PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · stabilitas fisis formula optimum...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - core.ac.uk · stabilitas fisis formula optimum...
PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L.) DALAM MULTIEMULSI A/M/A
DAN SUSPENSI LIPOSOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Eva Mayangsari
NIM : 118114163
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ROSELLA
(Hibiscus sabdariffa L.) DALAM MULTIEMULSI A/M/A
DAN SUSPENSI LIPOSOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Eva Mayangsari
NIM : 118114163
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
HALAMAN PERSEMBAHAN
If someone wants something, and if they’re willing to work for it, they can
achieve great things – Chris Colfer ( Land of Stories, The Wishing Spell)
The will to win, the desire to succeed, the urge to reach your full potential
are the keys that will unclock the door
to personal excellence - Confucius
Kupersembahkan skripsi ini untuk...
Tuhan yang selalu memberkati, memberiku kekuatan, dan menuntunku pada jalan yang benar,
Papa, Mama, saudaraku, dan teman-temanku tercinta atas doa, dukungan, dan kasih sayang,
Dosen Fakultas Farmasi atas pengalaman dan pengetahuan yang berikan,
Serta almamaterku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
perlindungan dan berkat yang telah diberikan sehingga skripsi berjudul
“Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
dalam Multiemulsi A/M/A dan Suspensi Liposom” yang disusun untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.
Farm.) dapat dikerjakan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan campur tangan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
rasa terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengijinkan
penulis menjalankan pembelajaran selama masa studi.
2. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
membimbing, mendampingi, dan memberikan saran serta pengetahuan baru
selama penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
mendampingi perkembangan perkuliahan dan memberikan saran serta
motivasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
5. Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Penanggungjawab
Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberikan ijin dalam
penggunaan fasilitas laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.
6. Drs. Sanjayadi, MSc., selaku dosen pembimbing pendamping yang telah
membimbing, memberi banyak pengetahuan dan membuka wawasan serta
motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
7. Pak Bima, Pak Musrifin, Pak Kayat, Pak Wagiran, Pak Heru, Pak Parlan, Pak
Kunto, dan Pak Bimo, Pak Iswandi, selaku laboran Laboratorium Fakultas
Farmasi yang telah membantu penulis dalam proses pelaksanaan penelitian di
laboratorium.
8. Papa dan Mama tercinta yang selalu memberi motivasi, perhatian, dukungan
dan doa demi kelancaran studi dan keseluruhan proses pelaksanaan skripsi.
9. Saudara-saudara tersayang, cece Evi, Evan, Megu, dan Awin yang selalu
memberi saran akademis, selalu mengingatkan untuk tidak menyia-nyiakan
waktu, membantu penyediaan alat, dan memberikan motivasi yang
bermanfaat saat sedang down.
10. Teman-teman tim skripsi rosella, Yolana dan Meli atas segala bantuan,
kerjasama dan semangat dalam penelitian ini dari awal hingga akhir dan
kesabaran, dan atas kesabaran menghadapi emosiku yang labil. Selama
penelitian ini kita semakin banyak mengenal lebih dalam sifat satu sama lain
dan saya belajar banyak hal dari kalian. Maaf atas kesalahan perbuatan
maupun perkataan, sengaja maupun tidak disengaja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
11. Sahabat – sahabat dari bangku SMA, Victor, Alvin, Domi, Steven, dan Eric
atas persahabatan, motivasi, doa, dukungan, nasihat yang diberikan serta
kesediaan mendengar cerita kegalauanku dan cerita-cerita tentang penelitian
ini walaupun kalian tidak begitu mengerti apa maksud cerita itu.
12. Tim skripsi analisis melon (Kiki, Devi, Lika, Miko), PPD (Verni, Canly,
Shiro, Erita), dan udang (Yolanda dan Adit) di bawah bimbingan Ibu Sri
Noegrohati dan Bapak Sanjayadi atas segala dukungan, bantuan serta sharing
informasi terkait penelitian dan administratif.
13. Seluruh dosen, teman-teman FSM D, teman-teman FST-B 2011, serta seluruh
angkatan 2011 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa manusia tidak ada yang sempurna sehingga
penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak demi kemajuan di masa yang
akan datang. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak terutama di bidang ilmu Farmasi.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xv
INTISARI ................................................................................................... xvi
ABSTRACT .................................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1. Perumusan masalah ................................................................................ 3
2. Manfaat penelitian .................................................................................. 4
3. Keaslian penelitian ................................................................................. 4
B. Tujuan penelitian .......................................................................................... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ................................................................... 6
A. Antioksidan ................................................................................................... 6
B. Radikal Bebas ............................................................................................... 7
C. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) .................................................................... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
D. Multiemulsi A/M/A..................................................................................... 14
E. Komponen Pembentuk Multiemulsi ............................................................ 16
F. Stabilitas Multiemulsi ................................................................................. 21
G. Liposom ...................................................................................................... 23
H. Kulit dan Fungsi Kulit ................................................................................. 26
I. Metode DPPH ............................................................................................. 29
J. Spektrofotometri Visibel ............................................................................. 30
K. Landasan Teori ........................................................................................... 32
L. Hipotesis ..................................................................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 35
A. Jenis Rancangan Penelitian ......................................................................... 35
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................................. 35
1. Variabel penelitian ............................................................................... 35
2. Definisi operasional.............................................................................. 36
C. Bahan Penelitian ......................................................................................... 37
D. Alat Penelitian ............................................................................................ 38
E. Tata Cara Penelitian .................................................................................... 38
1. Ekstraksi kelopak bunga rosella ............................................................ 38
2. Penetapan bobot tetap ekstrak ............................................................... 39
3. Formulasi dan optimasi multiemulsi A/M/A ......................................... 39
4. Evaluasi multiemulsi A/M/A ................................................................ 42
5. Penentuan aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A ekstrak rosella ..... 44
6. Evaluasi suspensi liposom .................................................................... 45
7. Penentuan aktivitas antioksidan suspensi liposom ekstrak rosella ......... 46
F. Analisis Hasil .............................................................................................. 47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 49
A. Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella ................................................................ 50
B. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Rosella ...................................................... 50
C. Pembuatan Multiemulsi A/M/A Ekstrak Rosella ......................................... 51
D. Hasil Evaluasi Multiemulsi A/M/A Ekstrak Rosella .................................... 55
1. Pengamatan organoleptis dan pH .......................................................... 55
2. Pengukuran diameter partikel rata-rata ................................................. 56
3. Uji tipe fase emulsi ............................................................................... 59
4. Uji mekanik (sentrifugasi) .................................................................... 59
5. Volume pemisahan ............................................................................... 59
E. Evaluasi Suspensi Liposom Ekstrak Rosella ................................................ 60
1. Pengamatan organoleptis dan pH .......................................................... 60
2. Pengukuran diameter partikel rata-rata ................................................. 61
F. Penentuan Aktivitas Antioksidan Multiemulsi A/M/A Ekstrak Rosella dan
Liposom dengan Metode DPPH .................................................................. 62
1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ............................... 63
2. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A dan
liposom dengan metode DPPH ............................................................. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 72
A. Kesimpulan ................................................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 73
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Konstituen fitokimia bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ........ 10
Tabel II. Rentang HLB dan aplikasinya ..................................................... 17
Tabel III. Formula emulsi primer tipe air dalam minyak (A/M) ................... 55
Tabel IV. Formula emulsi ganda tipe air dalam minyak dalam air (A/M/A). 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ...................................... 9
Gambar 2. Sturuktur dasar antosianin ........................................................... 11
Gambar 3. Jalur degradasi termal antosianin pada berbagai pH ..................... 12
Gambar 4. Jenis-jenis droplet multiemulsi A/M/A ........................................ 15
Gambar 5. Struktur Span 80 ......................................................................... 17
Gambar 6. Struktur Tween 80 ....................................................................... 18
Gambar 7. Struktur dimethicone ................................................................... 19
Gambar 8. Struktur setil alkohol ................................................................... 19
Gambar 9. Struktur xanthan gum .................................................................. 20
Gambar 10. Proses ketidakstabilan emulsi sederhana ...................................... 22
Gambar 11. Fusi pada liposom ....................................................................... 24
Gambar 12. Reaksi reduksi DPPH oleh antioksidan ........................................ 30
Gambar 13. Multiemulsi A/M/A ekstrak rosella ............................................. 55
Gambar 14. Foto mikroskopik multiemulsi A/M/A ekstrak rosella hari ke–1 .. 58
Gambar 15. Foto mikroskopik multiemulsi A/M/A ekstrak rosella hari ke–28 58
Gambar 16. Suspensi liposom ekstrak rosella pada hari ke-1 .......................... 61
Gambar 17. Foto mikroskopik suspensi liposom ekstrak rosella ..................... 62
Gambar 18. Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH oleh antosianin ........... 63
Gambar 19. Pembentukan radikal bebas yang lebih stabil oleh resonansi ........ 63
Gambar 20. Spektrum serapan larutan DPPH 0,0776 mM dalam metanol ....... 64
Gambar 21. Reaksi peredaman radikal bebas oleh BHT .................................. 66
Gambar 22. Kurva aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A .......................... 66
Gambar 23. Perbandingan aktivitas antioksidan dan entrapment efficiency
multiemulsi A/M/A ektrak rosella ............................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
Gambar 24. Kurva aktivitas antioksidan suspensi liposom .............................. 68
Gambar 25. Laju penurunan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam
multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom pada hari ke- 1 ........... 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema pembuatan emulsi ganda .................................................. 79
Lampiran 2. Foto multiemulsi A/M/A selama rentang waktu pengujian .......... 80
Lampiran 3. Foto hasil uji tipe fase emulsi ...................................................... 81
Lampiran 4. Foto hasil uji mekanik (sentrifugasi) multiemulsi A/M/A ............ 82
Lampiran 5. Foto hasil uji volume pemisahan multiemulsi A/M/A .................. 83
Lampiran 6. Penetapan bobot tetap ekstrak rosella .......................................... 84
Lampiran 7. Optimasi formula dan pencampuran multiemulsi A/M/A ekstrak
rosella ......................................................................................... 85
Lampiran 8. Perhitungan jumlah emulsifier campuran emulsi primer .............. 87
Lampiran 9. Perhitungan diameter globul rata-rata .......................................... 88
Lampiran 10. Konsentrasi larutan uji ekstrak rosella dalam multiemulsi
A/M/A ........................................................................................ 90
Lampiran 11. Konsentrasi larutan uji ekstrak rosella dalam suspensi liposom.... 90
Lampiran 12. Penimbangan DPPH dan BHT untuk penentuan aktivitas
antioksidan multiemulsi A/M/A .................................................. 91
Lampiran 13. Aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A ................................... 92
Lampiran 14. Penimbangan DPPH dan BHT untuk penentuan aktivitas
antioksidan suspensi liposom ...................................................... 98
Lampiran 15. Aktivitas antioksidan suspensi liposom ekstrak rosella ................ 99
Lampiran 16. Uji signifikansi (t-test) IC50 multiemulsi A/M/A dan suspensi
liposom ekstrak rosella setelah penyimpanan hari ke-1 .............. 102
Lampiran 17. Uji signifikansi (t-test) laju penurunan IC50 multiemulsi A/M/A
dan suspensi liposom ekstrak rosella pada hari ke-1 hingga ke-
14 .............................................................................................. 103
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
INTISARI
Kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki aktivitas
antioksidan dan berpotensi digunakan sebagai zat aktif dalam produk kosmetik.
Penggunaan ekstrak kelopak bunga rosella secara topikal menyebabkan iritasi
kulit dan mudah teroksidasi sehingga perlu diformulasikan dalam multiemulsi
A/M/A dan suspensi liposom. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat dan
stabilitas fisis formula optimum multiemulsi A/M/A ekstrak rosella, serta
mengevaluasi perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak kelopak bunga rosella
dalam multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom.
Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dianalisis menggunakan metode
DPPH dengan spektrofotometer visibel selama 28 hari. Aktvitas antioksidan
dinyatakan dalam Inhibition Concetration 50% (IC50). Perbedaan nilai IC50
ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan liposom diuji statistik t–test dengan
taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan multiemulsi A/M/A dapat menjerap emulsi
primer yang mengandung ekstrak rosella dan stabil sifat fisis dalam penyimpanan
pada suhu 4oC selama 28 hari. Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam
suspensi liposom lebih tinggi dibandingkan dalam multiemulsi A/M/A dengan
signifikansi yang berbeda bermakna.
Kata kunci: rosella, antioksidan, multiemulsi A/M/A, liposom, DPPH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
ABSTRACT
Roselle (Hibiscus sabdariffa L.) has an antioxidant activity and potential
to be used as an active ingredients in cosmetic products. The use of roselle extract
topically causes dermal irritation and oxidation of active substance, therefor it
needs to be formulated in W/O/W multiple emulsion and liposom suspension. The
aim of this study was to find out the physical characteristic and stability of
optimum formula of W/O/W multiple emulsion, and to evaluate the antioxidant
activity of roselle extract in W/O/W multiple emulsion and liposome suspension.
Antioxidant activity was assessed by DPPH method using visible
spectrophotometer for 28 days. Antioxidant activity was expressed in inhibition
concentration (IC50). The different of roselle extract IC50 value in W/O/W multiple
emulsion and liposome suspension were analysed statistically using t-test with
confidence level of 95%.
The result showed that the W/O/W multiple emulsion could entrapped
primary emulsion containing roselle extract and was stable for 28 days under
storage of 4oC. Antioxidant activity of roselle extract was higher in liposome
suspension compared in W/O/W multiple emulsion with high significant
differences.
Keywords : roselle, antioxidant, W/O/W multiple emulsion, liposome, DPPH
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lingkungan memberikan dampak buruk bagi kulit manusia melalui
radiasi ultraviolet (UV). Paparan cahaya matahari yang berlebihan dapat
menimbulkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang menyebabkan oksidasi
terhadap molekul-molekul yang membentuk sel kulit. Peroksidasi lipid, kerusakan
pada protein membran, dan mutasi DNA menyebabkan perubahan struktural dan
fungsional kulit, serta dapat menginisiasi terjadinya berbagai penyakit
(Stojiljković, Pavlović, dan Arsić, 2014). Tanda-tanda klinis tejadinya kerusakan
kulit yaitu keriput, pigmentasi kulit, kulit kasar, kulit kering, memudarnya warna
kulit, kemerahan, kanker dan melanoma (Pandel, Poljšak, Godic, dan Dahmane,
2013).
Industri kosmetik berfokus pada pengembangan produk perawatan kulit
untuk mengatasi permasalahan terhadap kulit, salah satunya adalah produk
kosmetik yang mengandung antioksidan yang dapat membentuk sistem
pertahanan terhadap faktor biologis (misalnya fitopatogen) maupun fisik
(misalnya radiasi UV) yang menyebabkan pembentukan radikal bebas.
Ketertarikan antioksidan alami terutama yang berasal dari tanaman semakin
meningkat. Antioksidan alami digabungkan dalam produk kosmetik dan
digunakan untuk perawatan rutin terhadap kulit (Gokturk, Ozkan, dan Yasar,
2007). Potensi antioksidan dari tanaman berhubungan dengan senyawa fenolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
yang terkandung, misalnya asam fenolat, flavonoid, antosianin, dan tanin
(Djeridane, Yousfi, Nadjemi, Boutassouna, Stocker, dan Vidal, 2006).
Hibiscus sabdariffa .L atau rosella merupakan tanaman dari famili
Malvaceae dan digunakan oleh beberapa negara di dunia sebagai bahan makanan
serta diaplikasikan dalam pengobatan seperti mengatasi hipertensi, gangguan hati,
leukimia dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh rusaknya material biologis
dalam tubuh (Mohd-Esa, Hern, Ismail, dan Yee, 2010).
Komponen aktif dalam ekstrak rosella yang memiliki efek antioksidan
adalah senyawa antosianin. Penggunaan ekstrak rosella secara topikal
menyebabkan iritasi pada kulit dan menurunnya aktivitas antioksidan senyawa
antosianin akibat degradasi oleh faktor lingkungan antara lain suhu, cahaya, dan
pH. Kenaikan suhu pada rentang pH 1-7 menyebabkan terbentuknya senyawa
intermediet kalkon yang menimbulkan warna coklat pada ekstrak (Wallace dan
Giusti, 2014). Selain itu, banyaknya gugus hidrofilik pada senyawa antosianin
menyebabkan sulitnya penetrasi ekstrak rosella ke dalam struktur lipofilik dari
stratum korneum (Pinsuwan, Amnuaikit, Ungphaiboon, dan Itharat, 2010).
Antosianin dalam zat aktif ekstrak rosella dapat stabil dalam kondisi
asam sehingga perlu diformulasikan dalam pembawa yang juga bersifat asam
yang sesuai untuk menjaga dan meningkatkan aktivitas antioksidan serta
membawa zat aktif ke tempat aksi yang dituju yaitu bagian epidermis kulit.
Ekstrak rosella diformulasikan dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom
yang memiliki kemampuan untuk melindungi zat aktif di dalam sistemnya
terhadap lingkungan eksternal. Ekstrak rosella dalam fase air internal multiemulsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
A/M/A akan terlindungi oleh membran minyak yang membatasi fase air internal
dan eksternal (Epstein dan Simion, 2001), sedangkan ekstrak rosella dalam inti
polar vesikel liposom akan terlindung oleh membran fosfolipid lapis ganda (Shasi,
Satinder, dan Bharat, 2012).
Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan
suspensi liposom ditetapkan menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl) dengan melihat nilai IC50 ekstrak rosella dalam kedua jenis
formulasi tersebut. Metode DPPH merupakan metode yang banyak digunakan
untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dalam waktu yang relatif singkat,
mudah dan sederhana serta memberikan hasil yang memiliki reprodusibilitas yang
tinggi. Senyawa DPPH sebagai radikal bebas akan mengalami reduksi dengan
menerima atom hidrogen dari senyawa antosianin sehingga menyebabkan
perubahan warna dari ungu menjadi kuning (Molyneux, 2004). Aktivitas
antioksidan ektrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom
dibandingkan dan dievaluasi untuk mengetahui kemampuan masing-masing jenis
formulasi tersebut dalam mengurangi kerusakan senyawa antosianin dalam
ekstrak rosella.
1. Perumusan masalah
a. Bagaimana sifat dan stabilitas fisis formula optimum multiemulsi A/M/A
ekstrak rosella?
b. Bagaimana perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam
multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom yang diuji dengan metode
DPPH dan ditunjukkan dengan nilai IC50?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini menambah informasi dan ilmu pengetahuan
mengenai metode yang digunakan untuk pengujian kadar antioksidan
ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom
menggunakan metode DPPH.
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan
suspensi liposom.
3. Keaslian penelitian
Penelitian terkait ekstrak rosella yang pernah dilakukan yaitu:
Liposom-Containing Hibiscus sabdariffa Calyx Extract Formulation with
Increased Antioxidant Activity, Improved Dermal Penetration dan Reduce
Dermal Toxicity Testing oleh Pinsuwan, Amnuaikit, Ungphaiboon, dan
Itharat (2010). Penelitian tersebut belum melakukan penentuan aktivitas
antioksidan ekstrak rosella setelah diformulasikan dalam liposom.
Sejauh penelusuran pustaka oleh peneliti, penelitian mengenai
perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A
dan suspensi liposom belum pernah dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Tujuan
1. Mengetahui sifat dan stabilitas fisis formula optimum multiemulsi A/MA .
2. Mengetahui dan mengevaluasi perbandingan aktivitas antioksidan ekstrak
rosella dalam multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom yang diuji
dengan metode DPPH dan ditunjukkan dengan nilai IC50.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antioksidan
Antioksidan merupakan substansi yang secara langsung maupun tidak
langsung menjaga sel dari efek samping yang ditimbulkan oleh xenobiotika, obat,
karsinogen dan reaksi radikal toksik dengan mendonorkan elektron pada ROS.
Beberapa senyawa penting yang memiliki efek antioksidan antara lain vitamin C
(asam askorbat), vitamin E (α-tocopherol), vitamin A, β-karoten, polifenol,
flavonoid, taurin, fitoeserogen, dan lain-lain. Antioksidan dari senyawa fenolik
misalnya 3-(2)-tert-butyl-4–hydroxyanisole (BHA), 3,5-di-tert-butyl-4-
hydroxytoluene (BHT), and t-butyl hydroquinone (t-BHQ) juga memiliki fungsi
untuk mencegah oxidative stress (Mates, 2000).
Antioksidan memiliki kemampuan untuk menetralisasi radikal bebas atau
reaksinya pada berbagai kondisi. Antioksidan dibagi berdasarkan fungsinya, yaitu
1. pencegahan pembentukan ROS misalnya superoksida dismutase (SOD) yang
mengkatalisis dismutasi superperoksidan menjadi H2O2 dan katalase
2. melakukan pencegatan terhadap reaksi radikal bebas dengan peredaman
radikal misalnya pada antioksidan vitamin C dan E, flavonoid, dan kartenoid
3. memperbaiki enzim yang terlibat dalam reaksi oksidasi untuk mengurangi
tingkat kerusakan misalnya glutation (Devasagayam, Tilak, Baloor, Sane,
Ghaskadbi, dan Lele, 2004).
Walaupun sel biologis memiliki berbagi enzim antioksidan dan molekul
antioksidan, senyawa-senyawa tersebut mungkin belum cukup untuk menetralisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
reaksi reduksi-oksidasi selama oxidative stress, sehingga diperlukan antioksidan
eksogen untuk mencapai kondisi homeostatis reduksi-oksidasi dalam sel.
Beberapa tanaman kaya akan antioksidan dan mikronutrien sehingga banyak
dikembangkan sebagai antioksidan alami salah satunya adalah senyawa polifenol.
Polifenol merupakan peredam ROS yang efektif karena adanya beberapa gugus
hidroksil. Contoh antioksidan alami polifenol yang berasal dari tanaman yaitu lain
vitamin E, flavonoid, derivat asam sinamat, kurkumin, kafein, katekin, derivat
asam galat, antosianin, dan tanin (Kunwar dan Priyadarsini, 2011).
B. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron
tak berpasangan. Radikal bebas yang paling sederhana adalah atom hidrogen
dengan satu proton dan elektron. Contoh radikal bebas yaitu radikal dengan
elektron tak berpasangan pada atom O (Reactive Oxygen Species / ROS) seperti
superperoksida (O2•-) dan hidroksil (OH•), peroksil (ROO•), dan hidrogen
peroksida (H2O2) (Halliwell, 2001).
Pembentukan ROS intraseluler umumnya meliputi radikal
superperoksida (O2•-) dan nitrit oksida (NO•). Pada keadaan fisiologi normal,
sekitar 2% oksigen yang dikonsumsi oleh tubuh mengalami perubahan menjadi
O2•-
melalui proses respirasi mitokondria, fagositosis, dan lain-lain. Presentase
ROS meningkat oleh infeksi, polutan, sinar UV, radiasi, dan lain-lain. Reactive
Oxygen Species berpartisipasi dalam berbagai reksi kimia dengan molekul
biologis yang menyebabkan kondisi patofisiologis yang dikenal sebagai oxidative
stress. (Kunwar dan Priyadarsini, 2011). Radikal O2•- dan NO• dapat bereaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
langsung pada beberapa molekul dalam tubuh namun jika diubah menjadi radikal
pengoksidasi kuat seperti hidroksil (OH•), alkoksi (RO•), peroksil (ROO•) melalui
reaksi transformasi kompleks maka dapat bereksi dengan molekul apapun
(Halliwell, 2001).
Kerusakan molekular yang disebabkan oleh radikal bebas dapat merusak
fungsi sel dan bahkan menyebabkan kematian sel yang pada akhirnya
menimbulkan berbagai penyakit. Reaksi antara radikal bebas dengan lipid
menimbulkan peroksidasi lipid. Selama peroksidasi lipid, produk antara akan
terbentuk dan memberikan efek merugikan jauh dari tempat pembentukannya,
maka dari itu produk antara ini disebut juga sebagai second messenger. Radikal
bebas seperti OH• bereksi dengan karbohidrat menyebabkan putusnya ikatan
molekul penting seperti asam hialuronat. Interaksi ROS dengan DNA terutama
terhadap basa purin dan pirimidin menghasilkan produk oksidatif dari purin dan
pirimidin yang berimplikasi pada karsinogenesis, penuaan dan kerusakan DNA
(Devasagayam dkk., 2004).
C. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
1. Taksonomi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Malvales
Famili : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L.
(Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
2. Deskripsi tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan anggota famili
Malvaceae. Rosella dapat tumbuh dengan baik di daerah beriklim tropis dan
subtropis. Tanaman ini mempunyai habitat asli di daerah yang terbentang dari
India sampai Malaysia. Rosella merupakan herba tahunan yang bisa mencapai
ketinggian 0,5-3 meter. Batangnya bulat, tegak, berkayu, dan berwarna merah.
Daunnya tunggal, berbentuk bulat telur, pertulangan menjari, ujung tumpul,
tepi bergerigi, dan pangkal berlekuk. Panjang daun 6-15 cm dan lebarnya 5-8
cm.
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dan (b) bagian kelopak
bunga rosella (foto koleksi pribadi)
Bunga rosella yang keluar dari ketiak daun merupakan bunga
tunggal. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya
1 cm, pangkalnya saling berlekatan, dan berwarna merah seperti terlihat
dalam gambar 1. Mahkota bunga berbentuk corong, terdiri dari 5 helai,
panjangnya 3-5 cm. Buahnya berbentuk kotak kerucut, berambut, berwarna
Kelopak
bunga
rosella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
merah. Bentuk biji menyerupai ginjal, berbulu, dengan panjang 5 mm dan
lebar 4 mm. Saat masih muda, biji berwarna putih dan setelah tua berubah
menjadi abu-abu (Maryani dan Kristiana, 2005).
3. Fitokimia bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Bunga rosella kaya akan asam dan pektin. Analisis bunga rosella
menunjukkan adanya protein sederhana dan mineral seperti besi, fosfor,
kalsium, mangan, aluminium, magnesium, potasium, dan sodium. Kalsium
sitrat, asam askorbat, gossypetin, dan hibiscin chlorideare juga terdapat pada
bunga rosella seperti tercantum dalam tabel I (Mahadevan, Shivali, dan
Kamboj, 2009).
Tabel I. Konstituen fitokimia bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Konstituen Jumlah
(gram dan mg / 100g)
Protein 1,145 g
Lemak 2,61 g
Serat 12,0 g
Kalsium 12,63 mg
Fosfor 273,2 mg
Besi 8,98 mg
Karoten 0,029 mg
Thiamin 0,117 mg
Riboflavin 0,277 mg
Niacin 3,765 mg
Asam askorbat 6,7 mg
(Mahadevan dkk., 2009)
Sebuah studi oleh Yang dkk., (2012) menunjukan bahwa ekstrak
etanolik Hibiscus sabdariffa L. kaya akan senyawa polifenol dan antosianin.
Senyawa tersebut dapat digunakan sebagai sumber antioksidan alami.
Antosianin merupakan senyawa pigmen warna pada tanaman yang larut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dalam air dan termasuk dalam kelas senyawa flavonoid. Senyawa antosianin
memiliki struktur dasar yang terdiri dari dua cincin aromatis (cincing A dan B)
yang terikat bersama oleh tiga atom karbon membentuk cincin heterosiklik
(cincin C) dengan gugus gula yang terikat pada atom karbon pada posisi C-3
atau A-5 (gambar 2). Berdasarkan nilai pH medium, antosianin dapat
mengalami perubahan warna yaitu warna merah hingga jingga pada pH asam
(pH 1-4) karena adanya ikatan rangkap terkonjugasi yang membawa muatan
positif, tidak berwarna pada pH 5 dan 6 karena terbentuk senyawa karbinol
dan kalkon, dan akan terdegradasi pada pH 7 (Miguel, 2011).
Gambar 2. Sturuktur dasar antosianin (Miguel, 2011)
Aktivitas antioksidan antosianin sangat bergantung pada struktur
kimianya dan tidak semua menghasikan aktivitas yang sama dalam meredam
ROS dan RNS. Kemampuan antioksidan antosianin bergantung pada orientasi
struktural dari senyawa tersebut karena orientasi pada cincin aromatis akan
menentukan atom hidrogen dari gugus hidroksil yang dapat berperan sebagai
donor hidrogen dan menentukan pula kapasitas antosianin dalam membawa
elektron yang tidak berpasangan (Kay, 2004). Efek peredaman radikal bebas
oleh rosella bergantung pada donor hidrogen oleh senyawa antosianin yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Menghasilkan radikal bebas baru yang distabilkan oleh resonansi (Farombi
dan Fakoya, 2005).
Gambar 3. Jalur degradasi termal antosianin pada berbagai pH (Wallace dan
Giusti, 2014)
Penurunan aktivitas antioksidan senyawa antosianin disebabkan oleh
faktor lingkungan antara lain suhu, cahaya, dan pH selama penyimpanan yang
menyebabkan perubahan warna dari merah menjadi kecoklatan. Perubahan ini
memberikan dampak negatif terhadap penampilan produk dan aktivitas
antioksdannya (Laleh, Frydoonfar, Heidary, Jameei, dan Zare, 2006).
Kenaikan suhu pada pH 1-7 menyebabkan putusnya ikatan kovalen pada
cincin pirilium dan membentuk senyawa kalkon yang berwarna coklat hingga
akhirnya akan menghasilkan produk degradasi berupa molekul-molekul yang
lebih kecil seperti kumarin glikosida pada pH 1 (gambar 3a) serta derivat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
aldehid dan asam benzoat pada pH 3,5 dan 7 (gambar 3b dan 3c) (Wallace
dan Giusti, 2014).
4. Manfaat farmakologis bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
Rosella terkenal dan banyak digunakan sebagai tanaman obat yang
memiliki beberapa khasiat. Bagian bunga tanaman rosella dapat berkhasiat
sebagai antihipertensi dan kardioprotektif yang ditunjukkan dengan
efektivitasnya terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Bunga rosella menunjukkan efek proteksi terhadap sitotoksisitas dan
genotoksisitas pada hepar. Mekanisme yang berkaitan dengan manfaat
sebagai hepatoprotektif tersebut adalah peredaman radikal bebas oleh
senyawa protochatecuic acid. Aktivitas anti oksidatif antosianin dalam rosell
memiliki efek mencegah oksidasi LDL dan menyebabkan apoptosis sel
kanker sehingga berkhasiat sebagai agen kemopreventif (Mahadevan
dkk.,2009).
Khasiat rosella sebagai antioksidan dan peredam radikal bebas
ditunjukkan oleh ekstrak bunga rosella dalam etanol dapat meredam hidrogen
peroksida dan radikal anion superperoksida. Penelitian oleh Tee, Yusof, dan
Mohamed (2002) menentukan sifat antioksidatif ekstrak bunga rosella dan
membandingkannya dengan tocopherol dan BHA. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa ekstrak rosella memiliki efek antioksidan yang lebih kuat
dibandingkan dengan tocopherol dan BHA. Efek penghambatan peroksidasi
lipid yang dihasilkan diduga berasal dari antosianin, yang termasuk dalam
kelompok senyawa fenolik dalam rosella (Mahadevan dkk.,2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
D. Multiemulsi A/M/A
Multiemulsi air dalam minyak dalam air (A/M/A) merupakan sistem
emulsi di mana droplet air terjebak dalam droplet minyak yang berukuran lebih
besar yang kemudian didispersikan kembali dalam fase air. Multiemulsi seperti ini
sering diaplikasikan dalam produk kefarmasian dan kosmetik. Multiemulsi
A/M/A mengandung dua jenis emulsi yaitu emulsi primer M/A dan emulsi
sekunder A/M dalam air yang membutuhkan sedikitnya dua jenis emulsifier (zat
pengemulsi) dalam formulasi yaitu emulsifier bernilai Hydrophile-Lipophile
Balance (HLB) rendah untuk menstabilkan emulsi tipe A/M dan emulsifier
bernilai HLB tinggi untuk menstabilkan emulsi tipe M/A (Jiao dan Burgess, 2008).
Multiemulsi memiliki keuntungan yaitu dapat memberikan efek lepas
lambat dari zat aktif yang terjebak dalam fase internal dan dapat membawa zat
aktif yang tidak kompatibel satu sama lain dalam satu formula yang sama.
Aplikasi multiemulsi berbasis air dalam industri kosmetik memberikan sensasi
nyaman dengan pelepasan zat aktif yang lebih lambat. Selain itu juga akan
memberikan sifat mudah tercuci dengan air (Epstein dan Simion, 2001).
Multiemulsi biasanya terbentuk dengan dua tahap emulsifikasi
menggunakan rotor konvensional atau homogenizer bertekanan tinggi. Emulsi
primer dibuat dengan kondisi pencampuran kecepatan tinggi, sedangkan emulsi
sekunder dibuat dengan kondisi pencampuran kecepatan rendah. Masalah utama
dalam membuat multiemulsi A/M/A adalah stabilitas yang disebabkan oleh
koalesen fase air, koalesen fase minyak, pecahnya lapisan minyak yang
menyebabkan keluarnya droplet air internal, serta keluar masuknya air dan zat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
aktif larut air melalui lapisan minyak antara kedua fase air. Beberapa cara yang
dapat digunakan untuk mengatasi tidak stabilnya multiemulsi adalah dengan
mengecilkan ukuran partikel droplet internal melalui pemilihan surfaktan yang
sesuai dan meningkatkan stabilitas fase internal dan eksternal multiemulsi dengan
menggunakan surfaktan polimerik untuk membentuk lapisan yang lebih kuat dan
kaku pada permukaan antar fase (Kumar, Kumar, dan Mahadevan, 2012).
Multiemulsi memiliki ukuran droplet yang lebih besar daripada emulsi
biasa sehingga bersifat kurang stabil secara termodinamika. Pelepasan zat aktif
dari fase dalam ke fase luar dan sebaliknya sering tidak terkendali. Stabilitas dan
mekanisme pelepasan multiemulsi saling berhubungan dan memiliki keterkaitan
(Lutz dan Aserin, 2008).
Gambar 4. Jenis-jenis droplet multiemulsi A/M/A (Myers, 2006)
Multiemulsi A/M/A terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan sifat dasar
droplet minyak (gambar 4) yaitu tipe A berisikan satu droplet internal berukuran
besar dan terenkapsulasi oleh fase minyak; tipe B berisikan beberapa droplet
internal yang berukuran kecil dan terpisah satu sama lain; dan tipe C berisikan
Tipe B Tipe C
Fase kontinue
Fase terdispersi primer
Fase terdispersi sekunder
Tipe A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
banyak droplet internal berukuran kecil dengan jarak yang dekat satu sama lain
(Myers, 2006).
E. Komponen Pembentuk Multiemulsi
1. Surfaktan (emulsifier agent)
Surfaktan adalah molekul amfifilik yang terdiri dari bagian
hidrofobik non polar yang berupa rantai hidrokarbon atau florokarbon lurus
atau bercabang yang terdiri dari 8-18 atom karbon, yang terikat pada bagian
polar atau ionik (hidrofilik). Bagian hidrofilik dapat berupa non ionik, ionik
atau zwitterionik. Rantai hidrokarbon berinteraksi lemah dengan molekul air,
sedangkan gugus polar atau ionik berinteraksi kuat dengan molekul air
melalui ikatan dipol atau ion-dipol. Ikatan yang kuat dengan molekul air ini
menyebabkan surfaktan larut di air. Keseimbangan antara bagian hidrofobik
dan hidrofilik akan membentuk lapisan antar muka pada sistem serta suatu
perkumpulan dalam larutan (membentuk misel) (Tadros, 2005).
Surfaktan menurunkan energi bebas pada batas antar fase. Energi
bebas pada antar muka disebut juga dengan tekanan antar muka atau tegangan
permukaan. Semakin tinggi adsorpsi surfaktan maka semakin tinggi
penurunan terhadap tekanan antar muka. Tingkat adsorpsi surfaktan pada
antar muka bergantung pada struktur surfaktan dan sifat dari kedua fase yang
bertemu pada antar muka (Tadros, 2005).
Surfaktan juga membentuk misel. Pembentukan misel disebabkan
oleh menurunnya kontak antara rantai hidrokarbon dengan air, dengan
demikian akan menurunkan energi bebas sistem. Misel dalam solven polar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
terbentuk karena gugus hidrofobik surfaktan menghadap bagian dalam
agregat dan gugus polar menghadap bagian solven. Misel memiliki
keseimbangan yang dinamis dan kecepatan perpindahan antara molekul
surfaktan dan misel bergantung pada struktur dari molekul surfaktan (Tadros,
2005).
Tabel II. Rentang HLB dan aplikasinya
Rentang HLB Aplikasi
3 – 6 Emulsi A/M
7 – 9 Agent pembasah
8 – 18 Emulsi M/A
13 – 15 Detergen
15 – 18 Pelarut
(Tadros, 2005)
Pemilihan berbagai jenis surfaktan dalam membuat emulsi minyak
dalam air (M/A) maupun air dalam minyak (A/M) seringkali berdasarkan
pada dasar empiris. Berdasarkan dasar semi empiris dalam pemilihan
surfaktan adalah dengan mengetahui nilai HLB (Hydrophilic–Lipophilic
Balance) (tabel II). Nilai HLB ini didasarkan pada persentase relatif gugus
hidrofil terhadap lipofil dalam molekul surfaktan (Tadros, 2005).
a. Span 80
HC
OH
OH
O
H2C
OH
O
O
Gambar 5. Struktur Span 80 (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009)
Span 80 (gambar 5) mempunyai nama lain sorbitan monooleat
sering digunakan dalam kosmetik sebagai surfaktan nonionik lipofilik.
Umumnya Span 80 digunakan dalam formulasi farmasetik sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
emulsifiying agent untuk preparasi sediaan krim, emulsi, dan salep untuk
aplikasi secara topikal. Kombinasi Span 80 dengan surfaktan polisorbat
dengan kombinasi tertentu akan menghasilkan krim atau emulsi air dalam
minyak atau minyak dalam air dengan konsistensi yang beragam. Span
80 berupa cairan kental berwarna kuning dengan nilai HLB sebesar 4,3.
Penggunaan Span 80 sebagai emulsifying agent bersamaan dengan
emulsifier hidrofilik adalah sebesar 1–10% (Rowe dkk., 2009).
b. Tween 80
H3C
H2C
CH2
H2C
HC
H2C
CH2
H2C
CH2
H2C
C
CH3
CH2CHHC
HC CH2
CH2
H2C
CH2
H2C
H3C
CH2
CH2
H2C
H3C
y
x
w
z
w + x + y + z = 20
Gambar 6. Struktur Tween 80 (Rowe dkk., 2009)
Tween 80 (gambar 6) mempunyai nama lain polisorbat 80
merupakan surfaktan nonionik yang secara luas digunakan sebagai
emulsifying agent dalam membuat emulsi minyak dalam air yang stabil.
Tween 80 berupa cairan kental yang berminyak berwarna kuning dengan
nilai HLB sebesar 15. Penggunaan Tween 80 sebagai emulsifying agent
tunggal untuk menghasilkan emulsi minyak dalam air adalah sebesar 1–
15%, sedangkan penggunaan bersamaan dengan emulsifier hidrofilik
adalah sebesar 1-10% (Rowe dkk., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2. Dimethicone
Si
CH3
H3C
H3C
O
Si
H3C CH3
O
Si
CH3
CH3
CH3n
Gambar 7. Struktur dimethicone (Rowe dkk., 2009)
Dimethicone (gambar 7) memiliki nama lain dimethylpolysiloxane.
Dimethicone digunakan dalam kosmetik. Dimethicone ditambahkan ke fase
minyak sebagai antifoaming agent (penghilang busa) dalam air dalam minyak.
Dimethicone berupa cairan bening tidak berwarna dengan kekentalan yang
beragam. Penggunaan dimethicone dalam formulasi krim adalah sebesar 10-
30% (Rowe dkk., 2009).
3. Stiffening agent (setil alkohol)
C
H
H
H
(CH2)14C
H
H
OH
Gambar 8. Struktur setil alkohol (Rowe dkk., 2009)
Setil alkohol (gambar 8) menghasilkan barrier mono-molekular dan
padat pada lapisan antar muka suatu emulsi sehingga dapat mengurangi
koalesen droplet, maka dari itu setil alkohol disebut juga sebagai peningkat
konsistensi atau agen pembentuk. Setil alkohol berupa granul, lilin, kubus
atau kepingan berwarna putih, berbau khas minyak, dan tidak memiliki rasa.
Setil alkohol memiliki titik leleh yaitu 46-52°C. Penggunaan setil akohol
sebgai stiffening agent adalah sebesar 2-10% (Rowe dkk., 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
4. Biopolimer (xanthan gum)
O
O
OH
OH
CH2OH
O
O
OH
CH2OH
O
OH
OH
CH2OR1
O
O O
OH
OH
CH2M+
O
R2O
O
OH
CH2OR3
OH
n
M+ = Na, K, 1/2 Ca
R1 = H /
CCH3
O
R2, R3 =
C
CO2-M
+
CH3
atau
R2, R3 = H
atau
R2 = H R3 =
CCH3
O
Gambar 9. Struktur xanthan gum (Rowe dkk., 2009)
Xanthan gum (gambar 9) merupakan polisakarida dengan berat
molekul yang besar. Tiap unit xanthan gum terdiri lima residu glukosa yaitu
dua unit glukosa, dua unit manosa, dan satu unit asam glukoronat. Ikatan
polimer terdiri dari tiga unit β-D-glukosa yang berikatan pada posisi satu dan
empat, yang strukturnya menyerupai struktur selulosa. Xanthan gum berupa
serbuk berwarna coklat muda atau putih dan tidak berbau.Xanthan gum sering
digunakan dalam formulasi farmasetik, kosmetik dan makanan sebagai
stabilizing agent dan thickening agent dalam emulsi karena bersifat non toksik,
kompatibel dengan hampir semua bahan farmasetik, dan memiliki stabilitas
dan viskositas yang baik pada kisaran pH 3-12 dan suhu 10-60 °C (Rowe dkk.,
2009). Penggunaan xanthan gum sebagai thickening agent adalah sebesar
lebih dari 2% dan stabil pada berbagai rentang pH (Billany, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
F. Stabilitas Multiemulsi
Proses pecahnya atau ketidakstabilan emulsi dapat terjadi akibat
beberapa mekanisme. Faktor yang paling berpengaruh terhadap hal tersebut
adalah menurunnya energi bebas sistem yang disebabkan berkurangnya area
antarmuka. Mekanisme sederhana ketidakstabilan emulsi antara lain (gambar 10):
1. Koalesensi
Koalesensi mengacu pada bergabungnya dua atau lebih doplet
membentuk suatu droplet tunggal akibat hilangnya lapisan tipis antar droplet
dengan volume yang lebih besar namun dengan area antar muka yang lebih
kecil. Perubahan ini akan menunjukkan perubahan signifikan secara
mikroskopik dari fase terdispersi, seperti perubahan ukuran partikel rata-rata
dan distribusi, namun tidak berpengaruh langsung terhadap perubahan
penampilan sistem secara makroskopik.
2. Breaking
Breaking mengacu pada proses pemisahan signifikan antara dua
fase. Proses ini merupakan konsekuensi dari koalesensi droplet secara
mikroskopik yang terlihat signifikan pula secara makroskopik. Identitas
droplet telah hilang, bersamaan dengan sifat fisik dan kimia dari emulsi. Hal
ini menunjukkan kehilangan stabilitas dari emulsi.
3. Flokulasi
Flokulasi mengacu pada bergabungnya beberapa droplet emulsi
tunggal membentuk gumpalan atau gabungan partikel yang longgar dengan
lapisan tipis sebagai pembatas antar droplet. Flokulasi pada kebanyakan kasus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
merupakan proses yang reversibel, diatasi dengan memberikan energi yang
lebih sedikit dibandingkan dengan yang dibutuhkan untuk proses emulsifikasi.
4. Creaming
Creaming berhubungan dengan flokulasi yang dipengaruhi oleh
perbedaan densitas antar dua fase. Kecepatan creaming bergantung pada
karakteristik fisik sistem terutama viskositas fase kontinu dan perbedaan
densitas antar dua fase. Creaming dapat diatasi dengan memberikan energi
yang kecil. Flokulasi dan creaming menunjukkan kondisi di mana droplet
saling bersentuhan, namun tidak bersatu untuk membentuk suatu unit tunggal.
(Myers, 2006).
Gambar 10. Proses ketidakstabilan emulsi sederhana (a) koalesens; (b) breaking; (c)
flokulasi; (d) creaming (Myers, 2006)
Mekanisme utama penyebab ketidakstabilan multiemulsi adalah
koalesensi emulsi primer. Pemilihan emulsifier primer berupa surfaktan tunggal
atau campuran surfaktan untuk membentuk emulsi primer yang stabil menjadi hal
yang penting untuk dipertimbangkan. Mekanisme kedua adalah hilangnya droplet
emulsi yang terjerap akibat pecahnya lapisan minyak yang memisahkan droplet
internal dengan fase kontinu. Mekanisme tersebut dapat disebabkan oleh
Emulsi primer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
perbedaan tekanan osmotik antara fase internal dan fase kontinu dalam sistem
yang menyebabkan transfer material (Myers, 2006).
Mekanisme ketidakstabilan sangat merugikan bagi aplikasi obat
terkontrol yang mekanisme pelepasannya adalah difusi terkontrol karena dapat
menghasilkan efek pelepasan yang cepat dari zat aktif dan memungkinkan
terjadinya efek berbahaya. Stabilitas akhir sistem sangat bergantung pada sifat
fase minyak, karakteristik emulsifier primer dan sekunder, dan hubungan antara
fase internal dan kontinu (Myers, 2006).
G. Liposom
Liposom merupakan suatu vesikel koloid yang tersusun dari membran
lipid lapis ganda unilamelar atau multilamelar yang mengelilingi suatu
kompartemen cairan. Zat aktif yang terenkapsulasi pada kompartemen air didalam
vesikel liposom dapat mencapai efek terapetik dengan durasi yang lama karena zat
aktif harus dilepaskan terlebih dahulu dari vesikel liposom (Shasi dkk., 2012).
Liposom dapat digunakan untuk menghantarkan zat aktif yang bersifat
hidrofobik, amfifatik, dan hidrofilik. Liposom memiliki kelebihan antara lain
biokompatibel, tidak toksi, tidak menyebabkan reaksi imunologi, serta dapat
mengenkapulasi zat aktif dari pengaruh lingkungan sehingga meningkatkan
stabilitas zat aktif dalam sediaan (Shasi dkk., 2012).
Liposom dapat digunakan sebagai sistem pembawa obat untuk
pengobatan secara lokal terhadap penyakit kulit. Penggunaan zat aktif obat dalam
bentuk liposom dibandingkan dengan formulasi lain dapat meningkatkan
konsentrasi obat dalam kulit dan jaringan subkutan dan mengurangi disposisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
biologis dalam plasma (Davis, Gyurik, Hadgraft, Pellett, dan Walters, 2002).
Mekanisme peningkatan absorbsi obat ke dalam kulit belum jelas, namun ada
kemungkinan bahwa liposom berpenetrasi ke stratum korneum dan berinteraksi
dengan lapisan lipid pada kulit untuk melepaskan obat ke stratum korneum.
Umumnya, liposom yang efektif adalah liposom yang memiliki komposisi yang
mirip dengan komposisi lipid pada stratum korneum (Benson, 2005).
Berbagai jenis fosfolipid dapat digunakan untuk membuat liposom.
Fosfolipid yang paling sering digunakan adalah fosfatidilkolin, dapat digunakan
secara individu atau kombinasi dengan kolesterol. Kolesterol dapat digunakan
untuk memadatkan bilayer fosfatidilkolin, sehingga dapat meningkatkan rigiditas
(Ranade dan Hollinger, 2004).
Gambar 11. Fusi pada liposom (Meier dan Schreiber, 2005)
Potensi liposom sebagai sistem penghantar obat sangatlah menjanjikan,
namun terdapat beberapa masalah terkait stabilitas liposom. Liposom sangat
mudah rusak oleh perubahan pH, temperatur, dan radiasi cahaya serta kehadiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
enzim. Liposom yang sensitif terhadap suhu dapat mengalami kebocoran lebih
cepat di atas suhu transisi fase dari membran lipidnya. Liposom dapat stabil
hingga suhu 37oC, namun akan rusak ketika melewati area tubuh dengan
temperatur lebih dari 40oC (Kulkami, 2005). Masalah stabilitas liposom diketahui
berasal dari vesikel unilamelar karena dapat berfusi dengan vesikel lain
membentuk vesikel unilamelar dengan ukuran besar atau Large Unilamelar
Vesicle (LUV) (Gambar 11) (Meier dan Schreiber, 2005). Parameter yang harus
dipertimbangkan untuk menstabilkan sistem liposom dalam suatu formulasi antara
lain:
1. Membuat liposom dengan lipid murni karena lipid yang tidak murni
(teroksidasi/terhidrolisis atau lipid yang tersuspensi pada minyak/trigliserida)
akan mendestabilisasi liposom.
2. Hindari penggunaan surfaktan ionik dalam fase di mana liposom akan
ditambahkan.
3. Hindari pemanasan tinggi (> 40oC) ketika membuat produk akhir yang
mengandung liposom. Liposom dapat ditambahkan pada fase pembawa pada
akhir proses ketika temperatur fase tersebut telah di bawah 40oC.
4. pH produk dipertahankan mendekati pH netral karena kecepatan hidrolisis
teredah pada pH 6,5.
5. Produk yang mengandung liposom idealnya disimpan dalam suhu lemari
pendingin. Namun, jika produk akhir dibuat dengan viskositas tertentu
menggunakan gum atau pengental yang netral maka produk tersebut dapat
disimpan pada suhu ruangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
6. Wadah produk yang mengandung liposom berupa wadah dengan bahan
opaque untuk menghindari/mengurangi kerusakan oleh cahaya pada liposom.
(Kulkami, 2005).
H. Kulit dan Fungsi Kulit
Kulit merupakan organ terbesar dan penting dalam menjaga homeostatis
tubuh. Kulit terdiri dari tiga lapisan antara lain:
1. Epidermis
Epidermis tersusun dari epitel skuamosa yang berlapis dan tidak ada
pembuluh darah ataupun ujung saraf. Lapisan paling dalam dari sel epidermal
disebut stratum basal atau stratum germinativum. Sel dalam lapisan ini dapat
membelah dan tumbuh, sehingga sel epidermal yang telah tua (keranosit)
akan disisihkan dari dermis menuju permukaan kulit. Semakin jauh sel
berpindah, maka suplai nutrisi dari pembuluh darah semakin berkurang dan
hingga pada waktunya sel tersebut akan mati. Peristiwa tersebut disebut
keranitisasi. Sel mati yang terakumulasi pada lapisan terluar epidermis
membentuk lapisan yang disebut stratum korneum (Shier, Butler, dan Lewis,
2006).
Epidermis menjalankan beberapa fungsi salah satu yang paling
penting adalah untuk generasi stratum korneum. Absorbsi suatu solute
melalui bagian kulit ini lebih sulit dibandingkan melalui bagian kulit lain dari
tubuh. Hal ini dikarenakan stratum korneum memiliki barrier dengan
densitas yang tinggi (1,4 g/cm3 pada kondisi kering), hidrasi yang rendah (15-
20%), dan kecilnya luas area untuk transport solut. Barrier ini berperan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dalam fungsi protektif dari kehilangan air dari jaringan, tekanan mekanis,
perlindungan dari senyawa berbahaya, dan menjaga dari serangan
mikroorganisme patogen (Walters dan Roberts, 2002).
Bagian dasar epidermis terdiri dari memiliki peran penting dalam
sistem imun kulit yaitu sel Langerhans. Sel Langerhans merupakan sel
dendritik yang berperan dalam mengatur proliferasi dari keratinosit dan juga
sebagai antigen-presenting cell. Sel lain yang terdapat dalam epidermis
adalah melanosit yang memproduksi melanin, yaitu pigmen gelap yang
memberikan warna pada kulit. melanin mengabsorbsi radiasi ultraviolet dari
sinar matahari, mencegah mutasi DNA pada sel kulit dan efek merusak
lainnya. Melanosit terdapat pada bagian terdalam epidermis (Walters dan
Roberts, 2002).
2. Dermis
Dermis mengikat epidermis pada jaringan di dalam kulit. Bagian
kulit ini terdiri dari jaringan ikat yang mengandung serat-serat kolagen dan
elastin. Jaringan-jaringan yang terbentuk dari serat ini memberikan struktur
yang kuat dan elastis pada kulit (Shier dkk., 2006). Dermis memiliki fungsi
nutrisi, imunitas dan sistem pendukung bagi epidermis melalui lapisan
papilari tipis yang berdekatan dengan epidermis, juga berperan dalam
pengaturan suhu, tekanan, dan rasa sakit. Sel-sel yang ada pada lapisan ini
adalah fibroblas yang menghasilkan komponen jaringan ikat seperti kolagen,
laminin, fibronektin dan vitronektin; sel mast yang terlibat dalam respon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
imun dan inflamasi; dan melanosit yang terlibat dalam memproduksi pigmen
melanin (Walters dan Roberts, 2002).
Pembuluh darah pada lapisan dermis memberikan suplai nutrisi pada
semua sel kulit, juga membantu dalam regulasi suhu tubuh. Sel saraf tersebar
pada lapisan dermis. Proses motorik membawa rangsangan keluar dari otak
atau tulang belakang menuju otot atau kelenjar kulit. Proses sensorik
membawa ransangan pergi dari reseptor sensorik menuju otak atau tulang
belakang (Shier dkk., 2006).
Sistem limfatik merupakan komponen penting dalam regulasi
tekanan, mobilisasi mekanisme pertahanan dan penghilangan material limbah.
Sistem limfatik berupa jaringan yang padat dan rata pada lapisan papiler
dermis dan menyebar hingga bagian yang lebih dalam dari dermis. Aliran
limfatik mengeleminasi solute yang berukuran besar seperti interferon
(Walters dan Roberts, 2002).
3. Subkutan
Lapisan terdalam kulit adalah jaringan subkutan atau hipodermis.
Hipodermis berperan sebagai isolator panas, penyerap getaran, dan tempat
penyimpanan energi. Lapisan ini merupakan jaringan sel lemak yang
berikatan dengan dermis pada kolagen dan serabut elastin. Sel yang terdapat
dalam lapisan subkutan adalah sel lemak, fibroblas dan makrofag. Peran
utama dari lapisan subkutan adalah tempat sistem vaskular dan saraf pada
kulit, juga untuk mengikat kulit pada lapisan otot di bawahnya (Walters dan
Roberts, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Komponen kulit lainnya
Komponen kulit ini terdiri dari folikel rambut, kelenjar sebasea, dan
kelenjar keringat. Masing-masing komponen ini memiliki fungsi yang
berbeda-beda. Folikel rambut terdistribusi pada seluruh permukaan kulit
kecuali pada telapak kaki, telapak tangan, dan bibir. Otot halus yaitu erector
pilorum mengikat folikel pada jaringan dermis sehingga memungkinkan
rambut untuk tegak sebagai respon terhadap rasa takut. Kelenjar sebaseus
mensekresikan sebum yang mengandung trigliserida, asam lemak bebas, dan
lilin, yang berfungsi menjaga dan melubrikasi kulit serta menjaga pH kulit.
Kelenjar keringat terdiri dari kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin
terletak pada bagian terbawah dermis, mensekresikan larutan garam dengan
pH 5 yang distimulasi oleh temperatur serta stress emosional oleh sistem
saraf otonom. Kelenjar apokrin mensekresi protein, lipoprotein dan lipid yang
juga distimulasi oleh temperatur (Walters dan Roberts, 2002).
I. Metode DPPH
Senyawa DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) merupakan radikal
bebas yang stabil dan mengalami delokalisasi elektron pada keseluruhan molekul,
sehingga molekul tidak membentuk dimer seperti yang terjadi pada radikal bebas
lainnya. Delokalisasi ini juga membentuk warna ungu pada larutan sehingga dapat
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 517 nm (Molyneux, 2004).
Metode DPPH secara luas digunakan untuk menguji kemampuan dari
suatu senyawa untuk berperan sebagai peredam radikal bebas DPPH atau sebagai
pendonor hidrogen dan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan suatu senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang terkandung dalam makanan, kosmetik ataupun dalam sistem biologis.
Metode DPPH dapat digunakan untuk sampel padat ataupun cair dan tidak
spesifik untuk senyawa antioksidan tertentu, melainkan untuk hampir keseluruhan
senyawa antioksidan (Prakash, 2001). Metode ini berdasarkan pada pengukuran
kemampuan antioksidan menghambat radikal bebas DPPH. Elektron pada DPPH
akan tereduksi dengan menerima atom hidrogen dari antioksidan menyebabkan
perubahan warna dari ungu menjadi kuning (gambar 12) (Kedare dan Singh,
2011).
Gambar 12. Reaksi reduksi DPPH oleh antioksidan yang mendonorkan atom
hidrogen. (a) radikal bebas 2,2-diphenylpicryl-1-hydrazyl (ungu) ; (b) non-radikal
2,2-diphenylpicryl-1-hydrazine (kuning)
J. Spektrofotometri Visibel
Prinsip dari spektrofotometri adalah radiasi pada panjang gelombang
400-800 nm melalui larutan yang mengandung molekul tertentu akan
menyebabkan elektron pada ikatan antar molekul tereksitasi. Eksitasi
menyebabkan molekul memiliki bilangan kuantum yang lebih tinggi dan
mengabsorbsi energi yang melewati larutan.
Instrumentasi dalam spektrofotometer visibel antara lain:
1. Sumber cahaya berupa lampu halogen atau tungsten untuk daerah visibel pada
panjang geombang 350-900 nm.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Monokromator yang digunakan untuk mendispersikan cahaya sesuai panjang
gelombang penyusunnya yang selanjutnya akan dipilih oleh suatu celah.
Monokromator berotasi sehingga cahaya pada panjang gelombang pada kisaran
yang ditentukan melewati sampel ketika instrumen melakukan pengukuran.
3. Optik yang didesain untuk memisahkan cahaya sehingga cahaya melewati dua
kompartemen yaitu kompartemen larutan sampel dan kompartemen larutan
blanko (pada instrumen spektrofotometri double beam).
(Watson, 1999).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh
larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan
sebagai berikut:
................................................(1)
Keterangan:
A = absorban,
ε = absortivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Jika absorbansi suatu seri konsentrasi larutan diukur pada panjang
gelombang, suhu, kondisi pelarut yang sama, dan absorbansi masing-masing
larutan diplotkan terhadap konsentrasinya maka suatu garis lurus akan teramati
sesuai persamaan Lambert-Beer. Grafik ini disebut dengan plot hukum Lambert-
Beer dan jika garis yang dihasilkan merupakan suatu garis lurus maka dapat
dikatakan bahwa hukum Lambert-Beer dipenuhi pada kisaran konsentrasi yang
diamati (Gandjar dan Rohman, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Kadar sampel dapat ditetapkan dengan menggunakan perbandingan
absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau dengan menggunakan persamaan
regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi baku dengan
absorbansinya. Persamaan kurva baku selanjutnya digunakan untuk menghitung
kadar dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2008).
K. Landasan Teori
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) memiliki khasiat sebagai antioksidan
dan efektif dalam menghambat dan menangkal radikal bebas. Salah satu senyawa
dalam rosella yang berkhasiat sebagai antioksidan adalah antosianin. Penggunaan
secara langsung ekstrak rosella secara topikal pada kulit dapat menyebabkan
penurunan aktivitas antioksidan senyawa antosianin oleh faktor lingkungan antara
lain suhu, pH dan cahaya. Degradasi termal dapat menyebabkan antosianin
mengalami perubahan menjadi senyawa kalkon yang berwarna coklat, sehingga
ekstrak rosella perlu diformulasikan dalam suatu sistem pembawa yang dapat
melindungi senyawa antosianin dalam ekstrak rosella dari degradasi dan
mempertahankan aktivitas antioksidannya.
Sistem pembawa yang dapat melindungi antosianin dalam ekstrak rosella
adalah multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom. Multiemulsi A/M/A merupakan
emulsi yang terdiri dari 2 jenis emulsi yaitu emulsi tipe A/M sebagai emulsi
primer yang kemudian didispersikan kembali dalam fase air untuk membentuk
emulsi sekunder dengan bantuan emulsifier. Multiemulsi memiliki kemampuan
untuk membawa zat aktif yang tidak kompatibel satu sama lain dalam suatu
formulasi yang sama dan melindungi zat aktif dalam droplet-droplet internal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Liposom merupakan suatu sistem berbentuk vesikular yang terdiri dari satu atau
lebih fosfolipid bilayer yang sering digunakan dalam sediaan farmasetik untuk
menghantarkan obat ke tempat aksi baik obat yang bersifat lipofilik maupun
hidrofilik. Liposom dan multiemulsi A/M/A memiliki kelebihan dalam hal
kenyamanan penggunaan secara topikal dan dapat membawa antosianin dalam
ekstrak rosella ke dalam kulit sehingga dapat memberikan efek antioksidan.
Penelitian oleh Sonakpuriya, Bhowmick, Pandey, Joshi, dan Dubey
(2013) menghasilkan multiemulsi A/M/A dengan emulsifier Span 80 dan Tween
80 yang mengandung zat aktif Valsartan dengan entrapment efficiency sebesar
95,75%. Penelitian oleh Pinsuwan dkk. (2010) menghasilkan liposom yang
mengandung ekstrak rosella dengan entrapment efficiency sebesar 65%.
Multiemulsi A/M/A umumnya memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan
liposom yaitu sebesar 10-50 μm (Benichou dan Aserin, 2008), sehingga
memungkinkan penjerapan zat aktif yang lebih banyak, dan akan memberikan
efek antioksidan yang lebih tinggi.
Formula optimal multiemulsi A/M/A diperlukan agar multiemulsi dapat
stabil dalam penyimpanan jangka panjang dan penjerapan zat aktif ekstrak rosella
maksimal. Formula optimum dipilih berdasarkan sifat fisis meliputi organoleptis,
pH, tipe fase emulsi, dan pengamatan mikroskopis, serta stabilitas fisis meliputi
organoleptis, pengamatan mikroskopis dan persen volume pemisahan selama 28
hari. Penelitian oleh Li (2015) menunjukkan bahwa kondisi penyimpanan
optimum untuk multiemulsi A/M/A adalah pada suhu -4oC, terlindung dari cahaya,
dan diberi gas nitrogen. Multiemulsi A/M/A optimum memiliki pH yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
dengan pH kulit, memiliki tipe A/M/A, homogen, menjerap zat aktif dalam
droplet internal, serta dapat stabil selama 28 hari yang ditunjukkan dengan tidak
adanya pemisahan fase.
Uji aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A yang
telah optimum sifat dan stabilitas fisisnya dan dalam liposom dilakukan untuk
mengetahui efektivitas kedua formulasi tersebut dalam melindungi dan membawa
antosianin dalam ekstrak rosella ke bagian epidermis kulit. Aktivitas antioksidan
ditunjukkan dengan nilai IC50 secara metode DPPH dan dianalisis dengan metode
spektrofotometri visibel.
L. Hipotesis
1. Formula optimum multiemulsi A/M/A ekstrak rosella memiliki sifat dan
stabilitas fisis sesuai dengan kriteria penerimaan yang ditetapkan yaitu
memiliki pH yang sesuai dengan pH kulit, memiliki tipe emulsi A/M/A,
homogen, menjerap zat aktif dalam droplet internal dan stabil selama
penyimpanan selama 28 hari pada suhu -4oC, terlindung dari cahaya, dan
diberi gas nitrogen yang ditandai dengan tidak adanya pemisahan fase.
2. Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A formula
optimum lebih baik dibandingkan dalam suspensi liposom yang ditunjukkan
dengan nilai IC50 ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A yang lebih tinggi
dibandingkan dalam suspensi liposom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian ini adalah rancangan eksperimental murni
untuk mencari formula multiemulsi A/M/A ekstrak rosella yang optimal sifat dan
stabilitas fisisnya untuk kemudian dilakukan uji aktivitas antioksidan ekstrak
rosella dalam multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom dengan
menggunakan metode DPPH.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi eksipien dan HLB
multiemulsi A/M/A, lama penyimpanan, dan jenis formulasi
b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat dan stabilitas fisis
multiemulsi A/M/A, serta aktivitas antioksidan (IC50) ekstrak rosella
dalam multiemulsi A/M/A dan dalam suspensi liposom.
c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah cahaya selama
pembuatan dan penyimpanan multiemulsi A/M/A, udara dan suhu saat
pembuatan dan penyimpanan multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom,
dan homogenitas sediaan.
d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah kelembaban
ruangan saat pembuatan multiemulsi A/M/A, ukuran partikel, serta
matriks sediaan multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
2. Definisi operasional
a. Ekstrak rosella adalah sediaan cair dan kental hasil ekstraksi simplisia
bunga rosella menggunakan pelarut metanol.
b. Antioksidan adalah zat yang dalam konsentrasi rendah dibandingkan zat
yang mudah teroksidasi, secara signifikan dapat menunda atau mencegah
oksidasi zat yang terdapat pada jaringan termasuk protein, lipid,
karbohidrat, dan DNA. Zat yang berperan sebagai antioksidan dalam
penelitian ini adalah ekstrak rosella.
c. Multiemulsi A/M/A ekstrak rosella adalah sistem emulsi A/M yang
mengandung ekstrak rosella dan didispersikan dalam fase air dengan
menggunakan bantuan emulsifier.
d. Formula optimum multiemulsi A/M/A ekstrak rosella adalah formula
yang telah stabil sifat dan stabilitas fisisnya setelah penyimpanan selama
28 hari.
e. Sifat fisis multiemulsi A/M/A meliputi uji organoleptis sediaan, uji pH,
uji tipe fase emulsi, dan pengamatan mikroskopik multiemulsi A/M/A
yang dilakukan setelah proses pembuatan.
f. Stabilitas fisis multiemulsi A/M/A meliputi uji volume pemisahan
multiemulsi A/M/A yang dilakukan selama 28 hari penyimpanan pada
suhu -4oC, terlindung dari cahaya, dan disertai penjenuhan dengan gas
nitroge, serta pengamatan mikroskopik pada hari ke 1 dan ke-28.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
g. Liposom ekstrak rosella adalah suatu sistem yang terdiri dari satu atau
lebih lipid bilayer dengan struktur vesikular dan mengelilingi sejumlah
ekstrak rosella dalam medium air.
h. Suspensi liposom adalah sediaan cair yang mengandung liposom ekstrak
rosella yang dibuat menggunakan metode pertukaran pelarut organik,
yang kemudian didispersikan dalam medium dispersi yang sesuai dengan
bantuan suspending agent.
i. Metode DPPH adalah metode uji aktivitas antioksidan yang didasarkan
pada kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan
mendonorkan atom hidrogen yang ditunjukkan dengan perubahan warna
ungu dari DPPH menjadi kuning. Pengujian aktivitas antioksidan
dilakukan selama 28 hari untuk mengetahui laju penurunan aktivitas
antioksidan ekstrak rosella.
j. Inhibition Concentration 50% (IC50) adalah konsentrasi ekstrak rosella
yang dibutuhkan untuk menghambat atau meredam radikal DPPH
sebesar 50% .
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak rosella yang
diperoleh dari Sanjayadi, aquadest (Laboratorium Kimia Organik), parafin cair
(kualitas farmasetik, PT. Brataco Yogyakarta), Span 80® (kualitas farmasetik, PT.
Brataco Yogyakarta), dimethicone (kualitas farmasetik, PT. Brataco Yogyakarta),
Tween 80® (kualitas pro analysis, Merck), setil alkohol, magnesium sulfat,
xanthan gum, metanol (kualitas pro analysis, Merck), 2,2-diphenyl-1-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
picrylhydrazyl (kualitas pro analysis, Sigma Aldrich), BHT (kualitas pro analysis,
Sigma Aldrich), Triton X-100® (kualitas pro analysis, Sigma Aldrich), dan gas
nitrogen teknis yang diperoleh dari CV. Perkasa Yogakarta.
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, flakon,
parafilm, mixer (Miyako), waterbath (Elbanton), alat ultrasonifikasi (Retsch), alat
sentrifugasi (PLC–03), vortex (Scientific Industries), seperangkat
spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu UV-1800), kuvet disposable 2,5 mL,
mikropipet (Socorex), mikroskop (Olympus CX31), timbangan analitik (Mettler
Tolledo), stopwatch, dan alumunium foil.
E. Tata Cara Penelitian
1. Ekstraksi kelopak bunga rosella
Sebanyak 5 kg kelopak bunga rosella segar yang didapatkan dari
Pontianak, Kalimantan Barat dicuci dengan air mengalir sebanyak tiga kali
dan kemudian dicuci kembali menggunakan aquadest. Kelopak bunga rosella
dimaserasi dengan 5 mL metanol menggunakan ultraturrax pada suhu
ruangan selama dua hari. Supernatan disaring menggunakan corong Buchner
dengan kertas saring Whatman nomor satu. Filtrat yang didapatkan kemudian
dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40oC. Ekstrak disimpan pada
suhu -4oC dalam wadah polietilen yang dibungkus dengan alumium foil serta
dijenuhkan dengan gas nitrogen hingga waktu analisis. Ekstraksi ekstrak
rosella dilakukan oleh Sanjayadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Penetapan bobot tetap ekstrak
Sebanyak 500 μL ekstrak kental metanolik rosella dipanaskan
menggunakan waterbath pada suhu 40°C - 50°C di atas cawan porselen
hingga memperoleh bobot tetap. Bobot tetap adalah berat pada penimbangan
2 kali berturut-turut setelah zat dikeringkan selama 1 jam hingga tidak
berbeda lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penetapan bobot
tetap ekstrak dilakukan sebanyak 3 kali replikasi (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, 1975).
3. Formulasi dan optimasi multiemulsi A/M/A
Fase air yang mengandung zat aktif ekstrak rosella, emulsifier Tween
80, dan elektrolit MgSO4 serta fase minyak parafin cair yang mengandung
emulsifier Span 80, setil alkohol, dan dimethicone dipanaskan pada suhu
50±3oC di atas waterbath. Fase air diemulsifikasikan ke dalam fase miyak
menggunakan mixer dengan skala kecepatan 5 selama 10 menit untuk
mendapatkan droplet emulsi primer A/M. Emulsi A/M kemudian
diemulsifikasikan dalam larutan air eksternal yang mengandung emulsifier
Tween 80 dan xanthan gum menggunakan mixer dengan skala kecepatan 1
selama 10 menit. Keseluruhan proses pencampuran disertai dengan
penjenuhan menggunakan gas nitrogen. Multiemulsi dimasukkan dalam
flakon yang dibungkus dengan alumunium foil agar terlindung dari cahaya
dijenuhkan dengan gas nitrogen sebelum ditutup rapat dengan parafilm, dan
disimpan dalam lemari es dengan suhu -4oC selama pengujian 28 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Optimasi formula dan proses pembuatan multiemulsi A/M/A yang
dilakukan meliputi:
a. Optimasi emulsifier emulsi primer berdasarkan nilai HLB
Emulsi primer dibuat dengan kombinasi emulsifier primer yaitu
Span 80 dan Tween 80 dengan konsentrasi sebesar 10% untuk
mendapatkan HLB sebesar 5; 5,3; 5,5; dan 5,8. Berdasarkan hasil
optimasi tersebut dipilih formula emulsi primer dengan persen pemisahan
fase terendah.
b. Optimasi kecepatan pencampuran emulsi primer
Emulsi primer dibuat dengan formula terbaik yang didapatkan
pada optimasi emulsifier primer menggunakan mixer pada skala
kecepatan 4 dan 5. Berdasarkan hasil optimasi tersebut tersebut dipilih
formula emulsi primer dengan persen pemisahan fase terendah.
c. Optimasi lama pencampuran emulsi primer
Emulsi primer skala kecepatan yang telah teroptimasi dengan
lama pencampuran 10; 15; dan 20 menit. Berdasarkan hasil optimasi
tersebut dipilih formula emulsi primer dengan persen pemisahan fase
terendah.
d. Optimasi eksipien setil alkohol sebagai stiffening agent
Emulsi primer dibuat dengan formula terbaik yang didapatkan
pada optimasi lama pencampuran emulsi primer dan ditambahkan setil
alkohol sebesar 4%; 4,5%; 5%; 5,5%; 6%; 8%; dan 10%. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
hasil optimasi tersebut dipilih formula emulsi primer dengan persen
pemisahan fase terendah.
e. Optimasi eksipien dimethicone sebagai antifoaming agent
Emulsi primer dibuat dengan formula terbaik yang didapatkan
pada optimasi eksipien setil alkohol dan ditambahkan dengan
dimethicone sebesar 2%; 4%; 6%; dan 8%. Berdasarkan hasil optimasi
tersebut dipilih formula emulsi primer dengan persen pemisahan fase
terendah.
f. Optimasi rasio fase emulsi primer dan fase air eksternal
Multiemulsi A/M/A dibuat dengan memasukkan emulsi primer
hasil optimasi ke dalam fase air dengan perbandingan 3:6; 4:6; dan 5:6.
Berdasarkan hasil optimasi tersebut dipilih formula multiemulsi dengan
persen pemisahan fase terendah.
g. Optimasi emulsifier sekunder
Multiemulsi A/M/A dibuat dengan ratio emulsi primer dan air
eksternal hasil optimasi dengan jumlah emulsifier tunggal Tween 80
dengan konsentrasi 2%; 4%; dan 6%. Berdasarkan hasil optimasi tersebut
dipilih formula multiemulsi dengan persen pemisahan fase terendah.
h. Optimasi lama pencampuran multiemulsi A/M/A
Multiemulsi A/M/A dibuat dengan formula terbaik yang
didapatkan pada optimasi jumlah emulsifier sekunder pada skala
kecepatan 1 dengan lama pencampuran 10; 12; dan 15 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Berdasarkan hasil optimasi tersebut dipilih formula multiemulsi dengan
persen pemisahan fase terendah.
4. Evaluasi multiemulsi A/M/A
Evaluasi terhadap formula optimum multiemulsi A/M/A ekstrak
rosella antara lain:
a. Pengamatan organoleptis dan pH
Multiemulsi A/M/A diamati aspek penampilan, rasa, dan bau
pada hari pertama dan hari ke-28 sebelum dilakukan pengujian aktivitas
antioksidan. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator
pH universal dengan cara memasukkan pH strips ke dalam multiemulsi
A/M/A dan dibandingkan warnanya dengan standar (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, 1975).
b. Ukuran diameter partikel rata-rata
Diameter partikel rata-rata multiemulsi A/M/A diukur dengan
menggunakan mikroskop cahaya yang dilengkapi dengan lensa okuler,
mikrometer yang telah dikalibrasi dan seperangkat kamera pada hari
pertama dan hari ke-28 sebelum dilakukan pengujian aktivitas
antioksidan. Multiemulsi A/M/A diletakan pada kaca objek dan ditutup
dengan gelas penutup. Kemudian diamati dengan menggunakan
mikroskop pada perbesaran 40 kali. Multiemulsi A/M/A yang diamati,
difoto, dan diukur diameter partikelnya menggunakan aplikasi ImageJ
(Martin, Swarbrick, dan Cammarata, 1993).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
c. Uji tipe fase emulsi
Uji tipe fase emulsi dilakukan setelah dilakukan pembuatan
emulsi primer dan multiemulsi A/M/A dengan formula optimum. Emulsi
primer dan multiemulsi A/M/A dilarutkan dalam aquadest dan parafin
cair, kemudian diamati kelarutan masing-masing emulsi dalam kedua
fase tersebut (Billany, 2001).
d. Uji mekanik
Uji mekanik dilakukan setelah dilakukan pembuatan
multiemulsi A/M/A dengan formula optimum. Multiemulsi A/M/A
dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi dan dilakukan sentrifugasi
pada kecepatan 5000 rpm selama 20 menit. Hasil sentrifugasi diamati
dengan melihat ada atau tidaknya pemisahan fase (Mahmood, Akhtar,
dan Manickam, 2014).
e. Uji volume pemisahan
Uji volume pemisahan dilakukan setelah dilakukan pembuatan
multiemulsi A/M/A dengan formula optimum. Multiemulsi A/M/A
dimasukkan dalam tabung reaksi berskala dan diamati secara berkala
selama rentang waktu pengujian apabila terjadi perubahan tinggi akibat
pemisahan (creaming atau pengendapan). Tabung reaksi berskala
ditempatkan pada suhu dingin yaitu -4oC, terlindung dari cahaya, dan
disertai penjenuhan dengan gas nitrogen (Billany, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
5. Penentuan aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A ekstrak rosella
a. Pembuatan pereaksi DPPH
Sebanyak 50 mg serbuk DPPH (BM = 394,32 g/mol)
dimasukkan dalam labu takar 100 mL dan dilarutkan dalam metanol p.a
hingga batas tanda sehingga diperoleh konsentrasi pereaksi DPPH 1,27
mM.
b. Penentuan panjang gelombang maksimum
Sebanyak 180 μL larutan DPPH 1,27 mM dimasukkan dalam
kuvet dan ditambahkan metanol hingga 3 mL. Kemudian dilakukan
scanning panjang gelombang dengan kisaran 450-550 nm. Panjang
gelombang maksimum adalah absorbansi paling tinggi (peak) dari larutan
DPPH pada rentang panjang gelombang tersebut. Metanol digunakan
sebagai blanko.
c. Preparasi sampel ekstrak rosella total dalam multiemulsi A/M/A
Aktivitas antioksidan total dalam multiemulsi A/M/A diukur
dengan melakukan uji secara metode DPPH terhadap ekstrak rosella yang
terjerap maupun tidak terjerap dalam droplet emulsi. Sebanyak 8,5 gram
multiemulsi A/M/A diultrasonifikasi selama 30 menit, kemudian
disentrifugasi selama 40 menit dengan kecepatan 5000 rpm. Sebanyak
2,5 mL supernatan dari hasil sentrifugasi 5000 rpm ditambahkan metanol
sebanyak 5 mL dan disentrifugasi selama 20 menit. Sebanyak 4 mL
supernatan dari hasil sentrifugasi dimasukkan dalam labu takar 10 mL,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
ditambahkan dengan metanol hingga batas tanda dan dianalisis
kandungan antioksidannya dengan metode DPPH.
d. Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A
ditentukan dengan metode DPPH. Pengukuran terhadap larutan DPPH
dengan konsentrasi tertentu dilakukan untuk mendapatkan absorbansi
larutan DPPH dengan nilai lebih dari 0,8, yang selanjutnya konsentrasi
larutan DPPH tersebut digunakan sebagai konsentrasi yang ditambahkan
dalam seri konsentrasi sampel ekstrak.
Seri konsentrasi sampel ekstrak dimasukkan dalam kuvet dan
ditambahkan larutan DPPH. Selanjutnya ditambah metanol p.a hingga 3
mL dan didiamkan selama 15 menit (Sanjayadi, 2014). Metanol p.a
digunakan sebagai blanko. Penentuan aktivitas antioksidan dari BHT
dilakukan pula sebagai kontrol positif dengan metode dan prosedur yang
sama. Setiap sampel dianalisis dengan replikasi sebanyak 3 kali.
6. Evaluasi suspensi liposom
Suspensi liposom yang diperoleh dari Sanjayadi disimpan dalam
lemari pendingin dengan suhu 4oC menurut penelitian oleh Pinsuwan dkk.
(2010) selama pengujian 14 hari. Wadah penyimpanan suspensi liposom
dibungkus dengan alumunium foil agar terlindung dari cahaya.
a. Pengamatan organoleptis dan pH
Suspensi liposom diamati aspek penampilan, rasa, dan aroma
pada hari pertama dan hari ke-14 sebelum dilakukan pengujian aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
antioksidan. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator
pH universal dengan cara memasukkan pH strips ke dalam suspensi
liposom dan dibandingkan warnanya dengan standar (Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan, 1975).
b. Ukuran diameter partikel rata-rata
Diameter partikel rata-rata suspensi liposom diukur dengan
prosedur yang sama yang telah disebutkan pada poin 3.b. Pengukuran
diameter partikel rata-rata suspensi liposom dilakukan pada hari pertama
sebelum dilakukan pengujian aktivitas antioksidan.
7. Penentuan aktivitas antioksidan suspensi liposom ekstrak rosella
a. Pembuatan pereaksi DPPH
Pembuatan pereaksi DPPH dilakukan dengan prosedur yang
sama yang telah disebutkan pada poin 5.a.
b. Penentuan panjang gelombang maksimum
Pembuatan pereaksi DPPH dilakukan dengan prosedur yang
sama yang telah disebutkan pada poin 5.b.
c. Preparasi sampel ekstrak rosella total dalam suspensi liposom
Aktivitas antioksidan total dalam suspensi liposom diukur
dengan melakukan uji secara metode DPPH terhadap ekstrak rosella yang
terjerap maupun tidak terjerap dalam fosfolipid liposom. Sebanyak 1 mL
liposom ditambahkan dengan Triton X-100 10% (1:1) dan divortex.
Larutan dimasukkan dalam labu takar 10 mL, ditambahkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
metanol hingga batas tanda dan dianalisis kandungan antioksidannya
dengan metode DPPH.
d. Penentuan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam liposom
dilakukan dengan prosedur yang sama yang telah disebutkan pada poin
5.d.
F. Analisis Hasil
Persen pemisahan fase sebagai parameter pemilihan formula optimum
dari masing-masing tahap optimasi dihitung berdasarkan persamaan berikut:
%pemisahan fase = [
] ------------(2)
Keterangan:
Volume awal = volume multiemulsi A/M/A yang dimasukkan dalam
tabung berskala yaitu 25 mL
Volume pemisahan = volume fase air yang terpisah dari multiemulsi setelah
penyimpanan 24 jam
Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan
suspensi liposom dihitung nilai % inhibisi berdasarkan persamaan berikut:
% inhibisi = [
] ---------------------(3)
Keterangan:
Akontrol = absorbansi kontrol (DPPH)
Asampel = absorbansi larutan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Aktivitas antioksidan ditunjukkan dengan nilai IC50 yaitu konsentrasi
efektif sampel yang dibutuhkan untuk memberikan penghambatan DPPH sebesar
50% dengan analisis regresi linear dari plot kurva respon dosis antara % inhibisi
dan konsentrasi, kemudian memplotkan nilai 50% pada sumbu y masing-masing
kurva regresi linear.
Aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A dibandingkan pada beberapa
rentang waktu selama 1 bulan yaitu hari ke-1, 3, 7, 14, dan 28. Aktivitas
antioksidan multiemulsi A/M/A dibandingkan dengan aktivitas antioksidan
suspensi liposom pada rentang waktu hari ke-1 dan 14. Aktivitas antioksidan dari
masing-masing jenis sediaan dibandingkan pula dengan aktivitas antioksidan
kontrol positif BHT dan dinyatakan dalam mikromol ekuivalen Trolox (TE) per
100 gram sampel (TE/100gram). Menurut penelitian oleh Prakash (2011), BHT
memiliki aktivitas antioksidan sebesar 395000 TE/100gram.
Pengujian kesamaan variansi secara statistik dengan uji F untuk menguji
kesamaan (homogenitas) variasi dua populasi sehingga dapat ditentukan metode
untuk pengujian signifikansi dengan uji t. Uji signifikansi secara statistik dengan
uji t dilakukan terhadap nilai IC50 ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan
suspensi liposom pada hari pertama, serta terhadap laju penurunan aktivitas
antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom dari
hari pertama hingga hari ke-14. Nilai t yang diperoleh dibandingkan dengan nilai t
yang telah ditetapkan pada taraf kepercayaan 95% (Miller dan Miller, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Multiemulsi A/M/A yang dibuat dalam penelitian ini memiliki efek
antioksidan karena mengandung ekstrak rosella sebagai zat aktif. Sediaan
multiemulsi A/M/A formula optimum diamati sifat dan stabilitas fisisnya, serta
dilakukan pengujian terhadap aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam
multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom.
Multiemulsi merupakan sistem emulsi air dalam minyak dalam air atau
minyak dalam air dalam minyak, yang fase terdispersinya mengandung droplet
yang lebih kecil dengan fase yang berbeda (Jiao dan Burgess, 2008). Bentuk
sediaan multiemulsi dipilih karena memiliki kapasitas yang baik untuk menjebak
zat aktif yang bersifat hidrofilik dalam droplet-droplet air internal, memberikan
efek protektif terhadap zat aktif yang mudah terdegradasi, dan dapat memberikan
efek pelepasan yang terkendali dari zat aktif (Jigar, Adarsh, Dhaval dan Vijay,
2011).
Penelitian oleh Pinsuwan dkk. (2010) menunjukkan bahwa liposom yang
mengandung ekstrak rosella memiliki entrapment efficiency yang tinggi,
meningkatkan permeasi pada kulit, dan mengurangi iritasi pada kulit. Struktur
liposom yang berupa vesikel lipid lapis ganda dapat melindungi zat aktif dari
pengaruh lingkungan sehingga meningkatkan stabilitas zat aktif dalam sediaan.
Multiemulsi dan liposom memiliki kelebihan masing-masing dalam
perannya sebagai pembawa yang melindungi zat aktif. Maka dari itu, dalam
penelitian ini dilakukan formulasi multiemulsi A/M/A yang mengandung ekstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
rosella dan dibandingkan aktivitas antioksidannya dengan suspensi liposom yang
mengandung zat aktif yang sama untuk mengevaluasi kemampuan kedua jenis
formulasi tersebut dalam melindungi ekstrak rosella.
A. Ekstraksi Kelopak Bunga Rosella
Ekstraksi yang dilakukan oleh Sanjayadi dilakukan dengan proses
maserasi. Pada umumnya, ekstrak yang diperoleh dari tempat yang berbeda dan
jenis spesies yang berbeda dapat pula memberikan aktivitas yang berbeda. Namun,
penelitian oleh Borras-Linares, dkk. (2015) mengenai pengujian aktivitas
antioksidan dari ekstrak etanolik 25 varietas Hibiscus sabdariffa dengan metode
DPPH memiliki profil aktivitas yang sama, maka dari itu metode maserasi ekstrak
rosella yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan pula untuk tanaman
rosella dengan spesies yang berbeda.
B. Penetapan Bobot Tetap Ekstrak Rosella
Penetapan bobot tetap ekstrak rosella dilakukan untuk mengurangi
jumlah metanol dalam ekstrak rosella yang akan diformulasikan menjadi
multiemulsi A/M/A sehingga dapat mengurangi resiko penyebab ketidakstabilan
emulsi. Metanol dalam fase air dapat mengurangai efek antarmuka dari emulsifier
dengan menurunkan perbedaan polaritas antara minyak dan air (Salager, 2000).
Metanol juga memberikan efek toksik pada kulit. Metanol dapat terabsorbsi
melewati lapisan-lapisan kulit sehingga menyebabkan toksisitas sistemik. Metanol
juga mengiritasi kulit serta menyebabkan kulit kering dan kemerahan (Pritchard,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2007). Bobot tetap yang didapatkan juga digunakan untuk menghitung konsentrasi
ekstrak rosella yang akan diuji aktivitas antioksidannya.
Penetapan bobot tetap yang dilakukan sebanyak 3 kali replikasi
menunjukkan bahwa sebanyak 500 μL ekstrak rosella memiliki bobot tetap
sebesar 0,5117 gram.
C. Pembuatan Multiemulsi A/M/A Ekstrak Rosella
Multiemulsi A/M/A dibuat dengan dua tahap emulsifikasi yaitu
pembuatan emulsi primer air dalam minyak (A/M) dan pembuatan emulsi
sekunder (multiemulsi) air dalam minyak dalam air (A/M/A). Bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan multi emulsi A/M/A terdiri dari zat aktif dan
eksipien. Zat aktif yang digunakan adalah ekstrak metanol kelopak bunga rosella.
Eksipien berperan dalam meningkatkan stabilitas zat aktif dan formulasi,
mengatur permeasi dan pelepasan zat aktif, serta meningkatkan nilai estetika
sediaan (Heather dan Adam, 2012). Eksipien yang digunakan antara lain parafin
cair, aquadest, Span 80, Tween 80, setil alkohol, dimethicone, xanthan gum.
Parafin cair dipilih sebagai fase minyak dalam emulsi primer karena telah banyak
dipakai dalam formulasi sediaan topikal seperti krim dan dapat berperan sebagai
emollient. Minyak mineral seperti parafin cair umumnya menghasilkan multimulsi
A/M/A yang lebih stabil dibandingkan dengan minyak nabati (Kumar dkk., 2012),
karena bersifat inert dan tidak sensitif terhadap oksidasi dan cahaya (Rawlings
dan Lombard, 2012).
Multiemulsi dibuat dengan menggunakan dua atau lebih emulsifier yaitu
Span 80 yang bersifat hidrofobik untuk menstabilkan emulsi primer A/M dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tween 80 yang bersifat hidrofilik untuk menstabilkan emulsi sekunder
(multiemulsi) M/A. Tween 80 sering dikombinasikan dengan Span 80 dalam
multiemulsi A/M/A karena struktur kimia yang mirip dengan Span 80 (Kumar,
dkk., 2012). Span 80 dan Tween 80 berfungsi sebagai emulsifier yang berperan
dalam menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan air sehingga
dapat meningkatkan stabilitas multiemulsi A/M/A. Optimasi campuran emulsifier
Span 80 dan Tween 80 untuk membuat emulsi primer A/M dengan konsentrasi
emulsifier sebesar 10% b/b menunjukkan bahwa formula emulsi primer dengan
HLB 5,8 memiliki stabilitas yang baik dibandingkan formula lainnya karena
walaupun menunjukkan pemisahan fase yang masih cukup tinggi yaitu sebesar
56%.
Setil alkohol berfungsi sebagai stiffening agent sehingga dapat
meningkatkan konsistensi emulsi air dalam minyak. Setil alkohol sebagai
kosurfaktan dapat memfasilitasi transport emulsifier dari lapisan antarmuka
menuju fase minyak dan menyebabkan masuknya droplet internal ke dalam fase
minyak dengan cepat (Garti dan Bisperink, 1998). Optimasi setil alkohol
menunjukkan bahwa formula dengan konsentrasi setil alkohol sebanyak 4% ;
4,5% ; 5% ; dan 5,5% tidak stabil dengan persen pemisahan fase sebesar lebih dari
8%. Konsentrasi setil alkohol sebanyak 6% memiliki stabilitas yang baik dan
memberikan konsistensi sediaan yang kental dan berbusa.
Dimethicone berfungsi untuk mengurangi efek foaming yang ditimbulkan
oleh setil alkohol sehingga mengurangi resiko rusaknya ekstrak rosella akibat
udara yang terjerap dalam busa. Dimethicone menyebar pada permukaan busa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
sehingga menyebabkan menurunnya tegangan muka dan pecahnya lapisan antar
busa. Optimasi dimethicone menunjukkan bahwa formula dengan konsentrasi
dimethicone sebanyak 2% ; 4% ; dan 6% memiliki gejala pemisahan karena
adanya garis retak berisi udara pada sediaan. Konsentrasi dimethicone 8%
memiliki stabilitas yang baik dapat menghilangkan busa serta menghasilkan
sediaan dengan penampilan yang lebih mengkilap.
Optimasi terhadap rasio fase emulsi primer dan fase air eksternal
menunjukkan bahwa formula dengan rasio 3:6 dan 5:6 tidak stabil dengan persen
pemisahan fase sebesar berturut-turut 4% dan 2%. Formula dengan ratio 4:6
memiliki stabilitas yang baik setelah penyimpanan selama 24 jam.
Optimasi emulsifier sekunder Tween 80 untuk emulsi sekunder
menunjukkan bahwa formula dengan konsentrasi tween sebanyak 4% dan 6%
tidak stabil dengan persen fase pemisahan lebih dari 10%. Konsentrasi tween 80
sebanyak 2% menghasilkan sediaan yang stabil ditinjau dari fase pemisahannya
selama 24 jam. Konsentrasi emulsifier yang tinggi dapat mengecilkan ukuran
droplet namun dapat pula menyebabkan multiemulsi menjadi tidak stabil dan
terjadi pemisahan fase setelah beberapa hari (Kumar dkk., 2012).
Thickening agent merupakan salah satu variabel yang penting untuk
dipertimbangkan dalam membuat multiemulsi. Xanthan gum sebagai thickening
agent dapat meningkatkan viskositas fase air eksternal melalui ikatan biopolimer
hidrofilik sehingga dapat mencegah pelepasan tak terkendali dari bahan aktif yang
terjerap dalam partikel emulsi primer dan menghasilkan multiemulsi yang stabil
(Lutz dan Aserin, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Optimasi proses pembuatan emulsi primer antara lain terhadap kecepatan
pencampuran dan lama pencampuran menunjukkan bahwa kecepatan
pencampuran optimal adalah skala kecepatan lima dengan lama pencampuran 10
menit. Pembuatan emulsi primer A/M dilakukan pada pengadukan kecepatan
tinggi untuk menghasilkan partikel emulsi yang berukuran lebih kecil. Semakin
kecil ukuran partikel, maka emulsi pimer A/M akan semakin stabil. Emulsi primer
yang stabil juga dapat meningkatkan kestabilan emulsi sekunder.
Optimasi proses pembuatan multiemulsi A/M/A tehadap lama
pencampuran menunjukkan bahwa lama pencampuran selama 10; 12; dan 15
menit dengan skala kecepatan satu menunjukkan stabilitas yang baik setelah
penyimpanan selama satu minggu sehingga dipilih lama pencampuran selama 10
menit untuk pembuatan multiemulsi A/M/A yang akan dilakukan pengujian.
Emulsi primer didisperikan dalam fase air eksternal pada pengadukan kecepatan
rendah untuk mencegah pecahnya droplet air dalam emulsi primer A/M.
Optimasi formula multiemulsi A/M/A dipilih formula dengan persen
pemisahan fase terendah (lampiran 7). Persen pemisahan fase menjadi parameter
dalam pemilihan formula optimum karena merupakan fenomena ketidakstabilan
yang dapat terlihat secara visual. Berdasarkan hasil optimasi formula, didapatkan
formula optimum emulsi primer (A/M) (tabel III) dan multiemulsi A/M/A (tabel
IV). Multiemulsi A/M/A yang telah tercampur homogen disimpan dalam wadah
flakon, ditutup dengan alumunium foil, dan dijenuhkan dengan gas nitrogen untuk
mencegah kontaminasi dan degradasi aktivitas antioksidan zat aktif ekstrak rosella
yang bersifat fotosensitif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Tabel III. Formula emulsi primer tipe air dalam minyak (A/M)
Komposisi Jumlah (gram)
Parafin cair 60,31
Span 80 7,48
Tween 80 1,22
MgSO4 0,61
Setil alkohol 5,56
Dimethicone 7,41
Aquadest 17,41
Tabel IV. Formula emulsi ganda tipe air dalam minyak dalam air (A/M/A)
Komposisi Jumlah (gram)
Emulsi primer 37,72
Tween 80 2,00
Xanthan gum 0,40
Aquadest 59,88
D. Hasil Evaluasi Multiemulsi A/M/A Ekstrak Rosella
1. Pengamatan organoleptis dan pH
Pengamatan organoleptis multiemulsi A/M/A menunjukkan bahwa
multiemulsi berwarna merah muda dengan konsistensi seperti krim. Warna
merah muda ditimbulkan oleh ekstrak rosella yang berwarna merah (gambar
13).
Gambar 13. Multiemulsi A/M/A ekstrak rosella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Multiemulsi A/M/A masih memiliki bau khas minyak yang berasal
dari eksipien yang digunakan karena tidak ditambahkan penutup bau
(corrigen odoris) dalam formula multiemulsi A/M/A. Pengamatan
organoleptis juga dilakukan terhadap sampel multiemulsi A/M/A ekstrak
rosella pada rentang waktu perlakuan yaitu 1, 3, 7, 14, dan 28 hari. Secara
visual, tidak terjadi perubahan warna sampel pada masing-masing waktu
perlakuan (lampiran 2). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa antosianin
dalam multiemulsi A/M/A belum mengalami degradasi menjadi senyawa
kalkon yang berwarna coklat.
Multiemulsi A/M/A bersifat asam dengan pH 4. Sifat multiemulsi
yang asam dipengaruhi oleh adanya zat aktif ekstrak rosella yang juga bersifat
asam. Multiemulsi A/M/A yang dihasilkan pada penelitian ini telah sesuai
untuk penggunaan secara topikal karena telah sesuai dengan nilai pH kulit
yang berkisar antara 4 hingga 6. Formulasi yang ditujukan untuk aplikasi
pada kulit harus memiliki pH pada rentang tersebut (Lambers, Piessens,
Bloem, Pronk, dan Finkel, 2006). Aplikasi suatu formulasi yang memiliki
nilai pH yang sangat tinggi (basa kuat) maupun sangat rendah (asam kuat)
dapat menyebabkan efek destruktif pada kulit (Sashi, Anroop, Vipin, dan
Neelam, 2012).
