PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya...

114
i VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR NIKOTIN DALAM EKSTRAK TEMBAKAU ROKOK “MEREK X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK MENGGUNAKAN STANDAR INTERNAL ASETANILIDA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Is Sumitro NIM : 098114127 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGJAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya...

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

i

VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR NIKOTIN DALAM EKSTRAK TEMBAKAU ROKOK “MEREK X” DENGAN METODE

KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK MENGGUNAKAN STANDAR INTERNAL ASETANILIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Is Sumitro

NIM : 098114127

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGJAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Hidup seorang laki-laki jangan takut akan segala hal sebab ketakutan hanya akan

menghambat jalanmu, namun juga selalu berpegang pada prinsip yang benar karena

hidup hanyalah hidup jika bermanfaat bagi orang lain”

“Kebaikan belum tentu akan dimengerti orang lain, maka jangan menuntut orang juga

akan mengerti kebaikanmu namun selalulah berbuat baik dan bekerja keras sebab doa

orang tua dan Tuhan selalu menyertaimu”

(Mintju dan Effendi)

Kupersembahkan karyaku ini untuk kedua orang tuaku Mintju dan Effendi, Sahabatku, dan

Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini

tidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya

ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya indikasi plagiarisme dalam

naskah yang saya susun ini, maka saya bersedia menanggung segala resiko dan sanksi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 10 Juli 2013

Penulis,

Is Sumitro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangah di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Is Sumitro

Nomor Mahasiswa : 098114127

Demi pengembangan ilmu penegtahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR EKSTRAK TEMBAKAN DALAM ROKOK “MEREK X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK MENGGUNAKAN

STANDAR INTERNAL ASETANILIDA”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 10 Juli 2013 Yang menyatakan

(Is Sumitro)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

vii

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasih, berkat, ijin

dan peryertaan-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Penetapan Kadar Nikotin Dalam Rokok “MEREK X” Dengan Metode

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik Menggunakan Standar

Internal Asetanilida” sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi demi memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat

terselesaikan karena adanya masukan, kritikan, diskusi, arahan, saran, dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Ipang Djurnarko, M.Sc., Apt. Selaku Dekan Fakultas Farmasi Uninversitas Sanata

Dharma Yogyakarta atas teladan seorang pemimpin yang diberikan

2. Dra. M.M. Yetty Tjandrawati, M.Si. selaku dosen pembimbing, dosen penguji,

dan pengganti orang tua saya yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan perhatian, bimbingan, masukan, motivasi, kritikan, dan saran selama

penulis berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan selama

penelitian serta penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

viii

3. Jeffry Julianus, M.Si. selaku dosen penguji yang memberikan banyak kritik dan

saran yang membangun untuk skripsi ini.

4. Lucia Wiwid Wijayanti, M,Si. selaku dosen penguji yang memberikan banyak

kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini.

5. Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing di laboratorium dan

teman selama penelitian skripsi yang telah memberikan masukan, diskusi, saran,

dan dukungan moral kepada penulis selama penelitian skripsi ini.

6. C.M.Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. sebagai Kaprodi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas teladan kepemimpinan, masukan,

dan saran yang diberikan selama penulis berkuliah dan menyusun naskah.

7. Rini Dwi Astuti, M.Sc., Apt. sebagai Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

8. Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. atas waktu yang diluangkan untuk

memberikan sedikit masukan diawal penelitian

9. Bimo Adithya, Suparlan, dan Kunto dan segenap staf laboran yang senantiasa

siap membantu dan meluangkan waktunya dalam penyediaan bahan dan alat

selama penelitian.

10. Semua dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas

pengalaman, masukan, keceriaan, semangat, dan persahabatan yang diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

ix

11. Demas dan Eric sebagai rekan kerja dalam penelitian skripsi ini. Terima kasih

atas kesabaran, kepercayaan, kerjasama, persahabatan, canda dan semangat

selama ini.

12. Lucia Shinta R, Sisilia Mirsya A, Metri S.K., Agnes Mutiara, Victor Purnama

Agung, dan Novia Sarwoningtyas sebagai teman seperjuangan dalam satu lantai

Laboratorium Analisis Instrumental.

13. Teman angkatan 2009 yang bersama-sama berjuang dan mengisi sebagian cerita

hidupku, terima kasih atas kebersamaan, diskusi, dan bantuan selama perkuliahan.

14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan,

semangat dan doa yang menyertai penulis dari awalnya penelitian hingga

diselesaikannya penulisan skripsi ini.

Penulis merasakan dan menyadari atas kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, karena keterbatasan wawasan dan kemampuan. Penulis dengan senang

hati membuka diri menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak,

dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan skripsi ini memberikan

manfaat yang berarti bagi para pembaca. Akhir kata, penulis mempersembahkan

skripsi ini demi majunya ilmu pengetahuan farmasi.

Yogyakarta, 10 Juli 2013

Penulis

Is Sumitro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………. ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………….. v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI…………………………………….. vi

PRAKATA…………………………………………………………………….. vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………… xiv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xv

DAFTAR LAMPIRAN……….………………………………………………... xvii

INTISARI……………………………………………………………………… xix

ABSTRACT…………………………………………………………………..... xx

BAB I PENGANTAR………………………………………………………...... 1

A. Latar Belakang

1. Permasalahan.………………………………………………………. 4

2. Keaslian Penelitian……………………………………….……….… 5

3. Manfaat Penelitian………………………………………………….. 6

B. Tujuan Penelitian……………………………………………………….. 6

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………….. 7

A. Rokok………………………………………………………….……….... 7

1. Pengertian Rokok…………………………………………………… 7

2. Bagian-bagian Rokok……………………………………………….. 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xi

B. Tembakau……………………………………………………….……… 9

C. Nikotin……………………………………………………………….… 9

D. Standar Internal………………………………………………….…....... 10

E. Ekstraksi…………………………………………………………...….... 11

1. Ekstraksi………...………………………………………………..... 11

2. Cairan Penyari……………………………………………………... 12

3. Ekstraksi Padat-Cair…………..…………………………………… 12

4. Ekstraksi Cair-Cair……………………………………………….... 13

F. Spektrofotometri UV…………………………………………………... 13

G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)……………………………. 16

1. Definisi dan Instrumentasi……………………………….………… 17

2. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif ……………………….………... 19

H. Validasi Metode Analisis…………………………………..………….. 19

1. Akurasi………………………………………………….………….. 20

2. Presisi………………………………………………………………. 21

3. Selektivitas atau Spesifisitas………………………………………. 22

4. Linearitas………………………………………………………….. 23

5. Rentang……………………………………………………………. 23

I. Landasan Teori…………………………………………………………. 24

J. Hipotesis………………………………………………………………... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………... 26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………… 26

B. Variabel Penelitian……………………………………………………… 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xii

1. Variabel Bebas……………………………………………….…….. 26

2. Variabel Tergantung……………………………………….….……. 26

3. Variabel Pengacau Terkendali……………………………..……….. 26

C. Definisi Operasional………………………………….…………….…… 27

D. Bahan Penelitian……………………………………….…………….….. 27

E. Alat Penelitian…………………………………….…………………….. 27

F. Tata Cara Penelitian………………………………….…………………. 28

1. Pembuatan Fase Gerak…………………………….…………..……. 28

2. Pembuatan Larutan Baku Standar Internal Asetanilida……………. 29

3. Pembuatan Larutan Baku Nikotin…………………………………... 29

4. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan……………………….. 30

5. Pembuatan Kurva Baku……………………………….……….……. 31

6. Penyiapan Sampel……………….……………………….…………. 31

7. Pembuatan Ekstrak Tembakau Rokok “MEREK X”…….…………. 32

8. Validasi Metode…………………………………………………….. 33

9. Penetapan Kadar Nikotin Dalam Sampel Rokok “MEREK X” ….… 35

G. Analisis Hasil……………………………………………………….…… 36

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………..……….. 38

A. Pembuatan Fase Gerak…………………………………….……..…… 38

B. Standar Internal Asetanilida……………………………………..……. 40

C. Pemilihan dan Pembuatan Sampel……………………………..……... 46

D. Pembuatan Larutan Baku……………………………………..………. 48

E. Penetapan Panjang Gelombang Serapan Maksimum……………..…… 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xiii

F. Pembuatan Kurva Baku Nikotin…………………………………….… 52

G. Ekstraksi Nikotin pada Sampel Rokok “Merek X”………………….... 53

H. Optimasi Ekstraski Nikotin pada Sampel Rokok …………..………… 57

I. Ekstraksi dengan Waktu Optimum 30 menit……………….……….... 60

J. Preparasi Sampel………………………………………………….….. 61

K. Validasi Metode Analsis……………………………..……….………. 61

L. Analisis Kualitatif Nikotin…………………………………………….. 67

M. Penetapan Kadar Nikotin dalam Ekstrak Etanol Fraksi Kloroform Tembakau Sampel Rokok……………………………………………………...…… 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………….………………… 71

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….……………….... 72

LAMPIRAN…………………………………………………..……………….. 74

BIOGRAFI PENULIS………………………………………..………………... 94

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Karakteristik beberapa pelarut yang digunakan dalam KCKT….. 17

Tabel II. Nilai recovery yang diperbolehkan untuk setiap kadar analit…… 21

Tabel III. Kriteria penerimaan presisi untuk setiap kadar analit…………… 22

Tabel IV. Hasil pengukuran AUC asetanilida dengan ekstraksi dan tanpa

ekstraksi…………………………………..……………………... 45

Tabel V. Jumlah nikotin pada kemasan rokok………………………….…. 47

Tabel VI. Hasil pengukuran AUC nikotin dengan 2 kali ekstraksi dan tanpa

ekstraksi……………………………………………….…...…… 57

Tabel VII. Uji Normalitas…………………………………...…….………. 59

Tabel VIII. Uji T tidak berpasangan………………………………………... 60

Tabel IX. Hasil pengukuran AUC nikotin dan standar asetanilida pada ekstrak

tembakau rokok “MEREK X”……………………………….... 61

Tabel X. Hasil perhitungan resolusi sampel………………………...….. 62

Tabel XI. Hasil persen perolehan kembali (%recovery) baku nikotin….. 64

Tabel XII. Hasil intraday precision………………………………………. 65

Tabel XIII. Hasil interday precision.............................................................. 66

Tabel XIV. Hasil Perhitungan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok

“MEREK X”…………………………………………………... 70

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kimia nikotin……………………………………… 10

Gambar 2. Diagram tingkat energi elektron…………………………... 14

Gambar 3. Pengaruh pelarut polar pada transisi π π*……………… 15

Gambar 4. Pengaruh pelarut polar pada transisi n π*……………… 15

Gambar 5. Instrumentasi KCKT……………………………………..... 16

Gambar 6. Interaksi TEA dengan gugus silanol pada fase diam (C8).... 39

Gambar 7. Kromatogram ekstrak tembakau rokok “MEREK X” dengan standar

internal asetanilida……………………………………….... 41

Gambar 8. Kromatogram sampel rokok dan asetanilida……………....... 43

Gambar 9. Kromatogram asetanilida hasil ekstraksi dan tanpa ekstraksi.. 44

Gambar 10. Spektra λ maksimum nikotin 3 konsentrasi............................. 49

Gambar 11. Spektra λ maksimum asetanilida 3 konsentrasi……………… 50

Gambar 12. Kromofor nikotin dan asetanilida……………………………. 52

Gambar 13. Grafik hubungan antara konsentrasi nikotin dan asetanilida dengan

AUC…………………………………………………………. 53

Gambar 14. Tingkat protonasi nikotin berdasarkan hubungan dengan pH… 55

Gambar 15. Kromatogram baku nikotin dengan ektraksi dan tanpa ekstraks. 57

Gambar 16. Kurva baku hubungan antara konsentrasi baku nikotin dengan

AUC…………………………………………………………. 63

Gambar 17. Kurvat rentang konsentrasi nikotin yang memenuhi criteria akurasi,

presisi, dan liniearitas……………………………………….. 67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xvi

Gambar 18. Struktur nikotin………………………………………………… 68

Gambar 19. Kromatogram sampel rokok “Merek X” dan baku nikotin……. 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis asetanilida……………………………… 75

Lampiran 2. Sertifikat analisis nikotin…………………………………. 76

Lampiran 3. Kromatogram optimasi waktu 10 menit replikasi 1……..... 77

Lampiran 4. Kromatogram optimasi waktu 10 menit replikasi 2………. 78

Lampiran 5. Kromatogram optimasi waktu 10 menit replikasi 3………. 79

Lampiran 6. Kromatogram optimasi waktu 20 menit replikasi 1………. 80

Lampiran 7 Kromatogram optimasi waktu 20 menit replikasi 2……….. 81

Lampiran 8. Kromatogram optimasi waktu 20 menit replikasi 3….….... 82

Lampiran 9. Kromatogram optimasi waktu 30 menit replikasi 1……..... 83

Lampiran 10. Kromatogram optimasi waktu 30 menit replikasi 2….….. 84

Lampiran 11. Kromatogram optimasi waktu 30 menit replikasi 3……... 85

Lampiran 12. Kromatogram optimasi waktu 40 menit replikasi 1……... 86

Lampiran 13. Kromatogram optimasi waktu 40 menit replikasi 2….….. 87

Lampiran 14. Kromatogram optimasi waktu 40 menit replikasi 3….….. 88

Lampiran 15. Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 1……… 89

Lampiran 16. Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 2…….... 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xviii

Lampiran 17. Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 3…….. 91

Lampiran 18. Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 4…….. 92

Lampiran 19. Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 5…….. 93

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xix

VALIDASI METODE DAN PENETAPAN KADAR NIKOTIN DALAM EKSTRAK TEMBAKAU

ROKOK “MEREK X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

MENGGUNAKAN STANDAR INTERNAL ASETANILIDA

Is Sumitro

098114127

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang validasi metode dan penetapan kadar nikotin

dalam ekstrak tembakau rokok “Merek X” dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT) fase terbalik menggunakan standar internal asetanilida. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui validitas metode dan kadar nikotin yang terdapat dalam ekstrak

tembakau rokok “MEREK X”.

Penelitian ini mengikuti jenis dan rancangan penelitian non eksperimental

deskriptif. Sistem kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menggunakan kolom fase diam oktil

silika (C8), fase gerak metanol : ammonium asetat + TEA 0,1% (70 : 30), kecepatan alir 1

mL/menit, dan detector UV pada panjang gelombang 260 nm. Pada validasi KCKT fase

terbalik memenuhi parameter selektivitas (Rs = 2,929), linearitas (r = 0,999893), akurasi dan

presisi pada rentang kadar sampel 40-60 µg/mL.

Hasil penelitian menunjukan kadar rata-rata nikotin dalam ekstrak tembakau

rokok “Merek X” adalah 0.57385 ± 0.007224 %b/b dengan nilai CV = 1,2588%. Nilai CV yang

diperoleh memenuhi syarat presisi yang baik yaitu <2%.

Kata kunci : nikotin, ekstrak tembakau rokok “Merek X”, KCKT fase terbalik,

asetanilida, penetapan kadar, validasi metode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

xx

ABSTRACT

A study concerned the determination amount of nicotine in cigarettes “BRAND X” by reversed phase high performance liquid chromatography with standar internal acetanilide. This study aims to determine amount nicotine in tobacco extract cigarettes “BRAND X”.

This research is conducted with a descriptive non-experimental plan and design. The HPLC system used for quantitative analysis of nicotine consists of octyl silica (C8) as the stationary phase, mixture of methanol : ammonium acetate + TEA 0,1% (70:30) as mobile phase, and UV detector with λ max of 260 nm. The parameters of method validation used in this research are selectivity (Rs = 2,929), liniearity (r = 0,999), resulted good accuracy and precision (intraday and interday) in range concentrations 40- 60 µg/mL.

The results of this research of average levels of nicotine contained in tobacco extract cigarettes “BRAND X” is 0.57385 ± 0.007224 %w/w with value of CV = 1,2588%. Values of CV obtained qualified good precision is < 2%.

Keywords: nicotine, tobacco extract cigarettes “BRAND X”, reversed phase HPLC, acetanilide, quantitative, method validation.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Rokok merupakan produk yang banyak dikonsumsi masyarakat luas, data

WHO (World Health Organization) mencatat bahwa perokok aktif di Indonesia

mencapai jumlah 62,8 juta orang pada tahun 2011 (WHO, 2011). Kandungan

senyawa kimia dalam rokok yang menyebabkan ketergantungan adalah nikotin.

Nikotin memiliki Lethal Dose sebesar 40 sampai 60 mg (0,5-1,0 mg/kg) pada

manusia dewasa dan kosentrasi nikotin dalam darah lebih besar dari 5 mg/L akan

menyebabkan kematian (Clarke, 2003).

Masyarakat umum yang menjadi konsumen rokok biasanya mengetahui

kandungan nikotin dalam tiap bungkus rokok dengan melihat informasi yang

terdapat pada bungkusan rokok, dengan informasi kandungan nikotin dalam tiap

bungkus rokok ini dapat menjadi dasar patokan berapa banyak nikotin yang

terserap dalam tubuh saat merokok. Namun informasi dalam bungkus rokok

tentang kadar nikotin masih perlu diteliti kembali tentang kebenaran informasinya

yang diperlukan untuk penjaminan mutu produk rokok dari kadar nikotinnya.

Pencantuman kadar nikotin dalam rokok sesuai dengan peraturan

pemerintah no 109 tahun 2012 dimana terdapat pada pasal 10 disebutkan “setiap

orang yang memproduksi produk tembakau berupa Rokok harus melakukan

pengujian kandungan kadar nikotin dan tar perbatang untuk varian yang

diproduksi” dan pada pasal 19 “ Setiap orang yang memproduksi dan /atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

2

mengimpor produk tembakau berupa rokok wajib mencantumkan informasi

kandungan kadar nikotin dan tar sesuai hasil pengujian sebagaimana dimaksud”

(Peraturan Pemerintah RI, 2012).

Dengan melakukan pengujian kadar nikotin dalam tiap batang rokok,

secara tidak lansung dapat membantu pemerintah dalam memastikan kadar

nikotin dalam rokok. Selain dari penjaminan mutu kadar nikotin dalam rokok,

konsumen rokok juga perlu untuk dipenuhi hak konsumennya terkait kebenaran

informasi nikotin dalam rokok.

Hak konsumen ini tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia

nomor 8 tahun 1999, dimana pasal 4 yang berbunyi “Hak konsumen adalah hak

atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa” ( Undang-Undang RI, 1999).

Rokok “Merek X” yang akan dianalisis dipilih berdasarkan kadar nikotin

yang tinggi dibanding rokok sejenis dan juga dari jumlah konsumen yang banyak.

Kadar nikotin yang tercantum pada label kemasan yang tinggi ini diharapkan

dapat mudah untuk mendapatkan hasil ekstraksi dan pengukuran yang baik terkait

kadar nikotin dalam rokok.

Rokok yang akan dianalisis kadar nikotinnya, nantinya akan diekstraksi

dan didapatkan ekstrak kental rokok. Untuk meningkatkan kadar nikotin dalam

ekstrak kental rokok tersebut maka dipilih metode ekstraksi yang dapat

menghasilkan ekstrak dengan kandungan nikotin yang maksimal. Metode yang

digunakan adalah campuran metode ekstraksi padat-cair dan metode ekstraksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

3

cair-cair. Dimana tahap pertama metode ekstraksi padat-cair dapat berfungsi

untuk mengekstraksi senyawa nikotin dengan maksimal yang menjadi acuan

adalah metode ektraksi dari jurnal “Determination of Nicotine From Tobacco by

LC-MS-MS” ( Vlase, Filip, Mindrutau dan Leucuta, 2005). Tahap selanjutnya

dilakukan metode ekstraksi cair-cair untuk melakukan clean up terhadap senyawa

ekstrak yang telah dihasilkan, sehingga diharapkan hasil kadar nikotin lebih

maksimal dan terpisah dari zat pengotornya yang menjadi acuan adalah metode

ekstraksi cair-cair dari penelitian “Penetapan Kadar Nikotin Dalam Ekstrak

Etanolik Daun Tembakau Vorstenlanden Bawah Naungan dan NA OOGST Secara

KCKT Fase Terbalik” (Dewi, 2012). Cairan penyari yang digunakan adalah etanol

karena dari sifat nikotin yang dapat larut dalam etanol.

Standar internal digunakan untuk mencegah kesalahan dalam pengukuran

karena proses metode yang cukup panjang dengan sampel uji yang cukup kecil

kosentrasinya (Basset,1994). Proses ektraksi pada penetapan kadar nikotin dalam

rokok “MEREK X” cukup panjang karena adanya proses clean up ekstrak yang

berulang-ulang sehingga mencegah hilangnya senyawa nikotin yang banyak

digunakan satandar internal. Pemilihan asetanilida sebagai standar internal

mengacu pada jurnal “Improved highly sensitive method for determination of

nicotine and cotinine in human plasma by high performance liquid

chromatography” ( Nakajima, Yamamoto, Kuroiwa, dan Yokoi, 2000).

Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dipilih untuk

menetapkan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok “MEREK X”,

karena metode ini selektif dalam memisahkan senyawa multi-komponen dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

4

hasil pemisahan yang baik, dan waktu relatif singkat. Detektor yang digunakan

adalah UV, karena nikotin memiliki struktur kromofor dan memiliki serapan

maksimum pada panjang gelombang tertentu (Cordell, 1981).

Penelitian ini merupakan tahap lanjutan dari serangkaian penelitian kadar

nikotin ekstrak tembakau dalam rokok “MEREK X” yang meliputi tahap

optimasi, validasi metode, dan penetapan kadar nikotin dalam sampel rokok

“Merek X”. Pada penelitian tentang optimasi metode KCKT fase terbalik

didapatkan metode KCKT yang optimal dengan menggunakan kolom fase diam

OktilSilika (C8) dan fase gerak Metanol : Ammonium asetat 10mM + TEA 0,1%

(70 : 30), kecepatan alir 1 mL/menit, detektor UV pada panjang gelombang 262

nm (Antonius, 2013). Metode analisis yang digunakan perlu divalidasi terlebih

dahulu agar hasil analisis yang dilakukan nantinya dapat dipercaya dan dapat

diterima. Parameter-paramater validasi yang digunakan, yaitu selektivitas,

linearitas, akurasi, presisi, dan rentang. Tahap akhir dilakukan penetapan kadar

nikotin dalam ekstrak tembakau rokok “MEREK X”.

1. Permasalahan

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut

antara lain:

a. Apakah metode kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik yang

menggunakan fase diam oktil silika (C8) dan fase gerak metanol : ammonium

asetat 10 mM + TEA 0,1% (70:30) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

5

penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok “MEREK X” memenuhi

parameter-parameter validasi yaitu selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan

rentang ?

b. Berapakah kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok “MEREK X”?

2. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, penetapan kadar

nikotin yang pernah dilakukan adalah penetapan kadar nikotin dalam sampel

biologis menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), kromatografi

gas, spektrofotometri massa, dan kromatografi cair MS (LC-MS) (Nakajima,

Yamamoto, Kuroiwa, Yokoi, 2000); penetapan kadar nikotin dalam macam-

macam merek rokok (Alali dan Massadeh, 2003); penetapan kadar nikotin dalam

tembakau dengan metode LC-MS-MS (Vlase, Filip, Mindrutau, dan Leucuta,

2005); validasi metode KCKT fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam

ekstrak etanolik daun tembakau (Syenina, 2011); penetapan kadar nikotin dalam

ekstrak etanolik daun tembakau Vorstenlanden Bawah Naungan dan NA OOGST

secara KCKT Fase Terbalik (Dewi, 2012); optimasi komposisi dan kecepatan alir

fase gerak sistem KCKT fase terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam rokok

“Merek X” menggunakan standar internal asetanilida (Antonius, 2013).

Validasi metode dan penetapan kadar nikotin ekstrak etanol pada rokok

“Merek X” dengan standar internal asetanilida metode Kromatografi Cair Kinerja

Tinggi (KCKT) fase terbalik dengan menggunakan fase diam OktilSilika (C8) dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

6

fase gerak Metanol : Ammonium asetat 10mM+ TEA 0,1% (70:30) belum pernah

dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Metodologis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

alternatif metode dalam penentuan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok

“MEREK X” yaitu menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT) fase terbalik dengan standar internal asetanilida.

b. Manfaat Praktis. Hasil penelitian ini dapat menambah informasi

tentang parameter validasi yaitu selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan

rentang serta kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok “MEREK X” dengan

metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik menggunakan

standar internal asetanilida.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Validitas metode KCKT fase terbalik yang menggunakan fase diam

oktil silika (C8) dan fase gerak metanol:ammonium asetat 10 mM + TEA 0,1%

(70:30) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit pada penetapan kadar nikotin dalam

ekstrak tembakau rokok “MEREK X” dengan melihat parameter validasi yaitu

selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan rentang.

b. Kadar nikotin yang terdapat dalam ekstrak tembakau rokok “Merek

X”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

7

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Rokok

1. Pengertian Rokok

Rokok merupakan suatu produk yang dibungkus oleh kertas berbentuk

seperti silinder dengan panjang mendekati 90 mm, ketika dibakar dan dihisap asap

dari tembakau atau rokok tersebut maka mulailah terjadinya absorpsi dari nikotin

menuju tubuh (Stratton,2001). Terdapat sekitar empat ribu macam zat kimia

dalam rokok yang terdiri dari komponen gas (85%) dan sisanya merupakan

partikel. Diantara ribuan zat kimia tersebut setidaknya dua ratus senyawa

dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.Beberapa zat kimia darisekitar empat ribu

zat tersebut ialah nikotin, gas karbon monoksida, nitrogen oksida, nitrogen

sianida, amoniak, benzaldehid, benzen, dan metanol. Racun utama pada rokok

adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida (Ma’arif, 2012).

Ada dua jenis rokok yaitu rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter

pada rokok terbuat dari bahan busa serabut sintesis yang berfungsi menyaring

nikotin. Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan

kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam kantong. Sejak beberapa

tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan

kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat

ditimbulkan dari merokok, misalnya akan ke penyakit paru-paru atau serangan

jantung(Geiss dan Kotzias, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

8

2. Bagian-Bagian Rokok

a. Cigarette paper

Kertas rokok (Cigarette paper) terbuat dari bahan kertas selulosa hasil

dari pengolahan serat kain contoh flax atau hemp, atau dari serat kayu. Kertas

rokok ini mampu untuk dilewati udara sehingga dapat memudahkan untuk proses

pembakaran tembakau (Geiss dan Kotzias, 2007).

b. Filter

Filter atau penyaring, umumnya terdapat pada kebanyakan rokok apalagi

pada rokok berfilter. Bagian rokok filter ini terbuat dari asetat selulosa atau tow.

Bagian filter ini mempunyai fungsi sebagai penjebak nikotin dan tar ketika asap

rokok dihisap melewati bagian filter. Fungsi kerja dari filter ini bergantung pada

bagian ventilasi filter dimana diatur oleh tipping paper, selanjutnya bagian ini

akan mengatur kemampuan udara melewati bagian filter juga bersamaan akan

menangkap senyawa nikotin, tar serta senyawa lain (Geiss dan Kotzias, 2007).

B. Tembakau

Tanaman tembakau (Nicotina tabaccum L.) termasuk dalam family

terong-terongan (Solanaceae) (Cahyono,1998).

a. Akar, tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang

tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah

kedalaman 50-75 cm, akar serabutnya dapat menyebar kesamping dan memiliki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

9

bulu-bulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah

menyerap air.

b.Batang, tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak

lunak tetapi kuat, semakin keujung semakin kecil.Ruas-ruas batang mengalami

penebalan yang ditumbuhi daun.

c.Daun, tanaman tembakau memiliki tulang daun menyirip, bagian tepi

daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade

parenkim dan spongy parenkim pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu

tanaman 28-32 helai (Hanum, 2008).

C. Nikotin

Nikotin merupakan golongan alkaloid yang diperoleh dari daun tanaman

temabakau (Nicotina tabacum L.).Senyawa ini tidak berwarna, mudah menguap,

sangat higroskopis, jika teroksidasi oleh udara atau cahaya akan berubah menjadi

warna coklat. Senyawa ini larut dalam etanol, eter , kloroform serta memiliki titik

didih sekitar 247oC, dengan indeks refraktif sebesar 1,5280. Nikotin dapat

diesktraksi dengan pelarut organic yang bersifat alkalis (Clarke, 2003).

Nikotin mengandung dua jenis gugus amin tersier yang bersifat basa

dengan pKa cincin piridin adalah 3,04 sedangkan pKa pada cincin pirolidin adalah

7,84. Nilai pKa pada cincin aromatik lebih rendah dikarenakan efek hibridisasi sp2

(Gorrod dan Jacob, 1999).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

10

Hibridisasi sp2 digunakan bila suatu atom karbon membentuk ikatan

rangkap, ikatan rangkap menggambarkan satu ikatan sigma yang kuat dan satu

ikatan pi yang lemah. Ikatan pi akan membuat elektron lebih mudah bergerak

antar ikatan melalui ikatan ini dan juga membuat suatu molekul mempunyai

bentuk yang kaku (Fessenden dan Fessenden, 1986).

Gambar 1. Struktur kimia nikotin (Clarke, 1969 ).

D. Standar Internal

Standar internal merupakan suatu senyawa yang ditambahkan pada suatu

prosedur kerja analisis dalam penetapan kadar secara spektroskopi dan

kromatografi. Senyawa yang dilibatkan berupa sejumlah bahan

pembanding(standar internal) kepada senyawa yang akan diukur dengan

konsentrasi yang diketahui. Fungsi dari standar internal ini adalah untuk

mencegah kesalahan dalam pengukuran karena proses metode yang cukup

panjang dengan sampel uji yang cukup kecil konsentrasinya ( Basset, 1994 ).

Syarat-syarat yang diperlukan senyawa untuk menjadi standar internal

pada metode kromatografi cair kinerja tinggi ( KCKT ) adalah senyawa tersebut

harus dapat terelusi dari komponen lain yang terdapat pada ekstrak campuran

sampel dan dapat dibaca hasil kromatogramnya, serta tidak ada kandungan

senyawanya dalam sampel. Senyawa standar internal yang terelusi peak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

11

kromatogramnya harus mendekati senyawa yang ingin dianalisis untuk

meminimalisir efek instrumental drift.Senyawa harus stabil secara kimia dan

fisika terhadap metode yang digunakan.Akurasi dan presisi yang baik didapatkan

dari peak kromatogram senyawa standar internal yang mendekati peak senyawa

analit.Senyawa standar internal harus dapat secara keseluruhan terpisah dari

senyawa analit saat dipisahkan secara kromatografi. Senyawa standar internal

harus memiliki kemiripan sifat kimia dan fisika dengan analit yang akan dianalisis

( Boyd, 2008 ).

E. Ekstraksi

1. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi syarat yang telah

ditetapkan ( Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan,1995 ).

Ekstrak tumbuhan merupakan material yang diperoleh dengan cara

menyari sampel tumbuhan dengan pelarut tertentu. Terdapat beberapa jenis

ekstrak yaitu : ekstrak cair, ekstrak kental, dan ekstrak kering (Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan,2000).

Ekstrak diperoleh dengan cara ekstraksi. Ekstraksi adalah kegiatan

penarikan zat aktif yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat

larut dengan suatu pelarut cair. Pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

12

dapat dipermudah dengan mengetahui terlebih dahulu zat aktif yang dikandung

simplisia. Ekstraksi dipengaruhi oleh derajat kehalusan serbuk dan perbedaan

konsentrasi. Jika hanya dengan mencelupkan serbuk simplisia kedalam pelarut,

maka ekstraksi tidak akan sempurna karena terjadi kesetimbangan antara larutan

zat aktif di luar sel dan larutan zat aktif di dalam sel (Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan, 1986).

2. Cairan Penyari

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor.

Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut : murah dan mudah

diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, dan tidak mudah

terbakar, selektif yaitu mudah menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak

mempengaruhi zat yang berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan.

Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif, kapang

dan kuman sulit tumbuh dalam etanol 20%, tidak beracun, netral, absorpsinya

baik dan suhu yang digunakan untuk pemekatan lebih rendah. Etanol dapat

melarutkan alkaloid basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin (Direktorat

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1986).

3. Ekstraksi padat-cair

Untuk ekstraksi padat-cair ini, prosedur yang paling sering dijumpai

adalah ekstraksi senyawa dari bentuk sediaan padat. Prosedur ini merupakan

prosedur yang sederhana karena melibatkan pemilihan pelarut atau gabungan

pelarut yang secara ideal akan melarutkan secara sempurna senyawa yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

13

dianalisis dan hanya sedikit melarutkan senyawa lain yang akan mengganggu

analisis lebih lanjut, misalkan akan mengganggu pemisahan pada kromatografi.

Kebanyakan prosedur ini dilakukan dengan terlebih dahulu menggerus

matriks padat hingga diperoleh serbuk yang halus lalu dilanjutkan dengan

ekstraksi pelarut, penyaringan, atau sentrifugasi untuk menghilangkan partikulat

(Moldoveanu dan David, 2002).

4. Ekstraksi cair-cair ( liquid-liquid extraction, LLE)

Ekstraksicair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel

atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari komponen-komponen

matriks yang mungkin mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit. Di

samping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk memekatkan analit yang ada

dalam sampel dengan jumlah kecil sehingga tidak memungkinkan atau

menyulitkan untuk deteksi atau kuantifikasinya

Analit-analit yang mudah terekstraksi dalampelarut organik adalah

molekul-molekul netral yang berikatan secara kovalen dengan substituen yang

bersifat nonpolar atau agak polar. Sementara itu, senyawa-senyawa polar dan juga

senyawa-senyawa yang mudah mengalami ionisasi akan tertahan dalam fase air

(Moldoveanu dan David, 2002).

F. Spektrofotometri UV

Spektrofotometri UV adalah teknik analisis spektroskopik yang

menggunakan sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet (λ < 400 nm) dengan

memakai instrumen spektrfotometer (Mulja dan Suharman, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

14

Jika suatu molekul dikenakan radiasi elektromagnetik (REM) maka

molekul akan menyerap REM yang energinya sesuai. Interaksi antara molekul

dengan REM akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat keadaan

tereksitasi. Transisi elektronik yang terjadi diantara tingkat energi dalam suatu

molekul yaitu transisi σ σ*, n π* dan π π*

Gambar 2. Diagram tingkat energi elektronik (Gandjar dan Rohman, 2007).

1.Transisi σ σ*

Energi yang diperlukan untuk transisi ini besarnya sesuai dengan energy

sinar yang frekuensinya terletak diantara UV vakum (>180 nm) sehingga kurang

begitu bermanfaat untuk analisis dengan cara spektrofotometri UV-Vis

2. Transisi n σ*

Jenis transisi ini terjadi pada senyawa organik jenuh yang mengandung

atom-atom yang memiliki elektron bukan ikatan (elektron n). Energi yang

diperlukan untuk transisi n menuju σ* lebih kecil dibanding transisi σ σ*

sehingga sinar yang diabsorpsi memiliki panjang gelombang lebih panjang (150-

250 nm) (Sastrohamidjojo, 2001).

3.Transisi n π* dan π π*

Jenis transisi ini molekul organik harus mempunyai gugus fungsional

yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut memberikan

orbital phi yang diperlukan (Gandjar dan Rohman, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

15

Pelarut dapat mempengaruhi transisi n π* dan π π*, hal ini berkaitan

dengan adanya perbedaan kemapuan pelarut untuk mensolvasi antara keadaan

dasar dengan keadaan tereksitasi (Sastrohamidjojo, 2001).

Gambar 3. Pengaruh pelarut polar pada transisi π π* (Gandjar dan Rohman, 2007).

Molekul yang menunjukan transisi n π*, keadaan dasar lebih polar dibandingkan

keadaan tereksitasi. Pelarut akan berikatan hidrogen dengan pasangan elektron

yang tidak berpasangan pada molekul dalam keadaaan dasar dibandingkan pada

molekul dalam keadaan tereksitasi (Sastrohamidjojo, 2001).

Gambar 4.Pengaruh pelarut polar pada transisi n π*(Gandjar dan Rohman, 2007).

Terjadinya eksitasi elektronik pada panjang gelombang yang memberikan

absorbansi maksimum disebut panjang gelombang maksimum.Penentuan panjang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

16

gelombang maksimum yang tetap dapat digunakan untuk identifikasi molekul

yang bersifat karakterisitik sebagai data, sehingga spectrum UV-Vis dapat untuk

tujuan anlisis kualtitaif dan kuantitatif (Mulja dan Suharman, 1995).

G. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

1. Definisi dan Instrumentasi

Kromatografi cair kinerja tinggi ( KCKT) atau biasa disebut juga dengan

HPLC ( High Performance Liquid Chromatography) merupakan teknik

pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis sampel obat, baik dalam bulk

atau sediaaan farmasetik, serta dalam cairan biologis (Gandjar dan Rohman,

2007).

Gambar 5. Instrumentasi KCKT (Kazekevich and Lobrutto, 2007).

a.Wadah fase gerak dan fase gerak, alat KCKT yang baru dilengkapi

dengn satu atau lebih wadah gelas, yang mengandung 500 mL atau lebih fase

gerak. Sonikasi (penghilangan gas) biasanya dilakukan terlebih dahulu pada fase

gerak untuk menghilangkan gas yang mungkin terdapat didalamnya.Adanya gas

dapat menyebabkan flow rate yang tidak reprodusibel serta dapat mengganggu

detektor (Skoog dkk, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

17

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat

bercampur dimana secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi.

Fase gerak yang sering digunakan adalah campuran metanol dan

asetonitril dengan air atau dengan larutan buffer. Untuk analit yang bersifat asam

atau basa lemah, peranan pH sangat penting karena jika pH fase gerak tidak diatur

maka analit akan mengalami ionisasi sehingga ikatan dengan fase diam akan

menjadi lemah jika dibandingkan dengan bentuk tidak terionisasi, spesies yang

terionisasi akan terelusi lebih cepat (Rohman dan Gandjar, 2007).

Pelarut yang digunakan dalam analisis menggunakan KCKT detektor UV

hendaknya memiliki UVcut-off yang jauh dari panjang gelombang serapan analit.

Hal ini karena pada panjang gelombang tersebut kepekaan detector UV sangat

lemah (Mulja dan Suharman, 1995).Karakteristik beberapa pelarut yang sering

digunakan pada analisis menggunakan KCKT disajikan pada tabel 1.

Tabel 1.Karakteristik bebrapa pelarut yang digunakan dalam KCKT (Gandjar dan Rohman, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

18

b.Pompa, dalam alat KCKT syarat pompa yang baik bagi pelarut fase

gerak, yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Pompa yang digunakan

sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 350 sampai 500 bar dan mampu

mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir yang biasa digunakan yaitu 0.1-10

mL/min (Meyer, 2004 ).

c.Tempat penyuntikan sampel, sampel berupa cairan atau larutan

disuntikkan secara lansung ke tempat penyuntikan maka sampel akan dibawa fase

gerak yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom (Gandjar dan Rohman,

2007).

d.Kolom, kolom merupakan bagian KCKT yang terdapat fase diam di

dalamnya. Oktadesilsilan (C18) dan oktil silika (C8) merupakan fase diam yang

paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan

kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih

pendek lagi lebih sesuai untuk pelarut yang bersifat polar (Meyer, 2004).

e.Detektor, persyaratan detektor KCKT adalah sensitivitas yang tinggi,

rentang senstivitas (108 – 1015 analit/detik), kestabilan dan reprodusibilitas yang

baik memberikan respon yang linier terhadap konsentrasi analit, dapat bekerja

dari temperatur kamar sampai 400oC, tidak dipengaruhi oleh perubahan

temperatur dan kecepatan dari fase gerak, mudah didapat dan mudah

dioperasikan, selektif terhadap berbagai macam analit di dalam fase gerak, tidak

merusak sampel, dapat menghilangkan zone broadening dengan adanya pengaruh

kecilnya volume injeksi (Mulja dan Suharman, 1995).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

19

2. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif

a. analisis kualitatif, merupakan identifikasi terhadap analit yang terdapat

dalam ekstrak sampel. Analisis kualitatif KCKT umumnya menggunakan

komponen yaitu: waktu retensi.Waktu retensi analit diukur ketika kondisi dari

KCKT konstan, selanjutnya dibandingkan dengan waktu retensi baku, analit harus

memiliki variasi dengan waktu retensi baku yaitu (± 0,02-0,05 menit) (Snyder,

2010).

b. analisis kuantitatif, merupakan identifikasi terhadap jumlah kadar

analit dalam sampel atau ekstrak. Untuk KCKT kuantifikasi dapat dilakukan

dengan mengukur tinggi puncak atau dengan luas puncak.Tinggi puncak diukur

sebagai jarak dari garis dasar ke puncak maksimum.Sedangkan luas puncak

diukur sebagai hasil kali tinggi puncak dan lebar pada setengah tinggi (W1/2)

(Gandjar dan Rohman, 2007).

Kalibrasi menggunakan standar internal, senyawa baku dengan variasi

konsentrasi ditambahakan dengan jumlah baku standar internal yang konstan,

hasil ratio luas area peak kromatogram antara senyawa baku dan standar internal

digunakan sebagai kurva baku untuk pengukuran terhadap jumlah kadar analit

(Snyder, 2010).

H. Validasi Metode Analisis

Validasi metode analisis merupakan suatu proses untuk menilai suatu

metode dan membuktikan bahwa metode tersebut sudah cocok untuk tujuannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

20

Penilaian tersebut dapat dilihat dengan menggunakan parameter-parameter

tertentu yang berdasarkan percobaan di laboratorium (Harmita, 2004).

Validasi metode dilakukan berdasarkan tipe prosedur yang dianalisis.

Tipe prosedur yang umum dianalisis ada tiga macam, yaitu :

a) Kategori I : metode analitik untuk penentuan bahan baku obat atau bahan

aktif pada hasil akhir farmasetika.

b) Kategori II : metode analitik untuk penentuan campuran dalam bahan baku

atau komponen sisa pada produk akhir farmasetika.

c) Kategori III : metode analitik untuk penentuan performa karakteristik obat

(disolusi, pelepasan obat) (Harmita, 2004).

1. Akurasi

Akurasi merupakan suatu prosedur analisis untuk melihat ketelitian

metode analisis atau kesesuaian antara nilai yang diperoleh dari hasil analisis dan

nilai sebenarnya (Ermer dan Miller, 2005).

Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali. Akurasi dapat

ditentukan dengan dua cara, yaitu metode simulasi (spiked-placebo recovery) dan

metode penambahan baku (standard addition method). Metode penambahan baku

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah baku standar ke dalam sampel.

Sebelumnya sampel telah dianalisis terlebih dahulu. Selisih kedua hasil yang

didapat dibandingkan dengan kadar sebenarnya baku standar yang ditambahkan

(Harmita, 2004).

Tabel tentang acuan nilai recovery untuk penetapan akurasi dapat dilihat

pada tabel di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

21

Tabel II. Nilai recovery yang diperbolehkan untuk setiap kadar analit (Gonzalez dan Herrador, 2007).

2. Presisi

Presisi merupakan prosedur analisis untuk melihat derajad kesesuaian

hasil uji individual beberapa penginjeksian suatu seri standard. Presisi diukur

sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif. Presisi dapat dilakukan pada

tiga tingkatan yang berbeda, yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara

(intermediate precision), dan ketertiruan (reproducibility) (Gandjar dan Rohman,

2010).

Presisi terdiri dari dua komponen, yaitu keterulangan dan presisi antara

(intermediate precision).Keterulangan merupakan variasi yang dilakukan oleh

satu analis pada satu instrument. Keterulangan tidak dilakukan pada variasi

instrument atau sistem. Keterulangan dilakukan dengan cara menganalisis

beberapa replikasi sampel dengan menggunakan metode analisis. Kemudian

dihitung simpangan baku relatifnya (koefisien variasi) (Snyder, dkk., 2010).

Intermediate precision merupakan variasi yang terjadi pada saat di

laboratorium, seperti hari berbeda, instrument berbeda, dan analis yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

22

berbeda.Sebelumnya hal ini dikenal dengan ketangguhan (ruggednes) (Bliesner,

2006).

Kriteria penerimaan diberikan jika metode analisis memberikan

simpangan baku relatif atau koefisien variasi sebesar 2% atau kurang. Akan tetapi

kriteria ini dapat berubah sesuai dengan konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah

sampel, dan kondisi laboratorium (Harmita, 2004). Kiteria penerimaan presisi

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel III. Kriteria penerimaan presisi untuk setiap kadar analit (Gonzalez dan Herrador, 2007).

3. Selektifitas atau Spesifisitas

Selektivitas atau spesifisitas menggambarkan kemampuan suatu metode

analisis untuk mengukur analit yang diinginkan secara tepat dan spesifik pada

matriks sampel. Pada matriks sampel ada kemungkinan terdapat komponen-

komponen lainnya. Komponen-komponen lain yang mungkin terdapat di dalam

matriks sampel, yaitu pengotor, degradants, dan lain lain (Ermer dan Miller,

2005).

Spesifisitas suatu metode analisis dapat diketahui dengan cara melihat

resolusi dari peak yang dihasilkan pada suatu kromatogram. Ini merupakan salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

23

satu cara untuk mengetahui spesifisitas metode analisis. Nilai resolusi yang

dianjurkan harus mendekati atau lebih dari 1,5 (Snyder, dkk., 2010).

4. Liniearitas

Linearitas menggambarkan kemampuan suatu metode analisis untuk

mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional konsentrasi kurva baku

dengan analit di dalam sampel. Pengukuran linearitas dapat dilakukan langsung

pada analit atau dapat dilakukan pada sampel yang telah ditambah baku standar.

Linearitas dapat dilihat dengan dua cara, yaitu secara evaluasi lansung pada garis

persamaaan kurva baku dan secara statistika menggunakan regresi linear (Ermer

dan Miller, 2005).

Pengukuran linearitas dilakukan dengan cara membuat seri baku standar

terlebih dahulu. Seri baku yang dibuat biasanya memiliki rentang antara 50-150%

dari kadar analit di dalam sampel. Suatu metode analisis dikatakan linear apabila

memenuhi persyaratan nilai koefisien korelasi (r) ≥ 0,999. Pembuatan kurva baku

yang akan digunakan untuk perhitungan kadar zat sampel dapat dilakukan dengan

tiga macam teknik standar. Teknik standar tersebut, yaitu standar eksternal,

standar internal, dan standar adisi (Snyder, dkk., 2010).

5. Rentang

Rentang merupakan interval antara batas terendah dan tertinggi analit yang

telah memenuhi persyaratan keakuratan, keseksamaan, dan lineritas (Harmita,

2004). Rentang kerja dari suatu metode analisis didapatkan dari hasil karakteristik

validasi yang didapatkan pada bagian akurasi, presisi, dan lineritas (Ermer dan

Miller, 2005).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

24

I. Landasan Teori

Rokok merupakan produk yang terbuat dari bahan baku daun tembakau,

dalam tembakau tersebut banyak mengandung berbagai senyawa alkaloid salah

satunya adalah senyawa nikotin. Nikotin merupakan senyawa alkaloid yang

terdapat pada famili Solanaceae, dengan sifat senyawa basa yang terdapat pada

molekul nikotin yaitu pada cincin pirolidin dengan pKa 7,84 dan cincin piridin

dengan pKa 3,04. Kandungan nikotin dalam rokok perlu diteliti untuk penjaminan

mutu kandungan nikotin dan juga memenuhi hak konsumen untuk mendapat

informasi terkait kadar nikotin dalam rokok sesuai dengan peraturan pemerintah

nomor 109 tahun 2012 Pasal 10 Ayat 1.

Metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) fase terbalik yang

telah dioptimasi dapat memisahkan beberapa campuran senyawa pada ekstrak

tembakau, karena adanya perbedaan interaksi antara senyawa-senyawa tersebut

dengan fase diam oktil silica (C8) dan fase gerak metanol : ammonium asetat

10mM +TEA 0,1% (70 : 30). Metode ini harus divalidasi terlebih dahulu sebelum

dilakukan penetapan kadar agar hasil analisis yang didapatkan nantinya dapat

dipertanggungjawabkan, dapat dipercaya, dan dapat diterima berdasarkan

parameter-parameter validasi yang digunakan. Parameter-paramater yang

divalidasi yaitu Parameter-paramater validasi yang digunakan, meliputi

selektivitas yang ditentukan dengan resolusi, linearitas yang ditentukan dengan

koefisien korelasi (r), akurasi yang ditentukan dengan persen perolehan kembali

(recovery), presisi yang ditentukan dengan koefisien variasi, dan rentang yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

25

ditentukan dari kadar terendah sampai tertinggi sampel yang memenuhi parameter

linearitas, akurasi, dan presisi.

Penetapan kadar nikotin dalam sampel rokok “MEREK X” dilakukan

dengan membandingkan nilai AUC (Area Under Curve) antara sampel ekstrak

tembakau yang telah ditambahkan dengan standar internal asetanilida dengan

AUC standar baku nikotin yang juga telah ditambahkan dengan standar internal

asetanilida. Dengan menggunakan persamaan kurva baku nikotin dan asetanilida,

y = bx + a, dimana y adalah AUC dan x adalah kadar nikotin., maka AUC sampel

dimasukkan dalam persamaan, kemudian kadar dari sampel nikotin dalam ekstrak

tembakau rokok “MEREK X” dapat diketahui.

J. Hipotesis

a. Metode KCKT fase terbalik yang menggunakan fase diam oktil silika

(C8) dan fase gerak metanol:ammonium asetat 10 mM + TEA 0,1% (70:30)

dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit pada penetapan kadar nikotin dalam ekstrak

tembakau rokok “MEREK X” memenuhi parameter-parameter validasi, meliputi

selektivitas yang ditentukan dengan resolusi, linearitas yang ditentukan dengan

koefisien korelasi (r), akurasi yang ditentukan dengan persen perolehan kembali

(recovery), presisi yang ditentukan dengan koefisien variasi, dan rentang yang

ditentukan dari kadar terendah sampai tertinggi sampel yang memenuhi parameter

linearitas, akurasi, dan presisi.

b. Ekstrak tembakau rokok “MEREK X” mengandung senyawa analit

nikotin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental, karena tidak

dilakukan perlakuan atau manipulasi pada subjek uji yang digunakan dan

merupakan rancangan deskriptif karena hanya menggambarkan data yang

diperoleh.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah sistem kromatografi cair kinerja

tinggi dengan fase diam oktil silika (C8) dan fase gerak methanol:ammonium

asetat 10 mM + TEA 0,1% (70:30) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit dan

ekstrak tembakau rokok “Merek X”.

2. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah parameter validasi yaitu

selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan rentang serta kadar nikotin yang

terdapat pada ekstrak tembakau rokok “Merek X”.

3. Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah

a. Kemurnian pelarut, sehingga digunakan pelarut pro analysis, yang

memiliki kemurnian tinggi.

b. Larutan baku nikotin yang bersifat mudah teroksidasi oleh udara dan

cahaya, diatasi dengan menggunakan aluminium foil untuk menutupi alat-

alat gelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

27

C. Definisi Operasional

1. Sistem kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan kolom fase diam oktilsilika (C8) dan komposisi

fase gerak metanol : ammonium asetat 10mM + TEA 0,1% (70 : 30).

2. Ekstrak tembakau rokok “Merek X”.

3. Validasi metode yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pengukuran

terhadap parameter-parameter validasi yaitu selektivitas, linearitas, akurasi,

presisi, dan rentang.

4. Kadar nikotin dalam 1 gram ekstrak dinyatakan dalam satuan %b/b ± SD.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analysis kecuali

dinyatakan lain yaitu baku nikotin (E. Merck), asetanilida (E. Merck), ammonium

asetat (E. Merck), Metanol (E.Merck), kalium hidroksida (E. Merck) memiliki

kualitas teknis, kloroform (E.Merck) memiliki kualitas teknis, Etanol (E. Merck)

memiliki kualitas teknis, aquadest dan aquabidest. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah ekstrak tembakau rokok “Merek X”

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis (merek optima SP-

300 Plus), seperangkat alat KCKT fase terbalik terdiri: pompa (merek Shimadzu

LC-10 AD No. C20293309457 J2) dengan sistem elusi gradien dan isokratik,

detektor UV-Vis (merek Shimadzu SPD 10 AV No. C20343502697 KG), kolom

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

28

C8merek Shimadzu (spesifikasi ukuran diameter internal 4,6mm x 25 cm, ukuran

diameter partikel 5µm fully encapped residual silanol), seperangkat alat computer

(merek Dell Vostro 220), printer (merek HP D2566), alat ultrasonikator (Retsch

tipe T640 no 935922013), organic and anorganic solvent membrane filter

(Whatman) ukuran pori 0,45 m dengan diameter 47mm, alat sentrifugasi, alat

vortex, neraca analitik merek Ohaus, milipore, mikropipet, indicator PH, pompa

vakum dan seperangkat alat gelas.

F. Tata Cara Penelitian

1. Pembuatan Campuran Fase Gerak

a. Pembuatan Ammonium Asetat 10 mM dan TEA 0,1%

1. Pembuatan larutan ammonium asetat 10 mM. Menimbang seksama

kurang lebih 0,7708 g ammonium asetat (BM = 77,08), dilarutkan dengan

aquabidest pada labu takar 1000 mL hingga batas tanda. Didapatkan larutan

ammonium asetat 10 mM.

2. Pembuatan TEA 0,1% v/v.Mengambil sebanyak 1 mL trietilamin,

ditambahkan ke dalam larutan ammonium asetat, dilarutkan dengan aquabidest

pada labu takar 1000 mL hingga batas tanda. Didapatkan larutan ammonium

asetat 10 mM + TEA 0,1%.

b. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan yaitu campuran metanol : ammonium asetat

10mM + TEA 0,1% (70 : 30). Masing-masing larutan disaring menggunakan

kertas saring whatman organik untuk larutan metanol sedangkan anorganik untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

29

larutan tea dan ammonium asetat, dibantu dengan pompa vakum dan

diawaudarakan selama 15 menit.Pencampuran fase gerak dilakukan secara manual

didalam wadah fase gerak.

2. Pembuatan Larutan Baku Standar Internal Asetanilida

a. Pembuatan larutan stok asetanilida. Menimbang seksama kurang

lebih 0,5 gram asetanilida, laruttkan dengan metanol dalam labu takar 10,0 mL

hingga tanda. Didapatkan larutan stok asetanilida 0,05 g/mL (50 mg/mL).

b. Pembuatan larutan intermediet asetanilida. Larutan asetanilida 2,5

mg/mL dibuat dengan cara mengambil 0,5 mL larutan stok asetanilida 50 mg/mL

ke dalam labu takar 10,0 mL, encerkan hingga tanda dengan metanol.

c. Pembuatan larutan intermediet kerja asetanilida. Larutan intermediet

kerja asetanilida 0,1 mg/mL dibuat dengan cara mengambil 0,2 mL larutan

intermediet asetanilida 2,5 mg/mL ke dalam labu takar 5,0 mL, encerkan hingga

tanda dengan methanol.

3. Pembuatan Larutan Baku Nikotin

a. Pembuatan larutan stok baku nikotin. Larutan stok dibuat dengan

cara mengambil 497 µL baku nikotin dan dimasukkan ke dalam labu takar 5,0

mL. Larutan diencerkan dengan metanol hingga tanda. Didapatkan larutan stok

nikotin 0,1 g/mL.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

30

b. Pembuatan larutan intermediet baku nikotin. Larutan intermediet

nikotin 10 mg/mL dibuat dengan cara mengambil 0,5 mL larutan stok nikotin 100

mg/mL ke dalam labu takar 5,0 mL, encerkan hingga tanda dengan metanol.

c. Pembuatan larutan intermediet kerja baku nikotin. Larutan

intermediet kerja nikotin 0,2 mg/mL dibuat dengan cara mengambil 0,2 mL

larutan intermediet asetanilida 10 mg/mL ke dala labu takar 10,0 mL, encerkan

hingga tanda dengan metanol.

d. Pembuatan seri larutan baku nikotin. Dibuat seri larutan baku dengan

konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 µg/mL dengan cara mengambil sebanyak 500,

600, 700, 800 dan 900 µL dari larutan intermediet kerja nikotin, dimasukkan ke

dalam labu takar 5,0 mL.

e. Pembuatan seri larutan baku nikotin dengan penambahan standar

internal asetanilida. Standar internal asetanilida 20 µg/mL dibuat dengan cara

mengambil sebanyak 500 µL dari larutan intermediet kerja asetanilida,

dimasukkan ke dalam labu takar 5,0 mL yang sebelumnya telah diisi dengan seri

larutan baku nikotin, encerkan hingga tanda dengan metanol.

4. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan

a. Penentuan panjang gelombang maksimum pengamatan nikotin.

Dilakukan screening larutan baku nikotin 20 µg/mL, 30 µg/mL, dan 40 µg/mL

pada daerah panjang gelombang 225-300 nm, menggunakan spektrofotometer

UV-Vis. Panjang gelombang maksimum pengamatan ditentukan berdasarkan

spektra dengan serapan yang maksimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

31

b. Penentuan panjang gelombang maksimum pengamatan asetanilida.

Dilakukan screening larutan baku asetanilida 1 µg/mL, 5 µg/mL, dan 10 µg/mL

pada panjang gelombang 225-300 nm, menggunakan spektrofotometer UV-Vis.

Panjang gelombang maksimum pengamatan ditentukan berdasarkan spektra

dengan serapan yang maksimal.

5. Pembuatan Kurva Baku Nikotin dengan Standar Internal Asetanilida

Pembuatan seri larutan baku nikotin dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80,

dan 100 µg/mL, masing-masing larutan ditambahkan standar internal asetanilida

20 µg/mL, kemudian disaring dengan menggunakan milipore, lalu diawaudarakan

selama 15 menit. Selanjutnya masing-masing campuran larutan baku diinjeksikan

pada system kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik dengan fase

diam oktil silica (C8) dan fase gerak metanol : ammonium asetat 10mM + TEA

0,1% (70:30), dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit. Dari hasil luas area masing

baku campuran baku, selnajutnya dibandingkan kemudian diplotkan terhadap

konsentrasi nikotin untuk memperoleh regresi linier dengan persamaan y = bx + a

6. Penyiapan Sampel

a. Pembuatan larutan KOH 10 M. Menimbang seksama lebih kurang

56,11 g (BM = 56,11), masukkan ke dalam labu takar 100,0 mL, kemudian

larutkan dengan aquades hingga tanda.

b. Pembuatan larutan KOH 0,1 M. Mengambil 2,0 mL KOH 10 M,

masukkan ke dalam labu takar 200,0 mL, kemudian encerkan dengan aquades

hingga tanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

32

c. Pemilihan dan Pengambilan Sampel. Sampel yang dipilih adalah

rokok dengan “Merek X” yang diambil dari toko penjualan rokok “MEREK X”

Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan nomor batch sama. Selanjutnya dari 90

bungkus rokok diambil masing-masing 1 batang rokok lalu dipreparasi.

d. Preparasi sampel rokok. Diambil 90 batang rokok “MEREK X”

yang telah dibeli, dipotong tegak lurus bagian batang rokok. Bagian batang rokok

yang mengandung serbuk tembakau dan cengkeh dikeluarkan. Serbuk diaduk

kemudian diblender. Campuran serbuk hasil blender yang dihasilkan kemudian

diayak dengan ayakan nomor mesh 16, didapatkan campuran serbuk halus

tembakau yang lolos dari ayakan. Campuran serbuk halus tembakau ini siap untuk

diekstraksi lebih lanjut.

7. Pembuatan Ekstrak Tembakau Rokok “MEREK X”

a. Optimasi lama waktu ekstraksi. Serbuk rokok “MEREK X” yang

telah diayak ditimbang sebanyak 200 mg. Selanjutnya dimasukan ke dalam beker

gelas, ditambahkan etanol teknis sebanyak 20 mL, dan asetanilida 10mg/mL

sebanyak 20 µL. Selanjutnya beker gelas dipanaskan di atas waterbath selama

waktu optimasi yaitu : 10 menit, 20 menit, 30 menit, dan 40 menit dengan suhu ±

70oC. Setelah proses pemanasan, diambil sebanyak 5 mL ekstrak tembakau rokok

“MEREK X” untuk diuapkan. Lalu setelah proses penguapan selesai,

ditambahkan sejumlah 1 mL aquades, 3 mL kloroform dan 1 mL larutan KOH 0,1

M dalam ekstrak kental tembakau rokok “MEREK X”. Selanjutnya dimasukkan

ke dalam tabung sentrifugasi, lalu divortex selama 30 detik dan disentrifugasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

33

selama 24 menit. Tahap selanjutnya diambil bagian fase kloroform, dan dilakukan

pengulangan dengan penambahan 3 mL kloroform lagi ke dalam ekstrak rokok

“MEREK X” yang telah diambil fase kloroformnya, dan di vortex selama 30 detik

dan disentrifugasi selama 24 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Selanjutnya

diambil bagian kloroformnya. Bagian kloroform yang telah terkumpul dalam vial,

selanjutnya diuapkan hingga kering, sampai didapatkan ekstrak kental rokok.

ditambahkan 5,0 mL fase gerak, diawaudarakan selama lebih kurang 5 menit.

Diambil 1,0 mL larutan yang telah diawaudarakan, disaring dengan milipore dan

dimasukkan ke dalam vial KCKT, vial KCKT diawaudarakan selama lebih kurang

2 menit. Larutan siap diinjeksikan. Masing-masing waktu optimasi dilakukan 3

kali replikasi.

b. Ekstraksi Rokok “MEREK X” hasil optimasi. Dilakukan prosedur

yang sama dengan ekstraksi rokok “MEREK X” dengan menggunakan waktu

yang optimal yaitu selama 30 menit. Ekstraksi hasil optimasi dilakukan 5 kali

replikasi.

8. Validasi Metode

a. Penentuan resolusi sampel. Sebanyak 20 µL hasil ekstraksi sampel

yang telah disaring dengan milipore dan diawaudarakan selama 15 menit

diinjeksikan pada sistem KCKT fase terbalik dengan fase diam oktil silika (C8)

dan fase gerak metanol:ammonium asetat 10 mM + TEA 0,1% (70:30) dengan

kecepatan alir 1,0 mL/menit. Dilakukan repetisi tiga kali. Resolusi dihitung

dengan memasukkan selisih waktu retensi dan lebar setengah tinggi peak nikotin

ke dalam rumus perhitungan resolusi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

34

b. Pembuatan kurva baku dan penentuan linearitas. Dibuat seri larutan

baku nikotin dengan konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100 µg/mL sebanyak 1 mL,

masing-masing larutan ditambahkan standar internal asetanilida 20 µg/mL

sebanyak 100 µL, kemudian disaring dengan menggunakan milipore kemudian

diawaudarakan selama 15 menit. Sebanyak 20 µL dari masing-masing larutan

diinjeksikan pada sistem kromatografi cair kinerja tinggi fase terbalik dengan fase

diam oktil silika (C8) dan fase gerak metanol:ammonium asetat 10 mM + TEA

0,1% (70:30) dengan kecepatan alir 1,0 mL/menit. Dari kromatogram akan

diperoleh luas area nikotin dan luas area asetanilida untuk masing-masing

konsentrasi. Luas area ini kemudian dibandingkan sehingga didapatkan

perbandingan luas area nikotin terhadap asetanilida. Perbandingan kedua luas area

ini kemudian diplotkan terhadap konsentrasi nikotin untuk memperoleh regresi

linear dengan persamaan y = bx + a dan nilai koefisien korelasi (r) yang akan

digunakan untuk menentukan parameter validasi linearitas

c. Penentuan persen kembali (recovery) dan penentuan koefisen variasi

adisi baku nikotin dalam sampel (presisi). Dibuat dua macam larutan yaitu larutan

sampel dan larutan sampel yang ditambahkan baku nikotin (adisi). Larutan sampel

dibuat dengan tiga tingkatan berdasarkan penimbangan sampel rokok. Larutan

sampel pertama untuk level rendah dibuat dengan cara menimbang sampel

sebanyak 125 mg, kemudian dilakukan ekstraksi sampel. Larutan sampel kedua

untuk level sedang dibuat dengan cara menimbang sampel sebanyak 150 mg,

kemudian dilakukan ekstraksi sampel.Larutan sampel ketiga untuk level tinggi

dibuat dengan cara menimbang sampel sebanyak 175 mg. Ekstrak sampel siap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

35

untuk diinjeksikan ke dalam sistem KCKT dengan cara mengambil 1,0 mL

ekstrak sampel, disaring dengan milipore dan dimasukkan ke dalam vial KCKT,

vial KCKT diawaudarakan selama lebih kurang 2 menit.Sampel siap

diinjeksikan.Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali untuk tiap level. Larutan

sampel yang ditambahkan baku nikotin (adisi) dibuat dengan cara menambahkan

baku nikotin pada vial KCKT untuk setiap level, untuk level rendah ditambahkan

2,5 µg/mL, untuk level sedang ditambahkan 5 µg/mL, dan untuk level tinggi

ditambahkan 10 µg/mL, 20 µg/mL, dan 50µg/mL. Setiap level perlakuan

dilakukan replikasi tiga kali. Kadar baku nikotin yang ditambahkan dalam sampel

merupakan selisih nilai kadar sampel adisi dan kadar sampel. Kemudian dihitung

persen perolehan kembali (recovery), Standard Deviation (SD), dan koefisien

variasi (KV).

9. Penetapan Kadar Nikotin Dalam Sampel Rokok “MEREK X”

Sampel yang telah dipreparasi, diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam

system KCKT yang telah dioptimasi sehingga didaptkan kromatogram sampel dan

dibaca AUC dari masing-masing replikasi. Masukkan hasil AUC ke persamaan

regresi linier baku nikotin dengan standar internal asetanilida dari hasil validasi

sehingga diperoleh kadar sampel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

36

G. Analisis Hasil

1. Selektivitas

Selektivitas ditentukan dengan menghitung resolusi dari kromatogram

yang dihasilkan oleh ekstraksi sampel rokok. Menurut Synder dkk. (2010), syarat

resolusi yang baik yaitu dimana senyawa analit terpisah dari senyawa-senyawa

yang lain adalah ≥ 1,5.

Resolusi dihitung dengan rumus :

(1)

Dimana : Rs = resolusi t2 = waktu retensi puncak kedua t1 = waktu retensi puncak pertama 0,5W(1) = lebar setengah tinggi puncak pertama 0,5W(2) = lebar setengah tinggi puncak kedua

2. Linearitas dan Rentang

Linearitas ditentukan dengan nilai koefisien korelasi (r), yang diperoleh

dari AUC baku nikotin yang diplotkan terhadap konsentrasi baku. Nilai r yang

dipersyaratkan adalah ≥ 0,999 (Snyder, dkk, 1997). Sedangkan rentang diperoleh

dari kadar terendah hingga tertinggi sampel yang memberikan akurasi, presisi, dan

linearitas yang baik.

3. Akurasi

Menurut Harmita (2004), akurasi ditentukan dengan persen perolehan

kembali (recovery), yang dapat dihitung dengan rumus :

x 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

37

(2)

4. Presisi

Presisi dinyatakan dengan koefisien variasi (KV), yang dapat dihitung

dengan rumus :

(3)

5. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif nikotin

Hasil data dari optimasi ektraksi dilakukan analisis statistik untuk

melihat apakah hasil kadar nikotin yang diperoleh pada tiap-tiap waktu optimasi

berbeda bermakna atau tidak.

Analisis kualitatif dengan membandingkan waktu retensi sampel dengan

baku nikotin. Analisi kuantitatif dapat dihitung dengan memasukkan AUC sampel

yang dibandingkan dengan AUC standar internal asetanilida ke dalam persamaan

regresi linier yang diperoleh dari kurva baku nikotin yang telah dibandingkan

dengan standar baku internal asetanilida hasil validasi y = bx + a. Sehingga

didapatkan kadarnya. Satuan kadar nikotin adalah %b/b±SD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

38

BAB IV

PEMBAHASAN

Penetapan kadar nikotin pada sampel rokok “MEREK X” dianalisis

menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) fase terbalik,

metode yang digunakan telah dioptimasi.

A. Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari hasil optimasi

yaitu Metanol : Ammonium asetat + TEA 0,1% ( 70 : 30 ). Pemilihan komponen

dari fase gerak ini dilakukan pada tahap optimasi fase gerak dan dilakukan

optimasi pada masing-masing komposisi perbandingan untuk mendapatkan

perbandingan fase gerak yang optimal dalam memisahkan senyawa analit nikotin

dengan standar internal asetanilida.

Penggunaan metanol sebagai salah satu komponen campuran fase gerak

karena metanol dapat melarutkan senyawa analit nikotin dan standar internal

asetanilida. Pemilihan metanol sebagai fase gerak lebih cocok digunakan pada

sistem KCKT fase terbalik, karena metanol sebagai pelarut organik pada sistem

kromatografi fase terbalik bersifat larut air, relatif encer sehingga dapat

menurunkan tekanan pada kolom, stabil pada penggunaan sebagai fase gerak, dan

juga dapat digunakan sebagai pelarut yang jernih pada deteksi dengan panjang

gelombang UV (Snyder, 2010).

Penggunaan ammonium asetat sebagai salah satu kompenen campuran fase gerak

yang mampu untuk menambah ionic strength dari senyawa analit, sehingga dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

39

mengurangi peak tailing. Umumnya ammonium asetat digunakan sebagai

komponen fase gerak dimana fase gerak yang dibuat dengan pH < 8,0.

Konsentrasi dari ammonium asetat yang umum digunakan sebagai fase gerak

sistem KCKT fase terbalik adalah rentang dari 2 sampai 20 mM, sehingga dipilih

konsentrasi 10mM yang masih masuk range konsentrasi umum digunakan

(Synder, 2010).

Penggunaan TEA dalam campuran fase gerak sebanyak 0,1 % didasarkan

pada penelitian Bao, He, Ding, Prabhu, dan Hong (2005) tentang analisis nikotin.

TEA pada komposisi fase gerak berfungsi untuk menutupi bagian gugus silanol

pada fase diam sehingga mengurangi interaksi silanol dengan analit, maka

diharapkan menghasilkan bentuk peak yang baik (Snyder, 2010).

HN

H3C

CH3

H3C

Si

O

TEA (Triethylamine)

Gugus silanol

Gambar 6. interaksi TEA dengan gugus silanol pada fase diam (C8)

Pada pembuatan fase gerak untuk sistem KCKT fase terbalik harus

dilakukan proses degassing/awaudara dan filtrasi fase gerak, karena ketika udara

terjebak dengan larutan fase gerak dan masuk ke dalam kolom serta detektor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

40

KCKT akan mempengaruhi hasil kromatogram menjadi tidak valid. Maka setiap

fase gerak dan larutan yang akan masuk ke dalam kolom KCKT harus dilakukan

awaudara terlebih dahulu. Pada proses filtrasi fase gerak merupakan suatu standar

operasional KCKT yang harus dilakukan untuk memisahkan partikel-partikel

pengotor yang mungkin terbawa selama proses penyiapan fase gerak, alat yang

umum digunakan untuk proses filtrasi adalah alat vakum dan kertas milipore

untuk menyaring larutan contohnya kertas whatman. Pada larutan yang bersifat

anorganik digunakan kertas whatman jenis organik dan sebaliknya untuk larutan

jenis organik. Pada fase gerak terdapat 2 macam larutan yaitu bagian organik pada

larutan metanol dan bagian anorganik pada larutan ammonium asetat dan TEA,

maka pembuatannya dilakukan dengan terlebih dahulu menyaring masing-masing

komposisi fase gerak, baru selanjutnya dicampurkan dengan menggunakan gelas

ukur sebagai penakar untuk masing-masing komposisinya dan dimasukkan dalam

botol fase gerak.

B. Standar Internal Asetanilida

Standar internal disini berperan sebagai pengoreksi terhadap metode

ekstraksi yang dilakukan agar mencegah kesalahan dalam pengukuran karena

proses metode yang cukup panjang yaitu proses ekstraksi nikotin pada sampel

rokok “MEREK X” dilakukan dalam 2 tahap yaitu proses ekstraksi padat – cair

dan ekstraksi cair – cair.

Pemilihan asetanilida sebagai standar internal untuk senyawa analit nikotin

didasari dari beberapa kriteria yaitu :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

41

1. Senyawa standar internal yang digunakan dapat terpisah baik dari komponen

lain yang terdapat pada ekstrak campuran sampel (Boyd, 2008).

Asetanilida yang digunakan sebagai standar internal ditambahkan dalam

matriks sampel, selanjutnya diekstraksi, dan hasil ekstrak tembakau sampel rokok

“MEREK X” dengan standar asetanilida diukur dengan metode KCKT.

Kromatogram dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 7. Kromatogram ekstrak tembakau rokok “MEREK X” dengan standar internal

asetanilida.

Hasil kromatogram pada tR (time retention) pada 3,645 min menunjukan senyawa

asetanilida dan pada 4,616 min menunjukan senyawa nikotin. Dari hasil

kromatogram inin dapat disimpulkan bahwa senyawa asetanilida yang digunakan

sebagai standar internal dapat terpisah baik terhadap senyawa nikotin dan

senyawa lain pada sampel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

42

2. Tidak terdapat kandungan senyawa standar internal dalam sampel (Boyd,

2008).

Penelitian terhadap ada atau tidaknya kandungan asetanilida dalam

sampel rokok dilakukan dengan membandingkan kromatogram baku asetanilida

dengan ekstrak etanolik fraksi kloroform sampel. Pada gambar 8 menunjukan data

kromatogram bahwa pada sampel rokok “MEREK X” yang telah diekstraksi tidak

terdapat kandungan senyawa asetanilida, dimana ditunjukan bahwa senyawa

asetanilida muncul pada tR 3,915 sedangkan pada kromatogram sampel rokok

tidak ada peak asetanilida pada tR tersebut.

A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

43

B

Gambar 8. A: kromatogram sampel rokok; B: kromatogram asetanilida

3. Hasil peak kromatogram standar internal harus mendekati senyawa yang

dianalisis (Boyd, 2008).

Pada gambar X menunjukan bahwa tR antara senyawa asetanilida pada

3,645 min dan nikotin pada 4,616 min, perbedaan tR antara senyawa asetnilida dan

nikotin adalah 0,971 min. Perbedaan tR dari kedua senyawa tersebut tidak terlalu

jauh, sehingga dapat disimpulkan bahwa peak kromatogram standar internal

asetanilida mendekati senyawa nikotin.

4. Senyawa harus stabil secara kimia dan fisika terhadap metode yang digunakan

(Boyd, 2008).

Asetanilida dalam proses ekstrasi mengalami beberapa proses yaitu

pemanasan, sentrifugasi, dan pencampuran dengan beberapa senyawa kimia

(metanol, KOH, dan kloroform). Melihat kestabilan asetanilida selama proses

ektraksi, dilakukan pembandingan terhadap kromatogram asetanilida yang melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

44

proses ekstraksi dengan asetanilida tanpa melalui ekstraksi menggunakan metode

KCKT. Hasil pada gambar 9 dan tabel IV menunjukan bahwa asetanilida dengan

kadar yang sama ketika dilakukan ekstraksi masih menunjukan nilai AUC yang

hamir mirip dengan baku asetanilida yang tanpa dilakukan metode ekstraksi.

Maka dapat disimpulkan bahwa senyawa asetanilida stabil secara kimia dan fisika

terhadap metode ekstraksi yang dilakukan.

A

B

Gambar 9. A: kromatogram asetanilida hasil ekstraksi; B: kromatogram asetanilida baku tanpa ekstraksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

45

Tabel IV. Hasil pengukuran AUC asetanilida dengan ekstraksi dan tanpa ekstraksi

Keterangan AUC

Asetanilida hasil ekstraksi 584211

Asetanilida tanpa ekstraksi 595610

5. Memiliki kemiripan sifat kimia dan fisika dengan analit

Senyawa standar internal asetanilida memiliki beberapa sifat fisika dan

kimia yang mirip dengan nikotin, antara lain

a. Kelarutan

Kelarutan dapat dilihat dari nilai log p masing-masing senyawa, pada

senyawa asetanilida memiliki nilai log p sebesar 1,21 dan nikotin sebesar 1,16.

Nilai dari log p antara asetanilida dan nikotin tidak berbeda jauh, maka dapat

disimpulkan bahwa dari sifat fisika dari senyawa analit nikotin dan standar

asetanilida memiliki kemiripan yang dekat terkait kelarutan.

b. Nilai tR

Nilai tR pada sistem KCKT dapat menjadi salah satu indikator untuk

melihat besarnya kepolaran masing-masing senyawa. Hasil kromatogram pada

gambar X menunjukan hasil bahwa senyawa asetanilida memiliki tR 3,645 min

dan senyawa nikotin tR nya 4,616 min. Perbedaan yang dekat dari nilai tR

menunjukan bahwa senyawa nikotin dan asetanilida memiliki sifat kepolaran yang

mirip.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

46

Indikator sifat kelarutan dan kepolaran yang mirip dari standar internal

dengan nikotin nantinya diharapkan asetanilida dapat memimik senyawa analit

nikotin selama proses ekstraksi sampel.

C. Pemilihan dan Pembuatan Sampel

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kadar nikotin dalam ekstrak

tembakau rokok “Merek X”. Teknik pemilihan sampel rokok “Merek X” yaitu

berdasarkan pada kadar nikotin yang tinggi dibanding rokok sejenis dapat dilihat

pada tabel V dan juga jumlah konsumen yang banyak yaitu dimana sampel rokok

yang dipilih memegang pangsa pasar rokok indonesia mencapai 20,1% menurut

data Nielsen Retail Audit tahun 2012. Pemilihan sampel rokok “Merek X”

selanjutnya diambil secara acak berdasarkan nomor batch yang sama di satu

tempat penjualan rokok daerah Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sampling dengan

no batch atau no produksi yang sama ini diharapkan agar proses pembuatan dan

jenis tembakau yang digunakan adalah sama karena proses produksi yang

dilakukan dalam hari dan alat yang sama, sehingga mengurangi bias dalam

penentuan kadar nikotin dalam sampel rokok. Jumlah nikotin pada kemasan rokok

dapat dilihat pada tabel dibawah ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

47

Tabel V. Jumlah nikotin pada kemasan rokok

Sampling rokok dilakukan dengan mengambil sebanyak tiap 1 batang

rokok dari 90 bungkus rokok “Merek X” dari satu tempat penjualan rokok.

Setelah sampel rokok telah dipilih selanjutnya, dilakukan proses pembuatan

sampel bertujuan untuk mempersiapkan sampel ketahap ekstraksi, selain itu juga

untuk menjamin keseragaman senyawa analit. Tahap yang dilakukan yaitu proses

penyerbukan.

Proses penyerbukan sampel tembakau rokok untuk memperkecil ukuran

partikel. Sampel tembakau rokok yang telah dipisahkan dari kertas rokok dan

filternya, ditimbang terlebih dahulu isi tembakau kering tiap batang rokok, untuk

mengetahui jumlah daun tembakau kering yang terdapat tiap batang rokok dan

menjadi patokan jumlah penimbangan sampel selanjutnya dalam proses

penimbangan untuk esktraksi dan penetapan kadar. Sampel tembakau rokok yang

telah ditimbang lalu dihaluskan menggunkan blender , ini dilakukan untuk

memperkecil ukuran partikel yang nantinya akan memperluas kontak sampel

dengan pelarut pada proses ekstraksi. Tahap terakhir yaitu pengayakan, dengan

No Jenis Rokok Jumlah nikotin pada kemasan

1 Merek X 1,8 mg

2 Merek Y 1 mg

3 Merek Z 1,8 mg

4 Merek V 1 mg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

48

menggunakan pengayak dengan no mesh 16 untuk mendapatkan sampel tembakau

yang seragam ukurannya.Derajat halus serbuk dalam Farmakope Indonesia Edisi

III dinyatakan dengan nomor pengayak, jika derajat halus dinyatakan dengan satu

nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor

tersebut.

D. Pembuatan Larutan Baku

Larutan baku nikotin dan asetanilida dibuat dengan melarutkan sejumlah

tertentu baku nikotin dan asetanilida E.merck dalam pelarut yang cocok. Pelarut

yang digunakan adalah metanol 30%. Pemilihan pelarut metanol dengan

konsentrasi 30% yaitu untuk mencegah perbedaan dari solvent strength antara fase

gerak dan pelarut yang digunakan pada baku. Pada fase gerak konsentrasi metanol

adalah 70%, maka digunakan konsentrasi pelarut pada baku sebesar 30% dibawah

dari fase gerak agar tidak mempengaruhi konsentrasi metanol pada fase gerak.

Solvent strength yang berubah dapat menyebabkan perubahan pada waktu retensi,

tailing faktor dan parameter lain pada kromatogram KCKT.

Pembuatan larutan stok baku nikotin dengan konsentrasi 0,2 mg/mL,

kemudian dibuat 5 seri konsentrasi larutan baku nikotin yaitu 20, 40, 60, 80, dan

100 µg/mL. Selanjutnya ditambahkan masing-masing konsentrasi dengan standar

internal asetanilida, konsentrasi akhir asetanilida 20 µg/mL dengan campuran tiap

seri baku nikotin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

49

E. Penetapan Panjang Gelombang Pengamatan

Penentuan panjang gelombang pengamatan bertujuan untuk memperoleh

panjang gelombang analisis yang dapat memberikan serapan maksimum dari

nikotin dan asetanilida. Penentuan panjang gelombang nikotin dilakukan dengan

menggunakan spektrofotometer UV pada rentang panjang gelombang 225 300 nm

karena menurut Clarke 2010 panjang gelombang nikotin pada 259 nm pada

pelarut asam dan 261 pada pelarut basa. Pengukuran panjang gelombang

maksimum dilakukan pada 3 seri konsentrasi yaitu rendah (20 µg/mL), sedang (30

µg/mL), dan tinggi (40 µg/mL). Dapat dilihat hasil spektra panjang gelombang

nikotin dari 3 seri konsentrasi pada gambar 10.

Gambar 10. Spektra panjang gelombang maksimum nikotin pada tiga tingkat konsentrasi,

20, 30, dan 40 µg/mL. Keterangan : A = konsentrasi 20 µg/mL, absorbansi 0,291, λ maksimum 260,5; B = konsentrasi 30 µg/mL, absorbansi 0,53791, λmaksimum 260,5; C =

konsentrasi 40 µg/mL, absorbansi 0,655, λmaksimum 260

Dari ketiga gambar 11 spektra nikotin yang diperoleh terlihat bahwa

panjang gelombang spektra yang dihasilkan pada tiga level konsentrasi masing-

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

50

masing yaitu 260,5; 260,5; dan 260 nm maka diambil rata-rata untuk

mendapatkan panjang gelombang maksimum yaitu 260 nm. Beda panjang

gelombang antar seri konsentrasi tidak jauh, maka digunakan panjang gelombang

260 nm yang paling dekat dengan rata-rata dari hasil kromatogram.

Selanjutnya penetapan panjang gelombang maksimum asetanilida

menggunakan spektrofotometer UV.Asetanilida memiliki kromofor pada cincin

benzennya sehingga dapat memberikan serapan pada daerah sinar ultraviolet.Pada

penentuan panjang gelombang pengamatan asetanilida digunakan tiga seri

konsentrasi asetanilida yaitu 1, 5, dan 10 µg/mL dengan scanning panjang

gelombang dari 200-300 nm.

Gambar 11. Spektra panjang gelombang maksimum asetanilida pada tiga tingkat konsentrasi, 1, 5, dan 10 µg/mL. Keterangan : A = konsentrasi 1 µg/mL, absorbansi 0,239,

λmaksimum 240; B = konsentrasi 5 µg/mL, absorbansi 0,361, λmaksimum 240,5; C = konsentrasi 10 µg/mL, absorbansi 0,776, λmaksimum 240,5

Pada gambar 11 menunjukan bentuk spektra asetanilida. Hasil scanning

panjang gelombang asetanilida menunjukan bahwa asetanilida memiliki panjang

A

B

C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

51

gelombang maksimum pada 240 nm, hasil ini didapatkan dari rata-rata panjang

gelombang pengukuran 3 seri konsentrasi asetanilida.

Penentuan panjang gelombang pengamatan berdasarkan hasil

pengukuran panjang gelombang maksimum nikotin dan asetanilida, panjang

gelombang pengamatan yang digunakan adalah 260 nm.Pemilihan ini berdasarkan

panjang gelombang maksimum dari nikotin karena konsentrasi nikotin lebih

bervariasi dibandingkan konsentrasi asetanilida sehingga diperlukan sensitivitas

yang lebih tinggi pada pengukurna nikotin.Asetanilida pada penelitian ini

digunakan sebagai standar internal sehingga konsentrasi yang digunakan pada

pengukurannya tetap dan tidak memerlukan sensitivitas yang tinggi seperti

nikotin.

Syarat senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometer UV adalah

memiliki kromofor.Nikotin memiliki kromofor pada cincin piridin dan senyawa

asetanilida memiliki ikatan kromofor pada cincin benzennya.Dapat dilihat pada

gambar 12 dibawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

52

Gambar 12. Kromofor pada nikotin dan asetanilida

F. Pembuatan Kurva Baku Nikotin

Pembuatan kurva baku telah dilakukan pada tahap validasi. Kurva baku

menunjukan hubungan antara AUC dengan konsentrasi nikotin pada beberapa seri

baku. Dalam penelitian ini dibuat kurva baku yang dipilih persamaan regresi linier

memberikan nilai koefisien korelasi (r) dengan kriteria r ≥0,999 (Snyder, 2010).

Diperoleh persamaan regresi linier y = 0,05147x - 0,219 dengan nilai koefisien

korelasi yaitu 0,999 sesuai dengan kriteria penerimaan. Persamaan regresi linier

ini digunakan untuk menghitung kadar ekstrak tembakau dalam rokok “MEREK

X”.

Berdasarkan grafik hubungan pada gambar 13 antara konsentrasi analit

(baku nikotin) dengan standar internal asetanilida dan AUC baku terlihat bahwa

semakin meningkatnya konsentrasi baku nikotin, semakin meningkat AUC baku.

Kromofor Kromofor

Nikotin Asetanilida

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

53

Gambar 13. Grafik hubungan antara konsentrasi nikotin dan asetanilida dengan AUC

G. Ekstraksi Nikotin pada Sampel Rokok “Merek X

Serbuk daun tembakau dalam rokok diekstraksi dengan metode ekstraksi

padat-cair dan cair-cair. Metode ekstraksi pada cair dilakukan pada tahap pertama

yaitu dilakukan dengan mengekstrak serbuk padat daun tembakau sampel rokok

“MEREK X” dengan larutan etanol teknis, metode ini mengacu dari jurnal

Determination of Nicotine From Tobacco by LC-MS-MS ( Vlase, Filip, Mindrutau

dan Leucuta, 2005). Tujuan pencampuran ini untuk mengesktrak nikotin dan

senyawa lain yang larut etanol pada sampel. Pada tahap awal ditambahkan

asetanilida pada campuran sampel dan larutan etanol teknis sebagai faktor

koreksi terhadap hilangnya analit selama proses ekstraksi. Campuran tersebut

selanjutnya dilakukan pemanasan dengan suhu 70-80oC agar proses ekstraksi

nikotin optimal, suhu yang digunakan dibawah suhu penguapan dari nikotin

(2470C) dan asetanilida (3040C) agar analit yang dianalisis tidak rusak dan

berkurang kadarnya selama proses ekstraksi. Lamanya pemanasan pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

54

ekstraksi padat cair selanjutnya dilakukan optimasi untuk mencari lama waktu

yang paling optimal untuk proses ekstraksi.

Setelah proses ekstraksi padat cair, dilanjutkan proses ekstraksi cair-cair

dimana cairan ekstrak etanol yang telah diuapkan ditambahkan dengan air, larutan

KOH 0,1%, dan klorofrom, metode ini mengacu dari penelitian “Penetapan Kadar

Nikotin Dalam Ekstrak Etanolik Daun Tembakau Vorstenlanden Bawah Naungan

dan NA OOGST Secara KCKT Fase Terbalik” (Dewi, 2012). Ekstraksi cair-cair

digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel atau clean-up sampel untuk

memisahkan analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin

mengganggu pada saat kuantifikasi atau deteksi analit (Gandjar dan Rohman,

2010). Komponen cairan dari ekstraksi ini adalah air dan kloroform, dimana

nantinya diambil bagian kloroform karena nikotin larut pada senyawa non polar.

Fungsi dari larutan KOH 0,1 % ini adalah untuk menciptakan suasana basa pada

fase non polar kloroform. Setelah dicampurkan larutan KOH 0.1% didapatkan pH

larutan sebesar 8. Pada pH ini senyawa nikotin akan diposisikan dalam bentuk

unprotonated lebih banyak jumlahnya dibanding bentuk terprotonasi, terlihat pada

gambar 14 ketika pada pH 8 bentuk dari nikotin yang terprotonasi lebih sedikit

jumlahnya dibanding yang unprotonated. Bentuk unprotonated ini berfungsi agar

sifat nikotin lebih non polar sehingga dapat terdistribusi ke dalam pelarut non

polar yaitu kloroform.

Senyawa pengotor yang bersifat polar selanjutnya akan terdistribusi ke

dalam fase polar yaitu air sehingga analit akan terpisahkan dari senyawa pengotor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

55

bersifat polar yang terekstraksi pada tahap awal. Gambar 14 dibawah ini

menunjukan bentuk-bentuk nikotin karena pengaruhnya dari pH.

Gambar 14. Tingkat Protonasi Nikotin berdasarkan Hubungan dengan pH

Ekstraksi cair-cair dibantu menggunakan metode sentrifugasi dimana

prinsip pemisahannya berdasarkan dari bobot molekul senyawa dengan bantuan

gravitasi dan kecepatan putaran untuk memisahakan senyawa-senyawa yang

kompleks (Moldeveanu dan David, 2002). Campuran ekstrak yang telah dicampur

dalam tabung sentrifugasi divortex terlebih dahulu selama 30 detik, ini berfungsi

agar nikotin yang terdapat pada bagian air dan kloroform dapat bercampur pada

satu fase yang dinginkan. Selanjutnya dimasukkan dalam tabung sentrifugasi dan

disentrifugasi selama 24 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Selanjutnya

persen

pH

Diprotonated Monoprotonated Unprotonated

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

56

dilakukan pengambilan fase kloroform untuk mendapatkan senyawa analit,

dilakukan 2 kali proses ekstraksi cair-cair ini berdasarkan hasil optimasi ekstraksi

menggunakan baku nikotin yang telah diketahui kadarnya ditambahakan dalam

proses ekstraksi tanpa matriks sampel dibandingkan dengan kadar baku nikotin

yang sama tanpa melalui proses ekstraksi, pada kromatogram gambar 15 dan

penjelasan terkait nilai AUC tabel VI menunjukan AUC dari masing-masing

nikotin dengan ekstraksi dan tanpa ekstraksi dengan kadar awal yang sama,

dengan menghitung nilai recovery dari nikotin baku yang diekstraksi

dibandingkan dengan tanpa ekstraksi didapatkan sebesar 94,74 %. Nilai ini

menunjukan bahwa ekstraksi cair-cair yang dilakukan 2 kali memiliki nilai

recovery yang baik dalam mengekstraksi nikotin dari fase polar yaitu air. Setelah

didapatkan ekstrak etanol fraksi kloroform, maka pelarut kloroform diuapkan

dengan menggunakan suhu diatas titik didih kloroform yaitu 800C karena pelarut

kloroform tidak boleh ada dalam larutan ekstrak yang akan diinjeksikan dalam

kolom KCKT. Kromatogram baku nikotin dengan ektraksi dan tanpa ektraksi

dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

57

A

B

Gambar 15 = A: baku nikotin tanpa ekstraksi; B: baku nikotin 2 kali ekstraksi

Tabel VI. Hasil pengukuran AUC nikotin dengan 2 kali ekstraksi dan tanpa ekstraksi

No Keterangan AUC

1 Ekstraksi 1336182

2 Tanpa Ekstraksi 1410239

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

58

H. Optimasi Ekstraksi Nikotin pada Tembakau Sampel Rokok

Tujuan dari optimasi waktu ekstraksi nikotin dari serbuk daun tembakau

sampel rokok untuk mendapatkan waktu ekstraksi yang paling optimum sehingga

nikotin terekstraksi seluruhnya. Metode yang digunakan untuk penelitian ini

adalah ekstraksi padat-cair dan cair-cair karena pada ekstraksi padat-cair senyawa

nikotin akan diesktraksi dari sampel menggunakan pelarut yang sesuai dan

selanjutnya digunakan ekstraksi cair-cair untuk proses clean up senyawa-senyawa

yang bercampur dengan senyawa analit (Gandjar dan Rohman, 2010).

Variasi optimasi waktu ekstraksi pada penelitian ini adalah 10; 20; 30;

dan 40 menit dan masing-masing waktu optimasi dilakukan 3 replikasi. Optimasi

waktu 10 menit digunakan sebagai waktu optimasi terendah karena dilakukan

orientasi ekstraksi terlebih dahulu selama 5 menit diperoleh hasil yaitu cairan

etanol yang digunakan sudah berwarna coklat tua (pekat). Ekstrak kental dari

masing-masing waktu ekstraksi dikumpulkan, dilanjutkan penyiapan sampel dan

diinjeksikan ke instrument KCKT. Data hasil optimasi dapat dilihat pada

lampiran.

Berdasarkan hasil optimasi ekstraksi menunjukan peningkatan respon

AUC pada 10 menit ekstraksi ke 30 menit ekstraksi, dan terjadi penurunan respon

AUC pada 30 menit ekstraksi ke 40 menit ekstraksi, maka waktu optimum

ekstraksi dengan metode ekstraksi padat-cair dan cair-cair antara waktu 20 menit

dan 30 menit karena dilihat dari nilai AUC yang hampir sama, perlu dilakukan uji

statistik terhadap optimasi ekstraksi pada menit ke 20 dan 30. Pada waktu 10

menit ekstraksi menunjukan kadar yang masih rendah ini dikarenakan lamanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

59

pemanasan masih kurang sehingga sedikit jumlah nikotin yang terekstraksi,

sedangkan pada waktu 40 menit ekstraksi menunjukan AUC nikotin yang

menurun yang disebabkan terlalu lamanya pemanasan sehingga merusak struktur

senyawa analit nikotin yang dimana akan menurunkan jumlah nikotin pada

ekstrak yang didapat.

Uji statistik bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh berbeda

bermakna atau tidak. Syarat dilakukan uji t tidak berpasangan adalah data yang

didapatkan merupakan data yang terdistribusi normal, oleh karena itu dilakukan

uji normalitas terlebih dahulu. Uji normalitas data yang digunakan adalah

Shapiro-Wilk dengan nilai kemaknaan (p) > 0,05. Shapiro-Wilk digunakan karena

jumlah sampel pada penelitian ini ≤ 50 (Dahlan, 2009).

Pada tabel VII dapat disimpulkan data AUC nikotin sampel pada menit

ke 20 dan 30 terdistribusi normal karena pada tabel menunjukan nilai p value >

0,05, pada menit ke 20 p value sebesar 0,2552 dan menit ke 30 p value sebesar

0,07828.

Tabel VII. Uji Normalitas

Keterangan Shapiro-Wilk normality test

W p-value

20 min 0,8555 0,2552

30 min 0,7846 0,07828

Tahap selanjutnya untuk mengetahui nilai rata-rata AUC nikotin sampel

pada menit ke 20 dan 30 berbeda bermakna atau tidak, maka dilakukan uji t tidak

berpasangan dengan taraf kepercayaan 95%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

60

Dari tabel VIII dibawah ini diperoleh hasil bahwa varians data kedua

waktu berbeda karena memilki nilai p < 0,05. Tabel menunjukan bahwa nilai dari

uji t kedua waktu tersebut p value adalah 1.908e-08 dimana nilainya lebih kecil

dari p value 0,05 maka dinyatakan berbeda bermakna.

Tabel VIII. Uji T tidak berpasangan

Selanjutnya menentukan waktu optimal dengan melihat rata-rata nilai

AUC yang paling besar dari 20 menit dan 30 menit waktu ekstraksi, pada waktu

ekstraksi 20 menit hasil rata-rata AUC adalah 1919672,33 dan pada ekstraksi 30

menit hasil rata-rata AUC adalah 1996415,67, maka dari hasil rata-rata AUC

dipilih waktu ekstraksi 30 menit sebagai waktu ekstraksi nikotin pada sampel

rokok “Merek X” yang paling optimal.

I. Ekstraksi dengan Waktu Optimum 30 menit

Berdasarkan data yang diperoleh dari optimasi waktu ekstraksi,

dilanjutkan dengan ekstraksi nikotin pada sampel rokok “Merek X” dengan waktu

optimum ekstraksi selama 30 menit untuk digunakan dalam penetapan kadar

dengan masing-masing 5 replikasi. Hasil kromatogram dan respon AUC nikotin

dan standar asetanilida dari sampel dapat dilihat kromatogram pada lampiran dan

penjelasan terkait nilau AUC nya tabel IX dibawah ini.

Keterangan Shapiro-Wilk t test

t p-value

20 min dan 30 min 62,9975 1.908e-08

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

61

Tabel IX. Hasil pengukuran AUC nikotin dan standar asetanilida pada ekstrak tembakau rokok “MEREK X”

Keterangan AUC nikotin AUC asetanilida Perbandingan

AUC nikotin/AUC

asetanilida

Replikasi 1 1351637 578951 2,33463

Replikasi 2 1280663 546655 2,34273

Replikasi 3 1371993 584211 2,34845

Replikasi 4 1488337 617961 2,40846

Replikasi 5 1558371 651963 2,39028

J. Preparasi Ekstrak Kental Tembakau

Ekstrak kental tembakau rokok “MEREK X” yang telah diuapkan

selanjutnya dilarutkan pada metanol 30%, pemilihan metanol 30% ini untuk

mencegah perubahan solvent strength pada fase gerak. Selanjutnya larutan ekstrak

disaring menggunakan kertas whatman anorganik karena komposisi dari pelarut

yang lebih banyak adalah air. Lalu diawaudarakan menggunakan ultrasonikator

untuk menghilangkan gelembung udara, adanya gelembung udara dapat

mengganggu proses pemisahan sampel.

K. Validasi Metode Analisis

Validasi metode merupakan suatu rangkaian proses evaluasi untuk

membuktikan bahwa metode analisis yang digunakan sudah sesuai untuk

tujuannya. Referensi yang digunakan pada penelitian ini ialah validasi metode

kategori I. Validasi metode kategori ini digunakan untuk kuantifikasi bahan aktif

yang ada pada sampel. Sampel yang digunakan merupakan rokok sehingga bahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

62

aktif yang ada di dalamnya ialah nikotin. Parameter-parameter validasi yang

diujikan, yaitu selektivitas, akurasi, presisi, linearitas, dan rentang.

1. Selektivitas

Selektivitas menggambarkan kemampuan suatu metode analisis untuk

dapat memisahkan senyawa analit secara tepat dan spesifik dari senyawa-senyawa

lainnya yang ada pada matriks sampel. Parameter yang digunakan untuk

selektivitas ialah nilai resolusi. Menurut Snyder, dkk (2010) suatu metode analisis

dikatakan selektif apabila memiliki resolusi ≥ 1,5. Nilai resolusi ini menunjukkan

pemisahan yang terjadi diantara puncak kromatogram. Pemisahan yang terjadi

baru dapat diterima apabila memenuhi syarat nilai resolusi yang baik.

Hasil yang diperoleh dari penentuan selektivitas adalah sebagai berikut:

Tabel X. Hasil perhitungan resolusi sampel (Demas, 2013)

Repetisi Resolusi Rata-rata resolusi

1 2,975

2,929 2 2,937

3 2,875

Tabel X di atas menunjukan bahwa rata-rata resolusi dari 3 kali repetisi ≥ 1,5

yaitu 2,929. Hal ini menunjukan bahwa metode analisis yang digunakan memiliki

selektivitas yang baik karena dapat terpisah baik dari senyawa-senyawa lain yang

ada pada matriks.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

63

2. Liniearitas

Linearitas menggambarkan kemampuan suatu metode analisis untuk

mendapatkan hasil maupun respon yang proposional terhadap kadar analit di

dalam sampel. Parameter yang digunakan dalam linearitas ialah koefisien korelasi

(r).

Gambar 16. Kurva baku hubungan antara konsentrasi baku nikotin dengan AUC (Demas, 2013).

Menurut Snyder, dkk (2010) suatu metode analisis dikatakan linear apabila

memenuhi persyaratan nilai koefisien korelasi (r) ≥ 0,999. Koefisien korelasi yang

diperoleh dari kurva baku yang dibuat ialah 0,999. Hal ini menunjukkan bahwa

metode analisis yang digunakan memiliki linearitas yang baik sehingga hasil yang

didapatkan proporsional terhadap kadar analit di dalam sampel.

3. Akurasi

Akurasi menggambarkan ketepatan suatu metode analisis, dimana hasil

yang pengukuran yang didapatkan mendekati hasil sebenarnya.Parameter yang

digunakan dalam akurasi ialah persen perolehan kembali (% recovery).Menurut

Harmita (2004) akurasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode

y = 0,05147x-0,219r = 0,999

0

1

2

3

4

5

6

0 20 40 60 80 100

AU

C n

iko

tin

/AU

C a

seta

nili

da

Konsentrasi µg/mL

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

64

simulasi dan metode penambahan baku (standard addition method). Pada

penelitian ini, persen perolehan kembali dilakukan dengan cara metode

penambahan baku karena tidak dapat dibuat blanko sampel (sampel rokok tanpa

nikotin) yang diperlukan untuk metode simulasi. Metode penambahan baku

dilakukan dengan cara menganalisis sampel terlebih dahulu, kemudian

menambahkan sejumlah tertentu analit ke dalam sampel, dicampur, dan dianalisis

kembali (Harmita, 2004).

Pada penelitian ini, penentuan persen perolehan kembali dilakukan pada

lima tingkat penambahan adisi, yaitu penambahan baku nikotin 2,5 µg/mL,

penambahan baku nikotin 5 µg/mL, dan penambahan baku nikotin 10 µg/mL,

penambahan baku nikotin 20 µg/mL, penambahan baku nikotin 50 µg/mL. Hasil

yang didapatkan sebagai berikut :

Tabel XI. Hasil persen perolehan kembali (%recovery) baku nikotin

Konsentrasi nikotin baku yang ditambahkan (µg/mL)

Recovery (%)

n = 3 Simpangan baku

5 98,93 0,2310

10 99,51 0,8312

20 100,8 1,360

Hasil dari penelitian validasi metode akurasi didapatkan data pada

masing-masing konsentrasi nikotin yang ditambahkan yaitu 5 µg/mL, 10 µg/mL,

dan 20 µg/mL memenuhi syarat akurasi yang baik yaitu menurut Snyder, syarat

akurasi yang baik adalah memenuhi parameter recovery pada rentang 98-102%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

65

Pada data tabel XI dapat dilihat nilai recovery masing-masing konsentrasi

memenuhi syarat akurasi yang baik.

4. Presisi

Presisi menggambarkan keterulangan suatu metode analisis yang dilihat

dari kedekatan atau kemiripan hasil analisis apabila dilakukan secara berulang

kali.Presisi yang dilakukan pada penelitian ini adalah intraday dan interday

precision.Parameter yang digunakan dalam mengevaluasi presisi ialah koefisien

variasi (KV).Koefisien variasi merupakan hasil persentase dari standar deviasi

(SD) sehingga menunjukkan derajat variasi dari hasil pengukuran yang dilakukan.

Penentuan koefisien variasi pada penelitian ini dilakukan pada tiga tingkat kadar

sampel, yaitu 20 µg/mL, 40 µg/mL, dan 60 µg/mL. Hasil yang diperoleh sebagai

berikut pada tabel XI dan XII dibawah ini.

Tabel XII. Hasil intraday precision (Demas, 2013)

Konsentrasi sampel (µg/mL)

Konsentrasi rata-rata

n = 3

Simpangan baku Koefisien variasi

(%)

20,00 17,54 ±1,296 7,389

40,00 39,97 ±0,2987 0,7473

60,00 56,77 ±0,6740 1,187

Hasil data dari intraday precision ini menunjukan bagaimana keterulangan

metode ketika dilakukan masih menunjukan hasil yang baik dengan parameter

koefisien variasi yang memenuhi syarat dalam waktu 1 hari yang sama dan juga

subjek peneliti yang sama. Data ini merupakan hasil dari penelitian sebelumnya

oleh Ismanto dengan metode yang digunakan sama. Parameter presisi koefisien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

66

variasi yang baik adalah (≤ 2%) (Snyder, 2010). Maka dilihat pada tabel XII hasil

intraday precision memenuhi syarat presisi yang baik.

Tabel XIII. Hasil interday precision

Konsentrasi sampel (µg/mL)

Konsentrasi rata-rata

n = 3

Simpangan baku Koefisien variasi

(%)

20,00 20,05 ±0,2010 0,1001

40,00 42,69 ±0,5484 1,2845

60,00 63,60 ±0,6170 0,9701

Hasil data dari interday precision ini menunjukan bagaimana

keterulangan suatu metode ketika dilakukan masih menunjukan hasil presisi yang

baik dalam waktu dan hari yang berbeda, namun laboratorium, instrument dan

subjek peneliti sama. Data pada penelitian ini dilakukan dengan hari yang berbeda

dibanding pada penelitian intraday precision, namun menggunakan metode dan

kondisi laboratorium yang sama. Pada hasil dari tabel XIII didapatkan hasil

konsentrasi rendah (20 µg/mL), tengah (40µg/mL) dan tinggi (60µg/mL) masing-

masing memiliki persen koefisien variasi yang memenuhi syarat yaitu (≤ 2%)

(Snyder, 2010).

5. Rentang

Rentang merupakan interval antara batas terendah dan tertinggi dari

konsentrasi baku yang telah memenuhi kriteria validasi metode (linearitas,

akurasi, dan presisi). Pada penelitian didapatkan rentang kadar sampel yang

memenuhi parameter linearitas, akurasi dan presisi yang baik yaitu pada 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

67

µg/mL sampai dengan 60 µg/mL Hasil rentang yang diperoleh memenuhi

parameter validasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 17. Kurva rentang konsentrasi nikotin yang memenuhi kriteria akurasi, presisi, dan liniearitas (Demas, 2013).

L. Analisis Kualititatif Nikotin

Waktu retensi atau waktu tambat yang dinyatakan dalam satuan waktu

(menit) merupakan parameter analisis kulatitatif dalam KCKT. Waktu retensi

adalah waktu yang dibutuhkan analit saat diinjek sampai keluar dari kolom dan

terdeteksi oleh detektor (Mulja dan Suharman, 1995).

y = 0,05417x-0,219r = 0,999

0

1

2

3

4

5

6

0 20 40 60 80 100 120

AU

C N

iko

tin

/AU

C A

seta

nili

da

Konsentrasi Nikotin (µg/mL)

= rentang (20-60 µg/mL)

keterangan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

68

Waktu retensi (tR) suatu analit sangat dipengaruhi oleh interaksi analit

dengan fase diam dan fase gerak, jika waktu retensi analit semakin singkat maka

interaksi analit lebih besar dengan fase gerak dibandingkan dengan fase diam

pada KCKT fase terbalik. Dalam penelitian ini fase diam yang digunakan adalah

oktil silika (C8) yang bersifat non polar dan fase gerak yang digunakan metanol :

ammonium asetat + TEA 0,1% (70 : 30 ) bersifat lebih polar dibandingkan fase

diam. Dari sistem KCKT fase terbalik, senyawa polar akan terelusi terlebih

dahulu daripada senyawa non polar sehingga waktu retensinya lebih singkat.

Dilihat dari strukturnya senyawa nikotin pada gambar 18 yang ditunjukan

dibawah ini, nikotin memiliki bagian polar dan non polar.

Gambar 18. Struktur nikotin dengan bagian polar dan non polar

Nikotin memiliki kepolaran pada bagian atom N yang terdapat pada

cincin piridin dan pirolidin, dimana dapat membentuk interaksi hidrogen dan

ionik dengan fase gerak. Interaksi hidrogen terjadi pada atom nitrogen cincin

piridin, sedangkan interaksi ionik terjadi pada atom nitrogen cincin pirolidin yang

terprotonasi karena suasana asam dari fase gerak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

69

Hasil analisis kualitatif pada gambar 18 diperoleh kromatogram baku

nikotin dengan tR yaitu 4,599 dan hasil penetapan kadar diperoleh kromatogram

sampel dengan tR nikotin yaitu 4,616, maka dapat dipastikan adanya nikotin

dalam sampel serbuk daun tembakau rokok “Merek X”. Menurut Snyder, kondisi

kromatografi seperti keceptan alir, temperature, komposisi fase gerak dan tekanan

yang stabil menghasilkan tR yang stabil pula. Variasi waktu retensi yang

diperbolehkan <0,02-0,05 menit, pada hasil tR nikotin variasi waktu retensi adalah

0,017 menit.

A

B

Gambar 19. A: Kromatogram sampel rokok “Merek X”; B: Kromatogram baku nikotin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

70

M. Penetapan Kadar Nikotin dalam Ekstrak Tembakau Rokok “MEREK X”

Penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau pada rokok “MEREK

X”, dihitung berdasarkan persamaan kurva baku yang diperoleh dari validasi.

Presisi yang dinyatakan dengan nilai koefisien variasi (CV) merupakan parameter

dalam mengukur suatu metode untuk mendapatkan hasil yang reprodusibel.

Perhitungan kadar nikotin dari sampel pada tabel di bawah berikut:

Tabel XIV. Hasil Perhitungan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok “MEREK X”

Jenis esktrak Replikasi Kadar %b/b Keterangan

Ekstrak tembakau

rokok “Merek X”

1 0.56712 Rata-rata= 0.57385

SD= ± 0.007224

CV= 1.2588 %

2 0.56891

3 0.57019

4 0.58354

5 0.57949

Data penetapan kadar diperoleh rata-rata kadar nikotin dalam ekstrak

tembakau rokok “MEREK X” adalah 0.57385 ± 0.007224 %b/b dengan nilai CV

= 1,2588%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penetapan kadar nikotin dalam ektrak tembakau rokok “MEREK X”

menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan fase diam oktil silika (C8)

dan fase gerak metanol:ammonium asetat 10 mM + TEA 0,1% (70:30) pada

kecepatan alir 1,0 mL/menit telah memenuhi parameter validasi yang meliputi

selektivitas (Rs = 2,929), linearitas (r = 0,9999), presisi interday dengan nilai

koefisien variasi sebesar 7,389%, 0,7473%, dan 1,187%, presisi intraday

dengan nilai koefisien variasi sebesar 0,1001%, 1,2845%, dan 0,9701%,

akurasi dengan % recovery sebesar 98,93%, 99,51, dan 100,8% untuk kadar

sampel 20, 40, dan 60 µg/mL, dan rentang yang diperoleh adalah 20-60

µg/mL.

2. Hasil penetapan kadar nikotin dalam ekstrak tembakau rokok “MEREK X”

diperoleh kadar nikotin sebesar 0.57385 ± 0.007224 %b/b.

B. Saran

Masih perlu dilakukan penelitian penetapan kadar nikotin dalam ekstrak

tembakau rokok untuk pengembangan metode ekstraksi dan metode pengukuran

nikotin yang lebih baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

72

Daftar Pustaka

Alali, F., dan Massadeh, A., 2003, Determination od Nicotine and General

Toxicity of Jordan’s Market Cigarettes, Acta Chim Slov, 50, 251-258.

Antonius, E., 2013, Optimasi Komposisi dan Kecepatan Alir Fase Gerak Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik Pada Penetapan Kadar Nikotin Dalam Rokok “Merek X” Menggunakan Standar Internal Asetanilida, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Bao,Z., He,. X.Y., Ding., X., Prabhu, S., Hong, J.Y., 2005, Drug Metabolism and

Disposition, Metabolism of Nicotine and Cotinine By Human Cytochrome P450 2A13, Vol.33, No.2, The American Society for Pharmacology and Experimental Therapeutics, America, pp. 258-261.

Basset, J., 1994, Vogel’s Textbook of Quantititative Inorganic Elementary

Instrumental Analysis, Longman Group UK, London, p. 142. Bliesner, D.M., 2006, Validating Chromatographic Methods : A Practical Guide,

John Wiley & Sons. Inc, New York, p. 10. Boyd, R.K., 2008, Trace Quantitative Analysis by Mass Spectrophotometry,

British Library, London, pp. 436-438.

Cahyono, B., 1998, Tembakau Budi Daya dan Analisis Usaha Tani, Kanisius, Yogyakarta, pp.17,19.

Clarke, E.G.C., 1969, Isolation and Identification of Drugs, The Pharmaceutical

Press, London, pp.440-441.

Clarke, dkk., 2003, Clarke's Analysis of Drugs and Poisons, The Pharmaceutical Press, London, pp. 103, 84.

Cordell, Geoffrey, A., 1981, Introduction to Alkaloids, John Willey & Sons., Inc., Canada, p. 85.

Dewi, D.C., 2012, Penetapan Kadar Nikotin Dalam Ekstrak Etanolik Daun Tembakau VORSTENLANDEN Bawah Naungan dan NA OOGST Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase Terbalik, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogjakarta.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1986, Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 3-7, 26.

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 7, 1134.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

73

Direktorat Jenderal Pengawasan Obatdan Makanan, 2000, Parameter Stander Umum Ekstrak Tumbuhan Obat cetakan I, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta, pp. 1, 10-11.

Ermer, J., dan Miller, J. H. McB., 2005, Method Validation in Pharmaceutical

Analysis, John Wiley & Sons. Inc, New York, pp.21, 52, 63, 80. Fessenden dan Fessenden, 1986, Kimia Organik Jilid 1, Erlangga, Jakarta, pp. 54-

56. Gandjar, I.G. dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,

Yogjakarta, pp. 339, 344, 345, 346, dan 383.

Geiss, O., Kotzias, D., 2007, Tobacco, Cigarettes and Cigarette Smoke, Institute

for Health and Consumer Protection, Italy, pp. 54-60, 48-49. Gorrod,J., Jacob, P., 1999, AnalyticalDetermination of Nicotine and Related

Compounds and Their Metabolites, in Crooks, P.A., Chemical Properties of Nicotine and Other Tobacco Related Compounds, Elsevier, Italy, pp.81-85.

Gonzalez, A.G., dan Herrador, M.A., 2007, A Practical Guide to Analytical

Method Validation, Including Measurement Uncertainty and Accuracy Profiles, Trends in Analytical Chemistry,Vol. 26, No.3, 232-234.

Hanum, C., 2008, Teknik Budidaya Tanaman jilid 3, Teknik Budidaya Tembakau

bab X, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan MenegahDepartemen Pendidikan Nasional, Jakarta, pp.425, 431-435.

Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, 117-135. Ismanto, D., 2013, validasi metode kromatografi cair kinerja tinggi (kckt) fase

terbalik pada penetapan kadar nikotin dalam rokok “merek x”, skripsi, Sanata Dharma, Yogjakarta.

Kazakevich, Y., dan LoBrutto R., 2007, HPLC for Pharmaceutical Scientists, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, pp. 15, 192.

Ma’arif, A.S., 2012, Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan, Rumah Sakit

ParuDr.H.A.Rotinsulu Bandung, http://www.rotinsuluhospital.org/, diakses tanggal 17 April 2012

Meyer, V., 2004, Practical High Performance Liquid Chromatography, John

Wiley & Sons, Inc., New Jersey, pp. 52,106.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

74

Moldeveanu, S.C. dan David, V., 2002, Sample preparation in chromatography, British Library, London, pp. 42, 52.

Mulja, H.M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Airlangga University

Press, Surabaya, p. 102. Nakajima, M., Yamamoto, T., Kuroiwa, Y., and Yokoi, T., 2000, Improved

Highly Sensitive Methode for Determination of Nicotine and Cotinine in Huma Plasma by High Performance Liquid Chromatography, Journal of Chromatography B, 742 (2000), 211-215.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2012, Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan No 109 Tahun 2012, DepKes RI, Jakarta, pp.11-16.

Sastrohamidjodjo, H., 2001, Spektroskopi, Liberty, Yogyakarta, pp. 20-26. Skoog, D.A., West, D.M., Holler, F.J., 1994, Analytical Chemistry, Sixth edition,

Saunders College Publishing, USA, p. 386. Snyder, R.L., Kirkland, J.J., 2010, Introduction to Modern Liquid

Chromatography,John Wiley & Sons, Inc., New Jersey, pp. 92, 254, 327, 361,399, 517.

Stratton, K., 2001, Clearing The Smoke : Assessing The Science Base ForTobacco

Harm Reduction, National Academy of Sciences, United States of America, p.27.

Syenina, A., 2011, Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Fase Terbalik Pada Penetapan Kadar Nikotin Dalam Ekstrak Etanolik Daun Tembakau, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Undang-undang Republik Indonesia, 1999, Perlindungan Konsumen No 8 Tahun

1999, DPR RI, Jakarta, pp. 4-5. Vlase, L., Filip, L., Mindrutau, I., Leucuta, S., 2005, Determination of Nicotine

from Tobacco by LC-MS-MS, Studia Universitatis Babes Bolyai Physica, 4b.

WHO (World Health Organisation), 2011.WHO Report on the Global Tobacco

Epidemic,2011,http://www.who.int/tobacco/global_report/2011/en/index.html, diakses 27 februari, 2012.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

75

Lampiran

Lampiran 1: Sertifikat analisis asetanilida

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

76

Lampiran 2: Sertifikat analisis nikotin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

77

Lampiran 3: Kromatogram optimasi lama pemanasan 10 menit replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

78

Lampiran 4: Kromatogram optimasi pemanasan 10 menit replikasi 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

79

Lampiran 5: Kromatogram optimasi pemanasan 10 menit replikasi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

80

Lampiran 6: Kromatogram optimasi lama pemanasan 20 menit replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

81

Lampiran 7: Kromatogram optimasi lama pemanasan 20 menit replikasi 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

82

Lampiran 8 : Kromatogram lama pemanasan 20 menit replikasi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

83

Lampiran 9: Kromatogram optimasi lama pemanasan 30 menit replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

84

Lampiran 10: Kromatogram optimasi lama pemanasan 30 menit replikasi 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

85

Lampiran 11: Kromatogram optimasi lama pemanasan 30 menit replikasi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

86

Lampiran 12: Kromatogram optimasi lama pemanasan 40 menit replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

87

Lampiran 13: Kromatogram optimasi lama pemanasan 40 menit replikasi 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

88

Lampiran 14: Kromatogram optimasi lama pemanasan 40 menit replikasi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

89

Lampiran 15: Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

90

Lampiran 16: Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

91

Lampiran 17: Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

92

Lampiran 18: Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

93

Lampiran 19: Kromatogram penetapan kadar nikotin replikasi 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/098114127_full.pdftidak memuat karya atau bagian dari pekerjaan orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan

94

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Nikotin Dalam Rokok “MEREK X” Dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik Menggunakan Standar Internal Asetanilida” memiliki nama lengkap Is Sumitro. Penulis lahir di Pontianak pada tanggal 3 Agustus 1991 sebagai putra tunggal dari pasangan Mintju dan Effendi. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah TK Bunda Mulia (1996-1997), SD Yos Soedarso (1997-2003), SMP Negeri 1 Nanga Pinoh (2003-2006), SMA Santo Paulus Pontianak (2006-2009) dan pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama

kuliah penulis mengikuti kegiatan dan organisasi antara lain : panitia donor darah, insadha, PPnEC, olimpiade kimia tingkat PTS kopertis, dan asisten praktikum kimia dasar, kimia organik, spektroskopi, kimia analisis serta validasi metode.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI