Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan...

9
75 Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational overuse syndrome pada pekerja pria perusahaan bubuk deterjen Ridwan Harrianto* a , Johny Sulistio**, M.R. Rachmawaty*, Diana Samara* *Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti **Departemen Keselamatan dan Kesehatan PT.Unilever Indonesia ABSTRAK Penyakit-penyakit muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan kerja yang penting. Perhatian banyak ditujukan pada occupational overuse syndrome (OOS), merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher, bahu, lengan atau tangan akibat perilaku kerja yang kurang memadai. Telah dilaksanakan penelitian dengan metode potong lintang untuk meneliti pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya OOS pada 223 pekerja bagian produksi perusahaan bubuk deterjen di Cikarang. Gejala- gejala OOS dinilai dengan kuesioner dan diagnosis pasti ditetapkan dengan pemeriksaan klinis. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi OOS sebesar 19,73%, diagnosis penyakit yang paling banyak ditemukan yaitu myofascial pain syndrome, lateral epicondilitis, carpal tunnel syndrome dan rotator cuff tendinitis. Pekerja packing mempunyai risiko 2,63 kali lebih besar untuk terjadinya OOS dibandingkan pekerja non packing (95% CI=1,8 – 5,84). Selanjutnya untuk masing-masing kelompok umur, ternyata kelompok usia dewasa (35–49 tahun) mempunyai risiko 2,1 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia dewasa muda (19–34 tahun) maupun kelompok usia lanjut (50–58 tahun). Usia pekerja dan pola kerja pekerja packing merupakan risiko untuk timbulnya OOS. Kebijakan pengaturan aktifitas pada pekerja yang lebih tua dan intervensi ergonomi sangat berperan untuk mengatasi masalah ini. Kata kunci: Occupational overuse syndrome, usia, packing, laki-laki Working style as a risk factor of occupational overuse syndrome among men workers in detergent company ABSTRACT Disorders of the musculoskeletal system constitute a considerable health problem in industrialsed societies. Much interest had been paid to occupational overuse syndrome(OOS), a work related upper limb disorders which are a heterogeneus group of disorders for condition of pain in neck, shoulder and upper limb. A cross-sectional study was conducted to investigate working style as a risk factor of OOS. A total of 223 production unit detergent company workers at Cikarang. were interviewed and examined. Clinical criteria for eight main OOS diagnosis were difined. Symptoms of OOS cases were assesed by a simple questionnaire, the diagnosis of OOS was confirm by clinical examination. The study showed that prevalence rate of OOS was 19.73%. The most common diagnosis of OOS were myofascial pain syndrome, lateral epicondilitis, carpal tunnel syndrome and rotator cuff tendinitis. Packers have the risk to get OOS 2.63 times more than non packing workers (95% CI=1.8 – 5.84). More over, for each age groups, the adult generation (35-49 years) have the risk to get OOS 2,1 times more than the younger generation (19-34 years) as well as the older generation (50 – 58 years). The workers’s age and working style among packers were the risk factors for the occurence of OOS. A better understanding of work activity regulation of older workers and ergonomic intervention may have a greater impact to tackle the problem. Keywords: Occupational overuse syndrome, age, packing, men Korespondensi : a Ridwan Harrianto Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440 Tel. 021-5672731 eks. 2101, Fax. 021-5660706 E-Mail : [email protected] Universa Medicina April-Juni 2006, Vol.25 No.2

Transcript of Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan...

Page 1: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

75

Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinyaoccupational overuse syndrome pada

pekerja pria perusahaan bubuk deterjen

Ridwan Harrianto*a, Johny Sulistio**, M.R. Rachmawaty*, Diana Samara**Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

**Departemen Keselamatan dan Kesehatan PT.Unilever Indonesia

ABSTRAK

Penyakit-penyakit muskuloskeletal merupakan masalah kesehatan kerja yang penting. Perhatian banyakditujukan pada occupational overuse syndrome (OOS), merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atasakibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher, bahu, lengan atau tangan akibat perilaku kerja yangkurang memadai. Telah dilaksanakan penelitian dengan metode potong lintang untuk meneliti pola kerja sebagaifaktor risiko terjadinya OOS pada 223 pekerja bagian produksi perusahaan bubuk deterjen di Cikarang. Gejala-gejala OOS dinilai dengan kuesioner dan diagnosis pasti ditetapkan dengan pemeriksaan klinis. Hasil penelitianini menunjukkan prevalensi OOS sebesar 19,73%, diagnosis penyakit yang paling banyak ditemukan yaitu myofascialpain syndrome, lateral epicondilitis, carpal tunnel syndrome dan rotator cuff tendinitis. Pekerja packing mempunyairisiko 2,63 kali lebih besar untuk terjadinya OOS dibandingkan pekerja non packing (95% CI=1,8 – 5,84). Selanjutnyauntuk masing-masing kelompok umur, ternyata kelompok usia dewasa (35–49 tahun) mempunyai risiko 2,1 kalilebih besar dibandingkan dengan kelompok usia dewasa muda (19–34 tahun) maupun kelompok usia lanjut (50–58tahun). Usia pekerja dan pola kerja pekerja packing merupakan risiko untuk timbulnya OOS. Kebijakan pengaturanaktifitas pada pekerja yang lebih tua dan intervensi ergonomi sangat berperan untuk mengatasi masalah ini.