2. Pengukuran diameter partikel rata-rata
Pengukuran diameter partikel rata-rata multiemulsi A/M/A
dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan terhadap
multiemulsi menunjukkan bahwa partikel internal yang terjerap dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
partikel eksternal tidak dapat terlihat dengan jelas dikarenakan ukurannya
yang kecil dan saling tumpang tindih satu sama lain di dalam partikel
eksternal sehingga sulit untuk dilakukan pengukuran. Ukuran diameter
partikel rata-rata multiemulsi yang diukur setelah pembuatan adalah sebesar
12,191 μm (perbesaran 40 kali) (gambar 14) dengan distribusi ukuran partikel
terbanyak pada rentang 9,527-12,113 μm. Emulsi ganda umumnya terdiri dari
50-100 droplet air pada setiap partikel minyak, oleh karena itu partikel
eksternal multiemulsi akan memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan
emulsi biasa dan dapat menjerap zat aktif lebih banyak, dengan demikian
meningkatkan aktivitasnya. Ukuran multiemulsi A/M/A yang lebih besar
dibandingkan suspensi liposom memungkinkan pentrasi yang lebih lambat
melalui lapisan-lapisan kulit sehingga multiemulsi A/M/A lebih tertahan pada
kulit.
Ukuran diameter partikel rata-rata multiemulsi yang diukur setelah
penyimpanan hari ke–28 adalah sebesar 8,647 μm (perbesaran 40 kali)
(gambar 15) dengan distribusi ukuran partikel terbanyak pada rentang 5,979–
9,537 μm. Gambar 15 menunjukkan bahwa tidak ada droplet internal yang
terjebak dalam sistem multiemulsi A/M/A. Hal ini disebabkan karena
penambahan elektrolit yaitu MgSO4 ke dalam fase air internal yang bertujuan
untuk meningkatkan stabilitas multiemulsi A/M/A. Gradien osmotik yang
tinggi yang disebabkan oleh adanya elektrolit menginduksi masuknya fase air
eksternal ke dalam droplet internal untuk menyeimbangkan arus keluar yang
dihasilkan oleh tekanan Laplace dan menyebabkan droplet internal pecah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
serta melepaskan zat aktif serta elektrolit ke fase air eksternal. Gradien
osmotik menurun dan keseimbangan tekanan tercapai, namun hilangnya
droplet internal dalam sistem multiemulsi A/M/A merupakan proses
ireversibel (Jiao dan Burgess, 2008).
Gambar 14. Foto mikroskopik multiemulsi A/M/A ekstrak rosella hari ke–1
(perbesaran 40 kali)
Gambar 15. Foto mikroskopik multiemulsi A/M/A ekstrak rosella hari ke–28
(perbesaran 40 kali)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3. Uji tipe fase emulsi
Pengujian tipe fase dilakukan untuk mengetahui jenis fase luar dari
emulsi primer dan multiemulsi. Masing-masing emulsi primer dan
multiemulsi dilarutkan dalam aquadest sebagai fase air dan parafin cair
sebagai fase minyak. Hasil pengujian menunjukkan bahwa emulsi primer
larut dalam minyak dan tidak larut dalam air, hal ini menunjukkan bahwa
emulsi primer yang dibuat merupakan tipe A/M. Sedangkan multiemulsi larut
dalam air dan tidak larut dalam minyak, hal ini menunjukkan bahwa
multiemulsi yang dibuat merupakan tipe A/M/A (lampiran 3).
4. Uji mekanik (sentrifugasi)
Uji mekanik dilakukan ada multiemulsi A/M/A menunjukkan bahwa
sampel terbagi menjadi empat lapisan. Lapisan yang terbentuk dari lapisan
paling atas hingga lapisan paling bawah berturut-turut adalah minyak,
emulsifier, air, dan xanthan gum (lampiran 4). Resistensi multiemulsi
terhadap sentrifugasi bergantung pada kekuatan ikatan lapisan antara fase air
dan minyak. Hasil uji ini menunjukkan bahwa multiemulsi A/M/A kurang
stabil terhadap gerakan atau pengocokan yang kuat akibat pemisahan secara
gravitasional yang dipercepat.
5. Volume pemisahan
Hingga hari ke–28, seluruh sampel belum menunjukkan adanya
ketidakstabilan berupa creaming (lampiran 5). Hal ini dikarenakan
ditambahkannya setil alkohol untuk meningkatkan viskositas fase internal dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
xanthan gum untuk meningkatkan viskositas fase eksternal. Jenis dan jumlah
emulsifier yang tepat juga dapat menjaga agar barier antar fase tetap kuat
sehingga mencegah koalesen droplet minyak yang dapat menyebabkan
pemisahan fase. Selain itu, MgSO4 ditambahkan formula sebagai elektrolit
untuk menjaga tekanan osmotik antar fase sehingga dapat mencegah
perpindahan fase air eksternal ke fase air internal. Perpindahan air dari fase
eksternal ke internal dapat menyebabkan droplet air internal membesar
hingga menjadi pecah dan mengeluarkan senyawa yang dibawa ke fase
eksternal (Jiao dan Burgess, 2008).
E. Evaluasi Suspensi Liposom Ekstrak Rosella
1. Pengamatan organoleptis dan pH
Pengamatan organoleptis suspensi liposom menunjukkan bahwa
suspensi liposom berwarna merah tua, warna merah lebih gelap/tua
dibandingkan pada multiemulsi A/M/A dengan penampilan yang jernih dan
cair (gambar 16). Suspensi liposom tidak berbau tengik. Pengamatan
organoleptis dilakukan terhadap suspensi liposom ekstrak rosella pada
rentang waktu perlakuan yaitu 1 dan 14 hari. Secara visual, tidak terjadi
perubahan warna sampel pada kedua waktu perlakuan dan tidak muncul bau
tengik pada hari ke–14. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa antosianin
belum mengalami degradasi menjadi senyawa kalkon yang berwarna coklat.
Suspensi liposom bersifat asam dengan pH 4. Sifat suspensi liposom
yang asam dipengaruhi oleh adanya zat aktif ekstrak rosella yang juga bersifat
asam. Seperti halnya pada multiemulsi A/M/A, suspensi telah sesuai untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
penggunaan secara topikal karena telah sesuai dengan nilai pH kulit yang
berkisar antara 4 hingga 6. Formulasi yang ditujukan untuk aplikasi pada kulit
harus memiliki pH pada rentang tersebut (Lambers dkk., 2006).
Gambar 16. Suspensi liposom ekstrak rosella pada hari ke-1
2. Pengukuran diameter partikel rata-rata
Pengukuran diameter partikel rata-rata suspensi liposom dilakukan
dengan menggunakan mikroskop cahaya. Pengamatan terhadap suspensi
liposom menunjukkan bahwa liposom berbentuk bulat dengan ukuran yang
relatif seragam berupa unilamelar yaitu tersusun oleh satu lapis membran.
Ukuran diameter partikel rata-rata liposom adalah sebesar 2,450 μm
(perbesaran 40 kali). Berdasarkan hasil ukuran diameter partikel tersebut
maka liposom ekstrak rosella digolongkan dalam liposom jenis Giant
Unilamelar Vesicle (GUV) (Ulrich, 2002) (gambar 17). Ukuran diameter
partikel rata-rata liposom lebih kecil dibandingkan dengan multiemulsi
A/M/A. Ukuran sistem pembawa yang lebih kecil memungkinkan penetrasi
yang lebih cepat melewati lapisan-lapisan kulit hingga ke sirkulasi sistemik.
R1
R2
R3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 17. Foto mikroskopik suspensi liposom ekstrak rosella (perbesaran 40x)
F. Penentuan Aktivitas Antioksidan Multiemulsi A/M/A Ekstrak Rosella
dan Liposom dengan Metode DPPH
Metode peredaman terhadap radikal DPPH (2,2-difenil-1-pikril-hidrazil)
digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dalam waktu yang relatif
singkat dan mudah. Penambahan sampel ekstrak rosella ke dalam larutan DPPH
menyebabkan penurunan terhadap densitas optik pada panjang gelombang 515 nm
yang menjadi indikasi atas kapasitas peredaman dari sampel multiemulsi maupun
liposom. Peredaman oleh antioksidan terhadap radikal DPPH terjadi karena
kemampuan untuk mendonorkan hidrogen dari gugus hidroksil fenolik sehingga
menghasilkan produk akhir yang stabil dan tidak terjadi oksidasi lebih lanjut
sistem biologis (Prakash, 2001).
Metanol digunakan sebagai pelarut dalam pengujian aktivitas antioksidan
karena ekstrak rosella dan DPPH larut dan stabil di dalamnya. Inkubasi dilakukan
pada suhu ruang selama 15 menit dalam kuvet plastik spektrofotometri yang
terlindung dari cahaya. Penurunan absorbansi disertai dengan perubahan warna
dari ungu menjadi kuning, diukur pada berbagai seri konsentrasi dengan 3 kali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
replikasi. Absorbansi DPPH akan mengalami penurunan seiring dengan
peningkatan konsentrasi dari sampel yang ditambahkan.
Ekstrak rosella yang diformulasikan dalam multiemulsi A/M/A dan
suspensi liposom mengandung antosianin sebagai antioksidan karena kaya akan
gugus hidroksil (-OH). Antosianin akan bereaksi dengan radikal DPPH (gambar
18). Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH oleh antosianin tersebut akan
menghasilkan radikal bebas baru yang sifatnya lebih stabil dan tidak reaktif akibat
adanya penstabilan oleh resonansi (gambar 19).
O
HO O
O
OH
OH
OH
N
N
O2N NO2
NO2
H
N
NH
O2N NO2
NO2 O
HO O
O
OH
OH
OH
Gambar 18. Reaksi penangkapan radikal bebas DPPH oleh antosianin
O
HO O
O
OH
OH
OH
O
HO O
O
OH
OH
OH
O
HO O
O
OH
OH
OH
O
HO O
O
OH
OH
OH
Gambar 19. Pembentukan radikal bebas yang lebih stabil oleh resonansi
1. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Penentuan panjang gelombang serapan maksimum bertujuan untuk
menentukan panjang gelombang yang menghasilkan nilai absorbansi tertinggi
terhadap senyawa yang diukur. Secara teoritis DPPH memiliki serapan pada
panjang gelombang berkisar antara 515 nm hingga 520 nm. Namun secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
praktis perlu dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum
menyesuaikan pada instrumen yang digunakan.
Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum menggunakan
larutan DPPH dalam pelarut metanol untuk mendapatkan gelombang serapan
maksimum hanya dari larutan DPPH tanpa adanya gangguan dari serapan
senyawa lain dari sampel.
Gambar 20. Spektrum serapan larutan DPPH 0,0776 mM dalam metanol
Berdasarkan hasil pengukuran panjang gelombang larutan DPPH,
diperoleh serapan maksimum pada panjang gelombang 515 nm (gambar 20).
Analisis senyawa dalam sampel menggunakan metode DPPH dilakukan pada
panjang gelombang maksimum karena perubahan absorbansi untuk setiap seri
konsentrasi terjadi signifikan pada panjang gelombang tersebut sehingga akan
menghasilkan kepekaan analisis yang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A dan liposom
dengan metode DPPH
Trolox merupakan standar yang banyak digunakan untuk
membandingkan aktivitas antioksidan dari berbagai senyawa sedangkan
metode DPPH digunakan untuk menguji kemampuan senyawa seperti
misalnya antosianin untuk bertindak sebagai peredam radikal bebas.
Pengukuran aktivitas antioksidan berdasarkan pada kinetika reaksi, maka dari
itu fluktuasi suhu, dan lingkungan sekitar memberikan pengaruh terhadap
sensitifitas dan validitas pengujian. Berdasarkan hal tersebut, senyawa
antioksidan yang lebih stabil digunakan sebagai standar referensi yaitu BHT
(Butil Hidroksi Toluen). Aktivitas antioksidan dari antosianin dalam ekstrak
rosela dinyatakan dalam mikromol ekivalen Trolox per 100 gram (TE/100
gram) agar hasil yang didapatkan dapat dibandingkan dengan penelitian
lainnya. Nilai aktivitas antioksidan BHT adalah sebesar 395000 TE/100 gram,
berdasarkan hasil penelitian Prakash (2001).
Kontrol positif BHT memiliki mekanisme peredaman radikal yang
sama seperti antosianin karena dapat meredam radikal bebas dan
menyebabkan abstraksi hidrogen oleh radikal bebas. Hasil reaksi tersebut
menghasilkan radikal bebas yang telah distabilkan dengan menerima atom
hidrogen dan radikal bebas baru yang terbentuk dari BHT (gambar 21.).
Radikal bebas baru tersebut relatif tidak reaktif karena distabilkan oleh
resonansi dan gugus yang terikat pada cincin aromatis secara stearik
menghambat reaksi lebih lanjut (Savin, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Gambar 21. Reaksi peredaman radikal bebas oleh BHT (Savin, 2014)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel ekstrak rosella dari
multiemulsi maupun liposom mampu menurunkan intensitas warna ungu dari
DPPH. Hasil pengukuran dengan metode DPPH dilakukan terhadap
supernatan multiemulsi yang mengandung ekstrak rosella pada kisaran
konsentrasi sampel yaitu 0,246–2,459 mg/mL. Konsentrasi sampel dihitung
berdasarkan jumlah ekstrak yang dimasukkan dalam formulasi multiemulsi
hingga proses preparasi dengan sentrifugasi. Plot nilai 50% pada sumbu y
pada masing-masing kurva regresi linear menghasilkan rata-rata IC50
multiemulsi A/M/A pada hari pertama adalah sebesar 22457,24 TE/100 gram
dan mengalami penurunan pada hari berikutnya. IC50 multiemulsi A/M/A
pada hari ke–3, 7, 14, dan 28 berturut-turut adalah 1506,45; 16781,73;
15239,05; 16242,91 TE/100 gram di mana terjadi kenaikan dan penurunan
IC50 yang tidak proporsional setiap harinya (gambar 22).
Gambar 22. Kurva aktivitas antioksidan multiemulsi A/M/A pada rentang
waktu perlakuan hari ke-1, 3, 7, 14, dan 28
10000.00
15000.00
20000.00
25000.00
0 5 10 15 20 25 30IC50
(T
E/1
00 g
ram
)
Hari ke -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Ekstrak rosella dalam fase air internal pada multiemulsi A/M/A
dapat berpindah ke fase air eksternal akibat pecahnya lapisan minyak yang
memisahkan kedua fase tersebut untuk mencapai kesetimbangan konsentrasi
sehingga semakin banyak ekstrak rosella yang tidak terlindungi dan
menyebabkan penurunan aktivitas antioksidan pada multiemulsi A/M/A pada
hari ke-28, seperti terlihat pada gambar 15. Xanthan gum yang ditambahkan
pada fase eksternal multiemulsi A/M/A sebagai penstabil emulsi memiliki
sifat viskoelastis sehingga terjadi penurunan viskositas fase eksternal selama
penyimpanan. Hal tersebut menyebabkan mudahnya perpindahnya fase
eksternal ke fase internal.
Gambar 23 menunjukkan bahwa uji aktivitas antioksidan yang
dilakukan dalam penelitan ini dan entrapment efficiency yang dilakukan oleh
Li (2015) terhadap multiemulsi A/M/A ekstrak rosella memiliki profil yang
sama selama rentang waktu pengujian 28 hari sehingga dapat disimpulkan
bahwa aktivitas antioksidan yang terukur dalam penelitian ini dihasilkan oleh
ekstrak yang terukur pada spektrum penelitian entrapment efficiency tersebut.
Gambar 23. Perbandingan aktivitas antioksidan dan entrapment efficiency
multiemulsi A/M/A ektrak rosella
0
5
10
15
20
25
0 10 20 30Akti
vit
as a
nti
oksi
dan
& e
ntr
apm
et
effi
cien
cy
Hari ke-
Aktivitas antioksidan
(IC50)
Entrapment efficiency
(mg ektrak total)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A
dibandingkan dengan ektrak rosella dalam suspensi liposom dengan waktu
pengujian selama 14 hari. Hasil pengukuran dengan metode DPPH dilakukan
terhadap supernatan liposom yang mengandung ekstrak rosella pada kisaran
konsentrasi sampel yaitu 0,039–0,390 mg/mL. Konsentrasi sampel dihitung
berdasarkan jumlah ekstrak yang dimasukkan dalam formulasi liposom
hingga proses preparasi dengan sentrifugasi. IC50 liposom pada hari pertama
adalah sebesar 84528,39 TE/100 gram dan pada hari ke-14 adalah sebesar
57340,96 TE/100 gram (gambar 24).
Gambar 24. Kurva aktivitas antioksidan suspensi liposom pada rentang waktu
perlakuan selama hari ke 1 dan 14
Menurut penelitian oleh Li (2015), entrapment effieciency liposom
pada hari pertama lebih rendah dibandingkan pada muliemulsi A/M/A,
namun dalam penelitian ini suspensi liposom menujukkan aktivitas
antioksidan yang lebih tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh struktur lipid
bilayer liposom yang lebih rigid dibandingkan lapisan minyak pada
multiemulsi A/M/A sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik dalam
menjaga zat aktif ekstrak rosella sehingga tidak keluar ke fase eksternal.
40000.00
50000.00
60000.00
70000.00
80000.00
90000.00
0 5 10 15
IC50
(T
E/1
00
gra
m)
Hari ke-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Laju penurunan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam
multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom setelah penyimpanan selama 14
hari ditunjukkan oleh nilai slope masing-masing kurva regresi linear
penurunan aktivitas antioksidan yang bernilai negatif sebesar berturut-turut
untuk multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom yaitu 0,028 dan 0,0299
(gambar 25). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penurunan aktivitas
antioksidan pada liposom lebih besar dibandingkan pada multiemulsi A/M/A.
Penurunan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A
dan suspensi liposom selama 14 hari berkorelasi linear dengan laju disipasi
antosianin yang dilakukan oleh Li (2015).
Gambar 25. Laju penurunan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam
multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom
Perbedaan terhadap laju penurunan aktivitas antioksidan antara
dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom kemungkinan dapat
disebabkan oleh perbedaan suhu penyimpanan pada kedua jenis sediaan
tersebut yaitu -4oC pada multiemulsi A/M/A dan 4
oC pada suspensi liposom,
di mana pada suhu penyimpanan suspensi liposom yang lebih tinggi
y = -0,028x + 10,023 R² = 0,5637
y = -0.0299x + 11.375
R² = 0.9925
9.00
9.50
10.00
10.50
11.00
11.50
0 5 10 15
ln I
C5
0
Hari ke-
Multiemulsi A/M/A
Suspensi Liposom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dibandingkan multiemulsi A/M/A dapat meningkatkan ketidakstabilan
antosianin dalam sediaan.
Uji signifikansi antara laju penurunan aktivitas antioksidan ekstrak
rosella dalam multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom secara statistik
menggunakan uji t untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok data
yang berbeda yaitu multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom. Berdasarkan
hasil perhitungan uji t didapatkan nilai t adalah 70,17. Nilai tersebut lebih
besar daripada nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 2,57 pada taraf
kepercayaan 95%, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara
laju penurunan aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam multiemulsi
A/M/A dan suspensi liposom (Lampiran 16).
Penelitian kemampuan penetrasi multiemulsi A/M/A dan suspensi
liposom ekstrak rosella yang dilakukan oleh Kwartono (2015) berdasarkan
nilai slope regresi linear jumlah ekstrak rosella yang tertahan pada kulit
menunjukkan bahwa multiemulsi A/M/A lebih tertahan di kulit dibandingkan
suspensi liposom. Jumlah ekstrak rosella yang tertahan di kulit dihitung
berdasarkan selisih antara jumlah ekstrak rosella yang dimasukkan dalam
kompartemen donor (teoritis) dengan jumlah ekstrak rosella yang terdeteksi
pada kompartemen donor (sisa) dan reseptor (terpenetrasi) setelah pengujian
dalam rentang waktu 6 jam.
Penelitian terhadap aktivitas antioksidan, entrapment efficiency, dan
tingkat penetrasi multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom ekstrak rosella
memberikan hasil yang memiliki keterkaitan satu sama lain dan memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kesimpulan hasil yaitu entrapment efficiency multiemulsi A/M/A lebih tinggi
dibandingkan suspensi liposom namun kemampuan membran minyak
multiemulsi A/M/A dalam melindungi antosianin dalam ekstrak rosella lebih
rendah sehingga menyebabkan keluarnya ekstrak rosella dari fase internal ke
fase eksternal. Antosianin dalam ekstrak rosella di fase eksternal mengalami
kerusakan oleh faktor lingkungan seperti suhu, udara, serta pH selama
penyimpanan dan dengan demikian menurunkan aktivitas antioksidan
antosianin dalam ekstrak rosella.
Uji signifikansi antara IC50 ekstrak rosella dalam multiemulsi A/M/A
dan suspensi liposom secara statistik menggunakan uji t tidak berpasangan
untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok data yang berbeda yaitu
multiemulsi A/M/A dan suspensi liposom. Berdasarkan hasil perhitungan uji t
didapatkan nilai t adalah 16,75. Nilai tersebut lebih besar daripada nilai
signifikansi yang ditentukan yaitu 3,18 pada taraf kepercayaan 95%, maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak rosella pada hari ke-1
dalam suspensi liposom dan multiemulsi A/M/A berbeda signifikan
(Lampiran 17).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Multiemulsi A/M/A formula optimum menghasilkan multiemulsi A/M/A
yang stabil setelah penyimpanan selama 28 hari pada suhu -4oC, terlindung
dari cahaya, dan diberi gas nitrogen ditunjukkan dengan tidak adanya
pemisahan fase dan pengamatan secara mikroskopik yang memperlihatkan
bahwa multiemulsi A/M/A menjerap emulsi primer yang mengandung
ekstrak rosella, serta memiliki pH 4 yang sesuai dengan pH kulit.
2. Aktivitas antioksidan ekstrak rosella dalam sediaan suspensi liposom lebih
tinggi dibandingkan dalam multiemulsi A/M/A, ditunjukkan dengan nilai IC50
liposom dan multiemulsi A/M/A berturut-turut adalah 84528,39 dan 22457,24
TE/100 gram dengan laju penurunan aktivitas antioksidan ekstrak rosella
antara dalam liposom dan dalam multiemulsi A/M/A selama 28 hari tidak
berbeda signifikan.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang optimasi jenis dan konsentrasi
elektrolit dalam formula multi emulsi A/M/A ini untuk meningkatkan
stabilitas multiemulsi A/M/A.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai identifikasi dan uji kualitatif
senyawa yang menghasilkan aktivitas antioksidan dalam ekstrak rosella.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
DAFTAR PUSTAKA
Backer, C.A., dan Bakhuizen van den Brink, R.C., 1965, Flora of Java
(Spermathophytes Only),Volume I, The Rijksherbarium, Groningen, hal.
421,429,431.
Benichou, A., dan Aserin, A., 2008, Recent Developments in O/W/O Multiple
Emulsions, in Multiple Emulsions Technology and Applications, John
Wily & Sons, Inc., New Jersey, hal. 167.
Benson, H.A.E., 2005, Transdermal Drug Delivery: Penetration Enhancement
Techniques, Current Drug Delivery, 2, 27-28.
Billany, M., 2001, Suspension and Emulsion, in Aulton’s Pharmaceutics The
Science of Dosage Form Design, Second Edition, Churchill Livingstone,
London, hal. 334–358, 341.
Borras-Linares, I., dkk., 2015, Characterization of Phenolic Compounds,
Anthocyanidin, Antioxidant and Antimicrobial Activity of 25 Varieties
of Mexican Roselle (Hibiscus sabdariffa), Industrial Crops and Products,
19, hal. 385-394.
Davis, A.F., Gyurik, R.J., Hadgraft, J., Pellett, M.A., dan Walters, K.A., 2002,
Formulation Strategies for Modulating Skin Permeation, in
Dermatological and Transdermal Formulations, Marcel Dekker, Inc.,
New York, hal. 315 – 316.
Devasagayam, T.P.A., Tilak, J.C., Baloor, K.K., Sane, K.S., Ghaskadbi, S.S., dan
Lele, R. D., 2004, Free Radicals and Antioxidants in Human Health:
Current Status and Future Prospects, JAPI, 52, 794-804.
Djeridane, A., Yousfi, M., Nadjemi, B., Boutassouna, D., Stocker, P., dan Vidal,
N., 2006, Antioxidant activity of Some Algerian Medicinal Plants Extracts
Containing Phenolic Compounds, Food Chemistry, 97(4), 654.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1975, Farmakope Indonesia,
Edisi III, Jakarta, hal. xxxiii, 757.
Epstein, H., dan Simion, F.A., 2001, Emulsion-Based Skincare Products:
Formulating and Measuring Their Moisturizing Benefits, in Handbook of
Cosmetic Science and Technology, Marcel Dekker, Inc., New York, hal.
511-528.
Farombi, E.O., dan Fakoya, A., 2005, Free Radical Scavenging and Antigenotoxic
Activities of Natural Phenolic Compounds in Dried Flowers of Hibiscus
sabdariffa L., Mol. Nutr. Food. Res., 49, 1120-1128.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2008, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal. 240-246.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Garti, N., dan Bisperink, C., 1998, Double Emulsions: Progress and Applications,
Current Opinion in Colloidal & Interface Science, 3, 657-667.
Gokturk, B.N., Ozkan, G., dan Yasar, S., 2007, Evaluation of Antiradical and
Antioxidant Potential of Grape Extracts, Food Control, 18(9), 1131.
Halliwell, B., 2001, Free Radical and Other Reactive Species in Disease,
Encyclopedia of Life Science, Nature Publishing Group, hal. 1-7.
Heather, A.E., dan Adam, C.W., 2012, Transdermal and Topical Drug Delivery:
Principles and Practice, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, hal. 265,
281.
Jiao, J., dan Burgess, D.J., 2008, Multiple Emulsion Stability: Pressure Balance
and Interfacial Film Strength, in Multiple Emulsions Technology and
Applications, John Wily & Sons, Inc., New Jersey, hal. 1-19.
Jigar, V., Adarsh, S., Dhaval, R., dan Vijay, P., 2011, Development of Stable
Multiple Emulsion of Atorvastatin, International Journal of Applied
Biology and Pharmaceutical Technology, 2(2), 419 – 428.
Kay, C., 2004, Analysis of The Bioactivity, Metabolism, and Pharmacokinectics
of Anthocyanin in Humans, Thesis, University of Guelph, Canada, 1-9.
Kedare, S.B., dan Singh, R.P., 2011, Genesis and Development of DPPH Method
of Antioxidant Assay, J Food Sci Technol, 48 (4), 412-415.
Kulkami, V.S., 2005, Liposomes in Personal Care Products, in Delivery System
Handbook for Personal Care and Cosmetic Products, William Andrew
Publishing, USA, hal. 296.
Kumar, R., Kumar, M.S., dan Mahadevan, N., 2012, Multiple Emulsion : A
Review, International Journal of Recent Advances in Pharmaceutical
Research, 2(1), 9-19.
Kunwar, A., dan Priyadarsini, K.I., 2011, Free Radicals, Oxidative Stress and
Importance of Antioxidants in Human Health, Journal of Medical &
Allied Sciences, 1(2), 53-60.
Kwartono, Y., 2015, Perbandingan Kemampuan Penetrasi Multiemulsi A/M/A
dan Suspensi Liposom yang Mengandung Ekstrak Rosella (Hibiscus
sabdariffa L.), Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Laleh, G.H., Frydoonfar, H., Heidary, R., Jameei, R., dan Zare, S., 2006, The
Effect of Light, Temperature, pH and Species on Stability of
Anthocyanin Pigments in Four Berberis Species, Pakistan Journal of
Nutrition, 5(1), 90-92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Lambers, H., Piessens, S., Bloem, A., Pronk, H., dan Finkel, P., 2006, Natural
Skin Surface pH is on Average Below 5, which is Beneficial for Its
Resident Flora, Internation Journal of Cosmetic Science, 28, 359-370.
Li, M., 2015, Pengaruh Penyimpanan Terhadap Stabilitas Ekstrak Rosella
(Hibiscus sabdariffa L.) dalam Formulasi Multiemulsi A/M/A dan
suspensi liposom, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lutz, R., dan Aserin, A., 2008, Multiple Emulsions Stabilized by Biopolymer,
Multiple Emulsions Technology and Applications, John Wily & Sons,
Inc., New Jersey, hal. 85–116.
Mahadevan, N., Shivali., dan Kamboj, P., 2009, Hibiscus sabdariffa Linn. – An
Overview, Natural Product Radiance, 8(1), 77-83.
Mahmood, T., Akhtar, N., dan Manickam, S., 2014, Interfacial Film Stabilized
W/O/W Nano Multiple Emulsions Loaded with Green Tea and Lotus
Extracts: Systematic Characterization of Physicochemical Properties and
Shelf-storage Stability, Journal of Nanobio Technology, 12(20), 1-8.
Martin, A., Swarbrick, J., dan Cammarata, A., 1993, Dasar-dasar Farmasi Fisik
dalam Ilmu Farmasetik, diterjemahkan oleh Yoshita, UI Press, Jakarta,
hal. 1022-1030.
Maryani, H., dan Kristiana, L., 2005, Khasiat Manfaat Rosela, PT. Agro Media
Pustaka, Jakarta, hal. 2-33.
Mates, J.M., 2000, Effects of Antioxidant Enzymes in The Molecular Control of
Reactive Oxygen Species Toxicology, Toxicology, 153, 83-104.
Meier, W., dan Schreiber, J., 2005, Intelligent Polymers and Self Organizing
Liposome Gel Delivery System, in Delivery System Handbook for
Personal Care and Cosmetic Products, William Andrew Publishing,
USA, hal. 593.
Mohd-Esa, N., Hern, F.S., Ismail, A., and Yee, C.L., 2010, Antioxidant Activity
in Different Parts of Roselle (Hibiscus Sabdariffa L.) Extracts and Potential
Exploitation of The Seeds, Food Chemistry, 122, 1055.
Miguel, M.G., 2011, Anthocyanins: Antioxidant and/or Anti-inflammatory
Activities, Journal of Applied Pharmaceutical Science, 1(6), 7-15.
Miller, J.N., dan Miller, J.C., 2010, Statistics and Chemometrics for Analytical
Chemistry, Sixth Edition, Pearson Education Limited, England, hal. 38-
47, 266-267.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Molyneux, P., 2004, The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicrylhydrazil
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Sci.
Technol., 26(2), 211-219.
Myers, D., 2006, Surfactant Science and Technology, Third Edition, John Wiley
& Sons, Inc., New Jersey, hal. 280-322.
Pandel, R., Poljšak, B., Godic, A., dan Dahmane, R., 2013, Skin Photoaging and
the Role of Antioxidant in Its Prevention, ISRN Dermatology, 2013, 1-11.
Pinsuwan, S., Amnuaikit, T., Ungphaiboon, S., dan Itharat, A., 2010, Liposome-
Containing Hibiscus sabdariffa Calyx Extracts Formulations with
Increased Antioxidant Activity, Improved Dermal Penetration and
Reduced Dermal Toxicity, J Med Assoc Thai, 93(7), 216-226.
Prakash, A., 2001, Antioxidant Activity, Medallion Laboratories Analytical
Progress, 19 (2), 1-4.
Pritchard, J.D., 2007, Methanol Toxicological Overview, Health Protection
Agency,5.
Ranade, V.V., dan Hollinger, M.A., 2004, Drug Delivery System, Second Edition,
CRC Press, Boca Raton, Florida.
Rawlings, A.V., dan Lombard, K.J., 2012, A Review on The Extensive Skin
Benefits of Mineral Oil, International Journal of Cosmetic Science, 34,
511-518.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipient, Sixth Edition, Pharmaceutical Press, London, hal. 155-156,
233-234, 474-475, 549-553, 675-678, 782-784.
Salager, J., 2000, Emulsion Properties and Related Khow-how to Attain Them, in
Pharmaceutical Emulsions ad Suspensions, Marcell Dekker, Inc., New
York, hal. 90-91.
Sashi, P., Anroop, N., Vipin, S., dan Neelam, S., 2012, Skin Kinetics and Dermal
Clearance, International Research Journal of Pharmacy, 3(8), 15.
Savin, K.A., 2014, Writing Reaction Mechanism in Organic Chemistry, Third
Edition, Elsevier, Oxford, hal. 243.
Shasi, K., Satinder, K., dan Bharat, P., 2012, A Complete Review on: Liposom,
International Research Journal of Pharmacy, 3 (7), 10.
Shier, D., Butler, J.L., dan Lewis, R., 2006, Hole’s Essentials of Human Anatomy
and Physiology, ninth edition, Mc Graw Hill, New York, hal. 113–117.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Sonakpuriya, P., Bhowmick, M., Pandey, G.K., Joshi, A., dan Dubey, B., 2010,
Formulation and Evaluation of Multiple Emulsion of Valsartan,
International Journal of PharmTech Research, 5(1), 132-146.
Stojiljković, D., Pavlović, D., dan Arsić, I., 2014, Oxidative Stress, Skin Aging,
and Antioxidant Therapy, Scientific Journal of the Faculty Medicine,
31(4), 207-217.
Tadros, T.F., 2005, Applied Surfactants Principles and Applications, Wiley-VCH
Verlag GmbH & Co. KGaA., Weiheim, hal. 2, 115–136.
Tee, P.L., Yusof, S., dan Mohamed, S., 2002, Antioxidants Properties of Roselle
(Hibiscus sabdariffa L.) in Linoleic Acid Model System, Nutrition and
Food Science, 32, 17-20.
Ulrich, A.S., 2002, Biophysical Aspects of Using Liposomes as Delivery Vehicles,
Bioscience Reports, 22(2), 129-146.
Wallace, T.C., dan Giusti, M.M., 2014, Anthocyanin in Health and Disease, CRC
Press, Florida, hal. 59-61.
Walters, K.A., dan Roberts, M.S., 2002, The Structure and Function of Skin,
Dematological and Transdermal Formulations, Marcel Dekker, Inc.,
New York.
Watson, D.G., 1999, Pharmaceutical Analysis A Textbook for Pharmacy Students
and Pharmaceutical Chemists, Churchill Livingstone, London, hal. 75-76,
80.
Yang, L., dkk., 2012, Antioxidant Capacity of Extracts From Calyx Fruits of
Roselle (Hibiscus sabdariffa L.), African Journal of Biotechnology,
11(17), 4063-4068.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 1. Skema pembuatan emulsi ganda
fase
air
Minyak +
emulsifier
lipofilik
Emulsi
primer A/M
Pengadukan
kecepatan
tinggi
air +
emulsifier
hidrofilik
Pengadukan
kecepatan
rendah
Multiemulsi
A/M/A
Emulsi
primer A/M
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Lampiran 2. Foto multiemulsi A/M/A selama rentang waktu pengujian
Hari ke - 3
Hari ke - 7
Hari ke - 14
Hari ke - 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 3. Foto hasil uji tipe fase emulsi
Emulsi primer dalam air
(tidak larut)
Emulsi primer dalam minyak
(larut)
Multiemulsi dalam air
(larut)
Multiemulsi dalam minyak
(tidak larut)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Lampiran 4. Foto hasil uji mekanik (sentrifugasi) multiemulsi A/M/A
Lapisan minyak
Lapisan emulsifier
Lapisan air
Lapisan xanthan gum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 5. Foto hasil uji volume pemisahan multiemulsi A/M/A
Multiemulsi A/M/A hari ke - 1
Multiemulsi A/M/A hari ke - 28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 6. Penetapan bobot tetap ekstrak rosella
Replikasi I II III
Cawan porselen (gram) 27,4435 22,4916 21,7966
Cawan porselen +
ekstrak rosella 500μL
(gram)
28,0144 23,0566 22,3513
Berat ekstrak awal
(gram)
0,5709 0,5650 0,5547
Cawan porselen + berat
ekstrak akhir (gram)
27,5029 22,5462 21,8380
Berat ekstrak akhir
(gram)
0,5115 0,5104 0,5133
Rata-rata berat ekstrak awal =
Rata-rata berat ekstrak akhir =
Konsentrasi ekstrak dalam multiemulsi A/M/A
=
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Lampiran 7. Optimasi formula dan pencampuran multiemulsi A/M/A
ekstrak rosella
a. Optimasi emulsifier primer berdasarkan nilai HLB
HLB 5 5,3 5,5 5,8
Volume pemisahan
(mL)
16,5 16,1 15 14
Persen pemisahan
fase
66% 64,4% 60% 56%
Untuk optimasi selanjutnya digunakan formula emulsi primer dengan HLB
5,8.
b. Optimasi kecepatan pencampuran emulsi primer
Skala kecepatan 4 5
Volume pemisahan
(mL)
14 13
Persen pemisahan
fase
56% 52%
Untuk optimasi selanjutnya dilakukan pencampuran dengan skala
kecepatan 5 untuk membuat emulsi primer.
c. Optimasi lama pencampuran emulsi primer
Waktu (menit) 10 15 20
Volume
pemisahan (mL)
13 13 14
Persen
pemisahan fase
52% 52% 56%
Untuk optimasi selanjutnya dilakukan pencampuran selama 10 menit
untuk membuat emulsi primer.
d. Optimasi eksipien setil alkohol sebagai stiffening agent
Konsentrasi
(%b/b) 4 4,5 5 5,5 6 8 10
Volume
pemisahan (mL)
3 2,5 2 2 0 0 0
Persen
pemisahan fase
12% 10% 8% 8% 0%
berbusa
0%
Berbusa
padat
0%
berbusa
padat
Untuk optimasi selanjutnya digunakan formula emulsi primer dengan
konsentrasi setil alkohol sebesar 6%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
e. Optimasi eksipien dimethicone sebagai antifoaming agent
Konsentrasi (%b/b) 2 4 6 8
Volume pemisahan
(mL)
0 0 0 0
Persen pemisahan
fase
0% 0% 0% 0%
Untuk optimasi selanjutnya digunakan formula emulsi primer dengan
konsentrasi dimethicone sebesar 8%.
f. Optimasi rasio fase emulsi primer dan fase air eksternal
Rasio emulsi
primer : air 3:4 4:6 5:6
Volume pemisahan
(mL)
1 0 0,5
Persen pemisahan
fase
4% 0% 2%
Untuk optimasi selanjutnya digunakan formula dengan rasio fase emulsi
primer dan air eksternal sebesar 4:6.
g. Optimasi jumlah emulsifier sekunder
Konsentrasi (%b/b) 2 4 6
Volume pemisahan
(mL)
0 2,6 2,8
Persen pemisahan
fase
0% 10,4% 11,2%
Untuk optimasi selanjutnya digunakan formula multiemulsi A/M/A
dengan konsentrasi emulsifier sekunder 2%.
h. Optimasi lama pencampuran multiemulsi A/M/A
Waktu (menit) 10 12 15
Volume pemisahan
(mL)
0 0 0
Persen pemisahan
fase
0% 0% 0%
Untuk optimasi selanjutnya dilakukan pencampuran selama 10 menit
dengan skala kecepatan 1 untuk membuat multiemulsi A/M/A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 8. Perhitungan jumlah emulsifier campuran emulsi primer
berdasarkan nilai HLB
HLB = X*HLB(X) + Y*HLB(Y)
X = Span 80 HL 4,3
Y = Tween 80 HLB 15
X+Y = 1LB emulsi primer = 5
5 = X*4,3 + (1 – X)*15
5 = 4,3X + 15 – 15X
X = 0,935
Y = 0,065
HLB emulsi primer = 5,3
5,3= X*4,3 + (1 – X)*15
5,3= 4,3X + 15 – 15X
X = 0,907
Y = 0,093
HLB emulsi primer = 5,5
5,5= X*4,3 + (1 – X)*15
5,5= 4,3X + 15 – 15X
X = 0,888
Y = 0,112
HLB emulsi primer = 5,8
5,8= X*4,3 + (1 – X)*15
5,8= 4,3X + 15 – 15X
X = 0,860
Y = 0,140
HLB 5 5,3 5,5 5,8
Span 80 (10%b/b) 9,35 9,07 8,88 8,60
Tween 80 (10%b/b) 0,65 0,94 1,12 1,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 9. Perhitungan diameter globul rata-rata multiemulsi A/M/A dan
suspensi liposom ekstrak rosella
n = 75
k = 1 + 3,322log95 = 7,23 ≈ 7
Emulsi primer A/M
I = ( )
Kelas (k) Rentang (μm) Nilai Tengah/d (μm) Jumlah (n) nxd
1 2,487 - 3,122 2,805 3 8,414
2 3,123 - 3,758 3,441 17 58,489
3 3,759 - 4,394 4,077 13 52,995
4 4,395 - 5,03 4,713 21 98,963
5 5,031 - 5,666 5,349 11 58,834
6 5,667 - 6,302 5,985 5 29,923
7 6,303 - 6,938 6,621 5 33,103
Jumlah(∑) 75 340,718
diameter rata-rata =
Multiemulsi hari ke-1
I = ( )
Kelas (k) Rentang (μm) Nilai Tengah/d (μm) Jumlah (n) nxd
1 9,527 - 10,819 10,173 20 203,463
2 10,820 - 12,113 11,466 24 275,194
3 12,114 - 13,406 12,760 12 153,117
4 13,407 - 14,699 14,053 11 154,583
5 14,700 - 15,992 15,346 6 92,078
6 15,993 - 17,286 16,640 0 0,000
7 17,287 - 18,579 17,933 2 35,866
Jumlah(∑) 75 914,300
diameter rata-rata =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Multiemulsi hari ke-28
I = ( )
Kelas (k) Rentang (μm) Nilai Tengah/d (μm) Jumlah (n) nxd
1 4,199 - 5,978 5,088 7 35,618
2 5,979 - 7,757 6,868 23 157,961
3 7,758 - 9,537 8,647 25 216,186
4 9,538 - 11,316 10,427 9 93,843
5 11,317 - 13,096 12,207 7 85,446
6 13,097 - 14,875 13,986 2 27,972
7 14,876 - 16,655 15,766 2 31,531
Jumlah(∑) 75 648,557
diameter rata-rata =
Liposom
I = ( )
Kelas (k) Rentang (μm) Nilai Tengah/d (μm) Jumlah (n) nxd
1 1,063 - 1,481 1,272 7 8,903
2 1,482 - 1,899 1,691 12 20,287
3 1,900 - 2,318 2,109 12 25,311
4 2,319 - 2,737 2,528 15 37,920
5 2,738 - 3,156 2,947 19 55,988
6 3,157 - 3,574 3,365 6 20,193
7 3,575 - 3,993 3,784 4 15,137
Jumlah(∑) 75 183,738
diameter rata-rata =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 10. Konsentrasi larutan uji ekstrak rosella dalam multiemulsi
A/M/A
Bobot tetap ekstrak =
Konsentrasi ekstrak dalam multiemulsi =
Konsentrasi ekstrak saat preparasi =
Konsentrasi ekstrak sampel =
7,376 mg/mL
Lampiran 11. Konsentrasi larutan uji ekstrak rosella dalam suspensi liposom
Bobot tetap ekstrak =
Konsentrasi ekstrak dalam liposom =
Konsentrasi ekstrak sampel liposom =
1,1696 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 12. Penimbangan DPPH dan BHT untuk penentuan aktivitas
antioksidan multiemulsi A/M/A
Penimbangan DPPH
Hari Berat (gram) Konsentrasi
(mM)
Volume pengukuran
(ul)
1 0,051 1,2934 180
3 0,050 1,268 190
7 0,053 1,3441 180
14 0,052 1,3187 170
28 0,052 1,3187 180
Contoh perhitungan konsentrasi DPPH
mol =
M =
Penimbangan BHT
Hari Berat (gram) Konsentrasi (mg/mL)
1 0,200 0,32
3 0,200 0,32
7 0,201 0,322
14 0,201 0,322
28 0,203 1,325
Contoh perhitungan konsentrasi BHT
M =
8 mg/mL
Intermediet
C1 . V1 = C2 . V2
8mg/mL .5mL = C2 . 50mL
C2 = 0,8 mg/mL
Sampel
C1 . V1 = C2 . V2
0,8mg/mL .10mL = C2 . 25mL
C2 = 0,32 mg/mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 13. Aktivitas antioksidan multiemulsi A/MA ekstrak rosella
dengan metode DPPH
Hari Replikasi
Konsentrasi
sampel
(mg/mL)
Absorbansi
kontrol
Absorbansi
sampel % inhibisi
Har
i k
e-1
BHT
0,011
0,815
0,655 19,632
0,021 0,578 29,080
0,032 0,513 37,055
0,043 0,449 44,908
0,053 0,392 51,902
0,064 0,333 59,141
I
0,246
0,815
0,632 22,454
0,492 0,566 30,552
0,738 0,477 41,472
0,983 0,385 52,761
1,229 0,33 59,509
II
0,246
0,815
0,579 28,957
0,492 0,463 43,190
0,983 0,291 64,294
1,229 0,215 73,620
III
0,492
0,815
0,572 29,816
0,738 0,525 35,583
0,983 0,463 43,190
1,229 0,383 53,006
1,475 0,327 59,877
1,721 0,259 68,221
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Hari Replikasi Konsentrasi
sampel (mg/mL)
Absorbansi
kontrol
Absorbansi
sampel % inhibisi
Har
i k
e-3
BHT
0,011
0,815
0,661 18,896
0,021 0,568 30,307
0,032 0,495 39,264
0,043 0,41 49,693
0,053 0,339 58,405
I
0,246
0,815
0,662 18,773
0,492 0,595 26,994
0,738 0,475 41,718
0,983 0,397 51,288
1,229 0,345 57,669
1,475 0,273 66,503
II
0,246
0,815
0,655 19,632
0,492 0,598 26,626
0,738 0,541 33,620
0,983 0,461 43,436
1,229 0,382 53,129
1,475 0,326 60,000
III
0,492
0,815
0,606 25,644
0,738 0,534 34,479
0,983 0,437 46,380
1,229 0,359 55,951
1,475 0,302 62,945
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Hari Replikasi Konsentrasi
sampel (mg/mL)
Absorbansi
kontrol
Absorbansi
sampel % inhibisi
Har
i k
e-7
BHT
0,011
0,843
0,729 13,523
0,021 0,604 25,890
0,032 0,51 37,423
0,043 0,438 46,258
0,054 0,351 56,933
0,064 0,306 62,454
I
0,246
0,843
0,724 14,116
0,492 0,617 24,294
0,738 0,532 34,724
0,983 0,447 45,153
1,229 0,386 52,638
1,475 0,316 61,227
II
0,492
0,843
0,596 26,871
0,738 0,529 35,092
0,983 0,432 46,994
1,229 0,364 55,337
1,475 0,316 61,227
III
0,246
0,843
0,692 17,912
0,492 0,615 24,540
0,738 0,524 35,706
0,983 0,449 44,908
1,229 0,363 55,460
1,475 0,297 63,558
1,721 0,22 73,006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Hari Replikasi Konsentrasi
sampel (mg/mL)
Absorbansi
kontrol
Absorbansi
sampel % inhibisi H
ari
ke-
14
BHT
0,011
0,811
0,601 25,894
0,021 0,527 35,018
0,032 0,431 46,856
0,043 0,358 55,857
0,054 0,316 61,036
I
0,246
0,811
0,643 20,715
0,492 0,532 34,402
0,738 0,487 39,951
0,983 0,416 48,705
1,229 0,391 51,788
1,475 0,293 63,872
1,721 0,221 72,750
II
0,246
0,811
0,639 21,208
0,492 0,554 31,689
0,738 0,475 41,430
0,983 0,396 51,171
1,229 0,353 56,473
1,475 0,252 68,927
III
0,246
0,811
0,605 25,401
0,492 0,544 32,922
0,738 0,458 43,527
0,983 0,375 53,761
1,229 0,321 60,419
1,475 0,247 69,544
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Hari Replikasi Konsentrasi
sampel (mg/mL)
Absorbansi
kontrol
Absorbansi
sampel % inhibisi H
ari
ke-
28
BHT
0,022
0,833
0,54 35,174
0,033 0,479 42,497
0,043 0,433 48,019
0,054 0,373 55,222
0,065 0,322 61,345
0,076 0,269 67,707
0,087 0,22 73,589
I
0,246
0,833
0,712 14,526
0,492 0,606 27,251
0,738 0,522 37,335
0,983 0,464 44,298
1,229 0,355 57,383
1,475 0,33 60,384
II
0,246
0,833
0,674 19,088
0,492 0,594 28,691
0,738 0,484 41,897
0,983 0,43 48,379
1,229 0,382 54,142
1,475 0,326 60,864
III
0,246
0,833
0,698 16,206
0,492 0,659 20,888
0,738 0,509 38,896
0,983 0,445 46,579
1,229 0,41 50,780
1,475 0,301 63,866
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Hari Sampel Regresi Linear IC50
(mg/mL) TE/100gram
Rata-rata
TE/100gram
1
BHT
y = 733,57x + 12,9
r = 0,9986 0,0506 395000 395000
Replikasi I
y = 39,175x + 12,454 r = 0,9968 0,9584 20843,70
22457,24 Replikasi
II
y = 44,914x + 19,387
r = 0,9973 0,6816 29309,29
Replikasi III
y = 31,925x + 12,961 r = 0,998 1,1602 17218,73
3
BHT
y = 922,55x + 9,7914
r = 0,9990 0,0436 395000 395000
Replikasi I
y = 39,539x + 9,7996 r = 0,9931 1,0167 16932,51
15706,45 Replikasi
II
y = 33,835x + 10,29
r = 0,9978 1,1736 14668,73
Replikasi III
y = 39,075x + 6,6503 r = 0,9967 1,1094 15518,12
7
BHT
y = 922,67x + 5,7516
r = 0,9944 0,0480 395000
Replikasi I
y = 38,466x + 5,5908 r = 0,9981 1,1545 16407,88
16781,73 Replikasi
II
y = 36,181x + 9,5215
r = 0,9940 1,1188 16931,85
Replikasi III
y = 38,214x + 7,431 r = 0,9989 1,1139 17005,47
14
BHT
y = 848,96x + 17,596
r = 0,9924 0,0382 395000 395000
Replikasi I
y = 32,956x + 15,043 r = 0,9912 1,0607 14213,76
15239,05 Replikasi
II
y = 37,499x + 12,881
r = 0,9965 0,9899 15231,12
Replikasi III
y = 36,424x + 16,252 r = 0,9981 0,9265 16272,27
28
BHT
y = 590,08x + 22,831
r = 0,9996 0,0460 395000 395000
Replikasi I
y = 36,289x + 8,6263 r = 0,9916 1,1401 15951,83
16242,91 Replikasi
II
y = 33,9x + 13,005
r = 0,9878 1,0913 16665,43
Replikasi III
y = 39,005x + 5,9704
r = 0,9846 1,1288 16111,48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 14. Penimbangan DPPH dan BHT untuk penentuan aktivitas
antioksidan suspensi liposom
Penimbangan DPPH
Hari Berat
(gram)
Konsentrasi
(mM)
Volume pengukuran
(ul)
1 0,051 1,2934 185
14 0,052 1,3187 180
Penimbangan BHT
Hari Berat (gram) Konsentrasi (mg/mL)
1 0,202 0,323
14 0,202 0,323
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Lampiran 15. Aktivitas antioksidan suspensi liposom ekstrak rosella dengan
metode DPPH
Hari Replikasi Konsentrasi
sampel (mg/mL)
Absorbansi
kontrol
Absorbansi
sampel % inhibisi
Har
i k
e-1
BHT
0,022
0,824
0,594 27,913
0,032 0,552 33,010
0,043 0,463 43,811
0,054 0,431 47,694
0,065 0,369 55,218
0,075 0,336 59,223
I
0,039
0,824
0,728 11,650
0,078 0,695 15,655
0,117 0,616 25,243
0,156 0,588 28,641
0,195 0,503 38,956
0,234 0,439 46,723
0,273 0,396 51,942
0,312 0,352 57,282
0,351 0,315 61,772
0,390 0,229 72,209
II
0,117
0,824
0,606 26,456
0,156 0,544 33,981
0,195 0,497 39,684
0,234 0,455 44,782
0,273 0,409 50,364
0,312 0,373 54,733
0,351 0,327 60,316
0,390 0,286 65,291
III
0,039
0,824
0,691 16,141
0,078 0,654 20,631
0,117 0,602 26,942
0,156 0,537 34,830
0,195 0,493 40,170
0,234 0,446 45,874
0,273 0,414 49,757
0,312 0,325 60,558
0,351 0,315 61,772
0,390 0,275 66,626
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Hari Replikasi Konsentrasi
sampel (mg/mL)
Absorbansi
kontrol
Absorbansi
sampel % inhibisi
Har
i k
e-1
4
BHT
0,022
0,839
0,555 33,850
0,032 0,472 43,743
0,043 0,404 51,847
0,054 0,376 55,185
0,065 0,322 61,621
0,075 0,269 67,938
0,086 0,219 73,897
I
0,039
0,839
0,754 8,495
0,078 0,683 17,112
0,117 0,655 20,510
0,156 0,602 26,942
0,195 0,551 33,131
0,234 0,52 36,893
0,273 0,454 44,903
0,312 0,395 52,063
0,351 0,366 55,583
0,390 0,309 62,500
II
0,078
0,839
0,707 14,199
0,117 0,682 17,233
0,156 0,618 25,000
0,195 0,554 32,767
0,234 0,529 35,801
0,273 0,46 44,175
0,312 0,395 52,063
0,351 0,364 55,825
0,390 0,326 60,437
III
0,039
0,839
0,744 9,709
0,078 0,737 10,558
0,117 0,662 19,660
0,156 0,598 27,427
0,195 0,532 35,437
0,234 0,472 42,718
0,273 0,442 46,359
0,312 0,411 50,121
0,351 0,345 58,131
0,390 0,308 62,621
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Hari Replikasi Regresi Linear IC50
(mg/mL) TE/100gram
Rata-rata
TE/100gram
1
BHT
y = 602,56x + 15,284
r = 0,9913 0,0576 395000 395000
Replikasi I
y = 171,89x + 4,1505 r = 0,9963 0,2667 85318,36
84528,39 Replikasi
II
y = 138,71x + 11,801
r = 0,9981 0,2754 82638,47
Replikasi III
y = 149,38x + 10,299 r = 0,9956 0,2658 85628,33
14
BHT
y = 591,47x + 23,6
r = 0,9932 0,0446 395000 395000
Replikasi I
y = 150,91x + 3,4547 r = 0,9980 0,3084 57162,40
57340,96 Replikasi
II
y = 156,58x + 0,8738
r = 0,9960 0,3137 56194,19
Replikasi III
y = 159,43x + 2,0874 r = 0,9936 0,3005 58666,29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 16. Uji signifikansi (t-test) IC50 multiemulsi A/M/A dan suspensi
liposom ekstrak rosella setelah penyimpanan hari ke-1
IC50
(TE/100gram) Mean SD SD
2
Multiemulsi
A/M/A
20843,70
22457,24 6204,6793 38498045,22 17218,73
29309,29
Suspensi
Liposom
85318,36
84528,39 1644,0390 2702864,23 82638,47
85628,33
H0 = tidak ada perbedaan antara kedua variansi
Ftest =
Ftable(2,2) = 39,00 > 14,24 H0 diterima, maka tidak ada perbedaan antara
kedua variansi
H0 = aktivitas antioksidan ekstrak rosella pada hari ke-1 dalam liposom lebih
besar daripada atau sama dengan multiemulsi A/M/A
√( )
( )
√
( ) ( )
√
√
√
√
Degree of freedom = n1 + n2 – 2 = 3 + 3 – 2 = 4
T4 = 2,78 (P=0,05) < |t| = 16, 7493 H0 diterima, aktivitas antioksidan ekstrak
rosella pada hari ke-1 dalam liposom lebih besar daripada multiemulsi A/M/A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 17. Uji signifikansi (t-test) laju penurunanIC50 multiemulsi A/M/A
dan suspensi liposom ekstrak rosella pada hari ke-1 hingga ke-14
SD Mean
Multi emulsi A/M/A 0,012338 -0,028051
Liposom 0,001296 -0,029851
H0 = tidak ada perbedaan antara dua variansi
Ftest =
Ftable(5,5) = 7,147< 90,6287 H0 ditolak ada perbedaan antara dua
variansi
H0 = slope laju penurunan aktivitas antioksidan multi emulsi A/M/A lebih
dari atau tidak ada perbedaan dengan slope laju penurunan aktivitas
antioksidan suspensi liposom
√
( )
√
Degree of freedom = (
)
( )
( )
=(
)
( )
( )
T5 = 2,57 (P=0,05) < |t| = 70,1754 H0 diterima, slope laju penurunan
aktivitas antioksidan multi emulsi A/M/A lebih dari atau tidak ada perbedaan
dengan slope laju penurunan aktivitas antioksidan suspensi liposom
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Perbandingan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
dalam Multiemulsi A/M/A dan Suspensi Liposom” dengan
nama lengkap Eva Mayangsari, merupakan putri bungsu
dari pasangan The Weng Tjok dan Ang Lek Lek. Penulis
lahir di Pontianak, 17 Januari 1994. Pendidikan formal
yang telah ditempuh penulis yaitu TK Karya Yosef
Pontianak (1997-1999), tingkat Sekolah Dasar di SD
Karya Yosef Pontianak (1999-2005), tingkat Sekolah
Menengah Pertama di SMP Santo Petrus Pontianak (2005-
2008), tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Santo
Petrus Pontianak (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan
sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama
menempuh pendidikan sarjana, penulis mengikuti Pekan Ilmiah Nasional XXVI
tahun 2013 yang dilaksanakan di Universitas Mataram dan memenangkan medali
perak kategori presentasi poster. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi.
Penulis pernah menjabat sebagai Sekretaris periode 2012 – 2013 dalam
kepengurusan Komunitas Mahasiswa Buddhis Kong Hu Cu (KMBK) Dharma
Virya Universitas Sanata Dharma. Selain itu juga aktif dalam beberapa kegiatan
kepanitiaan, seperti Koordinator Dana dan Usaha Acara Donor Darah JMKI
(2012), Koordinator Acara Seminar Motivasi Andrie Wongso (2012), Sekretaris
Pharmacy Performance Road to School (PPRToS) 2013, dan Steering Committee
Seminar Vegetarian Gobind Vashdev (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI