POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBENTUK...
Transcript of POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBENTUK...
-
POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBENTUK
AKHLAKUL KARIMAH ANAK
(Studi Kasus Pada Keluarga TKI/TKW Di Desa Ilir Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan (S. Pd)
Oleh:
Dewi Hartika
NIM. 11160110000009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
-
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Membentuk Akhlakul
Karimah Anak (Studi Kasus Pada Keluarga TKI/TKW Di Desa Ilir Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu) disusun oleh Dewi Hartika NIM.
11160110000009, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan LULUS dalan Ujian Munaqasah pada tanggal 28
Juli 2020 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 28 Juli 2020
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan)
Drs. Abdul Haris, M. Ag 13-08-2020
NIP. 19660901 199503 1 001
Sekertaris Jurusan
Drs. Rusdi Jamil, M. Ag 13-08-2020
NIP. 19621231 199503 1 005
Penguji I
Dr. Abdul Ghofur, M.A 10-08-2020
NIP. 19681208 199703 1 003
Penguji II
Ahmad Irfan Mufid, MA 13-08-2020
NIP. 19740318 200312 1 002
Mengetahui
Dekan Fakultas Imu Tarbiyah dan Keguruan
Dr. Sururin, M. Ag
NIP. 19710319 199803 2 001
-
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Dewi Hartika
Tempat/Tgl Lahir : Indramayu, 31 Oktober 1997
NIM : 11160110000009
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Membentuk Akhlakul
Karimah Anak (Studi Kasus Pada Keluarga TKI/TKW Di Desa
Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu)
Dosen Pembimbing : Dr. Siti Khadijah, MA
NIP : 19700727 199703 2 004
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah
Jakarta, 30 Maret 2020
Mahasiswa Ybs.
Dewi Hartika
NIM. 11160110000009
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Jakarta
FORM (FR)
No. Dokumen : FITK-FR-AKD-089
Tgl. Terbit : 1 Maret 2010
No. Revisi : 01
Hal :1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
-
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Membentuk Akhlakul
Karimah Anak (Studi Kasus Pada Keluarga TKI/TKW Di Desa Ilir Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu)” disusun oleh Dewi Hartika, NIM.
11160110000009, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada
sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 30 Maret 2020
Yang mengesahkan,
Pembimbing
Dr. Siti Khadijah, MA
NIP. 19700727 199703 2004
-
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
POLA ASUH ORANG TUA TUNGGAL DALAM MEMBENTUK
AKHLAKUL KARIMAH ANAK
(Studi Kasus Pada Keluarga TKI/TKW Di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Dewi Hartika
NIM. 11160110000009
Menyetujui,
Dosen Pembimbingan Skripsi
Dr. Siti Khadijah, MA
NIP. 19700727 199703 2 004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
-
i
ABSTRAK
Dewi Hartika (11160110000009). “Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam
Membentuk Akhlakul Karimah Anak (Studi Kasus Pada Keluarga TKI/TKW
Di Desa Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu”.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui pola asuh orang tua tunggal
dalam membentuk akhlakul karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu. (2) untuk mengetahui strategi pengasuhan orang tua tunggal
dalam membentuk akhlakul karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu, dan (3) untuk mengetahui pihak lain yang membantu orang
tua tunggal dalam membentuk akhlakul karimah anak di Desa Ilir Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Data diperoleh
melalui observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Dan teknik analisis data
yang digunakan adalah mereduksi, menyajikan dan menarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunnjukkan bahwa (1) pola asuh orang tua tunggal dalam
membentuk akhlakul karimah anak TKI/TKW di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu sebagian besar menggunakan pola asuh demokratis. Dari 20
responden orang tua tunggal, ditemukan bahwa 45% orang tua tunggal menggunakan
pola asuh demokratis, 30% orang tua tunggal menggunakan pola asuh permisif dan
25% orang tua menggunakan pola asuh otoriter. (2) strategi pengasuhan yang
digunakan orang tua tunggal dalam membentuk akhlakul karimah anak TKI/TKW di
Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu adalah sebagian besar
menggunakan strategi nasehat. Dari 20 responden orang tua tunggal menggunakan
tiga jenis strategi dalam membentuk akhlak anak, yaitu nasehat, nasehat dan teladan
serta nasehat dan pengawasan. Pada pola asuh demokratis orang tua yang
menggunakan nasehat sebanyak 33%, nasehat dan teladan sebanyak 55% sedangkan
strategi nasehat dan pengawasan sebanyak 5%. Pada pola asuh otoriter orang tua
yang menggunakan nasehat sebanyak 60% dan strategi nasehat dan teladan sebanyak
40%. Sedangkan pada pola asuh permisif 100% orang tua menggunakan strategi
nasehat. (3) dalam membentuk akhlakul karimah anak sebagian besar orang tua
tunggal dibantu pihak lain seperti kakek, nenek, paman, bibi dan anggota keluarga
lain atau biasa disebut dengan tipe orang tua tergantung.
Kata kunci: pola asuh, orang tua tunggal dan akhlak anak.
-
ii
ABSTRACT
Dewi Hartika (11160110000009). “The Pattern of Parenting Single Parents in
Forming the Morals of Childhood Karimah (Case Study of TKI/TKW Families in
the Village District Kandanghaur Indramayu District”.
The purpose of this study was (1) to determine the pattern of parenting single
parents in forming children's moral behavior in Ilir Village, Kandanghaur District,
Indramayu Regency. (2) to find out the strategy of caring for a single parent in
forming the character of a child's career in Ilir Village, Kandanghaur District,
Indramayu Regency, and (3) to find out other parties who help a single parent in
forming a child's morality in the Ilir Village, Kandanghaur District, Indramayu
Regency. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive
analysis approach. Data obtained through observation, interviews, questionnaires
and documentation. And the data analysis technique used is to reduce, present and
draw conclusions.
The results of this study indicate that (1) the pattern of parenting single parents
in shaping the morality of the children of TKI /TKW in Ilir Village, Kandanghaur
District, Indramayu Regency mostly use democratic parenting. Of the 20 respondents
of single parents, it was found that 45% of single parents use democratic parenting,
30% of single parents use permissive parenting and 25% of parents use authoritarian
parenting. (2) the parenting strategy used by single parents in shaping the morality of
the children of the TKI/TKW in Ilir Village, Kandanghaur Subdistrict, Indramayu
Regency mostly uses the advice strategy. Of the 20 respondents single parents use
three types of strategies in shaping children's morals, namely with advice, advice and
role models as well as advice and supervision. In democratic parenting parents who
use advice as much as 33%, advice and role models as much as 55% while the
strategy of advice and supervision as much as 5%. On authoritarian parenting
parents who are use 60% of advice and 40% of advice and role models. Whereas in
permissive parenting 100% of parents use advice strategies. (3) in forming the
morality of the child most children are single parents assisted by other parties such
as grand parents, uncles, aunts and other family members or commonly referred to
as dependent parent types.
Keywords: parenting, parents are left behind and child morals.
-
iii
KATA PENGANTAR
ِبْسِم اهلِل الرَّ ْْحَِن الرَّ ِحْيمِ
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang senantiasa melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat beriringkan salam tak lupa
kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan
para pengikutnya hingga akhir zaman. Aamiin...
Alhamdulillah berkat rahmat, dan karunia serta hidayah-Nya, skripsi yang
berjudul “Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Membentuk Akhlakul Karimah
Anak (Studi Kasus Pada Keluarga TKI/TKW Di Desa Ilir Kecamatan
Kandanghaur Kabupaten Indramayu)” dapat terselesaikan.
Penulis penyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan
serta kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan motivasi yang tidak ternilai
dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan sesuai waktunya. Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, LC, MA., selaku Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Sururin M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus Dosen Penasehat
Akademik yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan selama menempuh
study S1 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
3. Drs. Abdul Haris M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
-
iv
4. Drs. Rusdi Jamil, M. Ag, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Siti Khadijah, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk penulis melakukan konsultasi dan
bimbingan, serta senantiasa memberikan petunjuk, arahan dan nasehat kepada
penulis.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen program Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya kepada
penulis selama proses pembelajaran di program Pendidikan Agama Islam.
7. Adi Sucipto, selaku Kepala DISNAKER (Dinas Tenaga Kerja) Migran Indramayu
yang telah membantu penulis mengumpulkan data-data rekapitulasi calon Tenaga
Kerja Indonesia dan data pendukung lain yang diperlukan oleh penulis.
8. H. Rastiman, selaku Kepala Desa Ilir yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian.
9. Para responden, bapak/ibu dan anak-anak di Desa Ilir yang senantiasa bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk senantiasa melakukan wawancara
dengan penulis.
10. Kedua orang tua tercinta, Sarkiman dan Nurminah yang tiada henti memberikan
doa, dukungan, semangat, motivasi dan kasih sayang serta pengorbanan baik
material maupun spiritual kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
11. Kakak dan adik tercinta, Yunus Fatahillah dan Ahmad Thauzi, yang senantiasa
mendoakan, mendukung, serta selalu memberikan semangat dan memotivasi
penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
12. Zurriyatina dan Luthfi Karimata Qalbi, teman yang menemani penulis dari
semester satu sampai sekarang, yang selalu memberikan semangat dan
memberikan dukungan kepada penulis.
-
v
13. Seluruh staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah menyediakan referensi dan mempermudahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
14. Keluarga besar PAI 2016 “PAI Surga Satu Cerita”, terkhusus PAI kelas B yang
telah menemani penulis dari awal hingga sekarang, semoga Allah mempermudah
dan melancarkan segala urusan dan semoga dipercepat dalam menyelesaikan
skripsi.
15. Keluarga besar Kahfi BBC Motivator School Angkatan 20, terkhusus pada kelas B
Fundamen, yang selalu menemani penulis dan memberikan motivasi, semangat,
serta dukungan kepada penulis, semoga Allah senantiasa mempermudah segala
urusan teman-teman.
Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, penulis ucapkan terima kasih. Semoga semua pihak tersebut mendapatkan balasan
Allah Subhanahu wa Ta‟ala. Aamiin ya Rabbal‟alamin....
Demikianlah skripsi ini dibuat, Harapan penulis semoga skripsi ini bisa
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca, serta penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
skripsi ini.
Jakarta, 30 Maret 2020
Penulis
Dewi Hartika
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................................. 6
D. Rumusan Masalah .................................................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 7
F. Kegunaan Penelitian .............................................................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 9
A. Kajian Teori ............................................................................................................ 9
1. Pola Asuh Orang Tua ........................................................................................ 9
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua .................................................................... 9
b. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua .......................................................... 10
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua .......................... 12
d. Fungsi Keluarga Dalam Penerapan Pola Asuh ............................................. 14
2. Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Islam ............................................ 15
a. Kedudukan Anak Menurut Islam .................................................................. 16
-
vii
b. Pendidikan Dan Pengajaran Anak Yang Terkandung Dalam QS. Luqman . 18
3. Orang Tua Tunggal ......................................................................................... 24
a. Pengertian Orang Tua Tunggal ..................................................................... 24
b. Keteladanan Dan Pengasuhan Orang Tua Tunggal ...................................... 25
c. Tipe-tipe Orang Tua Tunggal ....................................................................... 27
4. Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita (TKI/TKW) ...................... 28
a. Pengertian TKI/TKW.................................................................................... 28
b. Faktor-faktor Penyebab Menjadi TKI/TKW ................................................ 28
c. Hak dan Kewajiban TKI/TKW ..................................................................... 29
d. Perlindungan Terhadap TKI/TKW ............................................................... 30
5. Membentuk Akhlakul Karimah Anak .......................................................... 31
a. Pengertian Akhlak ......................................................................................... 31
b. Macam-macam Akhlak ................................................................................. 32
c. Ruang Lingkup Akhlak ................................................................................. 33
d. Pengertian Akhlakul Karimah....................................................................... 38
e. Faktor-faktor Membentuk Akhlakul Karimah .............................................. 39
6. Strategi Dalam Membentuk Akhlakul Karimah .......................................... 41
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 48
B. Latar Penelitian (Setting) ..................................................................................... 48
C. Metode Penelitian ................................................................................................. 49
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................................. 49
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ................................................ 55
F. Analisis Data ......................................................................................................... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 58
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................................. 58
1. Profil Desa Ilir .................................................................................................. 58
-
viii
2. Letak Geografis ................................................................................................ 58
3. Jumlah Penduduk ............................................................................................ 59
B. Deskripsi Data ....................................................................................................... 59
C. Analisis Data ......................................................................................................... 64
BAB V KESIMPULAN ............................................................................................ 79
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 79
B. Implikasi ................................................................................................................ 80
C. Saran ...................................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 82
LAMPIRAN ............................................................................................................... 86
-
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Observasi ..................................................................................... 50
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Wawancara Orang Tua Dalam Membentuk Akhlak Anak ......... 51
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Angket Pola Asuh Orang Tua .................................... 52
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Instrumen Angket Akhlakul Karimah Anak ............................... 54
Tabel 3. 5 Kisi-kisi Dokumentasi................................................................................ 54
Tabel 4. 1 Batas wilayah Kecamatan Kandanghaur .................................................... 58
Tabel 4. 2 Jumlah Penduduk Desa Ilir ........................................................................ 59
-
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Akhlak pada Allah .................................................................................... 64
Grafik 4. 2 Akhlak Pada Diri Sendiri .......................................................................... 66
Grafik 4. 3 Akhlak Pada Orang Tua............................................................................ 68
Grafik 4. 4 Akhlak Pada Guru .................................................................................... 69
Grafik 4. 5 Akhlak Pada Teman .................................................................................. 70
Grafik 4. 6 Akhlak Pada Orang Lain .......................................................................... 72
Grafik 4. 7 A khlak Pada Lingkungan ........................................................................ 73
Grafik 4. 8 Strategi Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Akhlakul Karimah ... 74
Grafik 4. 9 Strategi Pola Asuh Orang Tua Otoriter .................................................... 75
Grafik 4. 10 Strategi Pola Asuh Orang Tua Demokratis ............................................ 75
Grafik 4. 11 Strategi Pola Asuh Orang Tua Permisif.................................................. 76
Grafik 4. 12 Pihak Lain Yang Berperan Membantu Membentuk Akhlakul Karimah
Anak ................................................................................................................ 77
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi ....................................................................... 87
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Di Desa Ilir ............................................................. 88
Lampiran 3 Surat Persetujuan Melakukan Penelitian Di Desa Ilir ............................. 89
Lampiran 4 Rekapitulasi Pendaftaran CPMI 2018-2019 Kabupaten Indramayu ....... 90
Lampiran 5 Daftar Responden .................................................................................... 94
Lampiran 6 Instrumen Wawancara ............................................................................. 96
Lampiran 7 Instrumen Kuesioner Pola Asuh Orang Tua ............................................ 98
Lampiran 8 Hasil Skala Kuesioner Pola Asuh Orang Tua ........................................ 102
Lampiran 9 Instrumen Kuesioner Akhlakul Karimah Anak ..................................... 104
Lampiran 10 Hasil Skala Kuesioner Akhlakul Karimah Anak ................................. 110
Lampiran 11 Foto Wawancara Dengan Responden .................................................. 115
Lampiran 12 Lembar Uji Referensi .......................................................................... 116
Lampiran 13 Biodata Penulis .................................................................................... 126
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga adalah suatu hubungan yang terbentuk karena ikatan
perkawinan antara sepasang suami dan istri dengan tujuan untuk membentuk
keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah dan selalu bahagia serta selalu
mendapat perlindungan Allah SWT. Keluarga merupakan kelompok satuan
terkecil yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak.1 Keluarga juga
merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial anak.2 Menurut
Ramayulis, “Keluarga merupakan satuan sosial terkecil dalam kehidupan
umat manusia sebagai makhluk sosial, karena ia merupakan unit pertama
dalam masyarakat terhadap terbentuknya proses sosialisasi dan perkembangan
individu”.3
Keluarga mempunyai peran penting dalam mengajarkan anak berbagai
hal. Keluarga berperan sebagai sarana pendidik bagi anak.4 Keluarga secara
sederhana terdiri dari orang tua yaitu ayah dan ibu serta anak. Orang tua
adalah orang yang tertua yang berada di dalam rumah. Orang tua merupakan
pendidik yang pertama dan utama bagi anak, yang dijadikan sebagai model,
panutan, teladan dan tokoh yang akan pertama kali melekat dalam diri anak.
Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya, dengan tujuan agar anak
memiliki masa depan yang bagus dan orang tua tidak khawatir terhadap masa
depan anak.
1 Desy, “Pola Asuh Orang Tua Tunggal Dalam Mendidik Agama (Islam) (Studi Kasus Di
Desa Rejosar Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 12,
No. 1, 2015, h. 76. 2 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun Yulianingsih, Pendidikan Agama Islam Dalam
Keluarga, (Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 131. 3 Ibid.
4 Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 67.
-
2
Untuk menciptakan keluarga yang berhasil dalam mendidik anak, perlu
adanya keutuhan dan keharmonisan suatu keluarga. Hubungan keluarga yang
harmonis, penuh cinta, perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tua akan
membuat anak menjadi nyaman dan merasa aman berada dalam lingkungan
keluarga serta akan menjadikan anak tumbuh menjadi pribadi yang bersikap
positif dan menyenangkan. Begitu sebaliknya jika anak di didik dan
dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis, tanpa cinta dan tanpa kasih
sayang dari orang tua maka akan melahirkan anak tumbuh dengan berperilaku
negatif baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Pentingnya
pendidikan anak dalam suatu keluarga akan mempengaruhi tindakan dan
perilaku anak di masa depan. Oleh karena itu sudah sepatutnya para orang tua
harus menaruh perhatian lebih terhadap pendidikan anak, terutama pada
pendidikan akhlak yang ditanamkan sejak anak masih kecil.
Kewajiban pengasuhan anak dibebankan pada orang tua, hal ini sesuai
dengan pernyataan Sayid Sabiq yang menyatakan bahwa “Kewajiban
mengasuh dan memelihara anak yang masih kecil atau belum dewasa,
dibebankan kepada ibu dan bapaknya, baik ketika ayah ibunya masih terikat
perkawinan maupun setelah mengalami perceraian, karena pengasuhan dan
pemeliharaan anak adalah hak anak yang masih kecil”.5 Pendapat Sayid Sabiq
mengenai kewajiban pengasuhan orang tua terhadap anak sejalan dengan
firman Allah yang dijelaskan dalam Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah: 233.
نَّ َواْلَواِلَداُت يُ ْرِضْعَن أَْوََلَدُىنَّ َحْوَلْْيِ َكاِمَلْْيِ ِلَمْن أَرَاَد َأْن يُِتمَّ الرََّضاَعَة َوَعَلى اْلَمْوُلودِ ُُ َلُو رِْزُُ
ا ََل ُتَضارَّ وَ َُ نَّ بِاْلَمْعُروِف ََل ُتَكلَُّف نَ ْفٌس ِإَلَّ ُوْسَع ُُ اِلَدٌة ِبَوَلِدَىا َوََل َمْوُلوٌد َلُو ِبَوَلِدِه وَِكْسَوتُ
َما َوِإنْ ُِ َما َوَتَشاُوٍر َفََل ُجَناَح َعَلْي ُُ أََرْدُُتْ َوَعَلى اْلَواِرِث ِمْثُل َذِلَك فَِإْن أََراَدا ِفَصاًَل َعْن تَ رَاٍض ِمن ْ
5 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun Yulianingsih, Op. Cit., h. 134.
-
3
لَّْمُتْم َما آتَ ْيُتْم بِاْلَمْعُروِف َوات َُّقوا اللََّو َواْعَلُموا َأنَّ َأْن َتْستَ ْرِضُعوا أَْوََلدَُكْم َفََل ُجَناَح َعَلْيُكْم ِإَذا سَ
( 322 البقرة: سورة) اللََّو ِبَا تَ ْعَمُلوَن َبِصيٌ
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma´ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang
ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila
kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan” (QS. Al-Baqarah: 233).6
Dalam mendidik anak perlu adanya pola pengasuhan orang tua. Pola asuh
orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi antara
orang tua dan anak yang dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan
kepribadian anak.7 Apabila dalam melakukan pengasuhan yang dilakukan
orang tua tepat, maka akan melahirkan tindakan dan perilaku anak yang baik.
Begitu sebaiknya, jika pengasuhan orang tua pada anak tidak tepat maka akan
melahirkan anak yang berperilaku kurang baik di lingkungan keluarga
maupun lingkungan masyarakat. Karena itu pola asuh orang tua dapat
mempengaruhi pembentukan akhlak anak.
6 Kementerian Agama Republik Indonesia, The Qur‟an Al-Fatih, (Jakarta: Al-Fatih, 2012), h.
37. 7 Istina rakhmawati, “Peran Keluarga Dalam Pengasuhan Anak”, Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol. 6, No. 1, 2015, h. 5.
-
4
Di dalam suatu keluarga terdapat dua individu yang berperan penting,
yaitu peran ayah dan ibu. Peran seorang ayah sebagai mencari nafkah dan
memenuhi segala kebutuhan baik jasmani maupun rohani anggota keluarga.
Sedangkan peran seorang ibu yaitu sebagai seseorang yang mendidik,
mengatur, merawat, mengurus dan memberikan teladan pada anak. Namun,
ketika salah satu peran dalam keluarga tidak terpenuhi maka salah satu
diantaranya harus berperan ganda menjadi seorang ayah dan ibu dalam waktu
yang bersamaan atau bisa kita kenal dengan orang tua tunggal atau single
parent. Orang tua tunggal adalah seseorang yang tidak memiliki suami atau
sebaliknya tidak memiliki istri, orang yang ditinggal pasangannya baik
bercerai hidup atau ditinggal meninggal, ditinggal pasangan bekerja dalam
jangka waktu yang cukup lama sehingga menjadikannya menjadi orang tua
tunggal mendidik dan mengasuh anak-anak seorang diri tanpa didampingi
pasangannya. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti, orang tua tunggal di
sini adalah orang tua yang ditinggal suami/istri bekerja ke luar negeri dengan
kurun waktu yang cukup.
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara
Indonesia yang bekerja ke luar negeri. Jawa Barat merupakan salah satu
provinsi yang melakukan pengiriman TKI terbesar di Indonesia. Kabupaten
pengiriman TKI/TKW terbanyak di Jawa Barat adalah Indramayu. Indramayu
adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan julukan kota
mangga, Indramayu merupakan dataran rendah dengan sebagian besar mata
pencaharian masyarakatnya adalah sebagai petani dan nelayan. Indramayu
menempati posisi pertama dalam pengiriman dan penyaluran TKI/TKW
terbanyak Se-Provinsi Jawa Barat.8 Tercatat pada di dua tahun terakhir, pada
tahun 2018 dan 2019 penyaluran Tenaga Kerja Indonesia di Indramayu
kurang lebih sebanyak 44.076 orang. Dengan angka yang cukup signifikan
8 Ekapti Wahjuni Djuwitaningsih, “Pola Komunikasi Keluarga Tenaga Kerja Wanita
(TKW)”, Jurnal Penelitian Komunikasi dan Opini Publik, Vol. 22 No. 1, 2018, h. 163.
-
5
tersebut, didominasi oleh para perempuan. Tenaga Kerja Indonesia perempuan
mencapai 38.085 orang dan Tenaga Kerja Indonesia laki-laki mencapai angka
sekitar 5.991 orang.9
Jumlah penyaluran TKI yang semakin meningkat dari tahun ke tahun,
disebabkan karena beberapa faktor diantaranya, kurang terpenuhinya
perekonomi dalam keluarga, sulitnya mencari pekerjaan di daerah atau di
Indonesia, terlilit dengan hutang, dan bayaran/gaji bekerja ke luar negeri yang
cukup menjanjikan dibandingkan dengan bayaran kerja di Indonesia. Dari
beberapa faktor di atas menjadi pemicu meningkatnya jumlah TKI di
Indramayu. Keputusan suatu keluarga untuk menjadi TKI/TKW akan
berdampak terhadap kehidupan dalam suatu tatanan kekeluargaan serta
perkembangan dan psikologis anak. Dengan berkurangnya salah satu unsur
dan peran dalam suatu keluarga, baik seorang ayah maupun ibu akan
mengakibatkan ketidakseimbangan tatanan suatu keluarga. Keseimbangan
suatu keluarga bisa terjadi apabila terjalin suatu keharmonisan hubungan
interaksi antara ayah dan ibu, interaksi antara ayah dan anak serta interaksi
antara ibu dan anak.10
Pada saat peneliti melakukan penelitian di daerah Indramayu, khususnya
di Desa Ilir peneliti memperhatikan dan mencermati keseharian anak-anak
yang ditinggal orang tua baik ayah maupun ibu yang bekerja keluar negeri.
Tidak sedikit peneliti temui rendahnya akhlak dan perilaku anak-anak di Desa
Ilir, seperti bertutur kata yang kurang sopan, meninggikan volume suara
ketika berbicara dengan orang tua, tidak mau mendengar nasehat orang tua,
berpakaian yang kurang sopan, mengikuti pergaulan bebas, dan tidak sedikit
pula anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah. Namun, ada juga anak-anak
9 Hasil Rekapitulasi Pendaftaran CPMI (Calon Pekerja Migran Indonesia) Tahun 2018 dan
2019 Kabupaten Indramayu yang bersumber dari Dinas Tenaga kerjaan (DISNAKER) Indramayu. 10
Latifatul Fatimah, “Migrasi dan Pengaruhnya Terhadap Pola Pengasuhan Anak TKW di
Dusun Pangganglele Desa Arjowilangun Kecamatan Kalipare Kabupaten Malang”, AntroUnairdotNet,
Vol. 6, No.1, 2017, hal 111.
-
6
di sana memiliki akhlak yang baik. Rendahnya akhlak anak di sana,
disebabkan karena kurangnya pengasuhan dan pengawasan orang tua pada
anak serta rendahnya kesadaran akan pentingnya pendidikan akhlak yang
ditanamkan pada anak. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas mendorong
peneliti untuk membuat penelitian dengan judul “Pola Asuh Orang Tua
Tunggal Dalam Membentuk Akhlakul Karimah Anak (Studi Kasus Pada
Keluarga TKI/TKW Di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten
Indramayu)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Rendahnya akhlak anak-anak yang ditinggal orang tuanya bekerja ke luar
negeri sebagai TKI/TKW, seperti bertutur kata yang tidak sopan,
meninggikan volume suara, tidak mau mendengar nasehat orang tua, dan
tidak sedikit anak-anak yang tidak melanjutkan sekolah.
2. Minimnya peran orang tua dalam pengasuhan, pengawasan, mendidik dan
membimbing anak baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan
masyarakat.
3. Kurangnya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pengasuhan anak
yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan akhlak anak.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi permasalahan agar penulis
tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis membatasi
permasalahan sebagai berikut:
1. Orang tua tunggal dalam penelitian ini adalah orang tua yang ditinggal
pasangannya baik suami/istri yang pergi bekerja ke luar negeri menjadi
TKI dalam jangka waktu yang lama yaitu minimal 5 tahun.
-
7
2. Responden dalam penelitian ini adalah orang tua tumggal yaitu suami/istri
yang di tinggal oleh salah satu pasangannya bekerja keluar negeri dan
anak-anaknya
3. Lokasi penelitian di batasi hanya satu desa yaitu Desa Ilir.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
disebutkan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pola asuh orang tua tunggal dalam membentuk akhlakul
karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu?
2. Bagaimana strategi yang digunakan orang tua tunggal dalam membentuk
akhlakul karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten
Indramayu?
3. Siapa saja pihak yang membantu orang tua tunggal dalam membentuk
akhlakul karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten
Indramayu?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pola asuh orang tua tunggal dalam membentuk akhlakul
karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu.
2. Untuk mengetahui strategi yang digunakan orang tua tunggal dalam
membentuk akhlakul karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu.
3. Untuk mengetahui pihak lain yang membantu para orang tua tunggal dalam
membentuk akhlakul karimah anak di Desa Ilir Kecamatan Kandanghaur
Kabupaten Indramayu.
-
8
F. Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan serta menambah keilmuan yang berkaitan dengan pola asuh
orang tua tunggal pada keluarga TKI/TKW dalam membentuk akhlakul
karimah anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pola pengasuhan dan
strategi yang digunakan orang tua tunggal pada keluarga TKI/TKW
dalam pembentukan akhlakul karimah pada anak.
b. Bagi Civitas Akademika
Memberikan sumbangsi untuk memperkaya wawasan dan khazanah
keilmuan mengenai peranan orang tua dalam membentuk akhlak yang
baik pada anak.
c. Bagi Orang Tua/Keluarga
Dapat memberikan pengetahuan serta pemahaman pada orang tua
mengenai pentingnya penanaman akhlak pada anak sejak kecil dan
penerapan pola asuh orang tua pada anak serta startegi dalam
membentuk akhlakul karimah anak
-
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pola Asuh Orang Tua
a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh adalah cara pengasuhan yang diberikan orang tua sebagai
perwujudan kasih dan sayang terhadap anak-anaknya. Menurut Khun
dalam Habib Toha (1996:109) menyebutkan bahwa “Pola asuh
merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anak-anaknya”.
Jadi pola asuh orang tua adalah cara mendidik yang dilakukan orang tua
kepada anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung.1 Pola
asuh orang tua merupakan salah satu indikasi bagi anak dalam
mengontrol perilakunya di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam membentuk perilaku anak.2
Pendidikan anak di mulai melalui tiga lingkungan, yaitu lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan organisasi. Lingkungan
keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan yang terpenting.
Apabila keluarga salah satu dalam mendidik maka perilaku sosial yang
dilakukan anak juga salah. Maka perilaku sosial anak sangat
dipengaruhi pola asuh orang tua, jika pola asuh yang diterapkan orang
tua pada anak baik maka perilaku sosial anak juga ikut baik. Karena
pola asuh orang tua berhubungan dengan perilaku sosial anak.3
1 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun Yulianingsih, Pendidkan Agama Islam Dalam
Keluarga, (Jakarta: Akademia Permata, 2013), h. 149-150. 2 Tria Novasari dan I Made Suwanda, “Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap Perilaku
Sosial (Studi Pada Siswa Kelas X SMKN 5 Surabaya)”, Jurnal Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
Vol. 3, No. 4, 2016, h. 1991-1992. 3 Ibid., h. 1992.
-
10
b. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua
Setiap orang tua memiliki cara dan metode tersendiri dalam mengasuh
anaknya. Pengasuhan pada anak dipercaya memiliki dampak yang
sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan perkembangan individu
anak. Berikut ini beberapa jenis pola asuh orang tua diantaranya sebagai
berikut:
1) Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan
aturan-aturan yang ketat, memaksa anak untuk berperilaku seperti
orang tua dan membatasi kebebasan anak untuk bertindak sendiri.4
Pola asuh otoriter dilakukan oleh orang tua yang selalu membentuk,
mengontrol mengevaluasi perilaku dan tindakan anak agar sesuai
dengan standar. Aturan tersebut bersifat mutlak, karena orang tua
menganggap anak merupakan tanggung jawabnya sehingga segala
yang dikehendaki orang tua demi kebaikan anak.5 Berikut ini ciri-
ciri pola asuh otoriter diantaranya:
a) Kekuasaan orang tua sangat dominan
b) Anak tidak diakui sebagai pribadi
c) Kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat
d) Orang tua menghukum jika anak tidak patuh.6
2) Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis memberikan pengakuan dalam mendidik
anak, orang tua selalu mendorong anak untuk membicarakan apa
yang ia inginkan secara terbuka. Anak selalu diberikan kesempatan
untuk tidak tergantung kepada orang tua dan memberikan
kesempatan kebebasan kepada anak, untuk memilih apa yang terbaik
4 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun Yulianingsih, Op. Cit., h. 150.
5 Sri Lestari, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 48-49.
6 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun Yulianingsih, Loc. Cit.
-
11
dan apa yang tidak baik untuk dirinya. Berikut ini adalah ciri-ciri
pola asuh demokratis diantaranya sebagai berikut:
a) Ada kerja sama antara orang tua dan anak
b) Anak diakui sebagai pribadi
c) Ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua
d) Kontrol dari orang tua yang tidak kaku.7
3) Pola Asuh Permisif
Pola pengasuhan yang permisif biasanya menggunakan
komunikasi satu arah (one way communication) meskipun orang tua
memiliki kekuasaan penuh terhadap anak, namun anak tetap akan
memutuskan apa yang diinginkan sendiri baik atas persetujuan orang
tua ataupun tidak. Pola asuh permisif bersifat children centered,
yaitu segala aturan dan ketetapan keluarga berada di tangan anak.8
Dalam hal ini orang tua tidak mengontrol apa yang dilakukan anak,
orang tua tidak memberikan bimbingan yang cukup kepada mereka
dan semua yang dilakukan anak adalah benar, orang tua juga tidak
perlu mendapatkan teguran, arahan dan bimbingan dari orang tua.
Berikut ini adalah ciri-ciri pola asuh permitif diantaranya sebagai
berikut:
a) Didominasi pada anak
b) Sikap longgar atau kebebasan dari orang tua
c) Tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua
d) Kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang dan bahkan
mungkin tidak ada sama sekali.9
7 Ibid.
8 Helmawati, Pendidikan Keluarga, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h. 138-139.
9 Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun Yulianingsih, Op. Cit., h. 151.
-
12
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua, yaitu
sebagai berikut:
1) Kepribadian orang tua.
Setiap orang tua berbeda dalam tingkat energi, kesabaran,
intelegensi, sikap dan kematangan. Karakteristik tersebut akan
mempengaruhi kemampuan orang tua untuk memenuhi tuntutan
peran sebagai orang tua dan bagaimana tingkat sensitivitas orang tua
terhadap kebutuhan anak-anaknya.
2) Keyakinan
Keyakinan yang dimiliki orang tua mengenai pengasuhan akan
mempengaruhi nilai dari pola asuh dan akan mempengaruhi tingkah
lakunya dalam pengasuhan anaknya.
3) Persamaan dengan pola asuh yang diterima orang tua
Apabila orang tua merasa bahwa orang tua mereka dahulu
berhasil menerapkan pola asuhnya pada anak dengan baik, maka
mereka akan menggunakan teknik serupa dalam mengasuh anak bila
mereka merasa pola asuh yang digunakan orang tua mereka tidak
tepat, maka orang tua akan beralih ke teknik pola asuh yang lain.
4) Penyesuaian dengan cara disetujui kelompok
Orang tua yang baru memiliki anak atau yang lebih muda dan
kurang berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang dianggap
anggota kelompok.
5) Usia orang tua
Orang tua yang berusia muda cenderung lebih demokratis
dibandingkan dengan orang tua yang berusia tua.
6) Pendidikan orang tua
Orang tua yang telah mendapatkan pendidikan yang tinggi, dan
mengikuti kursus dalam mengasuh anak lebih menggunakan teknik
-
13
pengasuhan authoritative atau pola asuh demokratis dibandingkan
dengan orang tua yang tidak mendapatkan pendidikan dan pelatihan
dalam mengasuh anak.
7) Status sosial ekonomi
Orang tua dari kelas menengah dan rendah cenderung lebih
keras, memaksa dan kurang toleran dibandingkan dengan orang tua
dari kelas atas.
8) Jenis kelamin anak
Orang tua umumnya lebih keras terhadap anak perempuan dari
pada anak laki-laki.
9) Temperamen
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan sangat mempengaruhi
temperamen seorang anak. Anak yang menarik dan dapat beradaptasi
akan berbeda pengasuhannya dibandingkan dengan anak yang
cerewet dan kaku.
10) Kemampuan anak.
Orang tua akan membedakan perlakuan yang akan diberikan
untuk anak yang berbakat dengan anak yang memiliki masalah dalam
perkembangannya. Situasi anak yang mengalami rasa takut dan
kecemasan biasanya tidak diberikan hukuman oleh orang tua. Tetapi
sebaliknya, jika anak menentang dan berperilaku agresif
kemungkinan orang tua akan mengasuh dengan pola authoritative.10
10
Mohammad Adnan, “Pola Asuh Orang Tua Dalam Pembentukan Akhlak Anak Dalam
Pendidikan Islam”, Jurnal Studi Keislaman, Vol. 4, No. 1, 2018, h. 73-75.
-
14
d. Fungsi Keluarga Dalam Penerapan Pola Asuh
Fungsi keluarga dalam penerapan pola asuh anak, diantaranya
sebagai berikut:
1) Fungsi biologis
Menurut pakar pendidikan William Bennett, “Keluarga
merupakan tempat yang paling awal (primer) dan efektif untuk
menjalankan fungsi Departemen Kesehatan, Pendidikan, dan
Kesejahteraan”. Secara biologis keluarga menjadi tempat untuk
memenuhi kebutuhan dasar anak seperti pangan, sandang, dan papan.
2) Fungsi pendidikan
Keluarga melakukan kegiatan melalui asuhan, bimbingan dan
pendampingan, serta teladan nyata untuk menggontrol pola pergaulan
anak.
3) Fungsi regulasi
Orang tua dituntut untuk mengenalkan, membimbing, dan
memberi teladan dalam hal aqidah agama dan perilaku beragama.
4) Fungsi perlindungan
Fungsi perlindungan dalam keluarga adalah untuk menjaga dan
memelihara anggota keluarga dari tindakan negatif yang mungkin
akan timbul. Setiap keluarga melindungi anggota keluarganya dalam
hal apapun.
5) Fungsi sosialisasi
Dalam fungsi sosialisasi orang tua dituntut untuk
mempersiapkan anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik
dalam lingkungan masyarakat. Orang tua atau anggota keluarga
berperan sebagai penghubung antara kehidupan anak dengan
kehidupan sosial dan norma-norma sosial di masyarakat.
-
15
6) Fungsi kasih sayang
Keluarga harus menjalankan tugasnya memberikan kasih sayang
kepada anggota keluarga dengan suasana yang penuh kerukunan,
keakraban, dan kerjasama dalam menghadapi berbagai masalah dan
persoalan hidup.
7) Fungsi ekonomis
Fungsi ekominis yang dimaksud adalah berkaitan dengan
pencarian nafkah, pembinaan usaha, dan perencanaan anggaran
biaya, baik penerimaan maupun pengeluaran biaya keluarga.
8) Fungsi rekreatif
Suasana rekreatif akan dialami oleh anak dan anggota keluarga
apabila dalam kehidupan keluarga terdapat perasaan damai, jauh dari
ketegangan batin, dan pada saat-saat tertentu merasakan kehidupan
bebas dari kesibukan sehari-hari. 11
2. Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Islam
Mengasuh dan mendidik anak merupakan hal yang harus diperhatikan
orang tua, apabila anak dibimbing dan dididik dengan baik, maka akan
memberikan harapan yang cerah dan gemilang. Sebaiknya, apabila anak
ditelantarkan dan tidak dididik dengan baik maka akan menghadapi masa
depan yang suram.12
Dalam syariah Islam mendidik dan membimbing anak
merupakan suatu kewajiban bagi seorang muslim karena anak merupakan
amanat dan menjadi tanggung jawab orang tua.13
Mempunyai anak adalah dambaan dan kebanggaan bagi setiap orang
tua. Anak merupakan hasil cinta kasih kedua orang tuanya, buah hati,
pelipur lara, pelengkap keceriaan rumah tangga, penerus cita-cita, serta
11
Istina rakhmawati, “Peran Keluarga Dalam Pengasuhan Anak”, Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol. 6, No. 1, 2015, h. 7-8. 12
Mohammad Adnan, Op. Cit., h, 75. 13
Nurussakinah Daulay, “Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Psikologi Dan Islam”,
Jurnal Darul „Ilmi, Vol. 2, No. 2, 2014, h. 84.
-
16
pelindung orang tua terutama ketika mereka sudah dewasa dan orang tua
sudah lanjut usia.14
Islam menaruh perhatian tehadap kedudukan anak dan
pengajaran serta pendidikan anak.
a. Kedudukan Anak Menurut Islam
Allah menyatakan dalam Al-Qur‟an tentang kedudukan anak
terhadap orang tua, diantaranya sebagai berikut.
1) Anak sebagai cobaan atau fitnah
Fitnah juga sering diartikan ujian, yang dimaksudkan untuk
menguji sejauh mana orang tua memperlakukan anaknya.15
Anak
adalah amanah yang perlu diperhatian oleh orang tua dengan
seksama. Jika amanah tersebut tidak diperhatikan, maka akan
menjadi cobaan yang akan menjadi tanggung jawab orang tua di
akhirat.16
Sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-Anfal ayat 28.
َنٌة َوَأنَّ اللََّو ِعْنَدُه َأْجٌر َعِظي َا أَْمَواُلُكْم َوأَْوََلدُُكْم ِفت ْ (32اَلنفال: سورة) مٌ َواْعَلُموا أَّنَّ
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang
besar” (QS. Al-Anfal: 28).17
Dalam perspektif Al Quran, anak yang berfungsi sebagai
perhiasan hidup dan permata hati, dan ujian bagi orang yang
beriman. Dengan nikmat anak, sang orang tua di uji oleh Allah Swt,
apabila orang tua tidak membina anak sesuai dengan peraturan
Allah, maka di akhirat nanti orang tua akan menyesal. Orang tua
mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak-anaknya,
14
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Pendidikan Karakter Mengembangkan
Karakter Anak Yang Islami, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), h. 185. 15
Arif Budiono, “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Dalam Al-Qur‟an (Kajian Kisah
Luqman)”, MIYAH: Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 02, 2019, h. 322. 16
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Op. Cit., h. 186. 17
Kementerian Agama Republik Indonesia, The Qur‟an Al-Fatih, (Jakarta: Al-Fatih, 2012), h.
180.
-
17
seperti pembinaan agamanya khususnya dalam tataran kemampuan
beribadah dan membaca Al-Quran, demikian pula pembentukan
Akhlak, pendidikan dan persiapan masa depan anak, serta
kemaslahatan lainnya.18
2) Anak sebagai hiasan
Anak dapat dianggap sebagai perhiasan kehidupan di dunia
yakni sesuatu yang menyenangkn hati. Namun, Allah menegaskan
bahwa setiap manusia harus lebih mengutamakan amalan yang baik
daripada bersenang-senang dengan anak.19
Sesuai dengan QS. Al-
Kahf ayat 46.
ٌر أَمَ ٌر ِعْنَد َربَّْك ثَ َوابًا َوَخي ْ َُِياُت الصَّاِْلَاُت َخي ْ نْ َيا َواْلَبا ًَل اْلَماُل َواْلبَ ُنوَن زِيَنُة اْْلََياِة الدُّ
(64الكُف: سورة)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di
sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan” (QS. Al-Kahf:
46).20
3) Anak sebagai musuh
Dalam Alquran, kata aduww yang berarti musuh biasanya
dinisbatkan kepada setan, iblis, oran kafir, dan anak. Sesuai dengan
QS. At-Taghabun ayat 14.
ا الَِّذيَن آَمُنوا ِإنَّ ِمْن أَْزَواِجُكْم َوَأْوََلدُِكْم َعُدوِّا َلُكْم فَاْحَذُروُىْم َوِإْن تَ ْعُفوا َُ يَا أَي ُّ
(46:الّتغابن سورة) َوَتْصَفُحوا َوتَ ْغِفُروا فَِإنَّ اللََّو َغُفوٌر َرِحيمٌ
18
Arif Budiono, Op. Cit., h. 323. 19
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Op. Cit., h. 189. 20
Kementerian Agama Republik Indonesia, Op.Cit., h. 299.
-
18
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan
anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah
kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. At-Taghabun: 14).21
Pola asuh orang tua hendaknya bersifat holistik dan interkonektif
atau memperhatikan seluruh potensi anak, sebab anak memiliki
minat, kecenderungan dan potensi sejak lahir. Tidak ada anak yang
bodoh, hanya cara memproses informasi yang berbeda. Setiap anak
dilahirkan cerdas dan baik. Jika pola asuh orang tua terhadap anak
yang keliru, akan menyebabkan bumerang baginya dan ungkin anak
menjadi musuh bagi orang tua.
4) Anak sebagai amanah
Anak adalah amanah bagi setiap orang tua. Sebagai titipan yang
telah diamanahi seorang anak harus mendidik, merawat dan
memperhatikan perkembangan anaknya, baik fisik, psikis, mental
maupun spiritualnya dengan sebaik-baik pendidikan.22
b. Pendidikan Dan Pengajaran Anak Yang Terkandung Dalam QS.
Luqman
1) Bersyukur kepada Allah
Allah Swt berfirman dalam QS. Luqman ayat 12
َنا َا َيْشُكُر لِنَ ْفِسِو َوَمْن َكَفَر فَِإنَّ َوَلَقْد آتَ ي ْ لُْقَماَن اْلِْْكَمَة َأِن اْشُكْر لِلَِّو َوَمْن َيْشُكْر فَِإَّنَّ
يدٌ (43)سورة لقمن: اللََّو َغِِنّّ ْحَِ
“Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu,
”Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur (kepada
21
Ibid., h. 557. 22
Arif Budiono, Op. Cit., h. 320-325.
-
19
Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah
Mahakaya, Maha Terpuji” (QS. Luqman: 12).23
Kata syukur mempunyai arti pujian. Pendidikan syukur
dijelaskan dalam surah Luqman ayat 12 agar manusia senantiasa
bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-
Nya kepada kita. Seseorang yang bersyukur tentu tidak akan
mengeluh atas kekurangan dirinya dan akan selalu merasa cukup atas
apa yang diberikan padanya.24
2) Pendidikan Aqidah
Dalam Al-Qur‟an, Allah telah menceritakan tentang pesan-pesan
Luqman Hakim kepada anaknya. Luqman memberikan pesan kepada
anaknya bahwa agar anaknya menyembah Allah dan tidak
menyekutukan-Nya.25
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Luqman
Ayat 13.
ْرَك َلظُْلٌم َعِظيمٌ َوِإذْ َُاَل لُْقَماُن َِلبِْنِو َوُىَو يَِعظُُو يَا بُ َِنَّ ََل ُتْشرِْك بِاللَِّو ِإنَّ الشّْ
(42سورة لقمن:)
“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezhaliman yang besar” (QS. Luqman Ayat
13).26
23
Kementerian Agama Republik Indonesia, Op. Cit., h.412. 24
Rohani dan Hayati Nufus, “Pendidikan Anak Menurut Surat Luqman Ayat 12-19 Dalam
Tafsir Ibnu Katsir”, al-Iltizam, Vol. 2, No. 1, 2017, h. 116. 25
Adil Al-Ghiryani, Hikmah Luqman Al-Hakim, (Jakarta: Turos Khazanah Pustaka Islam,
2015), h. 39. 26
Kementerian Agama Republik Indonesia. Loc. Cit.
-
20
Kata Syirik menurut ibnu Mandzur berarti menyekutukan Allah
dalam hal ketuhanan, yakni menuhankan zat lain selain Allah,
padahal tidak ada yang mampu menyamai Allah Swt. Aqidah
merupakan inti dari semua pendidikan yang ada, yaitu pendidikan
tentang ketauhidan. Oleh sebab itu orang tua mempunyai kewajiban
untuk membimbing, mendidik dan mengantarkan anak untuk
senantiasa bertauhid kepada Allah.27
Pendidikan aqidah merupakan
landasan pertama dalam pembentukkan karakteristik dan moral anak.
Kewajiban orang muslim adalah memelihara aqidah dan jangan
sampai mengotori keyakinan dan kepercayaan.
Sedangkan dalam surat Luqman ayat 16 menjelaskan bahwa.
َماَواِت ا ِإْن َتُك ِمثْ َقاَل َحبٍَّة ِمْن َخْرَدٍل فَ َتُكْن ِف َصْخرٍَة أَْو ِف السَّ َُ َأْو يَا بُ َِنَّ ِإن َّ
(44سورة لقمن: ) ِف اْْلَْرِض يَْأِت ِِبَا اللَُّو ِإنَّ اللََّو َلِطيٌف َخِبيٌ
“(Lukman berkata), ”Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan).
Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Teliti” (QS. Luqman: 16).28
Ayat di atas mengisyaratkan kepada anak agar anak yakin bahwa
apapun yang dilakukan maka akan dipertanggungjawabkan, sehigga
anak tidak berani berbohong di belakang orang tua. Orang tua harus
mengajarkan konsep pahala dan dosa kepada anak agar dapat
memahami bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan
di hadapan Allah.29
27
Faizin Ainun Najib, “Konstruksi Pesan-pesan Lukman Al-Hakim Dalam QS. Luqman:
(Analisis Qur‟anic Parenting)”, At-Tajdid, Vol. 3, No. 2, 2019, h. 117-118. 28
Kementerian Agama Republik Indonesia. Loc.Cit. 29
Lutfiyah, “Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak: Studi Ayat 13-19 Surat Luqman”,
SAWWA, Vol. 12, No. 1, 2016, h. 141-142.
-
21
3) Pendidikan berbakti („ubudiyah)
Dalam Al-Qur‟an surat Luqman ayat 14 menjelaskan bahwa.
ُو َوْىًنا َعَلى ْنَساَن ِبَواِلَدْيِو َْحََلْتُو أُمُّ َنا اْْلِ َوْىٍن َوِفَصالُُو ِف َعاَمْْيِ َأِن اْشُكْر ِل َوَوصَّي ْ
(46سورة لقمن: ) َوِلَواِلَدْيَك ِإَِلَّ اْلَمِصيُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada
kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.
Hanya kepada Aku kembalimu” (QS. Luqman: 14).30
Ayat di atas mengingatkan seorang anak agar mengingat betapa
seorang orang tuanya terutama ibu yang mengandung dengan susah
payah, mulai dari mengandung sampai melahirkan dan menyapih
sampai usia dua tahun. Peranan ibu dalam keluarga sangat penting,
ibu berperan mengatur, membuat rumah tangga menjadi surga bagi
anggota keluarganya dan menjadi mitra sejajar yang saling
menyayangi dengan suaminya. Kewajiban utama ibu dalam
memenuhi kebutuhan jasmani anak adalah menyusui.31
30
Kementerian Agama Republik Indonesia. Loc.Cit. 31
Lutfiyah, Op. Cit., h. 138.
-
22
4) Larangan Larangan Taat Kepada Orang Tua Dalam Hal Kemusyrika
Taat Kepada Orang Tua dalam Hal Kemusyrikan
Dalam QS. Luqman ayat 15 menjelaskan bahwa.
َما ِف ُُ َما َوَصاِحب ْ ُُ َوِإْن َجاَىَداَك َعَلى َأْن ُتْشرَِك ِب َما لَْيَس َلَك بِِو ِعْلٌم َفََل ُتِطْع
نْ َيا َمْعُروفًا َواتَِّبْع َسِبيَل َمْن أَنَاَب ِإَِلَّ ُُثَّ ِإَِلَّ َمْرِجُعُكْم َفأُنَ بُّْئُكْم ِبَا ُكْنُتْم تَ ْعمَ نَ ُلو الدُّ
(41 لقمن: سورة)
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku
dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka
janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku
beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS.
Luqman: 15).32
Jika orang tua menyuruh untuk berbuat syirik jangan pernah
ditaati meskipun harus tetap bermuamalah dengan makruf. Artinya
meskipun orang tua sebagai orang yang berjasa terhadap anaknya,
namun jika orang tua tidak salah maka jangan diikuti. Allah
menggambarkan hubungan ini dalam gambaran yang mengisyaratkan
kasih sayang dan kelembutan. Walaupun demikian sesungguhnya
ikatan akidah harus dikedepankan dari hubungan darah yang kuat.33
5) Pendidikan kemasyarakat (sosial)
Islam sangat memperhatikan pendidikan sosial, karena akan
memberikan dampak positif dalam perilaku dan perasaan batin anak
yang tentunya berdampak pada agama, akhlak kebiasaan dan
emosional anak. kebaikan lingkungan dan masyarakat sangat
32
Kementerian Agama Republik Indonesia, Loc.Cit. 33
Lutfiyah, Op. Cit., h. 140-141.
-
23
bergantung pada kebiasaan masing-masing individu. Dimensi
pendidikan sosial menurut surat Luqman setelah anak dikenalkan
konsep akhlak kepada Tuhannya melalui jalan ibadah, dan berbakti
kepada kedua orang tua dan diajarkannya akhlak pada konteks
kemasyarakatan dengan mencakup etika, pergaulan (bertemu),
berbicara dan berjalan.34
Sebagaimana dalam QS. Luqman ayat 17.
بُّ ُكلَّ ُُمَْتاٍل َفُخورٍ َك لِلنَّاِس َوََل ََتِْش ِف اْْلَْرِض َمَرًحا ِإنَّ اللََّو ََل ُيُِ َوََل ُتَصعّْْر َخدَّ
(41سورة لقمن: )
“Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia)
berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang
demikian itu termasuk perkara yang penting” (QS. Luqman: 17).
6) Pendidikan mental dan pendidikan akhlak (budi pekerti)
QS. Luqman ayat 18-19
بُّ ُكلَّ ُُمَْتاٍل َفُخوٍر َك لِلنَّاِس َوََل ََتِْش ِف اْْلَْرِض َمَرًحا ِإنَّ اللََّو ََل ُيُِ َوََل ُتَصعّْْر َخدَّ
ُِْصْد ِف َمْشِيَك َواْغُضْض ِمْن َصْوِتَك ِإنَّ أَْنَكَر اْْلَ 42) ْصَواِت َلَصْوُت اْلَِْميِ ( َوا
(43-42سورة لقمن: )
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena
sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh,
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membanggakan diri. Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan
34
Cut Suryani, Konsep Pendidikan Keluarga Dalam Surat Luqman ayat 12-19”, Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, 2012, h. 127.
-
24
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai” (QS. Luqman: 18-19).35
Dalam surat Luqman ayat 18-19 ini berkaitan dengan akhlak dan
sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Ayah dan ibu
dituntut untuk mendidik anak menjadi orang yang rendah hati, jangan
sombong, lemah lembut dalam pergaulan, dan jangan mengeluarkan
kata-kata atau ucapan yang kasar. Selain itu juga menunjukkan
bahwa mendidik anak dengan baik dan benar dalam mengajarkan
budi pekerti yang luhur merupakan tugas dan tanggungjawab berada
di pundak ayah dan ibu. Hak anak juga untuk mendapatkan
pendidikan yang baik, karena anak sangat memerlukan perhatian dan
pengawasan ketat dari orang tuanya.36
3. Orang Tua Tunggal
a. Pengertian Orang Tua Tunggal
Orang tua tunggal merupakan sebuah istilah yang tidak asing lagi di
telinga masyarakat. Dimana seseorang memiliki peran ganda sebagai
orang tua (ibu dan ayah) dalam mendidik dan mengasuh anak-anaknya.
Fenomena orang tua tunggal ini merupakan salah satu dari dinamika di
masyarakat.37
Menurut Duval & Miller (1985) orang tua tunggal adalah
“Orang tua yang memelihara dan membesarkan anak-anaknya tanpa
kehadiran atau dukungan dari pasangan”.38
Menurut Hurlock “Peran orang tua terhadap anak merupakan hal
yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak”.39
Setiap anak
35
Kementerian Agama Republik Indonesia.Loc.Cit. 36
Cut Suryani, Op. Cit., h. 127. 37
Desy, Op. Cit., h. 77. 38
Titin Suprihatin, “Dampak Pola Asuh Orang Tua Tunggal (Single Parent Parenting)
Terhadap Perkembangan Remaja”, Jurnal Penguatan Keluarga Di Zaman Now: Fakultas Psikologi,
2018, h. 146. 39
Delfriana Ayu A, “Pola Asuh Orang Tua Konsep Diri Remaja Dan Perilaku Seksual”,
Jurnal Jumantik, Vol. 1 No.1, 2016, h. 107.
-
25
berhak untuk memperoleh pengasuhan dan kasih sayang yang lengkap
dari kedua orang tuanya. Baik itu dalam sebuah keluarga yang utuh
maupun tidak.40
Goode mengatakan bahwa “Anak yang dibesarkan
dalam keluarga yang bahagia akan tumbuh bahagia dan sehat secara
psikologis. Sebaliknya anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
terpisah akan menghasilkan remaja nakal dua kali lebih tinggi dari pada
anak yang dibesarkan rumah tangga utuh”.41
Seorang anak sangat membutuhkan perhatian dari kedua orang
tuanya, sehingga dalam keluarga single parent tuntutan peran ganda dari
seorang ayah maupun ibu adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa
terelakkan lagi. Orang tua tunggal dapat dikatakan sebagai tulang
punggung keluarga yang harus memenuhi semua kebutuhan anak-
anaknya. Adanya peran ganda sebagai ayah sekaligus ibu atau
sebaliknya menjadikan orang tua tunggal terkadang tidak memiliki
waktu dan perhatian yang cukup untuk anak-anaknya.42
b. Keteladanan Dan Pengasuhan Orang Tua Tunggal
Teladan dengan Al-Qur‟an dikenal dengan istilah “uswah” dan
“iswah” yang memiliki arti sesuatu keadaan dimana seseorang
meningikuti seseorang yang baik dalam kebaikan maupun keburukan.43
Pengertian uswatun hasanah, secara terminologi, kata al-uswah berarti
orang yang ditiru sedangkan hasanah berarti baik. Dengan demikian
uswatun hasanah adalah contoh yang baik, kebaikan yang ditiru, contoh
indentifikasi, suritauladan atau keteladanan.44
Keteladanan orang tua
40
Titin Suprihatin, Loc. Cit. 41
Ibid. 42
Desy, Op.,Cit, h, 78. 43
Armai arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Isla, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 90. 44
Wiwi Okta Lestari, “Pengaruh Keteladanan Orang Tua Dan Guru Terrhadap Akhlak Siswa
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Bengkulu Selatan”, Al-Bahtsu, Vol. 2, No. 1, 2017, h. 3.
-
26
terhadap anak merupakan bagian terpenting dalam membentuk karakter
anak.
Status orang tua tunggal membawa konsekuensi perubahan peran
pada ibu, ibu harus bertanggung jawab penuh baik dalam bidang
ekonomi, pendidikan dan cara mengambil keputusan yang tepat,
sehingga mengakibatkan berkurangnya perhatian orang tua terhadap
anak dan nilai-nilai yang diajarkan oleh orang tuanya tidak terpenuhi
dengan baik.45
Dengan segala keterbatasaan dan peran ganda yang
dipegang oleh seorang ibu, maka tugas dalam pengawasan dan
pendidikan anak akan mengalami hambatan sehingga peran ibu sebagai
orang tua tunggal dalam hal mendidik anak tidak dapat dijalankan
dengan maksimal.46
Ayah bertanggung jawab secara primer terhadap kebutuhan
finansial keluarga. Menurut Palkovits “Keterlibatan dalam pengasuhan
juga diartikan sebagai seberapa besar usaha yang dilakukan oleh seorang
ayah dalam berpikir, merencanakan, merasakan, memperhatikan,
memantau, mengevaluasi, mengkhawatirkan serta berdoa bagi
anaknya”. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak akan berdampak
positif terhadap anak, yaitu anak akan memiliki kemampuan sosial dan
kognitif yang baik, serta kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini terjadi
apabila ayah mengembangkan model pengasuhan yang negatif seperti
ayah menunjukkan perilaku negatif, dan melibatkan hukuman fisik,
maka anak memiliki perilaku yang negatif.47
45
Meryland Suryati, Emmy Solina, “Peran Ibu Sebagai Orang Tua Tunggal Dalam Mendidik
Anak Di Desa Lancang Kuning Utara”, JMM, Vol. 3 No. 2, 2019, h. 2. 46
Ibid., h. 2-3. 47
Farida Hidayati, dkk, “Peran Ayah dalam Pengasuhan Anak”, Jurnal Psikologi Undip, Vol.
9, No. 1, April 2011, h. 2.
-
27
c. Tipe-tipe Orang Tua Tunggal
Terdapat beberapa tipe atau model pengasuhan yang dilakukan oleh
orang tua tunggal dalam mengasuh anak diantaranya sebagai berikut:
1) Tipe mandiri
Tipe mandiri adalah orang tua yang mampu menghadapi
kenyataan atau situasi sebagai orang tua tunggal dan mampu
mengatasi masalah-masalah dengan sukses. Tipe ini menyadari
kenyataan yang dihadapinya, segala masalah keluarga dapat teratasi
dengan berbagai cara sebaik-baiknya.
2) Tipe tergantung
Tipe tergantung yaitu tipe orang tua tunggal yang hampir
mampu mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang timbul,
akan tetapi kurang memiliki kemandirian. Dalam menghadapi
masalah hanya tergantung kepada berbagai di luar dirinya seperti
kakak, saudara, kawan atau anggota keluarga lain.
3) Tipe tak bedaya
Tipe tak berdaya adalah tipe yang berada dalam keadaan tak
berdaya dalam menghadapi berbagai tantangan dan masalah yang
ditimbulkan oleh kenyataan yang dihadapi. Tidak tahu apa yang
harus dilakukan, terlalu menyerah dengan masalah, putus asa dan
pesimis menghadapi masa depan. Pada tipe ini akan mengalami
berbagai kegagalan seperti terputusnya anak-anak untuk sekolah,
penghasilan berkurang, muncul berbagai masalah dan hambatan
psikologis dan semakin menurunnya kondisi kesehatan. Tipe
demikian tegolong kedalam tipe tak berdaya, tipe tak berdaya adalah
mereka yang kurang siap menghadapi kenyataan, terlau besar
ketergantungan kepada suami atau istri, kurang memiliki kompetensi
-
28
hidup, kurang memiliki keterampilan sosial dengan masyarakat, dan
kurang mampu mengendalikan dirinya.48
4. Tenaga Kerja Indonesia/Tenaga Kerja Wanita (TKI/TKW)
a. Pengertian TKI/TKW
Pada Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan dinyatakan bahwa, ”Tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa
baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”.49
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timur Tengah,
Taiwan, Australia dan Amerika Serikat) dalam hubungan kerja untuk
jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah
TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. Sedangkan TKI
perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW).50
b. Faktor-faktor Penyebab Menjadi TKI/TKW
Bekerja di luar negeri sebagai pilihan masyarakat Indonesia dengan
alasan terbatasnya kesempatan kerja di dalam negeri, tingkat upah
rendah dan kemiskinan sedangkan kesempatan kerja di luar negeri
sangat luas dan dengan tingkat upah yang tinggi.
Terdapat beberapa faktor penyebab meningkatnya migrasi khusus
perempuan ke luar negeri adalah, sebagai berikut:
1) Perkembangan ekonomi yang sangat pesat di negara-negara tujuan
dan meningkatnya permintaan terhadap buruh migran.
48
Mohammad Surya, Bina Keluarga, (Semarang: Aneka Ilmu, 2003), h. 232 49
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, h. 2. 50
Choirul Hamidah, “Peran Keluarga Tenaga Kerja Indonesia Di Ponegoro Dalam
Menentukan Pengeluaran Konsumsi Dan Investasi”, Jurnal Ekuilibrium, Vol. 11, No. 1, 2016, h. 21-
22.
-
29
2) Kebijakan migrasi tenaga kerja resmi dari pemerintah, maka
perekrutan baik laki-laki maupun perempuan secara aktif digalakkan
melalui kerjasama agen perekrut tenaga kerja.
3) Meningkatkan kemiskinan dalam konteks program penyesuaian
struktural (Struktural Adjusment Programme) yang menyebabkan
penduduk pedesaan kehilangan tanah dan menjadi semakin miskin.
4) Kurang kesempatan kerja dalam negeri yang memungkinkan
memperoleh pekerjaan yang lebih baik.
5) Meningkatkan ketergantungan keluarga untuk memproleh
pendapatan, khususnya dari keluarga tidak mampu.51
c. Hak dan Kewajiban TKI/TKW
Setiap calon TKI bekerja di luar negeri mempunyai hak dan
kesempatan yang sama, hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 pasal 8 dan 9 tentang hak dan
kewajiban TKI. Yang menyatakan bahwa Setiap calon TKI mempunyai
hak dan kesempatan yang sama untuk :
1) Bekerja di luar negeri. 2) Mmemperoleh informasi yang benar mengenai pasar kerja luar negeri
dan prosedur penempatan TKI di luar negeri.
3) Memperoleh pelayanan dan perlakuan yang sama dalam penempatan di luar negeri.
4) Memperoleh kebebasan menganut agama dan keyakinannya serta kesempatan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinan yang dianutnya.
5) Memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan.
6) Memperoleh hak, kesempatan, dan perlakuan yang sama yang diperoleh tenaga kerja asing lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di negara tujuan.
7) Memperoleh jaminan perlindungan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan atas tindakan yang dapat merendahkan harkat
dan martabatnya serta pelanggaran atas hak-hak yang ditetapkan
51
Loso, “Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri”, Pandecta, Vol. 5,
No. 2, 2010, h. 211.
-
30
sesuai dengan peraturan perundang-undangan selama penempatan di
luar negeri.
8) Memperoleh jaminan perlindungan keselamatan dan keamanan kepulangan TKI ke tempat asal.
9) Memperoleh naskah perjanjian kerja yang asli.
Setiap calon TKI/TKI mempunyai kewajiban untuk :
1) Mentaati peraturan perundang-undangan baik di dalam negeri maupun di negara tujuan.
2) Menaati dan melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan perjanjian kerja.
3) Membayar biaya pelayanan penempatan TKI di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan
4) Memberitahukan atau melaporkan kedatangan keberadaan dan kepulangan TKI kepada Perwakilan Republik Indonesia di negara
tujuan.52
d. Perlindungan Terhadap TKI/TKW
Perlindungan hukum terhadap para Tenaga Kerja Indonesia tertera
dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004. Yang
menyatakan bahwa pemerintah berkewajiban:
1) Menjamin terpenuhinya hak-hak calon TKI/TKI, baik yang bersangkutan berangkat melalui pelaksana penempatan TKI, maupun
yang berangkat secara mandiri.
2) Mengawasi pelaksanaan penempatan calon TKI. 3) Membentuk dan mengembangkan sistem informasi penempatan
calon TKI di luar negeri.
4) Melakukan upaya diplomatik untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan TKI secara optimal di negara tujuan.
5) Memberikan perlindungan kepada TKI selama masa sebelumnya pemberangkatan, masa penempatan, dan masa purna penempatan.
53
Perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri diawali dan
terintegrasi dalam setiap proses penempatan TKI, sejak proses
rekrutmen, selama bekerja dan hingga kembali pulang ke tanah air
52
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, h. 4. 53
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, Pasal 7, h. 4.
-
31
(Indonesia).54
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 77 Undang-Undang
Nomor 39 Tahun 2004 bahwa:
1) Setiap calon TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2) Perlindungan tersebut seperti tertuang dalam ayat (1) dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan masa
setelah penempatan.55
5. Membentuk Akhlakul Karimah Anak
a. Pengertian Akhlak
Akhlak secara etimologi berasal dari kata khalaqa yang kata
asalnya khuluqun, yang berarti perangai, tabiat dan adat. Sedangkan
akhlak menurut terminologi berarti tingkah laku yang di dorong oleh
suatu keinginan yang dilakukan seseorang secara sadar untuk
melakukan suatu perbuatan yang baik.56
Adapun pengertian akhlak menurut beberapa ahli diantaranya:
1) Al-Ghazali, mengatakan bahwa akhlak adalah “Sifat yang tertanam (terpatri) dalam jiwa yang darinya menimbulkan perbuatan-
pebuatanyang gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan (perenungan) terlebih dahulu”.
2) Ibnu Maskawih mengatakan akhlak adalah “Perangai itu adalah keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan gerakan
yang tidak menghajatkan pemikiran“.
3) Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah “Suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan
jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat”
4) Muhammad bin Ali Asy-Syarif al-Jurjani dalam bukunya al-Ta‟rifat, sebagaimana dikutip oleh Ali Abdul Halim Mahmud: “Akhlak adalah
istilah bagi sesuatu sifat yang tertanam kuat dalam diri, yang darinya
54
Hidayat, “Perlindungan Hak Tenaga Kerja Indonesia Di Taiwan Dan Malaysia Dalam
Perspektif Hak Asasi Manusia (Protection of Indonesian Workers Rights in Taiwan And Malaysia in
Human Rights Perspective)”, Jurnal HAM, Vol. 8, No. 2, 2017, h. 107. 55
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri, Pasal 7, h. 4. 56
Mukni‟ah, Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 104-105.
-
32
terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan, tanpa perlu
dipikirkan dan merenung”.57
Berdasarkan dari beberapa definisi akhlak di atas dapat disimpulkan
bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang tertanam kuat yang ada di
dalam diri seseorang, berupa perbuatan atau tingkah laku tanpa
dipikirkan dan direnungkan terlebih dahulu atau perbuatan yang spontan
dilakukan oleh seseorang.
b. Macam-macam Akhlak
Berikut ini akhlak dibagi menjadi dua diantaranya:
1) Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah akhlak yang sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah Saw dan harus diteladani oleh umatnya.58
Yang
termasuk kedalam akhlak terpuji atau mahmudah diantaranya, rendah
hati, berilmu, beramal, jujur, tepati janji, amanah, istiqomah,
berkemauan keras, berani, sabar, syukur, lemah lembut, takwa, malu,
zuhud, tawakal kepada Allah, pemaaf, toleransi dan lain
sebagainya.59
2) Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah akhlak yang dikendalikan oleh
setan. Akhlak madzmumah adalah akhlak yang tercela dan harus
dihindari dan dijauhi. Akhlak Madzmumah hendaknya dijauhi dan
dihindari, karena akhlak madzmumah menyebabkan penyakit hati.60
Yang temasuk kedalam akhlak tercela atau akhlak madzmumah
diantaranya, sikap suka berlebihan, buruk perilaku, takabur, bodoh,
57
Mahmud, Heri Gunawan dan Yuyun Yulianingsih, Op. Cit., h. 186. 58
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Manajemen Akhlak Menuju Akhlak Alqur‟an, (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2018), h. 75. 59
Aminuddin, dkk, Membangun Karakter Dan Kepribadian Melalui Pendidikan Agama
Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 97. 60
Veithzal Rivai Zainal, dkk, Loc. Cit.
-
33
malas, bohong, ingkar janji, khianat, putus asa, tidak bersyukur,
kasar, ingkar, serakah, sombong, dendam dan lain sebagainya.61
c. Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak di dalam ajaran Islam mencakup berbagai aspek, dimulai
akhlak terhadap manusia, hingga kepada sesama makhluk (manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang tidak bernyawa).
Berikut ini adalah ruang lingkup akhlak diantaranya sebagai
berikut:
1) Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah atau pola hubungan manusia dengan
Allah adalah sikap dan perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh
manusia terhadap Allah. Akhlak terhadap Allah meliputi beribadah
kepada-Nya, mentauhidkan-Nya, berdoa, berzikir, bersyukur serta
tunduk dan taat kepada Allah.62
Sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS. Az-Zariyat: 56.