Kata kunci: Occupational overuse syndrome, usia, packing, laki-laki

Working style as a risk factor of occupational overuse syndromeamong men workers in detergent company

ABSTRACT

Disorders of the musculoskeletal system constitute a considerable health problem in industrialsed societies.Much interest had been paid to occupational overuse syndrome(OOS), a work related upper limb disorders whichare a heterogeneus group of disorders for condition of pain in neck, shoulder and upper limb. A cross-sectionalstudy was conducted to investigate working style as a risk factor of OOS. A total of 223 production unit detergentcompany workers at Cikarang. were interviewed and examined. Clinical criteria for eight main OOS diagnosiswere difined. Symptoms of OOS cases were assesed by a simple questionnaire, the diagnosis of OOS was confirmby clinical examination. The study showed that prevalence rate of OOS was 19.73%. The most common diagnosisof OOS were myofascial pain syndrome, lateral epicondilitis, carpal tunnel syndrome and rotator cuff tendinitis.Packers have the risk to get OOS 2.63 times more than non packing workers (95% CI=1.8 – 5.84). More over, foreach age groups, the adult generation (35-49 years) have the risk to get OOS 2,1 times more than the youngergeneration (19-34 years) as well as the older generation (50 – 58 years). The workers’s age and working styleamong packers were the risk factors for the occurence of OOS. A better understanding of work activity regulationof older workers and ergonomic intervention may have a greater impact to tackle the problem.

Keywords: Occupational overuse syndrome, age, packing, men

Korespondensi : aRidwan HarriantoBagian AnatomiFakultas Kedokteran, Universitas TrisaktiJl. Kyai Tapa No.260, Grogol Jakarta 11440Tel. 021-5672731 eks. 2101, Fax. 021-5660706E-Mail : [email protected]

Universa Medicina April-Juni 2006, Vol.25 No.2

Page 2: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

Harrianto, Sulistio, Rachmawati, dkk. Faktor risiko occupational overuse syndrome

76

PENDAHULUAN

Rasa nyeri di daerah leher, bagian ataspunggung, bahu, lengan a tau tangan,merupakan gejala yang seringkali timbul padaindividu pekerja. Biasanya mulai dari suatutempat tertentu yang dapat menyebar ke seluruhanggauta badan atas, kadang-kadang diikutigangguan sensibilitas. Biasanya rasa nyeribertambah berat dengan adanya stres mental,sebaliknya berkurang pada saat liburan, atauistirahat panjang.

Gangguan kesehatan yang diakibatkanoleh ancaman bahaya kerja ergonomi ini secarakolektif dikenal sebagai occupational overusesyndrome (OOS) atau repetitive strain injuries(RSI). Istilah ini hanyalah dua dari banyakisti lah lain untuk menyatakan terjadinyamasalah kesehatan akibat ker ja yangdisebabkan oleh penggunaan struktur-strukturotot-tendo dan tulang belulang yang berlebih-lebihan pada bagian tubuh tersebut. Istilah inibiasa dipakai di Australia, Selandia Baru dandi Inggris. Sedang di Amerika dan Kanadadikenal sebagai cummulative trauma disorders(CTD), d i Jepang dan negara-negaraScandinavia dikenal sebagai occupationalcervicobrachial disorders (OCD), serta banyakistilah lain yang digunakan oleh berbagainegara lainnya. Untuk mengatasi keragu-raguan dan memayungi penggunaan istilah yangberbeda-beda ini, World Health Organization(WHO) menyebutnya sebagai work relatedmusculoskeletal disorders (WMSDs).(1-4)

Beberapa d iagnosis penyaki t yangtermasuk kategori OOS mempunyai gambaranpatologis yang jelas, biasanya dalam bentukproses inflamasi dan degenerasi otot-tendo dantulang belulang seper t i os teoar t r i t i s ,tenosinovitis, tendinitis, epikondilitis sertaterjepitnya pembuluh darah atau saraf-saraftepi, dan mempunyai gambaran klinis yangrelatif sesuai dengan gambaran patologisnya.

Termasuk dalam golongan ini adalah; rotatorcuff (supraspinatus) tendinitis, tension neck/stiff neck/myofacial pain syndrome, thoracicoutlet syndrome, bicipital tendonitis, shouldercapsul i t i s ( f rozen shoulder) , la teralepicondilitis, medial epicondilitis, carpaltunnel syndrome, penyakit De Quervain.(3-8)

OOS meliputi juga kasus-kasus myalgialainnya dengan gambaran klinis yang kurangspes i f ik , te tapi member ikan gambaranhis to logis yang je las dar i tanda- tandakerusakan otot yang digolongkan sebagaikasus-kasus non specific diffuse upper limbpain.(9,10)

Belum adanya kesesuaian paham parapeneliti tentang definisi dan sistim klasifikasidari penyakit ini dan sangat bervariasinyaperilaku aktifitas subjek penelitian, sertabervariasinya metoda dan kriteria diagnosiskelainan ini menyebabnya hasil penelitianepidemiologi menghasilkan angka-angka yangsangat bervar ias i . Prevalens inya padamasyarakat pekerja berkisar antara 5–20%.(5,11)

Umumnya penel i t ian-penel i t ian tentangprevalensi OOS dilaporkan pada kelompok-kelompok industri spesifik. Prevalensi padapekerja industri sepatu besarnya 37,7%,(6)

pengolah ikan kemasan 28%,(7) karyawan bank22%.(8) Operator mesin 1,7 kali lebih besardibandingkan dengan pekerja kantor,3 tukangkayu 1,4 kali lebih besar dibandingkan denganpekerja kantor.(3)

Gangguan kesehatan ini biasanyaberkepanjangan sehingga dapat menimbulkankecacatan, dan akan mengakibatkanberkurangnya keterampilan untuk melaksanakanpekerjaan, menurunnya produktifitas kerja,pemborosan dana dan tingginya angka absensi.Dilaporkan bahwa 1/3 dana tuntutan asuransikesehatan di sektor industri Amerika berasal dariRSI, laporan lain menyatakan bahwa angkaabsensi akibat kelainan ini mencapai 8% dariseluruh populasi tenaga kerja di Belanda.(8)

Page 3: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

77

Di banyak negara frekuensinya cenderungmeningkat dari tahun ke tahun, sehinggamenjad i masa lah keseha tan ke r j a yangp e n t i n g . P e n e l i t i a n d i P e r a n c i s y a n gberdasarkan statistik resmi tuntutan jaminanasu rans i menya t akan ; j umlah i nd iv idupekerja dengan kelainan OOS pada tahun1994 ternyata 6x lebih tinggi dibandingkantahun 1885, mencapai 50% dari seluruhpenyakit akibat kerja yang dilaporkan saati t u , d a n b a n y a k d i a n t a r a n y a y a n gmenimbulkan kecacatan serta kehilangan jamkerja.(12) Pada awal tahun 80-an di Australiaterjadi epidemi dari OOS. Jumlah wanitapekerja yang berhasil mendapatkan tuntutanjaminan asuransi kesehatan untuk kelainanini pada tahun 1984-1985 ternyata 5x lebihtinggi dibandingkan dengan tahun 1980–1981.(11) Penelitan lain menunjukkan insidenkumulatif di antara tahun 1981–1985 sangattinggi yaitu 343 per 1000 individu pekerja.Tetapi dengan intervensi ergonomis danperba ikan mana jemen keseha tan ke r j a ,i n s i d e n n y a m e n u r u n p a d a t a h u n - t a h u nberikutnya.(11)

Pekerjaan yang mengharuskan melakukangerakan lengan/tangan yang monoton danberulang-ulang, penggunaan otot untuk jangkawaktu yang lama, angkat beban, posisi kerjayang kurang nyaman, serta faktor-faktorpsikologis dapat mencetuskan timbulnyapenyakit ini.(1-3,11-14) Sampai saat ini belumbanyak dilakukan penelitian tentang OOS diIndonesia. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui angka kejadian OOS dan faktorrisiko yang berhubungan dengan terjadinyakelainan OOS pada para pekerja.

M E T O D E

Rancangan penelitianPenelitian dilakukan menggunakan metode

potong lintang (cross-sectional).

Tempat dan waktu penelitianPenelitian dilakukan di perusahaan bubuk

deterjen di Cikarang, dan berlangsung daribulan Oktober sampai dengan Desember 2004.

Subyek penelitianSeluruh pekerja bagian produksi yang

bersedia mengikut i penel i t ian danmenandatangani surat persetujuan diikutsertakan pada penelitian. Jumlah pekerjaterdaftar sebanyak 235 orang. Kriteria eksklusiadalah pekerja perempuan dan keluhan rasanyeri pada ekstremitas atas akibat trauma atauradang sendi rematik.

Kriteria diagnosis penyakitKriteria diagnosis berdasarkan United

Kingdom Health and Safety Excecutive (HSE)workshop, Southamtom & Hampshire localresearch e th ic commitee (d iadopsi dar iHarington et al).(10,15) yang telah dibuktikanakurasinya untuk digunakan pada penelitian,ser ta kr i ter ia d iagnosis yang pernahdi laksanakan pada penel i t ian-penel i t ianlain.(9,10,15) Kriteria diagnosis penyakit yangtermasuk dalam lingkup penelitian OOS ini,sebagai berikut: i) rotator cuff tendinitis ,riwayat timbulnya rasa nyeri yang intermittenpada bahu yang bertambah nyeri ada saatmengangkat lengan; dan/atau ditemukan rasanyeri tekan pada tuberkulum mayus humeri;ditemukan paling sedikit salah satu tanda-tandaberikut ini; nyeri pada tahanan gerak-gerakaktif abduksi, rotasi eksternal, rotasi internal;ii) myofacial pain syndrome: riwayat timbulnyarasa nyeri pada bahu dan/atau leher dan/atauditemukan rasa nyeri tekan pada minimumsalah satu dari otot-otot leher bagian atas danm. trapezius bagian atas dan minimum salahsatu dar i m. supraspinatus a tau m.infraspinatus; iii) shoulder capsulitis: rasanyeri pada bahu dan timbulnya hambatan padagerak aktif dan pasif di sendi glenohumeral,

Universa Medicina Vol.25 No.2

Page 4: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

Harrianto, Sulistio, Rachmawati, dkk. Faktor risiko occupational overuse syndrome

78

dengan pola kapsuler (rotasi eksterna > abduksi> rotasi interna); iv) lateral epicondilitis :riwayat timbulnya rasa nyeri di sisi lateral sikudan rasa rasa nyeri tekan di tempat tersebut,disertai timbulnya rasa nyeri di tempat tersebutpada tahanan ekstensi pergelangan tangan; v)medial epicondilitis: riwayat timbulnya rasanyeri di sisi medial siku dan rasa nyeri tekan ditempat tersebut, disertai timbulnya rasa nyeridi tempat tersebut pada tahanan f leksipergelangan tangan; vi) carpal tunnel syndrome:rasa nyeri atau parestesia atau rasa baal padadistibusi n.medianus dan ditemukan salah satutanda-tanda objektif berikut ini; tes Tinel/tesPhalen +, eksaserbasi timbulnya gejala padamalam hari , kelumpuhan dan kelemahanm.abducktor polisis brevis; vi) De Quervain’sdisease/tenosinovitis: rasa nyeri di sekitarprosesus stiloideus dan pembengkakkan yangdisertai rasa nyeri di bagian ekstensor jaripertama yang disertai timbulnya rasa nyeri padatahanan ekstensi ibu jari atau tes Finkelstein +dan vii) nyeri non-spesifik lengan bawah : rasanyeri di lengan bawah yang tidak mempunyaidiagnosis dan patologi yang spesifik (kadang-kadang timbul dalam bentuk gejala-gejala rasalemah, kram, tidak berfungsi, nyeri tekan,melambatnya gerakan-gerakan yang halus).

Pengumpulan dataWawancara di lakukan menggunakan

kuesioner yang mencakup karakter is t ikdemografi responden, jenis pekerjaan, masakerja dan gejala-gejala OOS. Pemeriksaantinggi dan berat badan menggunakan alat ukurmerk SMIC buatan China , d iukur padakete l i t ian sebesar 0 ,1 cm dan 0 ,1 kg.Pemeriksaan fisik klinis dilaksanakan oleh 3orang peneliti yang terdiri dari seorang dokterspesialis rehabilitasi medik dan 2 orang dokterkesehatan kerja. Prosedur pemeriksaan terdiridari testing mobilitas dan sensitivitas terhadaprasa nyeri tekan di leher, bahu, punggung

bagian atas, lengan dan tangan. Dilanjutkandengan tes-tes provokasi dan tes-tes khususuntuk kasus-kasus yang relevan sesuai denganprosedur standar buku teks klinis. Diagnosisdibuat berdasarkan kr i ter ia yang te lahditentukan sebelumnya.

