. Tempat dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi tempat penelitian adalah pondok
pesantren Al-Muhajirin yang beralamat di Jl. Teluk Gong Kavling Blok.
A.20 Rt. 07/13 Kelurahan Penjagalan, kecamatan penjaringan Jakarta
utara. Sedangkan kurun waktu penelitian ini selama 6 bulan, di mulai
sejak bulan November 2007 s/d Mei 2008.
7. Tehnik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) instrument, adapun
instrumennya dengan cara wawancara, kuisioner, dan dokumentasi.
a. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu tehnik pengumpulan data
dalam metode survey melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara
lisan terhadap responden.16 Tehnik ini dilakukan dengan cara
wawancara ke pondok pesantren Al-Muhajirin secara lisan kepada:
- Pendiri Yayasan Tarbiyah Islamiyah = 2 Orang
- Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muhajirin = 1 Orang
- Ustad dan Ustadzah Pondok Pesantren = 4 Orang
b. Kuisioner
Untuk memperoleh data yang komperhensip, peneliti
menggunakan kuisoner yaitu susunan daftar pertanyaan yang
diberikan atau dikirimkan kepada responden baik secara langsung
16 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public relation dan komunikasi (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003), h. 23
-
ataupun tidak langsung.17 Dengan kuisioner ini, peneliti menyiapkan
daftar pertanyaan yang isinya berhubungan dengan penelitian.
Kemudian kuisioner tersebut disebarkan kepada 66 responden,
setelah responden selesai mengisi kuisioner selanjutnya kuisioner
tersebut dikembalikan kepada peneliti.
c. Dokumentasi
Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian,
seperti buku, majalah, surat kabar, foto, dan lain sebagainya. Tahnik
ini digunakan untuk melengkapi data yang dijaring melalui tehnik
wawancara dan kuisioner.
8. Tehnik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik
infrensial parametrik, yaitu menganalisis data intervala dan rasio yang
diambil dari populasi yang berdistribusi normal.18 Artinya apa yang
terjadi pada sampel akan diberlakukan kepada populasi dengan memakai
skala interval.
9. Metode Analisi Data
a. Metode Kualitatif yaitu analisa berupa klasifikasi data dengan uraian
kata- kata.
b. Metode Kuantitatif yaitu analisa berupa angka yang didapat dari
dokumen (data) atau kuisioner.
c. Metode Korelasi yaitu mencari hubungkan (pengaruh) antara
variabel-variabel
17 Husaini usman, Metode Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet Ke-3, h. 60 18 Ali Maulidi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT prima Heza
Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 4
-
10. Tehnik Analisis Data
Seluruh data yang penulis peroleh dari wawacara, kuisioner dan
dokumenter diseleksi dan disusun setelah itu penulis melakukan
klasifikasi data yaitu menggolongkan data berdasarkan katergori
tertentu. Kemudian data diklasifikasikan lalu diadakan analisis data,
dalam hal ini data yang dikumpulkan penulis adalah data kualitatif yang
diolah menjadi data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dikumpulkan,
dikelompokkan dan dijumlahkan sehingga menghasilkan angka-angka
atau berupa bilangan yang dalam hal ini jumlah responden. Hasil data
yang telah dikumpulkan akan dilakukan uji hipotesa dan uji signifikan
sebagai berikut:
a. Uji Hipotesa
Uji hipotesis yang digunakan pada penelitian ini sebagai berikut:
1) Uji dua pihak
Digunakan bila hipotesis nol berbunyi sama dengan dan
hipotesis alternative berbunyi tidak sama dengan (H0 = ; Ha).19
2) Korelasi
Korelasi adalah hubungan keeratan dua variabel atau lebih
atau disebut dengan r-product moment atau disebut juga korelasi
pearson.20 Kegunaannya untuk mengukur kuat tidaknya
hubungan antara dua variabel atau lebih. Korelasi antara X Y
dengan rumus korelasi sederhana (r-product moment)
19 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: CV Alfabeta, 2001), h. 138 (IBID)
20 Ali Mauludi, Op Cit, h. 93
-
Rumus 1.1
Korelasi Sederhana (r Product Moment)21
])(][)([
))((2222
=yynxxn
yxxynr
Di mana: r : Korelasi antara X dan Y
n : Jumlah Sampel
b. Uji Signifikan
Uji Signifikan adalah sebuah uji untuk mengetahui nyata dan
tidak nyata , atau yakin dan tidak meyakinkan nilai hubungan antara
dua variabel atau lebih.22 Uji signifikan ini berfungsi untuk
menjeneralisasi populasi dengan menggunakan r-test dan t-test.
1. r-test Grafik 1.1.
Grafik r-test23
Keterangan:
a) Apabila r hitung > r tabel berarti menolak (H0), ada hubungan
positif
21 Ibid, h. 134 22 Ali Maulidi, Statistik I Penelitian Ekonomi Islam dan Sosial (Jakarta: PT prima Heza
Lestari, 2006), Edisi Ke-1, h. 102 (IBID) 23 Ibid, h. 160
Menolak H0 (ada hubungan)
Menolak H0 (ada hubungan)
- r tabel - r hitung
Menerima H0 (Tidak ada hubungan)
r hitung r tabel 0
-
b) Apabila r hitung < r tabel berarti menerima (H0), tidak ada
hubungan
2. t-test
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Rumus 1.2.
t-test
212
rnrt =
Adapun grafiknya sebagai berikut:
Grafik 1.2.
Grafik r-test
Keterangan:
a) Apabila t hitung > t tabel berarti menerima (H0), ada
hubungan positif.
b) Apabila r hitung < r tabel berarti menerima (H0), tidak ada
hubungan
keterangan: n : Jumlah Sampel r : Koefesien Korelasi Product Moment
Menolak H0 (ada hubungan)
Menolak H0 (ada hubungan)
- r tabel - r hitung
Menerima H0 (Tidak ada hubungan)
r hitung r tabel 0
-
11. Tehnik Penulisan
Adapun tekhnik penulisan yang digunakan dalam skripsi ini
mengacu kepada buku pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
dan Disertasi) Cet ke-I. Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi pembahasan dalam
lima bab. Dari masing-masing babnya terdapat sub-sub bab, adapun
pembahasan tersebut ditulis secara sistematis sebagai berikut:
BAB I Memuat pendahuluan yang meliputi; Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Kegunaan Penelitian, Metodologi Penelitian, serta
Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teori yang meliputi; Persepsi, yang di dalamnya
terdapat Pengertian persepsi, Persepsi menurut ilmu lainnya,
Faktor persepsi, Proses terjadinya persepsi, Hukum-hukum
persepsi, Objek persepsi, dan persepsi melalui alat indera.
Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang Santri,
yang di dalamnya terdapat Pengertian santri, Macam-macam
santri, Perkembangan psikologis santri, Bimbingan santri,
dan Bimbingan karir.
BAB III Gambaran umum ponok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan
Jakarta Utara, meliputi; Sejarah dan Latar Belakang, Letak
-
geografis, Visi dan Misi, Program belajar mengajar, serta
Sarana dan prasarana.
