PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · iv Halaman Persembahan TUHAN MEMILIKI RANCANGAN...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · iv Halaman Persembahan TUHAN MEMILIKI RANCANGAN...
i
UJI TOKSISITAS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP
KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL PADA
TIKUS SECARA SUBKRONIS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Christiana Lambang Kristanti
NIM : 098114041
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
TUHAN MEMILIKI RANCANGAN TERINDAH DALAM SETIAP
LANGKAH HIDUPKU DAN AKU PERCAYA ITU
“Kalau kamu punya keyakinan, keinginan, cita-cita, mimpi, dan harapan, kamu taruh
„disini‟ (sambil meletakkan telunjuk di depan kening). Kamu taruh „disini‟... jangan
menempel di kening...
Biarkan dia...
menggantung... mengambang...
5 cm...
di depan kening kamu...
Jadi, dia tidak akan pernah lepas dari mata kamu. Kamu bawa dia setiap hari, kamu
lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Dan... sehabis itu yang kamu
perlu... cuma... Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, mata yang
akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke
atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan
bekerja lebih keras dari biasanya,
serta mulut yang akan selalu berdoa...”
(Donny Dhirgantoro – 5 cm)
“KELUARGA BAGAIKAN...
...BONDO SING ORA ISO ENTEK - KELAMBI SING ORA ISO LAWAS”
(Bapak)
Aku persembahkan karya ku ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,
Papa dan mama ku tercinta beserta kakak
Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma:
Nama : Christiana Lambang Kristanti
Nomor mahasiswa : 098114041
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
UJI TOKSISITAS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP
KADAR KREATININ DAN GAMBARAN HISTOLOGIS GINJAL PADA
TIKUS SECARA SUBKRONIS
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama saya tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 5 Februari 2013
Yang menyatakan
(Christiana Lambang Kristanti)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
perlindungan dan berkat yang telah diberikan sehingga skripsi berjudul “Uji
Toksisitas Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Kadar Kreatinin
dan Gambaran Histologis Ginjal pada Tikus secara Subkronis” yang disusun
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi
Farmasi (S.Farm.) dapat dikerjakan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai
pihak. Kesempatan ini penulis pergunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan
penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi.
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing, mendampingi dan memberikan saran selama pembuatan
skripsi ini.
3. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik
penulis selama masa studi di Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Pak Heru, Pak Parjiman, Mas Kayat, Dokter Ari, Pak Ratijo, dan Pak Wagiran
selaku Staff Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang
telah membantu penulis dalam pengerjaan penelitian di laboratorium.
7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu yang diberikan.
8. Keluargaku tercinta, Bapak Heribertus Sedyo Budi Utomo, Mama Elisabeth
Sulastri, Mbak Lucia Citra Puspita dan Mas Christian Benardo Kandou yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, dan semangat kepada penulis.
9. Keluarga besar Hardjo Dikromo dan Yoso Sentono yang telah mendukung dan
memberikan doa kepada penulis.
10. Wandul, Berthul, Herul, Raras, Yansen, dan Danny sebagai sahabat yang selalu
memberikan semangat, kebersamaan, dan doa kepada penulis selama ini.
11. Raras, Suster Imelda, Meita, Dita, Niken, dan Galuh sebagai rekan kerja yang
telah menyediakan waktu untuk memberikan saran dan kritik baik dalam hal
penyusunan skripsi maupun hal-hal lainnya serta bekerja bersama di
laboratorium.
12. Dhimas Bayu Kinasih yang selalu mendukung penulis dalam suka dan duka
dalam pembuatan skripsi ini.
13. Teman-teman FKK dan FST 2009 yang selalu mengisi hari-hari dan memberikan
semangat penulis dalam pembuatan skripsi ini.
14. Teman-teman penghuni kost „Wisma Goreti‟ yang selalu memberikan dukungan
kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
15. Seluruh teman, baik di Fakultas Farmasi maupun teman-teman lain atas
dukungannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata,
penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
di bidang ilmu Farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ................................................. v
LEMBAR PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ......... vi
PRAKATA .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii
INTISARI ................................................................................................ xx
ABSTRACT............................................ .................................................... xxi
BAB I PENGANTAR .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
1. Permasalahan ............................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ..................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ...................................................................... 6
B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
1. Tujuan umum ............................................................................. 7
2. Tujuan khusus ............................................................................ 7
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ....................................................... 8
A. Obat Tradisional ............................................................................... 8
B. Tanaman Sirsak................................................................................. 9
1. Sistematika ................................................................................. 9
2. Habitat ....................................................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
3. Morfologi daun sirsak ................................................................ 10
4. Kandungan kimia ....................................................................... 10
5. Khasiat dan kegunaan ................................................................. 11
C. Simplisia ........................................................................................... 12
D. Infusa ................................................................................................ 13
E. Ginjal ................................................................................................ 14
1. Struktur anatomi ginjal ............................................................... 14
2. Fisiologi ginjal ........................................................................... 22
F. Pemeriksaan Kreatinin ...................................................................... 27
1. Metabolisme kreatinin ................................................................ 27
2. Faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin darah ...................... 27
3. Metode pemeriksaan kreatinin .................................................... 28
G. Kerusakan Ginjal .............................................................................. 29
1. Penyakit yang mengenai glomerulus........................................... 31
2. Penyakit yang mengenai tubulus dan interstisium ....................... 31
3. Penyakit yang mengenai pembuluh darah ................................... 35
H. Uji Toksisitas Subkronis ................................................................... 35
I. Uji Reversibilitas .............................................................................. 39
J. Keterangan Empiris........................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 40
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 40
B. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 40
1. Variabel utama ........................................................................... 40
2. Variabel pengacau ...................................................................... 40
3. Definisi operasional.................................................................... 40
C. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................. 42
1. Bahan penelitian ......................................................................... 42
2. Alat penelitian ............................................................................ 43
D. Tata Cara Penelitian .......................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Determinasi tanaman sirsak ........................................................ 43
2. Pengumpuan bahan .................................................................... 44
3. Pembuatan simplisia daun sirsak ................................................ 44
4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak........................................ 44
5. Pembuatan infusa daun sirsak ..................................................... 45
6. Penetapan dosis infusa daun sirsak ............................................. 45
7. Uji toksisitas .............................................................................. 46
a. Penyiapan hewan uji.......................................................... 46
b. Pengelompokan hewan uji ................................................. 46
c. Prosedur pelaksanaan ........................................................ 47
8. Pembuatan preparat histologis .................................................... 48
9. Pengamatan efek toksik .............................................................. 48
a. Pemeriksaan kreatinin ....................................................... 48
b. Pemeriksaan histologis ginjal ............................................ 48
c. Uji reversibilitas ................................................................ 48
d. Pengamatan berat badan, asupan makan dan minum tikus . 49
E. Analisis dan Evaluasi Hasil ............................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 51
A. Determinasi Tanaman Sirsak ............................................................. 51
B. Pembuatan Simplisia ......................................................................... 53
C. Penetapan Kadar Air ......................................................................... 53
D. Penetapan Dosis Infusa ..................................................................... 53
E. Uji Toksisitas Subkronis ................................................................... 54
1. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah ................................... 55
2. Pemeriksaan histologis ginjal ..................................................... 63
F. Uji Reversibilitas .............................................................................. 72
G. Perubahan Berat Badan Tikus ........................................................... 74
H. Asupan Makan Tikus ........................................................................ 77
I. Asupan Minum Tikus ........................................................................ 79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 81
A. Kesimpulan ....................................................................................... 81
B. Saran ............................................................................................... . 81
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 82
LAMPIRAN ............................................................................................ 87
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel I. Kadar kreatinin darah tikus jantan pada awal sebelum
pemberian dan setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari secara oral .................................................. 57
Tabel II. Kadar kreatinin darah tikus betina pada awal sebelum
pemberian dan setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari secara oral .................................................. 59
Tabel III. Uji Scheffe kreatinin dalam darah pada tikus jantan pada
hari ke-31 .......................................................................... 60
Tabel IV. Uji Scheffe kreatinin dalam darah pada tikus betina pada
hari ke-31 .......................................................................... 62
Tabel V. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus jantan ........ 64
Tabel VI. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus jantan ........ 67
Tabel VII. Purata berat badan ± SEM tikus jantan akibat pemberian
infusa daun sirsak .............................................................. 76
Tabel VIII. Purata berat badan ± SEM tikus betina akibat pemberian
infusa daun sirsak .............................................................. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Struktur ginjal ................................................................... 15
Gambar 2. Struktur nefron .................................................................. 16
Gambar 3. Struktur glomerulus dan kapiler glomerular ....................... 17
Gambar 4. Korpuskular ginjal secara mikroskopik .............................. 18
Gambar 5. Mikrograf elektron pembesaran lemah glomerulus ginjal .. 19
Gambar 6. Tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus
distal secara mikroskopik .................................................. 20
Gambar 7. Duktus koligens secara mikroskopik ................................. 20
Gambar 8. Fungsi utama pada bagian-bagian nefron ........................... 22
Gambar 9. Mekanisme pembentukan urin melalui proses filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi ....................................................... 26
Gambar 10. Gambaran mikroskopik ginjal normal................................ 30
Gambar 11. Mekanisme cedera tubulointerstisium kronik pada
glomerulonefritis ............................................................... 33
Gambar 12. Gambaran mikroskopik interstitial nephritis kronik ........... 34
Gambar 13. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin dalam darah
tikus jantan ........................................................................ 61
Gambar 14. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin dalam darah
tikus betina ........................................................................ 63
Gambar 15. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kontrol akuades yang
normal atau tidak adanya kerusakan .................................. 65
Gambar 16. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok
perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB dan 301
mg/kgBB yang mengalami perubahan gambaran histologis
secara struktural yaitu infiltrasi limfosit di daerah
interstisium ....................................................................... 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Gambar 17. Fotomikroskopik ginjal tikus betina kelompok perlakuan
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB yang normal atau tidak
adanya kerusakan ............................................................. 68
Gambar 18. Fotomikroskopik ginjal tikus betina kelompok kontrol
akuades yang mengalami perubahan gambaran histologis
secara struktural yaitu infiltrasi limfosit di daerah
interstisium ....................................................................... 68
Gambar 19. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan hasil uji
reversibilitas kelompok perlakuan infusa daun sirsak 301
mg/kgBB yang normal atau tidak adanya kerusakan .......... 73
Gambar 20. Fotomikroskopik ginjal tikus betina hasil uji
reversibilitas kelompok kontrol akuades dan perlakuan
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB yang mengalami
perubahan gambaran histologis secara struktural yaitu
infiltrasi limfosit di daerah interstisium ............................. 73
Gambar 21. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama
pemberian infusa daun sirsak pada hari ke-0 sampai ke-28 77
Gambar 22. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama
pemberian infusa daun sirsak pada hari ke-0 sampai ke-28 77
Gambar 23. Grafik asupan makan tikus jantan selama pemberian
infusa daun sirsak pada hari ke-0 sampai ke-28 ................. 78
Gambar 24. Grafik asupan makan tikus betina selama pemberian
infusa daun sirsak pada hari ke-0 sampai ke-28 ................. 79
Gambar 25. Grafik asupan minum tikus jantan selama pemberian
infusa daun sirsak pada hari ke-0 sampai ke-28 ................. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Gambar 26. Grafik asupan minum tikus betina selama pemberian
infusa daun sirsak pada hari ke-0 sampai ke-28 ................. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Foto tanaman sirsak dan daun sirsak ............................. 88
Lampiran 2. Hasil determinasi tanaman sirsak .................................. 88
Lampiran 3. Foto infusa daun sirsak ................................................. 88
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi ....................................... 89
Lampiran 5. Surat Ethics Committee Approval ................................. 90
Lampiran 6. Perhitungan berat halus serbuk dan rendemen ............... 91
Lampiran 7. Perhitungan kadar air daun sirsak.................................. 91
Lampiran 8. Perhitungan dosis infusa daun sirsak ............................. 91
Lampiran 9. Perhitungan konversi dosis infusa daun sirsak dari
tikus ke manusia ........................................................... 92
Lampiran 10. Analisis statistik kadar kreatinin tikus jantan
sebelum pemberian infusa daun sirsak .......................... 93
Lampiran 11. Data statistik kadar kreatinin tikus betina sebelum
pemberian infusa daun sirsak ........................................ 95
Lampiran 12. Data statistik kadar kreatinin tikus jantan setelah
pemberian infusa daun sirsak ........................................ 98
Lampiran 13. Data statistik kadar kreatinin tikus betina setelah
pemberian infusa daun sirsak ........................................ 100
Lampiran 14. Data statistik Paired T test kreatinin pre dan post
pada tikus jantan ........................................................... 103
Lampiran 15. Data statistik Paired T test kreatinin pre dan post
pada tikus betina ........................................................... 104
Lampiran 16. Analisis statistik berat badan tikus jantan ...................... 105
Lampiran 17. Analisis statistik berat badan tikus betina ...................... 107
Lampiran 18. Data rata-rata asupan makan tikus jantan selama
30 hari .......................................................................... 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Lampiran 19. Data rata-rata asupan makan tikus betina selama
30 hari .......................................................................... 112
Lampiran 20. Data rata-rata asupan minum tikus jantan selama
30 hari .......................................................................... 113
Lampiran 21. Data rata-rata asupan minum tikus betina selama
30 hari .......................................................................... 114
Lampiran 22. Surat pengesahan hasil histologis .................................. 115
Lampiran 23. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus jantan setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
(perbesaran 100 dan 400) .............................................. 117
Lampiran 24. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus betina setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
(perbesaran 100 dan 400) .............................................. 119
Lampiran 25. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus jantan selama
uji reversibilitas (perbesaran 100 dan 400) .................... 120
Lampiran 26. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus betina selama
uji reversibilitas (perbesaran 100 dan 400) .................... 122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
INTISARI
Bukti empiris penggunaan daun sirsak sudah banyak dilaporkan, namun
bukti ilmiah tentang ketoksikan penggunaannya belum banyak dilaporkan khususnya
risiko penggunaan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud
efek toksik infusa daun sirsak terhadap kadar kreatinin dan histologis ginjal secara
subkronis.
Penelitian menggunakan metode eksperimental murni dengan rancangan
penelitian acak lengkap pola searah. Subjek uji berupa tikus putih galur Sprague
Dawley, umur 2-3 bulan, berat badan 150-250 gram. Lima puluh ekor tikus dibagi 5
kelompok (1 kontrol, 4 perlakuan), setiap kelompok terdiri 5 jantan dan 5 betina.
Dosis infusa daun sirsak yaitu 108; 180; 301; 503 mg/kgBB dan kontrol aquadest
8333 mg/kgBB, selama 30 hari. Dilakukan pemeriksaan kreatinin (hari ke-0 dan 31),
histologis ginjal (hari ke-31), uji reversibilitas selama 14 hari, serta pengamatan berat
badan, asupan makan dan minum setiap harinya. Analisis menggunakan Anova pola
satu arah dan dilanjutkan uji Scheffe.
Hasil menunjukkan bahwa keempat dosis infusa daun sirsak menghasilkan
nilai berbeda tidak bermakna antara kadar kreatinin sebelum dan sesudah perlakuan,
gambaran ginjal yang relatif normal, dan tidak terjadi kerusakan ginjal selama uji
reversibilitas. Disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak meningkatan
kadar kreatinin darah dan efek toksik pada ginjal, tidak ada hubungan kekerabatan
antara dosis dengan spektrum efek toksik.
Kata kunci: infusa, daun sirsak, kreatinin, ginjal, toksisitas, subkronis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
ABSTRACT
Empirical evidence using soursop leaves are widely reported, but the
scientific facts as the result for its toxicity has not been widely reported particularly
the risk of long-term use. This study is aimed to determine the toxic effects infusa
form of soursop leaf to creatinine levels and renal histology with subchronically.
This study purely using randomized experimental design, complete with its
unidirectional pattern. The test subjects for these studies are strained Sprague Dawley
rats, aged 2-3 months, and 150-250 grams for its weight. Fifty rats were divided into
5 groups (1 control group and 4 treatment groups), each group consisted of 5 male
and 5 female. For the dose infusa of soursop leaves are 108; 180; 301; 503 mg/kg and
distilled water control 8333 mg/kg, for 30 days. The rats examination for its
creatinine (day 0 and 31), renal histology (day 31), reversibility testing around 14
days, and the observations its of body weight, food intake and water for each day.
Analysis using of the one-way Anova and Scheffe test.
The results showed that all four doses infusa soursop leaf yield values do not
differ significantly among creatinine levels before and after treatment, the kidney
picture is relatively normal, and not occur kidney damage during reversibility testing.
It was concluded that the administration infusa soursop leaves no increase of blood
creatinine levels and toxic effects on the kidneys, there is no relationship among these
dose spectrum of toxic effects.
Key words: infusa, soursop leaves, creatinine, kidney, toxicity, subchronic
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
003/Menkes/Per/I/2010 Pasal 1, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
(Menteri Kesehatan RI, 2010).
Atas dasar pengetahuan tradisional masyarakat secara turun-temurun dan
didukung oleh berbagai penelitian tentang khasiat tanaman sirsak, kini pengobat
tradisional di Indonesia bahkan sebagian dokter telah meresepkan tanaman sirsak
untuk mengatasi beberapa penyakit (Mardiana dan Ratnasari, 2011). Bagian dari
tanaman sirsak yang paling sering digunakan sebagai obat tradisional adalah daunnya.
Daun sirsak telah digunakan oleh sebagian masyarakat sebagai obat
tradisional untuk mengobati berbagai penyakit seperti abses, asma, batuk, diabetes,
diuretik, demam, influensa, hipertensi, gangguan pencernaan, infeksi, cacingan,
gangguan hati, malaria, reumatik, kurap, kejang, dan terutama penyakit kanker
(Mardiana dan Ratnasari, 2011).
Penelitian ilmiah daun sirsak yang telah dilaporkan yaitu estrak air daun
sirsak mempunyai potensi ketoksikan akut pada mencit dengan letal dosis tengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
semu lebih dari 5000 mg/kgBB secara oral. Penelitian ini juga menunjukkan
pemberian ekstrak air daun sirsak dosis 100, 1000, dan 2500 mg/kgBB selama 14 hari
pada tikus menyebabkan hipoglikemik pada dosis 1000 mg/kgBB dan hipolipidemik
pada dosis 100 mg/kgBB, sedangkan pada dosis 2500 mg/kgBB dapat menyebabkan
gagal ginjal dan efek toksik pada fungsi rahim (Arthur, Woode, Terlabi, and Larbie,
2011). Penelitian ekstrak air daun sirsak ini belum dilakukan uji reversibilitas.
Penelitian ilmiah lainnya antara lain ekstrak air daun sirsak dosis 50
mg/kgBB dan 400 mg/kgBB memiliki potensi menurunkan bilirubin sehingga efektif
untuk penyakit hiperbilirubinemia atau penyakit kuning (Arthur, Woode, Terlabi, and
Larbie, 2012); ekstrak air daun sirsak juga memberikan efek hipoglikemik dan efek
antioksidan dalam melindung sel β pankreas pada tikus jantan dan betina terinduksi
streptozotocin dengan dosis 75 mg/kgBB (Adewole and Martins, 2006).
Ginjal merupakan organ ekskresi yang sangat penting dan vital. Ginjal
melakukan fungsi vital sebagai pengatur komposisi dan volume kimia darah dengan
mengekskresikan solut dan air secara selektif yang dikontrol oleh filtrasi glomerulus,
reabsorpsi, dan sekresi tubulus (Price and Wilson, 1985). Sebagai bagian dari sistem
urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran dari darah dan membuangnya bersama
dengan air dalam bentuk urin.
Sebagian besar produk sisa buangan yang dikeluarkan melalui urin
diantaranya kreatinin. Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin
otot dan kreatin fosfat (protein), disintese dalam hati, ditemukan dalam otot rangka
dan darah, yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
diekskresikan dalam urine (Lu, 1995). Kreatinin adalah suatu metabolit kreatin dan
diekskresi seluruhnya dalam urin melalui filtrasi glomerulus. Meningkatnya kadar
kreatinin dalam darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Lu, 1995).
Daun sirsak memiliki khasiat sebagai antikanker yang pada umumnya
digunakan masyarakat dalam jangka panjang yaitu secara rutin selama 1 bulan hingga
hitungan tahun. Bukti empiris tentang penggunaan daun sirsak sudah banyak
dilaporkan, namun bukti ilmiah tentang ketoksikan penggunaannya belum banyak
dilaporkan khususnya risiko penggunaan pada jangka panjang. Sejauh ini pula belum
ditemukan adanya penelitian mengenai toksilogi dari daun sirsak yang secara khusus
bersifat khas memberikan efek terhadap ginjal, melainkan memberikan efek dalam
spektrum yang luas.
Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh daun sirsak
terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal pada tikus sebagai hewan uji
secara subkronis selama 30 hari dan dilakukan uji reversibilitas pada hari ke-15
setelah 30 hari pemberian infusa daun sirsak. Penelitian uji subkronis yang akan
dilakukan ini merupakan penelitian payung, namun dalam hal ini akan difokuskan
pada kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal tikus.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, timbul
beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
a. seberapa besar spektrum efek toksik sediaan uji terhadap kadar kreatinin
dalam darah dan organ ginjal yang dilihat dari histologis ginjal?
b. apakah terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak
dengan efek toksisitas subkronis pada kadar kreatinin dan organ ginjal?
c. apakah terjadi keterbalikan (reversibilitas) spektrum efek toksik?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang telah dipublikasikan adalah sebagai berikut:
1. Toksisitas Akut dan Subkronis Estrak Air Annona muricata Linn. terhadap
Hewan (Arthur, et al., 2011).