Pola kerjaUnit produksi terdiri dari 5 subunit tugas

kerja, yaitu quality control (QC), engineering(E), row material store (RMS), powder making(PM) dan packing. Berdasarkan kesamaan polakerja dan besarnya paparan faktor-faktorergonomis yang berpengaruh untuk terjadinyaOOS, beberapa subuni t tugas ker jadigabungkan menjadi 2 kelompok. QC, E, RMSdan PM dikelompokkan menjadi kelompok nonpacking (81 pekerja), karena cenderung bekerjadengan pola kerja mendorong, menarik,mengangkat beban, memanipulasi peralatan,mengendara i kendaraan, namun banyakaktifitas bergerak/berjalan, tidak terikat dengankecepatan mesin. Kelompok packing (142pekerja) dikelompokkan tersendiri , polakerjanya banyak dalam posisi berdiri stasissambil mengerjakan pengepakan, terus menerusmengikuti kecepatan mesin dengan aktifitasrepetitif lengan dan tangan, stres kontakmekanis lokal (jari-jari, telapak tangan),angkat/dorong/tarik beban, sikap janggalbatang badan (membungkuk, melengkung kesamping, memutar batang badan), sikap lengandan tangan yang sulit (memutar lengan dantangan, jangkauan yang jauh, devias ipergelangan tangan, mencubit). Masing-masingmesin pengemas yang bekerja terus menerustanpa henti dkerjakan oleh seorang pekerja.Dua mesin pengemas dikoordinasi oleh seorangpekerja packing yang lebih senior (umurnyadipilih yang sudah berumur), bertugas untukmelayani segala kebutuhan masing-masingmesin dan menggantikan sementara salah satupekerja yang membutuhkan.

Page 5: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

79

Pengolahan dan analisis dataKuesioner yang telah diisi, diperiksa ulang

kelengkapannya (editing). Setelah coding,dilanjutkan data entri ke dalam komputer denganmemakai program Statistical Package for SocialSciences (SPSS) 10 for Windows. Analisispersen digunakan untuk menggambarkanprevalensi dan jenis penyakit OSS dan uji Chi-square untuk membandingkan lama kerja danterjadinya OSS. Sedangkan prevalens rasiodigunakan untuk mengukur kuatnya hubunganantara pola kerja dan terjadinya OSS. Analisisdata menggunakan SPSS 10 dan STATA 6 padatingkat kemaknaan sebesar 0,05.

H A S I L

Subyek peneli t ian yang berhasi ldikumpulkan banyaknya 223 orang. Seluruhsubyek yang diperiksa adalah laki-laki. Duabelas orang yang tidak diperiksa terdiri dari duaorang wanita, satu orang sehabis operasijantung, sembilan orang tidak ada di tempatselama satu bulan pemeriksaan yang dilakukan(5,1%).

Karakteristik subyekUmur subyek paling muda 19 tahun dan

yang tertua 58 tahun, dengan rata-rata berumur38,73 tahun (SD 10, 29). Sebagian besarberpendidikan SMA yaitu 178 orang (79,82%).Rata-rata tinggi badan pekerja 163,72 cm (SD5,47), dengan paling rendah tinggi 151,50 cm,paling tinggi 179,00 cm. Rata-rata berat badanpekerja 64,23 kg (SD 10,70), paling rendahberat badan 43,5 kg, paling berat 96 kg. Rata-rata indeks masa tubuh 24, 50 (SD 6,93), palingrendah 16,84, paling tinggi 38,49. Rata-ratamasa kerja pekerja 15,09 tahun (SD 10,06).Minimal pekerja baru bekerja selama setengahtahun paling lama 38 tahun.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa prevalensiOOS besarnya 19,73%. Seorang individupekerja dapat menderita lebih dari satu jenispenyakit, sehingga terjadi tumpang-tindihprevalensi dari masing-masing penyakit .Sebagian besar menderita satu jenus penyakit(14,80%), diikuti yang menderita dua jenispenyakit (4,04%). Yang menderita tiga jenis-penyakit hanya 2 pekerja (0,90%).

Tabel 1. Distribusi jenis penyakit OSS

Tabel 2. Prevalensi OOS berdasarkandistribusi masing-masing penyakit

Universa Medicina Vol.25 No.2

Page 6: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

Harrianto, Sulistio, Rachmawati, dkk. Faktor risiko occupational overuse syndrome

80

Pada Tabel 2 terjadinya tumpang tindihdiagnosis penyakit pada seorang individupekerja mengakibatkan distribusi masing-masing diagnosis penyakit dari OOS berubah,ternyata; prevalensi tertinggi myofascial painsyndrome (6 ,73%) di ikut i o leh la teralepicondilitis (4,48%), carpal tunnel syndrome(3,59%), nyeri non-spesifik lengan bawah(3,59%), rotator cuff tendinitis (3,14 %) danmedial epicondilitis (2,24%).

Pada Tabel 3 terlihat bahwa prevalensiOOS untuk kelompok umur (dewasa) 35–49tahun ternyata paling tinggi (10,31%), untukkelompok umur (dewasa muda) 19–34 tahun6,28%, dan 3,14% untuk kelompok umur (tua)50–58 tahun.

Hasil uj Chi-square menunjukkan adaperbedaan bermakna antara masa kerja danterjadinya OOS, prevalensi OOS terbesardidapatkan pada kelompok yang bekerja antara

Tabel 3. Prevalensi OOS berdasarkan kelompok umur

Tabel 4. Distribusi -OOS berdasarkan masa kerja

15–38 tahun (p = 0,043) (Tabel 4). PrevalensiOOS tertinggi ditemukan pada pekerja yangbekerja antara 15–38 tahun.

Prevalensi OOS pada pekerja packing(24,6%) lebih besar dibandingkan pekerja non-packing (11,1%). Risiko terjadinya OOS padapekerja packing 2,22 kali lebih besar secarabermakna dibandingkan pekerja non-packing(PR = 2,22; 95% Confidence Interval 1,12-4,38) (Tabel 5).

Faktor-faktor risiko yang berkaitan denganrisiko OOS

Dari variabel-variabel yang diteliti (umur,pendidikan, indeks masa tubuh, jenis pekerjaandan masa kerja), maka ditemukan dua jenisvar iabel yang merupakan faktor r i s ikoterjadinya OOS, yaitu faktor kelompok umurdan faktor jenis pekerjaan.

Tabel 5. Prevalensi OOS berdasarkan jenis pekerjaan

Page 7: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

81

Dari Tabel 6 menunjukkan bahwa pekerjaPacking sangat bermakna mempunyai risiko2,63 kali lebih besar untuk terjadinya OOSdibandingkan pekerja non packing. Kelompokusia dewasa (35–49 tahun) mempunyai risiko2,10 kali lebih besar dibandingkan dengankelompok usia dewasa muda (19–34 tahun)maupun kelompok usia lanjut (50–58 tahun)untuk terjadinya OOS yang tidak bermakna.

P E M B A H A S A N

Dari penelitian ini ditemukan prevalensiOOS pada pekerja sebesar 19,73%. Hasil inisesuai dengan prevalensi OOS populasi pekerjapada umumnya yaitu 5–20% seperti yangdilaporkan oleh Coggon,(11) dan 10–20% olehHelliwell et al.(5) Tetapi bila dibandingkandengan penelitian pada kelompok-kelompokindustri spesifik ternyata hasilnya lebih rendah,yaitu karyawan bank 22%,(8) pekerja industrisepatu 37,7%,(6) pengolah ikan kemasan 28%.(7)

Hal ini dimungkinkan karena pola kerja danlingkungan tempat kerja yang berbeda, sertaketatnya kriteria dalam penegakkan diagnosispada penelitian ini.

Berdasarkan jenis pekerjaan ternyataprevalensi OOS pekerja packing 24,6%,pekerja non packing 11,1%. Analisis rasio oddpekerja packing sangat bermakna mempunyai

risiko 2,63 kali lebih besar untuk terjadinyaOOS dibandingkan pekerja non packing .Ternyata pola kerja pekerja packing yang lebihberat, posisi berdiri stasis, bekerja terusmenerus mengikuti kecepatan mesin, aktifitasrepetitif lengan dan tangan menyebabkan jenispekerjan ini menjadi faktor risiko utama untuktimbulnya OOS.

Prevalensi dari masing-masing diagnosispenyakit OOS yaitu; myofascial pain syndrome(6,73%) diikuti oleh lateral epicondilitis(4,48%), carpal tunnel syndrome (3,59%) danrotator cuff tendinitis (3,14%), ternyata hampirsesuai dengan urutan prevalensi dari hasilpenelitian pada pekerja di industri pengolahikan kemasan.(7) Hal ini dimungkinkan karenapola ker janya yang hampir sama yai tupeker jaan pengemasan. Tetapi b i ladibandingkan dengan pekerja di industri yangpola ker janya berbeda ternyata urutanprevalensi ini menjadi berbeda, seperti padapenelitian pekerja di industri sepatu(6) ternyatacarpal tunnel syndrome prevalensinya jauhpaling tinggi (22,0%), diikuti oleh rotator cufftendinitis (9,5%), myofascial pain syndrome(4,2%) dan lateral epicondil i t is (3,1%).Penelitian pada karyawan bank(8) ternyatabeberapa diagnosis penyakit prevalensinyahampir sama tinggi, dengan rotator cufftendinitis prevalensinya paling tinggi (16%),

Tabel 6. Faktor-faktor kelompok umur dan faktor jenis pekerjaan sebagai risiko OOS

* Grup pembanding dasar

Universa Medicina Vol.25 No.2

Page 8: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

Harrianto, Sulistio, Rachmawati, dkk. Faktor risiko occupational overuse syndrome

82

diikuti oleh carpal tunnel syndrome(14%) danmedial epicondi l i t i s (14%) la lu la teralepicondilitis (13%). Dengan demikian berartipola kerja tertentu mempunyai kecenderunganuntuk timbulnya diagnosis penyakit tertentupula.

Sumber bias informasi yang mungkintimbul adalah recall bias . Diminimalkandengan kuesioner yang langsung diwawancaraoleh peneliti dan digali secara lisan, sehinggaresponden dibimbing untuk menjawab lebihtepat . Kemungkinan examiners b iasdiminimalkan dengan jalan pemeriksaan fisiksecara sistimatik serta dilaksanakan kalibrasidi antara pemeriksa.

Dari hasil penelitian-penelitian terdahulutelah dibuktikan bahwa sikap kerja mempunyaikorelasi dengan timbulnya diagnosis penyakitOOS tertentu pula. (1) Posisi berdiri stasismempunyai kecenderungan untuk timbulnyamyofascial pain syndrome akibat stres fisikyang berat pada otot-otot punggung dan leher.Rotator cuff tendinitis terjadi akibat pola kerjayang banyak mengangkat lengan di atas sendibahu. Lateral epicondilitis timbul akibat polakerja repeti t if gerak lengan bawah yangmengakibatkan stres fisik pada otot-ototeks tensor lengan bawah. Carpal tunnelsyndrome terjadi akibat gerak repetitif di sendipergelangan tangan yang dikombinasi dengangerakan-gerakan mengepal dan mencubit.Semua sikap kerja seperti ini dilakukan olehpekerja di sektor asembling (termasuk pekerjapacking), sehingga prevalensi diagnosis-diagnosis penyakit tersebut cenderung tinggipada penelitian ini.

Perubahan-perubahan degeneratif otot,tendo, l igamen atau sendi akibat prosesketuaan, masa kerja yang lebih lama padapekerja yang lebih tua, serta tidak seimbangnyabeban f i s ik dan kapas i tas f i s ik b i ladibandingkan dengan pekerja yang lebih muda,mungkin menjadi alasan mengapa pekerja yang

lebih tua mempunyai resiko timbulnya penyakitmuskuloskeletal yang lebih tinggi.(12) Hal inikonsisten dengan hasil yang didapat daripenelitian ini, bahwa kelompok usia dewasa(35–49 tahun) mempunyai r i s iko untukter jadinya OOS 2,1 kal i lebih besardibandingkan dengan kelompok usia dewasamuda (19–34 tahun) yang tidak bermakna.Tetapi pada kenyataan yang lain hasilnya tidakkonsis ten , te rnyata kelompok in i jugamempunyai resiko untuk terjadinya OOS yanglebih besar dari kelompok umur yang lebih tua(50–58 tahun). Hal ini dimungkinkan karenaadanya kebijakkan perusahaan pada parapekerja senior untuk rotasi bekerja di tempatyang lebih ringan, atau dipekerjakan sebagaikoordinator yang lebih dibebankan denganfungsi kontrol dan pelayanan mesindibandingkan dengan fungsi akt i f i taspengemasan, sehingga paparannya menjadilebih sedikit. Dengan demikian kelompok usialanjut menjadi kurang berisiko untuk terjadinyaOOS. Dengan alasan yang sama pula makafaktor risiko total masa kerja pada penelitianini kurang bermakna untuk terjadinya OOS.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari penelitian ini ditemukan bahwa OOSmerupakan gangguan rasa nyeri pada bahu,leher, lengan dan tangan yang sering terjadipada para pekerja bagian produksi perusahaanbubuk deterjen. Dapat diidentifikasi jugabeberapa diagnosis penyakit spesifik OOSbeserta prevalensinya. Dari beberapa faktorrisiko yang diteliti , ternyata faktor jenispekerjaan sebagai pekerja packing, sertapekerja yang berusia dewasa (35–49 tahun)lebih berisiko untuk terjadinya kelainan ini.Dari hasil penelitian ini dapat disusun denganlebih tepat program perencanaan pencegahanuntuk ter jadinya gangguan kesehatanmuskuloskeletal yang memadai di perusahaan

Page 9: Pola kerja sebagai faktor risiko terjadinya occupational ... · PDF file... merupakan kumpulan penyakit-penyakit ekstremitas atas akibat kerja dengan keluhan rasa nyeri di daerah leher,

83

ini. Perlu dilaksanakan analisis tugas kerjaguna meneliti hubungan gejala-gejala penyakityang timbul dengan faktor pekerjaan, denganmengevaluasi s ikap kerja, gerakan yangmonoton, angkat beban serta faktor-faktorpsikologis dan sosial. Di samping itu perlu jugadilaksanakan desain ulang tugas kerja, yaitudengan mengurangi frekuensi dan durasi sikap-s ikap ker ja yang dapat menimbulkanketegangan fisik, mengurangi tugas-tugas yangmonoton, pengaturan jam-jam istirahat untukmemulihkan penggunaan otot , sendi danligamen. Serta dibutuhkan juga pelatihan untukmemperbaiki teknik kerja. Selanjutnya perludiadakan evaluasi secara bertahap mengenaipelaksanaannya. Dibutuhkan penelitian lebihlanjut terhadap gangguan muskuloskeletallainnya akibat sikap kerja sehingga dapatdilakukan perbaikan dengan lebih baik. Dengandemikian diharapkan adanya penguranganrisiko gangguan muskuloskeletal sehinggaproduktifitas pekerja dapat terjaga dengan baik.

Daftar Pustaka

1. Hagberg M. ABC of work Related Disorders: Neckand arm disorders. Br Med J 1996; 313: 419-22.

2. Palmer K, Cooper C. Repeated movements andrepeated trauma affecting the musculoskeletalsystem. In: Bacter PJ, Adams PH, Ching Aw T,Cockcoft A, Harrington JM, editors. Hunter’sdiseases of occupations. 9th ed. New York: OxfordUniversity Press Inc.2000. p. 453-75.

3. Hagberg M. Silverstein B, Wells R, Smith MJ,Hendrick HW, Carayon P, et al. Work relatedmusculoskeletal disorders (WMSDs): a referencebook for prevention. Padstow, Cornwall: TJ.International Ltd; 1997.

4. Stone WE. Occupatonal overuse syndrome in othercountries. Journal for Occupational Health andSafety - Australia and New Zealand 1986; 3: 397-404.

5. Helliwell, Taylor W J. Review : Repetitive StrainInjury. Postgrad Med J 2004; 80: 438-43.

6. Roquelaure Y, Mariel J, Fanello S, Boisssiere JC,Chiron H, Dano C, et al. Active epidemiologicalsurveyllance of musculoskeletal disorders in a shoefactory. Occup Environ Med 2002; 59: 452-8.

7. Nordander C, Ohlsson K, Balogh I, Rylader.L,Palsson B, Skerfving S. Fish prossesing work: theimpact of two sex dependent exposure profiles onmusculoskeletal health. Occup Environ Med 1999;56: 256-64.

8. Lacerda EM, Nacul LC, Augusto LG, Olinto MTA,Rocha DC, Warlendey DCW. Prevalence andassociations of symptoms of upper extremities,repetitive strain injuries (RSI) and ‘RSI-likecondition’. A cross sectional study of bank workersin Northeast Brazil. BMC Public Health. 2005; 5:107.

9. Palmer K, Walter –Bone K, Linaker C, Reading I,Kellingray S, Coggon D. The Southamptonexamination schedule for the diagnosis ofmusculoskeletal disoders of the upper limb. AnnRheum Dis 2000; 59: 5-11.

10. Mitchell S, Reading I, Walker-Bone K, Palmer K,Cooper C, Coggon D. Pain tolerance in upper limbdisorders: finding from a community survey. OccupEnviron Med 2003; 60: 217-21.

11. Coggon D, Palmer KT, Walker-Bone K.Occupation and upper limb disorders.Rheumatology 2000; 39: 1057-1059.

12. Cassau B, Derriennic F, Monfort C, Norton J,Touranchet A. Chronic neck and shoulder pain,age and working conditions: Longitudinal resultfrom a large random sample in France. OccupEnviron Med 2002; 59: 537-44.

13. Devereux JJ, Vlachonikolis IG, Buckle PW.Epidemiological study to investigate potentialinteraction between physical and psicosocial factorsat work that may incerease the risk of symptomsof musculoskeletal of the neck and upper limb.Occup Environ Med 2002; 59: 269-77.

14. Erdil M Dickerson B, Glackin E. Cumulativetrauma disorders of the upper extremity. In: ZenzC, Dickerson O B, Horvath EP, editors.Occupational Medicine. 3rd ed. St.Louis: Mosby-Year Book; 1994. p. 48-64.

15. Kaergaard A, Andersen JH. Musculoskeletaldisorders of the neck and shoulders in femalesewing machine operators: prevalence, incidence,and prognosis. Occup Environ Med 2000; 57: 528-34.

Universa Medicina Vol.25 No.2