BAB IV Persepsi santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin
Penjaringan Jakarta Utara, meliputi; Gambaran persepsi
santri terhadap pondok pesantren Al-Muhajirin, yang di
dalamnya membahas tentang Hilangnya kasih sayang anak,
Hilangnya masa bermain anak, Hilangnya kretifitas anak, dan
Masa depan yang suram lulusan pondok pesantren.
Kemudian dilanjutkan dengan Hubungan persepsi santri
terhadap aktifitas dakwah di pondok pesantren.
BAB V Penutup, yang meliputi; Kesimpulan dan Saran.
-
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Pengertian persepsi secara etimologis berasal dari bahasa latin
yaitu Perceptio dari Percipere yang artinya mengambil maksud, arti
mengambil disini adalah menyimpulkn atau menafsirkan sesuatu hal. 24
Sedangkan persepsi menurut kamus ilmiah popular adalah pengamatan
terhadap sesuatu hal. Dapat disebut juga sebagai penyusunan dorongan-
dorongan dalam kesatuan-kesatuan untuk memahami sesuatu hal. Dapat
disebut juga hal untuk mengetahui, melalui alat indera, jadi persepsi
adalah daya untuk memahami sesuatu hal.25
2. Persepsi Menurut Ilmu Lainnya
a. Persepsi menurut psikologi komunikasi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.26
b. Persepsi dalam konsep psikologi umum merupakan suatu proses
yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan prose
diterimanya stimuli oleh individu melalui alat indera atau juga
disebut proses sensoris.27
24 Alex shobur, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Press, 2002), Cet Ke-1, h.445 25 M. Dahlan AL-Barry, kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.591 26 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
h.51 27 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 88
-
c. Persepsi dalam perspektif Islam adalah proses penginderaan data-
data lalu dilakukan suatu pengembangan data-data, sehingga dapat
menyadari apa yang ada disekelilingnya termasuk sadar mengenai
dirinya sendiri.28
3. Faktor Persepsi
a. Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi
1) Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera
atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang
mempersepsi, tetapi juga dapat dating dari dalam diri individu
yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus
dating dari luar individu.
2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf
Alat indera atu reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai
alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat
untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
3) Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi
diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama
sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
28 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet Ke-1, h.88
-
Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau
sekumpulan objek.29
b. Faktor fungsional yang menentukan persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai factor-
faktor personal.
Faktro-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi lazim
disebut sebagai kerangka rujukan (Frame of Reference) yang
mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang
diterimanya. Menurut Mc. David dan Hariri yang dikutip oleh
Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya yang berjudul Psikologi
Komunikasi menjelaskan bahwa, para psikologi menganggap konsep
kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi
spiritual dari peristiwa yang dialami.30
c. Faktor structural yang menentukan persepsi
Faktro-faktor struktural berasa dari sifat stimuli fisik dan efek-
efek syaraf yang ditimbulkannya pada system syaraf individu.
Menurut teori Gestalt yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat
menjelaskan bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya
sebagai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian-bagiannya, lalu
menghimpunnya.
29 Bimo Walgito, Op Cit, h. 90 30 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004),
h.58
-
4. Proses Terjadinya Persepsi
Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alt indera
atau reseptor. Perlu diemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu
berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu.
Misalnya, dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai
kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.
Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealamian
atau proses fisik, stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh
syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis,
kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa didengar, atau apa yang
diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini
merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakn persepsi yang
sebenarnya. Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai
langkah persiapan dalam persepsi, hal tersebut dapat dikemukakan
dalam gambar sebagai berikut:
Gambar 2. 1
Skema Persepsi Adanya Perhatian31
31 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: ANDI, 2004), h. 91
Sp
-
St = Stimulus (faktor luar)
Fi = Faktor interen (factor dalam, termasuk perhatian)
Sp = Struktur pribadi individu
Skema tersebut memberikan gambaran bahwa individu menerima
bermacam-macam stimulus yang dating dari lingkungannya, tetapi tidak
semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon. Sebagai
akibat dari stumulus yang dipilihnya dan diterima oleh individu, individu
menyadari dan memebrikan respon sebagai reaksi terhdap stimulus
tersebut, adapun skemanya sebagai berikut:
Gambar 2.2
Skema Reaksi Individu Terhadap Stimulus
L S O R L
L = Lingkungan
S = Stimulus
O = Organisme atau individu
R = Respon atau reaksi
Teori lain yang melihat kaitan antara lingkungan atau stimulus
dengan respon organisme atau individu yang tidak berperan dalam
memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya.
Gambar 2.3
Skema Individu Yang Tidak Berperan Memberikan Stimulus
L S R L
L = Lingkungan
S = Stimulus
R = Respon atau reaksi
-
5. Hukum-hukum Persepsi
a) Hukum Pragnaz
Pragnanz berarti penting, meaningsful penuh arti atau berarti.
Jadi apa yang dipersepsi itu menurut hokum ini adalah penuh arti,
suatu kebulatan yang mempunyai arti penuh.
b) Hukum Figur-Ground
Dalam persepsi dikemukakan adanya dua bagian dalam
perceptual field, yaitu figure yang merupakan bagian yang dominant
dan merupakan focus perhatian, dan ground yang melatarbelakangi
atau melengkapi. Antara figure dan ground dapat pindah atau bertukar
peran satu dengan yang lainnya, yaitu semua ground dapat menjadi
figure.
c) Hukum Kedekatan
Hukum ini menyatakan bahwa apabila stimulus saling berdekatan
satu dengan yang lainnya, akan adany kecenderungan untuk diperepsi
sebgaia suatu keseluruhan atau gestalt.
d) Hukum Kesamaan (similitary)
Hukum ini menyatakan bahwa stimulus atau objek yang sama
mempunyai kecenderungan untuk dipersepsi sebagai suatu kesatuan
atau sebagai suatu gestalt.
e) Hukum Kontinutas
Hukum ini menyatakan bahwa stimulus yang mempunyai
kontinutas satu dengan yang lainnya, akan terlihat dari ground dan
akan dipersepsi sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan
-
f) Hukum Kelengkapan atau Ketertutupan (closure)
Dalam persepsi adanya kecenderungan orang mempresepsi
sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap, sehingga menjadi
sesuatu yang penuh arti atau berarti.
6. Objek Persepsi
Objek persepsi bisa dibedakan atas objek yang manusia dan
nonmanusia, objek persepsi yang berwujud manusia disebut person
perception, seperti perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya pada
orang yang mempersepsi. Sedangkan objek yang nonmanusia, hal ini
sering disebut sebagai things perception. Persamaan dari kedua objek
tersebut yaitu, apabila manusia dipandang sebagai objek benda yang
terikat pada waktu dan tempat seperti benda-benda yang lainnya
7. Persepsi melalui Alat Indera
a. Indera Penglihatan
Alat indera merupakan alat utama dalam individu mengadakan
persepsi, seseorang dapat melihat dengan matanya tetapi mata
bukanlah satu-satunya bagian hingga individu dapat mempresepsi apa
yang dilihatnya. Mata hanyalah merupakan salah satu alat atau bagian
yang menerima stimulus, dan stimulus ini dilangsungkan oleh syaraf
sensoris ke otak, hingga akhirnya individu dapat menyadari apa yang
dilihat.32
b. Indera Pendengaran
Stimulus berwujud bunyi yang merupakan getaran udar atau
getaran medium lain, sebagai respons dari stimulus itu orang dapat
32 Ibid, h. 118
-
mendengarnya. Seperti halnya dalam penglihatan, dalam pendengaran
individu dapat mendengar apa yang mengenai reseptor sebagai suatu
respon terhadap stimulus tersebut. Jika individu dapat menyadari apa
yang didengar, maka dalam hal ini individu dapat mempersepsi apa
yang didengar dan terjadilah suatu pengamatan atau persepsi.
c. Indera Pencium
Orang dapat mencium bau sesuatu melalui alat indera pencium
yaitu hidung, sel-sel penerima atau reseptor bau terletak dalam hidung
sebelah dalam. Stimulusnya berwujud benda-benda yang bersifat
khemis atau gas yang dapat menguap dan mengenai alat-alat penerima
yang ada dalam hidung, kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke
otak.33
d. Indera Pengecap
Indera pengecap terdapat di lidah, stimulusnya merupakan benda
cair. Zat cair tersebut mengenai ujung sel penerima yang terdapat pada
lidah, yang kemudian dilangsungkan oleh syaraf sensoris ke otak
hingga akhirnya orang menyadari atau mempersepsi tentang apa yang
dicecapnya itu. Mengenai rasa, ada 4 (empat) macam rasa pokok.
Yaitu rasa:
1) Pahit 2) Manis
3) Asin 4) Asam
33 Ibid, h. 126
-
Masing-masing rasa ini mempunyai daerah penerima rasa
sendiri-sendiri pada lidah, sedangkan rasa-rasa lain merupakan
campuran dari rasa-rasa pokok ini.34
e. Indera Kulit
Indera ini dapat merasakan rasa sakit, rabaan, tekanan dan
temperature. Tatapi tidak semua bagian dari kulit dapat menerima rasa-
rasa ini, dan pada bagian-bagian tertentu saja yang dapat menerima
stimulus-stimulus tertentu. Dalam hal tekanan atau rabaan, stimulus
langsung mengenai bagian kulit bagian rabaan atau tekanan. Stimulus
ini akan menimbulkan kesadaran akan lunak, keras, halus dan kasar.
Stimulus yang dapat menimbulkan rasa sakit dapat bersifat
khemis maupun electrical dan sebangsanya yang pada pokoknya
stimulus itu cukup kuat menimbulkan kerusakan pada kulit, dan hal ini
menimbulkan rasa sakit.35
B. Santri
1. Pengertian Santri
Menurut Nurchalish Madjid ada dua pendapat tentang santri.
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari
perkataan cantrik, sebuah kata yang berasal dari bahasa sansekerta
yang artinya melek huruf. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa
perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata
cantrik, berarti seseorang yang selalu mengikuti kemana gurunya pergi
34 Ibid, h. 128 35 Ibid, h. 129
-
menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu
keahlian.36 Dari sini dapat diasumsikan bahwa menjadi santri berarti juga
menjadi tahu tentang agama, atau paling tidak seorang santri itu bisa
membaca Al-Quran yang dengan sendirinya membawa pada sikap yang
lebih serius dalam memandang agamanya.
Disisi lain Zamakhsyari Dhofier berpendapat bahwa, santri dalam
bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau
seorang sarjana Kitab Suci agama Hindu.37
Sedangkan dalam penelitiannya, Clifford Geertz berpendapat
bahwa kata santri mempunyai arti luas dan sempit. Dalam arti luas dan
umum santri adalah bagian penduduk Jawa yang memeluk Islam secara
benar-benar, bersembahyang, pergi ke masjid, dan berbagi aktivitas
lainnya.38
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian santri
adalah mereka yang berasal dari pondok pesantren, atau mereka yang
taat menjalankan ajaran agama Islam.
2. Macam-macam Santri
Santri merupakan elemen dari kultur pondok pesantren yang
merupakan unsure pokok yang tidak kalah pentingnya dari elemen
lainnya yang ada di pondok pesantren, biasanya santri terdiri dari dua
kelompok, yaitu:
36 Nurchalish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta:
Paramadina, 1997), Cet Ke-1, h. 19-20 37 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyayi,
(Jakarta: LP3ES, 1994), Cet Ke-6, h. 18 38 Clifford Geertz, Abangan, Santri, priyayi Dalam Masyarakat Jawa, (Jakarta: Dunia
Pustaka jaya, 1983) Cet ke-2, h. 268
-
a. Santri Mukim
Santri Mukim adalah santri yang menetap, tinggal bersama
Kyai dan secara aktif menuntut ilmu dari seorang Kyai. Dapat juga
secara langsyng sebagai pengurus pesantren yang ikut bertanggung
jawab atas keberadaan santri lain. Setiap santri yang mukim telah
lama menetap dalam pondok pesantren secara tidak langsung
bertindak sebagai wakil Kyai.
Ada dua motof seorang santri menetap sebagai santri mukim:
1. Motif menurut ilmu artinya santri itu dating dengan maksud
menuntut ilmu dari kyainya.
2. Motif menjunjung tinggi akhlak, artinya seorang santri belajar
secara tidak langsung agar santri tersebut setelag di pondok
pesantren kan memiliki akhlak yang terpuji sesuai dengan akhlak
Kyainya. 39
b. Santri kalong
Santri Kalong adalah santri yang berasal dari daerah-daerah di
sekitar pondok pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam
pondok pesantren, atau mereka pulang ke rumah masing-masing
setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pondok pesantren..40
Santri mukim dengan kyayi atau pimpinan pondok pesantren
serta anggota lainnya biasanya tinggal dalam suatu lingkungan
39 M. Bahri Ghazali, Pesantren Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: CV. Prasasti, 2003),
h. 23 40 Nurchalish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina, 1997), Cet
Ke-1, h.157
-
tersendiri yang disebut pondok, disinilah Kyayi dan santrinya
bertempat tinggal.41
3. Perkembangan Psikologis Santri
a. Pembentukan Konsep Diri
Remaja adalah masa transisi dari priode anak ke dewasa.
Dewasa adalah keadaan berupa sudah ada ciri-ciri psikologi tertentu
pada seseorang. Menurut G.W. Allport yang dikutip oleh Sarlito
dalam bukunya Psikologi Remaja, cirri-ciri psikologi itu adalah
sebagai berikut:
1) Pemekaran diri sendiri yang ditandai dengan kemampuan
seseorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai bagian
dari dirinya sendiri juga.
2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara objektif ditandai
dengan kemapuan untuk mempunyai wawasan tentang diri
sendiri dan kemampuan untuk menangkap humortermasuk yang
menjadikan dirinya sendiri sebagai sasaran.
3) Memiliki falsafah hidup tertentu. Ia tahu kedudukannya dalam
masyarakat, ia paham bagaimana harusnya bertingkah laku dalam
kedudukan tersebut, dan ia berusaha mencari jalannya sendiri
menuju sasaran yang ia tetapkan sendiri42.
41 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
Cet Ke-1, h. 47 42 Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007) h. 72
-
b. Perkembangan Intelegensi
Hampir semua orang tua di Indonesia mengharapkan anaknya
pandai di sekolah. Mereka yang mampu, menginginkan anaknya
menjadi sarjana. Seakan-akan dengan modal kepandaian, seseorang
dijamin akan berhasil dalam hidupnya.
Menurut David Wechsler yang dikutip oleh Sarlito
menefinisikan inteligensi sebagai keeluruhan kemampuan individu
untuk berfikir dan bertindak secara terarah mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif 43. Jadi intelegensi memang
mengandung unsur fikiran atau rasio. Semakin banyak unsure rasio
yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku,
semakin berintelegensi tingkah laku tersebut.
Ukuran intelegensi dinyatakan dalam IQ, pada orang dewasa
IQ dihitung dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang
terdiri dari berbagai soal dan menghitung berapa banyak pertanyaan
yang dapat dijawab dengan benar. Akan tetapi, cara menghitung IQ
pada anak-anak adalah dengan menyuruh anak untuk melakukan
pekerjaan tertentu dan menjawab pertanyaan tertentu. Jumlah
pekerjaan yang dapat dilakukan anak kemudian dicocokkan dengan
membuat daftar untuk mengetahui usia mental anak.
c. Perkembangan Moral dan Religi
Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting
dalam jiwa remaja. Sebagaian orang berpendapat bahwa, moral dan
43 Ibid, h. 77
-
religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa
ini. Dengan begitu, ia tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau
bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat.
Religi, yaitu kepercayaan terhadap kekuasaan sesuatu zat
yang mengatur alam semesta ini adalah sebagian dari moral. Hal itu
karena, dalam moral sebenarnya diatur segala perbuatan yang dinilai
baik dan perlu dilakukan, serta perbuatan yang dinilai tidak baik
sehingga perlu dihindari. Agama, oleh karena mengatur juga tingkah
laku baik-buruk, secara psikologis termasuk dalam moral. Hal lain
yang termasuk dalam moral adalah sopan santun, tata karma, dan
norma-norma masyarakat lain.
4. Bimbingan Santri
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada
individu yang dilakukan secara terus menerus, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia dapat mengarahkan
diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian dia
dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memebrikan
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat umumnya44.
b. Tujuan Bimbingan
Secara umum dan luas program bimbingan dilaksanakan
dengan tujuan sebagai berikut:
44 Mastuki HS, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2004) Cet
Ke-2, h. 124
-
1) Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi
2) Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan
produktif dalam masyarakat
3) Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan
individu-individu yang lain
4) Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan
kemampuan yang dimilikinya45.
c. Prinsip-prinsip Bimbingan
Secara umum dalam perencanaan dan pelaksanaan bimbingan
di pondok pesantren perlu diperhatikan beberapa prinsip sebagai
berikut:
1) Bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku
individu, maka perlu diingat, bahwa sikap dan tingkah laku
seseorang adalah terbentuk dari segala kepribadian yang unik
dan ruwet
2) Perlu dikenal dan difahami perbedaan individual dari individu-
individu yang akan dibimbing, sehingga dapat diberikan
bimbingan yang tepat sesuai dengan kebutuhan individu yang
dibimbing
3) Bimbingan adalah proses membentuk individu agar dapat
menolong dirinya sendiri dalam mmecahkan masalah yang
dihadapi
45 Ibid, h. 129
-
4) Bimbingan hendaknya berpusat pada diri individu yang
dibimbing, bukan individu yang membimbing
5) Masalah yang tidak dapat diselesaikan di pondok pesantren
harus diserahkan kepada individu atau lembaga yang mampu
dan berwenang untuk menyelesaikannya
6) Bimbingan harus sesuai dengan identifikasi kebutuhan-
kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing
7) Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan kebutuhan individu
dan masyarakat
8) Program bimbingan harus sesuai dengan program pendidikan
di pondok pesantren bersangkutan
9) Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seseorang
yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup
bekerjasama dengan para pembantunya serta dapat
mempergunakan sumber-sumber yang berguna di luar pondok
pesantren
10) Program bimbingan harus dinilai secara berkala untuk
mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai dan
mengetahui apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan
rencana semula atau belum
11) Program dan pelaksanaan bimbingan di pondok pesantren
harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan tidak boleh ertentangan
dengan ajaran Islam46
46 Ibdi, h. 133
-
5. Bimbingan Karir
Bimbingan karir dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan
terus menerus di dalam pemilihan dan penyesuaian pekerjaan dimulai
dari pengetahuan tentang diri, perkembangan diri dan pemahaman dunia
kerja. Disamping itu individu bisa mengetahui berbagai hambatan yang
mungkin timbul dalam hal ini akan membawa individu ke dalam suatu
keberhasilan47
a. Unsur-unsur Bimbingan Karir
Unsur-unsur penting bimbingan karir di pondok pesantren
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Kegiatan bimbingan tidak dapat dilakukan secara sembarangan,
melainkan membutuhkan tekhnik / metode tertentu
2) Aktivitas bimbingan harus dilakukan atas dasar kesukarelaan
pihak yang dibimbing dan pembimbing tidak dibenarkan
memaksa kehendak untuk membimbing individu melainkan
harus mecipatakan suasana agar individu menyadari bahwa
dirinya membutuhkan bimbingan
3) Bimbingan tidak hanya ditujukan pada individu yang bermasalah
dalam hal karirnya, melainkan juga bagi semua individu agar
dapat berkembang
4) Pemilihan tekhnik atau pendekatan harus disesuaikan dengan
karakteristik individu yang dibimbing. Disamping itu, layanan
47 Ibid, h. 158
-
bimbingan juga disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
individu yang dibimbing.
b. Manfaat Bimbingan Karir
Adapun manfaat diterapkannya bimbingan karir antara lain48:
1) Membantu para murid / santri memilih jurusan atau jenis
pesantren lanjutan ataupun lapangan pekerjaan sesuai dengan
bakat, minat, cita-cita dan cirri-ciri pribadi lainnya
2) Membantu para murid memperoleh penyesuaian pribadi dan
kemajuan dalam perkembangan secara optimal.
48 Ibid, h. 161
-
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN
PENJARINGAN JAKARTA UTARA
A. Sejarah dan Latar Belakang
Sejarah berdirinya pondok pesantren Al-Muhajirin bermula pada adanya
penggusuran bagi warga Tanjung Wangi Kelurahan Pluit Jakarta Utara tahun
1980, yang pemukimannya tersebut akan dijadikan industri pabrik. Kemudian
warga Tanjung Wangi pindah ke daerah Teluk Gong, di wilayah ini masih
berbentuk rawa. Kemudian Pemerintah daerah Jakarta Utara membuat rawa-
rawa tersebut sebagai tempat pemukiman warga Tanjung Wangi yang baru, di
setiap kepala keluarga mendapatkan satu Kavling.49 Dari masing-masing
kavling tersebut, salah satu warga mendapatkan dua kavling. Satu kavling
untuk rumah pribadi, satu kavlingnya lagi untuk mushola.
Dikarenakan pada wilayah Teluk Gong ini belum terdapat masjid untuk
warga melaksanakan sholat Jumat, maka salah satu warga tersebut berniat
menjadikan musholanya sebagai masjid. Dikarenakan dalam pembuatan
masjid dibutuhkan tanah yang luas, maka ditemukanlah daerah empang,
sedangkan dari segi pembangunan mencari ke berbagai donatur. Dari
pencarian donator tersebut ternyata menemukan kesulitan, akhirnya bersama
warga yang lainnya berniat untuk bertemu dengan KH. Abdul Rouf Sy.H,
yang mana beliau adalah seorang Imam besar di masjid Istiqlal Jakarta Pusat,
dikarenakan beliau dekat dengan pejabat-pejabat. Guna untuk menemukan
49 Umar, Pendiri Yayasan Perguruan Tarbiyah Islamiyah, Wawancara Mendalam
(Jakarta, 19 February 2008)
-
beliau para warga harus dating sebelum sholat Subuh, dikarenakan beliau
menjadi Imam pada waktu sholat Subuh.
Dengan kedatangan warga ke masjid Istiqlal dan menjelaskan maksud
kedatangannya, maka KH. Abdul Rouf Sy.H setuju dan siap membantu
rencana para warga yang ingin membangun masjid di wilayah Teluk Gong.
Untuk mendapatkan tanah dalam pembangunan masjid, maka Badan
pelaksana lapangan (BPL) Pluit yang mengurus tanah di wilayah Teluk gong
memberi persyaratan harus adanya Yayasan terlebih dahulu, karena ditakutkan
jika didirikan atas nama perorangan akan dimiliki perorangan dan sifatnya
individu. Maka harus atas nama Yayasan, dan tidak boleh atas nama Yayasan
keluarga.
Pada tahun 1981 terbentuklah Yayasan dengan nama Yayasan Perguruan
Islamiyah yang diketuai oleh KH. Abdul Rouf Sy.H. Tepat pada tahun
tersebut, Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang diketuai oleh mantan
Presiden H.M Soeharto memberikan bantuan kepada KH. Abdul rouf Sy.H
dikarenakan Yayasan tersebut sedang berencana untuk membangun masjid di
seluruh Indonesia, dan masjid di wilayah teluk Gong tersebutlah yang menjadi
masjid percontohan atau masjid pertama di wilayah Indonesia. 50
Untuk pembangunan pondok pesantren Al-Muhajirin dimulai pada
peletakana batu pertama tahun 1990 oleh KH. Abdul Rouf Sy.H, beliau
mendirikan pendidikan Islam Diniyah Awaliyah yang lokasinya bersebelahan
dengan masjid. Kemudian beliau melanjutkan dengan mendirikan pendidikan
Tsanawiyah dan Aliyah sampai dengan beliau wafat tahun 2005. Sebelum
50 Agus Nalim, Pendiri Yayasan Tarbiyah Islamiyah, Wawancara Mendalam (Jakarta, 18
November 2008)
-
beliau wafat, beliau memberikan mandate kepada lima orang kepercayaan
beliau untuk melanjutkan kepemimpinan di pondok pesantren Al-Muhajirin.
Lima orang tersebut adalah KH. Saifur Rohman M.Sc sebagai Ketua Bidang
Pendidikan Pondok Pesantren, Ust. Abdus Salam Wahab sebagai Ketua
Bidang pendidikan Umum yang mengepalai pendidikan tsanawiyah dan
Aliyah, Ust. Hadi Ali Bahresyi sebagai Ketua Bidang keuangan, Ust. Rono
Rodiatan sebagai Ketua Bidang Peribadatan, dan terakhir Ust. Suherman
sebagai Ketua Bidang Umum. Sejak tahun 2005, ke lima orang yang terpilih
menggantikan KH. Abdul Rouf Sy.H mulai berfungsi sesuai jabatannya
masing-masing.51
B. Letak Geografis
Wilayah Pondok Pesantren Al-Muhajirin beralamat di Jl. Teluk Gong
Kavling Blok A.20 No.1 Rt.007/013 Kelurahan. Penjagalan Kecamatan.
Penjaringa Jakarta Utara. Wilayah ini termasuk ke dalam kategori padat
penduduk dan kumuh, wilayah ini juga merupakan wilayah yang rawan banjir.
Karena berada di tengah-tengah antara pesisir kali Penjaringan yang sangat
hitam, dan berdekatan dengan aliran kali dari pantai indah kapuk. Disekeliling
wilayah pondok pesantern, terdapat bannyak pemukiman penduduk yang
beragama Konghucu atau Chines. Wilayah pondok pesantren yang terletak di
Teluk Gong Kavling ini besebrangan dengan tempat prostitusi yang bernama
kali jodo, dimana di dalamnya terdapat para pekerja seks komersil yang
memperjual belikan tubuhnya untuk kepuasan para lelaki hidung belang.
51 KH. Saifur Rohman M.Sc, Ketua Bidang Pendidikan Pondok Pesantren, Wawancara
Mendalam (Jakarta, 20 Februari 2008)
-
Selain menjadi tempat prostitusi, tempat ini juga sering dijadikan sebagai
tempat perjudian dan tempat transaksi obat-obat terlarang.
Luas bangunan pondok pesantren Al-Muhajirin Rt.001/013 sekitar
1.642 M, dengan perincian panjang luas wilayah ini adalah 1.240 meter, dan
dengan lebar 402 meter. Sedangkan batas-batas bangunan pondok adalah
sebagai berikut:
Sebelah Utara Lt.1 terdapat rumah Kiyayi, dan ruang kelas 1 dan 2 Tsanawiyah, Lt.2 terdapat ruang kantor Tsanawiyah dan Aliyah, ruang
kelas 3 Tsanawiyah, dan berbatasan dengan pemukiman warga
Sebelah Timur Lt.3 terdapat kamar santri putri, tempat jemur santri putri, bangunan baru dibangun untuk local kelas, Lt.2 terdapat WC santri putri,
ruang kelas 1 dan 3 Aliyah, ruang kelas 1 sampai dengan 3 Ibtidaiyah, Lt.1
terdapat dapur santri, ruang kelas 2 Aliyah, ruang kelas 4 sampai dengan 6
Ibtidaiyah, koperasi dan wartel pondok pesantren, dan berbatasan dengan
pemukiman warga
Sebelah Selatan terdapat lapangan olah raga, lapangan upacar bendera, gerbang utama, dan berbatasan dengan pemukiman warga
Sebelah Barat Lt.3 terdapat tempat jemur santri putra, Lt.2 terdapat masjid pondok, kamar santri putra, Lt.2 terdapat aula serba guna, ruang kelas 1
sampai dengan 4 Diniyah, ruang kelas TK, dan berbatasan dengan
pemukiman warga52
52 Ust. Ahmad Dzulfaqor AR S.Pd.I, Ustad Pondok Pesantren Al-Muhajirin, Wawancara
Pribadi (Jakarta, 20 Februari 2008)
-
C. Visi dan Misi
Visi pondok pesantren Al-Muhajirin adalah Terwujudnya generasi
muda Islam yang berkualitas dan berakhlakul karimah. Sedangkan Misi
pondok pesantren adalah:
1. Menyelenggarakan proses pembelajaran dalam rangka peningkatan
kualitas siwa
2. Melenggarakan proses pembelajaran bahasa Arab / Inggris, sehingga
mampu berkomunikasi dalam bahasa Arab / Inggris dalam kehidupan
sehari-hari
3. Meningkatkan kualitas akademik dan non akademik
4. Mengadakan pembinaan akhlak, agar perilaku siswa sesuai dengan
akhlakul karimah
D. Program Belajar Mengajar
Program belajar mengajar di pondok pesantren Al-Muhajirin berbeda
dengan program belajar mengajar di Tsanawiayah dan Aliyah mengikuti
program dari Dep. Diknas, sedangkan untuk program pondok pesantren
sendiri mengikuti program dari Mesir yaitu pondok pesantren Hadroul Maut di
Yaman. Dari segi penerapan kelas pengajian bukan ari tingkat pendidikan
formal, tetapi tergantung pada kemampuan santrinya msing-masing. Jika
santri tersebut belum dapat memahami dasar-dasar bahasa Arab, kitab kuning
dan lain sebagainya maka ia masuk ke kelas persiapan meskipun ia di kelas
formal sudah ditingkat Aliyah. Sebaliknya jika santri tersebut sudah dapat
memahami dasar-dasar dari bahasa Arab atau kitab kuning, maka ia bisa
langsung masuk ke kelas di atas tingkata kelas persiapan. Dalam pembagian
-
kelas tersebut terdapat lima tingkatan kelas, yaitu kelas persiapan untuk
pemula, kelas 1 sampai dengan kelas 3 atau akhir dari kelas pengajian di
pondok pesantren.
E. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Al-Muhajirin Penjaringan
Jakarta Utara sebagai berikut:
1. Sarana dan prasarana Ibadah sebagai berikut:
a. Masjid : 1 Unit
b. Kantor Masjid : 1 Unit
2. Sarana dan prasarana pendidikan sebagai berikut:
a. Tsanawiyah : 3 Unit
b. Aliyah : 3 Unit
c. Madrasah Ibtidaiyah : 6 Unit
d. TPA : 4 Unit
e. TK : 1 Unit
3. Sarana dan prasarana keamanan sebagai berikut:
a. Pos Siskamling : 1 Unit
4. Sarana dan prasarana olah raga sebagai berikut:
a. Lapangan Olah Raga : 1 Unit
b. Tenis Meja : 1 Unit
5. Sarana dan prasarana kesejahteraan santri dan ustad sebagai berikut:
a. Aula serba guna : 1 Unit
b. Kantor secretariat : 1 Unit
-
c. Dapur : 1 Unit
d. WC Santri Putri : 8 Unit
e. WC Santri Putra : 8 Unit
f. WC Tamu : 3 Unit
g. Koperas : 1 Unit
h. Wartel : 1 Unit
i. Kamar Santri putri : 2 Unit
j. Tempat jemur santri putri : 1 Unit
k. Kamar Santri Putra : 3 Unit
l. Tempat jemur santri putra : 1 Unit
m. Kamar Ustad : 1 Unit
n. Kamar Ustadzah : 1 Unit
o. Rumah Ustad : 3 Unit
-
BAB IV
PERSEPSI SANTRI TERHADAP PONDOK PESANTREN
ALMUHAJIRIN PENJARINGAN JAKARTA UTARA
A. Gambaran Persepsi Santri Terhadap Pondok Pesantren Al-Muhajirin
Dari hasil penelitian atas beberapa masalah yang peneliti temukan di
dalam kehidupan pondok pesantren, hanya 4 (empat) masalah yang dibatasi
dan erat kaitannya dengan persepsi santri. Adapun ke empat masalah tersebut
yaitu: 1) Hilangnya kasih sayang anak, 2) Hilangnya masa bermain anak, 3)
Hilangnya kretifitas anak, dan 4) Masa depan yang suram lulusan pondok
pesantren.
1. Hilangnya Kasih Sayang Anak
Bagi anak yang ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih
tinggi lagi, para orang tua murid biasanya langsung memasukkan anak
mereka ke sekolah yang lebih tinggi lagi, seperti: ke sekolah-sekolah
negeri bahkan sampai ke sekolah unggulan, yang kebanyakan tidak begitu
mementingkan siapa dan dari agama apa pemilik sekolah tersebut. Karena
kebanyakan dari para orang tua menginginkan anak-anknya untuk
mendapatkan materi pelajaran yang berbobot dari sekolah-sekolah
unggulan atau negeri tersebut, nama sekolah yang makin popular dimata
umum membuat para orang tua percaya pada sekolah tersebut untuk
anaknya dididik.
-
Sedangkan pada sekolah-sekolah Islam umumnya dan khususnya
pada pondok pesantren kebanyakan orang tua ingin memasukkan anaknya
ke sekolah tersebut, dikarenakan para orang tua masih menganggap bahwa
sekolah-sekolah Islam khususnya pondok pesantren menggunakan
kurikulum yang masih kuno. Para orang tua hanya menganggap pondok
pesantren sebagai persinggahan terakhir untuk anaknya yang tidak
diterima oleh sekolah negeri atau sekolah unggulan, bahkan ada yang
menganggap pondok pesantren hanya sebagai tempat rehabilitasi bagi
anak nakal.
Hal ini dapat terjadi karena para orang tua menganggap bahwa
dengan anak yang diserahkan ke pondok pesantren, maka terpisahlah
mereka dengan kedua orang tua yang melahirkan dan membesarkannya.
Sedangkan pada usia anak yang relatif sangat muda masih membutuhkan
kasih sayang, perhatian dan bimbingan dari kedua orang tuanya. Selain
kasih sayang dan perhatian dari orang tua, dengan anak di masukkan ke
pondok pesantren anak akan merasa pondok pesantren sebagai tempat
yang menyeramkan . Dengan suasan yang asing, tidak ada orang tua,
kakak, adik, apalagi teman atau sahabat yang bisa dijadikan tempat untuk
bermain serta berbagi dalam suka dan duka.
Tujuan untama didirikannya pondok pesantren adalah unuk
mencetak Kiyayi dan alim ulama yang dapat menjadi pemimpin dan
panutan di masyarakat, sehingga kurikulum yang diberlakukan oleh
pondok pesantren tidak hanya ditetapkan oleh Diknas tetapi kurikulum
yang ditetapkan oleh Depag. Bahkan ditambah dengan mempelajari kitab-
-
kitab kuning (salafiyah) yang merupakan ilmu penjabaran dari
pelaksanaan Al-Qur'an dan Al-Hadits, baik dalam bentuk teoritis maupun
praktis. Sehingga dapat dikatakan bahwa pondok pesantren adalah sekolah
plus, yang tidak hanya bertujuan membentuk orang yang pintar namun
jauh lebih dari itu adalah menjadi orang yang baik.
Di dalam struktur pondok pesantren terdapat Kiyayi atau pengasuh
pondok pesantren sebagai penanggung jawab serta pemimpin yang
mengelola strategi pengajaran dan seluruh tata tertib yang diterapkan di
pondok pesantren, selain pengasuh juga terdapat ustad dan ustadzah yang
bertugas sebagai pengajar dan pelaksana dari strategi pengajaran yang
sudah diatur oleh pengasuh pondok, selain itu para ustad dan ustazah juga
ditugaskan untuk mendidik para santri dan santriwatinya, hingga menjadi
santri yang berakhlak baik, serta soleh dan soleha. Setelah pengasuh
kemudian ustad dan ustadzah, di pondok pesantren juga ada banyak sekali
para santri dan santriwatinya. Bagi anak yang sudah lama masuk pondok,
maka mereka yang menjadi kakak kelasnya. Sedangkan bagi anak yang
baru masuk pondok, merekalah yang menjadi adik kelasnya. Sehingga
pondok pesantren merupakan keluarga besar yang justru lebih lengkap dan
lebih dinamis bila dibandingkan dengan sebuah keluarga kecil. Bagi orang
tua yang ingin melepas rindu pada anaknya yang masuk ke pondok
pesantren. Pondok pesantren memberikan kebebasan yang seluas-luasnya
bagi orang tua yang ingin menjenguk anaknya, asalkan tidak mengganggu
proses belajar mengajar di lingkungan pondok pesantren. Dengan
-
demikian tidak ada alasan bahwa kasih sayang pada anak akan hilang
hanya karena anaknya dididik di pondok pesantren.
Oleh karena itu kasih sayang yang dapat dirasakan oleh si anak di
dalam pondok pesantren tidaklah perlu di khawatirkan, karena kasih
sayang dan peran orang tua masih tetap ada walaupun si anak jauh dari
orang tua kandungnya, dan kasih sayang serta peran orang tua dapat
digantikan oleh orang tua yang ada di pondok pesantren seperti: Pengasuh
pondok pesantren, Ustad dan Ustadzahnya.
2. Hilangnya Masa Bermain Anak
Kurikulum pendidikan pondok pesantren memang tidak terbatas
hanya melaksanakan kurikulum yang diterapkan oleh Diknas dan Depag,
namun ada lagi kurikulum yang dibuat oleh pondok pesantren yang
bersangkutan. Mengingat padatnya jam belajar di lingkungan pondok
pesantren dapat menyebabkan waktu bermaian anak menjadi sangat
berkurang bahkan bisa hilang sama sekali, masa bermain anak yang hilang
dengan padatnya jam belajar tersebut bisa membuat anak bosan untuk
belajar atau tinggal di pondok pesantren.
Di pondok pesantren selain diajarkan mengaji kitab kuning, tadarus
Al-Quran dan lainnya yang bersifat agamis, di pondok pesantren juga
diajarkan bermacam-macam kesenian seperti kaligrafi, menyulam,
marching band, kosidah bagi santri putri, marawis bagi santri putra,
Qiroah, dan muhadloroh (latihan ceramah). Selain kesenian di pondok
pesantren juga diajarkan berbagai macam olah raga seperti silat, sepak
-
bola, senam, basket, volley, dan gerak jalan. Kegiatan-kegiatan seperti ini
bisa menjadi pengganti bagi aktivitas bermaian anak, yang mana mereka
bisa memilih kegiatan yang diminati. Dari bermacam-macam kegiatan
kesenian dan oleh raga tersebut tidak semua santri harus memilih yang
sama, dikarenakan kuota personil anggota yang dibutuhkan harus sesuai
dengan kegiatannya masing-masing.
Oleh karenanya kekhawatiran akan masa bermain anak bisa
berkurang atau hilang sewaktu mereka masuk ke pondok pesantren
tidaklah perlu dihiraukan, karena pihak pondok pesantrenpun tidak
melupakan kewajiban mereka untuk menjadikan anak yang pintar, baik
dan berakhlak mulia. Yang berbeda dengan anak-anak yang sekolah di luar
pondok pesantren dengan anak yang mukim, hanya pada permainan dan
waktunya saja.
3. Hilangnya Kretifitas Anak
Kepatuhan kepada pengajar adalah hal yang mutlak dilakukan oleh
setiap santri, mengingat budaya hidup dilingkungan pondok pesantren
yang dimana para santri harus taat dengan seluruh aturan pondok
pesantren termasuk di dalamnya patuh terhadap norma-norma agama dan
para pengajar atau ustad dan ustadzahnya. Sehingga para santri merasa
tabu apabila melanggar norma dan tidak patuh kepada para pengajar
tersebut, sebagai akibatnya para santri tidak memiliki keberanian untuk
melakukan protes yang dapat menyebabkan kurangnya atau hilangnya
-
suatu kreatifitas yang sangat diperlukan sesuai pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak.
Tidak seperti pada sekolah-sekolah lainnya selain pondok pesantren,
peraturan dan kepatuhan kepada para pengajar hanya ditemukan pada
waktu si anak sekolah saja. Sehingga di luar jam sekolah anak bisa lebih
berkreasi tanpa harus mengenal rasa takut atau harus patuh pada para
pengajarnya. Kebebasan yang dimiliki oleh anak di sekolah umum untuk
berkreasi, merupakan faktor pendukung akan pertumbuhan dan
perkembangan yang dimilikinya, perbandingan seperti inilah yang
membuat si anak enggan untuk sekolah di pondok pesantren dan lebih
memilih untuk sekolah di sekolah umum atau Negeri.
Pada pondok pesantren selain harus patuh adan taat pada para
pengajar, juga terdapat bimbingan yang memiliki misi untuk membantu
semua santri agar santri-santrinya dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya secara optimal, bimbingan seperti latihan-latihan dan
pengajian yang rutin di lakukan oleh para santri dapat membuat mereka
bisa mengenal dirinya dan dapat mengarahkan diri serta bertindak wajar
sesuai dengan tuntutan dan keadaan di lingkungannya.
Di pondok pesantren terdapat beberapa macam bimbingan selain
bimbingan agama, diantaranya aktifitas bermain anak di pondok pesantren
bisa dijadikan bimbingan guna untuk melatih keterampilan dan kretifitas
santri. Seperti latihan Kepemimpinan, latihan Qosidah, latihan marawis,
latihan pidato atau muhadloroh, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut
dapat ditampilkan pada saat ada lomba-lomba yang diadakan oleh pihak
-
luar pondok pesantren, dan pada saat malam apresiasi santri yang biasa di
lakukan setiap tiga semester atau yang biasa di sebut dengan malam
perpisahan kelas tiga aliyah yang sudah lulus dari pondok pesantren.
Hal ini terbukti dari hasil angket yang tersebar untuk 66 responden,
adapun kategori bimbingan yang dipilih.53 Dari hasil kategori bentuk
latihan, yang paling banyak diminati oleh para santri baik santri laki-laki
maupun perempuan adalah latihan kepemimpinan dan muhadloroh.
Sedangkan untuk latihan kesenian seperti latihan Qosidah, marawis,
Qiroah, dan latihan menari. Untuk latihan keterampilannya seperti latihan
menjahit, menyulam, dan kaligrafi. Pada latihan-latihan tersebut yang
biasanya dilombakan atau ditampilkan pada malam perpisahan atau malam
apresiasi santri adalah Ceramah (Muhadloroh), Qosidah, Marawis,
Qiroah, dan Kaligrafi.
Dari sekian banyak bimbingan dan pelatihan yang bisa mengasah
keterampilan para santri, tidaklah membuat kreatifitas anak menjadi hilang
bila mereka di masukkan dalam pondok pesantren. Justru semakin terlihat
potensi yang dimiliki oleh masing-masing indinvidu.
4. Masa Depan Yang Suram Lulusan Pondok Pesantren
Pada umumnya lulusan pondok pesantren tidak mempunyai
kepercayaan diri yang optimal untuk melamar disuatu perusahaan swasta
apa lagi sebagai PNS (pegawai negeri sipil), dikarenakan selama ini
53 Tabel 4.1, Kategori Bimbingan Santri Untuk Melihat Bimbingan Yang Diminati,
Lamp. 7
-
pondok pesantren jarang yang memperhatikan kemana saja para
alumninya setelah lulus dari pondok pesantren, bidang pekerjaan apa yang
digeluti, dan sejauh mana mereka beradaptasi dengan lingkungan kerjanya.
Sementara untuk tampil sebagai juru dakwah juga belum merasa siap
berkiprah di masyarakat, sehingga lulusan pesantren banyak yang menjadi
pengangguran. Oleh karena itu para lulusan pondok pesantren tidak dapat
diterima bekerja dan tidak bisa menciptakan lapangan kerja sendiri.
Akibatnya dapat membuat anak yang telah lulus dari pondok pesantren
tidak begitu siap menghadapi segala kehidupan dan tantangan yang ada di
luar pondok pesantren.
Di dalam pondok pesantren selain bimbingan yang biasa dilakukan
untuk melatih kretifitas santrinya, juga ada bimbingan karir. Guna untuk
mengasah lebih dalam lagi potensi yang dimiliki para santri, terutama bagi
santri yang sebentar lagi lulus dari pondok pesantren. Agar sewaktu
mereka di luar pondok telah menguasai potensi yang dimilikinya, tidak
hanya dalam bidang agam, melainkan pada keterampilan dan bidang yang
lain. Sehingga mereka siap menghadapi tantangan dari kehidupan yang
dilewatinya.
Dan sesuai dengan fakta yang ada di lapangan atau pondok
pesantren, bahwa telah banyaknya lulusan pondok pesantren khusunya
pondok pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara yang
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi dan telah
banyak yang menjadi orang-orang berhasil. Dan untuk segi izajah di
pondok pesantren tidaklah perlu diragukan, karena ijazah pondok
-
pesantren sudah sangat dihargai oleh pihak atau instansi manapun dan
lulusan pondok pesantren sebenarnya sudah sangat siap untuk menghadapi
segala tantangan yang ada di luar dan cobaan kehidupan yang mereka
hadapi.
Dari hasil penelitian terhadap persepsi santri yang digambarkan melalui
perubahan image negatif menjadi image positif akan pondok pesantren yang
berurutan mulai dari kasih sayang orang tua yang hilang, masa bermain anak yang
hilang, kreatifitas anak yang hilang, sampai pada masa depan yang suram bagi
lulusan pondok pesantren dapatlah dibuktikan dengan banyaknya santri yang
bertahan masuk ke pondok pesantren selama 6 tahun atau sampai mereka lulus
dari pesantren walaupun kuota santri yang masuk masih lebih sedikit
dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum atau negeri lainnya. Hal ini tidak
terbukti dari hanya jumlah santri yang bertahan masik selama mereka sekolah di
pesantren, tetapi juag dapat dibuktikan dari banyaknya para santri yang berprestasi
dan sudah menjadi alumni yang berhasil di kalangan masyarakatnya.
B. Hubungan Persepsi Santri Terhadap Aktifitas Dakwah di Pondok
Pesantren
Untuk mengetahui hubungan persepsi santri terhadap aktifitas dakwah di
pondok pesantren Al-Muhajirin Pejaringan Jakarta Utara, yaitu pengumpulan
data dari sumber primer dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner
sebanyak 66 responden. Yang diambil dari santri yang bermukim di pondok
pesantren Al-Muhajirin Penjaringan Jakarta Utara, adapun data-data
responden sebagai berikut:
-
1. Jenis Kelamin
Dari jenis kelamin santri, perbandingan antara laki-laki dan
perempuan tidak terlalu jauh. Responden perempuan sebesar 43 % ( 29
responden), dan responden laki-laki sebesar 57 % ( 37 responden)
2. Asal Daerah
Asal daerah para santri yang menjadi responden sangatlah berfariasi,
diantaranya yang berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 25 % ( 15
responden), yang berasal dari daerah Sumatera sebanyak 30 % ( 26
Responden), yang berasal dari daerah Banten sebanyak 25 % ( 15
responden), dan yang berasal dari daerah lainnya sebanyak 20 % ( 10
responden).
3. Tingkat Kelas Pengajian
Responden yang masuk ke kelas persiapan sebanyak 25 % ( 17
responden), kelas I sebanyak 26 % ( 18 responden), kelas II sebanyak 43
% ( 26 responden), kelas III sebanyak 6 % ( 5 responden).
Dari data-data yang diperoleh, kemudian dilakukan analisa uji Hipotesis
dengan menggunakan rumus Product Moment dengan responden sebanyak 66
Orang.
a. Uji Hipotesis
Tabel 4.2
Persepsi Santri dan Aktifitas Dakwah
No Res
Persepsi Santri ( X )
Aktifitas Dakwah ( Y ) X 2 Y 2 X Y
1 26 47 676 2209 1222 2 24 49 576 2401 1176 3 23 46 529 2116 1058
-
4 24 50 576 2500 1200 5 27 49 729 2401 1323 6 23 41 529 1681 943 7 20 50 400 2500 1000 8 18 46 324 2116 828 9 26 44 676 1936 1144 10 22 43 484 1849 946 11 28 50 784 2500 1400 12 27 48 729 2304 1296 13 24 45 576 2025 1080 14 26 40 676 1600 1040 15 25 42 625 1769 1050 16 22 46 484 2116 1012 17 26 43 676 1849 1118 18 24 47 576 2209 1128 19 22 45 484 2025 990 20 22 53 484 2809 1166 21 27 50 729 2500 1350 22 25 52 625 2704 1300 23 26 46 676 2116 1196 24 25 40 625 1600 1000 25 22 43 484 1849 946 26 26 41 676 1681 1066 27 26 40 676 1600 1040 28 24 47 576 2209 1128 29 24 45 576 2025 1080 30 24 44 576 1936 1056 31 20 45 400 2025 900 32 26 43 676 1849 1118 33 24 47 576 2209 1128 34 23 49 529 2401 1127 35 23 51 529 2601 1173 36 28 48 784 2304 1344 37 25 40 625 1600 1000 38 21 43 441 1849 903 39 21 44 441 1936 924 40 26 50 676 2500 1300 41 24 48 576 2304 1152 42 25 50 625 2500 1250 43 26 51 676 2601 1326 44 21 49 441 2401 1029 45 23 42 529 1764 966 46 24 43 576 1849 1032 47 24 44 576 1936 1056 48 23 49 529 2401 1127 49 25 45 625 2025 1125 50 27 43 729 1849 1161 51 25 44 625 1936 1100 52 22 42 484 1764 924 53 25 50 625 2500 1250
-
54 23 49 529 2401 1127 55 27 45 729 2025 1215 56 28 42 784 1764 1176 57 25 49 625 2401 1225 58 26 50 676 2500 1300 59 20 41 729 1681 820 60 30 42 900 1764 1260 61 26 43 676 1849 1118 62 26 50 676 2500 1300 63 27 49 729 2401 1323 64 24 45 576 2025 1080 65 25 50 625 2500 1250 66 27 44 729 1936 1188
Total 1613 3031 40088 139986 74079
Dari hasil table 4.1 kemudian