Ekstrak air daun sirsak mempunyai potensi ketoksikan akut pada mencit
dengan LD50 diperkirakan lebih dari 5000 mg/kgBB (oral). Uji toksisitas
subkronis selama 14 hari pada tikus menyebabkan hipoglikemik pada dosis
1000 mg/kgBB dan hipolipidemik pada dosis 100 mg/kgBB, sedangkan pada
dosis 2500 mg/kgBB dapat menyebabkan gagal ginjal dan efek toksik pada
fungsi rahim.
2. Perubahan Morfologi dan Efek Hipoglikemik dari Ekstrak Daun Annona
muricata Linn. (Annonaceae) pada sel β pankreas dari Induksi
Streptozotocin-Tikus Diabetes (Adewole and Martins, 2006).
Ekstrak air A. Muricata memberikan efek hipoglikemik dan efek antioksidan
dalam melindung sel β pankreas, sehingga disimpulkan bahwa daun sirsak
efektif untuk pengobatan penyakit diabetes melitus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
3. Perlindungan Efek Ekstrak Air Daun Annona muricata Linn. (Annonaceae)
pada Profil Lipid Serum dan Stres oksidatif dalam Hepatosit dari Pengobatan
Streptozotocin Tikus Diabetes (Adewole and Ojowole, 2009).
Pengobatan streptozotocin (STZ) berhubungan dengan stres oksidatif pada
jaringan hati dan penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak air daun Annona
muricata memiliki aktivitas antioksidan yang mampu menghambat dan/atau
mencegah kerusakan oksidatif hati yang dihasilkan dari pengobatan STZ.
4. Antikanker Payudara dari Pengaruh Ekstrak Daun Annona muricata pada Sel
T47D (Rachmani, Suhesti, Widiastuti, and Aditiyono, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari daun sirsak
memiliki aktivitas sitotoksik dengan nilai IC50 yaitu 17,149 mg/mL. Hasil
dari empat fraksi yang diperoleh dengan cara fraksinasi di mana fraksi F3
adalah fraksi yang memiliki aktivitas sitotoksik terbaik dengan nilai IC50
30,112 mg/mL. Hasil uji apoptosis menunjukkan bahwa fraksi F3 mampu
menginduksi apoptosis sel.
5. Sirsak (Annona muricata L.): Hematologi Darah dan Biokimia Serum pada
Tikus Sprague Dawley (Syahida, Maskat, Suri, Mamot, and Hadijah, 2012).
Uji in vivo yang dilakukan selama 28 hari pada dosis bertingkat
menunjukkan hasil bahwa ekstrak daging buah Annona muricata L. tidak
menimbulkan efek negatif terhadap hematologi darah meskipun tercatat
adanya peningkatan signifikan secara statistik (p < 0,05) pada tingkat
platelet. Hasil dari uji biokimia serum menunjukkan bahwa ekstrak ini tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
menimbulkan gagal hati dan ginjal. Total antioxidant status (TAS)
meningkat secara signifikan sebagai dosis meningkat. Namun peningkatan
itu masih dalam batas normal.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini menguji ekstrak daging
buah sirsak, sedangkan penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan
bahan uji berupa infusa daun sirsak.
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka yang telah dilakukan, penelitian uji
toksisitas infusa daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar kreatinin dan
gambaran histologis ginjal pada tikus secara subkronis selama 30 hari belum
pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu kefarmasian, ilmu kedokteran, dan pengetahuan tentang
obat-obat tradisional, khususnya daun tanaman sirsak.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang wujud efek toksik subkronis pada kadar kreatinin
dan gambaran histologis ginjal akibat pemberian infusa daun sirsak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud efek toksik subkronis
terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal akibat pemakaian infusa
daun sirsak.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini ialah untuk:
a. mengungkapkan spektrum efek toksik sediaan uji terhadap kadar kreatinin
dalam darah dan organ ginjal yang dinilai dari histologis ginjal.
b. mengungkapkan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.
mengevaluasi keterbalikan (reversibilitas) spektrum efek toksik yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Obat Tradisional
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada pengalaman dan
ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya (Oktora, 2006).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
003/Menkes/Per/I/2010 Pasal 1, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
(Menteri Kesehatan RI, 2010).
WHO merekomendasi penggunaan obat tradisional dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit
kronis, penyakit degeneratif dan kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam
peningkatan keamanan, khasiat, dan kualitas dari obat tradisional (WHO, 2008).
Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman dari pada
penggunaan obat modern. Hal ini disebabkan karena obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit dari pada obat modern. Efek samping obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat antara lain kebenaran bahan,
ketepatan dosis, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan
telaah informasi, tanpa penyalahgunaan, dan ketepatan pemilihan obat untuk indikasi
tertentu (Oktora, 2006).
B. Tanaman Sirsak
1. Sistematika
Sistematika dari tanaman sirsak menurut Tjitrosoepomo (1989) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Anak kelas : Dialypetalae
Ordo : Polycarpicae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
2. Habitat
Sirsak dapat tumbuh pada semua jenis tanah dengan derajat keasaman (pH)
antara 5-7. Jadi, tanah yang sesuai adalah tanah yang agak asam sampai agak
alkalis. Di Indonesia tanaman sirsak menyebar dan tumbuh baik mulai dari daratan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
rendah beriklim kering sampai daerah basah dengan ketinggian 1000 m dari
permukaan laut. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman sirsak adalah 22-320C.
Curah hujan yang dibutuhkan tanaman sirsak antara 1500-3000 mm/tahun
(Sunarjono, 2005).
3. Morfologi daun sirsak
Dilihat secara makroskopik, daun sirsak termasuk daun tunggal dan berwarna
kehijauan sampai hijau kecoklatan. Helaian daun seperti kulit, berbentuk bundar
panjang, lanset atau bundar telur terbalik. Helaian daun mempunyai panjang 6 cm
sampai 18 cm dan lebar 2 cm sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek,
pangkal daun runcing, dan tepi rata. Panjang tangkai daun yaitu lebih kurang 0,7
cm. Permukaan licin agak mengkilat, tulang daun menyirip dan ibu tulang daun
menonjol pada permukaan bawah. Daun berbau agak keras dan rasa agak kelat
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 d).
4. Kandungan kimia
Daun sirsak mengandung saponin, tanin terkondensasi, glikosida dan
flavonoid, serta mengandung adanya zat kelompok acetogenins (Arthur, et al.,
2011). Acetogenins dari Annona merupakan kelas penting dari produk alami yang
memiliki berbagai macam sifat biologis seperti sitotoksik, antitumoral, antiparasit,
insektisida, dan aktivitas imunosupresif (Gleye, Laurens, Hocquemiller, Figadere,
and Cave, 1996).
Acetogenin bekerja menghambat mitochondrial complex I pada rantai
transpot elektron sehingga mengendalikan mitokondria sel yang overacting, bila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mitokondria normal maka pertumbuhan sel kanker dapat terkendali. Mekanisme
kerjanya acetogenin masuk ke dalam sel kanker dan menempel pada inner
membrane of mitochondria, lalu merusak produksi ATP di dalam mitokondria.
Akibat kekurangan ATP sebagai sumber energi, akhirnya sel kanker menjadi
lemah dan mati (Villo, 2008). Salah satu senyawa acetogenin dari daun sirsak
adalah annonacin, di mana senyawa tersebut mampu menyebabkan neurotoksisitas
(Potts, Luzzio, Smith, Hetman, Champy, and Litfan, 2011).
Menurut penelitian analisis fitokimia oleh Prachi (2010), ekstrak air daun
sirsak mengandung metabolit sekunder seperti karbohidrat, steroid, tanin, dan
glikosida kardiak. Daun sirsak juga mengandung alkaloid dan minyak atisiri
(Winarni, 2002).
5. Khasiat dan kegunaan
Daun sirsak secara tradisional dapat dimanfaatkan untuk mengobati abses,
arthritis, asthenia, asma, bronkitis, kolik, batuk, diabetes, diuretik, disentri,
demam, gangguan empedu, influensa, jantung, hipertensi, gangguan pencernaan,
infeksi, cacingan, gangguan hati, malaria, reumatik, kurap, kejang, tumor, dan
borok. Pada tahun 1976, The National Cancer Institute meneliti khasiat sirsak
sebagai antitumor dan antikanker. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
daun sirsak mampu menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker (Mardiana dan
Ratnasari, 2011).
Penelitian yang dilakukan Zeng, Wu, Oberlies, McLaughlin, dan
Sastrodihadjo (1996), menyatakan bahwa cis-annonacin, salah satu senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
acetogenins dalam daun sirsak bersifat selektif mematikan sel-sel kanker usus
besar dan memiliki kekuatan 10.000 kali lebih besar dibandingkan dengan
adriamycin (obat kemoterapi). Hasil penelitian Wu, Gu, Zeng, Zhao, Zhang, dan
McLaughlin (1995) menunjukkan senyawa annonaceous acetogenins selektif
sebagai agen sitotoksik terhadap sel tumor paru-paru pada manusia.
Menurut hasil penelitian di Brazil pada tahun 2010 menyebutkan bahwa
ekstrak etanol daun sirsak memiliki aktivitas anti-inflamasi pada hewan percobaan
(Zuhud, 2011). Selain itu, menurut Hasrat, Bruyne, De Backer, Vauquelin, dan
Vlietinck (1997), terdapat efek antidepresi pada daun sirsak disebabkan oleh 3
senyawa alkaloid yang berupa annonaine, nornuciferine dan asimilobine yang
diujikan kepada tikus. Alkaloid tersebut mampu menghambat pengambilan
serotonin di otak. Ekstrak air daun sirsak juga memiliki potensi menurunkan
bilirubin sehingga efektif untuk penyakit hiperbilirubinemia atau penyakit kuning
(Arthur, et al, 2012).
C. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimiawi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
murni. Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa bahan utuh bagian hewan atau
zat-zat yang berguna, yang dihasilkan oleh hewan atau zat-zat berguna yang
dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan (mineral)
ialah simplisia yang berupa bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah
diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 c).
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau
cemaran atau mikroba dengan pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai,
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 c).
D. Infusa
Salah satu metode penyarian adalah infusa. Bahan yang digunakan dalam
infusa berasal dari bahan yang lunak (simplisia daun dan bunga) (Suranto, 2004).
Pembuatan sediaan dalam bentuk infusa merupakan cara yang sederhana dan mudah
dilakukan serta untuk menyari kandungan zat aktif yang larut dalam air. Infusa adalah
sediaan yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu
900C selama 15 menit (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986
a).
Pembuatan infusa dilakukan dengan cara simplisia yang telah dihaluskan
sesuai derajat kehalusan yang telah ditetapkan dimasukkan dalam air secukupnya.
Kemudian dipanaskan di atas penangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
mencapai 900C sambil berkali-kali diaduk, diserkai selagi panas melalui kain flanel,
menambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume infusa
yang dikehendaki. Jika infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri harus
diserkai setelah dingin (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986
a). Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar
oleh kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan
lebih dari 24 jam (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986 a).
E. Ginjal
Ginjal adalah sepasang organ bersimpai yang terletak di area
retroperitoneum (McPhee and Ganong, 2010). Secara lebih rinci, struktur anatomi
dan fungsi fisiologi dari ginjal dijelaskan sebagai berikut:
1. Struktur anatomi ginjal
Ginjal berbentuk menyerupai kacang. Ginjal kanan dikelilingi oleh hati,
kolon, dan duodenum sehingga letaknya lebih rendah dari yang kiri. Sedangkan
ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejenum, dan kolon. Ginjal
dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut kapsula ginjal dan
di luar terdapat jaringan lemak perirenal (Setiadi, 2007).
Ginjal manusia dewasa memiliki berat sekitar 150 g. Secara histologis ginjal
terdiri dari unsur utama yaitu glomerulus, tubulus dan interstitium, dan pembuluh
darah (Kumar, Abbas, and Fausto, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Gambar 1. Struktur ginjal
(Huether and McCance, 2008)
Secara anatomis (gambar 1), ginjal terdiri dari korteks dan medula. Di dalam
korteks terdapat berjuta nefron sedangkan di dalam medula banyak terdapat duktus
ginjal (Setiadi, 2007). Medula terdiri dari banyak piramid ginjal yang apeksnya
disebut papillae, dan masing-masing berhubungan dengan sebuah calyx. Korteks
memiliki ketebalan 1,2 sampai 1,5 cm. Jaringan korteks meluas ke ruang di antara
piramid yang berdekatan sebagai kolumna renalis bertin (Kumar, et al., 2010).
Satuan anatomis fungsi ginjal adalah nefron, suatu struktur yang terdiri atas
berkas kapiler yang dinamai glomerulus (tempat darah yang disaring) dan tubulus
ginjal (tempat air dan garam dalam filtrat diserap kembali) (McPhee and Ganong,
2010). Nefron merupakan satuan fungsional ginjal, dimana ginjal mengandung
kira-kira 1,3 juta nefron dan tiap nefron dapat membentuk urin sendiri. Selama 24
jam dapat menyaring 170 liter darah (Setiadi, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 2. Struktur nefron
(McPhee, Lingappa, Ganong, dan Lange, 1995)
Setiap nefron terdiri dari Bowman’s capsule, yang mengitari rumbai kapiler
glomerulus, proximal tubule, loop of Henle, dan distal tubule, yang kemudian
mengosongkan diri ke collecting duct (gambar 2) (Price and Wilson, 1985).
Bagian dari nefron tersebut, akan dijelaskan masing-masing yaitu sebagai berikut:
a. Korpuskular ginjal. Korpuskular ginjal terdiri dari kapsula Bowman dan rumbai
kapiler glomerulus (Price and Wilson, 1985). Glomerulus adalah masa kapiler
yang berbentuk bola yang terdapat sepanjang arteriol. Fungsinya untuk filtrasi
air dan zat terlarut dalam darah (Lesson, 1996). Sedangkan kapsula bowman
merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh epitel yang menyelubungi
glomerulus untuk mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh glomerulus
(Lesson, 1996; Sherwood, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Gambar 3. Struktur glomerulus dan kapiler glomerular
(Huether and McCance, 2008)
Glomerulus terdiri atas arteriol aferen dan eferen serta dibungkus oleh
suatu epitel yang membentuk suatu lapisan yang berhubungan dengan lapisan
yang membentuk simpai Bowman dan tubulus ginjal (McPhee and Ganong,
2010). Aparatus jukstaglomerulus terletak dekat glomerulus di tempat
masuknya arteriol aferen. Aparatus jukstaglomerulus merupakan tempat utama
produksi renin di ginjal (Kumar, et al., 2010).
Terdapat dua lapisan epitel yang membungkus glomerulus yaitu sel
lapisan epitel parietal dan viseral (McPhee and Ganong, 2010). Epitel viseral
(podocytes) bergabung ke dalam dan menjadi bagian intrinsik dinding kapiler,
yang dipisahkan dari dinding endotel oleh sebuah membran basal (basement
membrane), dan secara struktural merupakan kompleks sel yang memiliki
tonjolan-tonjolan menyerupai jari kaki (foot processes) (Kumar, et al., 2010).
Membran basal ini terletak di antara sel epitel dan kapiler. Sedangkan epitel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
parietal terletak pada kapsul Bowman, bentuknya gepeng, dan membentuk
bagian terluar dari kapsula (Price and Wilson, 1985).
Sel-sel endotel membentuk bagian terdalam dari rumbai kapiler. Sel-sel
endotel, membran basal, dan sel epitel viseral merupakan tiga lapisan yang
membentuk membran filtrasi glomerulus. Fungsi dari membran filtrasi
glomerulus adalah ultrafiltrasi darah (Price and Wilson, 1985).
Sel-sel mesangial adalah sel-sel endotel yang membentuk suatu jalinan
kontinu antara lengkung-lengkung kapiler glomerulus dan berfungsi sebagai
jalinan penyokong (Price and Wilson, 1985). Ruang antara kapiler-kapiler di
glomerulus disebut mesangium (McPhee and Ganong, 2010).
Dinding kapiler glomerulus adalah membran penyaring dan terdiri dari
struktur-struktur yang secara mikroskopik dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Korpuskular ginjal secara mikroskopik
(SIU School of Medicine, 2005)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 5. Mikrograf elektron pembesaran lemah glomerulus ginjal. CL, lumen
kapiler; MES, mesangium; END, endotel; EP, sel epitel viseral dengan foot
processes (tonjolan kaki) (Kumar, et al., 2010)
b. Tubulus kontortus proksimal. Cairan yang difiltrasi akan mengalir ke tubulus
kontortus proksimal. Letak tubulus ini di dalam korteks ginjal, panjangnya 14
mm dengan diameter 50-60 nm (gambar 6). Bentuknya berkelok-kelok dan
berakhir sebagai saluran yang lurus yang berjalan kearah medula, yaitu ansa
henle (Lesson, 1996).
c. Ansa henle. Ansa henle merupakan nefron pendek yang memiliki segmen yang
tipis yang membentuk lengkung tajam berbentuk huruf U. Bagian pars
desendens dari ansa henle terbentang dari korteks ke bagian medula, sedangkan
pars asendens berjalan kembali dari medula ke arah korteks ginjal (Lesson,
1996).
d. Tubulus distal. Setelah melewati ansa henle, maka akan berlanjut ke bagian
nefron tubulus distal. Pada gambar 6, tubulus kontortus distal lebih pendek dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
tubulus proksimal. Bagian tubulus distal ini berkelok-kelok di bagian korteks
dan berakhir di duktus koligens (Lesson, 1996; Sherwood, 2006).
Gambar 6. Tubulus kontortus proksimal (p) dan tubulus kontortus distal (d) secara
mikroskopik
(SIU School of Medicine, 2005)
e. Duktus koligens. Duktus koligens merupakan saluran pengumpul yang akan
menerima cairan dan zat terlarut dari tubulus distal (gambar 7). Duktus koligens
berjalan dari dalam berkas medula menuju ke medula. Setiap duktus pengumpul
yang berjalan ke arah medula akan mengosongkan urin yang telah terbentuk ke
dalam pelvis ginjal (Sherwood, 2006).
Gambar 7. Duktus koligens (cd) secara mikroskopik
(SIU School of Medicine, 2005)
Di korteks normal, rongga interstisium tersusun rapat, ditempati oleh kapiler
peritubulus berpori dan sejumlah kecil sel mirip fibroblas (Kumar, et al., 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Ginjal kaya akan pembuluh darah, dan meskipun kedua ginjal hanya
membentuk 0,5% dari berat tubuh total, tetapi keduanya menerima sekitar 25%
curah jantung. Korteks adalah bagian ginjal yang paling kaya pembuluh darah,
menerima 90% dari total aliran darah ginjal. Arteri renalis bercabang menjadi
bagian anterior dan posterior di hilum (Kumar, et al., 2010). Pembuluh darah
utama pada ginjal adalah sebagai berikut:
a. Renal arteries. Terletak sebagai cabang kelima dari aorta abdominal, membagi
menjadi cabang-cabang anterior dan posterior pada hilus ginjal, dan kemudian
membagi lagi menjadi arteri lobus.
b. Interlobar arteries. Pembuluh ini mengalirkan darah ke ginjal dari arteri aferen
glomerular.
c. Arcuate arteries. Cabang arteri interlobar yang terletak di cortical medullary
junctions.
d. Glomerular capillaries. Berfungsi membawa darah menuju peritubular
capillaries.
e. Peritubular capillaries. Berfungsi untuk mengelilingi atau membelit tubulus
proksimal, tubulus distal, dan lengkung Henle.
f. Vasa recta. Jaringan kapiler yang membentuk loop dan mengikuti lengkung
Henle, dan berfungsi menyuplai darah menuju medula.
g. Renal veins. Mengikuti jalan arteri dan memiliki nama yang sama dengan arteri,
dan akhirnya membuang darah ke inferior vena cava (Huether and McCance,
2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Fisiologi ginjal
Ginjal melakukan fungsi vital sebagai tempat ekskresi zat yang tidak
terpakai serta pengatur komposisi dan volume kimia darah dengan
mensekskresikan solut dan air secara selektif yang dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorpsi, dan sekresi tubulus (Price and Wilson, 1985). Kemampuan
ginjal untuk mengatur komposisi cairan ekstraseluler merupakan fungsi per satuan
waktu yang diatur oleh epitel tubulus (Silbernagyl and Lang, 2007).
Gambar 8. Fungsi utama pada bagian-bagian nefron
(Huether and McCance, 2008)
Untuk zat yang tidak disekresi oleh tubulus, pengaturan volumenya
berhubungan dengan laju filtrasi glomerulus (LFG). Seluruh zat yang larut dalam
filtrasi glomerulus dapat direabsorpsi atau disekresi oleh tubulus (Silbernagyl and
Lang, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Pada gambar 8 menjelaskan fungsi-fungsi utama pada setiap bagian nefron
secara sistematis, untuk penjelasan secara rinci mengenai fungsi fisiologi ginjal
adalah sebagai berikut:
a. Filtrasi glomerulus. Cairan yang difiltrasikan melalui glomerulus ke dalam
kapsula Bowman disebut filtrat glomerulus. Sel-sel endotel, membran basal,
dan lapisan epitel viseral merupakan tiga lapisan yang membentuk membran
filtrasi glomerulus. Pada filtrat harus melewati membran tersebut sehingga baru
dapat dialirkan ke kapsula Bowman (Setiadi, 2007).
Komposisi cairan filtrat glomerulus mempunyai komposisi yang hampir
sama dengan cairan yang terserap masuk dari ujung arteri kedalam cairan
interstisium. Tidak mengandung eritrosit dan hanya mengandung 0,03% protein
di dalam plasma. Elektrolit dan komposisi solut lain dari filtrat glomerulus juga
ditemukan pada cairan interstisium (Setiadi, 2007).
Jumlah filtrat glomerulus yang dibentuk setiap menit dalam semua nefron
kedua ginjal disebut laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration
Rate). GFR ditentukan oleh tiga faktor yaitu keseimbangan tekanan-tekanan
yang bekerja pada dinding kapiler (tekanan hidrostatik kapiler glomeruli dan
tekanan onkotik kapsul Bowman mendorong terjadinya filtrasi sedangkan
tekanan onkotik kapiler glomeruli dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman
menghambatnya), kecepatan aliran darah ke ginjal (renal blood flow = RBF)
atau kecepatan aliran plasma melalui glomeruli (glomerular plasma flow =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
GPF) dan permeabilitas serta luas permukaan kapiler yang berfungsi
(Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010).
Penentuan nilai GFR dapat dihitung dengan menggunakan rumus. Rumus
Cockcroft dan Gault merupakan rumus umum yang biasa digunakan dengan
mempertimbangkan umur, berat badan, dan nilai kreatinin plasma (Pcr)
(Huether and McCance, 2008).
GFR (mL/min) = 140−𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
𝑃𝑐𝑟 𝑥 72 x 0,85 (wanita)
Selain itu, The National Kidney Foundation merekomendasikan
perhitungan GFR dengan rumus Modification of Diet in Renal Disease
(MDRD) yaitu:
GFR (mL/min) = 186 x Pcr-1,154
x umur-0,203
x (0,742 pada wanita; 1,210
pada pria) (Huether and McCance, 2008).
Pada keadaan normal, banyaknya GFR sekitar 120 mL/menit. Urin dalam
bentuk awal tersebut merupakan ultrafiltrat plasma kecuali sejumlah kecil
protein yang dapat diabaikan dan yang kemudian akan direabsorpsi di tubuli
(Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010).
b. Transport tubular. Di tubuli proksimal terjadi reabsorpsi 2/3 dari ultrafiltrat
glomeruli secara isoosmotik. Akibat susunan anatomik nefron yang amat
khusus maka di glomeruli tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan
onkotik sedangkan pada kapiler peritubular di tubulus proksimal sebaliknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
yaitu tekanan hidrostatik lebih kecil daripada tekanan onkotik (Laboratorium
Amerind Bio-Clinic, 2010).
Selain air dan Na+, direabsorpsi juga sebagian besar HCO3
- (bikarbonat),
asam amino dan glukosa. Sebaliknya kadar Cl- di dalam tubulus meningkat.
Pada bagian menurun ansa Henle terjadi pengeluaran air secara pasif sehingga
urin menjadi hipertonik. Pada bagian naik ansa Henle tidak permeabel untuk air
sedangkan NaCl keluar. Urin yang sampai ke tubulus distal bersifat
hipoosmotik, terjadi reabsorpsi Na+ secara aktif. Aldosteron berperan menahan
natrium serta air dan sebaliknya melepaskan kalium. Hormon antidiuretik
(ADH) berperan mereabsorpsi air pada bagian akhir tubulus distal dan saluran
pengumpul (collecting duct) sehingga urin yang hipotonik dapat menjadi
hipertonik (lihat Gambar 9) (Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010).
Selain ADH, ada juga hormon aldosteron yang berperan dalam membantu
merangsang reabsorpsi natrium dalam tubulus distal dan duktus koligen. ADH
bersama dengan aldosteron bergungsi untuk mengendalikan tekanan darah.
Pada ginjal, dikenal sistem renin-angiotensin. Pengeluaran renin dari ginjal
akan mengakibatkan perubahan angiotensinogen (suatu glikoprotein yang
dibuat dalam hati) menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian dirubah
menjadi angiotensin II oleh converting enzyme yang ditemukan di dalam
kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan
menyebabkan vasokonstriksi arteriol perifer dan merangsang sekresi
aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang reabsorpsi natrium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dalam tubulus distal dan duktus koligen. Peningkatan reabsorpsi natrium akan
mengakibatkan peningkatan reabsorpsi air dan dengan demikian volume plasma
meningkat. Peningkatan volume plasma ini ikut berperan dalam peningkatan
tekanan darah yang seterusnya akan mengurangi iskemia ginjal (Price and
Wilson, 1985).
Gambar 9. Mekanisme pembentukan urin melalui proses filtrasi, reabsorpsi, dan
sekresi
(Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010)
Urin yang dikeluarkan mengandung air dengan ureum, kreatinin, fosfat
dan sulfat hasil proses katabolisme. Juga terdapat asam urat, K+, dan H
+ hasil
penukaran dengan Na+ atas pengaruh aldosteron di tubulus distal. Protein dalam
keadaan normal diekskresi dalam jumlah sedikit. Glukosa yang difiltrasi akan
direabsorpsi di tubulus proksimal, tetapi dengan makin tinggi kadarnya dalam
filtrat glomeruli maka makin banyak pula glukosa yang dikeluarkan bersama
urin. Terdapat pula eritrosit, leukosit, dan kristal metabolit serta sel-sel epitel
(Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
F. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin
fosfat (protein), yang disintesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka dan darah,
dan diekskresikan dalam urine. Meningkatnya kadar kreatinin dalam darah
merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Lu, 1995).
1. Metabolisme kreatinin
Kreatinin berasal dari pemecahan kreatinifosfat otot. Kreatinin adalah
produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatin sebagian besar ditemukan di otot
rangka, tempat zat ini terlibat dalam penyimpanan energi sebagai kreatin fosfat.
Dalam sintesis ATP dari ADP, kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan
katalasi enzim kreatin kinase. Reaksi ini berlanjut seiring dengan pemakaian
energi sehingga dihasilkan kreatin fosfat. Dalam prosesnya, sejumlah kecil
kreatin diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang dikeluarkan dari
sirkulasi oleh ginjal. Jumlah kreatinin yang dihasilkan setara dengan massa otot
rangka yang dimiikinya (Sacher and Richard, 2004).
2. Fakor yang mempengaruhi kadar kreatinin darah
Kreatinin umumnya dianggap tidak dipengaruhi oleh asupan protein namun
sebenarnya ada pengaruh diet terutama protein tetapi tidak sebesar pengaruhnya
terhadap kadar ureum. Kreatinin terutama dipengaruhi oleh massa otot. Karena
itu kadar kreatinin darah lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan,
meningkatnya pada atlit dengan massa otot banyak, dan juga pada kelainan
pemecahan otot (rhabdomiolisis). Sebaliknya kadar kreatinin menurun pada usia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
(orang usia lanjut) yang massa ototnya berkurang (Laboratorium Amerind Bio-
Clinic, 2010).
3. Metode pemeriksaan kreatinin
Macam pemeriksaan kreatinin darah adalah:
a. Jaffe Reaction. Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis
dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Alat yang
digunakan photometer.
b. Kinetik. Dasar metodenya relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan
sekali pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer.
c. Enzimatik. Dasar metode ini adalah dengan adanya substrat dalam sampel
bereaksi dengan enzim membentuk senyawa enzim substrat dengan
menggunakan alat photometer.
Meskipun sejumlah kecil disekresi, tes kliren kreatinin merupakan suatu tes
untuk memperkirakan GFR dalam klinik. Untuk melakukan tes kliren kreatinin,
cukup mengumpulkan contoh urin atau darah selama 24 jam (Price and Wilson,
1985).
Dalam keadaan normal, produksi kreatinin secara kasar sama dengan
ekskresi kreatinin, sehingga kadar kreatinin serum konstan. Pada seorang penderita
dengan filtrasi glomerulus yang menurun, kreatinin serum akan terakumulasi sesuai
dengan derajat hilangnya filtrasi glomerulus pada ginjal. Konsentrasi kreatinin serum
sering digunakan untuk menentukan klirens kreatinin, yang merupakan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
pemantauan fungsi ginjal yang cepat dan sesuai. Secara farmakokinetik, klirens
kreatinin dapat ditakrifkan sebagai laju ekskresi kreatinin melalui urin atau kreatinin
serum. Klirens kreatinin secara klinik dinyatakan dalam mL/menit dan konsentrasi
kreatinin serum dalam mg% (Shargel and Yu, 1988). Persamaan berikut digunakan
untuk menghitung klirens kreatinin dalam mL/menit:
CLcr = (Ucr × V) / (Scr × t)
Di mana Ucr = urine creatinine concentration, V = urine volume, Scr = serum
creatinine concentration, dan t = duration of the urine collection (Dipiro, Yee,
Matzke, Wells, and Posey, 2008).
Menurut Huether dan McCance (2008), nilai normal dari plasma creatinine
concentration adalah 0,7-1,2 mg/dL. Konsentrasi kreatinin plasma ini akan memiliki
nilai yang stabil ketika nilai GFR juga stabil, karena laju produksi kreatinin sama
besar dengan hasil metabolisme otot. Nilai normal kreatinin dalam darah pada tes
fungsi ginjal yang normal pada manusia adalah sebesar 0,6-1,5 mg/dL (laki-laki) dan
0,6-1,1 mg/dL (perempuan). Sedangkan nilai rata-rata kadar kreatinin normal pada
tikus strain Sprague-Dawley adalah 0,860 mg/dL (jantan) dan 0,713 mg/dL (betina)
(Derelanko and Hollinger, 2002).
G. Kerusakan Ginjal
Fungsi utama dari ginjal adalah organ eliminasi penting bagi tubuh.
Meskipun terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kerentanan ginjal terhadap
efek toksik, tetapi tingginya aliran curah jantung dan peningkatan konsentrasi produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
ekskresi karena adanya reabsorpsi air dari cairan tubuler merupakan faktor terpenting.
Akibatnya, beberapa obat atau zat kimia yang beredar dalam sirkulasi sistemik akan
dibawa ke ginjal dalam kadar yang cukup tinggi. Sebagai akibatnya akan terjadi
proses perubahan struktur dari ginjal itu sendiri, terutama di tubulus ginjal karena
disinilah terjadi proses reabsorpsi dan eksresi dari zat- zat toksik tersebut
(Manggarwati, 2010).
Gambaran kondisi ginjal normal dapat dilihat secara mikroskopik (gambar
10).
Gambar 10. Gambaran mikroskopik ginjal normal (diwarnai dengan haematoxylin dan eosin).
(A) Korteks ginjal, 1: renal corpuscle; 2: proximal convoluted tubules; 3: distal
convoluted tubules; 4: Bowman's capsulae space. (B) Medula ginjal, 1: thick
ascending limb of the loop of Henle; 2: interstitial connective tissue
(Gunin, 2000)
Penyakit ginjal sangat kompleks sama seperti strukturnya, tetapi untuk
memahaminya bisa dipermudah dengan membagi penyakit ginjal berdasarkan empat
komponen morfologik dasar ginjal yaitu glomerulus, pembuluh darah, tubulus, dan
interstisium. Sebagian besar penyakit glomerulus disebabkan oleh proses imunologik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
sedangkan penyakit pada tubulus dan interstisium sering disebabkan oleh bahan
toksik atau infeksi (Kumar, et al., 2010).
1. Penyakit yang mengenai glomerulus
Penyakit glomerulus dapat digolongkan lebih lanjut berdasarkan gambaran
klinis. Sebagian penyakit bermanifestasi sebagai proteinuria berat tetapi tanpa
tanda reaksi peradangan selular (penyakit nefrotik), sementara yang lain
memperlihatkan proteinuria dengan derajat bervariasi yang disertai oleh adanya
sel darah merah dan putih di urin (penyakit nefritik) (McPhee and Ganong,
2010).
Penyakit nefrotik biasanya memperlihatkan pengendapan kompleks imun
tepat di atau di bawah sel epitel, sering dengan perubahan morfologis foot
process. Sedangkan penyakit nefritik memperlihatkan pengendapan kompleks
imun di lokasi subendotel atau di membran basal glomerulus atau mesangium
(McPhee and Ganong, 2010).
2. Penyakit yang mengenai tubulus dan interstisium
Sebagian besar cidera tubulus juga melibatkan interstisium. Interstisium
adalah ruang antar tubulus. Adanya kerusakan dalam tubulus ginjal akibat zat
nefrotoksik dilihat dengan adanya penyempitan tubulus kontortus proksimal,
nekrosis sel epitel tubulus kontortus proksimal, atau adanya hyaline cast di
tubulus distal (Manggarwati, 2010).
Salah satu penyakit yang mengenai tubulus dan interstisium adalah nefritis
tubulointerstisium (reaksi peradangan di tubulus dan interstisium). Nefritis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tubulointerstisium dapat bersifat akut atau kronis. Nefritis tubulointerstisium akut
memperlihatkan secara histologiss ditandai dengan edema interstisial, sering kali
disertai infiltrasi leukositik di interstisum dan tubulus, dan nekrosis tubulus fokal.
Nekrosis adalah pembengkakan sel yang kemudian mengalami lisis. Sel yang
nekrotik terlihat membesar dan lebih asidofik (merah) daripada sel normal.
Nekrosis melibatkan kematian sekelompok sel dan terlihat adanya respon
peradangan. Pada nefritis tubulointerstisium kronik, terjadi infiltrasi terutama
oleh leukosit menonukleus, fibrosis interstisium, dan atrofi tubulus luas.
Gambaran morfologik yang membedakan bentuk akut dan kronik pada nefritis
tubulointerstisium adalah edema dan (jika ada) eosinofil dan neutrofil pada
bentuk akut, dan fibrosis serta atrofi tubulus pada bentuk kronik (Kumar, et al.,
2010).
Mekanisme utama dalam nefritis tubulointerstitial akut adalah reaksi
hipersensitivitas terhadap obat seperti penisilin, anti-inflammatory drugs
(NSAIDs), dan obat sulfa. Mekanisme lain adalah cedera selular akut yang
disebabkan oleh infeksi, virus atau bakteri, sering dikaitkan dengan obstruksi
atau refluks. Ginjal sangat tahan terhadap kerusakan struktural karena infeksi
bakteri, dan dengan tidak adanya obstruksi, kerusakan dari infeksi bakteri dalam
parenkim ginjal sangat mungkin terjadi (Alper, 2011).
Cedera yang bermanifestasi sebagai kerusakan tubulus dan inflamasi
interstisium, salah satunya disebabkan oleh fibrosis tubulointerstisium. Banyak
faktor yang dapat menyebabkan cedera tubulointerstisium, termasuk iskemia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
segmen-segmen tubulus di sebelah hilir glomerulus sklerotik, dan berkurang dan
hilangnya pasokan darah kapieler peritubulus. Berdasarkan penelitian pada
hewan secara in vitro, proteinuria diduga menyebabkan cedera langsung dan
mengaktifkan sel tubulus. Sebaliknya, sel tubulus aktif akan mengekspresikan
molekul-molekul adhesi dan dan mengeluarkan sitokin proinflamasi, kemokin
dan faktor pertumbuhan yang berperan dalam fibrosis interstisium (Kumar, et al.,
2010).
Gambar 11. Mekanisme cedera tubulointerstisium kronik pada glomerulonefritis. ET-1,
endotelin-1, PAI-1, plasminogen activator inhibitor-1; TIMP-1, tissue
inhibitor of metaloproteinases.
(Kumar, et al., 2010).
Dilihat pada gambar 11, berbagai komponen filtrat kaya protein dan sitokin
yang berasal dari leukosit, menyebabkan aktivasi sel tubular dan sekresi sitokin,
faktor pertumbuhan, dan mediator lainnya. Seluruhnya bersama produk-produk
makrofag, menyebabkan inflamasi interstisium dan fibrosis (Kumara, et al.,
2010).
Nefritis interstitial sama halnya dengan nefritis tubulointerstisium yaitu
peradangan pada daerah interstisium yang disebabkan oleh reaksi alergi obat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya. Dalam nefritis
interstitial akut, kerusakan tubular menyebabkan disfungsi tubular ginjal, dengan
atau tanpa gagal ginjal. Terlepas dari tingkat keparahan kerusakan epitel tubular,
disfungsi ginjal ini umumnya reversibel (Kumara, et al., 2010) (Kumara, et al.,
2010).. Menurut Wulandari (2010), nefritis intersitial ini secara morfologi
ditandai dengan sitoplasma yang keruh, pembengkakan sel-sel tubulus proksimal
sehingga lumennya menyempit bahkan menghilang. Nefritis interstitial
merupakan jejas tubular yang manifestasi awalnya berupa edema tubulus
proksimal dimana sel-sel epitel tubulus proksimal dan intertisium membengkak
dengan sitoplasma yang granuler karena terjadi pergeseran air ekstraseluler ke
intrasel. Pergeseran cairan ini terjadi karena toksin menyebabkan perubahan
muatan listrik permukaan sel epitel tubulus, transport ion aktif dan asam organik,
dan kemampuan mengkonsentrasikan dari ginjal yang akhirnya mengakibatkan
tubulus rusak (Wijaya dan Miranti, 2005).
Gambar 12. Gambaran mikroskopik nefritis interstitial kronik (diwarnai dengan
hematoxylin dan eosin, perbesaran 600x).
(Perazella and Markowitz, 2010)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pada gambar 12 menjelaskan nefritis interstitial kronik di mana tubulus
muncul menyusut dan atrofi (ditunjukkan oleh panah), dan dipisahkan oleh
fibrosis interstisial yang luas (ditunjukkan oleh panah) (Perazella and Markowitz,
2010).
Interstisium korteks yang melebar dikatakan abnormal. Pelebaran ini dapat
disebabkan oleh edema atau infiltrasi oleh sel radang akut, seperti pada penyakit
interstisium akut, atau mungkin juga oleh akumulasi sel radang kronik dan
jaringan fibrosa, serta pada penyakit interstisium kronik. Jumlah proteoglikan di
jaringan interstisium medula meningkat seiring usia dan adanya iskemia (Kumar,
et al., 2010).
3. Penyakit yang mengenai pembuluh darah
Hampir semua penyakit ginjal melibatkan pembuluh darahnya secara
sekunder. Salah satu contoh penyakitnya adalah nefrosklerosis jinak yaitu istilah
yang digunakan untuk patologi ginjal akibat sklerosis arteriol dan arteri kecil
ginjal. Efek yang terjadi adalah iskemia fokal parenkim yang disuplai oleh
pembuluh yang dindingnya menebal dan lumennya menyempit (Kumar, et al.,
2010).
H. Uji Toksisitas Subkronis
Uji ketoksikan subkronis ialah uji ketoksikan sesuatu senyawa yang
diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang dari tiga
bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
serta untuk memperlihatkan apakah spektrum efek toksik itu berkaitan dengan
takaran dosis (Donatus, 2001).
Pengamatan dan pemerikasaan yang dilakukan dari uji ketoksikan subkronis
meliputi:
1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali.
2. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang
diukur paling tidak tujuh hari sekali.
3. Gejala kronis umum yang diamati setiap hari.
4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan akhir uji
coba.
5. Pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji coba.
6. Analisis urin paling tidak sekali.
7. Pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba (Loomis, 1978).
Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang bermanfaat
tentang efek utama senyawa uji dan organ sasaran yang dipengaruhinya. Selain itu
juga dapat diperoleh info tentang perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan
dengan takaran yang tidak teramati pada uji ketoksikan akut. Kekerabatan antar kadar
senyawa pada darah dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan
keterbalikan efek toksik (Donatus, 2001).
Tujuan utama dari uji ini adalah untuk mengungkapkan dosis tertinggi yang
diberikan tanpa memberikan efek merugikan serta untuk mengetahui pengaruh
senyawa kimia terhadap tubuh dalam pemberian berulang. Sasaran uji ini adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
hispatologi organ (organ-organ yang terkena efek toksik), gejala-gejala toksik, wujud
efek toksik (kekacauan biokimia, fungsional, dan struktural) serta sifat efek toksik
(Eatau and Klaassen, 2001).
Jenis wujud toksik digolongkan berdasarkan perubahan biokimia,
fungsional, dan struktural. Jenis wujud efek toksik berdasarkan perubahan biokimia
berkaitan dengan respons dan perubahan atau kekacauan biokimia terhadap luka sel,
akibat antaraksi antara racun dan tempat aksi yang terbalikan. Antaraksi yang
terbalikan yang dimaksud adalah reaksi yang terjadi antara molekul racun dan tempat
aksi yang khas, seperti reseptor-reseptor neurotransmitter, tempat aktif enzim, dan
lain sebagainya. Jenis wujud efek toksik berdasarkan perubahan fungsional berkaitan
dengan antaraksi racun yang terbalikan dengan reseptor atau tempat aktif enzim,
sehingga mempengaruhi fungsi homeostatis tertentu. Sedangkan pada jenis efek
toksik berdasarkan perubahan struktural diantaranya perlemakan (degenarasi
melemak), nekrosis, karsinogenesis, mutagenesis, dan teratogenesis (Donatus, 2001).
Ketoksikan racun dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu meliputi faktor yang
berasal dari racun pangan (faktor intrinsik racun) dan yang berasal dari makhluk
hidupnya (faktor intrinsik makhluk hidup). Faktor intrinsik racun ialah faktor kimia
fisika, kondisi pemejanan, pengolahan, pengawetan, pengentalan, dan pengepakan
racun. Yang termasuk dalam kondisi pemejanan yaitu antara lain:
a. Jenis pemejanan. Ada dua jenis pemejanan yaitu akut dan kronis. Ketoksikan akut
berlaku bagi peristiwa keracunan yang terjadi segera setelah pemejanan racun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
sedangkan ketoksikan kronis berlaku bagi peristiwa keracunan yang terjadi setelah
beberapa hari, minggu, bulan atau tahun pemejanan berulang dengan racun.
b. Jalur pemejanan. Hal ini berkaitan dengan keefektifan absorpsi racun tertentu,
semakin efektif absorpsi racun, berarti semakin cepat dan besar kadar racun yang
berada di sirkulasi sistemik, yang tersedia untuk didistribusikan ke tempat aksi.
c. Lama dan kekerapan pemejanan. Senyawa yang dipejankan hanya sekali (jenis
pemejanan akut) selama satu kurun waktu tertentu, mungkin akan menimbulkan
efek toksik yang berbeda dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan berulang (jenis
pemejanan kronis). Efek toksik akibat pemejanan yang kronis terjadi bila racun
menumpuk di dalam tubuh, yakni ketika kecepatan absorpsi melebihi kecepatan
eliminasinya.
d. Saat dan takaran pemejanan. Ketersediaan zat toksik atau metabolitnya di tempat
aksi tertentu di dalam tubuh dan kerentanan makluk hidup terhadap ketoksikan zat
toksik tertentu (Donatus, 2001).
Faktor intrinsik makluk hidup yaitu keadaan fisiologi dan patologi.
Termasuk dalam keadaan fisiologi meliputi berat badan, umur, suhu tubuh, kecepatan
pengosongan lambung, kecepatan alir darah, status gizi, kehamilan, jenis kelamin,
irama sirkadian, irama diurnal, kapasitas fungsional cadangan, penyimpanan racun
dalam makhluk hidup, genetika, serta toleransi dan resistensi, sedangkan keadaan
patologi meliputi penyakit saluran cerna, kardiovaskular, ginjal, dan hati (Donatus,
2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
I. Uji Reversibilitas
Sifat efek toksik suatu obat terbagi menjadi dua yaitu terbalikkan
(reversible) dan tak terbalikkan (irreversible). Efek toksik disebut berpulih
(reversible) jika efek itu dapat hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, efek nirpulih
(irreversible) akan menetap atau justru bertambah parah setelah pajanan toksikan
dihentikan (Lu, 1995).
Efek toksikan dapat berpulih bila tubuh terpajan pada kadar yang rendah
atau untuk waktu yang singkat. Sementara, efek nirpulih dapat dihasilkan pada
pajanan dengan kadar yang lebih tinggi atau waktu yang lama (Lu, 1995).
J. Keterangan Empiris
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mendapatkan bukti
adanya efek toksisitas subkronis dari infusa daun sirsak (Annona muricata L.) pada
ginjal dan kadar kreatinin tikus putih jantan dan betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian toksisitas subkronis infusa daun sirsak terhadap kadar kreatinin
dalam darah dan ginjal tikus termasuk penelitian eksperimental murni dengan
menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
Variabel utama penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan tergantung.
a. Variabel bebas: dosis infusa daun sirsak.
b. Variabel tergantung: kadar kreatinin dalam darah dan kerusakan struktur
anatomi ginjal dilihat dari gambaran histologis ginjal tikus.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali: galur, jenis kelamin, umur, berat badan
tikus.
b. Variabel pengacau tak terkendali: keadaan patologi tikus.
3. Definisi operasional
a. Daun sirsak yang dipilih memiliki ciri-ciri antara lain daun yang tidak
terlalu muda dan tidak terlalu tua, segar, sehat, tumbuh jauh dari jalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
raya, terhindar dari pestisida, serta tidak terkena penyakit (tidak terkena
gigitan serangga dan tidak ditumbuhi jamur).
b. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah volume infusa daun sirsak (mL)
yang setara dengan sejumlah (miligram) serbuk daun sirsak tiap satuan
kilogram (kg) berat badan subyek uji yang bersangkutan.
c. Kadar kreatinin dalam darah adalah jumlah kreatinin (mg) dalam tiap satu
desiliter (dL) darah subjek uji.
d. Kerusakan struktur anatomi ginjal dilihat dari gambaran histologis ginjal
tikus yaitu ditandai dengan ditemukannya infiltrasi sel radang, fibrosa,
cacat seluler seperti nekrosis sel-sel epitel pada glomerulus, tubulus dan
interstisium, serta pembengkakan sel-sel tubulus proksimal sehingga
lumennya menyempit bahkan menghilang.
e. Subjek uji dalam penelitian ini berupa tikus putih galur Sprague Dawley,
berkelamin jantan dan betina, berumur 2-3 bulan, berat badan 150-250
gram, dan memiliki keadaan fisik berstatus sehat.
f. Keadaan patologi tikus yang dimaksud adalah meskipun keadaan fisik
berstatus sehat, belum dapat menjamin keadaan ginjal secara rinci juga
berstatus sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
a. Subjek uji yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley jantan
dan betina, umur 2-3 bulan, berat badan 150-250 gram, diperoleh dari
Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
b. Bahan uji yang digunakan untuk perlakuan yaitu daun sirsak yang tidak
terlalu muda dan tidak terlalu tua, segar, sehat, tumbuh jauh dari jalan
raya, terhindar dari pestisida, dan tidak terkena penyakit (tidak terkena
gigitan serangga dan tidak ditumbuhi jamur), serta diperoleh dari wilayah
Jl. Kaliurang, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni
2012.
c. Bahan larutan untuk destilasi dalam penetapan kadar air adalah toluen.
d. Bahan untuk pembuatan preparat histologis ginjal adalah larutan
fisiologis NaCl dan formalin 10%.
e. Bahan untuk kontrol yaitu akuades yang diperoleh oleh Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
f. Makanan yang diberikan pada tikus jantan dan betina selama 45 hari yaitu
AD II.
g. Minuman yang diberikan pada tikus jantan dan betina selama 45 hari
yaitu RO (Reverse Osmosis).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2. Alat penelitian
a. Oven
b. Blender
c. Ayakan
d. Timbangan
e. Waterbath
f. Panci infusa
g. Termometer
h. Kain flanel
i. Seperangkat alat (Pyrex) antara lain: beaker glass, labu ukur, gelas ukur,
pengaduk, dan cawan petri
j. Destilator
k. Jarum suntik per oral dan spuit injeksi
l. Seperangkat alat bedah
m. Flakon
n. Pinset
o. Kandang tikus (kandang biasa dan metabolic cage).
D. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman sirsak
Determinasi tanaman sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri
yang dipunyai tanaman sirsak dengan buku acuan menurut Steenis (1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2. Pengumpulan bahan
Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak yang diperoleh di wilayah Jl.
Kaliurang, Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012. Daun sirsak yang dipetik
berasal dari tanaman sirsak yang yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
segar, sehat, tumbuh jauh dari jalan raya, terhindar dari pestisida, sera tidak
terkena penyakit (tidak terkena gigitan serangga dan tidak ditumbuhi jamur).
Daun yang terkumpul dicuci dengan air mengalir dalam waktu yang cepat.
3. Pembuatan simplisia daun sirsak
Daun sirsak dicuci dengan air bersih, kemudian dipotong-potong dan
dipanaskan sampai kering dalam oven dengan suhu 500C selama 72 jam. Irisan
daun sirsak yang telah kering dimasukkan ke dalam blender untuk dijadikan
serbuk, kemudian diayak dengan ayakan nomor 40. Selanjutnya dihitung berat
serbuk halusnya dan rendemen dalam %.
4. Penetapan kadar air dalam daun sirsak
Penetapan kadar air dalam daun sirsak dengan cara destilasi toluen
berdasarkan Depkes (1995). Penetapan kadar air dalam daun sirsak dibuat
dengan menimbang 50 gram serbuk daun sirsak kemudian dimasukkan ke dalam
labu kering. Sebanyak 200 mL toluena ke dalam labu, kemudian dihubungkan
pada alat. Labu dipanaskan selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, disuling
dengan kecepatan 2 tetes tiap detik hingga sebagian air tersuling, kecepatan
penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes per detik. Setelah semua air tersuling,
bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen. Penyulingan dilanjutkan selama 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
menit. Tabung penerima pendingin dibiarkan hingga suhu kamar. Setelah air dan
toluena memisah sempurna, dibaca volume airnya dan dihitung kadar air dalam
%.
5. Pembuatan infusa daun sirsak
Infusa daun sirsak dibuat dengan menimbang 9 g serbuk daun sirsak
kemudian dimasukkan dalam panci infusa, dituangi akuades sebanyak 150 mL.
Serbuk yang telah ditambah akuades dipanaskan dan diukur suhunya. Setelah
mencapai 900C, waktu pemanasan selama 15 menit. Selanjutnya disaring selagi
panas melalui kain flanel dan filtratnya ditampung pada beaker glass yaitu
didapatkan voleme infusa ± 135 mL. Ditambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume infusa 150 mL.
6. Penetapan dosis infusa daun sirsak
Peringkat dosis berdasarkan pengobatan pada masyarakat sehari-hari yaitu
kurang lebih 10 lembar daun. Dosis pada perlakuan ini adalah 2 g/70 kgBB
manusia. Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018.
Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200 gBB tikus
Dosis untuk 1 g tikus = 1000
200 x 0,036 = 0,18 mg/gBB tikus
= 180 mg/kgBB tikus
Kemudian dilakukan orientasi konsentrasi tertinggi dari infusa daun sirsak
untuk ditetapkan sebagai dosis tertinggi. Konsentrasi tertinggi yang didapat yaitu
6 g/100 mL.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Untuk perhitungan dosis tertinggi yaitu:
D = 𝐶 𝑥 𝑉
𝐵𝐵 = 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/gBB tikus
= 500 mg/kgBB tikus
Faktor pengali = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎 ℎ = 0,5 mg /g BB tikus
0,18 mg /g BB tikus = 1,67
Kemudian dibuat peringkat dosis berikut ini :
Dosis I = 108 mg/kgBB tikus
Dosis II = 180 mg/kgBB tikus
Dosis III = 301 mg/kgBB tikus
Dosis IV = 503 mg/kgBB tikus.
Dosis akuades untuk kelompok kontrol adalah
D = 𝐶 𝑥 𝑉
𝐵𝐵 = 1 g/mL x 2,5 mL : 300 g = 8333 mg/kgBB tikus
7. Uji toksisitas
a. Penyiapan hewan uji. Hewan uji yang digunakan terdiri dari satu jenis
hewan uji tikus putih jantan dan betina, galur Sprague Dawley, sehat,
dewasa, umur 2-3 bulan, berat badan 150-250 gram, berjumlah 50 ekor (25
jantan dan 25 betina), dan kemudian ditempatkan pada kandang.
b. Pengelompokan hewan uji. Sejumlah hewan uji yang terpilih diadaptasikan
di laboratorium selama tiga hari. Pada penelitian ini, digunakan lima
kelompok perlakuan. Lima puluh ekor tikus dibagi menjadi lima kelompok
secara acak, masing-masing kelompok uji terdiri dari sepuluh ekor tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(lima jantan dan lima betina). Pembagian peringkat dosis dengan faktor
pengalian tetap dengan rincian pengelompokan sebagai berikut:
Kelompok I : diberi akuades 8333 mg/kgBB tikus
Kelompok II : diberi sediaan uji infusa daun sirsak 108 mg/kgBB tikus
Kelompok III : diberi sediaan uji infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus
Kelompok IV : diberi sediaan uji infusa daun sirsak 301 mg/kgBB tikus
Kelompok V : diberi sediaan uji infusa daun sirsak 503 mg/kgBB tikus.
c. Prosedur pelaksanaan. Sediaan uji berupa infusa daun sirsak diberikan pada
hewan uji sesuai dengan dosis pemberian dengan kekerapan pemberian
sekali sehari selama 30 hari pada tikus jantan dan betina dengan tetap diberi
makan dan minum. Pada hari ke-0 dan 31, semua tikus diambil darahnya
untuk mengukur kadar kreatinin. Pada hari ke-31, 5 tikus (3 jantan dan 2
betina) dari masing-masing kelompok diambil secara acak, dikorbankan
untuk diambil ginjalnya, dimasukkan ke dalam formalin 10% untuk dibuat
preparat histologisnya, dan kemudian diamati penampakan mikroskopisnya.
Sementara setiap anggota kelompok pada tikus yang masih hidup (2 jantan
dan 3 betina) tetap dipelihara tanpa perlakuan pemberian infusa daun sirsak
selama 14 hari. Pada hari ke-15, sisa hewan uji tersebut dikorbankan untuk
diambil ginjalnya dan dimasukkan ke dalam formalin 10% untuk dibuat
preparat histologis, kemudian diamati penampakan mikroskopisnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
8. Pembuatan preparat histologis
Ginjal tikus dipotong-potong setebal 3 mm–5 mm dengan menggunakan
pisau skalpel, kemudian dimasukkan ke dalam formalin 10%. Selanjutnya
dilakukan pembuatan preparat histologis di Laboratorium Patologi Kedokteran
Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
9. Pengamatan efek toksik
Pengamatan terhadap hewan uji yang diberi infusa daun sirsak (Annona
muricata L.) dilakukan selama 30 hari. Pengamatan yang dilakukan meliputi:
a. Pemeriksaan kreatinin. Pada awal masa uji (hari ke-0) dan akhir masa uji
(hari ke-31) diambil cuplikan darah melalui sinus orbitalis mata hewan uji
untuk pemeriksaan kreatinin. Darah yang keluar selanjutnya ditampung
dalam tabung eppendorf. Darah kemudian disentrifugasi untuk diambil
serum darahnya. Serum darah inilah yang digunakan untuk pemeriksaan
kreatinin. Pengambilan darah hewan uji dilakukan di Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi Univertas Sanata Dharma
dan pemeriksaan kreatinin dilakukan di Parahita Medical Lab.
b. Pemeriksaan histologis ginjal. Pemeriksaan histologis dilakukan di
Laboratorium Patologi Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. Hasil pemeriksaan dibuat fotomikroskopik sebagai data
kualitatif.
c. Uji reversibilitas. Dilakukan pada hari ke-15 setelah pemberian infusa daun
sirsak dihentikan pada sebagian hewan uji yang tersisa. Pada masa ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
semua hewan uji yang digunakan tidak mendapat perlakuan infusa daun
sirsak maupun kontrol. Pada masa reversibilitas, jika kerusakan struktural
hewan uji tidak kembali pada kondisi normal, maka perubahan bersifat tak
terbalikkan. Jika perubahan secara struktural kembali menjadi kondisi
normal maka perubahan bersifat terbalikkan. Hasil pemeriksaan dibuat
fotomikroskopik sebagai data kualitatif. Pemeriksaan histologis pada uji ini
dilakukan di Laboratorium Patologi Kedokteran Hewan Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta.
d. Pengamatan berat badan, asupan makan dan minum tikus. Pengamatan berat
badan tikus dilakukan setiap minggu serta asupan makan dan minum tikus
dilakukan setiap harinya.
E. Analisis dan Evaluasi Hasil
a. Data pemeriksaan kadar kreatinin dievaluasi secara statistik menggunakan Anova
pola satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Scheffe
untuk melihat perbedaan tiap kelompok.
b. Pemeriksaan preparat histologis dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan
membandingkan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan untuk
mengetahui spektrum efek toksik sediaan uji terhadap organ ginjal yang terkena,
dan juga untuk mengetahui hubungan kekerabatan dosis dan spektrum efek
toksik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
c. Data uji reversibilitas dianalisis secara kualitatif berdasarkan perubahan
morfologi yang terjadi pada kelompok tikus yang diberhentikan dari pemberian
infusa daun sirsak dibandingkan dengan kelompok tanpa berhenti.
d. Data berat badan tikus setiap minggu dihitung purata kenaikan berat badannya
dan dianalisis secara statistik dengan analisis General Linear Model
Multivariate.
e. Data asupan makan dan minum dihitung purata harian tiap kelompok perlakuan
dan kontrol tanpa dianalisis statistik karena hanya ingin melihat pola makan dan
minum tikus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui wujud efek toksik
subkronis terhadap kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal akibat pemakaian
infusa daun sirsak. Agar lebih memperjelas lagi, tujuan khusus penelitian ini adalah
untuk mengungkapkan spektrum efek toksik sediaan uji terhadap kadar kreatinin
dalam darah dan organ ginjal yang terkena, mengungkapkan kekerabatan antara dosis
dengan spektrum efek toksik, dan mengevaluasi reversibilitas spektrum efek toksik
yang terjadi.
Pengamatan hasil penelitian tentang uji toksisitas infusa daun sirsak terhadap
kadar kreatinin dan gambaran histologis ginjal pada tikus secara subkronis ini
meliputi determinasi tanaman sirsak, penetapan bobot tetap simplisia, penetapan
kadar air, penetapan dosis infusa daun sirsak, pemeriksaan kadar kreatinin,
pemeriksaan histologis ginjal (cacat mikroskopik), penimbangan berat badan tikus
pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28, serta penimbangan asupan makan dan minum pada
hari ke-1 sampai hari ke-28.
A. Determinasi Tanaman Sirsak
Dalam penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan terhadap tanaman sirsak
melalui determinasi. Determinasi tanaman sirsak dilakukan dengan mencocokkan
ciri-ciri yang dimiliki tanaman sirsak dengan buku acuan menurut Steenis (1992).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan, dapat dipastikan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Annona muricata L. (lampiran 2).
B. Pembuatan Simplisia
Tujuan dari proses ini adalah untuk menentukan berat serbuk halus dari
simplisia daun sirsak yang akan digunakan sebagai bahan uji. Simplisia merupakan
bahan alami yang dipergunakan sebagai bahan obat. Syarat dari simplisia adalah
harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan pemberian bahan
atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang
membahayakan kesehatan (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI,
1995 c).
Setelah potongan daun sirsak kering diblender, dilakukan pengayakan
dengan ukuran ayakan nomor 40. Tujuan dari pengayakan ini adalah untuk
menghaluskan serbuk daun sirsak. Kehalusan suatu serbuk akan mempengaruhi
efektivitas penyaringan. Semakin halus serbuknya, maka serbuk tersebut semakin
mudah melewati lubang penyaringan dikarenakan ukurannya yang semakin kecil. Hal
tersebut dapat menyebabkan larutan infusa yang didapatkan dari penyaringan akan
membentuk suatu suspensi dikarenakan adanya sisa-sisa dinding sel sebuk atau
kotoran yang ikut tersaring masuk. Berat serbuk halus yang diperoleh sebesar 39,3
gram. Rendemen dikatakan sebagai nilai persentase perbandingan antara berat bagian
bahan yang dapat dimanfaatkan dengan berat total bahan. Rendemen yang diperoleh
pada simplisia daun sirsak pada penelitian ini adalah 22,5%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
C. Penetapan Kadar Air
Tujuan dari penetapan ini adalah untuk menentukan banyaknya air yang
terkandung dalam simplisia daun sirsak yang dinyatakan dalam satuan persen. Air
merupakan media yang cukup baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Menurut
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan (2008) dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional, standar kadar air
maksimum simplisia adalah 10%.
Penetapan kadar air dalam daun sirsak dengan cara destilasi menggunakan
pereaksi toluen. Prinsipnya adalah menguapkan air dengan pembawa cairan kimia
yang mempunyai titik didih yang lebih besar dari air dan tidak dapat bercampur
dengan air serta berat jenis yang lebih kecil dari air. Toluen memiliki titik didih dan
berat jenis yaitu 1100C dan 0,87 kg/L, sedangkan air memiliki titik didih 100
0C dan
berat jenis sebesar 1 kg/L. Pada penelitian ini dilakukan replikasi 3 kali dan didapat
rata-rata kadar air dari simplisia daun sirsak sebesar 9,7%. Hal ini membuktikan
bahwa kadar air dari simplisia daun sirsak yang akan dijadikan sebagai bahan uji ini
telah memenuhi syarat simplisia yang baik.
D. Penetapan Dosis Infusa
Tujuan dari penetapan ini adalah untuk menentukan besar atau banyaknya
pemejanan yang akan diberikan pada kelompok perlakuan. Berdasarkan bukti
empiris, banyaknya daun sirsak dalam terapi pengobatan adalah 10 lembar daun
sirsak (2 g). Jadi, 2 g ini dijadikan sebagai dosis terapi. Dalam penelitian ini, dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
terapi ditetapkan sebagai dosis II, sehingga perlu dilakukan konversi dosis dari
manusia ke tikus. Kelompok perlakuan hewan uji diberikan empat peringkat dosis
dengan faktor pengali sebesar 1,67. Empat peringkat dosis yang didapat secara
berturut yaitu 108, 180, 301, dan 503 mg/kgBB.
E. Uji Toksisitas Subkronis
Uji ini bertujuan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji
dan memperlihatkan apakah spektrum efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis
atau tidak (Donatus, 2001). Pada penelitian lain, telah dilakukan uji toksisitas akut
ekstrak air daun sirsak pada mencit, di mana hasilnya yaitu ekstrak air daun sirsak
mempunyai potensi ketoksikan akut pada mencit dengan dosis letal tengah semu
lebih dari 5000 mg/kgBB secara oral (Arthur, et al., 2011). Dalam penelitian ini
dilakukan uji toksisitas subkronis. Uji ketoksikan subkronis merupakan uji dimana
suatu senyawa diberikan dengan dosis berulang pada subjek uji tertentu dan
dilakukan selama kurang dari tiga bulan (Donatus, 2001).
Dalam penelitian, subjek uji yang digunakan sebanyak 50 ekor tikus putih
galur Sprague Dawley (jantan dan betina), umur 2-3 bulan, berat badan 150-250 gram
dibagi secara acak menjadi 5 kelompok. Tujuan penggunaan hewan uji tikus adalah
karena kemiripan dengan manusia dalam hal absorbsi, distribusi, metabolisme,
maupun ekskresi. Tiap kelompok terdiri dari 10 ekor (5 jantan dan 5 betina yang
dimasukkan dalam kandang secara terpisah). Kelompok I merupakan kontrol negatif
yang menggambarkan keadaan normal ginjal tanpa adanya pemejanan infusa daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
sirsak. Tujuan penggunaan kelompok kontrol adalah untuk mengetahui perbandingan
kadar kreatinin darah dan gambaran histologis antara kelompok kontrol dengan
kelompok perlakuan. Pada kelompok I diberi akuades dengan dosis 8333 mg/kgBB,
sedangkan kelompok II, III, IV, dan V diberi perlakuan infusa daun sirsak dengan
dosis masing-masing sebesar 108, 180, 301, dan 503 mg/kgBB. Volume pemberian
infusa daun sirsak yang diberikan kepada subyek uji dihitung menggunakan rumus
“C x V = D x BB” dan diberikan sesuai dengan kebiasaan konsumsi pada manusia,
yaitu secara peroral.
Berdasarkan penelitian Arthur, et al. (2011), daun sirsak mengandung
saponin, tanin terkondensasi, glikosida dan flavonoid, serta mengandung adanya zat
kelompok acetogenins. Acetogenins dari Annonaceae ini merupakan kelas penting
dari produk alami yang memiliki berbagai macam sifat biologis seperti sitotoksik,
antitumoral, antiparasit, insektisida, dan aktivitas imunosupresif (Gleye, et al., 1996).
Acetogenin bekerja menghambat mitochondrial complex I pada rantai transpot
elektron sehingga mengendalikan mitokondria sel yang overacting, bila mitokondria
normal maka pertumbuhan sel kanker dapat terkendali.
Uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak dalam penelitian ini dilakukan
selama 30 hari dengan memeriksa kadar kreatinin dalam darah dan mengamati
gambaran histologis ginjal.
1. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui wujud efek toksik
subkronis terhadap kadar kreatinin dalam darah akibat pemakaian infusa daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
sirsak dan mengungkapkan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek
toksik yang timbul. Darah tikus jantan dan betina diambil melalui sinus orbitalis
mata pada saat sebelum diberikan infusa daun sirsak untuk diperiksa kadar
kreatinin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin darah pada hewan
uji sebelum diberikan perlakuan dan juga untuk mengetahui kemungkinan
adanya kondisi patologi yang terkait dengan fungsi ginjal.
Pada hari ke-31 atau setelah diberikan infusa daun sirsak selama 30 hari,
darah tikus jantan dan betina diambil melalui sinus orbitalis mata untuk diperiksa
kadar kreatinin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kadar kreatinin darah pada
hewan uji setelah diberi perlakuan infusa daun sirsak. Bila terjadi perbedaan
terhadap kadar kreatinin yang diukur pada saat sebelum dan sesudah pemberian
infusa daun sirsak, maka dapat diketahui apakah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari mempengaruhi fungsi ginjal tikus atau tidak. Darah yang keluar
ditampung dalam tabung eppendorf dan kemudian disentrifugasi untuk diambil
serum darahnya untuk pemeriksaan kreatinin.
Pemeriksaan kreatinin dalam penelitian ini dilakukan di Parahita Medical
Lab. Penetapan kadar kreatinin pada serum yang dilakukan menggunakan
metode creatinine assay. Metode ini dilakukan secara autoanalizer (dengan alat).
Prinsip dari metode ini adalah alkaline picrate yaitu pada pH alkali, kreatinin
didalam sampel bereaksi dengan picrate untuk membentuk creatinine-picrate
complex, kemudian pada absorbansi 500 nm akan secara langsung menunjukkan
besar kadar kreatinin didalam serum darah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Hasil kadar kreatinin pada tikus jantan yang didapat dari pemeriksaan
analisis darah ini diuji normalitasnya dengan uji statistik Kolmogorov-Sminorv
dan mendapatkan hasil bahwa nilai Significancy > 0,05 (data ada pada lampiran
10). Karena nilai p yang diperoleh pada kelima kelompok data adalah > 0,05,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi kelima kelompok tersebut
adalah normal. Kemudian untuk melihat adanya perbedaan antara masing-masing
kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan, dilakukan uji
statistik Anova pola satu arah dan uji Scheffe. Deskripsi data tercantum pada
tabel I. Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan
kreatin fosfat (protein), yang disintesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka
dan darah, dan diekskresikan dalam urine. Meningkatnya kadar kreatinin dalam
darah merupakan indikasi rusaknya fungsi ginjal (Lu, 1995).
Tabel I. Kadar kreatinin darah tikus jantan pada awal sebelum pemberian dan setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari secara oral
Kelompok Perlakuan n
Nilai Pre Nilai Post
Nilai p Mean (mg/dL)
± SEM
Mean (mg/dL)
± SEM
I Kontrol Akuades 5 0,48 ± 0,02 0,52 ± 0,03 0,158 TB
II Infusa Daun Sirsak
108 mg/kg BB 5 0,50 ± 0,02 0,52 ± 0,01 0,468TB
III Infusa Daun Sirsak
180 mg/kg BB 5 0,47 ± 0,01 0,49 ± 0,01 0,633 TB
IV Infusa Daun Sirsak
301 mg/kg BB 5 0,47 ± 0,02 0,47 ± 0,01 1,000 TB
V Infusa Daun Sirsak
503 mg/kg BB 5 0,47 ± 0,01 0,50 ± 0,01 0,083 TB
Keterangan: Pre = Sebelum pemberian infusa daun sirsak
Post = Sesudah pemberian infusa daun sirsak
Mean = Rerata kadar kreatinin (mg/dL)
SEM = Standart Error of Mean
TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Rerata kadar kreatinin darah tikus jantan sebelum dan sesudah pada
kelompok perlakuan pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan
adanya peningkatan (tabel I), namun peningkatan yang terjadi ini tidak bermakna
(TB) dilihat dari nilai p. Peningkatan kadar kreatinin darah yang terjadi akibat
infusa daun sirsak selama 30 hari bukanlah merupakan gejala klinik yang
mempengaruhi fungsi ginjal tikus jantan. Peningkatan kadar kreatinin darah juga
dialami oleh kelompok kontrol negatif yang diberi akuades. Berdasarkan hasil
kadar kreatinin darah tikus jantan antara pre dan post test (dinyatakan dalam
mean), pemberian infusa daun sirsak pada dosis 108, 180, dan 503 mg/kgBB
mengalami peningkatan namun tidak bermakna, sedangkan pada dosis 301
mg/kgBB tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan melainkan sama
yaitu rata-rata kadar kreatinin darah sebesar 0,47 mg/dL. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak terjadinya peningkatan kreatinin secara signifikan setelah pemberian
subkronis infusa daun sirsak atau akuades pada tikus jantan karena nilai pre dan
post-nya sama.
Kadar kreatinin darah pada tikus betina diuji normalitasnya dengan uji
statistik Kolmogorov-Sminorv dan mendapatkan hasil bahwa nilai Significancy >
0,05 (data ada pada lampiran 11). Karena nilai p yang diperoleh pada kelima
kelompok data adalah > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi
kelima kelompok tersebut adalah normal. Kemudian untuk melihat adanya
perbedaan antara masing-masing kelompok baik kelompok kontrol maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
kelompok perlakuan, dilakukan uji statistik Anova pola satu arah dan uji Scheffe.
Deskripsi data tercantum pada tabel II.
Tabel II. Kadar kreatinin darah tikus betina pada awal sebelum pemberian dan setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari secara oral
Kelompok Perlakuan n
Nilai Pre Nilai Post
Nilai p Mean (mg/dL)
± SEM
Mean (mg/dL)
± SEM
I Kontrol Akuades 5 0,53 ± 0,02 0,55 ± 0,02 0,240 TB
II Infusa Daun Sirsak
108 mg/kg BB 5
0,54 ± 0,02 0,56 ± 0,02 0,289 TB
III Infusa Daun Sirsak
180 mg/kg BB 5
0,53 ± 0,01 0,53 ± 0,02 0,889 TB
IV Infusa Daun Sirsak
301 mg/kg BB 5
0,51 ± 0,01 0,52 ± 0,01 0,666 TB
V Infusa Daun Sirsak
503 mg/kg BB 5
0,54 ± 0,01 0,55 ± 0,02 0,680 TB
Keterangan: Pre = Sebelum pemberian infusa daun sirsak
Post = Sesudah pemberian infusa daun sirsak
Mean = Rerata kadar kreatinin (mg/dL)
SEM = Standart Error of Mean
TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Rerata kadar kreatinin darah tikus betina sebelum dan sesudah pada
kelompok perlakuan pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan
adanya peningkatan (tabel II), namun peningkatan ini tidak bermakna (TB)
dilihat dari nilai p. Hal yang sama juga terlihat pada rata-rata kadar kreatinin
darah tikus betina pada kontrol negatif yang diberi akuades. Berdasarkan hasil
kadar kreatinin darah tikus betina antara pre dan post test (dinyatakan dalam
mean), pemberian infusa daun sirsak pada dosis 108, 301, dan 503 mg/kgBB
mengalami peningkatan walaupun tidak bermakna, sedangkan pada dosis 180
mg/kgBB tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan melainkan sama
yaitu rata-rata kadar kreatinin darah sebesar 0,53 mg/dL. Hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tidak terjadi peningkatan kadar kreatinin setelah pemberian subkronis infusa
daun sirsak atau akuades pada tikus betina karena nilai pre dan post-nya sama.
Kadar kreatinin tikus jantan pada hari ke-31 dievaluasi secara statistik
menggunakan Anova pola satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan
dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat kekerabatan antara dosis, apakah
perbedaan tiap kelompok perlakuan bermakna atau tidak bermakna (tabel III).
Tabel III. Uji Scheffe kreatinin dalam darah pada tikus jantan pada hari ke-31
DOSIS I II III IV KONTROL
I - TB TB TB TB
II TB - TB TB TB
III TB TB - TB TB
IV TB TB TB - TB
KONTROL TB TB TB TB -
Keterangan: I = Infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
II = Infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
III = Infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
IV = Infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol = Akuades 8333 mg/kgBB
TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Berdasarkan hasil Anova pola satu arah yang dilakukan dapat diketahui
propabilitasnya 0,100 (> 0,05) menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan yang
tidak bermakna antara keempat kelompok perlakuan yang diuji terhadap
kelompok kontrol.
Dari hasil uji Scheffe juga dapat diketahui bahwa kadar kreatinin tikus jantan
pada hari ke-31 akibat pemberian infusa daun sirsak dengan empat peringkat
dosis dan kontrol negatif yang diberi akuades menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Gambar 13. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin dalam darah tikus jantan
Hasil ini juga digambarkan dalam diagram batang (gambar 10). Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian peningkatan dosis pada infusa daun sirsak tidak
meningkatkan kadar kreatinin dalam darah pada tikus jantan, sehingga dapat
diketahui bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak
mempengaruhi fungsi ginjal tikus jantan.
Hal yang sama pada tikus betina, di mana kadar kreatinin tikus betina pada
hari ke-31 dievaluasi secara statistik menggunakan Anova pola satu arah dengan
taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat
kekerabatan antara dosis, apakah perbedaan tiap kelompok perlakuan bermakna
atau tidak bermakna (tabel IV).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berdasarkan hasil Anova pola satu arah yang dilakukan dapat diketahui
propabilitasnya 0,507 (>0,05) menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan yang
tidak bermakna antara keempat kelompok perlakuan yang diuji terhadap
kelompok kontrol.
Tabel IV. Uji Scheffe kreatinin dalam darah pada tikus betina pada hari ke-31
DOSIS I II III IV KONTROL
I - TB TB TB TB
II TB - TB TB TB
III TB TB - TB TB
IV TB TB TB - TB
KONTROL TB TB TB TB -
Keterangan: I = Infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
II = Infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
III = Infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
IV = Infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol = Akuades 8333 mg/kgBB
TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05)
Dari hasil uji Scheffe juga menunjukkan bahwa kadar kreatinin tikus betina
pada hari ke-31 akibat pemberian infusa daun sirsak dengan empat peringkat
dosis dan kontrol negatif yang diberi akuades menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna.
Hasil ini digambarkan dalam diagram batang (gambar 14). Hal ini berarti
pemberian peningkatan dosis pada infusa daun sirsak selama 30 hari tidak
meningkatkan kadar kreatinin tikus betina, sehingga diketahui bahwa pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal tikus betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Gambar 14. Diagram batang rata-rata kadar kreatinin dalam darah tikus betina
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak
dengan empat peringkat dosis yaitu 108, 180, 301, dan 503 mg/kgBB selama 30
hari tidak mengakibatkan perubahan secara biokimia pada kadar kreatinin tikus
jantan dan betina sehingga diindikasikan bahwa ginjal tetap berfungsi dengan
normal. Jadi, tidak adanya kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.
2. Pemeriksaan histologis ginjal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perubahan secara struktural
pada organ ginjal yang terkena. Setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari, sebagian hewan uji (3 jantan dan 2 betina) dikorbankan dan diambil organ
ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histologis. Hewan uji yang lain
dikorbankan 15 hari kemudian untuk uji reversibilitas. Ginjal tikus dipotong-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
potong setebal 3 mm-5 mm dengan pisau skalpel, kemudian dimasukkan ke
dalam formalin 10%. Pengecatan organ menggunakan haematoxylin dan eosin.
Preparat histologis ginjal dibaca di bawah mikroskop dengan perbesaran 100 dan
400, dan hasil pemeriksaannya dibuat fotomikroskopik sebagai data kualitatif.
Satuan anatomis fungsi ginjal adalah nefron, suatu struktur yang terdiri atas
berkas kapiler yang dinamai glomerulus (tempat darah yang disaring) dan
tubulus ginjal (tempat air dan garam dalam filtrat diserap kembali) (McPhee and
Ganong, 2010).
Dari hasil penelitian uji toksisitas subkronis selama 30 hari ini, didapatkan
hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal tikus jantan pada masing-masing
kelompok yang dideskripsikan pada tabel V.
Tabel V. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus jantan
Perlakuan Gambaran Histologis Ginjal
Kontrol akuades Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun
sirsak 108
mg/kgBB
Ditemukan satu tikus jantan mengalami perubahan secara
struktural pada gambaran histologis yaitu infiltrasi limfosit
di daerah interstisium (nefritis interstitialis), sedangkan dua
tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
Infusa daun
sirsak 180
mg/kgBB
Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun
sirsak 301
mg/kgBB
Ditemukan satu tikus jantan mengalami perubahan secara
struktural pada gambaran histologis yaitu infiltrasi limfosit
di daerah interstisium (nefritis interstitialis), sedangkan dua
tikus lainnya tidak mengalami perubahan atau normal.
Infusa daun
sirsak 503 mg/kg
BB
Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Hasil gambaran histologis organ ginjal pada tikus jantan dapat dilihat secara
mikroskopik pada gambar 15 dan 16.
Gambar 15. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok kontrol akuades yang normal atau
tidak adanya kerusakan dengan (A) perbesaran 100x dan (B) perbesaran 400x
Gambar 16. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108
mg/kgBB (A dan B) dan 301 mg/kgBB (C dan D) yang mengalami perubahan
gambaran histologis secara struktural yaitu infiltrasi limfosit di daerah
interstisium dengan (A,C) perbesaran 100x dan (B,D) perbesaran 400x
Pada pemberian infusa daun sirsak dengan dosis 108 dan 301 mg/kgBB
ditemukan adanya perubahan secara struktural pada ginjal tikus jantan yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
infiltrasi limfosit di daerah interstisium. Infiltrasi limfosit yang terjadi sangat
sedikit, tidak ditemui cacat seluler seperti erosi interstisium serta nekrosis sel-sel
epitel pada tubulus dan interstisium, maka glomerulus, tubulus, dan interstisium
dapat dikatakan dalam batas normal.
Nefritis interstitialis adalah kelainan ginjal di mana ruang antara tubulus
ginjal mengalami pembengkakan, yang biasanya hasil dari reaksi alergi obat,
tetapi bisa juga disebabkan oleh penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi
penyakit lainnya. Maka dari itu, infiltrasi limfosit di daerah interstisium ini dapat
dikatakan bukan disebabkan oleh perlakuan (pemberian infusa daun sirsak)
melainkan faktor kondisi patologis dari individu tikus. Hal ini dikarenakan,
apabila dikaitkan pada hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang
telah dilakukan, kadar kreatinin darah pada tikus jantan menghasilkan nilai yang
normal atau berbeda tidak bermakna dengan kontrol. Kadar kreatinin dalam
darah merupakan indikasi fungsi ginjal, sehingga dari hasil pemeriksaan
biokimia pada kreatinin tersebut diindikasikan bahwa ginjal masih berfungsi
dengan baik. Selain itu, pada dosis infusa daun sirsak tertinggi (503 mg/kgBB)
tidak ditemukan kerusakan ginjal melainkan gambaran glomerulus, tubulus, dan
interstisium dalam batas normal. Jadi, nefritis interstitialis yang ditemukan pada
ginjal tikus jantan kelompok perlakuan dosis 108 dan 301 mg/kgBB disebabkan
oleh faktor patologi dari individu tikus itu sendiri.
Berdasarkan deskripsi gambaran histologis ginjal pada tikus jantan tersebut
dapat disimpulkan bahwa infusa daun sirsak tidak mengakibatkan perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
secara struktural pada ginjal tikus jantan atau sediaan uji ini tidak memberikan
efek toksik terhadap organ ginjal yang terkena yaitu gambaran glomerulus,
tubulus, dan interstisium dalam batas normal.
Pada tikus betina, hasil pemeriksaan gambaran histologis ginjal pada
masing-masing kelompok dideskripsikan pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil pemeriksaan histologis ginjal pada tikus betina
Perlakuan Gambaran Histologis Ginjal
Kontrol akuades
Ditemukan satu tikus jantan mengalami perubahan gambaran
histologis yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium
(nefritis interstitialis), sedangkan satu tikus lain tidak
mengalami perubahan atau normal.
Infusa daun
sirsak 108
mg/kgBB
Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun
sirsak 180
mg/kgBB
Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun
sirsak 301
mg/kgBB
Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Infusa daun
sirsak 503
mg/kgBB
Gambaran glomerulus, tubulus, dan interstisium dalam batas
normal.
Hasil gambaran histologis organ ginjal pada tikus betina dapat dilihat secara
mikroskopik pada gambar 17 dan 18.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 17. Fotomikroskopik ginjal tikus betina kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108
mg/kgBB yang normal atau tidak adanya kerusakan dengan (A) perbesaran 100x
dan (B) perbesaran 400x
Gambar 18. Fotomikroskopik ginjal tikus betina kelompok kontrol akuades yang mengalami
perubahan gambaran histologis secara struktural yaitu infiltrasi sel limfosit di
daerah interstisium dengan (A) perbesaran 100x dan (B) perbesaran 400x
Pada kelompok kontrol yang diberikan akuades ditemukan adanya
perubahan secara struktural pada ginjal tikus betina yaitu infiltrasi limfosit di
daerah interstisium. Infiltrasi limfosit yang terjadi sangat sedikit, tidak ditemui
cacat seluler seperti erosi interstisium dan nekrosis sel-sel epitel pada tubulus dan
interstisium, maka glomerulus, tubulus, dan interstisium dapat dikatakan dalam
batas normal. Sedangkan pada semua kelompok perlakuan yang diberikan infusa
daun sirsak (dosis 108, 180, 301, dan 503 mg/kgBB) memberikan hasil gambaran
histologis yang normal. Hasil pemeriksaan histologis ginjal ini sesuai dengan
hasil pemeriksaan biokimia pada kreatinin darah yang telah dilakukan, di mana
kadar kreatinin darah pada tikus betina menghasilkan nilai yang normal atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
berbeda tidak bermakna dengan kontrol. Kadar kreatinin dalam darah merupakan
indikasi fungsi ginjal. Jika kadar kreatinin normal maka menandakan bahwa
ginjal berfungsi dengan baik (tidak ada kerusakan ginjal). Hal ini membuktikan
bahwa infiltrasi limfosit di daerah interstisium yang terjadi karena faktor kondisi
patologis dari individu tikus, di mana hal ini terjadi pada kelompok kontrol
bukan pada kelompok perlakuan.
Pada sebagian tikus jantan maupun betina memang mengalami perubahan
secara struktural pada ginjal, namun secara biokimia yaitu nilai kadar kreatinin
antara sebelum perlakuan dengan sesudah perlakuan pada tikus tersebut adalah
berbeda tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan oleh salah satu faktor yaitu
pengamatan yang hanya dilakukan pada satu bagian kecil lokasi saja dari organ
ginjal tikus dan dimungkinkan bahwa bagian lokasi lainnya normal, sehingga
perubahan secara biokimia dengan struktural dalam hal ini tidak dapat
dikorelasikan.
Daerah interstisium merupakan daerah di antara tubulus yang satu dengan
tubulus yang lain. Interstisium korteks yang melebar dikatakan abnormal.
Pelebaran ini dapat disebabkan oleh edema atau infiltrasi oleh sel radang akut.
Kerusakan terjadi jika ditemukan secara histologis yaitu ditandai dengan edema
interstisial, sering kali disertai infiltrasi leukositik di interstisum dan tubulus,
serta nekrosis tubulus fokal (Kumar, et al., 2010). Nefritis intersitial akut
biasanya hasil dari reaksi alergi obat, tetapi bisa juga disebabkan oleh penyakit
autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya. Nefritis interstitial merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
jejas tubular yang manifestasi awalnya berupa edema tubulus proksimal dimana
sel-sel epitel pada tubulus proksimal dan interstisium membengkak dengan
sitoplasma yang granuler karena terjadi pergeseran air ekstraseluler ke intrasel
(Wulandari, 2010). Pergeseran cairan ini terjadi karena toksin menyebabkan
perubahan muatan listrik permukaan sel epitel tubulus, transport ion aktif dan
asam organik, dan kemampuan mengkonsentrasikan dari ginjal yang akhirnya
mengakibatkan tubulus dan interstisium rusak (Wijaya dan Miranti, 2005). Dari
hasil deskripsi gambaran histologis ginjal pada tikus betina tersebut
menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mengakibatkan
perubahan organ ginjal secara struktural.
Pada penelitan Arthur, et al. (2011) mengenai uji toksisitas subkronis
ekstrak air Annona muricata pada tikus yang dilakukan selama 14 hari secara per
oral memberikan hasil yang signifikan terhadap hasil biokimia darah yaitu kadar
kreatinin. Kadar kreatinin darah mengalami peningkatan yang signifikan (p <
0,001) secara statistik dengan Newman-Keuls multiple comparison test. Dosis
yang diberikan pada uji toksisitas subkronis pada penelitian tersebut terdiri dari
tiga peringkat, antara lain 100, 1000, 2500 mg/kgBB. Peningkatan kadar
kreatinin yang signifikan ini terjadi hanya pada dosis tertinggi ekstrak air daun
sirsak (2500 mg/kgBB), baik pada tikus jantan maupun betina. Nilai rata-rata
kadar kreatinin pada tikus jantan kelompok normal adalah 0,87 mg/dL dan pada
tikus betina sebesar 0,77 mg/dL. Sedangkan pada kelompok perlakuan dengan
dosis tertinggi (2500 mg/kgBB) adalah 1,23 mg/dL (tikus jantan) dan 1,2 mg/dL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
(tikus betina). Perubahan secara biokimia yang dilihat dari kadar kreatinin pada
dosis tinggi tersebut menandakan adanya kemungkinan kerusakan ginjal,
terutama pada mekanisme infiltrasi ginjal. Jadi, penelitian tersebut menyebutkan
bahwa Annona muricata dengan dosis 2500 mg/kgBB dapat menyebabkan ginjal
rusak yang berakibat pada gagal ginjal.
Bila dibandingkan antara penelitian Arthur, et al. tersebut dengan penelitian
uji subkronis infusa daun sirsak selama 30 hari secara per oral ini adalah ekstrak
air daun sirsak dengan dosis 2500 mg/kgBB tikus diberikan selama 14 hari dapat
mempengaruhi perubahan secara biokimia yaitu kadar kreatinin darah pada tikus
jantan dan betina yang meningkat, sedangkan pemberian infusa daun sirsak dosis
108, 180, 301, dan 503 mg/kgBB tikus selama 30 hari tidak memberikan
perubahan secara biokimia dan struktural baik pada tikus jantan maupun betina,
di mana kadar kreatinin darah yang diperoleh menghasilkan perbedaan yang
tidak bermakna dengan kontrol dan gambaran histologis ginjal yang normal.
Dosis infusa daun sirsak 108, 180, 301, dan 503 mg/kgBB pada tikus
dikonversikan pada manusia diperoleh hasil secara berurut yaitu 17,28; 28,8;
48,16; dan 80,48 mg/kgBB manusia. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis
infusa daun sirsak sebesar 17,28; 28,8; 48,16; dan 80,48 mg/kgBB untuk
manusia tidak memberikan efek toksik terhadap ginjal jika dikonsumsi secara
jangka panjang yaitu 30 hari karena tidak meningkatan kadar kreatinin darah dan
efek toksik pada ginjal, serta tidak ada hubungan kekerabatan antara dosis
dengan spektrum efek toksik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Dalam penelitian uji toksisitas subkronis selama 30 hari ini memang tidak
ditemukan adanya kerusakan pada organ ginjal tikus jantan dan betina, namun
disarankan untuk melakukan penelitian uji toksisitas kronis infusa daun sirsak ini
terhadap ginjal pada tikus putih jantan dan betina yaitu selama 90 hari atau lebih,
untuk mengetahui apakah pemakaian infusa daun sirsak pada manusia dengan
dosis 17,28; 28,8; 48,16; dan 80,48 mg/kgBB dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal atau tidak jika dikonsumsi selama 3 bulan ataupun lebih.
3. Uji Reversibilitas
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keterbalikkan
(reversibilitas) spektrum efek toksik yang terjadi. Efek toksik disebut berpulih
(reversible) jika efek itu dapat hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, efek
nirpulih (irreversible) akan menetap atau justru bertambah parah setelah pajanan
toksikan dihentikan (Lu, 1995). Sisa hewan uji dikorbankan 14 hari kemudian
setelah selama 30 hari diberi pelakuan infusa daun sirsak dan diambil organ
ginjalnya untuk dilakukan pemeriksaan histologis. Dari hasil pemeriksaan
histologis ginjal dalam uji reversibilitas, pada keseluruhan ginjal tikus jantan baik
kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak (dosis 108, 180, 301, dan
503 mg/kgBB) maupun kelompok kontrol yang diberi akuades menunjukkan
kondisi ginjal yang normal. Hasil ini dibuktikan dengan adanya fotomikroskopik
ginjal yang tidak terlihat adanya perubahan gambaran histologis (gambar 19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 19. Fotomikroskopik ginjal tikus jantan hasil uji reversibilitas kelompok perlakuan
infusa daun sirsak 301 mg/kgBB yang normal atau tidak adanya kerusakan dengan
(A) perbesaran 100x dan (B) perbesaran 400x
. Sedangkan dari pemeriksaan histologis ginjal pada tikus betina, ditemukan
dua tikus yang mengalami perubahan gambaran histologis ginjal (gambar 20) yaitu
kelompok kontrol yang diberi akuades (satu tikus) dan kelompok perlakuan infusa
daun sirsak pada dosis 108 mg/kgBB (satu tikus).
Gambar 20. Fotomikroskopik ginjal tikus betina hasil uji reversibilitas kelompok perlakuan
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB yang mengalami perubahan gambaran histologis
secara struktural yaitu infiltrasi limfosit di daerah interstisium dengan (A)
perbesaran 100x dan (B) perbesaran 400x
Perubahan gambaran histologis yang terjadi yaitu infiltrasi limfosit di daerah
interstisium (nefritis interstitialis). Infiltrasi limfosit yang terjadi sangat sedikit,
dan tidak ditemui cacat seluler seperti erosi tubulus dan nekrosis sel-sel epitel
pada tubulus, maka glomerulus dan tubulus dapat dikatakan dalam batas normal.
Namun infiltrasi limfosit di daerah interstisium ini bukan dikarenakan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
perlakuan (pemberian infusa daun sirsak) melainkan faktor kondisi patologis
yang bersifat individu, karena perubahan secara struktural pada ginjal ini terjadi
pada kelompok kontrol dan nefritis intersitial bisa disebabkan oleh penyakit
autoimun, infeksi atau infiltrasi penyakit lainnya.
Pelebaran pada daerah interstisium memang disebabkan oleh edema atau
infiltrasi oleh sel radang akut, seperti pada penyakit interstisium akut, atau
mungkin juga oleh akumulasi sel radang kronik dan jaringan fibrosa (Kumar, et
al., 2010). Menurut Wijaya dan Miranti (2005), nefritis interstitial merupakan
jejas tubular yang manifestasi awalnya berupa edema tubulus proksimal dimana
sel-sel epitel tubulus proksimal membengkak dengan sitoplasma yang granuler
karena terjadi pergeseran air ekstraseluler ke intrasel.
Dapat disimpulkan bahwa tidak adanya sifat ketoksikan yang muncul karena
tidak ada perubahan secara stuktural pada ginjal tikus jantan dan betina pada hari
ke-15 setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari. Hasil ini sesuai
dengan uji toksisitas subkronis yang telah dilakukan selama 30 hari, di mana
pada uji tersebut menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak mengakibatkan
perubahan secara struktural pada ginjal.
F. Perubahan Berat Badan Tikus
Data pendukung yang lain yaitu berat badan tikus. Perubahan berat badan
hewan uji berkaitan erat dengan kondisi fisik hewan tersebut. Perubahan tersebut
dapat meningkat dan dapat menurun tergantung kecukupan gizi yang terkandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dalam pakan. Pengukuran berat badan tikus dapat mempengaruhi volume pemberian
infusa daun sirsak yang diberi selama perlakuan. Perubahan berat badan masing-
masing kelompok perlakuan dianalisis secara statistik menggunakan General Linear
Model Multivariate.
Perubahan berat badan dapat digunakan sebagai salah satu pertanda atau
penampakan umum suatu kondisi fisik tikus. Hal ini bisa terjadi karena mengalami
pertumbuhan, yaitu dengan bertambah besar ukuran tubuh akibat berkembangnya sel
yang salah satunya ditandai dengan adanya kenaikan berat badan. Perubahan berat
badan dapat disebabkan karena jumlah asupan makanan yang dikonsumsi atau bisa
juga disebabkan adanya suatu penyakit. Adanya suatu penyakit dapat menyebabkan
berkurangnya nafsu makan yang berdampak penurunan berat badan karena konsumsi
makanan yang tidak cukup.
Data berat badan yang diuji dengan analisis General Linear Model
Multivariate diperoleh hasil yang berbeda tidak bermakna. Artinya, ada perubahan
berat badan yang tidak bermakna antara kelompok kontrol akuades dengan kelompok
perlakuan pemberian infusa daun sirsak. Ini berarti perbedaan berat badan tikus
kelompok kontrol akuades dengan tikus kelompok perlakuan pemberian infusa daun
sirsak disebabkan oleh proses pertumbuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel VII. Purata berat badan ± SEM tikus jantan akibat pemberian infusa daun sirsak
Kelompok
Hari ke-
0 7 14 21 28
I 239,0 ± 12,7 255,9 ± 11,5 276,1 ± 11,1 289,4 ± 8,4 298,6 ± 7,6
II 234,9 ± 13,1 TB 246,5 ± 8,3 TB 267,1 ± 9,3 TB 279,1 ± 11,0 TB 295,1 ± 8,9 TB
III 237,1 ± 11,7 TB 252,7 ± 10,5 TB 274,4 ± 11,8 TB 289,1 ± 12,0 TB 303,2 ±9,9 TB
IV 227,3 ± 15,0 TB 256,6 ± 13,7 TB 272,4 ± 9,7 TB 281,6 ± 9,1 TB 294,9 ± 9,3 TB
V 235,8 ± 11,9 TB 256,0 ± 10,8 TB 270,0 ± 8,1 TB 283,9 ± 6,7 TB 298,2 ± 6,6 TB
Mean (gram) ± SEM, (n = 5)
Keterangan: I = Kontrol akuades (8333 mg/kgBB)
II = Infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
III = Infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
IV = Infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
V = Infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
TB = Berbeda tidak bermakna
Tabel VIII. Purata berat badan ± SEM tikus betina akibat pemberian infusa daun sirsak
Kelompok Hari ke-
0 7 14 21 28
I 194,8 ± 5,1 191,4 ± 6,6 193,0 ± 6,2 195,8 ± 8,4 199,5 ± 7,8
II 194,4 ± 8,1 TB 191,7 ± 4,8 TB 196,2 ± 2,8 TB 201,5 ± 3,4 TB 206,3 ± 4,7 TB
III 198,1 ± 9,5 TB 202,0 ± 6,6 TB 201,3 ± 7,5 TB 206,0 ± 8,1 TB 213,8 ± 7,4 TB
IV 192,5 ± 5,1 TB 186,8 ± 5,4 TB 188,2 ± 5,8 TB 192,5 ± 4,5 TB 197,0 ± 6,1 TB
V 195,4 ± 4,2 TB 194,7 ± 6,0 TB 194,0 ± 8,6 TB 194,1 ± 9,0 TB 202,0 ± 8,4 TB
Mean (gram) ± SEM, (n = 5) Keterangan: I = Kontrol akuades (8333 mg/kgBB)
II = Infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
III = Infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
IV = Infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
V = Infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
TB = Berbeda tidak bermakna
Pada gambar 21 dan 22 menunjukkan grafik dengan profil yang sama,
artinya pertambahan umur tikus juga diikuti dengan pertambahan berat badan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Gambar 21. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak
pada hari ke-0 sampai ke-28
Keterangan: Dosis I = infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis II = infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis III = infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis IV = infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol akuades 8333 mg/kgBB
Gambar 22. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun sirsak
pada hari ke-0 sampai ke-28
Keterangan: Dosis I = infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis II = infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis III = infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis IV = infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol akuades 8333 mg/kgBB
G. Asupan Makan Tikus
Data pendukung lainnya yaitu asupan makan yang dihitung setiap hari
selama perlakuan. Pakan untuk tikus jantan dan betina yang digunakan dalam
0
100
200
300
400
0 7 14 21 28
Berat B
ad
an
(m
g)
Hari ke-
Grafik Perubahan Berat Badan Tikus Jantan
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Dosis IV
Kontrol Aquadest
160170180190200210220230
0 7 14 21 28
Bera
t B
ad
an
(m
g)
Hari ke
Grafik Perubahan Berat Badan Tikus Betina
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Dosis IV
Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
penelitian ini adalah AD II. Data asupan makan dihitung purata hariannya dari hari
ke-0 sampai ke-28 pada kelompok kontrol dan tiap kelompok perlakuan. Perbedaan
berat badan yang bermakna dapat disebabkan oleh efek pemberian infusa daun sirsak
atau pola makan tikus itu sendiri yang dapat dilihat dari data asupan makan. Namun,
perbedaan berat badan yang didapat tidak bermakna, artinya perubahan berat badan
disebabkan oleh proses pertumbuhan atau pola makan. Data asupan makan
menunjukkan bahwa pola makan tikus normal, sehingga tidak ada peningkatan
maupun penurunan makan yang bermakna. Ini berarti perbedaan berat badan memang
disebabkan oleh proses pertumbuhan.
Gambar 23. Grafik asupan pakan tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak pada hari
ke-0 sampai ke-28
Keterangan: Dosis I = infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis II = infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis III = infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis IV = infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol akuades 8333 mg/kgBB
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Ju
mla
h m
ak
an
(g
ra
m)
Hari ke-
Grafik Asupan Makan Tikus Jantan
DOSIS I DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 24. Grafik asupan pakan tikus betina selama pemberian infusa daun sirsak pada hari
ke-0 sampai ke-28
Keterangan: Dosis I = infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis II = infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis III = infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis IV = infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol akuades 8333 mg/kgBB
Data asupan makan ini tidak perlu diuji statistik karena hanya untuk melihat
pola makan tikus. Gambar 19 dan 20 menunjukkan grafik dengan profil yang sama,
di mana pola makan tikus jantan dan betina normal.
H. Asupan Minum Tikus
Data pendukung yang lain yaitu asupan minum yang dihitung setiap hari
selama perlakuan. Data asupan minum menunjukkan bahwa pola minum tikus
normal, sehingga tidak ada peningkatan maupun penurunan volume minum yang
bermakna. Data asupan minum ini tidak perlu diuji statistik karena hanya untuk
melihat pola minum tikus. Gambar 25 dan 26 menunjukkan grafik dengan profil yang
sama, di mana pola minum tikus jantan dan betina normal.
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Ju
mla
h m
ak
an
(g
ra
m)
Hari ke-
Grafik Asupan Makan Tikus Betina
DOSIS I DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 25. Grafik asupan minum tikus jantan selama pemberian infusa daun sirsak pada hari
ke-0 sampai ke-28
Keterangan: Dosis I = infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis II = infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis III = infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis IV = infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol akuades 8333 mg/kgBB
Gambar 26. Grafik asupan minum tikus betina selama pemberian infusa daun sirsak pada hari
ke-0 sampai ke-28
Keterangan: Dosis I = infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis II = infusa daun sirsak 180 mg/kgBB
Dosis III = infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
Dosis IV = infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
Kontrol akuades 8333 mg/kgBB
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Volu
me M
inu
m (
mL
)
Hari ke-
Grafik Asupan Minum Tikus Jantan
DOSIS I DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST
0
10
20
30
40
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28Volu
me M
inu
m (
mL
)
Hari ke-
Grafik Asupan Minum Tikus Betina
DOSIS I DOSIS 2 DOSIS 3 DOSIS 4 KONTROL AQUADEST
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak memberikan efek kenaikan
nilai kadar kreatinin dalam darah dan perubahan secara struktural pada organ
ginjal yang dilihat dari histologis ginjal.
2. Tidak ada hubungan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik.
3. Tidak ada perubahan secara struktural pada ginjal selama uji reversibilitas.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang toksisitas kronis infusa daun sirsak selama
lebih dari 90 hari pada ginjal dan organ vital lainnya pada tikus putih jantan
dan betina, untuk mengetahui apakah dapat menyebabkan kerusakan pada
ginjal dan organ vital lainnya atau tidak.
2. Perlu dilakukan standarisasi secara kimia pada kandungan dalam daun sirsak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
DAFTAR PUSTAKA
Adewole, S.O., and Martins, E.A.C., 2006, Morphological Changes and
Hypoglycemic Effects of Annona Muricata Linn. (Annonaceae) Leaf
Aqueous Extract on Pancreatic Β-Cells of Streptozotocin-Treated
Diabetic Rats, African Journal of Biomedical Research, 9, 173-187.
Alper, A.B., 2011, Tubulointerstitial Nephritis,
http://emedicine.medscape.com/article/243597-overview#aw2aab6b2b3,
diakses tanggal 11 Desember 2012.
Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of
acute and subchronic toxicity of Annona Muricata (Linn.) aqueous
extract in animals, European Journal of Experimental Biology, 1 (4),
115-124.
Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2012, Bilirubin
Lowering Potential of Annona muricata (Linn.) in Temporary Jaundiced
Rats, American Journal of Pharmacology and Toxicology, 7 (2), 33-40.
Derelanko, M.J., and Hollinger, M.A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th Ed.,
CRC Press LLC, USA, pp. 456-464.
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey,
L.M., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, 7th Ed.,
The McGraw-Hill Companies, United States of America, pp. 738-830.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Edisi I,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986 a, Sediaan Galenik,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1979 b, Farmakope
Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 c, Farmakope Indonesia, Jilid
IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995 d, Material Medika
Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Donatus, I.A., 2001, Toksikologi Dasar, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta, pp. 201-202.
Eatau, D.L., and Klaassen, C.D., 2001, Principle of Toxicology, 6th Ed., Mc. Graw
Hill, New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Gleye, C., Laurens, A., Hocquemiller, R., Figadere, B., and Cave, A., 1996,
Muridienin-1 and -2: The Missing Links in The Biogenetic Precursors of
Acetogenins of Annonaceae, Tetrahedron Letters, 37 (52), 9301-9304.
Gunin, A., 2000, Histology Images: Urinary System,
http://www.histol.chuvashia.com/atlas-en/urinary-01-en.htm, diakses
tanggal 27 November 2012.
Hasrat, J.A., Bruyne, T.D.E., De Backer, J.P., Vauquelin, G., and Vlietinck, A.J.,
1997, Isoquinoline Derivatives Isolated from the Fruit of Annona
muricata as 5-HTergic 5-HT1A Receptor Agonists in Rats: Unexploited
Antidepressive (Lead) Products, Journal of Pharmacy and
Pharmacology, 49 (11), 1145-49.
Huether, S.E., and McCance, K.L., 2008, Understanding Pathophysiology, 4th
ed.,
Mosby Elsevier, St. Louis, Missouri, pp. 766-783.
Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., 2010, Robbins and Cotran Pathologic
Basis of Disease, 7th ed., diterjemahkan oleh Brahm, U., hal. 976-1042,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Laboratorium Amerind Bio-Clinic, 2010, Uji Fungsi Ginjal,
http://www.abclab.co.id/?p=944, diakses tanggal 27 November 2012.
Leeson, C.R., Leeson T.S. and Paparo, A.A., 1996, Buku Ajar Histologis,
diterjemahkan oleh Tambayong, J., Edisi 5, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Loomis, T.A., 1978, Basic Toxicology, diterjemahkan oleh Donatus, I.A.,, Edisi
III, IKIP Semarang Press, Semarang.
Lu, F.C., 1995, Basic Toxicology: Fundamental, Target Organs, and Risk
Assesment, diterjemahkan oleh Nugroho, E., hal. 47-48, 231, UI Press,
Jakarta.
Manggarwati, A.F., 2010, Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Valerian pada Tikus
Wistar: Studi Terhadap Gambaran Mikroskopis Ginjal dan Kadar
Kreatinin, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.
Mardiana, L. dan Ratnasari, J., 2011, Ramuan dan Khasiat Sirsak: Terbukti
secara Imiah Tumpas Kanker dan Penyakit Lainnya, Penebar Swadaya,
Depok, pp. 7-28.
Menteri Kesehatan RI, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Nomor 003 Pasal 1, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
McPhee, S.J., Lingappa, V.R., Ganong, W.F., and Lange, J.D., 1995,
Pathophysiology of Disease, 1th
Ed., Apleton and Lange, America, pp.
278-300.
McPhee, S.J. and Ganong, W.F., 2010, Pathophysiology of Disease: An
Introduction to Clinical Medicine, 5th ed., diterjemahkan oleh Brahm, U.,
hal 493-500, EGC, Jakarta.
Oktora, L., 2006, Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan Manfaat
dan Keamanannya, Majalah Ilmu Kefarmasian, 3, 1-7.
Perazella, M.A., and Markowitz, G.S., 2010, Drug-Induced Acute Interstitial
Nephritis,http://www.nature.com/nrneph/journal/v6/n8/full/nrneph.2010.
71.htmL, diakses tanggal 27 November 2012.
Potts, L.F., Luzzio, F.A., Smith, S.C., Hetman, M., Champy, P., and Litfan, I.,
2011, Annonacin in Asimina triloba Fruit: Implication for Neurotoxicity,
Elsevier, 33, 53-58.
Prachi, P., 2010, In Vitro Antimicrobial Activity and Phytochemical Analysis of
The Leaves of Annona muricata, International Journal of Pharma, 2, 1-
6.
Price, S.A., and Wilson, L.M., 1985, Pathophysiology Clinical Concepts of
Disease Processes, diterjemahkan oleh Dharma, A., Penerbit Kedokteran
EGC, Jakarta, pp. 5-11.
Rachmani, E.P.N., Suhesti, T.S, Widiastuti, R., and Aditiyono, 2012, The Breast
Of Anticancer From Leaf Extract Of Annona Muricata Againts Cell Line
In T47d, International Journal of Applied Science and Technology, 2, 1.
Sacher, R.A., and Richard, A., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, EGC, Jakarta, pp. 292.
Setiadi, 2007, Anatomi dan Fisiologi Manusia, Graha Ilmu, Yogyakarta, pp. 117-
120.
Shargel, L., and Yu, A.B.C., 1988, Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, 2th
ed., diterjemahkan oleh Fasich, dan Sjamsiah, S.,
hal. 391-422, Airlangga University Press, Surabaya.
Sherwood, L., 2006, Textbook of Human Physiology, 2th ed., EGC, Jakarta.
Silbernagyl and Lang. F, 2007, ’Ginjal, Keseimbangan Air Dan Garam’, dalam
Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi, Cetakan 1, EGC, Jakarta, pp. 92-
1332.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
SIU School of Medicine, 2005, Histology Study Guide: Kidney and Urinary
Tract, http://www.siumed.edu/~dking2/crr/rnguide.htm, diakses pada
tanggal 10 Desember 2012.
Sunarjono, 2005, Sirsak dan Srikaya: Budi Daya Untuk Menghasilkan Buah
Prima, Penebar Swadaya, Jakarta.
Suranto, A., 2004, Khasiat dan Manfaat Madu Herbal, AgroMedia Pustaka,
Jakarta, pp. 89.
Sutedjo, A.Y., 2006, Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, Amara Books, Yogyakarta, pp. 76-82.
Steenis, C.G.G.J.V., 1992, Flora: Untuk Sekolah di Indonesia, Pradnya Paramita,
Jakarta.
Syahida, M., Maskat, M. Y., Suri, R., Mamot, S., and Hadijah, H., 2012, Soursop
(Annona muricata L.): Blood hematology and serum biochemistry of
Sprague-Dawley rats, International Food Research Journal, 19 (3), 955-
959.
Tjitrosoepomo, G., 1989, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjah Mada
University Press, pp. 99-173.
Villo, P., 2008, Synthesis of Acetogenin Analogues, Thesis, University of Tartu,
Estonia.
WHO, 2008, Traditional Medicine, http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs134/en/, diakses tanggal 1 September 2012.
Wijaya, I., dan Miranti, I.P., 2005, Patologi Ginjal dan Saluran Kemih. 3rd
Ed.,
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang,
pp. 49-53.
Winarni, C., 2002, Daya Anthelmintik serta Analisis Alkaloid, Tanin, dan Minyak
Atsiri dengan Metode KLT Daun Annons muricata L. (Sirsak), Skripsi,
54, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wu, F.E., Gu, Z.M., Zeng, L., Zhao, G.X., Zhang, Y., and McLaughlin, J.L.,
1995, Two New Cytotoxic Monotetrahydrofuran Annonaceous
acetogenins, annonamuricins A dan B, from the Leaves of Annona
muricata, Journal of Natural Product, 58 (6), 830-836.
Wulandari, B.D., 2010, Pengaruh Pemberian Seduhan Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa) Dosis Bertingkat Selama 30 Hari terhadap
Gambaran Histologisk Ginjal Tikus Wistar, Artikel Ilmiah, Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Zuhud, E.A., 2011, Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Zeng L., Wu, F.E., Oberlies, N.H., McLaughlin, J.L., and Sastrodihadjo, S., 1996,
Five new monotetrahydrofuran ring acetogenins from the leaves of
Annona muricata, Journal of Natural Product, 59, 1035-1042.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 1. Foto tanaman sirsak dan daun sirsak
Lampiran 2. Hasil determinasi tanaman sirsak
Lampiran 3. Foto infusa daun sirsak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 5. Surat Ethics Committee Approval
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 6. Perhitungan berat halus serbuk dan rendemen
Berat daun basah = 184,0 gram
Berat daun kering = 53,9 gram
Berat serbuk = 41,4 gram
Berat halus serbuk I = 39,3 gram
Berat halus serbuk II = 39,3 gram
% rendemen:
41,4 𝑔
184 x 100% = 22,5%.
Lampiran 7. Perhitungan kadar air daun sirsak
Replikasi I = 4,8 mL
Replikasi II = 4,9 mL
Replikasi III = 4,85 mL
Rata-rata= 4,85 mL (dalam 50 gram
serbuk daun sirsak)
% kadar air:
4,85 𝑚𝑙
50 𝑔 x 100% = 9,7%.
Lampiran 8. Perhitungan dosis infusa daun sirsak
Dosis pada perlakuan ini adalah 2 g/70 kgBB manusia. Konversi manusia (70 kg
ke tikus 200 g) = 0,018.
Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200 gBB tikus
Dosis untuk 1 g tikus = 1000
200 x 0,036 = 0,18 mg/gBB tikus = 180 mg/kgBB
tikus
Untuk perhitungan dosis tertinggi yaitu:
D = 𝐶 𝑥 𝑉
𝐵𝐵 = 6 g/100 mL x 2,5 mL : 300 g = 0,5 mg/gBB tikus = 500 mg/kgBB
tikus
Faktor pengali = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎 ℎ = 0,5 mg /g BB tikus
0,18 mg /g BB tikus = 1,67
Dosis I = 108 mg/kgBB tikus
Dosis II = 180 mg/kgBB tikus
Dosis III = 301 mg/kgBB tikus
Dosis IV = 503 mg/kgBB tikus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 9. Perhitungan konversi dosis infusa daun sirsak dari tikus ke
manusia
Konversi dosis tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0
Dosis I
108 mg/kgBB = 0,108 mg/gBB tikus
0,108 mg/kgBB x 200 g = 21,6 mg
21,6 mg x 56,0 = 1209,6 mg/70 kgBB manusia = 17,28 mg/kgBB.
Dosis II
180 mg/kgBB = 0,180 mg/gBB tikus
0,180 mg/kgBB x 200 g = 36 mg
36 mg x 56,0 = 2016 mg/70 kgBB manusia = 28,8 mg/kgBB.
Dosis III
301 mg/kgBB = 0,301 mg/gBB tikus
0,301 mg/kgBB x 200 g = 60,2 mg
60,2 mg x 56,0 = 3371,2 mg/70 kgBB manusia = 48,16 mg/kgBB.
Dosis IV
503 mg/kgBB = 0,503 mg/gBB tikus
0,503 mg/kgBB x 200 g = 100,6 mg
100,6 mg x 56,0 = 5633,6 mg/70 kgBB manusia = 80,48 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 10. Analisis statistik kadar kreatinin tikus jantan sebelum
pemberian infusa daun sirsak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kreatinin
N 25
Normal Parametersa Mean .478
Std. Deviation .0343
Most Extreme Differences Absolute .117
Positive .100
Negative -.117
Kolmogorov-Smirnov Z .584
Asymp. Sig. (2-tailed) .884
a. Test distribution is Normal.
Homogeneous Subsets
perlakuan dosis N
Subset for alpha
= 0.05
1
dosis 3 infusa daun sirsak 5 .466
dosis 4 infusa daun sirsak 5 .468
dosis 2 infusa daun sirsak 5 .474
kontrol akuades 5 .478
dosis 1 infusa daun sirsak 5 .504
Sig. .559
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.433 4 20 .260
Oneway
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis 1 infusa daun
sirsak 5 .504 .0378 .0169 .457 .551 .5 .6
dosis 2 infusa daun
sirsak 5 .474 .0313 .0140 .435 .513 .4 .5
dosis 3 infusa daun sirsak
5 .466 .0410 .0183 .415 .517 .4 .5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
ANOVA
Kreatinin Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .005 4 .001 .995 .433
Within Groups .024 20 .001
Total .028 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Scheffe
(I) perlakuan dosis (J) perlakuan dosis
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis 1 infusa daun
sirsak
dosis 2 infusa daun
sirsak .0300 .0217 .751 -.043 .103
dosis 3 infusa daun
sirsak .0380 .0217 .559 -.035 .111
dosis 4 infusa daun
sirsak .0360 .0217 .608 -.037 .109
kontrol akuades .0260 .0217 .835 -.047 .099
dosis 2 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0300 .0217 .751 -.103 .043
dosis 3 infusa daun
sirsak .0080 .0217 .998 -.065 .081
dosis 4 infusa daun
sirsak .0060 .0217 .999 -.067 .079
kontrol akuades -.0040 .0217 1.000 -.077 .069
dosis 3 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0380 .0217 .559 -.111 .035
dosis 2 infusa daun sirsak
-.0080 .0217 .998 -.081 .065
dosis 4 infusa daun
sirsak -.0020 .0217 1.000 -.075 .071
kontrol akuades -.0120 .0217 .989 -.085 .061
dosis 4 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0360 .0217 .608 -.109 .037
dosis 4 infusa daun
sirsak 5 .468 .0148 .0066 .450 .486 .4 .5
kontrol akuades 5 .478 .0396 .0177 .429 .527 .4 .5
Total 25 .478 .0343 .0069 .464 .492 .4 .6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0060 .0217 .999 -.079 .067
dosis 3 infusa daun
sirsak .0020 .0217 1.000 -.071 .075
kontrol akuades -.0100 .0217 .994 -.083 .063
kontrol akuades dosis 1 infusa daun
sirsak -.0260 .0217 .835 -.099 .047
dosis 2 infusa daun sirsak
.0040 .0217 1.000 -.069 .077
dosis 3 infusa daun
sirsak .0120 .0217 .989 -.061 .085
dosis 4 infusa daun sirsak
.0100 .0217 .994 -.063 .083
Means
perlakuan dosis Mean
Std. Error of
Mean
dosis 1 infusa daun sirsak .504 .0169
dosis 2 infusa daun sirsak .474 .0140
dosis 3 infusa daun sirsak .466 .0183
dosis 4 infusa daun sirsak .468 .0066
kontrol akuades .478 .0177
Total .478 .0069
Lampiran 11. Data statistik kadar kreatinin tikus betina sebelum
pemberian infusa daun sirsak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kreatinin
N 25
Normal Parametersa Mean .529
Std. Deviation .0315
Most Extreme Differences Absolute .129
Positive .129
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z .645
Asymp. Sig. (2-tailed) .799
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Homogeneous Subsets
perlakuan dosis N
Subset for alpha
= 0.05
1
dosis 4 infusa daun sirsak 5 .514
dosis 1 infusa daun sirsak 5 .528
dosis 3 infusa daun sirsak 5 .528
dosis 2 infusa daun sirsak 5 .538
kontrol akuades 5 .538
Sig. .855
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.690 4 20 .607
Oneway
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .002 4 .000 .445 .775
Within Groups .022 20 .001
Total .024 24
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
Scheffe
(I) perlakuan dosis (J) perlakuan dosis
Mean
Difference
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis 1 infusa daun
sirsak 5 .528 .0455 .0203 .472 .584 .5 .6
dosis 2 infusa daun
sirsak 5 .538 .0342 .0153 .496 .580 .5 .6
dosis 3 infusa daun
sirsak 5 .528 .0335 .0150 .486 .570 .5 .6
dosis 4 infusa daun
sirsak 5 .514 .0230 .0103 .485 .543 .5 .6
kontrol akuades 5 .538 .0239 .0107 .508 .568 .5 .6
Total 25 .529 .0315 .0063 .516 .542 .5 .6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
(I-J) Lower
Bound
Upper
Bound
dosis 1 infusa daun
sirsak
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0100 .0209 .993 -.081 .061
dosis 3 infusa daun
sirsak .0000 .0209 1.000 -.071 .071
dosis 4 infusa daun
sirsak .0140 .0209 .977 -.057 .085
kontrol akuades -.0100 .0209 .993 -.081 .061
dosis 2 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak .0100 .0209 .993 -.061 .081
dosis 3 infusa daun
sirsak .0100 .0209 .993 -.061 .081
dosis 4 infusa daun
sirsak .0240 .0209 .855 -.047 .095
kontrol akuades .0000 .0209 1.000 -.071 .071
dosis 3 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak .0000 .0209 1.000 -.071 .071
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0100 .0209 .993 -.081 .061
dosis 4 infusa daun
sirsak .0140 .0209 .977 -.057 .085
kontrol akuades -.0100 .0209 .993 -.081 .061
dosis 4 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0140 .0209 .977 -.085 .057
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0240 .0209 .855 -.095 .047
dosis 3 infusa daun
sirsak -.0140 .0209 .977 -.085 .057
kontrol akuades -.0240 .0209 .855 -.095 .047
kontrol akuades dosis 1 infusa daun
sirsak .0100 .0209 .993 -.061 .081
dosis 2 infusa daun
sirsak .0000 .0209 1.000 -.071 .071
dosis 3 infusa daun
sirsak .0100 .0209 .993 -.061 .081
dosis 4 infusa daun
sirsak .0240 .0209 .855 -.047 .095
Means
perlakuan dosis Mean
Std. Error of
Mean
dosis 1 infusa daun sirsak .528 .0203
dosis 2 infusa daun sirsak .538 .0153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
dosis 3 infusa daun sirsak .528 .0150
dosis 4 infusa daun sirsak .514 .0103
kontrol akuades .538 .0107
Total .529 .0063
Lampiran 12. Data statistik kadar kreatinin tikus jantan setelah pemberian
infusa daun sirsak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kreatinin
N 25
Normal Parametersa Mean .500
Std. Deviation .0398
Most Extreme Differences Absolute .117
Positive .117
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z .585
Asymp. Sig. (2-tailed) .883
a. Test distribution is Normal.
Homogeneous Subsets
perlakuan dosis N
Subset for alpha
= 0.05
1
dosis 3 infusa daun sirsak 5 .466
dosis 2 infusa daun sirsak 5 .488
dosis 4 infusa daun sirsak 5 .498
dosis 1 infusa daun sirsak 5 .522
kontrol akuades 5 .524
Sig. .213
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.058 4 20 .041
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Oneway
ANOVA
kreatinin Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .012 4 .003 2.248 .100
Within Groups .026 20 .001
Total .038 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Scheffe
(I) perlakuan dosis (J) perlakuan dosis
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis 1 infusa daun
sirsak
dosis 2 infusa daun
sirsak .0340 .0229 .701 -.044 .112
dosis 3 infusa daun
sirsak .0560 .0229 .242 -.022 .134
dosis 4 infusa daun
sirsak .0240 .0229 .891 -.054 .102
kontrol akuades -.0020 .0229 1.000 -.080 .076
dosis 2 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0340 .0229 .701 -.112 .044
dosis 3 infusa daun
sirsak .0220 .0229 .918 -.056 .100
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
m Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis 1 infusa daun
sirsak 5 .522 .0239 .0107 .492 .552 .5 .6
dosis 2 infusa daun
sirsak 5 .488 .0335 .0150 .446 .530 .4 .5
dosis 3 infusa daun
sirsak 5 .466 .0305 .0136 .428 .504 .4 .5
dosis 4 infusa daun
sirsak 5 .498 .0249 .0111 .467 .529 .5 .5
kontrol akuades 5 .524 .0577 .0258 .452 .596 .5 .6
Total 25 .500 .0398 .0080 .483 .516 .4 .6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dosis 4 infusa daun
sirsak -.0100 .0229 .995 -.088 .068
kontrol akuades -.0360 .0229 .656 -.114 .042
dosis 3 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0560 .0229 .242 -.134 .022
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0220 .0229 .918 -.100 .056
dosis 4 infusa daun
sirsak -.0320 .0229 .745 -.110 .046
kontrol akuades -.0580 .0229 .213 -.136 .020
dosis 4 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0240 .0229 .891 -.102 .054
dosis 2 infusa daun sirsak
.0100 .0229 .995 -.068 .088
dosis 3 infusa daun
sirsak .0320 .0229 .745 -.046 .110
kontrol akuades -.0260 .0229 .860 -.104 .052
kontrol akuades dosis 1 infusa daun
sirsak .0020 .0229 1.000 -.076 .080
dosis 2 infusa daun
sirsak .0360 .0229 .656 -.042 .114
dosis 3 infusa daun
sirsak .0580 .0229 .213 -.020 .136
dosis 4 infusa daun sirsak
.0260 .0229 .860 -.052 .104
Means
Report
perlakuan dosis Mean
Std. Error of
Mean
dosis 1 infusa daun sirsak .522 .0107
dosis 2 infusa daun sirsak .488 .0150
dosis 3 infusa daun sirsak .466 .0136
dosis 4 infusa daun sirsak .498 .0111
kontrol akuades .524 .0258
Total .500 .0080
Lampiran 13. Data statistik kadar kreatinin tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
kreatinin
N 25
Normal Parametersa Mean .542
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Std. Deviation .0389
Most Extreme Differences Absolute .194
Positive .194
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z .970
Asymp. Sig. (2-tailed) .304
a. Test distribution is Normal.
Homogeneous Subsets
perlakuan dosis N
Subset for alpha
= 0.05
1
dosis 4 infusa daun sirsak 5 .520
dosis 3 infusa daun sirsak 5 .532
kontrol akuades 5 .546
dosis 1 infusa daun sirsak 5 .550
dosis 2 infusa daun sirsak 5 .562
Sig. .595
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.446 4 20 .256
Oneway ANOVA
Kreatinin Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups .005 4 .001 .856 .507
Within Groups .031 20 .002
Total .036 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
(I) perlakuan dosis (J) perlakuan dosis
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
dosis 1 infusa daun
sirsak
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0120 .0249 .993 -.096 .072
dosis 3 infusa daun sirsak
.0180 .0249 .970 -.066 .102
dosis 4 infusa daun
sirsak .0300 .0249 .833 -.054 .114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
kontrol akuades .0040 .0249 1.000 -.080 .088
dosis 2 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak .0120 .0249 .993 -.072 .096
dosis 3 infusa daun
sirsak .0300 .0249 .833 -.054 .114
dosis 4 infusa daun
sirsak .0420 .0249 .595 -.042 .126
kontrol akuades .0160 .0249 .980 -.068 .100
dosis 3 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0180 .0249 .970 -.102 .066
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0300 .0249 .833 -.114 .054
dosis 4 infusa daun
sirsak .0120 .0249 .993 -.072 .096
kontrol akuades -.0140 .0249 .988 -.098 .070
dosis 4 infusa daun
sirsak
dosis 1 infusa daun
sirsak -.0300 .0249 .833 -.114 .054
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0420 .0249 .595 -.126 .042
dosis 3 infusa daun
sirsak -.0120 .0249 .993 -.096 .072
kontrol akuades -.0260 .0249 .893 -.110 .058
kontrol akuades dosis 1 infusa daun
sirsak -.0040 .0249 1.000 -.088 .080
dosis 2 infusa daun
sirsak -.0160 .0249 .980 -.100 .068
dosis 3 infusa daun
sirsak .0140 .0249 .988 -.070 .098
dosis 4 infusa daun
sirsak .0260 .0249 .893 -.058 .110
Means
perlakuan dosis Mean
Std. Error of
Mean
dosis 1 infusa daun sirsak .550 .0179
dosis 2 infusa daun sirsak .562 .0242
dosis 3 infusa daun sirsak .532 .0183
dosis 4 infusa daun sirsak .520 .0084
kontrol akuades .546 .0157
Total .542 .0078
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 14. Data statistik Paired T test kreatinin pre dan post pada tikus
jantan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 dosis 1 pre .5040 5 .03782 .01691
dosis 1 post .5220 5 .02387 .01068
Pair 2 dosis 2 pre .4740 5 .03130 .01400
dosis 2 post .4880 5 .03347 .01497
Pair 3 dosis 3 pre .4660 5 .04099 .01833
dosis 3 post .4660 5 .03050 .01364
Pair 4 dosis 4 pre .4680 5 .01483 .00663
dosis 4 post .4980 5 .02490 .01114
Pair 5 kontrol pre .4780 5 .03962 .01772
kontrol post .5240 5 .05771 .02581
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std.
Error Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 dosis 1 pre -
dosis 1 post -.01800 .05020 .02245 -.08033 .04433 -.802 4 .468
Pair 2 dosis 2 pre -
dosis 2 post -.01400 .06066 .02713 -.08932 .06132 -.516 4 .633
Pair 3 dosis 3 pre -
dosis 3 post .00000 .02915 .01304 -.03620 .03620 .000 4 1.000
Pair 4 dosis 4 pre -
dosis 4 post -.03000 .02915 .01304 -.06620 .00620 -2.301 4 .083
Pair 5 kontrol pre -
kontrol post -.04600 .05941 .02657 -.11977 .02777 -1.731 4 .158
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 dosis 1 pre & dosis 1 post 5 -.288 .638
Pair 2 dosis 2 pre & dosis 2 post 5 -.754 .141
Pair 3 dosis 3 pre & dosis 3 post 5 .704 .184
Pair 4 dosis 4 pre & dosis 4 post 5 -.014 .983
Pair 5 kontrol pre & kontrol post 5 .300 .624
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 15. Data statistik Paired T test kreatinin pre dan post pada tikus
betina
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 dosis 1 pre .5280 5 .04550 .02035
dosis 1 post .5500 5 .04000 .01789
Pair 2 dosis 2 pre .5380 5 .03421 .01530
dosis 2 post .5620 5 .05404 .02417
Pair 3 dosis 3 pre .5280 5 .03347 .01497
dosis 3 post .5320 5 .04087 .01828
Pair 4 dosis 4 pre .5140 5 .02302 .01030
dosis 4 post .5200 5 .01871 .00837
Pair 5 kontrol pre .5380 5 .02387 .01068
kontrol post .5460 5 .03507 .01568
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 dosis 1 pre & dosis 1 post 5 .659 .226
Pair 2 dosis 2 pre & dosis 2 post 5 .584 .301
Pair 3 dosis 3 pre & dosis 3 post 5 -.307 .615
Pair 4 dosis 4 pre & dosis 4 post 5 .058 .926
Pair 5 kontrol pre & kontrol post 5 .107 .863
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 dosis 1 pre -
dosis 1 post -.02200 .03564 .01594 -.06625 .02225 -1.380 4 .240
Pair 2 dosis 2 pre -
dosis 2 post -.02400 .04393 .01965 -.07855 .03055 -1.222 4 .289
Pair 3 dosis 3 pre -
dosis 3 post -.00400 .06025 .02694 -.07881 .07081 -.148 4 .889
Pair 4 dosis 4 pre -
dosis 4 post -.00600 .02881 .01288 -.04177 .02977 -.466 4 .666
Pair 5 kontrol pre -
kontrol post -.00800 .04025 .01800 -.05798 .04198 -.444 4 .680
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 16. Analisis statistik berat badan tikus jantan
Multivariate Testsc
Effect Value F
Hypothesis
df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace .997 1.201E3a 5.000 16.000 .000
Wilks' Lambda .003 1.201E3a 5.000 16.000 .000
Hotelling's Trace 375.298 1.201E3a 5.000 16.000 .000
Roy's Largest Root 375.298 1.201E3a 5.000 16.000 .000
kelompok_perlakuan Pillai's Trace .385 .405 20.000 76.000 .987
Wilks' Lambda .662 .357 20.000 54.016 .993
Hotelling's Trace .442 .321 20.000 58.000 .997
Roy's Largest Root .204 .777b 5.000 19.000 .579
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects
Source Dependent Variable Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model Berat Badan Hari ke-0 404.618a 4 101.154 .120 .974
Berat Badan Hari ke-7 358.758b 4 89.689 .146 .963
Berat Badan Hari ke-14 250.798c 4 62.700 .123 .972
Berat Badan Hari ke-21 413.058d 4 103.265 .223 .922
Berat Badan Hari ke-28 226.734e 4 56.684 .155 .958
Intercept Berat Badan Hari ke-0 1378698.672 1 1378698.672 1.641E3 .000
Berat Badan Hari ke-7 1607367.552 1 1607367.552 2.608E3 .000
Berat Badan Hari ke-14 1849763.204 1 1849763.204 3.638E3 .000
Berat Badan Hari ke-21 2025384.386 1 2025384.386 4.380E3 .000
Berat Badan Hari ke-28 2219980.802 1 2219980.802 6.079E3 .000
kelompok_perlakuan Berat Badan Hari ke-0 404.618 4 101.154 .120 .974
Berat Badan Hari ke-7 358.758 4 89.689 .146 .963
Berat Badan Hari ke-14 250.798 4 62.700 .123 .972
Berat Badan Hari ke-21 413.058 4 103.265 .223 .922
Berat Badan Hari ke-28 226.734 4 56.684 .155 .958
Error Berat Badan Hari ke-0 16800.340 20 840.017
Berat Badan Hari ke-7 12324.960 20 616.248
Berat Badan Hari ke-14 10170.508 20 508.525
Berat Badan Hari ke-21 9247.616 20 462.381
Berat Badan Hari ke-28 7303.604 20 365.180
Total Berat Badan Hari ke-0 1395903.630 25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Berat Badan Hari ke-7 1620051.270 25
Berat Badan Hari ke-14 1860184.510 25
Berat Badan Hari ke-21 2035045.060 25
Berat Badan Hari ke-28 2227511.140 25
Corrected Total Berat Badan Hari ke-0 17204.958 24
Berat Badan Hari ke-7 12683.718 24
Berat Badan Hari ke-14 10421.306 24
Berat Badan Hari ke-21 9660.674 24
Berat Badan Hari ke-28 7530.338 24
a. R Squared = ,024 (Adjusted R Squared = -,172)
b. R Squared = ,028 (Adjusted R Squared = -,166)
c. R Squared = ,024 (Adjusted R Squared = -,171)
d. R Squared = ,043 (Adjusted R Squared = -,149)
e. R Squared = ,030 (Adjusted R Squared = -,164)
Report
kelompok perlakuan
Berat Badan
Hari ke-0
Berat Badan
Hari ke-7
Berat Badan
Hari ke-14
Berat Badan
Hari ke-21
Berat Badan
Hari ke-28
Infusa Daun
Sirsak 0,108
mg/gBB
Mean 234.9400 246.5000 267.1200 279.1400 295.0600
N 5 5 5 5 5
Std.
Deviation 29.30654 18.65449 20.85970 24.63966 19.98695
Std. Error of
Mean 13.10628 8.34254 9.32874 11.01919 8.93843
Infusa Daun
Sirsak 0,180
mg/gBB
Mean 237.1200 252.7200 274.3800 289.0800 303.1800
N 5 5 5 5 5
Std.
Deviation 26.22312 23.58341 26.35663 26.78371 22.22346
Std. Error of
Mean 11.72734 10.54682 11.78704 11.97804 9.93863
Infusa Daun
Sirsak 0,301 mg/gBB
Mean 227.2800 256.6400 272.4400 281.6400 294.9200
N 5 5 5 5 5
Std.
Deviation 33.60658 30.57569 21.75495 20.24483 20.78911
Std. Error of
Mean 15.02932 13.67387 9.72911 9.05376 9.29717
Infusa Daun
Sirsak 0,503
mg/gBB
Mean 235.8000 256.0200 270.0400 283.8600 298.2200
N 5 5 5 5 5
Std.
Deviation 26.71835 24.09672 18.03741 14.87105 14.66959
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Std. Error of
Mean 11.94881 10.77638 8.06657 6.65053 6.56044
Kontrol Akuades
8,33 mg/gBB
Mean 239.0400 255.9400 276.0800 289.4400 298.5800
N 5 5 5 5 5
Std. Deviation
28.46556 25.72058 24.78310 18.87917 16.88659
Std. Error of
Mean 12.73018 11.50259 11.08334 8.44302 7.55191
Total Mean 234.8360 253.5640 272.0120 284.6320 297.9920
N 25 25 25 25 25
Std.
Deviation 26.77449 22.98887 20.83797 20.06310 17.71339
Std. Error of
Mean 5.35490 4.59777 4.16759 4.01262 3.54268
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Berat Badan Hari ke-0 *
kelompok perlakuan
Between Groups (Combined) 404.618 4 101.154 .120 .974
Within Groups 16800.340 20 840.017
Total 17204.958 24
Berat Badan Hari ke-7 *
kelompok perlakuan
Between Groups (Combined) 358.758 4 89.689 .146 .963
Within Groups 12324.960 20 616.248
Total 12683.718 24
Berat Badan Hari ke-14 *
kelompok perlakuan
Between Groups (Combined) 250.798 4 62.700 .123 .972
Within Groups 10170.508 20 508.525
Total 10421.306 24
Berat Badan Hari ke-21 *
kelompok perlakuan
Between Groups (Combined) 413.058 4 103.265 .223 .922
Within Groups 9247.616 20 462.381
Total 9660.674 24
Berat Badan Hari ke-28 *
kelompok perlakuan
Between Groups (Combined) 226.734 4 56.684 .155 .958
Within Groups 7303.604 20 365.180
Total 7530.338 24
Lampiran 17. Analisis statistik berat badan tikus betina
Multivariate Testsc
Effect Value F
Hypothesis
df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace .996 9.008E2a 5.000 16.000 .000
Wilks' Lambda .004 9.008E2a 5.000 16.000 .000
Hotelling's Trace 281.510 9.008E2a 5.000 16.000 .000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Roy's Largest Root 281.510 9.008E2a 5.000 16.000 .000
kelompok_perlakuan Pillai's Trace .583 .648 20.000 76.000 .863
Wilks' Lambda .507 .613 20.000 54.016 .886
Hotelling's Trace .801 .580 20.000 58.000 .911
Roy's Largest Root .500 1.901b 5.000 19.000 .142
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance
level.
c. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
Tests of Between-Subjects Effects
Source Dependent Variable
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model Berat Badan Hari ke-0 80.996a 4 20.249 .090 .985
Berat Badan Hari ke-7 634.600b 4 158.650 .906 .479
Berat Badan Hari ke-14 458.338c 4 114.585 .541 .707
Berat Badan Hari ke-21 626.610d 4 156.653 .632 .646
Berat Badan Hari ke-28 868.062e 4 217.016 .889 .489
Intercept Berat Badan Hari ke-0 951015.040 1 951015.040 4.211E3 .000
Berat Badan Hari ke-7 934315.560 1 934315.560 5.338E3 .000
Berat Badan Hari ke-14 946223.108 1 946223.108 4.468E3 .000
Berat Badan Hari ke-21 980020.802 1 980020.802 3.952E3 .000
Berat Badan Hari ke-28 1037464.474 1 1037464.474 4.249E3 .000
kelompok_perlakuan Berat Badan Hari ke-0 80.996 4 20.249 .090 .985
Berat Badan Hari ke-7 634.600 4 158.650 .906 .479
Berat Badan Hari ke-14 458.338 4 114.585 .541 .707
Berat Badan Hari ke-21 626.610 4 156.653 .632 .646
Berat Badan Hari ke-28 868.062 4 217.016 .889 .489
Error Berat Badan Hari ke-0 4516.564 20 225.828
Berat Badan Hari ke-7 3500.860 20 175.043
Berat Badan Hari ke-14 4235.664 20 211.783
Berat Badan Hari ke-21 4959.208 20 247.960
Berat Badan Hari ke-28 4883.624 20 244.181
Total Berat Badan Hari ke-0 955612.600 25
Berat Badan Hari ke-7 938451.020 25
Berat Badan Hari ke-14 950917.110 25
Berat Badan Hari ke-21 985606.620 25
Berat Badan Hari ke-28 1043216.160 25
Corrected Total Berat Badan Hari ke-0 4597.560 24
Berat Badan Hari ke-7 4135.460 24
Berat Badan Hari ke-14 4694.002 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Berat Badan Hari ke-21 5585.818 24
Berat Badan Hari ke-28 5751.686 24
a. R Squared = ,018 (Adjusted R Squared = -,179)
b. R Squared = ,153 (Adjusted R Squared = -,016)
c. R Squared = ,098 (Adjusted R Squared = -,083)
d. R Squared = ,112 (Adjusted R Squared = -,065)
e. R Squared = ,151 (Adjusted R Squared = -,019)
Report
Kelompok Perlakuan
Berat Badan
Hari ke-0
Berat Badan
Hari ke-7
Berat Badan
Hari ke-14
Berat Badan
Hari ke-21
Berat Badan
Hari ke-28
Infusa Daun
Sirsak 0,108 mg/Gbb
Mean 194.4000 191.6600 196.1800 201.4800 206.2600
N 5 5 5 5 5
Std. Deviation 18.13574 10.71812 6.27989 7.67835 10.47869
Std. Error of
Mean 8.11055 4.79329 2.80845 3.43386 4.68621
Infusa Daun
Sirsak 0,180
mg/gBB
Mean 198.0600 202.0200 201.3200 205.9800 213.7800
N 5 5 5 5 5
Std. Deviation 21.13748 14.69956 16.86022 18.05580 16.45257
Std. Error of
Mean 9.45297 6.57384 7.54012 8.07480 7.35781
Infusa Daun Sirsak 0,301
mg/gBB
Mean 192.5000 186.7800 188.1800 192.5400 196.9800
N 5 5 5 5 5
Std. Deviation 11.49848 12.17280 13.03215 10.02487 13.57892
Std. Error of
Mean 5.14228 5.44384 5.82816 4.48326 6.07268
Infusa Daun
Sirsak 0,503
mg/gBB
Mean 195.4400 194.7400 194.0400 194.1200 202.0200
N 5 5 5 5 5
Std. Deviation 9.41371 13.42378 19.23962 20.05261 18.69176
Std. Error of Mean
4.20994 6.00330 8.60422 8.96780 8.35921
Kontrol Akuades
8,33 mg/gBB
Mean 194.8000 191.4000 193.0200 195.8400 199.5200
N 5 5 5 5 5
Std. Deviation 11.51564 14.69303 13.97183 18.76774 17.51134
Std. Error of
Mean 5.14995 6.57092 6.24839 8.39319 7.83131
Total Mean 195.0400 193.3200 194.5480 197.9920 203.7120
N 25 25 25 25 25
Std. Deviation 13.84070 13.12672 13.98511 15.25590 15.48075
Std. Error of
Mean 2.76814 2.62534 2.79702 3.05118 3.09615
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F Sig.
Berat Badan Hari ke-0 *
Kelompok Perlakuan
Between Groups (Combined) 80.996 4 20.249 .090 .985
Within Groups 4516.564 20 225.828
Total 4597.560 24
Berat Badan Hari ke-7 *
Kelompok Perlakuan
Between Groups (Combined) 634.600 4 158.650 .906 .479
Within Groups 3500.860 20 175.043
Total 4135.460 24
Berat Badan Hari ke-14 *
Kelompok Perlakuan
Between Groups (Combined) 458.338 4 114.585 .541 .707
Within Groups 4235.664 20 211.783
Total 4694.002 24
Berat Badan Hari ke-21 *
Kelompok Perlakuan
Between Groups (Combined) 626.610 4 156.653 .632 .646
Within Groups 4959.208 20 247.960
Total 5585.818 24
Berat Badan Hari ke-28 *
Kelompok Perlakuan
Between Groups (Combined) 868.062 4 217.016 .889 .489
Within Groups 4883.624 20 244.181
Total 5751.686 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Lampiran 18. Data rata-rata asupan makan tikus jantan selama 30 hari
HARI Dosis I
(g)
Dosis II
(g)
Dosis III
(g)
Dosis IV
(g)
Kontrol
(g)
1 15,7 16,82 17,72 18,04 17,3
2 16,32 18,38 18,6 18,68 18,3
3 18 18,44 19 18,88 18,0
4 17,96 19,3 17 18,84 18,3
5 17,2 17,26 17,32 18,42 17,9
6 15,72 18,56 17,7 18,76 17,0
7 16,2 15,28 18,44 19,12 18,4
8 17,3 18,84 17,64 18,7 16,9
9 18,08 18,2 19,1 18,08 17,6
10 17,76 17,76 17,82 17,44 17,6
11 17,6 18,14 18,46 16,6 18,1
12 18,34 18,38 18,48 16,66 18,6
13 16,74 17,98 13,94 17,4 17,9
14 17,26 18,52 16,56 15,7 17,9
15 17,72 19,08 17,1 16,78 19,1
16 18,36 18,6 18,1 17,44 19,4
17 17,96 19,02 16,2 16,66 17,7
18 18,88 19,14 17,42 17,78 19,8
19 18,42 19,24 16 17,26 19,4
20 18,58 19,86 15,76 17,54 19,1
21 16,86 19,22 17,16 17,34 17,9
22 19,46 19,54 17,54 18,24 17,0
23 19,58 19,86 17,5 18,84 16,2
24 19,92 19,82 18,8 19,34 19,0
25 19,6 19,9 17,6 19,46 18,7
26 19,82 19,68 17,96 19,52 18,3
27 20 19,48 17,86 19,86 18,9
28 19,52 18,98 18,16 19,62 18,6
29 19,5 18,84 18,8 19,88 19,1
30 18,06 17,2 18,8 18,06 18,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Lampiran 19. Data rata-rata asupan makan tikus betina selama 30 hari
HARI Dosis I
(g)
Dosis II
(g)
Dosis III
(g)
Dosis IV
(g)
Kontrol
(g)
1 9,16 10,92 11,04 9,02 7,4
2 10,76 10,5 10,12 10,42 10,7
3 10,62 12,4 11,16 12,72 14,7
4 10,74 9,86 10,52 10,88 12,1
5 12,16 12,62 13,24 12,7 12,1
6 12,16 13,5 9,74 12,24 11,1
7 11,98 12,84 8,52 12,38 11,1
8 12,12 15,34 11,28 12,7 12,1
9 13 11,26 11,4 13,28 12,5
10 12,56 13,96 11,44 12,34 14,0
11 14,08 15,12 12,52 11,84 12,9
12 12,74 15,66 10,58 11,58 14,1
13 12,68 10,7 12,66 11,24 13,4
14 12,68 14,6 12,44 11,88 12,9
15 14,14 16,36 12,02 11,26 13,7
16 13,84 15,52 13,5 11,72 12,6
17 14,82 12,6 14,34 10,88 13,3
18 14,66 17,54 13,76 12,66 14,8
19 14,3 14,54 11,88 10,9 12,1
20 14,08 15,74 13,88 10,86 11,4
21 13,6 11,88 13,62 12,44 13,1
22 16,14 14,52 14,76 13,72 13,3
23 16,2 14,82 10,62 13,52 12,0
24 14,68 16,96 14,62 14,7 14,4
25 15 15,2 12,8 14,16 14,6
26 14,7 15,42 12,64 14,48 14,5
27 13,52 16,44 13,2 13,84 14,0
28 13,64 16,28 13,76 14,24 14,2
29 14,78 15,46 15,68 13,46 15,6
30 10,48 14,84 13,8 12,2 13,1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 20. Data rata-rata asupan minum tikus jantan selama 30 hari
HARI Dosis I
(mL)
Dosis II
(mL)
Dosis III
(mL)
Dosis IV
(mL)
Kontrol
(mL)
1 30 26 32 30 27
2 22 26 23 26 21
3 18 30 23 28 31
4 22 21 24 20 26
5 28 28 26 25 30
6 24 24 25 24 22
7 25 23 27 25 26
8 28 35 29 35 32
9 30 29 31 29 28
10 29 30 24 35 37
11 27 25 22 21 24
12 27 29 29 29 34
13 26 25 23 23 22
14 27 33 22 25 26
15 35 32 35 33 33
16 28 22 24 21 28
17 40 35 26 31 33
18 27 28 28 28 26
19 33 37 28 29 34
20 30 31 28 23 24
21 31 30 29 29 27
22 41 37 37 35 34
23 28 25 26 28 31
24 35 31 27 30 28
25 28 35 29 29 27
26 36 35 33 32 31
27 25 23 22 24 28
28 31 28 27 27 30
29 39 38 34 46 37
30 33 24 27 32 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 21. Data rata-rata asupan minum tikus betina selama 30 hari
HARI Dosis I
(mL)
Dosis II
(mL)
Dosis III
(mL)
Dosis IV
(mL)
Kontrol
(mL)
1 21 27 30 26 26
2 17 27 16 22 16
3 29 22 16 25 23
4 27 16 28 18 18
5 25 31 28 30 31
6 22 20 16 21 18
7 17 26 18 23 23
8 30 33 29 34 33
9 28 24 24 30 31
10 22 33 25 30 31
11 19 25 16 24 23
12 22 25 22 28 29
13 17 20 22 22 25
14 20 29 19 24 26
15 29 31 26 30 32
16 21 22 19 21 22
17 28 30 28 32 30
18 24 29 22 27 23
19 22 33 24 26 32
20 25 32 21 27 24
21 25 26 23 27 25
22 36 33 34 39 37
23 22 27 16 25 23
24 25 27 27 30 26
25 21 29 23 29 27
26 25 32 26 32 30
27 19 32 22 26 23
28 25 32 23 25 24
29 34 32 33 36 38
30 17 39 26 26 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 22. Surat pengesahan hasil histologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Lampiran 23. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus jantan setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari (perbesaran 100
dan 400)
Kelompok Perbesaran 100 Perbesaran 400
Dosis 108
mg/kgBB
J11
J12 (Nefritis interstitialis)
Dosis 180
mg/kgBB
J23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Dosis 301
mg/kgBB
J32
J34 (Nefritis interstitialis)
Dosis 503
mg/kgBB
J43
Kontrol
akuades
JK4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 24. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus betina setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari (perbesaran 100
dan 400)
Kelompok Perbesaran 100 Perbesaran 400
Dosis 108
mg/kgBB
B11
Dosis 180
mg/kgBB
B23
Dosis 301
mg/kgBB
B33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Dosis 503
mg/kgBB
B45
Kontrol
akuades
BK4 (Nefritis interstitialis)
Lampiran 25. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus jantan selama uji
reversibilitas (perbesaran 100 dan 400)
Kelompok Perbesaran 100 Perbesaran 400
Dosis 108
mg/kgBB
J13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Dosis 180
mg/kgBB
J22
Dosis 301
mg/kgBB
J33
Dosis 503
mg/kgBB
J42
Kontrol
akuades
JK1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 26. Gambar fotomikroskopik ginjal tikus betina selama uji
reversibilitas (perbesaran 100 dan 400)
Kelompok Perbesaran 100 Perbesaran 400
Dosis 108
mg/kgBB
B13 (Nefritis interstitialis)
Dosis 180
mg/kgBB
B22
Dosis 301
mg/kgBB
B32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Dosis 503
mg/kgBB
B41
Kontrol
akuades
BK2 (Nefritis interstitialis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Uji Toksisitas Infusa Daun
Sirsak (Annona muricata L.) Terhadap Kadar Kreatinin
dan Gambaran Histologis Ginjal pada Tikus secara
Subkronis” ini memiliki nama lengkap Christiana
Lambang Kristanti. Penulis lahir di Jakarta pada tanggal
25 Juli 1991 sebagai anak kedua dari dua bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah
TK Mutiara 17 Agustus (1996-1997), SD Mutiara 17
Agustus (1997-2003), SMP Mutiara 17 Agustus (2003-
2006), SMA KORPRI Bekasi (2006-2009), kemudian
tahun 2009 penulis melanjutkan kuliah di Fakultas
Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah
penulis aktif dalam beberapa kegiatan dan organisasi antara lain sebagai anggota
Unit Kegiatan Fakultas Bidang Olahraga Voli (2010-2012), panitia Pelepasan
Wisuda Fakultas Farmasi sebagai seksi konsumsi (2010), panitia Hari Anti
Tembakau sebagai seksi dana dan usaha (2011), dan sebagai ketua kelompok
dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat yang lolos
didanai oleh DIKTI (2012). Selain itu penulis juga pernah mendapatkan
penghargaan Mahasiswa Berprestasi Tahun 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI