NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

12
23 NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK DI INDONESIA TAHUN 1921-2010 Dewi Budi Purwati Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Gorontalo e-mail: [email protected] Abstract Children’s literature in Indonesia contains good values or akhlakul karimah which are useful for their education and the elements are relevant to their cognitive, psychological, and language developments. This study aims to identify and find out values of akhlakul karimah in the themes of children’s novels in Indonesia in 1921 – 2010 based on the structural approach and values of akhlak from the Islamic per- spective. This study employed the qualitative descriptive method using the content analysis. The results of the analysis on the themes of children’s novel in 1921 – 2010 show that the dominant theme is friendship. Keywords: Indonesian children’s novels, values of akhlakul karimah, themes PENDAHULUAN Pendidikan dapat membangun karakter dan jati diri karena terkait dengan perkembangan kognisi, emosi, dan keterampilan anak didik di dunia pendidikan, serta keluarga tidak lepas dari peran karya sastra. Buktinya, seka- lipun dalam gempuran budaya elek- tronik dan dunia maya, sampai saat ini sastra masih digunakan oleh banyak guru dan orang tua sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai edukasi, moral, dan akhlak pada anak. Di rumah, setiap malam masih banyak orang tua yang mendongeng dan membacakan buku- buku cerita kepada anaknya sebagai pengantar tidur. Di sekolah, siswa-sis- wa juga diajar dengan media pengaja- ran berupa karya sastra (Kurniawan, 2009:1). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa karya sastra merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak. Anak dengan dunia- nya yang penuh imajinasi menjadi be- gitu bersahabat dengan sastra (cerita). Lewat sastra, anak bisa mendapatkan dunia yang indah, sederhana, dan nilai pendidikan yang menyenangkan. Hal inilah yang menjadikan sastra sangat efektif untuk menanamkan nilai moral, edukasi, akhlak pada anak. Dengan melihat arti penting dan pengertian sastra terdapat bukti bahwa karya sastra dapat memberikan solusi untuk dunia pendidikan. Baik untuk penanaman nilai-nilai akhlak maupun pengetahuan intelektual. Oleh karena itu, Nurgiyantoro (2005:vi) mengatakan bahwa penyediaan buku bacaan sastra kepada anak-anak sejak dini, sejak ma- sih bernama anak, diyakini akan mem- bentu literasi dan kemauan membaca anak pada perkembangan usia selan- jutnya. Yang lebih penting lagi, dengan cerita (sastra), anak bisa mendapatkan nilai-nilai akhlak mulia yang menun- jang perkembangan akhlaknya. Berdasarkan kenyataan tersebut, penelitian terhadap nilai-nilai akhlak mulia dalam tema novel anak Indonesia sangat penting dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan pene- litian ini adalah penelitian yang dilaku-

Transcript of NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

Page 1: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

2

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011 23

menjadi perempuan yang mandiri, selalu bekerja keras, dan patuh pada orang tua. Melalui tokoh Putri Parasi, Teyi mendapatkan pengetahuan ten-tang kehidupan bangsawan. Putri Para-si mendidik Teyi untuk menjadi seperti putri keraton Solo yang adiluhung. Teyi diajarkan mengenai budaya Jawa, tata krama pergaulan, bahasa Jawa Kromo Inggil, dan bahasa Belanda. Pendidikan tersebut telah membentuk Teyi menjadi gadis tangsi yang elegan. Gadis tangsi yang juga dapat diterima oleh bangsa Belanda dan golongan bangsawan yang hidup di lingkungan tangsi. Proses tersebut menggambarkan sebuah hubungan yang erat antara ibu dengan anak perempuannya. Hubung-an antara Raminem dan Teyi sebagai ibu kandung, dan hubungan Putri Parasi dan Teyi sebagai guru, yang telah diang-gapnya sebagai ibu kedua. Hubungan tersebut dikenal dengan istilah daugther-hood. Kedua perempuan tersebut Raminem dan Putri Parasi menjadi tokoh yang sangat berpengaruh bagi pembentukan identitas tokoh Teyi. Oleh karena itu, pada penelitian ini, anali-sis hubu ngan antara ibu dengan anak perempuannya (daugtherhood) akan dilakukan terhadap hubungan antara tokoh Raminem-Teyi dan tokoh Putri Parasi-Teyi. Selain itu, penelitian ini juga membahas mengenai pengaruh ideologi kedua tokoh, Raminem dan Putri Parasi, dalam membangun konstruksi identitas tokoh Teyi sebagai perempuan tangsi. Pemakaian istilah daugtherhood se-cara sederhana dapat diartikan sebagai hubungan antara anak perempuan dengan ibunya. Hubungan yang erat antara anak perempuan dengan ibunya ini secara jelas diungkapkan oleh Susan Koppelman, seorang penulis yang seka-ligus bertindak sebagai editor dari buku terkenal, Between Mothers and Daughters: Stories Across a Generation (1985).

METODE Sumber data penelitian adalah novel Gadis Tangsi karya Suprapto Brata. Dengan demikian data penelitian ini berupa data yang menyangkut fokus penelitian yaitu realitas daugtherhood dalam novel tersebut. Deskripsi ver-bal simbol-simbol kebahasaan yang menjelaskan adanya pemaparan realitas daugtherhood yang dijadikan data peneli-tian Pemerolehan data penelitian dilakukan dengan dua cara yaitu pembacaan intensif dan pencatatan. Kegiatan pembacaan intensif dilaku-kan untuk menemukan realitas daug-therhood dalam novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pencatatan data-data verbal yang berkaitan fokus penelitian. Untuk memudahkan kegiatan analisis, kegiatan pencatatan dilakukan dengan menggunakan kartu-kartu data. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif kualitatif. Sesuai de-ngan permasalahan yang ada, analisis yang dilakukan berkaitan dengan dua aspek yaitu: (a) pola hubungan tokoh ibu dan anak, (b) konstruksi identitas to-koh anak dalam relasinya dengan tokoh ibu sebagai realisasi daugtherhood dalam novel Gadis Tangsi. Dalam penelitian ini kesahihan yang digunakan adalah kesahihan yang berorientasi pada data yakni kesahihan semantik. Kesahihan semantis mengu-kur tingkat kesensitifan suatu teknik terhadap makna-makna simbolik yang relevan dengan konteks tertentu. Untuk mencapai derajat kehandalan, peneliti melakukan pembacaan berulang-ulang (intraratter). Dari pembacaan intensif dan berulang-ulang diharapkan dapat diperoleh hasil yang memenuhi krite-ria kehandalan, dengan ditemukannya konsistensi data penelitian.

NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAKDI INDONESIA TAHUN 1921-2010

Dewi Budi PurwatiMadrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Gorontalo

e-mail: [email protected]

AbstractChildren’s literature in Indonesia contains good values or akhlakul karimah

which are useful for their education and the elements are relevant to their cognitive, psychological, and language developments. This study aims to identify and find out values of akhlakul karimah in the themes of children’s novels in Indonesia in 1921 – 2010 based on the structural approach and values of akhlak from the Islamic per-spective. This study employed the qualitative descriptive method using the content analysis. The results of the analysis on the themes of children’s novel in 1921 – 2010 show that the dominant theme is friendship.

Keywords: Indonesian children’s novels, values of akhlakul karimah, themes

PENDAHULUAN Pendidikan dapat membangun karakter dan jati diri karena terkait dengan perkembangan kognisi, emosi, dan keterampilan anak didik di dunia pendidikan, serta keluarga tidak lepas dari peran karya sastra. Buktinya, seka-lipun dalam gempuran budaya elek-tronik dan dunia maya, sampai saat ini sastra masih digunakan oleh banyak guru dan orang tua sebagai media untuk menanamkan nilai-nilai edukasi, moral, dan akhlak pada anak. Di rumah, setiap malam masih banyak orang tua yang mendongeng dan membacakan buku-buku cerita kepada anaknya sebagai pengantar tidur. Di sekolah, siswa-sis-wa juga diajar dengan media pengaja-ran berupa karya sastra (Kurniawan, 2009:1). Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa karya sastra merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan anak. Anak dengan dunia-nya yang penuh imajinasi menjadi be-gitu bersahabat dengan sastra (cerita). Lewat sastra, anak bisa mendapatkan

dunia yang indah, sederhana, dan nilai pendidikan yang menyenangkan. Hal inilah yang menjadikan sastra sangat efektif untuk menanamkan nilai moral, edukasi, akhlak pada anak. Dengan melihat arti penting dan pengertian sastra terdapat bukti bahwa karya sastra dapat memberikan solusi untuk dunia pendidikan. Baik untuk penanaman nilai-nilai akhlak maupun pengetahuan intelektual. Oleh karena itu, Nurgiyantoro (2005:vi) mengatakan bahwa penyediaan buku bacaan sastra kepada anak-anak sejak dini, sejak ma-sih bernama anak, diyakini akan mem-bentu literasi dan kemauan membaca anak pada perkembangan usia selan-jutnya. Yang lebih penting lagi, dengan cerita (sastra), anak bisa mendapatkan nilai-nilai akhlak mulia yang menun-jang perkembangan akhlaknya. Berdasarkan kenyataan tersebut, penelitian terhadap nilai-nilai akhlak mulia dalam tema novel anak Indonesia sangat penting dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan pene-litian ini adalah penelitian yang dilaku-

Page 2: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

24

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011 1

kan oleh (1) Dewi Budi Purwati, yang berjudul Nilai-Nilai Akhlak dalam Cer-pen Anak Majalah Ummi (skripsi 2002, UNY); (2) Murti Bunanta, yang ber-judul Konflik Rumah Tangga dalam Bacaan Anak-Anak Belanda (skripsi 1982, UI); (3) Murti Bunanta, yang berjudul Mark Twain’s Adventures of Huckleberry Finn: A Consi deration of Rascim and Audience (tesis 1986, UI); (4) Murti Bunanta, yang berjudul Problematika Penulisan Cerita Rakyat untuk Anak Indonesia (disertasi 1997, UI); dan (5) Yuliati Aslami, yang berjudul Nilai Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal dalam Novel Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Peman-faatannya sebagai Pembelajaran Apresiasi Sastra (tesis 2009, UPI).

METODE Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik ana-lisis konten. Menurut Fraenkel & Wallen (2007:483) analisis konten adalah suatu teknik yang memungkinkan peneliti untuk mempelajari tingkah laku manu-sia dengan cara yang tidak langsung, melalui analisis komunikasi mereka, baik yang tertulis maupun lisan (buku, esai, surat kabar, novel, artikel majalah, buku masak, lagu, pidato politik, iklan, gambar) untuk menemukan keyakinan-keyakinan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan ide-ide dalam komunikasi tersebut. Se-dangkan deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil-hasil ana-lisis terhadap bacaan anak-anak dan pe-nyusunan model pengajaran apresiasi sastra dengan menggunakan hasil anali-sis. Menurut Fraenkel & Wallen (1997:485) langkah-langkah dalam ana-lisis konten adalah sebagai berikut: menentukan tujuan, mendefinisikan istilah-istilah, Menentukan unit anali-sis, Menemukan data yang relevan; mengembangkan alasan; Mengembang-

kan perencanaan sampling; merumus-kan kode kategori; reliabilitas dan vali-ditas; dan analisis data. Pada penelitian ini perlu dilaku-kan pembatasan masalah yaitu menge-nai tema dalam novel anak (1) Si Jamin dan Si Johan karya Mirari Siregar terbitan Balai Pustaka Jakarta cetakan pertama tahun 1921 (yang dianalisis adalah ce-takan kedua puluh empat), (2) Sukreni Gadis Bali karya A.A. Pandji Tisna ter-bitan Balai Pustaka Jakarta tahun 1936 (yang dianalisis adalah cetakan kedua yang sudah disesuaikan untuk bacaan siswa SD dan SMP oleh Huri Yani), (3) Si Dul Anak Jakarta karya Aman Dt. Madjoindo terbitan Balai Pustaka Ja-karta tahun 1940 (yang dianalisis adalah cetakan yang kedua puluh dua), (4) Pak Madong karya Junus St. Madjolelo terbi-tan Balai Pustaka Jakarta 1959 (yang dia-nalisis adalah cetakan yang keenam), (5) Kisah Petualang Cilik karya Dt. B. Nurdin Jacub terbitan Balai Pustaka Jakarta ta-hun 1967 (yang dianalisis adalah cetakan yang ketujuh), (6) Anak Gerilyawan karya Marcus terbitan Pustaka Jaya Jakarta tahun 1978 (yang dianalisis adalah ce-takan yang kedua), (7) Guruku Matahari Bangsaku karya Dra. Afiah Ismi terbitan Balai Pustaka Jakarta tahun 1982 (yang dianalisis adalah cetakan yang kedela-pan), (8) Persahabatan yang Manis karya Bung Smas terbitan CV Redijaya Sema-rang tahun 1997 (yang dinalaisis cetakan yang keempat), (9A) Si Pitung Superhero Betawi Asli karya Soekanto SA. terbitan DAR! Mizan Bandung tahun 2009, (9B) Berbagi Sahabat karya Masharto Alfathi terbitan Penerbit Mastara Yogyakarta tahun 2009, dan (10) Noval Jadi Batman? Karya Izza H. Fizhah terbitan Mitra Bocah Muslim Yogyakarta tahun 2010 sebagai sampel. Sampel novel- novel tersebut mewakili tahun terbit 1920-an, 1930-an, 1940-an, 1950-an, 1960-an, 1970-an, 1980-an, 1990-an, dan 2000-an.

REALITAS DAUGTHERHOOD DALAM NOVEL GADIS TANGSI KARYA SUPARTO BRATA

Ade Husnul Mawadah Fakultas Sastra Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

email: [email protected]

Abstract This study aims to describe the daugterhood reality in Gadis Tangsi, a novel by Suparto Brata. The reality covers two aspects, i.e. (a) a relation pattern between a mother and her daughter, and (b) the construction of the child character’s identity in relation to the mother character. The data source was Gadis Tangsi, a novel by Suparto Brata. The data were collected through intensive reading and recording and were analyzed using the qualitative descriptive technique. The findings show that the dauhgterhood reality is apparent in the relation of Raminem – Teyi and that of Putri Parasi – Teyi. Teyi is a reflection of a young woman who tries to rebel against values in an army boarding house environment. She is much influenced by Raminem (her mother) and Putri Parasi. They directly form her identity. They inculcate ideology to make her a different girl from the rest in the environment. The relation between the mother and her daughter in this novel serves as a means of constructing Teyi’s identity.

Keywords: daughterhood, identity construction, ideology

PENDAHULUAN Sebagai salah satu genre sastra, novel di Indonesia mengalami pertum-buhan yang sangat pesat. Seiring de-ngan pertumbuhan itu, sejumlah sas-trawan yang bergelut dalam penulisan novel semakin berusaha menunjukkan kemampuannya dalam menghadirkan novel-novel bermutu, yang dibuktikan dengan banyaknya pengarang yang mendapatkan penghargaan nasional maupun Internasional atas novelnya. Hal itu pun didukung oleh minat baca para penikmat sastra yang jumlahnya semakin meningkat. Pertumbuhan yang sangat pesat dalam dunia sastra di Indonesia telah menarik perhatian sejumlah penerbit untuk menerbitkan karya sastra, teruta-ma novel. Salah satu penerbit yang mu-lai melirik pasar pembaca sastra adalah Penerbit Buku Kompas. Diantara per-saingan antarpenerbit, Penerbit Buku

Kompas berusaha menjaga mutu buku sastra yang diterbitkannya. Dari sejum-lah buku sastra yang diterbitkannya, Penerbit Buku Kompas menerbitkan novel Gadis Tangsi karya Suparto Brata. Gadis Tangsi adalah novel karya Suprapto Brata yang bercerita tentang seorang gadis bernama Teyi yang hidup di lingkungan tangsi pada masa kolo-nial Belanda. Teyi sendiri merupakan cerminan seorang perempuan muda yang mencoba memberontak terha-dap nilai-nilai yang ada di lingkungan tangsi. Nilai-nilai yang serba longgar dalam menjalani hidup, termasuk dalam urusan seks. Dalam usaha pemberontakan itu, Teyi sangat dipengaruhi oleh pola pikir tokoh Raminem (Ibu Teyi) dan tokoh Putri Parasi. Kedua tokoh tersebut secara langsung membentuk identitas Teyi. Tokoh Raminem yang terobsesi un-tuk menjadi kaya mendidik Teyi untuk

Page 3: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

25

Nilai-Nilai Akhlakul Karimah dalam Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-2010

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur narasi novel anak yang dijelaskan di bawah ini adalah tema. Jumlah novel anak yang dianalisis temanya adalah 11, yang mewakili novel anak mulai tahun 1921 sampai 2010. Perkembangan dan tema novel anak tersebut dijelaskan di bawah ini.

Khazanah Perkembangan Novel Anak di Indonesia Perkembangan novel anak di Indonesia dari tahun 1921-2010 mengalami perkembangan jumlah yang sangat signifikan. Jumlah pada tahun 1920-an yang hanya satu dua novel anak berkembang menjadi ratusan buku hingga tahun 2000-an untuk setiap ter-bitannya per tahun. Hal ini dapat dilihat dari grafik berikut.

4

2 1 2 4 5

49

107

196 204

0

50

100

150

200

250

1920 1930 1940 1950 1960 1970 1980 1990 2000

Gambar 3.1 Perkembangan Khazanah Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-2010

Berdasarkan gambar tersebut terlihat dengan jelas perkembangan novel anak di

Indonesia pada tahun 1921-2010 sangat signifikan. Diawali dengan jumlah 2 pada tahun

1921 hingga mencapai jumlah 204 novel anak pada tahun 2010 untuk terbitan tiap

tahunnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa khazanah novel anak di Indonesia

untuk setiap tahunnya mengalami perkembangan jumlah yang sangat signifikan.

Perkembangan khazanah novel anak di Indonesia tersebut disebabkan adanya beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut adalah bertambahnya jumlah penerbit dan pengarang novel

anak per tahun. Faktor berikutnya adalah kepedulian kementerian pendidikan nasional,

pusat buku, dan perpustakaan-perpustakaan sekolah di Indonesia dalam pengadaan buku

bacaan anak-anak, dalam hal ini novel anak.

Tema Novel Anak di Indonesia

Tema novel anak yang dijelaskan di bawah ini, berturut-turut adalah Si Jamin dan

Si Johan; Sukreni Gadis Bali; Si Dul Anak; Pak Madong; Kisah Petualang Cilik; Anak

Gerilyawan; Guruku Matahari Bangsaku; Persahabatan yang Manis; Si Pitung Superhero

Betawi Asli; Berbagi Sahabat; dan Noval Jadi Batman?.

Si Jamin dan Si Johan

Si Jamin dan Si Johan karya Mirari Siregar diterbitkan pada tahun 1921 oleh Balai

Pustaka Jakarta. Mirari Siregar mengawali ceritanya dengan betapa sengsaranya dua orang

kakak beradik, si Jamin dan si Johan, yang hidup ditindas oleh ibu tirinya. Dari perjuangan

Gambar 3.1 Perkembangan Khazanah Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-

2010

Berdasarkan gambar tersebut ter-lihat dengan jelas perkembangan novel anak di Indonesia pada tahun 1921-2010 sangat signifikan. Diawali dengan jum-lah 2 pada tahun 1921 hingga mencapai jumlah 204 novel anak pada tahun 2010 untuk terbitan tiap tahunnya. Dengan demikian dapat disim-pulkan bahwa khazanah novel anak di Indonesia untuk setiap tahunnya me-ngalami perkembangan jumlah yang sangat signifikan. Perkembangan kha-zanah novel anak di Indonesia tersebut

disebabkan adanya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah bertam-bahnya jumlah penerbit dan pengarang novel anak per tahun. Faktor berikut-nya adalah kepedulian kementerian pendidikan nasional, pusat buku, dan perpustakaan-perpustakaan sekolah di Indonesia dalam pengadaan buku bacaan anak-anak, dalam hal ini novel anak.

Tema Novel Anak di Indonesia Tema novel anak yang dijelaskan di bawah ini, berturut-turut adalah Si Jamin dan Si Johan; Sukreni Gadis Bali; Si Dul Anak; Pak Madong; Kisah Petualang Cilik; Anak Gerilyawan; Guruku Matahari Bangsaku; Persahabatan yang Manis; Si Pi-tung Superhero Betawi Asli; Berbagi Saha-bat; dan Noval Jadi Batman?.

Si Jamin dan Si Johan Si Jamin dan Si Johan karya Mirari Siregar diterbitkan pada tahun 1921 oleh Balai Pustaka Jakarta. Mirari Siregar mengawali ceritanya dengan betapa sengsaranya dua orang kakak beradik, si Jamin dan si Johan, yang hidup ditindas oleh ibu tirinya. Dari perjuangan dan ka-sih sayang si Jamin dan si Johan dalam menghadapi kehidupan mereka yang berat, muncullah tema minor berupa ke-tabahan, persahabatan, kerja keras, ke-jujuran, pertolongan, dan kesuksesan. Tema mayor dikembangkan Mirari Siregar melalui kisah hari demi hari kehidupan si Jamin dan si Johan yang sangat sengasara. Betapa sengsa-ranya si Jamin yang terus dipaksa me-ngamen oleh ibu tirinya, si Inem. Dan hasil mengamenya digunakan oleh si Inem untuk membeli candu. Bukan ha-nya itu, sering pula dipukulinya dirinya dan adiknya dalam keadaan perut yang sangat lapar. Si Jamin dan Si Johan menggam-barkan perjuangan dan kasih sayang

Page 4: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

26

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011 iii

antara si Jamin dan si Johan yang telah ditinggal meninggal dunia oleh ibu-nya. Kehidupan mereka berubah men-jadi sengasara setelah bapak mereka, si Bertes, menikah dengan si Inem yang sangat galak dan pecandu obat-obatan terlarang. Gambaran tersebut merupa-kan potret kehidupan anak dalam rumah tangga yang kurang bahagia. Kasih sayang kepada saudara dalam Si Jamin dan Si Johan merupakan tema mayor yang merupakan kategori akhlakul karimah kategori akhlak ter-hadap keluarga, yakni bersikap baik ke-pada keluarga.

Sukreni Gadis Bali Keadilan Tuhan merupakan tema mayor dalam Sukreni Gadis Bali karya A.A. Pandji Tisna terbitan Balai Pustaka Jakarta 1936. Keyakinan atas adanya keadilan Tuhan merupakan akhlakul karimah yaitu akhlak terhadap Allah SWT. yakni taqwa kepada Allah. Tema minor yang ditemukan dalam Sukreni Gadis Bali adalah adat istiadat Bali, ke-hidupan di desa, kesedihan, kegagalan, tipu daya, dan persahabatan. Men Negara yang mempunyai tabiat yang kurang baik. Mulai dari menyembelih babi tanpa izin pemimpin kampung bahkan menggunakan kecan-tikan anaknya sebagai cara untuk men-cari keuntungan dan kesenangan diri. Dalam Sukreni Gadis Bali, perilaku kurang baik dilakukan oleh Men Nega-ra dan anak gadisnya, Ni Negari. Me-reka bersama-sama berusaha untuk memikat pengunjung kedai kopinya dengan kecantikan Ni Negari. Perilaku-perilaku Men Negara yang tidak baik diceritakan dengan permainan tema yang mampu menggugah pembaca de-ngan diiring latar yang sa ngat hidup, yaitu Bali. A.A. Pandji Tisna menghadir-kan Men Negara tampaknya untuk me-wakili bahwa di dalam adat istiadat ada

warga yang kadang-kadang melanggar-nya. Si Dul Anak Jakarta Si Dul Anak Jakarta yang dari ce-takan pertama (1940) sampai cetakan keempat masih menggunakan judul Si Dul Anak Betawi (masa sebelum ke-merdekaan) karya Aman Dt. Madjoindo diterbitkan oleh Balai Pustaka Jakarta hingga sekarang sudah mencapai ce-takan yang ke-22 (2010). Si Dul Anak Jakarta karya Aman Dt. Madjoindo mempunyai tema ma-yor berupa berbakti kepada orang tua. Berbakti kepada orang tua merupakan akhlakul karimah kepada keluarga. Tema minor novel anak tersebut adalah keakraban, keggihan dalam usaha, pertengkaran, kesedihan, kesuksesan, dan kegembiraan. Tema Si Dul Anak Jakarta tidak terlepas dari peran ibu sebagai pendidik utama. Mpok Am, ibunya Si Dul, sangat sayang kepada Si Dul. Kasih sayang ibunya inilah yang akhirnya juga mem-buat Si Dul sayang dan berbakti kepada orang tuanya. Berawal dari tema berbakti ke-pada orang tua yang merupakan bentuk akhlakul karimah terhadap keluarga kemudian oleh Aman Dt. Madjoindo dikembangkan ke tema-tema minor. Kerjasama digambarkan antara si Dul dengan ibunya. Si Dul menjual maka-nan kecil hasil masakan ibunya. Ibunya yang memasak dan berjualan di rumah, si Dul yang menjajakan sebagian keliling kampung. Tema pertengkaran seperti-nya tidak lepas dari dunia anak-anak. Aman Dt. Majdoindo juga memberikan warna pertengkaran dalam ceritanya. Pertengkaran terjadi saat si As dan si Pat sedang bermain. Permainan mereka terganggu oleh ulah Sapii yang nakal. Si dul bermaksud melindung si As dan si Pat, tetapi Sapii marah dan akhirnya

Daftar Isi ........................................................................................................

Realitas Daugtherhood dalam Novel Gadis Tangsi Karya Suparto Brata Ade Husnul Mawadah

Bentuk-bentuk Poskolonialitas di Indonesia Mutakhir pada Majalah Tempo .............................................................................................................

Nurhadi, Iman Santoso, Dian Swandayani, dan Ari Nurhayati

Nilai-nilai Akhlakul Karimah dalam Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-2010 .......................................................................................................

Dewi Budi Purwati

Pengembangan Alat Ukur Kesantunan Bahasa Indonesia dalam Interaksi Sosial Bersemuka .........................................................................

Zamzani, Tadkiroatun Musfiroh, Siti Maslakhah, Ari Listyorini, dan Yayuk Eny R.

Eufemisme dan Disfemisme dalam Spiegel Online .................................. Heti Kurniawati

Verba Turunan dalam Bahasa Jawa ........................................................... Siti Mulyani

Tautan Konteks Situasi dan Konteks Budaya: Kajian Linguistik Sistemik Fungsional pada Cerita Terjemahan Fiksi ”Halilian” .............

Rosmawaty

Pembelajaran Menyimak Apresiatif Cerita Pendek dengan Strategi Belajar Kooperatif .........................................................................................

Nurhidayati

iii

1-7

8-22

23-34

35-50

51-63

64-75

76-86

87-99

Daftar Isi

Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan Siswa Kelas VIII SMP ....................................................Ary Kristiyani

Sosok Perempuan Indonesia dalam Novel-novel Indonesia Modern ..Djoko Saryono

Pertarungan Simbolik dalam Wacana Bantuan Khusus Mahasiswa ....M. Jazery

Aspek Wacana dalam Cerita Anak Berbahasa Inggris ............................Nur Fatimah

Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Gagasan dalam Menulis Ilmiah dengan Pendekatan Kontekstual bagi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia .................................................Ribut Wahyu Eriyanti

Proses Pembentukan Kosakata dan Fungsi Bahasa Kelompok Gay .....Ahmad Wahyudin

Representasi Peran dan Relasi Gender dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan dan Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu ......

Wiyatmi

Pengembangan Pola Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Konstruktivistik di SMP Kota Tondano ...........Agus Gerrad Senduk

iii

1-10

11-32

33-45

46-56

57-66

67-81

82-92

93-102

Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Volume 8, Nomor 1, April 2009

Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya

Volume 10, Nomor 1, April 2011

Page 5: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

27

Nilai-Nilai Akhlakul Karimah dalam Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-2010

berkelahi dengan si Dul. Tema minor semakin menghidupkan cerita dengan dibumbui adegan-adegan dan dialog-dialog yang jenaka dari para tokoh dengan logat Betawi yang kental.

Pak Madong Pak Madong merupakan karya Junus St. Madjolelo yang diterbitkan oleh Balai Pustaka Jakarta pada tahun 1959. Tema mayor yang dibawa oleh pengarang adalah keberanian. Kebera-nian dalam menegakkan kebenaran dan membantu sesama merupakan akhlakul karimah terhadap Rasulullah SAW. yai-tu meneladani Rasulullah SAW. dalam segala aspek kehidupan. Tema minor yang mengiringinya yakni kekeluarga-an, kelucuan, dan kebersamaan. Keberanian Pak Madong, Pak Amat, Ja Tenggeran, Kaki Tiga, Pende-kar Sambut, dan pemburu-pemburu lain dari Negeri Simpang Empat, Bukittinggi terlihat dari kebiasaan mereka berburu di hutan. Dari perburuan-perburuan di hutan tersebut, tergambar kebersamaan dan keberanian pemburu asli Sumatera. Junus St. Madjolelo menunjuk-kan bahwa keberanian dan kebersa-maan selalu terlihat dari para pemburu Sumatera. Keberanian dipunyai para pemburu dengan caranya sendiri. Ada yang menggunakan parang dan sen-jata khas Sumatera, yakni lading rudus, serta terlihat juga dari permainan silat-nya. Kebersamaan para pemburu bukan hanya diceritakan saat mereka berburu di hutan, tetapi juga saat mereka telah kembali ke kampung sebagai warga. Hal ini diceritakan dengan gaya yang sederhana sekaligus kuat pewarnaan kekeluargaannya. Kisah Petualang Cilik Kisah Petualang Cilik Karya Dt. B. Nurdin Jacub terbitan Balai Pustaka Jakarta pada tahun 1967 mengusung tema mayor petualangan. Tema mayor

berkembang dengan tema-tema minor yang terdiri atas kejujuran, ketakutan, kegigihan, keinginan dengan usaha, dan pertolongan. Petualangan digambarkan Dt. B. Nurdin Jacub melalui tokoh Abu yang menemukan sebuaah tas yang berisi uang 5 juta saat mau mencari bapak kandungnya. Tas tersebutlah yang akhir-nya dikembangkan menjadi kisah pe-tualangan yang menarik di saat banyak yang menginginkan tas tersebut. Kalimat-kalimat narasi yang di-bangun Dt. B. Nurdin Jacub sangat se-derhana, sesuai dengan kemampuan anak-anak untuk membaca, menikmati, dan mengerti jalan ceritanya. Keinginan untuk menyelamatkan tas dan dirinya diimbangi dengan usaha sederhana seorang bocah, yakni berlari dan terus berlari. Saat berpetualang menyelamat-kan tas tersebut itulah akhirnya muncul ketakutan pada diri Abu. Takut karena tas yang berisi uang banyak tersebut akan dirampok orang. Rasa takut tokoh Abu setelah ingat bahwa kata orang kalau orang banyak uang maka akan disamun atau diram-pok. Pengolahan tema petuala ngan yang disukai anak-anak semakin men-jadi kisah yang menarik dengan penam-bahan kejujuran si Abu. Kejujuran tokoh Abu disampaikan Dt. B. Nurdin Jacub dengan bahasa yang tidak menggurui. Akhlak kejujuran terlihat saat tokoh Abu yang menemukan sebuah tas ber-niat untuk mengembalikan ke pemi-liknya. Kisah kejujuran ini akhirnya juga menjadi pembangun tema petualangan sebagai tema mayor cerita tersebut. Ke-jujuran tokoh Abu merupakan wujud akhlak mulia terhadap diri sendiri, yaitu amanah (jujur). Anak Gerilyawan Anak Gerilyawan karya Marcus AS. Mempunyai tema mayor kesaba-ran akan mendapatkan hasil. Kemu-dian, sebagai tema minornya adalah

Page 6: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

28

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011

perjua ngan, kerjasama, kesedihan, dan saling tolong-menolong. Tema kesabaran dibangun Marcus AS. dengan nuansa zaman kependudu-kan Belanda di Indonesia. Kesabaran terlihat dari tokoh Amir dan ibunya. Mereka harus bersabar karena diting-gal bapaknya Amir bergerilya melawan Belanda. Marcus AS. membangun jalinan cerita dalam karyanya dengan nuansa zaman kependudukan Belanda. Tokoh Amir dan ibunya harus rela diting-gal bapak dan suami untuk bergerilya melawan Belanda. Bukan hanya itu, me-reka berdua juga harus berpindah-pin-dah tempat, dari satu kota ke kota lain, dari satu desa ke desa yang lain, untuk mengikuti suaminya di wilayah per-juangannya. Sehingga dari hal tersebut, mereka sering dihina sebagai anak tan-pa bapak dan seorang ibu tanpa suami. Kesabaran seorang ibu akhirnya dapat membuat anaknya, Amir, juga men-jadi sabar untuk terus menunggu sam-pai waktunya nanti bertemu ayahnya. Kesabaran Amir dan ibunya tersebut merupakan wujud akhlak terhadap diri sendiri, yakni sabar.

Guruku Matahari Bangsaku Novel anak Guruku Matahari Bang-saku karya Dra. Afiah Ismy mempunyai tema mayor penghargaan kepada guru. Tema minor dalam novel ini adalah per-sahabatan, kerjasama, dan kesederha-naan. Tokoh Martono yang dulunya adalah murid SD Pak Broto (Bapak) senantiasa memnghormati gurunya wa-laupun gurunya sudah pensiun. Peng-hargaan kepada gurunya dia lakukan dengan memberikan perhatian kepada gurunya tersebut dengan mengunjungi dan berkirim surat kepada gurunya. Penghargaan kepada guru merupakan bukti bakti seorang siswa kepada guru

sebagai orang tua di sekolah dan di luar sekolah. Berbakti kepada orang tua merupakan wujud akhlak mulia ter-hadap keluarga, yakni berbakti kepada orang tua. Afiah Ismy memberikan sentuhan ceritanya dengan masa anak-anak yang terlepas dari persahabatan dan ker-jasama. Dan dalam bahasa narasi yang begitu bersahaja, Afiah Ismy memberi-kan warna kesederhanaan lewat tokoh Pak Broto selaku guru. Sederhana tetapi kaya jiwa.

Persahabatan yang Manis Tema mayor Persahabatan yang Manis karya Bung Smas terbitan CV Redijaya Semarang adalah persahabatan. Tema minor yang mengiringi tema ma-yor adalah penghargaan seorang cucu kepada kakeknya, kerjasama, dan to-long-menolong. Persahabatan terjalin antara tokoh Pramu dengan Tika. Rasa persahabatan terlihat di saat Tika digigit ular. Pramu dengan rasa kesetiakawanan segera mengejar ular tersebut dan kemudian memeriksa luka Tika. Narasi lain yang menggambarkan adanya persahabatan dan persaudaraan adalah saat tokoh Tika dengan rasa per-sahabatannya membantu Pramu untuk mengambilkan air. Persahabatan antara Tika dengan Pramu disuguhkan dalam cerita yang mengalir seperti halnya dunia anak-anak, bermain bersama, belajar bersama, dan bahkan sedikit perselihan yang akhirnya baikan lagi.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Persahabatan yang Manis karya Bung Smas menampilkan tema mayor yang dekat dengan dunia anak-anak, yaitu persahabatan yang diwarnai dengan kegembiraan, tolong-menolong, dan kerjasama. Persahabatan sendiri merupakan wujud akhlakul

VOLUME 10, NOMOR 1, APRIL 2011 ISSN 1412 - 2596

Page 7: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

60

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011

29

Nilai-Nilai Akhlakul Karimah dalam Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-2010

Keterangan: Latar belakang penggunaan:1. menyatakan hal yang tabu, tidak se-

nonoh, asusila; 2. menunjukkan rasa tidak suka atau

tidak setuju terhadap seseorang atau sesuatu;

3. penggambaran yang negatif tentang seseorang atau sesuatu;

4. mengungkapkan kemarahan atau kejengkelan;

5. mengumpat atau memaki; 6. menunjukkan rasa tidak hormat

atau merendahkan seseorang; 7. mengolok-olok, mencela, atau meng-

hina; 8. melebih-lebihkan sesuatu; 9. menghujat atau mengkritik; 10. menunjukkan sesuatu hal yang ber-

nilai rendah.

Berdasarkan bentunya, satuan gra matikal disfemisme dalam Spiegel Online yang ditemukan sebanyak 179 data, dan terbagi menjadi satuan grama-tikal kata, frasa, dan kalimat.

(12)Vor allem Steinbrück wird dafür kritisiert, dass die Banken das Geld der Steuerzahler ver-schmähen. (008/Wir/01/11/08)(Terutama Steinbrück dikritik, bank-bank menolak uang para pembayar pajak.)

Kata verschmähen (menolak de-ngan angkuh), yang merupakan kata kerja. Dalam kalimat (4) kata verschmähen telah mengalami proses morfologis, yak-ni konjugasi, perubahan bentuk akibat penyesuaian terhadap subjeknya.

(13)“O­a­sis! O­a­sis!” brüllt alles, und wer sich je gefragt haben sollte, warum die Band nur auf diesen dämlichen Namen kommen konnte, weiß es heute: Man kann ihn wahnsinnig gut betrunken skandieren. (101/Kul/08/11/08)(“O-a-sis! O-a-sis!” semua ber-teriak, dan siapa yang pernah bertanya, mengapa band ini bisa diberi nama bodoh ini,

sekarang ia tahu: orang bisa meneriakkan nama itu sambil mabuk.)

Kelompok kata dämmlicher Name (nama yang bodoh) hanya merupakan frasa, bukan sebuah kalimat karena ti-dak memiliki kata kerja finit dan fungsi predikatif. Kepala dari kelompok kata di atas adalah kata Name. Kata däm-mlich yang merupakan kata sifat hanya merupakan atribut bagi kata Name yang merupakan kata benda.

(14)Der Markt reagiere erleichtert, dass “keine Bombe geplatzt” sei. (112/Wir/10/11/08)(Pasar bereaksi meringankan, bahwa tidak ada bom yang di-pasang.)

Keine Bombe ist geplatzt (tidak ada bom yang dipasang) memiliki sub-jek (S) keine Bombe dan predikat (P) ist geplatzt. Kata ist merupakan kata kerja finit dari sein yang melekat pada subjek orang ketiga tunggal, yaitu keine Bombe. Karena memiliki unsur predikatif, maka keine Bombe ist geplatzt merupakan kali-mat dan dalam kalimat (6) menduduki jabatan sebagai anak kalimat, yang di-hubungkan oleh penghubung dass (bah-wa). Ditinjau dari latar belakang peng-gunaannya, disfemisme dalam Spiegel Online digunakan untuk alasan sebagai berikut. Pertama, disfemisme ditafsirkan untuk menyatakan hal yang tabu, tidak senonoh, atau asusila

(15)Die Boni­Affäre bei der Bundes-bahn wird Wolfgang Tiefensee immer mehr zum Verhängnis. (070/Wir/03/11/08)(Skandal bonus pada perkere-taapian semakin mendekat-kan Wolfgang Tiefensee ke penjara.)

Boni­Affäre (skandal bonus) di perkeretaapian Jerman, seperti hal-nya skandal yang lain juga merupa-kan se suatu yang bercitra negatif di

karimah terhadapa sesama manusia (masyarakat), yakni menjalin persaha-batan dan persaudaraan (ukhuwah).

Si Pitung Superhero Betawi Asli Tema mayor Si PitungSuperhero Betawi Asli buah karya Soekanto SA. Terbitan DAR! Mizan bandung adalah perjuangan melawan kebatilan. Tema minor yang dapat ditemukan adalah kerjasama, persahabatan, kegigihan, berbakti kepada orang tua dan guru, serta pembelaan kepada rakyat yang le-mah. Dalam novel anak ini, Soekanto SA. mengisahkan betapa kaum kompeni Belanda, tuan tanah, dan tuan sewa ber-buat sewenang-wenang terhadap rakyat yang lemah. Kisah perjuangan diawali dari niat si kecil si Pitung yang mau memberantas kesewenang-wenangan yang dilihatnya. Ahkirnya dia berniat belajar pencak silat kepada Haji Naipin demi melawan kebatilan atas kaumnya. Terlihat bahwa tokoh si Pitung mempunyai semangat yang membara untuk melindungi mereka yang lemah. Semangat ini adalah jiwa yang mun-cul dari niat yang benar. Benar adalah merupakan wujud akhlak mulia terha-dap diri sendiri, yakni benar (as­shidiq). Soekanto SA. mengobarkan se-mangat kebajikan, terutama menum-pas kebatilan pada zamannya, dengan caranya, yaitu melalui bacaan anak.

3.2.10. Berbagi Sahabat Novel anak Berbagi Sahabat meru-pakan karya Masharto Alfathi, penderita low vision, yang diterbitkan oleh Mas-tara Yogyakarta pada tahun 2009. tema mayor novel ini adalah persahabatan. Tema minornya adalah kesedihan, keak-raban, saling menolong, kegembiraan, dan saling menghargai. Dalam novel Berbagi Sahabat, ada dua hal yang menjadi dasar tema ceri-

ta, yaitu anak yang tunanetra dan anak yang normal. Berdasarkan perbedaan inilah muncul persahabatan sebagaima-na terlihat dari kutipan berikut. Masharto yang menderita low vi-sion benar-benar mewakili dari anak-anak yang menderita cacat, terutama ca-cat mata. Masharto dengan kalimat-ka-limat narasinya senantiasa memberikan sentuhan bahwa anak yang tunanetra juga berhak untuk bersahabat dengan siapa saja, salah satunya dengan anak yang normal. Peristiwa persahabatan terlihat pada saat anak yang buta men-jalin persahabatan dengan anak yang melihat. Persahabatan yang disuguhkan Masharto diceritakan dengan gaya yang apa adanya sebagai seorang yang cacat, tanpa malu mengakui bahwa dirinya mempunyai kekurang fisik. Persaha-batan yang menjadi tema mayor novel ini merupakan wujud akhlak mulia ter-hadap sesama manusaia (masyarakat), yakni menjalin persahabatan dan per-saudaraan (ukhuwah).

Noval Jadi Batman Noval Jadi Batman? karya Izza H. Fizhah (26 tahun) adalah persaha-batan. Tema minornya adalah petualang-an, kebersamaan, saling menghargai, kegembiraan, dan kejenakaan. Fizhah me ngungkapkan bahwa persahabatan terjalin di antara anak-anak, baik ke-tika mereka di sekolah maupun di luar sekolah. Persahabatan adalah dunia anak-anak yang di sana penuh dengan petualangan tersendiri. Ada warna ke-bersamaan, saling menghargai, bahkan terkadang penuh dengan kejenakaan. Tokoh Adit digambarkan berte-man karib, bersahabat dengan kedua temannya, yakni Dede dan Noval. Per-sahabatan ketiga tokoh tersebut terjalin baik di sekolah maupun di luar seko-lah. Mereka juga terlihat pulang seko-lah juga bersama-sama dengan penuh

Page 8: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

30

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011

59

Eufemisme dan Disfemisme dalam Spiegel Online

canda. Tema persahabatan ketiga tokoh dalam novel ini diharapkan akan me-nyampaikan sebuah akhlak mulia ter-hadap sesama manusia (masyarakat), yakni menjalin persahabatan dan per-saudaraan (ukhuwah).

Tema Dominan dalam Novel Anak Berdasarkan hasil analisis no -

vel -novel anak tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tema yang dominan dalam novel anak di Indonesia adalah tema persahabatan. Hal ini sebagaimana terlihat dalam gambar berikut. Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam pe ngalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu di ingat. Banyak cerita yang menggam-

Tabel 3.1. Daftar Tema Mayor dan Tema Minor dalam Novel AnakNovel Tema

Mayor MinorSi Jamin dan Si Johan Perjuangan dan kasih sayang

dua orang kakak beradikKesedihanKetabahanPersahabatanKerja kerasKejujuranPertolonganKegembiraanKesuksesan

Sukremi Gadis Bali Keadilan Tuhan Adat istiadat BaliKehidupan di desaKesedihanKegagalanPersahabatan

Si Dul Anak Jakarta Berbakti kepada orang tua KeakrabanKegigihan dalam usahaKesedihanKesuksesanKegembiraanKerjasamaKejenakaan

Pak Madong Keberanian KekeluargaanKejenakaanKebersamaanKekeluargaan

Kisah Petualang Cilik Petualangan KejujuranKetakutanKegigihanKeinginan dengan usahaPertolongan

Anak Gerilyawan Kesabaran akan mendapatkan hasil

PerjuanganKerjasamaKesedihanSaling tolong-menolong

panjang dari adanya trauma. Frasa ini merupakan istilah khusus dalam bidang psikologi dan tidak semua orang menge-tahui penyakit yang sebenarnya. Peng-gunaan istilah khusus ini dimaksudkan untuk menyembunyikan hal tentang penyakit yang diderita oleh si pasien, yakni depresi dengan masalah psikis. Ketujuh, eufemisme ditafsirkan untuk menghormati orang lain

(10) Ein Viertel dieser Kinder wuchs ohne Vater auf, weil der gefallen oder in Kriegsgefangenschaft war. (061/Wis/01/11/08)(Seperempat anak-anak ini tumbuh tanpa ayah, karena ayahnya gugur atau dipen-jara.)

Kata fallen (jatuh) digunakan un-tuk memperhalus kata sterben (mati). Kata ini digunakan untuk menghaluskan sterben, tetapi hanya khusus digunakan bagi para pahlawan atau orang yang meninggal di medan perang. Kata fallen digunakan untuk memberikan penghor-matan bagi pahlawan dan orang-orang yang gugur di medan perang. Kedelapan, eufemisme ditafsirkan untuk menyindir atau mengkritik de-ngan halus

(11)Nun aber sollen die Regeln des Verbands “wirkungsvol­

ler” durchgesetzt werden, etwa mit mehr Kontrollen. (028/Spo/01/11/08)(Seharusnya peraturan per-kumpulan itu dilaksanakan lebih efisien, dengan penga-wasan yang lebih.)

Kata wirkungsvoller (lebih efisien) dalam kalimat di atas merupakan ben-tuk eufemistis untuk stärker (lebih keras). Dalam konteks di atas, kata wirkungsvol-ler digunakan untuk mengkritik orga-nisasi olah raga berkuda Jerman. Kri-tik itu disampaikan untuk mengkritisi peraturan yang dibuat oleh organisasi tersebut. Peraturan yang diberlakukan dianggap masih belum efektif, terbukti dengan masih banyaknya atlet berkuda yang menggunakan doping atau alat-alat bantu ilegal untuk meraih kemena-ngan.

Disfemisme dalam Spiegel Online Ditinjau dari bentuk satuan gramatikal, disfemisme yang digunakan dalam Spiegel Online berupa satuan gramatikal kata, frasa, dan kalimat. Ditinjau dari latar belakang peng-gunaannya, penggunaan disfemisme dalam Spiegel Online ditafsirkan memi-liki 10 alasan.

Tabel 2 Disfemisme dalam Spiegel Online

Page 9: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

58

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011

31

Nilai-Nilai Akhlakul Karimah dalam Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-2010

(6) Deswegen war in den Ländern des real existierenden Sozialis-mus der “Frieden” das wichtigste aller Ziele, nicht die “Freiheit”. (055/Kul/01/11/08)(Oleh karena itu, di negara-negara yang dulu pernah ada paham sosialis, kedamaian adalah tujuan utama, bukan kebebasan.)

Frasa die Länder des real existierenden Sozialismus (negara-negara yang dulu pernah ada paham sosialis) merupakan penghalusan dari Ostblock (Blok Timur), sebutan untuk negara Uni Soviet dan se-kutu-sekutunya yang menganut paham sosialis. Penyebutan Ostblock secara lang-sung akan mengingatkan orang kepada perang dingin yang telah membawa penderitaan bagi masyarakat Jerman. Salah satu dampak dari perang dingin tersebut adalah pemisahan Jerman menjadi dua bagian, Jerman Barat dan Jerman Timur. Pemisahan tersebut me-nyebabkan banyak penderitaan bagi rakyat Jerman, terutama Jerman Timur yang berada di bawah kekuasaan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet. Keempat, eufemisme ditafsirkan untuk berdiplomasi atau bertujuan reto-ris

(7) Die Betriebe schränken ihre Produktion ein und reduzieren die Zahl ihrer Beschäftigten. (188/Wir/24/11/08)(Pabrik-pabrik membatasi produksi dan mengurangi jumlah pekerja mereka.)

Die Betriebe reduzieren die Zahl ihrer Beschäftigten (pabrik-pabrik mengurangi jumlah karyawan) merupakan peng-halusan dari die Betriebe entlassen ihre Beschäftigten (pabrik-pabrik memecat karyawannya). Terkait dengan krisis ekonomi yang melanda seluruh negara, termasuk Jerman, banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan ter-paksa harus mengurangi jumlah peker-janya. Untuk keperluan diplomasi agar tidak terjadi gejolak atau kegelisahan di

masyarakat, maka digunakan kalimat yang lebih halus untuk mengungkapkan pemecatan yang dilakukan oleh perusa-haan. Die Betriebe reduzieren die Zahl ihrer Beschäftigten terdengar lebih halus atau lebih enak daripada die Betriebe entlassen ihre Beschäftigten. Kelima, eufemisme ditafsirkan un-tuk menggantikan kata-kata yang dila-rang, tabu, vulgar atau bercitra negatif

(8) Es wurde ihm vom Gericht auch untersagt, Kontakt zu Osama bin Laden aufzunehmen, als dessen “Botschafter” in Europa Abu Qa-tada gilt. (050/Kul/01/11/08)(Pengadilan melarangnya ber-hubungan dengan Osama bin Laden, karena Abu Qatada adalah “duta besar”nya di Eropa.)

Kata Botschafter (duta besar) meru-pakan bentuk penghalusan untuk meng-gantikan kata Handlanger (anak buah) atau Komplize (komplotan). Dalam ka-limat (11), penggunaan kata Botschafter adalah untuk menghindari penggunaan kata Handlanger yang memiliki makna yang lebih rendah. Abu Qatada meru-pakan anak buah dari Osama bin Laden yang dianggap sebagai teroris inter-nasional. Itu berarti Abu Qatada juga dianggap sebagai seorang teroris. Di dalam masyarakat, teroris memiliki citra yang sangat buruk, karena me ngancam kehidupan mereka. Keenam, eufemisme ditafsirkan untuk merahasiakan sesuatu

(9) Nach Schätzungen kämpft jeder 20. der über 63­jährigen Deutschen mit einer Posttrauma-tischen Belastungsstörung. (060/Wis/01/11/08)(Diperkirakan seperduapu-luh dari orang Jerman yang berusia di atas 63 tahun hidup dengan penyakit tekanan jiwa pasca trauma.)

Posttraumatische Belastungsstörung atau PTBS adalah gejala psikis dan psiko-somatis yang merupakan efek jangka

barkan dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan, keyakinan, penghianatan manusia ter-hadap dirinya sendiri, atau bahkan usia lanjut. Sama seperti makna pengalaman manusia, tema membuat cerita lebih fokus, menyatu, mengerucut, dan ber-dampak. Bagian awal dan akhir cerita akan pas, sesuai, dan memuaskan ber-kat keberadaan tema. Adapun cara yang paling efektif untuk mengenali tema se-buah karya adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di dalamnya (Stanton, 2007:37-42). Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa tema, baik mayor maupun minor, yang banyak digunakan dalam novel anak adalah tema persaha-batan. Hal ini sesuai dengan teori Stewig

(Suyatno, 2009:80) yang merumuskan bahwa tema sastra anak berkisar pada (1) problem keluarga berupa peneri-maan, hubungan dengan anggota ke-luarga, penerimaan diri sendiri, dan hubungan dengan orang tua, (2) prob-lem di luar keluarga berupa keluarga orang tua tunggal, anak tanpa orang tua, dan perceraian, (3) pengalaman nyata berupa perbedaan fisik dan psikologis, perbedaan sosial dan ekonomi, dan per-bedaan geografis, (4) pemahaman per-bedaan etnik dan religius. Hal ini dapat dilihat dari diagram berikut ini. Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel anak yang sangat dominan adalah tema persahabatan dengan prosentase 28%, selanjutnya adalah tema-tema lain yang prosentasenya masing-masing 9%.

Guruku Matahari Bangsaku Penghargaan terhadap guru PersahabatanKesederhanaanKerjasamaPerhatian

Persahabatan yang Manis Persahabatan Penghargaan kepada kakekKegembiraanKerjasamaTolong-menolong

Si Pitung Super Hero Betawi Asli

Perjuangan melawan kebatilan KerjasamaPersahabatanKegigihanBerbakti kepada orang tua dan guruPembelaan kepada rakyat yang lemah

Berbagi Sahabat Persahabatan KesedihanKeakrabanSaling menolongKegembiraanSaling menghargai

Noval Jadi Batman Persahabatan PetualanganKebersamaanSaling menghargaiKegembiraanKejenakaan

Page 10: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

32

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011

57

Eufemisme dan Disfemisme dalam Spiegel Online

Persahabatan adalah sebuah pengalaman nyata berupa perbedaan fisik dan psikologis, perbedaan sosial dan ekonomi, dan perbedaan geogra-fis, sekaligus sebagai wujud akhlakul karimah yaitu menjalin persahabatan dan persaudaraan (ukhuwah). Tema tersebut menjadi dominan tentunya dengan harapan supaya anak-anak dari kecil sudah berinteraksi dengan teman-temannya dan saling menghargai satu sama lain. Allah SWT. menciptakan manu-sia bersuku-suku dan berbangsa-bang-sa dengan tujuan agar manusia dapat menjalin persaudaran satu dengan yang lainnya. Allah SWT. telah berfirman:”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damai-kanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hu-jarat:10).

SIMPULAN Khazanah novel anak di Indone-sia merupakan sumber karya sastra yang dapat dimanfaatkan nilai-nilai akhlak mulia di dalamnya untuk pengajaran

apresiasi sastra. Novel anak mulai dari tahun 1921-2010 terhitung adanya 603 novel anak yang diterbitkan oleh pener-bit-penerbit di Indonesia. Khazanah novel anak di Indonesia tersebut dapat dilihat beberapa penerbit yang tetap eksis dari tahun 1921-2010, yakni pener-bit Balai Pustaka Jakarta, Gramedia Ja-karta, dan Pustaka Jaya Jakarta. Hasil analisis terhadap nilai-nilai akhlakul karimah dalam tema, baik mayor mau-pun minor, novel anak di Indonesia tahun 1921-2010 yang dominan diguna-kan adalah tema persahabatan. Karya sastra dapat memberikan solusi untuk dunia pendidikan, baik un-tuk penanaman nilai-nilai akhlak mau-pun pengetahuan intelektual. Oleh kare-na itu, penyediaan buku bacaan sastra kepada anak-anak sejak dini, sejak ma-sih bernama anak, diyakini akan mem-bantu literasi dan kemauan membaca anak pada perkembangan usia selanjut-nya. Tujuan utama dalam cerita (sastra) anak adalah anak bisa mendapatkan ni-lai-nilai akhlak mulia, seperti persaha-batan atau persaudaraan, yang menun-jang perkembangan akhlaknya.

13

9% 9%9%9%

9%9%

9%28%

9%

Perjuangan dan Kasih Sayang Keadilan Tuhan

Berbakti kepada Orang Tua Keberanian

Petualangan Kesabaran

Penghargaan kepada Guru Persahabatan

Perjuangan Melawan Kebatilan

Gambar 3.2 Tema Novel Anak di Indonesia

Berdasarkan diagram tersebut dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel anak

yang sangat dominan adalah tema persahabatan dengan prosentase 28%, selanjutnya

adalah tema-tema lain yang prosentasenya masing-masing 9%.

Persahabatan adalah sebuah pengalaman nyata berupa perbedaan fisik dan

psikologis, perbedaan sosial dan ekonomi, dan perbedaan geografis, sekaligus sebagai

wujud akhlakul karimah yaitu menjalin persahabatan dan persaudaraan (ukhuwah). Tema

tersebut menjadi dominan tentunya dengan harapan supaya anak-anak dari kecil sudah

berinteraksi dengan teman-temannya dan saling menghargai satu sama lain.

Allah SWT. menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan

tujuan agar manusia dapat menjalin persaudaran satu dengan yang lainnya. Allah SWT.

telah berfirman:

”Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujarat:10).

SIMPULAN

Khazanah novel anak di Indonesia merupakan sumber karya sastra yang dapat

dimanfaatkan nilai-nilai akhlak mulia di dalamnya untuk pengajaran apresiasi sastra.

Novel anak mulai dari tahun 1921-2010 terhitung adanya 603 novel anak yang diterbitkan

oleh penerbit-penerbit di Indonesia. Khazanah novel anak di Indonesia tersebut dapat

Gambar 3.2 Tema Novel Anak di Indonesia

Amir Kasav adalah seorang pelaku pem-boman di Mumbai, India dan dianggap sebagai seorang teroris yang melakukan pembunuhan massal. Segala hal yang berhubungan dengan dengan teror dan teroris selalu menimbulkan ketaku-tan dan kecemasan dalam masyarakat karena menyangkut keamanan hidup masyarakat. Kedua, eufemisme ditafsirkan un-tuk memperhalus ucapan agar tidak me-nyinggung, menghina, atau merendah-kan seseorang

(5) Ypsilanti ging auf die Ausein-andersetzung in ihrer Rede am heutigen Samstag ein. Sie hätte sich gewünscht, dass er der Re­gierung angehöre, sagte sie. Ihm war zuletzt das Ressort für Verkehr und Europa angeboten worden. Walter habe aber für sich entschieden, dass der Zuschnitt des Ministeriums nicht seinen Vorstellungen entspreche. (003/Pol/01/11/08)(Ypsilanti memahami perteng-karan dalam pidatonya pada sabtu ini. Saya berharap Wal-ter menjadi bagian dari peme-rintah, katanya. Pada akhirnya Walter ditawari Departemen Perhubungan dan Eropa. Teta-pi Walter memutuskan, bahwa bentuk kementerian itu tidak cocok dengan pemikiran-pe-mikirannya.)

Ypsilanti merupakan calon kuat dari SPD untuk menjadi Ministerpresi-dentin (Prime Minister atau Perdana Menteri) di negara bagian Hessen. Walter yang semula mendukungnya, pada akhirnya berbalik tidak mau men-dukungnya. Ypsilanti menawarkan satu posisi kepada Walter sebagai menteri di Departemen Perhubungan dan Eropa, agar Walter kembali mendukungnya, tetapi Walter menolak. Ketiga, eufemisme ditafsirkan un-tuk mengurangi atau tidak menying-gung hal-hal yang menyakitkan atau tragedi

Kelompok kata unerlaubtes Hilfsmittel (alat bantu yang tidak di-ijinkan) merupakan frasa dan bukan kalimat karena kelompok kata tersebut hanya memiliki satu kepala, tidak me-miliki kata kerja finit dan tidak memiliki fungsi predikatif. Kepala dalam kelom-pok kata tersebut adalah kata Hilfsmittel, yang merupakan kata benda, sedangkan unerlaubt hanya atribut menerangkan Hilfsmittel. Kalimat adalah kumpulan atau rangkaian kata yang memiliki kata kerja finit atau final, yakni kata kerja yang sudah mengalami perubahan karena menyesuaikan dengan persona dan nu-meranya.

(3) Steinbrück hat nach eigenen Worten inzwischen “einen dicken Hals”. (009/Wir/01/11/08)(Steinbrück marah dengan ba-hasanya sendiri.)

Kelompok kata Steinbrück hat einen dicken Hals (Steinbrück marah) me-miliki unsur kalimat subjek (S), yaitu Steinbrück, dan predikat (P) yaitu hat einen dicken Hals. Selain itu, terdapat juga kata kerja finit, yaitu hat, yang be-rasal dari kata kerja infinitif haben dan melekat pada subjek orang ketiga tung-gal, Steinbrück. Seperti sudah diuraikan di depan, penggunaan eufemisme dalam Spiegel Online ditafsirkan untuk hal-hal sebagai berikut. Pertama, eufemisme ditafsirkan untuk menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menimbulkan kepani-kan atau ketakutan

(4) Und Azam Amir Kasav hat gekämpft. (213/Pol/21/11/08)(Dan Azam Amir Kasav telah berjuang.)

Azam Amir Kasav hat gekämpft merupakan penghalusan dari Asam Amir Kasav hat einen Terroranschlag verübt (Azam Amir Kasav telah melakukan serangan teror). Seperti diketahui, Azam

Page 11: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

56

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011

33

Nilai-Nilai Akhlakul Karimah dalam Novel Anak di Indonesia Tahun 1921-2010

Ditinjau dari latar belakang ditemukan 8 alasan penggunaan eufemisme dalam Spiegel Online.

Keterangan:Latar belakang penggunaan:1. menghindari penggunaan kata-kata

yang dapat menimbulkan kepanikan atau ketakutan;

2. tidak menyinggung, menghina, atau merendahkan seseorang;

3. mengurangi atau tidak menyinggung hal-hal yang menyakitkan atau trage-di;

4. berdiplomasi atau bertujuan retoris; 5. menggantikan kata-kata yang dila-

rang, tabu, vulgar atau bercitra nega-tif;

6. merahasiakan sesuatu; 7. menghormati atau menghargai orang

lain; 8. menyindir atau mengkritik.

Ditinjau dari bentuknya, satuan gramatikal eufemisme dalam Spiegel Online terdiri atas tiga bentuk, yaitu kata, frasa, dan kalimat. Kata adalah satuan gramatikal terkecil yang bebas dan memiliki makna. Kata dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata majemuk (Komposita).

(1)Es wurde ihm vom Gericht auch untersagt, Kontakt zu Osama bin Laden aufzunehmen, als dessen “Botschafter” in Europa Abu Qatada gilt. (050/Kul/01/11/08)(Pengadilan melarangnya ber-hubungan dengan Osama bin Laden, karena Abu Qatada

adalah “duta besar”nya di Eropa.)

Pada kalimat (1) Botschafter meru-pakan kata berimbuhan yang berasal dari kata benda Bote (tukang antar su-rat), mendapat akhiran –schaft, dan –er sehingga menjadi Botschafter (duta be-sar). Jika berdiri sendiri, kata Botschafter memiliki makna duta besar, yakni per-wakilan suatu negara di negara lain dan bukan merupakan penghalusan atau eufemisme. Botschafter digunakan un-tuk menggantikan kata Handlanger atau Komplize (kaki tangan, anak buah, atau komplotan). Frasa adalah kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih dan me-miliki satu kepala atau inti. Frasa tidak memiliki fungsi predikatif dan tidak bermakna proposisi, hanya merupakan istilah. Frasa juga tidak memiliki kata kerja finit.

(2) Denn dass die Reiter ihre Pferde mit vielerlei unerlaubten Hilfs-mitteln präparieren, damit diese am Wettkampftag Höchstleistung bringen, steht mittlerweile außer Frage. (022/Spo/01/11/08)(Bahwa para joki memper-siapkan kuda-kuda mereka dengan bermacam-macam alat bantu yang tidak diijin kan, agar mendapatkan prestasi terbaik pada pertandingan hari ini, sampai saat ini sudah diketahui dengan pasti.)

Tabel 1 Eufemisme dalam Spiegel Online

No.Bentuk Satuan

Gramatikal Eufemisme

Latar Belakang PenggunaanJumlah

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kata Tunggal 5 2 - - 1 - 1 - 9Majemuk - - 2 - 1 2 - 3 8

2 Frasa 2 9 5 4 1 3 - - 243 Kalimat 1 6 - 4 - 4 - 2 17

Jumlah Total 8 17 7 8 3 9 1 5 58

UCAPAN TERIMA KASIH Artikel ini diangkat dari peneli-tian tesis di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Bandung. Uca-pan terima kasih di sampaikan kepada Prof. Yus Rusyana dan Prof. Iskandar-wassid, M.Pd. selaku Pembimbing Te-sis, Ibu Dr. Vismaia Sabariah Damaianti, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Ba-hasa Indonesia SPs UPI, Ibu Wiyatmi, M.Hum. dan Bapak Anwar Effendi, M.Si., dan kepada mitra sejawat yang telah membantu kegiatan verifikasi dan triangulasi data serta hasil penelitian.

DAFTARA PUSTAKAAhmadi, Abu dan Noor Salimi. 2008.

MKDU: Dasar­Dasar Pendidikan Agama Islam: Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Bumi Aksara

Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Prak-tik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Ary, Donald, dkk. 2004. Pengantar Pene-litian dalam Pendidikan. Terjema-han Arief Furchan. Yogayakarta: Pustaka Pelajar

Aslami, Yuliati. 2009. Nilai Kecerdasan Intrapersonal dan Kecerdasan In-terpersonal dalam Novel Di Bawah lindungan Ka’bah dan Pemanfaatan-nya sebagai Pembelajaran Apresiasi Sastra. TesisProdi Bahasa Indone-sia UPI. Tidak diterbitkan.

Creswell, John W. 2008. Educational Re-search: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Quali-tative Research. 2008. Australia: PEARSON Merril

Creswell, John W. 1994. Research Design Qualitative & Quantitative Ap-proaches. United Kingdom: SAGE Publication

Cooper, Donal R. 1997. Metodelogi Peneli-tian Bisnis. Jakarta: Erlangga

Djiwandono, M.Soenardi. 1996. Tes Ba-hasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB

Keesey, Donald. 1994. Context of Criti-cism. London: Mayfield Publish-ing Company

Fakultas Bahasa dan Seni UNY. 2008. Bahasa dan Sastra: Dalam Berbagai Perspektif. Yogayakarta: Tiara Wa-cana

Fraenkel, Jack R dan Norman E. Wal-len. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: The Mc Graw

Gall, Meridith D., dkk. 2003. Educational Research an Introduction. Boston: PEARSON Education Inc

Gunatama, Gede. 2006. Buku Ajar Puisi (Teori, Apresiasi, dan Pemahaman) . Singaraja : UNDIKSHA Singaraja

Gunatama, Gede. 2004. Sastra dan Ilmu Sastra. Singaraja : IKIP Singaraja

Hardjana, Andre.1985 . Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta : PT Gramedia

Hourihan, Margery. 1997. Deconstruc­ting The Hero: Literary Theory and Children’s Literature. New York: Routledge

Husaini, Adian. 2010. Pendidikan: Mem-bentuk Manusia Berkarakter dan Be-radab. Makalah Seminar Pendidi-kan Nilai Karakter. Hlm.1-9

Jurdiksastrasia FPBS-UPI. 2009. Bahasa dan Sastra Indonesia di Tengah Arus Global. Bandung: Jurdik Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI

Mimin, Haryati. 2007. Model dan Teknik Penilaian Pada tingkat Satuan Pen-didikan. Jakarta: Gaung Persada Press

Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori dan Prak-tik Sastra: Dalam Penelitian dan Pen-gajaran. Bandung: SPs UPI dengan New Concept English Education Centre

Page 12: NILAI-NILAI AKHLAKUL KARIMAH DALAM NOVEL ANAK METODE ...

34

LITERA, Volume 10, Nomor 1, April 2011

55

Eufemisme dan Disfemisme dalam Spiegel Online

Natia. 1985. Ikhtisar Teori Sastra Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya

Nazir, Moh. 2003. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nodelman, Perry. 2008. The Hidden Adult: Defining Children’s Literature. Balti-more: The Johns Hopkins Univer-sity Press

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Peng-kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: CV Sinar Baru

Rachman, Arief. 2010. Urgensi Pendidikan Karakter dalam Membangun Bangsa. Makalah Seminar Pendidikan Ni-lai Karakter. Hlm. 1-4

Rosyidi, M.Ikhwan, dkk. 2010. Analisis Teks Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu

Santrock, John W. 2007. Child Develop-ment. Eleventh Edition. Dallas: Uni-versity of Texas

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Edisi Revi-si. Jakarta: yayasan Pustaka Obor Indonesia

Sauri, Sofyan. 2010. Membangun Bangsa Berkarakter Nilai Iman dan Takwa dalam Pembelajaran. Makalah Se-minar Pendidikan Nilai Karakter. Hlm. 1-15

Schumcher, Sally dan James H. Mc. Mil-lan. 2001. Research in Educational a Conceptual Introduction. New York: Longman

Seloka Sudiara, Nyoman. 2005. Modul kritik sastra. Singaraja : IKIP Ne geri Singaraja

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1982. Metode Penelitian Survai. Ja-karta: LP3ES

Slavin, Robert E. 2006. Educational Psycol-ogy: Theory and Practice 1. Boston: Pearson Education Inc.

Slavin, Robert E., 2006. Educational Psy-cology: Theory and Practice 2. Bos-ton: Pearson Education Inc.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Band-ung: PT Remaja Rosdakarya

Supranto. 1991. Metodelogi Riset. Jakarta: FE UI

Sutresna, Ida Bagus. 2006. Prosa Fiksi. Singaraja : Undiksha Singaraja

Suyatno, 2009. Struktur Narasi Novel Karya Anak. Surabaya: Jaring Pena

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-Dasar Psikosastra. Bandung: Pener-bit Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Penerbit Ang-kasa

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berba-hasa. Bandung: Penerbit Angkasa

Tampubolon, DP. 2008. Kemampuan Mem-baca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Penerbit Ang-kasa

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya

Tomlinson, Carl M. Dan carol Lynch-Brown. 1996. Essentials of Children’s Literature. 2ndedition. Boston: Allyn and Bacon

Wellek, Rene, dan Austin Warren. 1977. Theory of Literatura. New York: Harcourt, Brace & World, Inc. (Ter-jemahan dalam Bahasa Indonesia oleh Melani Budiyanto. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.)

Zainuddin dan Muhammad Jamhari. 1999. Al­Islam 2: Muamalah dan Akhlak. Bandung: CV Pustaka Se-tia

berarti membaca. Peneliti membaca de-ngan seksama berita dalam Spiegel On-line untuk menentukan bentuk satuan gramatikal eufemisme dan disfemisme serta latar belakang penggunaan eu-femisme dan disfemisme. Data dikum-pulkan beserta konteksnya. Konteks ini diperlukan guna mengklarifikasikan makna eufemisme dan disfemisme, serta latar belakang penggunaannya. Di dalam kegiatan pembacaan dilakukan kegiatan pencatatan untuk mendoku-mentasikan data yang diperoleh. Data yang diperoleh kemudian dicatat dalam kartu data. Instrumen penelitian dalam pene-litian ini adalah peneliti sendiri (hu-man instrument). Pengetahuan peneliti tentang bahasa Jerman, terutama yang berkaitan dengan gaya bahasa eufemi-sme dan disfemisme menjadi sangat penting. Selain itu, pengetahuan ten-tang kebudayaan Jerman merupakan hal yang juga penting. Peneliti adalah seorang dosen bahasa Jerman dan di-anggap memiliki pengetahuan tentang bahasa dan budaya Jerman. Dalam mengumpulkan data, peneliti dibantu oleh perangkat lu-nak yang berupa kriteria-kriteria. Kri-teria-kriteria ini merupakan kriteria untuk menentukan satuan gramatikal eufemisme dan disfemisme, serta fak-tor-faktor yang melatarbelakangi peng-gunaan eufemisme dan disfemisme, seperti yang dijabarkan dalam kajian teori. Hasil pengamatan terhadap sum-ber data kemudian dicatat dalam kartu data sebagai perangkat kerasnya. Kartu data ini berfungsi untuk mencatat dan mengidentifikasikan bentuk satuan gramatikal eufemisme dan disfemisme serta latar belakang penggunaannya. Keabsahan data penelitian ini diperoleh dengan memenuhi kriteria kredibilitas, yaitu kriteria untuk me-menuhi kebenaran dari data dan infor-

masi yang dikumpulkan (Syamsuddin AR & Vismaia S. Damaianti, 2007: 91). Kriteria kredibilitas diperoleh dengan intrarater dan interater. Intrarater di-penuhi dengan pengamatan yang terus-menerus dan berulang-ulang, agar semua data terjaring. Interater dilaku-kan dengan diskusi teman sejawat, yak-ni diskusi dengan seorang dosen Sastra Jerman, Fakultas Sastra, UM, yaitu Edy Hidayat, S.Pd. M.Hum. Selain itu, juga dilakukan triangulasi dengan penutur asli bahasa Jerman, yaitu dengan Astrid Raabe, M.A. yang merupakan Lektor DAAD yang sedang bertugas di Univer-sitas Negeri Malang. Teknik analisis data yang digu-nakan adalah teknik padan. Teknik padan merupakan teknik analisis yang alat penentunya berada di luar bahasa dan tidak menjadi bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 2001: 13). Se-lanjutnya teknik padan yang digunakan adalah teknik padan referensial untuk mengetahui satuan gramatikal eufe-misme dan disfemisme. Teknik padan referensial dengan pendekatan seman-tik digunakan untuk mengetahui makna eufemisme dan disfemisme. Sementara itu, untuk menganalisis latar belakang penggunaan eufemisme dan disfemisme digunakan analisis padan pragmatik. Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan metode informal. Metode informal adalah menggunakan kata-kata biasa, termasuk penggunaan ter-minologi yang bersifat teknis (Mahsun, 2005: 123). Penyajian data tidak meng-gunakan notasi khusus.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBA-HASANEufemisme dalam Spiegel Online Ditinjau dari bentuk satuan gramatikal, eufemisme yang digunakan dalam Spiegel Online terdiri atas satuan gramatikal kata, frasa, dan kalimat.