PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/048114054_full.pdf · Metode...
Transcript of PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PDF/F. Farmasi/Farmasi/048114054_full.pdf · Metode...
PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES “AD” PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Lusia Andika Kris Pratiwi
NIM : 048114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.)
TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES “AD” PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Lusia Andika Kris Pratiwi
NIM : 048114054
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PENGESAHAN
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Deep within each heart
There lies a magic spark
That lights the fire of our imagination
And since the dawn of man
The strenght of just "I can"
Has brought together people of all nations
there is nothing ordinary
In the living of each day
there is a special part
Every one of us will play
Feel the flame forever burn
Teaching lessons we must learn
To bring us closer to the power of the dream
As the world gives us its best
To stand apart from all the rest
It is the power of the dream that brings us here
(The Power of Dream _ Celine Dion)
Skripsi ini kupersembahkan untuk Yesus Kristus Juru Selamat dan Junjunganku
Bapak, Ibu, Bulek Uun, Mas Aan
Angkatan 2004
dan almamaterku
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Lusia Andika Kris Pratiwi Nomor Mahasiswa : 048114054
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “PENGARUH EKSTRAK ETANOLIK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK JAMU ANTIDIABETES “AD” PADA TIKUS PUTIH JANTAN TERBEBANI GLUKOSA ” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Tidak memberikan hak untuk mempublikasikannya di Internet atau media lain
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 5 Agustus 2008 Yang menyatakan
Lusia Andika Kris Pratiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Sembah syukur penulis haturkan ke hadirat Yesus Kristus disurga karena
hanya dengan bimbingan, karunia, dan berkatNya yang tiada batas penyusunan
laporan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Etanolik Daging Buah Mahkota
dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Terhadap Efek Hipoglikemik Jamu
antidiabetes “AD” Pada Tikus Putih Jantan Terbebani Glukosa“ ini dapat selesai
dengan baik. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari dukungan berbagai pihak dari awal hingga dapat selesainya skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta
2. Ibu Christine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Program Studi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu Yustina Sri Hartini, S.Si., Apt., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberi nasehat dan masukan kepada penulis
4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang dengan
kesabarannya telah membimbing, memberi masukan, dan arahan kepada
penulis
5. Bapak Yosef Wijoyo, S.Si., Apt., yang telah bersedia meluangkan waktu
sebagai sekertaris panitia penguji dan dosen penguji
6. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK., yang telah bersedia meluangkan waktu sebagai
dosen penguji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
7. IOT. Sari Sehat – PT. CIA Magelang yang telah bersedia menyediakan bahan
penelitian, dan bekerjasama dengan penulis
8. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si., yang telah membantu penulis
dalam pengolahan statistik data
9. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat selaku laboran dan karyawan Fakultas
Farmasi USD, atas bantuan dan canda yang hangatnya
10. Mas Ottok, Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Andre, Mas Sigit, Mas Parlan,
Mas Kunto, Mas Bimo selaku laboran dan karyawan Fakultas Farmasi USD
11. Staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang dengan sabar
telah membimbing penulis dalam menuntut ilmu dan pengetahuan
12. Keluarga tercinta, Stefanus Sudarto, S.E., Roberta Maria Widiyanti, serta Mas
Alloysius Andri Silawidarta yang secara tulus memberikan cinta, semangat,
dan dukungan sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar
13. Petrus Kanisius Widiyanta, atas kasih dan kesabarannya, memberikan
semangat, dorongan, keceriaan serta penghiburan
14. Mas Alex atas bantuan Cermin Dunia Kedokteran dan bantuan analisis
statistiknya
15. Liza, Rizky, Feri, Chika, atas canda, keceriaan, dan kehangatan selama
perjuangan bersama di laboratorium
16. Nana, Keke, Angel yang telah menjadi teman setia selama kuliah, dan
memberikan semangat dan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
17. Teman-teman KKN XXXIV kelompok 9, Lutfi, Nice, Astrid, Aily, Verty,
Wiwin, Yanu, Iwan, Patce atas pengalaman hidup bersama di Dusun Kepuh,
Bantul yang begitu indah dan berwarna
18. Teman-teman angkatan 2004, Heti, Dipta, Sindu, Nina, Duma, Sisil, Fila,
Lidia, Andrew, Avi, Asyen, Andri, Ari, Tiche, Siska, Yudi, Indah, Filie,
Meidina, Widia, Anggie, Indra, dan semuanya
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu
Penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pembaca sekalian. Akhir
kata, penulis menyadari bahwa saran yang membangun akan bermanfaat untuk
perbaikan bagi penulis, terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
INTISARI
Penelitian dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek hipoglikemik
jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dan mengetahui adanya pengaruh ekstrak tersebut terhadap efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD”.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa ditetapkan melalui uji toleransi glukosa oral (UTGO). Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan. Kelompok I mendapat aquadest 12,5 ml/kgBB, kelompok II mendapat CMC 1% 12,5 ml/kgBB, keduanya sebagai kontrol negatif, kelompok III mendapat larutan glibenklamid 0,45 mg/kgBB sebagai kontrol positif, dan kelompok IV sampai VI mendapat perlakuan jamu antidiabetes “AD” 12,6 ml/kgBB dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dengan peringkat dosis 63 mg/kgBB, 189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB secara per-oral. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode enzimatik Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP). Data kadar glukosa darah pada tiap waktu sampling pada tiap kelompok dianalisis secara statistik menggunakan metode GLM Repeated Measure, dan nilai LDDK0-300 glukosa darah dianalisis menggunakan uji Kruskal Wallis dilanjutkan uji Mann Whitney bertaraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dosis 63 mg/kgBB, 189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB memberikan penurunan kadar glukosa darah sebesar 28,1% sampai 33,1% terhadap kontrol negatif aquadest, sebesar 11,5% sampai 17,6% terhadap kontrol negatif CMC 1%, dan sebesar 0,1 sampai 6,8 terhadap jamu antidiabetes “AD”. Penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa pada jamu antidiabetes “AD” tidak mempengaruhi efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” tersebut.
Kata kunci : jamu antidiabetes “AD”, ekstrak etanolik mahkota dewa, efek hipoglikemik, diabetes mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRACT
The aim of this research is to know the hypoglycemic effect of the
antidiabetes jamu “AD” with Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) fruit pericarp ethanolic extract addition and the influence of the extract to the hypoglycemic effect of the antidiabetic jamu “AD”.
This research was experimental with randomized controlled design. The hypoglycemic effect on male rat induced glucose was tested through Oral Glucose Tolerance Test (OGTT). Thirty mice were divided into six groups with six different kinds of treatment for each group. Group I was treated with aquadest 12,5 ml/kg bw, group II treated with CMC 1% 12,5 ml/kg bw, both of them as negative control, group III was treated with glibenclamide 0,45 mg/kg bw as positive control, group IV, V, and VI were treated antidiabetic jamu 12,6 ml/kg bw with Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ethanolic extract addition which have equivalent dose 63 mg/kg bw, 189 mg/kg bw, and 567 mg/kg bw by oral administration. Blood glucose level was determined by Glucose Oxidase Phenol Antipirin (GOD-PAP) enzymatic method. The data of blood glucose level from each sampling time on each group were statistically analyzed using GLM Repeated Measure. The AUC0-300 of blood glucose were statistically analyzed using Kruskal Wallis test and then continued with Mann Whitney test with 95% level of confidence.
The result showed that antidiabetic jamu “AD” with Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) ethanolic extract addition with 63 mg/kg bw, 189 mg/kg bw, and 567 mg/kg bw dose decreased blood glucose level 28.1% until 33.1% to aquadest negative control, 11.5% until 17.6% to CMC 1% negative control, and 0.1 until 6.9 to antidiabetic jamu “AD”. There was no influence of the extract to the hypoglycemic effect of the antidiabetic jamu “AD”.
Keyword : antidiabetic jamu “AD”, Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.), hypoglycemic effect, diabetes mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .........................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v
PRAKATA ............................................................................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... ix
INTISARI ................................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ..............................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...................................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................. xx
BAB I. PENGANTAR................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1. Permasalahan ................................................................................................... 3
2. Keaslian penelitian ........................................................................................... 3
3. Manfaat penelitian............................................................................................ 4
B. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5
1. Tujuan umum ................................................................................................... 5
2. Tujuan khusus .................................................................................................. 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA.......................................................................... 6
A. Mahkota Dewa ..................................................................................................... 6
1. Sinonim ............................................................................................................ 6
2. Nama daerah..................................................................................................... 6
3. Sistematika ....................................................................................................... 6
4. Morfologi tanaman........................................................................................... 7
5. Kandungan kimia ............................................................................................. 7
B. Obat Tradisional................................................................................................... 8
C. Jamu Antidiabetes “AD”.................................................................................... 10
1. Cortex Phellodendri ....................................................................................... 10
2. Rhizoma Anemarrheanae .............................................................................. 11
3. Asparagi Radix............................................................................................... 11
4. Ophiopogonis Radix....................................................................................... 12
5. Trichosanthis Radix ....................................................................................... 12
6. Puerariae Radix ............................................................................................. 12
7. Glycyrrhizae Radix ........................................................................................ 13
8. Astragali Radix .............................................................................................. 14
D. Teknik Penyarian ............................................................................................... 14
1. Penyarian........................................................................................................ 14
2. Maserasi ......................................................................................................... 15
E. Transport Glukosa.............................................................................................. 16
F. Diabetes mellitus................................................................................................ 19
1. Definisi........................................................................................................... 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Gejala ............................................................................................................. 20
3. Klasifikasi ...................................................................................................... 21
4. Cara dan kriteria diagnosis............................................................................. 24
G. Obat Antidiabetik Oral....................................................................................... 26
1. Sulfonilurea.................................................................................................... 26
2. Biguanid ......................................................................................................... 27
3. Meglitinid....................................................................................................... 27
4. Thiazolidine ................................................................................................... 27
5. Inhibitor alfa glukosidase............................................................................... 27
H. Glibenklamid...................................................................................................... 29
I. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah .......................................................... 30
1. Metode kondensasi dengan gugus amina....................................................... 30
2. Metode enzimatik........................................................................................... 30
3. Metode oksidasi-reduksi ................................................................................ 31
J. Spektrofotometri ................................................................................................ 31
K. Landasan Teori................................................................................................... 33
L. Hipotesis............................................................................................................. 33
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... 34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................................... 34
B. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................................... 34
1. Variabel utama ............................................................................................... 34
2. Variabel pengacau.......................................................................................... 34
C. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................................. 35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Bahan penelitian............................................................................................. 35
2. Alat penelitian ................................................................................................ 37
D. Jalannya Penelitian............................................................................................. 37
1. Penentuan dosis jamu antidiabetes “AD” ...................................................... 37
2. Penentuan dosis ekstrak Mahkota dewa......................................................... 38
3. Preparasi bahan .............................................................................................. 39
4. Percobaan pendahuluan.................................................................................. 41
5. Orientasi waktu pemberian ............................................................................ 42
6. Uji daya hipoglikemik.................................................................................... 43
E. Analisis Hasil ..................................................................................................... 46
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 47
A. Penentuan Dosis Jamu ....................................................................................... 47
B. Penentuan Dosis Ekstrak Mahkota dewa ........................................................... 47
C. Percobaan Pendahuluan ..................................................................................... 48
1. Penetapan operating time ............................................................................... 48
2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimum)............... 50
3. Pembuatan kurva baku ................................................................................... 51
4. Penetapan selang waktu pemberian glibenklamid ......................................... 53
5. Penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”........................ 55
D. Efek Hipoglikemik Jamu antidiabetes “AD” dengan Penambahan Ekstrak
Etanolik Daging Buah Mahkota Dewa .............................................................. 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................... 71
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 71
B. Saran................................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 72
LAMPIRAN .............................................................................................................. 77
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................. 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel I. Diagnosis diabetes mellitus gestasional dengan pemberian glukosa oral
.............................................................................................................. 26
Tabel II. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral........................ 26
Tabel III. Kemampuan klinik dari terapi farmakologi obat antidiabetes oral pada
pemakaian tunggal ............................................................................... 28
Tabel IV. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP ................................................ 36
Tabel V. Keseragaman bobot tablet .................................................................... 40
Tabel VI. Volume pengukuran kadar glukosa darah............................................ 45
Tabel VII. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar..... 49
Tabel VIII. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada panjang gelombang
maksimum 502 nm............................................................................... 52
Tabel IX. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 larutan
glibenklamid dosis 0,45 mg/ kgBB...................................................... 54
Tabel X. Data kadar glukosa darah rata-rata dan LDDK0-300 setiap kelompok
perlakuan.............................................................................................. 57
Tabel XI. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah .............. 62
Tabel XII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik
mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih
jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok negatif dan positif
.............................................................................................................. 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel XIII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik
mahkota dewa terhadap LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih
jantan dan prosentase perbedaan terhadap kelompok perlakuan jamu
antidiabetes “AD” ................................................................................ 65
Tabel XIV. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova One Way
.............................................................................................................. 67
Tabel XV. Test Mean LDDK0-300 keenam kelompok perlakuan dengan uji
Kruskal-Wallis ..................................................................................... 67
Tabel XVI. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah tikus putih jantan
terbebani glukosa ................................................................................. 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah........... 18
Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel ........................ 19
Gambar 3. Mekanisme kerja obat diabetik oral ................................................... 28
Gambar 4. Struktur Glibenklamid.......................................................................... 30
Gambar 5. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ( DiaSys, 2006)
.............................................................................................................. 49
Gambar 6. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi
glukosa standar pada λ 500 nm ............................................................ 50
Gambar 7. Kurva hubungan antara λ dan resapan maksimum glukosa selama
operating time ...................................................................................... 51
Gambar 8. Kurva baku glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm..... 53
Gambar 9. Diagram pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap %
selisih LDDK ....................................................................................... 55
Gambar 10. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa
darah akibat pemberian aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu
antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak mahkota dewa................... 58
Gambar 11. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa
darah akibat pemberian jamu, dan jamu antidiabetes “AD” dengan
penambahan ekstrak mahkota dewa..................................................... 61
Gambar 12. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan............ 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Foto jamu antidiabetes “AD” dan foto ekstrak etanolik mahkota dewa
.............................................................................................................. 77
Lampiran 2. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan)................................... 78
Lampiran 3. Foto alat-alat penelitian...................................................................... 79
Lampiran 4. Proses ekstraksi mahkota dewa.......................................................... 80
Lampiran 5. Preparasi bahan .................................................................................. 81
Lampiran 6. Data kadar glukosa darah darah pada tiap perlakuan dan waktu
sampling ............................................................................................. 87
Lampiran 7. Tabel dan kurva hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes
............................................................................................................ 90
Lampiran 8. Hasil Uji Distribusi Data dengan Tes Kolmogorov Smirnov ............. 91
Lampiran 9. Hasil Uji GLM Repeated Measure Kadar Glukosa Darah................. 92
Lampiran 10. Hasil uji Kruskal Wallis ..................................................................... 95
Lampiran 11. Hasil uji Mann Whitney...................................................................... 96
Lampiran 12. Leaflet GOD-PAP ............................................................................ 107
Lampiran 13. Proses pembuatan ekstrak Mahkota dewa........................................108 Lampiran 14. Surat pernyataan PT. Capung Indah Abadi.......................................109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I. PENGANTAR
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad yang lalu, hal ini terbukti dari
adanya naskah lama pada daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabura
(Sulawesi Selatan), dokumen Serat Primbon Jampi, Serat Racikan Boreh Wulang
nDalem dan relief candi Borobudur yang menggambarkan orang sedang meracik
obat (jamu) dengan tumbuhan sebagai bahan bakunya (Sukandar, 2004).
Menurut WHO, Negara - negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin
menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima.
Bahkan di Afrika, sebanyak 80% dari populasi menggunakan obat herbal untuk
pengobatan primer. Faktor pendorong terjadinya peningkatan penggunaan obat
herbal di negara maju salah satunya adalah usia harapan hidup yang lebih panjang
pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat (Sukandar, 2004). Salah satu di
antara penyakit kronis yang berkaitan erat dengan penyakit metabolisme dan
cenderung akan mengalami peningkatan sebagai akibat dari adanya perubahan
perilaku pola konsumsi gizi makanan adalah diabetes mellitus (Suharmiati, 2003).
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang disertai dengan
sekumpulan gejala seperti poliuria, polidipsia, polifagi dan ditandai dengan kadar
glukosa yang melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif. Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
di dunia dalam jumlah penderita diabetes mellitus. Pada tahun 2000, terdapat sekitar
5,6 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit diabetes mellitus, dan
diperkirakan pada tahun 2006 jumlah penderita meningkat tajam menjadi 14 juta
penduduk (Soegondo, 2007).
Kasus diabetes mellitus terbanyak adalah diabetes mellitus tipe-2 dan
prevalensinya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Diabetes mellitus tipe-2
umumnya disebabkan karena resistensi insulin. Resistensi insulin berarti bahwa ada
ketidaksanggupan insulin memberikan efek biologis yang normal pada kadar glukosa
darah, sehingga diperlukan kadar insulin yang lebih banyak untuk mencapai kadar
glukosa yang normal (Merentek, 2006), maka akan menjadi suatu berita yang sangat
berarti bagi pasien diabetes mellitus tipe-2 bila muncul suatu produk herbal yang
dapat membantu dalam memperbaiki kondisi akibat resistensi insulin tersebut.
IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi merupakan suatu industri obat
tradisional yang akan mengeluarkan produk baru jamu antidiabetes. Industri ini
bekerja sama dengan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma untuk meneliti
khasiat dari formula jamu antidiabetes “AD” dalam bentuk tunggal dan dalam bentuk
kombinasi dengan ekstrak etanolik mahkota dewa untuk mendapatkan formulasi
jamu antidiabetes “AD” yang paling optimal. Penelitian ini sebagai bagian dari uji
praklinik untuk membuktikan kebenaran khasiat jamu antidiabetes “AD”, sehingga
dapat meningkatkan kepercayaan konsumen dan masyarakat terhadap produk jamu
antidiabetes “AD”.
Penelitian yang dilakukan oleh Nursalim (2008) menunjukkan hasil bahwa
jamu antidiabetes “AD” mampu menurunkan kadar glukosa darah pada hewan uji,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yaitu dengan dosis efektif 12,6 ml/ kgBB, namun belum begitu optimal, maka
penelitian ini menjadi penting karena diharapkan kombinasi antara jamu antidiabetes
“AD” dengan ekstrak etanolik mahkota dewa mampu memberikan efek penurunan
kadar glukosa darah yang lebih optimal dibandingkan jamu antidiabetes “AD”.
1. Permasalahan
a. Seberapa besar efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan
ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.)
Boerl.) ?
b. Adakah pengaruh ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” ?
2. Keaslian penelitian
Penelitian yang menggunakan mahkota dewa sudah banyak dilakukan di
antaranya :
a. Widowati (2003) meneliti daya hipoglikemik ekstrak mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tidak tergantung
insulin (DMTI). Hasilnya penelitian yaitu pada dosis 110 mg/200g BB ekstrak
mahkota dewa mampu menurunkan kadar glukosa darah (Anonim, 2007).
b. Saragih (2001) meneliti daya hipoglikemik rebusan daging buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tergantung
insulin (DMTI). Hasilnya penelitian yaitu terjadi penurunan glukosa darah tikus
DMTI dengan dosis efektif 27,649 g/kgBB.
c. Bestari (2001) meneliti efek hipoglikemik perasan daging buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada tikus diabetes mellitus tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tergantung insulin (DMTTI). Hasil penelitian adalah dengan dosis sebesar 52,63;
5,263; dan 0,5263 g/kgBB perasan daging buah mahkota dewa dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuan yang hampir sama dengan
tolbutamid.
d. Sisilia (2001) meneliti efek hepatoprotektif air perasan buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) pada mencit jantan terinduksi
parasetamol. Dosis efektif air perasan buah mahkota dewa adalah 0,67 ml/kgBB.
e. Yustriwani (2005) meneliti toksisitas akut-oral ekstrak etanolik daging buah
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). Dosis letal median (LD50)
yang diperoleh berupa LD50 semu yaitu > 16,670 g/kgBB. Potensi toksik akut
dari ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa tergolong praktis tidak toksik.
Penelitian mengenai pengaruh penambahan ekstrak etanolik daging buah
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap daya hipoglikemik
campuran jamu antidiabetes “AD” pada tikus putih jantan terbebani glukosa
sepanjang pengetahuan penulis belum pernah ada yang melakukan. Perbedaan
dengan penelitian tentang mahkota dewa sebelumnya terletak pada mahkota dewa
yang dikombinasikan dengan jamu antidiabetes “AD”.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan mengenai
manfaat tanaman dalam bidang kefarmasian khususnya bidang farmakologi , dan
bukti pentingnya uji praklinik pada jamu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,
informasi, bukti dan masukan kepada IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi, dan
masyarakat mengenai daya antidiabetes mahkota dewa, dan jamu antidiabetes “AD”,
serta mendapatkan formula kombinasi optimum dari jamu antidiabetes “AD”
sehingga dalam penggunaannya jamu ini dapat memberikan efek sesuai dengan
klaim khasiatnya.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk membantu IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah
Abadi dalam melakukan uji praklinik terhadap jamu antidiabetes “AD” sehingga
memberikan bukti kebenaran khasiat dari jamu antidiabetes tersebut.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui seberapa besar efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD” dengan
penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.).
b. Mengetahui adakah pengaruh ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) terhadap efek hipoglikemik jamu
antidiabetes “AD”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Mahkota Dewa
1. Sinonim
Phaleria papuana Warb. var. Wichnannii (Val.) Back. (Seputra, 2008)
2. Nama daerah
Di Indonesia, tanaman ini memiliki berbagai nama seperti Makuto dewo
(Jawa), Makuto rojo (Jawa), Makuto ratu (Jawa), Raja obat (Banten), Simalakama
(Jawa), Mahkota dewa (Indonesia) atau Simalakama (Sumatera/Melayu. Dalam
bahasa Cina disebut Pau, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut the crown of god
(Winarto, 2005).
3. Sistematika
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Thymelaeaceae
Genus : Phaleria
Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. (Harmanto, 2008)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
4. Morfologi tanaman
Asal tanaman mahkota dewa masih belum diketahui. Mahkota dewa
memiliki nama botaninya Phaleria papuana, banyak orang yang memperkirakan
tanaman ini populasi aslinya dari tanah Papua, Irian Jaya, karena disana memang
dapat ditemukan tanaman ini. Mahkota dewa tumbuh subur di tanah yang gembur
dan subur pada ketinggian 10-1.200 m dari permukaan laut. Perdu menahun ini
tumbuh tegak dengan tinggi 1-2,5 m. Batangnya bulat, permukaannya kasar,
warnanya cokelat, berkayu dan bergetah, percabangan simpodial. Daun tunggal,
letaknya berhadapan, bertangkai pendek, bentuknya lanset atau jorong, ujung dan
pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, permukaan licin, warnanya hijau
tua, panjang 7-10 cm dan lebar 2-5 cm. Bunga keluar sepanjang tahun, letaknya
tersebar di batang atau ketiak daun, bentuk tabung, berukuran kecil, berwarna putih
dan harum. Buah bentuknya bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika
muda warnanya hijau dan merah setelah masak. Daging buah berwarna putih,
berserat, dan berair. Biji bulat, keras dan berwarna cokelat. Berakar tunggang dan
berwarna kuning kecokelatan (Seputra, 2008).
5. Kandungan kimia
Zat aktif yang terkandung antara lain icariside C3, phalerin, dan mengiferine
(Morita, 2007). Aktivitas hipoglikemik yang dihasilkan oleh Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.) adalah dengan cara menghambat enzim α-gukosidase (Sugiwati
dkk, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Obat Tradisional
Obat bahan alam Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu
yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara klinis, obat herbal yang
merupakan obat bahan alam yang sudah melewati tahap uji praklinis, yang ketiga
adalah fitofarmaka yaitu obat bahan alam yang sudah melewati uji praklinis dan
klinis (Winarto dan Karyasari, 2006).
Obat tradisional menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992
adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Anonim,
1992).
Keunggulan obat bahan alam antara lain :
1. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar dan
tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan
pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan tanaman
obat untuk indikasi tertentu.
2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat/ komponen
bioaktif tanaman obat. Suatu ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari
beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama
lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.
3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada
tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
4. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeratif.
Contoh penyakit metabolik antara lain diabetes (kencing manis), hiperlipidemia
(kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal, dan hepatitis. Penyakit yang termasuk
penyakit degeneratif antara lain rematik (radang persendian), asma (sesak nafas),
ulser (tukak lambung). Untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut diperlukan
waktu lama sehingga penggunaan obat alam lebih tepat karena efek sampingnya
relatif lebih kecil.
(Winarto dan Karyasari, 2006)
Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
antara lain: efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat
higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar
berbagai mikroorganisme (Winarto dan Karyasari, 2006).
Upaya-upaya pengembangan obat tradisional dapat ditempuh dengan
berbagai cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk
obat tradisional yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta memenuhi indikasi medis, yaitu
kelompok obat fitoterapi atau fitofarmaka. Untuk mendapatkan produk fitofarmaka
harus melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas, dan uji klinik) hingga bisa
menjawab dan mengatasi kelemahan tersebut (Winarto dan Karyasari, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
C. Jamu Antidiabetes “AD”
Jamu antidiabetes “AD” merupakan formula suatu jamu antidiabetes dari
IOT. Sari Sehat-PT.Capung Indah Abadi yang sedang dalam proses optimasi khasiat
dari jamu tersebut. Bentuk sediaan jamu antidiabetes “AD” berupa serbuk.
Komposisi dari jamu antidiabetes “AD” adalah sebagai berikut: Phellodendri Cortex;
Rhizome Anemarrheanae; Asparagi Radix; Ophiopogonis Radix; Trichosanthis
Radix; Puerariae Radix; Glycyrrhizae Radix; dan Astragali Radix.
1. Cortex Phellodendri
Phellodendri cortex berasal dari tumbuhan Phellodendron amunense Rupr.
var. japonicum. Phellodendron amunense termasuk dalam famili Rutaceae dan genus
Phellodendron. Tumbuhan ini memiliki nama lain Phellodendron chinensis Schneid
dan lebih dikenal dengan nama Huang bo (Anonim, 1997).
Komponen utama dari Phellodendri cortex meliputi: berberine, palmatine,
jatrorrhizine, phellodendrine, menisperine, candicine, obacunone, lactones
obakulactone dan obakunone (Chang and But, 1987; Anonim, 1997). Berberin
merupakan komponen yang mempunyai aktivitas biologi seperti anti bakteri
(Thomson, 2007). Dalam artikel Xie Min-hua dan Wu Hong yang berjudul “The
Treatment of 32 Cases of Diabetic Peripheral Neuropathy with Jia Wei Er Miao San
(Added Flavors Two Wonders Powder) Combined with Externally Applied Chinese
Medicinals." disebutkan bahwa kombinasi antara Cortex Phellodendri (Huang Bai)
and Rhizome Atractylodis (Cang Zhu) dapat digunakan dalam memperbaiki kondisi
diabetes peripheral neuropathy (Anonim, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Phellodendri cortex panjang dan lebarnya bervariasi, tebal antara 3-6 mm .
permukaan luarnya coklat kekuning-kuningan, permukaan bagian dalam kuning
gelap atau coklat muda. Teksturnya terang dan keras, berserabut. Baunya ringan;
rasanya sangat pahit, dan kenyal bila dikunyah (Anonim, 2006).
2. Rhizoma Anemarrheanae
Rhizoma Anemarrheanae merupakan rhizoma dari tanaman Anemarrhena
asphodeloides Bunge, genus Anemarrhena dan famili Asphodelaceae. Nama lain dari
Rhizoma Anemarrheanae adalah Zhi mu. Tanaman ini berasal dari Cina dan Jepang
(Fern, 1996).
Rhizoma Anemarrheanae mengandung sekitar saponin, markogenin,
neogitogenin, chimonin (mangiferin) dan isomangiferin. Ekstrak dari Rhizoma
Anemarrheanae dapat menurunkan level glukosa darah, dengan meningkatkan
uptake glukosa di diafragma dan jaringan adipose (Chang and But, 1987).
Kandungan mangiferin pada simplisia ini dapat meningkatkan sensitifitas insulin
(Thomson, 2007).
Simplisia Rhizoma Anemarrheanae ini memiliki panjang antara 3-15 cm,
dan diameter antara 0,8-1,5 cm. Warnanya coklat kekuning-kuningan hingga coklat.
Tekstur dari Rhizoma Anemarrheanae keras, mudah patah. Baunya ringan, rasanya
sedikit manis, sedikit pahit dan kenyal bila dikunyah (Anonim, 2006).
3. Asparagi Radix
Asparagi radix merupakan akar dari tumbuhan Asparagus cochinchinensis
(Lour.) Merr. Tumbuhan ini termasuk dalam genus Asparagus dan famili
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Noctuoidea. Nama lain dari Asparagi radix adalah Tian Dong dan Ming Tian Dong
(Anonim, 2008).
4. Ophiopogonis Radix
Ophiopogonis Radix merupakan akar dari tanaman Ophiopogon japonicus
(Thunb.) Ker-Gawl., Liriope spicata, famili Liliaceae. Nama lain dari simplisia ini
adalah Mai Dong, Cun Dong, Cun Mai Dong, dan Sheng Mai Dong (Anonim, 1997)
Dwarf Lilyturf Tuber (Inggris).
Ophiopogonis Radix merupakan herbal yang memiliki efek hipoglikemik
(Choate, 1999). Bentuknya fusi dengan dua tepi akhir lonjong. Panjang dari
Ophiopogonis Radix antara 1,5-3 cm, dan diameter antara 3-6 cm. Bagian luarnya
berwarna putih kekuning-kuningan. Tekstur dari simplisia ini adalah keras. Rasa dari
simplisia ini adalah manis, sedikit pahit dan sedikit dingin (Anonim, 2006).
5. Trichosanthis Radix
Trichosanthin Radix berasal dari tanaman Trichosanthes kirilowii Maxim.
var. japonica (Miq.). Tanaman ini memiliki sinonim Trichosanthes japonica Regel.
Simplisia juga dikenal dengan nama Tian Hua Fen (Anonim, 1997).
Simplisia ini mengandung Trichosanthin yang mempunyai berbagai efek
seperti antitumor, dan asam bryonolik yang dapat menghambat proliferasi sel kanker
(Thomson, 2007).
6. Puerariae Radix
Puerariae Radix merupakan akar dari Pueraria lobata (Willd.), atau
Pueraria thomsonii Benth. Tanaman ini termasuk dalam famili Leguminosae.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Simplisia ini juga dikenal dengan nama Kudzuvine Root (Inggris), Tiange, Fenge,
dan Gegen (Chang and But, 1987).
Puerariae Radix mengandung senyawa flavonoid diadzin, diadzein,
puerarin, daidzein-4, 7-diglukosida, puerarin-7-xylosida dan 4’6’-o-diasetilpuerarin
(Chang and But, 1987).
Puerariae Radix pada Pueraria lobata (Willd.), bentuknya panjang segi
empat, atau segi empat kecil, panjangnya 5-15 cm, dan diameter 0,5-1 cm. Bagian
luar dari kulit kayu berwarna coklat dengan kerutan yang memanjang, kasar,
permukaan potongan berwarna kuning keputihan. Teksturnya lunak, namun kuat,
berbau menyengat dan rasanya sedikit manis (Anonim, 2006).
7. Glycyrrhizae Radix
Glycyrrhizae radix merupakan simplisia dari tanaman Glycyrrhiza glabra L,
dan disebut juga dengan nama Gan cao. Tanaman ini termasuk dalam famili
Leguminosae, dan genus Glycyrrhiza. Glycyrrhizae radix sudah popular sejak selama
5.000 tahun di Cina, dan kadang disebut dengan “kakek dari herbal”. Gan Cao ini
dipercaya dapat mengeluarkan racun dan zat toksin dari sistem dan mengeliminasi
efek samping herbal yang dikonbinasikan dengannya (Anonim, 1999).
Dalam Glycyrrhizae radix terkandung beberapa senyawa aktif seperti: 2-
15% triterpenoid saponin; ammonium dan garam kalsium dari asam Glycyrrhizinic;
dan 24-hydroxyglycyrrhizin. Sterol: beta amirin; onocerin; stigmasterol. Lebih dari
30 flavonoid dan isoflavonoid, termasuk liquiritigenon, yaitu 4’-o-glukosida (=
liquiritin) dan 4’-o-apiosyl-β1-2-glucoside, dan lain-lain (Csygon, Frohne, Hotzel,
Nagell, Pfanders, Willuhn, and Buff, 2001). Tanaman ini tumbuh di bagian utara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Cina, dan senyawa aktif utamanya adalah glycyrrhizin. Pada uji pharmaceutical
ditemukan bahwa glycyrrhizin memiliki fungsi yang sama dengan hormon adrenal
cortical, dan hampir identik dengan adrenal steroid (Anonim, 2008).
Tekstur akar atau rhizome dari Glycyrrhiza glabra relatif rapat, beberapa
bercabang, bagian luar dari kulit kayu kasar, sebagian besar unggu kecoklatan,
lenticels kecil dan tidak terang (Anonim, 2006).
8. Astragali Radix
Astragali Radix merupakan akar dari tumbuhan Astragalus membranaceus
(Fisch.) Bge., atau Astragalus membranaceus Bge. Var. Mongholicus (Bge.) Hsiao.
Nama lain dari simplisia ini adalah Sheng Huang Qi, Sheng Huang Qi, Sheng Jian
Qi,dan Huang Qi (Be) (Chang and But, 1987).
Beta sitosterol, copper, isoliquiritigenin, manganese yang terkandung
dalam Astragali radix menghasilkan efek hipoglikemik (Duke, 2007).
Bentuk dari simplisia ini silindris, kadang bercabang, permukaan bagian
relatif padat, panjangnya antara 30-90 cm, diameternya sekitar 1-3,5 cm. Batas luar
cokelat kekuningan atau cokelat, dengan galur yang tidak rata. Teksturnya keras dan
kuat, tidak mudah rusak, kayu berwarna kuning, bau lemah, rasanya sedikit manis
dan sedikit segar bila dikunyah (Anonim, 2006).
D. Teknik Penyarian
1. Penyarian
Penyarian merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
dengan pelarut cair sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut. Struktur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa aktif
terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat dan derajat keasaman. Bila senyawa
aktif yang dikandung telah diketahui maka akan mempermudah pemilihan pelarut
dan cara ekstraksi yang tepat (Anonim, 2000).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, ekstrak adalah sediaan kental yang
diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani atau pelikan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).
Cairan penyari menggunakan air, eter atau campuran etanolik dan air
(Anonim, 1979). Etanolik dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif,
kapang dan kuman sulit tumbuh dalam etanolik 20 % keatas, tidak beracun, netral,
absorbsinya baik dan dapat bercampur dengan air (Anonim, 1986).
2. Maserasi
Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain : metode
ekstraksi dengan menggunakan pelarut, destilasi uap dan metode ekstraksi lainnya.
Maserasi merupakan proses ekstraksi simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar.
Secara teknologi, maserasi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada kesetimbangan (Anonim, 2000). Bahan yang umumnya telah
terpotong-potong atau diserbuk kasarkan (sesuai dengan syarat farmakope) disatukan
dengan bahan ekstraksi. Deposisi tersebut disimpan (terlindungi dari cahaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
langsung untuk mencegah terjadinya reaksi dikatalis cahaya atau perubahan warna),
dan dikocok kembali (Voigt, 1994).
Dalam maserasi dapat dilakukan modifikasi untuk meningkatkan efektifitas
penyarian, seperti pelarut, biaya produksi dan waktu. Bentuk modifikasi yang
dilakukan antara lain adalah digesti. Digesti adalah cara maserasi menggunakan
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400C-500C. Keuntungan dari metode digesti yaitu
kekentalan pelarut akan berkurang dan kemampuan cairan penyari dalam melarutkan
zat aktif akan meningkat (Anonim, 1986).
E. Transport Glukosa
Karbohidrat glukosa adalah karbohidrat terpenting dalam kaitannya dengan
penyediaan energi di dalam tubuh, hal ini dikarenakan semua jenis karbohidrat baik
monosakarida, disakarida, maupun polisakarida yang dikonsumsi manusia akan
terkonversi menjadi glukosa di dalam tubuh. Glukosa ini akan berperan sebagai salah
satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam tubuh. Glukosa yang telah
diserap (diabsorpsi) oleh usus halus kemudian akan terdistribusi ke dalam semua sel
tubuh melalui aliran darah (Irawan, 2007).
Glukosa di dalam tubuh selain tersimpan dalam bentuk glikogen di dalam
otot dan hati, juga tersimpan pada plasma darah dalam bentuk glukosa darah (blood
glucose). Di dalam tubuh glukosa berperan sebagai bahan bakar bagi proses
metabolisme, dan sumber energi utama bagi kerja otak. Glukosa digunakan untuk
mensintesis molekul ATP (adenosine triphosphate) melalui proses oksidasi. ATP
merupakan molekul-molekul dasar penghasil energi di dalam tubuh. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kebutuhan seharian, glukosa menyediakan hampir 50-75% dari total kebutuhan
energi tubuh (Irawan, 2007).
Sekresi insulin oleh sel beta tergantung oleh 3 faktor utama yaitu kadar
glukosa darah, ATP-sensitive K channels dan Voltage-sensitive Calsium Channels
sel beta pankreas. Mekanisme kerja faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
pada keadaan puasa, kadar glukosa darah turun, ATP-sensitive K channels pada
membrane sel beta akan terbuka sehingga ion kalium akan meninggalkan sel beta,
dan Ca-channels tertutup, akibatnya kalsium tidak dapat masuk ke dalam sel beta,
dan perangsangan sel beta untuk mensekresi insulin menurun (Merentek, 2006).
Pada saat keadaan setelah makan, kadar glukosa darah akan meningkat dan
akan ditangkap oleh sel beta melalui glucose transporter 2 (GLUT2) dan dibawa ke
dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami fosforilase menjadi glukosa-6-
fosfat (G6P) dengan bantuan enzim glukokinase. Glukosa-6-fosfat akan mengalami
glikolisis menjadi asam piruvat. Proses glikolisis juga menghasilkan produk 6-8
ATP. Penambahan ATP ini akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan menutup
terowongan kalium. Penumpukan kalium dalam sel mengakibatkan depolarisasi
membran sel sehingga membuka terowongan kalsium dan kalsium akan masuk
kedalam sel dan insulin akan dilepaskan ke dalam sel (Merentek, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Gambar 1. Sekresi insulin akibat peningkatan kadar glukosa dalam darah (Cartailler, 2004)
Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase, yaitu early peak
(fase 1) yang terjadi dalam 3–10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi
pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap pakai). Fase 2 atau
disebut juga fase lanjut adalah sekresi insulin yang dimulai 20 menit setelah
stimulasi glukosa. Pada fase 1 pemberian glukosa meningkatkan sekresi insulin
untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan glukosa darah
selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksi insulin. Pada
diabetes mellitus tipe-2, sekresi insulin pada fase 1 tidak mampu menurunkan
glukosa darah sehingga merangsang fase 2 untuk menghasilkan insulin lebih banyak,
tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang non
diabetes (Merentek, 2006).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Gambar 2. Insulin memperantarai transport glukosa ke dalam sel Insulin berikatan dengan reseptor insulin, dan meningkatkan sinyal transduksi. Sinyal ini kemudian akan merangsang glucose transporter 4 (GLUT4) untuk membawa glukosa kedalam sel (Cartailler, 2004)
F. Diabetes mellitus
1. Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi akibat gangguan metabolit yang
disebabkan karena adanya resistensi sel terhadap aksi insulin, ketidak mampuan
mensekresi insulin, atau keduanya. Defisiensi insulin dan/atau resistensi insulin juga
berhubungan dengan gangguan pada metabolisme lemak dan protein (Reasner and
DeFronzo, 2006).
Dalam tulisannya yang berjudul Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes
mellitus yang Baru, Adam (2000) menyatakan bahwa penyerta diabetes mellitus
adalah gangguan metabolisme hidrat arang, protein dan lemak. Walaupun pada
diabetes mellitus ditemukan gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh
kita, kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme hidrat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
arang, oleh karena itu diagnosis diabetes mellitus selalu berdasarkan meningginya
kadar glukosa dalam darah (hipoglikemia).
Hipoglikemia pada penderita diabetes mellitus timbul karena terhambatnya
penyerapan glukosa ke dalam sel, serta terganggunya metabolisme karbohidrat. Pada
keadaan yang normal kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40%
diubah menjadi lemak, sedangkan pada diabetes mellitus semua proses metabolisme
tersebut terganggu, dan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel (Handoko dan
Suharto, 1995).
2. Gejala
Poliuria, polidipsi, dan polifagia yang disebut juga dengan istilah trio-P
gejala klasik dari penyakit diabetes mellitus.
a. Poliuria
Pada manusia normal kadar glukosa normal jarang melampaui 120 mg/dl,
namun kadar yang lebih tinggi selalu dijumpai pada pasien dengan defisiensi insulin.
Setelah kadar tertentu glukosa plasma dicapai dimana pada manusia umumnya > 180
mg/dl, taraf maksimal reabsorbsi glukosa pada tubulus renalis akan dilampaui, dan
glukosa akan diekskresikan ke dalam urin (glikosuria). Glukosa bersifat diuresis
osmotik, sehingga diuresis sangat meningkat (poliuria) disertai dengan hilangnya
elektrolit.
b. Polidipsi
Banyaknya elektrolit yang hilang bersamaan dengan urin menyebabkan
terjadinya dehidrasi dan kekurangan elektrolit pada penderita diabetes mellitus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Terjadinya dehidrasi (hiperosmolaritas), menimbulkan rasa haus pada penderita
diabetes mellitus, dan badan berusaha untuk mengatasinya dengan banyak minum air
(polidipsi).
c. Polifagia
Pada keadaan diabetes mellitus, sel tubuh kekurangan glukosa karena
glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh, walaupun kadar glukosa dalam darah
tinggi. Tubuh menerima sinyal dari sel tubuh dan timbul rasa lapar akibat
berkurangnya cadangan glukosa dalam tubuh tersebut, hal inilah yang menyebabkan
pada diabetes mellitus cenderung timbul rasa lapar (polifagia). Badan kehilangan 4
kalori untuk setiap g glukosa yang diekskresi.
(Syahputra, 2003; Handoko dan Suharto, 1995)
3. Klasifikasi
Pada akhir tahun 1997 American Diabetes Association (ADA)
mempublikasikan suatu klasifikasi dan kriteria diagnosis yang baru. Klasifikasi yang
baru ini membagi Diabetes mellitus atas empat kelompok yaitu Diabetes mellitus
Tipe-1, Diabetes mellitus Tipe-2, Diabetes mellitus Bentuk Khusus, dan Diabetes
mellitus Gestasional (Adam, 2000).
a. Diabetes mellitus tipe-1
Diabetes ini terdiri dari dua bentuk yaitu otoimun dan idiopatik, dan
disebabkan karena terjadi kerusakan pada sel β-pankreas yang mengakibatkan
defisiensi insulin absolut. Walaupun bentuk diabetes ini kebanyakan terjadi pada
anak-anak dan remaja, namun tipe ini dapat terjadi juga pada semua umur. Pada
bentuk otoimun dapat ditemukan beberapa penanda imun yang menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
pengrusakan sel beta pankreas untuk mendeteksi kerusakan sel beta, contohnya islet
cell autoantibodies (ICAs). Sebagian penderita diabetes mellitus tipe-1 memiliki
penyebab yang tidak jelas (idiopatik), pada mereka ini jelas ditemukan insulinopeni
tanpa petanda imun, dan mudah sekali mengalami ketoasidosis (Adam, 2000;
Reasner and DeFronzo, 2006).
b. Diabetes mellitus tipe-2
Disebut juga dengan diabetes tidak tergantung insulin. Bentuk ini bervariasi,
mulai yang dominan resistensi insulin defisiensi insulin relatif, sampai yang terutama
defek sekresi insulin disertai resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe-2 merupakan
jenis diabetes mellitus yang paling sering ditemukan, diperkirakan sekitar 90% dari
semua penderita diabetes mellitus di Indonesia. Sebagian besar diabetes mellitus
tipe-2 diderita oleh orang gemuk (di negara barat sekitar 85%, di Indonesia 60%),
disertai dengan resistensi insulin, dan tidak membutuhkan insulin untuk pengobatan.
Sekitar 50% penderita sering tidak terdiagnosis karena hiperglikemi meningkat
secara perlahan-lahan sehingga tidak memberikan keluhan (Adam, 2000).
c. Diabetes mellitus gestasional
Diartikan sebagai intoleransi glukosa yang ditemukan pada saat hamil dan
diperkirakan insidens sebesar 1-3%. Pada umumnya mulai ditemukan pada
kehamilan trimester kedua atau ketiga. Pada saat itu terjadi keadaan resistensi
insulin. Keadaan ini dapat mengakibatkan kalainan bahkan kematian dari janin, oleh
karena itu dianjurkan dilakukan skrining diabetes mellitus gestasi pada semua wanita
hamil. Pada wanita yang memiliki sejarah keluarga positif diabetes mellitus,
mengalami kegemukan atau memiliki sejarah diabetes mellitus gestasi dianjurkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
untuk menjalani skrining pada minggu 24-48 usia kehamilannya. Deteksi awal ini
sangat penting karena dapat mengurangi angka kelahiran bayi yang abnormal, dan
kematian bayi (Adam, 2000; Reasner and DeFronzo, 2006; Triplitt, Reasner, and
Isley, 2005).
d. Diabetes mellitus bentuk khusus
Pada tahun 1997, The American Diabetes Association mempublikasikan
klasifikasi baru dari diabetes mellitus non tipe-1 dan non tipe-2 yaitu :
1) Defek genetik fungsi sel beta
a) Chromosom 20, HNF-4alpha (formerly MODY1)
b) Chromosom 7, glucokinase (formerly MODY2)
c) Dan lain-lain
2) Defek genetik insulin
a) Leprechaunism
b) Sindrom Rabson-Mendelhall
c) Dan lain-lain
3) Lipoatrophic diabetes
a) Penyakit eksokrin pankreas
b) Pancreatitis
c) Dan lain-lain
4) Endokrinopati
a) Acromegaly
b) Pheochomocytoma
c) Dan lain-lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
5) Karena obat atau zat kimia
a) Glukokortikoid
b) Diuretik Thiazid
c) Dan lain-lain
6) Infeksi
a) Congential rubella
b) Cytomegalovirus
c) Dan lain-lain
7) Sebab imunologi yang jarang
a) Sindrom “Stiff-man”
b) Antibodi reseptor anti-insulin
8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan diabetes
a) Down's syndrome
b) Turner's syndrome
( Reasner and DeFronzo, 2006; Rushakoff and Goldfine, 2006)
4. Cara dan kriteria diagnosis
a. Berdasarkan glukosa plasma vena sewaktu
Dengan keluhan klinis yang jelas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu
sudah dapat menegakkan diagnosis diabetes mellitus. Keluhan-keluhan klinis
tersebut misalnya haus dan banyak kencing, berat badan menurun, glukosuria,
bahkan kesadaran menurun sampai koma. Seseorang dikatakan masuk kriteria
diabetes mellitus apabila kadar glukosa darah sewaktu 200 mg% (plasma vena).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
b. Berdasarkan glukosa plasma vena puasa
Glukosa plasma dalam keadaan puasa dibagi atas tiga nilai, yaitu <110
mg/dl, antara >110 mg/dl sampai <126 mg/dl, dan ≥ 126 mg/dl. Kadar glukosa
plasma puasa <110 mg/dl dinyatakan normal, ≥ 126 mg/dl adalah diabetes mellitus,
sedangkan antara 110-126 mg/dl disebut glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
Sehingga pada mereka dengan kadar glukosa plasma vena setelah puasa sedikitnya
10 jam > 126 mg/dl sudah cukup untuk membuat diagnosis diabetes mellitus.
c. Dengan menggunakan tes toleransi glukosa oral
Apabila pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu kadar glukosa plasma
tidak normal, yaitu antara 140-200 mg/dl, maka harus dilakukan pemeriksaan tes
toleransi glukosa oral untuk meyakinkan apakah diabetes mellitus atau bukan. Sesuai
dengan kesepakatan WHO maka tes toleransi glukosa oral harus dilakukan dengan
beban glukosa 75 g setelah berpuasa minimal 10 jam. Penilaiannya adalah sebagai
berikut, toleransi glukosa normal apabila < 140 mg/dl, toleransi glukosa terganggu
(TGT) apabila kadar glukosa >140 mg/dl , dan diabetes mellitus jika > 200mg/dl.
(Adam, 2000)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tabel I. Diagnosis diabetes mellitus gestasional dengan pemberian glukosa oral (Triplitt et al, 2005)
Pemberian glukosa oral 100 g
Puasa ≥ 95 mg/dl (5,3 mmol/L)
1 jam ≥ 180 mg/dl (10,0 mmol/L)
2 jam ≥ 155 mg/dl (8,6 mmol/L)
3 jam ≥ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
Pemberian glukosa oral 75 g
Puasa ≥ 95 mg/dl (5,3 mmol/L)
1 jam ≥ 180mg/dl (10,0 mmol/L)
2 jam ≥ 155 mg/dl (8,6 mmol/L)
Tabel II. Nilai glukosa plasma puasa dan toleransi glukosa oral (Triplitt et al, 2005)
Glukosa plasma puasa
• Normal < 100 mg/dl (5,6 mmol/L)
• Glukosa plasma puasa terganggu 100 - 125 mg/dl (5,6 – 6,9 mmol/L)
• Diabetes mellitus ≥ 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
Glukosa plasma 2 jam (tes toleransi glukosa oral)
• Normal < 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
• Toleransi glukosa terganggu 140 – 200 mg/dl (7,8 – 11,1 mmol/L)
• Diabetes mellitus ≥ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
G. Obat Antidiabetik Oral
Evans dan Rushakoff (2007) menyatakan bahwa ada 5 golongan obat
antidiabetik oral yaitu :
1. Sulfonilurea
Mekanisme kerja dari golongan ini adalah dengan perangsangan sekresi
insulin di pankreas yaitu pada sel beta pankreas. Merupakan derivat dari asam
sulfonik dan urea. Contohnya adalah : tolbutamid (generasi pertama) dan
glibenklamid (generasi kedua).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Biguanid
Mekanisme kerja dari golongan ini adalah menekan produksi dari glukosa
hepar, sehingga menurunkan glukosa plasma puasa. Contohnya adalah : metformin.
3. Meglitinid
Mekanismenya sama dengan golongan sulfonilurea yaitu dengan
merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas. Contohnya : repaglinid.
4. Thiazolidine
Efek utama dari thiazolidine adalah mereduksi resistensi insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin. Contohnya : rosiglitazone.
5. Inhibitor alfa glukosidase
Cara kerja dari golongan ini adalah menghambat degradasi enzimatik dari
kompleks karbohidrat di usus halus. Penghambatan ini akan memperlambat
pemecahan polisakarida menjadi monosakarida, sehingga memperlambat absorpsi
komponen glukosa ke dalam peredaran darah. Akibatnya peningkatan kadar glukosa
plasma setelah makan menjadi kecil. Contoh obat: acarbose (Dollery, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 3. Mekanisme kerja obat diabetik oral (Evans and Rushakoff, 2007)
Tabel III. Kemampuan klinik dari terapi farmakologi obat antidiabetes oral pada pemakaian tunggal
(Evans and Rushakoff, 2007)
↓ Glukosa plasma
Puasa Agen
(mg/dl) (mmol/L)
↓ HbA1C
(%) Insulin Lemak Berat badan
Sulfonilurea 60-70 3.3-3.9 0.8-2.0 Bertambah Tidak berpengaruh Bertambah
Meglitinid 65-75 3.6-4.2 0.5-2.0 Bertambah Tidak berpengaruh Bertambah
Biguanid (Metformin) 50-70 2.8-3.9 1.5-2.0 Berkurang ↓TG↓LDL
↑HDL Berkurang
Thiazolidinediones Pioglitazone
Rosiglitazone
60-80 3.3-4.3 1.4 -2.6 Berkurang
↓ TG, -LDL
↑ HDL; -TG, ↓ LDL,↑HDL
Bertambah
α-Glukosidase inhibitors 25-30 1.9-2.2 0.7-1.0 Tidak
berpengaruh Tidak
berpengaruh Tidak
berpengaruh
Masing-masing golongan obat antidiabetes oral memiliki mekanisme kerja
sendiri-sendiri dalam menurunkan kadar glukosa plasma. Golongan α-glukosidase
inhibitor memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa plasma puasa yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
rendah dibandingkan dengan golongan-golongan lainnya, hal ini dikarenakan α-
glukosidase inhibitor bekerja menghambat absorpsi glukosa dari usus masuk ke
peredaran darah, sehingga lebih berefek menurunkan kadar glukosa darah
postprandial dibanding menurunkan kadar glukosa plasma puasa. Efek samping
utama dari golongan sulfonilurea, dan meglitinid adalah hipoglikemik. Efek samping
golongan biguanid dan α-glukosidase inhibitor adalah gangguan pada saluran
gastrointestinal, sedangkan efek samping dari golongan tiazolidin adalah retensi
cairan dan menurunkan jumlah hemoglobin (Evans and Rushakoff, 2007; Trevor,
Katzung, and Masters, 2002).
H. Glibenklamid
Glibenklamid merupakan obat hipoglikemik oral yang digunakan secara
luas di dalam pengobatan diabetes mellitus tipe-2, merupakan sulfonilurea paling
poten dan dikenal sebagai sulfonilurea generasi kedua (Dollery, 1999). Mekanisme
kerja glibenklamid sama dengan obat antidiabetik golongan sulfonilurea lainnya
yaitu dengan merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas (Handoko dan
Suharto, 2003). Efek utama dari glibenklamid adalah menstimulasi pelepasan insulin
dengan meningkatkan fungsi sel-sel islet beta pankreas. Pada pemakaian jangka
pendek, glibenklamid menyebabkan degranulasi sel beta pada pankreas (Dollery,
1999).
Pada subyek normal puasa, peningkatan konsentrasi insulin dalam plasma
dan penurunan kadar glukosa plasma terjadi 15-60 menit setelah pemberian
glibenklamid oral dan mencapai maksimum setelah 1-2 jam sebelum kembali ke nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dasar setelah 3 jam. Obat ini 200 kali lebih kuat daripada tolbutamid. Glibenklamid
dimetabolisme dalam hati menjadi produk dengan aktifitas yang sangat rendah,
hanya 25% metabolit diekskresi melalui urin dan sisanya diekskresi melalui empedu
dan tinja. Obat ini efektif dalam penggunaan tunggal (Handoko dan Suharto, 2003).
Dosis awal pemberian adalah sebesar 2,5 mg/hari yang diberikan sebagai
dosis tunggal pada pagi hari, dan tidak dianjurkan untuk memberikan dosis
pemeliharaan lebih dari 20 mg/hari (Nolte dan Karam, 2002).
CO
Cl
OCH3
NH CH2
O2S NH NHCH2 CO2
Gambar 4. Struktur Glibenklamid (Evans dan Rushakoff, 2007)
I. Metode Penetapan Kadar Glukosa Darah
Secara umum menurut Widowati, Dzulkarnain dan Sa’roni (1997) metode
penentuan glukosa darah dapat ditentukan dengan beberapa cara yaitu: metode
kondensasi dengan gugus amina, metode enzimatik, atau metode oksidasi-reduksi.
1. Metode kondensasi dengan gugus amina
Prinsip dari metode ini adalah aldosa dikondensasikan dengan orto-toluidin
dalam suasana asam dan setelah dipanaskan akan menghasilkan larutan yang
berwarna hijau. Kadar glukosa darah dapat ditentukan sesuai dengan intensitas warna
yang dihasilkan, yang diukur dengan spektofotometer.
2. Metode enzimatik
Glukosa dapat ditentukan secara enzimatik, dengan menggunakan enzim
glukosa oksidase (GOD), dengan adanya glukosa oksidase ini, maka glukosa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dioksidasi oleh udara (O2) menjadi asam glukuronat disertai pembentukan hidrogen
peroksida. Adanya enzim peroksidase (POD), H2O2 akan membebaskan O2 yang
mengoksidasi akseptor kromogen yang sesuai serta memberikan warna merah.
Akseptor kromogennya dapat berupa senyawa aminoantipirin dan fenol atau
orthodianisidin, kadar glukosa darah ditentukan berdasarkan intensitas warna yang
terjadi, dan diukur secara spektrofotometri.
3. Metode oksidasi-reduksi
Penentuan kadar glukosa darah dilakukan dengan cara dioksidasi dengan
menggunakan suatu oksidan ferrisianida. Oksida ini direduksi menjadi ferrosianida
oleh glukosa dalam suasana basa dengan pemanasan, kemudian kelebihan ferri
dititrasi secara iodometri.
J. Spektrofotometri
Menurut Mulja dan Suharman (1995) spektrofotometri UV-Vis adalah salah
satu teknik analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul
dengan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang 190 – 380 nm (UV) dan
380 – 780 nm (Vis) dengan memakai instrumen spektrofotometer .
Prinsip kerja spektrofotometer adalah berdasarkan atas interaksi antara
radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion, atau molekul,
sedang radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi yang
ditransmisikan dalam ruang dengan kecepatan tinggi (Khopkar, 1990). Panjang
gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan serapan maksimum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
disebut sebagai panjang gelombang serapan maksimum (Mulja dan Suharman,
1995).
Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi
elektromagnetik dengan zat kimia, dengan mengetahui interaksi yang terjadi, maka
dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari
interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebih peristiwa
seperti: pemantulan, pembiasan, penyerapan (absorpsi) dan lain-lain (Sudarmadji,
Haryono, dan Suhardi, 1989).
Dalam suatu analisis kuantitatif, pengukuran serapan dilakukan pada
panjang gelombang saat serapan maksimum, hal ini disebabkan karena sensitivitas
maksimum diperoleh dengan mengerjakan pada pita maksimum, karena untuk
konsentrasi yang diberikan panjang gelombang tersebut memberikan respon yang
paling kuat. Pada pita maksimum, perubahan yang kecil pada panjang gelombang
akan memberikan perubahan serapan yang minimal (kecuali bila pita absorpsi sangat
tajam), dengan demikian kesalahan kecil dalam meletakkan tanda pemilih panjang
gelombang pada instrumen tidak akan mengakibatkan kesalahan besar pada
pengukuran serapan (Fatah, 1989).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
K. Landasan Teori
Jamu antidiabetes “AD” merupakan suatu formula jamu antidiabetes IOT.
Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi. Pada penelitian mengenai efek hipoglikemik
jamu antidiabetes “AD”, jamu tersebut telah terbukti mampu menurunkan kadar
glukosa darah pada tikus jantan galur wistar, dengan dosis efektif 12,6 ml/kgBB
sebesar 28,146% terhadap kontrol aquadest (Nursalim, 2008).
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff. ) Boerl.) merupakan salah
satu tumbuhan yang memiliki daya hipoglikemik. Pada dosis 110 mg/200gBB,
mahkota dewa sudah mampu menurunkan kadar glukosa darah (Anonim, 2007).
Mekanisme utama penurunan kadar glukosa darah oleh mahkota dewa adalah secara
intra pankreatik dan ekstra pankreatik. Mekanisme intra pankreatik yaitu dengan
cara memperbaiki (regenerasi) sel pankreas dan merangsang pelepasan insulin.
Mekanisme ekstra pankreatik dengan cara menghambat absorpsi glukosa di usus,
meningkatkan transportasi glukosa di dalam darah, merangsang sintesis glikogen dan
menghambat sintesis glukosa dengan cara menghambat enzim glukosa-6-fosfatase
dan fruktosa1,6-bifosfatase (Santoso dan Saryono, 2005).
L. Hipotesis
Penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff. ) Boerl.) pada jamu antidiabetes “AD” mampu meningkatkan
daya penurunan kadar glukosa darah jamu antidiabetes “AD” tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian eksperimental
murni yang dikerjakan mengikuti rancangan acak lengkap pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas : Dosis ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa
yang ditambahkan pada jamu antidiabetes “AD”.
Dosis ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa yang ditambahkan pada jamu
antidiabetes “AD” adalah jumlah gram (g) serbuk ekstrak etanolik daging buah
mahkota dewa yang ditambahkan pada jamu antidiabetes “AD” tiap satuan
kilogram (kg) berat badan subyek uji yang bersangkutan.
b. Variabel tergantung : LDDK0-300 kadar glukosa dalam darah.
LDDK0-300 kadar glukosa dalam darah adalah besaran yang menggambarkan
berapa jumlah kadar glukosa dalam darah pada tiap rentang waktu mulai dari
menit ke-0 sampai dengan menit ke-300 yang dihitung dengan menggunakan
metode trapezoid.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali
1. Hewan uji : Tikus putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
2. Jenis kelamin : Jantan
3. Galur spesies hewan uji : Galur Wistar
4. Berat badan subjek uji : Antara 175 g – 225 g
5. Umur subyek uji : Antara 2 bulan – 3 bulan
6. Cara pemberian : per oral (p.o)
b. Variabel pengacau tak terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dari penelitian ini adalah keadaan patologi
hewan uji yang digunakan, sifat fisika kimia dari sediaan jamu serta kandungan
dalam ekstrak mahkota dewa.
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
a. Hewan uji
Tikus putih jantan galur Wistar, umur 2 - 3 bulan, berat badan 175-225 g, dari
Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
b. Bahan uji
Bahan yang digunakan adalah jamu antidiabetes “AD” dan ekstrak etanolik
daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) yang
diperoleh dari IOT. Sari Sehat - PT.Capung Indah Abadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
c. Senyawa pembanding
Yang digunakan berupa kaplet generik glibenklamid yang diproduksi oleh PT.
Indofarma.
d. Pereaksi untuk pengukuran kadar glukosa darah
Pereaksi yang digunakan adalah enzim Glucose GOD FS* dari DiaSys
(Diagnostic System), International, Holzheim Germany yang terdiri atas :
Tabel IV. Isi pereaksi enzim Glucose GOD-PAP
Reagen : Phosphat buffer pH 7,5 250 mmol/l Phenol 5 mmol/l 4-aminoantipyrine 0,5 mmol/l Glukosa oksidase (GOD) ≥ 10 kU/l Phenol AminoAntipirin Peroksidase (PAP) ≤ 1 kU/l Glukosa standar 100mg/dl (5,5 mmol/dl)
e. Natrium oksalat sebagai antikoagulan (Cooper and McDaniel, 1966).
f. Glukosa monohidrat p.a (Merck) dengan dosis 1,75 g/kgBB (Anonim, 1991)
sebagai larutan untuk pembuatan kurva baku dan untuk uji toleransi glukosa oral
yang diperoleh dari LPPT Universitas Gadjah Mada .
g. Larutan asam benzoat 0,1% b/v, sebagai pelarut glukosa monohidrat (Cooper and
McDaniel, 1966) yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
h. Carboxymethylcellulose-natrium (Dai-Ichi Seiyaku Co., Ltd.) sebagai
pensuspensi ekstrak etanolik Mahkota dewa yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi dan Toksikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
i. Aquadest yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
j. Parafin cair sebagai pelancar aliran darah dalam pengambilan sampel darah dari
hewan uji, yang diperoleh dari Laboratorium Biofarmasetika dan Bioanalisis
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Alat penelitian
a. Seperangkat alat gelas ( Beaker glass, labu takar, gelas ukur, pengaduk) merk
pyrex
b. Jarum suntik (injeksi peroral) yaitu jarum suntik yang ujungnya diberi bulatan
kecil dengan lubang ditengahnya agar tidak melukai hewan uji
c. Mikropipet
d. Sentrifuge (Hettich WBA SS, Germany) ,yellow tipe, microtube, surgical blande
e. Spektrometer Ultraviolet –Visibel (Optima® SP300, Japan) dan kuvet
f. Alat neraca elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland)
g. Vortex (Janke-Kankel IKA® - Labortechnik)
h. Holder
D. Jalannya Penelitian
1. Penentuan dosis jamu antidiabetes “AD”
Penggunaan pada manusia adalah 15 g serbuk jamu antidiabetes “AD”
diseduh dengan 200 ml air panas, dengan asumsi manusia dewasa Indonesia adalah
50 kg, maka untuk manusia 70 kg adalah sebesar 21 g . Perhitungan dosis untuk tikus
adalah sebagai berikut :
mlml
mlg
200140
20021
=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Dari penyeduhan 21 g serbuk jamu antidiabetes “AD” dalam 200 ml air diperoleh
larutan jamu sebanyak 140 ml. Jadi untuk takaran orang dewasa 70 kg adalah sebesar
140 ml, maka untuk tikus 200 g adalah sebesar :
kgBBmlgmlx
kgml /6,12
20052,2018,0
70140
==
2. Penentuan dosis ekstrak Mahkota dewa
Ekstrak etanolik Mahkota dewa diperoleh dengan menyari daging buah
mahkota dewa dengan pelarut etanolik. Ekstrak yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dan disediakan oleh IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi. Proses
pembuatan ekstrak etanolik mahkota dewa adalah sebagai berikut :
Daging buah mahkota dewa digiling kasar, kemudian dimaserasi dengan 12 liter
etanolik 30% selama ½ jam, setelah itu diinfusa selama ± 1 jam, kemudian disaring.
Hasil ekstraksi kemudian dipekatkan dan selanjutnya ditambah corn starch (tepung
jagung) 200 g sebagai bahan pengisi (filler), dicampur merata kemudian dioven pada
suhu 75-800 C. Hasil ekstrak powder adalah 399,25 g.
Dosis mahkota dewa dari IOT. Sari Sehat-PT. Capung Indah Abadi adalah
1.500 mg untuk manusia 50 kg. Dosis ini kemudian dikonversikan pada pemberian
terhadap tikus seberat 200 g.
018,070
70
xkgmanusiauntukdosis
konversifaktorxkgmanusiauntukdosis⇓
tikusBBkgmg
grammgxkgmg
kgmg
kgmg
189
2008,37018,070100.2
70100.2
50500.1
=
=⇒=
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Besarnya dosis pada hewan uji tikus hasil perhitungan yaitu 189 mg/kgBB,
selanjutnya dibuat peringkat dosisnya, yaitu 1/3 dosis penggunaan dan 3 kali dosis
penggunaan ekstrak mahkota dewa yaitu 63 mg/kgBB dan 567 mg/kgBB.
Perhitungan volume pemberian ekstrak berdasarkan rumus :
( ) ( ) ( ) (DDosisBBbadanBeratCiKonsentrasVVolume )×=×
Karena keterbatasan volume pemberian maksimal pada tikus untuk
pemberian secara peroral adalah 5 ml (Ritschel,1974), maka 3 larutan yang akan
diperlakukan kepada tikus secara peroral, yaitu glibenklamid, larutan jamu dengan
ekstrak mahkota dewa, dan larutan glukosa harus disesuaikan agar tidak melebihi
voleme pemberian maksimal.
3. Preparasi bahan
a. Pembuatan larutan asam benzoat 0,1% b/v
Serbuk asam benzoat p.a. ditimbang sebanyak 0,5 g dan dilarutkan dengan
aquadest panas dalam labu takar 500 ml sampai tanda.
b. Pembuatan larutan stok glukosa 1% b/v
Glukosa monohidrat p.a. ditimbang sebanyak 1 g dan dilarutkan dengan
larutan asam benzoat 0,1% b/v dalam labu takar 100 ml sampai tanda.
c. Pembuatan Natrium oksalat 2% b/v
Natrium oksalat p.a. ditimbang sebanyak 1 mg dan dilarutkan dengan
aquadest dalam labu takar 50 ml sampai tanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
d. Pembuatan CMC-Na 1 %
Timbang 1 g CMC-Na, disuspensikan sampai 100 ml dengan aquadest
hangat, kemudian aduk sampai diperoleh larutan yang homogen.
e. Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamid
Penentuan keseragaman bobot kaplet glibenklamid mengacu pada Anonim
(1979). Timbang 20 tablet, kemudian hitung bobot tablet. Jika ditimbang satu-satu,
tidak boleh lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu
tabletpun menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan
kolom B. Nilai penyimpangan bobot rata-rata kolom A dan B dapat dilihat pada tabel
V.
Tabel V. Keseragaman bobot tablet
Penyimpangan bobot rata-rata dalam % Bobot rata-rata A B 25 mg atau kurang 15 % 30 % 26 mg sampai dengan 150 mg 10 % 20 % 151 mg sampai dengan 300 mg 7.5 % 15 % Lebih dari 300 mg 5 % 10 %
f. Penetapan dosis pemberian glibenklamid
Dosis glibenklamid yaitu 5 mg pada manusia dengan berat badan 70 kg,
dikonversikan ke tikus 200 g dengan faktor konversi 0,018.
tikusBBkgidglibenklammggidglibenklammgidglibenklammg
/45,0200/09,0018,05
==×
Berdasarkan perhitungan maka besarnya dosis glibenklamid pada hewan uji tikus
yaitu 0,45 mg/ kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
g. Penetapan konsentrasi pemberian larutan glibenklamid pada hewan uji
Volume pemberian glibenklamid ditetapkan sebesar 0,8 ml sehingga
diperoleh konsentrasi sebagai berikut :
)(CiKonsentrasBeratBadanDosisvolume ×
= ⇒C
kgBBkgBBmgml 200,0/45,08,0 ×=
C = 0,09 mg/0,8 ml ⇒ C = 0,1125 mg/ml
h. Pembuatan larutan glibenklamid 0,1125 mg/ml
Timbang serbuk glibenklamid setara dengan 25 mg glibenklamid murni,
larutkan dengan CMC dalam labu takar 10 ml sampai tanda sebagai larutan induk
glibenklamid. Buat dengan konsentrasi 0,1125 mg/ml dalam labu ukur 10 ml dari
larutan induk glibenklamid tersebut.
i. Penetapan konsentrasi larutan glukosa monohidrat 1,75 g/kgBB
Volume pemberian glukosa dibuat seminimal mungkin,yaitu sebesar 1,5 ml,
dengan demikian konsentrasi yang ditetapkan untuk tikus 200 g adalah :
)()()()(
VVolumeBBBeratBadanDDosisCiKonsentras ×
=
⇒ ml
kgBBkgBBgiKonsentras5,1
200,0/75,1 ×=
⇒ mlmgmlmg
mlgiKonsentras 333,233
5,1350
5,1350,0
===
⇒ vbmlgiKonsentras %23100333,23 ==
4. Percobaan pendahuluan
a. Penetapan waktu resapan stabil glukosa standar (operating time)
Sebanyak 25,00 μl larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml
pereaksi GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan segera diukur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
resapannya pada panjang gelombang 500 nm (sesuai dengan yang tertulis dalam
leaflet Glucose GOD FS*) dengan selang waktu 5 menit selama 60 menit. Waktu
resapan stabil yang digunakan adalah waktu inkubasi yang memberikan resapan
stabil.
b. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimal)
Sebanyak 25,00 μl larutan glukosa standar direaksikan dengan 2,5 ml
pereaksi GOD-PAP. Campuran larutan tersebut kemudian divortex dan diinkubasi
pada suhu kamar. Setelah mencapai operating time dilakukan pengukuran pada
rentang panjang gelombang 400 - 600 nm dengan selang waktu 10 nm. Panjang
gelombang yang menunjukkan serapan yang paling tinggi adalah panjang gelombang
serapan maksimum (λ maksimal).
c. Pembuatan kurva baku
Larutan glukosa monohidrat 1% b/v dipipet sebanyak 0,75 ml ; 1 ml ; 1,5 ml
; 2 ml dan 2,25 ml. Penetapan kadar glukosa dilakukan seperti pada penetapan kadar
glukosa darah dengan metode GOD-PAP. Serapan diukur secara spektrofotometri
visibel pada panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimal).
5. Orientasi waktu pemberian
a. Penetapan waktu pemberian glibenklamid
Orientasi menggunakan 6 ekor tikus yang terbagi dalam 3 kelompok dimana
masing-masing kelompok mendapat perlakuan kontrol positif dan kontrol negatif.
Perlakuan tersebut dilakukan terhadap masing-masing kelompok yaitu pada menit
ke-15 sebelum UTGO untuk kelompok kesatu, menit ke-30 sebelum UTGO untuk
kelompok kedua, dan menit ke-45 sebelum UTGO untuk kelompok ketiga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO
dengan perlakuan larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB. Pengambilan
cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada
menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO. Pengukuran
kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP, selanjutnya
dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300. Penentuan waktu pemberian
glibenklamid didasarkan pada harga selisih LDDK0-300 kontrol positif dan negatif
terbesar.
b. Penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”.
Orientasi ini menggunakan 6 ekor tikus yang dibagi menjadi 3 kelompok,
tiap kelompok terdiri dari 2 ekor tikus, masing-masing mendapat perlakuan jamu
antidiabetes “AD” pada menit ke-15, 30, dan 45 sebelum UTGO.
Semua pemberian dilakukan secara peroral, selanjutnya dilakukan UTGO
dengan pemberian larutan glukosa monohidrat 15% b/v; 1,75 g/kgBB. Pengambilan
cuplikan darah dilakukan sesaat sebelum perlakuan sebagai menit ke-0 dan pada
menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO. Pengukuran
kadar glukosa darah dilakukan dengan menggunakan metode GOD-PAP. Selanjutnya
dibuat kurva UTGO dan perhitungan harga LDDK0-300. Penentuan waktu pemberian
jamu antidiabetes “AD” didasarkan pada harga LDDK0-300 terendah.
6. Uji daya hipoglikemik
a. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Penelitian dilaksanakan mengikuti rancangan acak pola searah dimana 30
ekor tikus jantan dibagi secara acak menjadi 6 kelompok. Tiap hewan uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
diadaptasikan dengan kondisi yang sama, jauh dari kebisingan dan dihindarkan dari
stress. Sebelum mendapat perlakuan, masing-masing kelompok dipuasakan selama
18 jam dengan tetap diberi minum ad libitum, Masing-masing kelompok terdiri atas
5 ekor tikus. Kelompok I yaitu kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB
aquadest. Kelompok II yaitu kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB CMC
1%. Kelompok III yaitu kontrol positif glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB.
Kelompok IV, V, dan VI memperoleh perlakuan jamu antidiabetes dengan dosis 12,6
ml/ kgBB dan ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa dengan dosis 63 mg/kgBB
untuk kelompok IV, 189 mg/kgBB untuk kelompok V, dan 567 mg/kgBB ekstrak
mahkota dewa untuk kelompok VI. Semua pemberian dilakukan secara peroral,
selanjutnya dilakukan UTGO dengan perlakuan larutan glukosa monohidrat 23% b/v;
1,75 g/kgBB.
b. Penetapan kadar glukosa darah
Kadar glukosa darah ditetapkan secara spektrofotometri visibel dengan
metode GOD-PAP. Pada tiap kelompok dilakukan pengambilan cuplikan darah
sebanyak 0,5 ml melalui vena lateralis ekor sesaat sebelum perlakuan sebagai menit
ke-0 dan pada menit ke-15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, dan 300 setelah UTGO,
dan ditampung dalam microtube yang berisi 50,00 µl Natrium oksalat 2% b/v,
kemudian disentrifuge pada 3000 rpm selama 10 menit, selanjutnya diambil 25,00 µl
plasma darah, dan dimasukkan ke dalam masing-masing tabung untuk diukur kadar
glukosanya. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan seperti berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel VI. Volume pengukuran kadar glukosa darah
No Bahan Sampel (ml) Standar (ml) Blangko (ml) 1 Supernatan 0,025 - - 2 Larutan baku glukosa - 0,025 - 3 Asam benzoat 1% b/v - - 0,025 4 Pereaksi GOD-PAP 2,5 2,5 2,5
Bahan-bahan tersebut dicampur dan diinkubasikan pada suhu kamar selama
waktu operating time, kemudian kadar glukosa darah ditetapkan secara
spektrofotometri visibel menggunakan metode GOD-PAP. Resapan diukur pada
panjang gelombang maksimum, kemudian kadar glukosa darah dihitung dengan
rumus :
%100 mgxAA
glukosaKadarSt
S⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛=
Keterangan : As = resapan sampel
Ast = resapan standar
Kadar glukosa darah yang diperoleh selanjutnya dibuat kurva UTGO yang
menggambarkan hubungan nilai kadar glukosa darah lawan waktu sampling darah.
Dari kurva UTGO kemudian dihitung luas di bawah kurva dalam rentang waktu
tertentu dengan menggunakan metode trapezoid (LDDK0-300) dan rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
( ) ( )2112
10010
22CCxttCCx
ttLDDK tnt +
−++
−=−
( ) ( )113223 −− −−++−+ nnnn CCxttCCxtt
Keterangan: t = waktu (jam-1/menit-1) C = konsentrasi zat dalam darah (mg/dl) LDDKto-tn = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
E. Analisis Hasil
Data kadar glukosa darah pada setiap kelompok perlakuan dianalisis secara
statistik dengan menggunakan uji General-Linier Model Repeated Measured. Harga
LDDK0-300 glukosa darah diuji menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk
menguji distribusinya, jika distribusinya normal dilanjutkan dengan analisa Anova
One Way dan Posh Hoc test Tukey dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika nilai
LDDK0-300 glukosa darah mempunyai variansi yang berbeda maka dilakukan uji
Kruskal Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95%
untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penentuan Dosis Jamu
Penentuan ini berdasarkan pada penggunaan pada manusia, yaitu diseduh
dengan air panas. Dosis yang digunakan adalah dosis efektif hasil penelitian yang
telah dilaksanakan sebelumnya oleh Nursalim (2008) yaitu 12,6 ml/ kgBB hasil
penyeduhan 21 gram serbuk jamu antidiabetes “AD” dalam 200 ml air panas.
Gambar serbuk jamu dan larutan jamu dapat dilihat pada lampiran 1. Preparasi bahan
sesuai dengan tata cara yang tertera pada halaman 39 sampai 41, dan untuk lebih
lengkapnya preparasi bahan dapat dilihat pada lampiran 5 dan data nilai LDDK0-300
penelitian Nursalim (2008) pada lampiran 6.
B. Penentuan Dosis Ekstrak Mahkota dewa
Ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dibuat oleh IOT. Sari Sehat-
PT. Capung Indah Abadi dengan tata cara yang tertera pada lampiran 4. Proses
pembuatan ekstrak etanolik mahkota dewa meliputi proses maserasi, infusa,
kemudian dipekatkan dan ditambah dengan bahan pengisi tepung jagung dan terakhir
dioven. Perhitungan pembuatan dosis ekstrak etanolik mahkota dewa tercantum pada
lampiran 5 dan gambar ekstrak mahkota dewa dapat dilihat pada lampiran 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. Percobaan Pendahuluan
1. Penetapan operating time
Pengukuran kadar glukosa darah ini menggunakan pereaksi GOD-PAP.
Reaksi yang terjadi antara glukosa dengan pereaksi GOD-PAP merupakan reaksi
enzimatis yang menghasilkan senyawa berwarna, sehingga perlu dilakukan suatu uji
untuk mengetahui operating time (OT) dari reaksi tersebut.
Tujuan penentuan operating time ini adalah mengetahui kapan waktu
resapan senyawa berwarna kuinonimin hasil reaksi GOD-PAP dengan glukosa yang
memberikan resapan yang stabil saat dilakukan pengukuran dengan menggunakan
spektrofotometer visibel. Sesuai dengan informasi pada leaflet GOD-PAP, maka
pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 500 nm selama 60 menit.
Prinsip kerja dari reagen GOD-PAP adalah GOD (Glucose oxidase) akan
mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida,
kemudian hidrogen peroksida dengan 4-amino-antipirin dan fenol akan membentuk
senyawa kuinonimin dengan bantuan enzim peroksidase. Senyawa kuinonimin ini
berwarna merah muda, dan intensitas warnanya akan meningkat sebanding dengan
konsentrasi glukosa. Semakin tinggi konsentrasi glukosa yang terdapat dalam plasma
darah, maka warna yang dihasilkan dari reaksi ini akan semakin pekat (tinggi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
H O H
HOH
CH2OH
H
OHOHH
OHOH
H
HC
OH
HOH
CH2OH
H
O
OHOH
+ O2 + H2O2
glukosa
GOD
asam glukonat hidrogen peroksida
H2O2 H2N
NN
CH3
OCH3
PAP
OH
O
NN
CH3N
OCH3
+ + + H2O
fenol
hidrogen peroksida
4 amino-antipirinkuinonimin
(berwarna merah muda)
Gambar 5. Reaksi enzimatik antara glukosa dan reagen GOD-PAP ( DiaSys, 2006)
Data penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar 100 mg/dl
ditunjukkan pada tabel VII.
Tabel VII. Data hasil penetapan waktu resapan stabil larutan glukosa standar
Waktu (menit) Resapan Waktu (menit) Resapan 5 0,336 35 0,363
10 0,361 40 0,362
15 0,365 45 0,361
20 0,365 50 0,361
25 0,364 55 0,361
30 0,364
60 0,360
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Grafik Waktu Resapan Stabil Glukosa standar
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.450
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65
Waktu (menit)
Res
apan
Gambar 6. Grafik hubungan antara resapan dan waktu resapan stabil reaksi glukosa standar pada λ 500 nm
Hubungan antara resapan glukosa standar dengan waktu inkubasi dapat
dilihat pada gambar 6. Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa dari menit ke-15
sampai menit ke-30 memberikan grafik yang relatif datar, sehingga diperkirakan
pada menit ke-15 sampai menit ke-30 terjadi reaksi yang stabil antara glukosa
standar dengan pereaksi GOD-PAP. Berdasarkan hasil uji penetapan operating time,
maka penetapan kadar glukosa darah dengan spektrofotometer visibel dapat
dilakukan pada menit ke-15 sampai menit ke-30 setelah pemberian pereaksi GOD-
PAP.
2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λ maksimum)
Penetapan ini bertujuan untuk menentukan panjang gelombang dimana
terjadi serapan maksimum senyawa kuinonimin. Pengujian menggunakan rentang
panjang gelombang 400-600 nm, yaitu 100 nm di bawah sampai 100 nm di atas
panjang gelombang yang tertera pada leaflet Dyasis. Dalam penetapan panjang
gelombang maksimum ini digunakan dua konsentrasi yang berbeda yaitu 100 mg/dl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dan 50 mg/dl dengan tujuan untuk memastikan panjang gelombang serapan
maksimum larutan glukosa standar.
Panjang Gelombang Maksimum Glukosa Standar
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
400 420 440 460 470 480 490 496 498 500 502 504 506 508 510 520 530 550 570 590 600
Panjang Gelombang
Absorbansi
100 mg/dl
50 mg/dl
Gambar 7. Kurva hubungan antara λ dan resapan maksimum glukosa selama operating time
Pada leaflet Dyasis tertera bahwa panjang gelombang yang memberikan
resapan maksimum terjadi pada panjang gelombang 500 nm, sedangkan berdasarkan
gambar di atas dapat dilihat bahwa resapan maksimum terjadi pada panjang
gelombang 502 nm. Perbedaan panjang gelombang ini dapat disebabkan perbedaan
instrumen yang digunakan.
3. Pembuatan kurva baku
Penetapan kadar glukosa yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan
secara spektrofotometri, sedangkan dalam penelitian yang menggunakan metode
spektrofotometri harus memenuhi persyaratan hukum Lambert-Beer. Hukum ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
menjelaskan bahwa seiring dengan meningkatnya kadar, maka resapan yang
diberikan juga akan meningkat. Pembuatan kurva baku bertujuan untuk mengetahui
linearitas dari alat yang digunakan.
Glukosa yang digunakan dalam pembuatan kurva baku adalah larutan
glukosa monohidrat dengan konsentrasi 10 mg/ml, dan berlaku sebagai larutan stok
glukosa. Glukosa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme,
sehingga aquadest yang digunakan sebagai pelarut ditambah dengan asam benzoat
dengan tujuan untuk mengawetkan glukosa selama disimpan dalam kurun waktu
tertentu. Jika larutan glukosa standar yang digunakan menjadi tempat pertumbuhan
mikroorganisme, maka dapat mengganggu penetapan kadar glukosa darah.
Kurva baku yang digunakan dibuat dengan kadar 75 mg/dl, 100 mg/dl, 150
mg/dl, 200 mg/dl dan 250 mg/dl. Penetapan kadar glukosa ini dilakukan pada
rentang waktu menit ke-15 hingga menit ke-30 setelah pemberian reagen GOD-PAP,
dan panjang gelombang 502 nm. Data hasil penetapan kadar glukosa kurva baku
ditunjukkan pada tabel VIII.
Tabel VIII. Hubungan kadar dan resapan glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm
Kadar (mg/dl) Resapan
75, 3705 0,266
100,4940 0,343
150,7410 0,478
A = 0,032169
B = 0,00306639 x 10-3
r = 0,99762
200,9880 0,668
226,1115 0,717
Persamaan Regresi Linear
Y = 0,003066 X + 0,032169
Pada tabel VIII diketahui bahwa koefisien regresi (r) hubungan kadar dan
resapan glukosa pada panjang gelombang 502 nm mendekati ± 1 yaitu 0,99762.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Harga r tabel dengan taraf kepercayaan 95% dengan df3 (df; degree of freedom)
adalah 0,878. Harga r hasil percobaan lebih besar bila dibandingkan dengan harga r
tabel, hal ini berarti bahwa persamaan kurva baku memiliki linearitas yang baik.
Pada persamaan kurva baku, sudut yang dibentuk oleh kurva hubungan
konsentrasi dan serapan sangat kecil (hampir datar) sehingga dari segi sensitifitas,
kurva ini tidak dapat disajikan. Diperlukan suatu manipulasi (faktor koreksi) agar
kurva dapat disajikan, yaitu dikalikan 300 agar menjadi lebih besar. Setelah dikalikan
300 maka persamaan kurva baku menjadi y = 0,9199 X + 9,6508. Gambar kurva
baku glukosa setelah dikalikan faktor koreksi ditunjukkan pada gambar 8.
Kurva Baku Gukosa
y = 0.9199x + 9.6508
0
50
100
150
200
250
0 25 50 75 100 125 150 175 200 225 250
Konsentrasi (mg/dl)
Resa
pan
x 30
0
Gambar 8. Kurva baku glukosa pada panjang gelombang maksimum 502 nm
4. Penetapan selang waktu pemberian glibenklamid
Tujuan dari penetapan pemberian glibenklamid adalah untuk melihat
pengaruh selang waktu pemberian terhadap daya hipoglikemik glibenklamid, agar
pada saat uji toleransi glukosa oral (UTGO) yaitu pemberian perlakuan larutan
glukosa monohidrat, glibenklamid sudah memberikan efek penurunan kadar glukosa
darah yang optimal. Waktu pemberian glibenklamid pada hewan uji, didasarkan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
penurunan harga luas daerah di bawah kurva dari menit ke-0 hingga menit ke-300
(LDDK0-300), yaitu waktu pemberian yang memberikan prosentase selisih LDDK
terbesar antara kontrol negatif (CMC 1%) dengan glibenklamid dosis 0,45 mg/kgBB.
Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 glibenklamid dengan
kontrol negatif CMC 1% dapat dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Hasil UTGO dan perhitungan prosentase selisih LDDK0-300 larutan glibenklamid dosis 0,45 mg/ kgBB
LDDK0-300 (mg.menit/dL) Selang Waktu
pemberian larutan
glibenklamid
sebelum UTGO
(menit ke- )
Kontrol
Negatif (CMC)
Perlakuan
(glibenklamid)
Selisih
LDDK0-300
(mg.menit/dL)
% Selisih
LDDK0-300
15 40.435,517 25.659,985 14.775,532 36,541
30 46.982,475 19.380,681 27.601,794 58,749
45 45.915,025 31.039,283 14.875,742 32,398
Tabel menunjukkan bahwa glibenklamid pada menit ke-30 sebelum UTGO
(Uji Toleransi Glukosa Oral) memberikan nilai prosentase selisih LDDK0-300 terbesar
bila dibandingkan dengan menit ke-15 dan menit ke-45, sehingga ditetapkan
pemberian glibenklamid yang digunakan adalah 30 menit sebelum UTGO.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
36.541
58.749
32.398
0.000
20.000
40.000
60.000
% se
lisih
LD
DK
15 30 45
Selang Waktu (menit)
Diagram Pengaruh Selang Waktu Pemberian Glibenklamid
Gambar 9. Diagram pengaruh selang waktu pemberian glibenklamid terhadap % selisih LDDK
Pada gambar 9 dapat dilihat dengan jelas bahwa pada pemberian menit ke-
30 sebelum UTGO memberikan persen selisih tertinggi terhadap kontrol negatif
CMC 1% dibandingkan dua menit yang lain yaitu dengan nilai sebesar 58,749%.
Glibenklamid pada menit ke-30 diperkirakan telah mencapai onsetnya sehingga
memiliki kemampuan menurunkan kadar glukosa darah tertinggi.
5. Penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”
Penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD” digunakan untuk
melihat pengaruh selang waktu pemberian terhadap efek penurunan kadar glukosa
darah, agar pada saat dilakukan UTGO, jamu antidiabetes “AD” sudah memberikan
efek dalam menurunkan kadar glukosa darah. Dalam penelitian ini, pemberian jamu
antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa didasarkan pada hasil
penetapan selang waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”, yaitu 30 menit sebelum
UTGO seperti hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD” yang paling
optimal yang telah dilakukan oleh Nursalim (2008), untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 7. Tujuan dari penambahan ekstrak mahkota dewa pada jamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
antidiabetes “AD” adalah untuk mengetahui apakah penambahan ekstrak etanolik
mahkota dewa akan memberikan peningkatan efek hipoglikemik jamu antidiabetes
“AD”, sehingga waktu pemberian campuran jamu antidiabetes “AD” dengan ekstrak
mahkota dewa ini mengikuti waktu pemberian optimal dari jamu antidiabetes “AD”
tersebut.
D. Efek Hipoglikemik Jamu antidiabetes “AD” dengan Penambahan Ekstrak Etanolik Daging Buah Mahkota Dewa
Dalam penelitian ini dilakukan penetapan kadar glukosa darah dengan
kelompok I sebagai kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB aquadest,
kelompok II sebagai kontrol negatif dengan perlakuan 12,5 ml/kgBB CMC 1%,
kelompok III sebagai kontrol positif dengan perlakuan glibenklamid dosis 0,45 mg/
kgBB. Kelompok IV menerima perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/
kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa, kelompok V
menerima perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan
penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa, dan kelompok VI menerima
perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Pada penelitian ini digunakan aquadest untuk
melarutkan jamu antidiabetes “AD”, dan CMC-Na 1% digunakan sebagai
pensuspensi glibenklamid dan ekstrak etanolik mahkota dewa. Pengukuran kadar
glukosa darah menggunakan instrumen spektrofotometer visibel, dengan metode
enzimatik GOD-PAP. Data kadar glukosa darah pada tiap perlakuan dan waktu
sampling dapat dilihat pada tabel X.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel X. Data kadar glukosa darah rata-rata dan LDDK0-300 setiap kelompok perlakuan
Keterangan :
Kelompok
Perlakuan
Kelompok
I
Kelompok
II
Kelompok
III
Kelompok
IV
Kelompok
V
Kelompok
IV
Kelompok
jamu
0 128,581 122,674 98,990 118,453 115,095 99,064 104,002
15 159,251 160,288 127,354 135,715 131,141 120,577 134,905
30 195,821 164,160 129,357 145,265 130,943 116,842 128,830
45 189,402 138,408 105,815 141,102 122,821 114,269 119,783
60 176,109 129,128 73,570 127,635 125,991 110,831 114,303
90 142,975 112,656 45,770 109,638 111,794 108,609 109,416
120 147,385 113,517 40,761 107,495 116,020 100,996 102,219
180 138,955 111,120 49,464 97,762 101,162 96,347 96,078
240 132,212 108,907 46,959 79,948 87,031 83,473 102,681 Kad
ar g
luko
sa d
arah
rat
a-ra
ta (m
g/dl
) tik
us p
utih
jan
tan
300 129,359 113,824 58,167 78,846 80,626 82,096 94,097
LDDK 0-300
(mg.menit/d
l)
44.166,250 35.872,583 18.573,372 31.245,771 31.756,653 29.567,124 31.735,357
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok VI Kelompok jamu
: :
Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Grafik hubungan antara kadar glukosa darah dan waktu sampling tiap-tiap
kelompok perlakuan yaitu aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu antidiabetes
“AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa dapat dilihat pada gambar 10.
Kurva Hubungan Antara Waktu Sampling dan Kadar Glukosa Darah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Waktu Sampling (menit)
Kad
ar (m
g/dL
)
Kelompok I Kelompok II Kelompok IIIKelompok IV Kelompok V Kelompok IV
Gambar 10. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian aquadest, CMC, glibenklamid, dan jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak mahkota dewa
Keterangan :
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Gambar 10 menunjukkan respon kadar glukosa darah dari hewan uji akibat
pembebanan glukosa saat UTGO dari berbagai perlakuan. Kelompok kontrol
aquadest menunjukkan kadar glukosa paling tinggi dibandingkan perlakuan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
lain. Kelompok kontrol CMC menunjukkan kadar glukosa tertinggi kedua setelah
kontrol aquadest. Kadar glukosa yang tinggi ini disebabkan pada kontrol negatif
tikus hanya diberi aquadest atau CMC saja yang tidak memiliki efek terapetik,
sehingga kadar glukosa darah ditentukan oleh kemampuan tubuh tikus itu sendiri
untuk mampu menurunkan kadar glukosa.
Kontrol positif yaitu glibenklamid memberikan rata-rata kadar glukosa yang
paling rendah dibandingkan perlakuan-perlakuan lainnya. Kelompok kontrol positif
mendapatkan perlakuan larutan glibenklamid yang merupakan obat antidiabetik oral
golongan sulfonilurea yang memiliki efek terapetik menurunkan kadar glukosa darah
dengan mekanisme kerja merangsang sekresi insulin pada sel beta pankreas. Bila
sekresi insulin meningkat maka glukosa dalam darah yang meningkat akibat
pembebanan glukosa dapat masuk ke dalam sel dengan perantara insulin tersebut,
sehingga kelompok yang mendapatkan perlakuan glibenklamid ini memiliki kadar
glukosa darah yang paling rendah dibandingkan kelompok perlakuan yang lain.
Pada kelompok-kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” yang ditambah
ekstrak mahkota dewa, kelompok VI yang menerima perlakuan jamu antidiabetes
“AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota
dewa memberikan efek penurunan kadar glukosa darah yang paling besar dibanding
kedua kelompok lainnya, hal ini dapat dilihat dari harga LDDK0-300 dari kelompok
VI yang paling kecil dibandingkan kelompok IV dan V.
Urutan penurunan kadar glukosa darah dari yang paling baik adalah
kelompok VI (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan
penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), kelompok IV (perlakuan jamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak
mahkota dewa), dan kelompok campuran V (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis
12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa).
Gambar 10 menunjukkan bahwa kurva perlakuan jamu yang ditambah
ekstrak mahkota dewa menurun secara perlahan-lahan sedangkan kurva glibenklamid
menurun secara drastis mulai menit ke-30. Penurunan kadar glukosa darah kelompok
glibenklamid yang drastis ini bisa disebabkan oleh sekresi insulin sel beta pankreas
yang meningkat karena perlakuan glibenklamid, sehingga dengan cepat mampu
membawa glukosa masuk ke dalam sel, akibatnya kadar glukosa plasma menurun
secara drastis.
Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah
jamu antidiabetes “AD” dan jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak mahkota
dewa, ditunjukkan pada gambar 11. Baik kurva jamu antidiabetes “AD”, maupun
kurva jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa memiliki
tipe yang relatif sama, yaitu menurun secara perlahan. Data kadar rata-rata glukosa
darah jamu antidiabetes “AD” untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Kurva Hubungan Antara Waktu Sampling dan Kadar Glukosa Darah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Waktu sampling (menit)
Kad
ar (m
g/dL
)
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Gambar 11. Kurva hubungan antara waktu sampling dan kadar rata-rata glukosa darah akibat pemberian jamu, dan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa
Keterangan:
(*) kelompok I : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB Kelompok II : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 63
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok III : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 189
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok IV :
(*) merupakan hasil penelitian Nursalim (2008)
Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Data kadar glukosa darah dianalisis menggunakan rancangan GLM
Repeated Measure untuk melihat perbedaan harga kadar glukosa darah pada setiap
waktu cuplikan akibat berbagai perlakuan. Hasil analisis statistik secara GLM
Repeated Measure menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna apabila
probability (p) < 0,05 dan perbedaan yang tidak bermakna apabila p > 0,05.
Ringkasan hasil analisis secara GLM Repeated Measure ditunjukkan pada tabel XI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel XI. Hasil analisis GLM Repeated Measure kadar glukosa darah
Subjek variasi Jumlah kuadran DbRata-rata
kuadran F P
Periode (waktu) 11.3915,183 9 12.657,243 67,643 0,000BBTes antar
subyek Periode (perlakuan) 3.5189,750 45 781,994 4,179 0,000BB
Di antara
Subyek Perlakuan (dosis) 16.0931,662 5 32.186,332 71,378 0,000BB
Keterangan: BB = berbeda bermakna (p<0,05) TB = berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Pada tabel XI dapat diketahui adanya perbedaan yang bermakna (p < 0,05)
antara purata kadar glukosa darah hewan uji yang dipengaruhi oleh periode waktu
(p = 0,000). Secara statistik terjadi perbedaan kadar glukosa darah yang bermakna
(signifikan) dari setiap waktu sampling darah (menit ke-0 sampai menit ke-300) pada
taraf kepercayaan 95%. Perbedaan yang bermakna (p<0,05) juga terlihat antara
purata kadar plasma hewan uji yang dipengaruhi oleh perlakuan (dosis), sehingga
perlakuan antar kelompok terbukti memberi pengaruh signifikan terhadap perbedaan
kadar glukosa darah pada menit ke-0 hingga menit ke-300 dengan taraf kepercayaan
95%.
Kemampuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik
mahkota dewa dalam menurunkan kadar glukosa darah dapat diperjelas dengan
membandingkan nilai LDDK0-300 (Luas Daerah Di bawah Kurva) glukosa darah dari
masing-masing kelompok. LDDK0-300 merupakan besaran yang menggambarkan
jumlah glukosa darah yang diamati pada menit ke-0 sampai menit ke-300 pada setiap
kelompok perlakuan. jamu antidiabetes “AD” yang ditambah ekstrak etanolik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
mahkota dewa dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest sebagai kontrol pelarut
jamu antidiabetes “AD” dan dibandingkan dengan kontrol CMC karena CMC ini
digunakan sebagai pensuspensi ekstrak mahkota dewa. Jamu antidiabetes “AD” yang
ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa juga dibandingkan dengan kontrol positif
yaitu glibenklamid untuk melihat seberapa besar efek hipoglikemik yang ditimbulkan
oleh jamu ini, bila dibandingkan dengan obat antidiabetik oral.
Tabel XII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap
LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap
kelompok negatif dan positif
Prosentase (%) perbedaan terhadap Kelompok
perlakuan N
Mean LDDK0-300 ± SE
(mg.menit/dL) Kelompok
I
Kelompok
II
Kelompok
III
Kelompok I 5 44.166,250 ± 1198,945 0 23,120BB 137,793BB
Kelompok II 5 35.872,583 ± 392,180 -18,778BB 0 93,140BB
Kelompok III 5 18.573,372 ± 328,880 -57,947BB -48,224BB 0
Kelompok IV 5 31.245,771 ± 1266,038 -29,254BB -12,898BB 68,229BB
Kelompok V 5 31.756,653 ± 731,460 -28,097BB -11,474BB 70,979BB
Kelompok VI 5 29.567,124 ± 541,118 -33,055BB -17,577BB 59,191BB
Jamu antidiabetes
“AD” 5 31.735,357 ± 1293,827 -28,146BB
-11,533BB 70,865BB
Keterangan :
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan
penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan
penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok VI Jamu antidiabetes “AD” BB TB
: : : :
Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB Beda Bermakna Beda Tidak Bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel XII menunjukkan adanya perbedaan antara kelompok kontrol
glibenklamid, kelompok IV (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB
ditambah 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), kelompok V (perlakuan jamu
antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB ditambah 189 mg/kgBB ekstrak mahkota
dewa), dan kelompok VI (perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB
ditambah 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa), terhadap kontrol CMC, dengan
perbedaan nilai LDDK0-300 berturut-turut sebesar 48,2%; 12,9%; 11,5%; dan 17,6%.
Perbedaan nilai LDDK0-300 yang paling besar terlihat pada kontrol positif yang
mendapat perlakuan glibenklamid. Pada kelompok perlakuan jamu antidiabetes
“AD”, kelompok VI dengan penambahan dosis ekstrak mahkota dewa sebesar 567
mg/kgBB memberikan perbedaan nilai LDDK0-300 yang paling besar yaitu 17,6%.
Perbedaan harga LDDK0-300 kelompok IV, V, dan VI, terhadap kontrol
negatif aquadest, berturut-turut adalah sebesar 29,3%; 28,1%; dan 33,1%. Perbedaan
nilai LDDK0-300yang paling besar terlihat pada kelompok VI yaitu kelompok yang
memperoleh perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/
kgBB dan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Jamu antidiabetes “AD” dalam
memiliki perbedaan harga LDDK0-300 terhadap kontrol negatif aquadest sebesar
28,1%.
Perbedaan harga LDDK0-300 antara kelompok kontrol negatif aquadest,
kontrol negatif CMC, kelompok IV, V, VI, dan kelompok jamu antidiabetes “AD”
terhadap kontrol positif glibenklamid, berturut-turut sebesar 137,8%; 93,1%; 68,2%;
71,0%; 59,2%; dan 70,9. Perbedaan yang paling kecil terdapat pada kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
perlakuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa
dengan dosis 567 mg/kgBB, yaitu kelompok VI.
Pada tabel XIII dapat dilihat bahwa kelompok perlakuan dengan dosis
penambahan ekstrak mahkota dewa tertinggi yaitu kelompok VI, memiliki
prosentase perbedaan nilai LDDK0-300 terbesar terhadap jamu antidiabetes “AD”
dibanding 2 kelompok yang lain yaitu sebesar 6,8%, namun nilai LDDK0-300 ketiga
jamu antidiabetes “AD” yang mendapat penambahan ekstrak mahkota dewa dengan
dosis yang berbeda tersebut memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap nilai
LDDK0-300 jamu antidiabetes “AD” dalam bentuk tunggal.
Tabel XIII. Pengaruh praperlakuan jamu antidiabetes ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa terhadap
LDDK0-300 kadar glukosa darah tikus putih jantan dan prosentase perbedaan terhadap
kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD”
Kelompok perlakuan N Mean LDDK0-300 ± SE
(mg.menit/dL)
Prosentase (%)
perbedaan terhadap
Jamu antidiabetes
“AD”
Makna
Perbedaan terhadap
jamu antidiabetes
“AD”
Jamu antidiabetes “AD” 5 31.735,357 ± 1293,827 0 -
Kelompok IV 5 31.245,771 ± 1266,038 -1,543 TB
Kelompok V 5 31.756,653 ± 731,460 0,067 TB
Kelompok VI 5 29.567,124 ± 541,118 -6,832 TB
Keterangan:
Jamu antidiabetes “AD” : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok IV :
Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
TB : Beda tidak bermakna
BB : Beda bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Diagram LDDK 0-300 Glukosa Darah Masing-Masing Perlakuan
35872.58331245.771
18573.372
44166.250
31756.653 29567.124
0
15000
30000
45000
60000
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VI
Perlakuan
LDD
K 0-
300 (m
g.m
enit/
dL)
Gambar 12. Diagram LDDK0-300 glukosa darah masing-masing perlakuan Keterangan :
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB Kelompok III : Glibenklamid dengan dosis 0,45 mg/kgBB Kelompok IV : Perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 63
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok V : Perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 189
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok VI : Perlakuan campuran jamu antidiabetes “AD” dengan dosis 12,6 ml/ kgBB dan 567
mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
Data LDDK0-300 dari keenam kelompok perlakuan termasuk nilai LDDK0-300
dosis efektif dari jamu antidiabetes “AD” kemudian dianalisis menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov untuk menguji distribusi datanya, karena distribusinya normal
maka dilanjutkan dengan uji Anova One Way untuk terlebih dahulu mengetahui
homogenitas variansi data LDDK0-300. Data penelitian jamu antidiabetes yang
dilakukan oleh Nursalim (2008) disertakan dalam analisis statistik karena uji statistik
ini juga bertujuan untuk melihat apakah ada perbedaan yang bermakna pada efek
penurunan kadar glukosa darah terhadap hewan uji antara jamu antidiabetes “AD”
dengan jamu antidiabetes “AD” yang mendapat penambahan ekstrak etanolik
mahkota dewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Hasil uji menunjukkan bahwa variansi data LDDK0-300 berbeda, sehingga
uji Anova One Way tidak dapat dilanjutkan. Syarat yang harus dipenuhi dalam uji
Anova One Way, antara lain data mempunyai distribusi normal, variansi data sama,
dan masing-masing data berdiri sendiri. Perbedaan variansi data LDDK0-300 dapat
dilihat dari tabel XIV yang menunjukkan nilai p < 0,05 yaitu 0,002.
Tabel XIV. Hasil analisis homogenitas variansi menggunakan uji Anova One Way
Levene Statistic Df1 Df2 Sig.
4,833 6 28 0,002
Data LDDK0-300 kemudian dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk
mengetahui apakah ada perbedaan nilai LDDK0-300 yang bermakna dari kelompok-
kelompok perlakuan. Berdasarkan pada tabel XV dapat diketahui bahwa semua
kelompok perlakuan memiliki rata-rata LDDK0-300 (Mean) yang memang berbeda,
hal ini berdasarkan pada nilai probabilitas data LDDK0-300 tersebut yang
menunjukkan nilai sebesar 0,000 atau p < 0,05.
Tabel XV. Test Mean LDDK0-300 keenam kelompok perlakuan dengan uji Kruskal-Wallis
LDDK
Chi-Square 28,084
Df 6
Asymp. Sig. 0,000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Ada perbedaan LDDK0-300 yang signifikan di antara keenam kelompok
perlakuan. Analisis Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney
untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda dan tidak berbeda, juga untuk
mengetahui pengaruh peringkat dosis ekstrak etanolik mahkota dewa yang
ditambahkan pada jamu antidiabetes “AD” pada masing-masing kelompok. Hasil uji
dinyatakan berbeda bermakna antar kelompok perlakuan bila nilai p < 0,05. Hasil ini
dapat dilihat pada lampiran 11 dan secara ringkas dapat dilihat pada tabel XVI.
Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah pada tabel XVI
menunjukkan bahwa kelompok perlakuan glibenklamid (kelompok III) dan
kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik
mahkota dewa (kelompok IV, V, dan VI) bila dibandingkan dengan kedua kontrol
negatif yaitu aquadest dan CMC, menunjukkan nilai LDDK0-300 yang berbeda
bermakna. Kontrol positif glibenklamid dan tiga kelompok perlakuan jamu
antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak mahkota dewa dapat menurunkan
kadar glukosa darah bila dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest dan CMC.
Jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik mahkota dewa
memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah yang lebih kecil bila dibandingkan
glibenklamid, hal ini ditunjukkan dari nilai LDDK0-300 yang berbeda bermakna dengan
kontrol positif glibenklamid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel XVI. Hasil uji Mann-Whitney LDDK0-300 glukosa darah tikus putih jantan terbebani glukosa
Kelompok 1 2 3 4 5 6 7
1 _ BB BB BB BB BB BB
2 BB _ BB BB BB BB BB
3 BB BB _ BB BB BB BB
4 BB BB BB _ TB TB TB
5 BB BB BB TB _ TB TB
6 BB BB BB TB TB _ TB
7 BB BB BB TB TB TB _
Keterangan:
Kelompok I : Aquadest 12,5 ml/kgBB Kelompok II : CMC 1% 12,5 ml/kgBB Kelompok III : Glibenklamid dosis 0,45 mg/kgBB (*) Kelompok IV : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB Kelompok V : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
63 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Kelompok VI : Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan
189 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa.
(*)merupakan hasil penelitian Nursalim (2008)
Kelompok VII BB TB
: : :
Perlakuan jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB dengan penambahan 567 mg/kgBB ekstrak mahkota dewa. Berbeda bermakna (p<0,05) Berbeda tidak bermakna (p>0,05)
Kelompok perlakuan jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak
mahkota dewa, menunjukkan perbedaan nilai LDDK0-300 yang tidak bermakna dengan
jamu antidiabetes “AD”. Perbedaan yang tidak bermakna ini disebabkan karena
peningkatan daya penurunan kadar glukosa darah yang dihasilkan oleh ekstrak
etanolik mahkota dewa tidak besar, yaitu sebesar 1,543%, 0,067%, dan 6,832%, dan
secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Hal ini dapat disebabkan karena
kandungan tanin pada komposisi jamu antidiabetes “AD” yang dimungkinkan telah
mengikat senyawa aktif dalam ekstrak etanolik mahkota dewa, sehingga mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
aktivitasnya dalam menurunkan kadar glukosa darah. Tanin memiliki kemampuan
untuk membentuk kompleks senyawa dengan senyawa lain (Anonim, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jamu antidiabetes “AD” dengan penambahan ekstrak etanolik daging buah
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) dengan dosis 63
mg/kgBB, 189 mg/kgBB, dan 567 mg/kgBB memberikan penurunan kadar
glukosa darah sebesar 28,1% sampai 33,1% terhadap kontrol negatif aquadest,
sebesar 11,5% sampai 17,6% terhadap kontrol negatif CMC, dan sebesar 0,1
sampai 6,9 terhadap jamu antidiabetes “AD”.
2. Penambahan ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa
(Scheff.) Boerl.) pada jamu antidiabetes “AD” tidak memberikan pengaruh
terhadap efek hipoglikemik jamu antidiabetes “AD”.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan frekuensi pemberian kombinasi
jamu antidiabetes “AD” dengan ekstrak etanolik mahkota dewa(Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) yang lebih sering (pemakaian berulang).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
DAFTAR PUSTAKA
Adam, M.F., 2000, Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes mellitus yang Baru, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No.127, 37 – 39, Jakarta
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, ed III, 9, 32, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
departemen Kesehatan Republik Indonesia, 16-19, Jakarta Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik
(Pedoman Pengujian dan Pengembangan Fitofarmaka) 233-240, Balai Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam, Jakarta
Anonim, 1992, Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman Fitofarmaka, dalam
kumpulan Undang-undang Farmasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi V, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta Anonim, 1997, Pure Herbal Extract Procesing & Formulator,
http://www.mdidea.com/idea/ diakses tanggal 28 Mei 2008 Anonim, 1999, Licoride Root, http://www.healthymagnets.com/licorideroot.htm,
diakses tanggal 28 Mei 2008 Anonim, 2005, Tannins, http://www.ansci.cornell.edu.plants/toxicagents/tannin/,
diakses tanggal 15 Juni 2005 Anonim, 2006, Herbasin Chinese Herb Database,
http://www.herbasin.com/database, diakses tanggal 28 Mei 2008 Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama,
hal 6, 13-38, Departemen Kesehatan RI, Jakarta Anonim, 2008, Zipcodezoo: Taxonomy, http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD
/xhtml1-transitional.dtd, diakses tanggal 28 Mei 2008 Bestari, T., 2001, Efek Hipoglikemi Perasan Daging Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Diabetes mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Cartailler, J.P., 2004, Insulin - from secretion to action, www.betacell.org/content/
articles/print.php?aid=1, diakses tanggal 30 April 2008 Chang, H.M., and But, P.P.H., 1987, Pharmacology and Applications of Chinese
Materia Medica, translated by Yeung, S.C.S., Yao, S.C., and Wang, L.L., Vol 2, hal 802, 1163,1041, World Scientific, Singapore
Choate, C.J., 1999, Modern Medicine And Traditional Chinese Medicine Diabetes
Mellitus, The Journal of Chinese Medicine No 60, 5 Cooper, G.R., and McDaniel, V., 1966, Workshop Manual of Methods For The
Determination of Glucose, 24, 29-31, US Departement of Health, Education, and Welfare, Geoegia
Czygon, F.C., Frohne, F., Hotzel, C., Nagell, A., Pfander, H.J., Willuhn, G., Buff,
W., 2001, Herbal Grugs & Phytopharmaceutical 2nd Ed, hal 302, Medpharm, Germany
Dollery, S.C., 1999, Therapeutic Drugs, 2th Edition, Vol I, G 64 – 69, Churchill
Livingstone, London Duke, 2007, Dr. Duke's Phytochemical and Ethnobotanical Databases. http://
www.ars-grin.gov, diakses tanggal 30 Oktober 2007 Evans, J.L., and Rushakoff, R.J., Diabetes and Carbohydrate Metabolism: Oral
Pharmacological Agents for Type 2 Diabetes: Sulfonilureas, Meglitinides, Metformin, Thiazolidinediones, α-Glucosidase Inhibitors and emerging approaches,http://www.endotext.org/diabetes/diabetes16/diabetesframe16, diakses tanggal 21 April 2008
Fatah,A.M., 1989, Spektroskopi, 45-46, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Fern, K., 1997, Plants For A Future : Sophora japonica-L, http://www.pfaf.org/
database/plants.php?. Diakses tanggal 28 Mei 2008 Handoko, T., dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukagon dan antidiabetik Oral dalam
Ganiswara, (Ed), Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, 469, 471, 476,477, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Harmanto, N., 2008, Plantamor Situs Dunia Kedokteran : Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa(Scheff) Boerl), http://www.plantamor.com/spcdtail.php. diakses tanggal 21 April 2008
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Irawan,M.A., 2007, Glukosa dan Metabolisme Energi, http://www.pssplab.com/ journal/06.pdf, diakses tanggal 25 April 2008
Khopkar, 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry diterjemahkan oleh
Saptoraharjo, A., 193, 204, Universitas Indonesia Press, Jakarta Merentek, E., 2006, Resistensi Insulin Pada Diabetes mellitus Tipe 2, Majalah
Cermin Dunia Kedokteran, No 150,38, 39, Jakarta
Morita, H., 2007, Studies on the constituents from the fruits of Phaleria macrocarpa Journal of Natural Medicines Vol 62, http://www.springerlink.com /favicon.ico"><title>SpringerLink - Journal Article</title> <link type="text/css, diakses tanggal 22 Mei 2008
Mulja, M dan Suharman, 1995, Analisis Instrumenal, 1 - 59, 238, Airlangga Universitas Press, Surabaya
Nursalim, 2008, Daya Hipoglikemik Produk Jamu Antidiabetes “AD” Dibandingkan
Dengan Glibenklamid Pada Tifus Putih Jantan Terbebani Glukosa, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Nolte, M.S., and Karam, J.H., 2002, Hormon Pankreas dan Obat antidiabetes, dalam
Katzung, B.G., (Ed), Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Buku 2, Edisi 8, 699, Salemba Medika, Jakarta
Reasner, C., and DeFronzo, R.A., 2006, Diabetes and Carbohydrate Metabolism :
Classification And Diagnosis Of Diabetes Mellitus , http://www.endotext.org/ diabetes/diabetes1/diabetesframe1.htm, diakses tanggal 21 April 2008
Ritschell, W.A., 1974. Laboratory Manual of Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics, 17, Drug Intelligenz Publication : Hamilton Rushakoff, R., and Goldfine, I., 2006, Diabetes and Carbohydrate Metabolism : Non
Type 1 - Non Type 2 Diabetes Mellitus, http://www.endotext.org/ diabetes/diabetes7/diabetesframe7.htm, diakses tanggal 21 April 2008
Santoso, J., dan Saryono, 2005, Penggunaan Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Putih jantan Yang Diinduksi Aloksan, http://www.info.stikesgombong.ac.id/edisi2saryono.doc, diakses tanggal 23 April 2008
Saragih, H.E., 2001, Daya Hipoglikemik Rebusan Daging Buah Makuto Dewo
(Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Tikus Diabetes mellitus Tergantung Insulin(DMTI), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Seputra, E.A., Artikel-Alternatif : Manfaat Mahkota dewa, http://www.artikel-
alternatif.blogspot.com/2008.php, diakses tanggal 21 April 2008 Sisilia, 2001, Efek Hepatoprotektif Air Perasan Buah Makuto Dewo (Phaleria
macrocarpa (Scheff.) Boerl.) Pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Soegondo, S., 2007, Diabetes the Sillent Killer, http://www.medicastore.com/
diabetes/. diakses tanggal 14 April 2008 Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 1989, Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian, 14 Penerbit Liberty, Yogyakarta Suharmiati, 2003, Pola Komplikasi Kronik Diabetes mellitus Tipe II pada Lansia di
RSUP Manado, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No 140, 8, Jakarta Sukandar E.Y., 2004, Tren dan Paradigma Dunia Farmasi, Industri-Klinik-
Teknologi Kesehatan, disampaikan dalam orasi ilmiah Dies Natalis ITB, http://itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf, diakses tanggal 14 Januari 2006
Syahputra, MHD,. 2003, Diabetik Ketoacidosis, http://library.usu.ac.id /download/fk
/biokimia-syahputra2.pdf, diakses tanggal 25 April 2008 Thomson, G.E., 2007, The Health Benefits of Traditional Chinese Plant Medicines:
Weighing the scientific evidence, 20, 99, 124-125, Rural Industries Research and Development Corporation, Knoxfield
Trevor, A.J., Katzung, B.G., and Masters, S.B., 2002, Pancreatic Hormones,
Antidiabetic, Agents, & Hyperglycemic Drugs, dalam Katzung & Trevor’s Pharmacology Examination & Board Review sixth edition, 363, The McGraw-Hill Companies, USA
Triplitt, C.L., Reasner, C.A., and Isley, W.L., 2005, Endocrinologic Disorder, in
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., (Eds), dalam Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, 1337, McGraw-Hill Companies, USA
Voigt, R,1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 566, Gajah Mada University
Press: Yogyakarta Widowati, L., Dzulkarnain, B., dan Sa’roni, 1997, Tanaman Obat untuk Diabetes
mellitus, Majalah Cermin Dunia Kedokteran, No.116, 53-60, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Winarto, W.P., 2005, Mahkota Dewa: Budi Daya & Pemanfaatan untuk Obat, 1-11, Penebar Swadaya, Jakarta
Winarto, W., dan Karyasari, T., 2006, Agronomi, http://e-course.ucu.ac. id/content/
budidaya/agronomi/texbook/pdf, diakses tanggal 15 Mei 2008 Yustriwani, 2005, Toksisitas Akut-Oral Ekstrak Etanolik Daging Buah Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.), Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto jamu antidiabetes “AD” dan foto ekstrak etanolik mahkota dewa
Serbuk jamu antidiabetes “AD” Larutan jamu antidiabetes “AD”
Suspensi ekstrak etanolik mahkota
dewa Ekstrak powder mahkota dewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 2. Foto hewan uji percobaan (tikus putih jantan)
Foto hewan uji tikus galur Wistar
Foto hewan uji tikus galur Wistar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Lampiran 3. Foto alat-alat penelitian
Neraca elektrik (Mettler Toledo AB 204, Switzerland)
Vortex (Janke-Kankel IKA® - Labortechnik)
Sentrifuge
(Hettich WBA SS, Germany)
Spektrofotometri visible (Optima® SP300, Japan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Magnetik Stirer (IKA KMD) Holder
Lampiran 4. Proses ekstraksi mahkota dewa
Proses ekstraksi daun buah mahkota dewa yang dilakukan oleh IOT. Sari
Sehat – PT. CIA Magelang adalah seperti berikut :
Kulit buah mahkota dewa kering digiling kasar, kemudian dimaserasi dengan 12 liter
etanolik 30% selama ½ jam, diinfusa selama ± 1 jam, kemudian disaring. Hasil
ekstrak dipekatkan, selanjutnya ditambahkan corn starch (tepung jagung) 200 g
sebagai bahan pengisi (filler), dicampur merata kemudian dioven pada 75-80 C.
Hasil ekstrak powder 399.25 g.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Lampiran 5. Preparasi bahan
a. Pembuatan larutan asam benzoat 0,1%
Berat kertas = 0,43958 g
Berat kertas +zat = 2,44779 g
Berat kertas + sisa = 0,44346 g
Berat zat = 2,00433 g
Sebanyak 2,00433 g serbuk asam benzoat p.a dilarutkan dengan aquadest hangat
dalam labu takar 2 L sampai tanda.
b. Pembuatan larutan stok glukosa 10 mg/ml
Penimbangan :
Berat kertas = 0,3959 g
Berat kertas +zat = 5,4269 g
Berat kertas + sisa = 0,4022 g
Berat zat = 5,0247 g
Sebanyak 5, 0247 g glukosa monohidrat dilarutkan dengan asam benzoat p.a 0,1 b/v
dalam labu takar 500 ml hingga tanda.
c. Pembuatan larutan natrium oksalat 2% b/v
Berat kertas = 0,4383 g
Berat kertas +zat = 5,4819 g
Berat kertas + sisa = 0,4458 g
Berat zat = 5,0361 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Natrium oksalat p.a sebanyak 5,0361 g dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar
250 ml sampai tanda.
d. Keseragaman bobot tablet
Berat rata-rata tablet glibenklamid
Ditimbang 20 kaplet glibenklamid yaitu:
1 199,8 mg 11 202,9 mg
2 200,5 mg 12 201,0 mg
3 203,8 mg 13 202,8 mg
4 206,2 mg 14 196,9 mg
5 203,5 mg 15 202,7 mg
6 198,9 mg 16 200,1 mg
7 205,3 mg 17 202,7 mg
8 200,2 mg 18 202,4 mg
9 199,6 mg 19 197,6 mg
10 202,1 mg 20 204,5 mg
Berat rata-rata = mgmg 675,20120
5,4033=
Berat rata-rata glibenklamid = 201,675 mg. berdasarkan Anonim (1979)
tablet dengan bobot 151-300 mg memiliki penyimpangan rata-rata tabler pada kolom
A = 7,5% dan kolom B = 15%.
Kolom A: 7,5% x 201,675 mg = 210,675 mg ± 15,126 mg. Berdasarkan
penombangan dua puluh tablet, tidak ada tablet yang menyimpang dari range
186,549 mg – 216,801 mg. kolom B: 15% x 210,675 = 210,675 mg ± 30,251.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Berdasarkan penimbangan dua puluh tablet, tidak ada tablet yang menyimpang dari
range 171,424 mg – 231,926 mg.
e. Pembuatan larutan glubenklamid 0,1125 mg/ml
Berat rata-rata tablet adalah 201,675 mg. Tiap tablet mengandung 5 mg zat aktif
glibenklamid sehingga serbuk yang harus ditimbang untuk mendapatkan 25 mg zat
aktif yaitu (25 mg : 5 mg) x 201,675 mg = 1,008375 g
Ambil acak 8 kaplet glibenklamid kemudian digerus, kemudian menimbang gerusan
glibenklamid agar memenuhi 1,008375 g
Berat kertas = 0,4210 g
Berat kertas +zat = 1,4314 g
Berat kertas + sisa = 0,4240 g
Berat zat = 1,0074 g
Sejumlah 1,00874 g dilarutkan dalam labu ukur 10 ml sebagai larutan induk dengan
konsentrasi 0,25 mg/ml. Untuk mendapatkan larutan glibenklamid dengan
konsentrasi 0,1125 mg/ml dengan volume 10 ml, maka
2211 VCVC ×=×
mLmLmgXmLmg 0,10/1125,010/25 ×=×
mLX 45,0=
Sebanyak 0,45 ml larutan induk dilarutkan dalam labu ukur 10 ml dengan aquadest
hingga tanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
f. Pembuatan Jamu antidiabetes “AD”
15.000 mg/50 kg manusia = 21.000 mg/70 kg manusia
Penggunaan pada manusia adalah sebanyak 21.000 mg jamu antidiabetes “AD”
diseduh dengan 200 ml air panas. Larutan dibuat sebanyak 25 ml sehingga
banyaknya serbuk jamu yang diseduh adalah :
mgmlxmlmg 625.225
20021000
=
Penyeduhan ini menghasilkan larutan jamu sebanyak 17,5 ml, sehingga perhitungan
dosis jamu antidiabetes “AD” untuk tikus 200 mg adalah :
17,5 ml/25 ml = 140 ml/200ml, jadi dosis pada manusia 70 kg dari 21.000 mg dalam
200 ml adalah sebesar 140 ml.
Dosis pada 200 g tikus = 140 ml/ 70 kg x 0,018 = 2,52 ml/200 g BB
= 12,6 ml/kgBB tikus.
g. Perhitungan dosis pada tikus 200 g
1) Dosis 1
500 mg/50 kg = 700 mg/70 kg
700 mg/70 kg x 0,018 = 12,6 mg/200 g = 63 mg/kgBB
2) Dosis 2
1.500 mg/50 kg = 2.100 mg/70 kg
2.100 mg/70 kg x 0,018 = 37,8 mg/200 g = 189 mg/kgBB
3) Dosis 3
4.500 mg/50 kg = 6.300 mg/70 kg
6.300 mg/70 kg x 0,018 = 113,4 mg/200 g
= 567 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
h. Perhitungan volume penyuntikan
1) Glibenklamid
Dosis = 0,45 mg/kgBB
C = 0,1125 mg/ml
BB = 190,5 gram = 0,1905 kg
CBBxDV )(
=
mLmLmLmg
kgxkgBBmgV 76,0762,01125,0
1905,0/45,0===
2) Jamu antidiabetes “AD”
Dosis = 12,6 ml/kgBB
BB = 182 g = 0,1820 kg
mlkgxkgBBmlV 293,21820,0/6,12 ==
3) Ekstrak etanolik daging buah mahkota dewa dosis 189 mg/kgBB
Dosis = 189 mg/kgBB
C = 37,8 mg/ml
BB = 199,3 gram = 0,1993 kg
CBBxDV )(
=
mLmLmg
kgxmlmgV 997,08,37
1993,0/189==
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4) Glukosa
D = 1,75 g/kgBB
C = 23,334 g/100 ml
BB = 206,2 gram = 0,2062 kg
CBBxDV )(
=
mLmLmg
kgxmgV 546,134,233
2062,01750==
i. Perhitungan LDDK0-300
menit 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300
Resapan 0.312 0.433 0.436 0.411 0.425 0.391 0.334 0.292 0.283 0.299
Kadar 86,55 120,11 120,95 114,01 117,89 108,46 92,65 81,00 78,50 82,94
Standar glukosa 100,7 mg/dl = 0,363 Kadar glukosa menit ke-0 = (0,312 : 0,363) x 100,7 mg/dl = 86,55 mg/dl
( ) ( )95,12011,1202
153011,12055,862
0153000 +−
++−
=− xxLDDK
( ) )89,11701,114(2
456001,11495,1202
3045+
−++
−+ xx
( ) )65,9246,108(2
9012046,10889,1172
6090+
−++
−+ xx
)50,7800,81(2
180240)00,8165,92(2
120180+
−++
−+ xx
)94,8250,78(2
240300+
−+ x
= 28110,69 mg.menit/dL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 6. Data kadar glukosa darah darah pada tiap perlakuan dan waktu sampling
Tabel I Kontrol negatif (CMC 1%) 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK
1 119.5399 127.8371 145.9678 130.6028 132.1393 102.3311 121.3837 118.6180 99.2581 108.1698 34785.6612 2 127.8371 167.7861 169.9372 142.2802 131.8320 118.3107 127.2225 104.4822 103.8676 104.1749 36025.6192 3 118.6180 176.0833 169.0153 130.6028 131.5247 102.9457 96.4924 124.1494 122.3056 124.4567 36935.9972 4 113.7012 150.2700 172.3956 141.6656 98.0289 120.7691 128.1444 107.2479 114.9304 122.3056 36412.8179 5 133.6758 179.4636 163.4839 146.8897 152.1138 118.9253 94.3413 101.1019 104.1749 110.0136 35202.8218 x 122.6744 160.2880 164.1600 138.4082 129.1277 112.6564 113.5168 111.1199 108.9073 113.8241 35872.5835
Tabel II Kontrol negatif (aquadest)
0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK 1 154.3226 166.6425 226.2966 191.6064 183.8254 148.4869 152.0531 150.1079 143.2995 145.8932 47339.9131 2 138.1122 188.0401 229.2144 194.8485 161.1309 144.2722 139.7333 127.4134 114.1209 108.6094 42209.3354 3 98.8832 124.8197 148.1627 153.6742 153.9984 131.3039 136.8154 138.1122 154.9710 141.3543 42527.8689 4 138.4364 140.7059 196.4695 208.7894 206.8441 144.2722 164.0488 157.5647 132.9249 127.0892 46834.1500 5 113.1483 176.0445 178.9623 198.0906 174.7476 146.5416 144.2722 121.5777 115.7419 123.8471 41919.9806 x 128.5805 159.2505 195.8211 189.4018 176.1093 142.9753 147.3846 138.9552 132.2117 129.3586 44166.2496
Tabel III Kontrol positif (Glibenklamid)
0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK 1 100.8061 141.8173 133.6777 93.6057 54.7859 39.7589 36.3153 53.5337 55.0990 50.7161 18391.6392 2 115.8331 130.8601 138.6867 106.7543 76.0742 62.9256 66.3693 44.1418 38.8198 44.7679 19420.0495 3 98.6147 122.4074 121.4683 102.3714 90.1620 42.8896 24.4189 36.6283 48.8378 75.7611 17748.2958 4 86.0922 125.2250 132.1124 112.7025 69.4999 34.1238 30.6801 50.7161 49.4639 62.6125 18053.5317 5 93.6057 116.4593 120.8421 113.6417 77.3264 49.1508 46.0202 62.2994 42.5765 56.9774 19253.3438 x 98.9904 127.3538 129.3574 105.8151 73.5697 45.7697 40.7607 49.4639 46.9594 58.1670 18573.3720
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Tabel IV Jamu antidiabetes “AD” (dosis 12,6 ml/ kgBB ) ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa ( dosis 63 mg/kgBB ) NO 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK 1 126.1046 119.6769 115.3918 123.3498 104.6790 112.0249 95.4967 102.2304 77.1319 87.2325 29714.1520 2 119.3708 131.0018 134.9809 137.4295 126.4106 105.5973 112.9432 110.8006 111.1067 78.0502 33697.0053 3 131.6140 148.7544 141.7146 130.6957 143.5511 122.1255 139.8781 109.8824 82.9474 81.7231 34514.2363 4 112.6371 162.2219 202.0122 188.2386 142.6328 101.0061 90.2933 79.2745 65.1948 83.5596 30609.4331 5 102.5365 116.9222 132.2261 125.7985 120.9012 107.4337 98.8635 86.6204 63.3584 63.6644 27694.0304 x 118.4526 135.7154 145.2651 141.1024 127.6350 109.6375 107.4950 97.7616 79.9478 78.8460 31245.7714
Tabel V Jamu antidiabetes “AD” (dosis 12,6 ml/ kgBB ) ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa ( dosis 189 mg/kgBB )
no 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK 1 114.8970 137.3482 152.2056 129.4243 117.8685 119.5193 122.1607 74.2869 82.8711 81.5505 30757.2467 2 109.6144 127.1131 124.4718 137.3482 128.4338 114.2367 116.2177 103.0111 103.6715 100.0397 33604.9107 3 105.3223 133.7164 133.7164 104.6620 115.2272 108.6239 121.8305 114.5669 59.4295 46.5531 29541.4180 4 127.1131 130.0846 122.4908 120.1797 141.6403 97.7285 109.6144 102.6810 94.0967 85.5125 31968.1230 5 118.5289 127.4433 121.8305 122.4908 126.7830 118.8590 110.2748 111.2652 95.0872 89.4744 32911.5664 x 115.0951 131.1411 130.9430 122.8210 125.9906 111.7935 116.0196 101.1622 87.0312 80.6260 31756.6530
Tabel VI Jamu antidiabetes “AD” (dosis 12,6 ml/ kgBB ) ditambah ekstrak etanolik mahkota dewa ( dosis 567 mg/kgBB ) no 0 15 30 45 60 90 120 180 240 300 LDDK 1 86.5521 120.1187 120.9510 114.0157 117.8994 108.4675 92.6551 81.0039 78.5072 82.9457 28110.6963 2 107.9127 123.4477 113.1835 106.5256 107.9127 108.4675 111.5190 98.7581 91.8229 83.2231 30588.6653 3 94.0421 112.0738 109.0223 113.7383 118.7317 109.8545 99.3129 108.1901 77.6749 77.9523 29654.4855 4 105.1386 122.0606 120.9510 128.7185 114.2931 110.1320 104.5837 105.1386 87.3843 79.6168 30886.1880 5 101.6732 125.1851 120.1015 108.3455 95.3186 106.1214 96.9073 88.6463 81.9740 86.7399 28595.5836 x 99.0637 120.5772 116.8418 114.2687 110.8311 108.6086 100.9956 96.3474 83.4727 82.0956 29567.1237
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tabel VII Jamu antidiabetes “AD” dosis 12,6 ml/ kgBB no 0 15 30 45 60 90 120 180
(*) Data hasil penelitian Nursalim (2008)
240 300 LDDK 1 67.3534 115.5574 111.9256 131.7354 122.8210 85.8426 89.8046 81.5505 92.7761 85.1823 28288.4459 2 115.8875 159.1390 135.0370 140.3197 122.1607 119.5193 118.1987 108.9541 101.3603 107.9636 34897.5025 3 103.3413 140.3197 157.4882 103.3413 101.6905 116.5479 105.6525 104.9921 125.7925 107.3033 34397.3041 4 132.7259 134.7069 134.7069 123.8115 114.5669 120.5098 113.2462 88.4839 96.4079 72.9662 31465.4484 5 100.7000 124.8020 104.9921 99.7095 110.2748 104.6620 84.1918 96.4079 97.0682 97.0682 29628.0861 x 104.0016 134.9050 128.8300 119.7835 114.3028 109.4163 102.2188 96.0777 94.0967 102.6810 31735.3574
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Lampiran 7. Tabel dan kurva hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD” Lampiran 7. Tabel dan kurva hasil penetapan waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”
Tabel. Hasil UTGO dan LDDK0-300 jamu antidiabetes
Waktu pemberian jamu antidiabetes
Sebelum UTGO (menit ke-) LDDK0-300 (mg.menit/dL)
15 35797,005
30 28893,977
45 33674,949
Diagram pengaruh waktu pemberian jamu antidiabetes “AD”
35797.005
28893.97733674.949
0
10000
20000
30000
40000
LD
DK
(mg.
men
it/dL
)
15 30 45
Waktu (menit)
Diagram Pengaruh Waktu Pemberian Jamu Antidiabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Lampiran 8. Hasil Uji Distribusi Data dengan Tes Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
LDDK N 35
Mean 31845.30149 Normal
Parameters(a,b) Std. Deviation 7405.828597
Absolute .145 Positive .103
Most Extreme Differences
Negative -.145 Kolmogorov-Smirnov Z .856 Asymp. Sig. (2-tailed) .456
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 9. Hasil Uji GLM Repeated Measure Kadar Glukosa Darah Within-Subjects Factors Measure: kadar
menit Dependent
Variable 1 Kadar0 2 Kadar15 3 Kadar30 4 Kadar45 5 Kadar60 6 Kadar90 7 Kadar120 8 Kadar180 9 Kadar240 10 Kadar300
Between-Subjects Factors Value Label N Perlakuan 1
Kontrol Negatif AQUADEST 5
2 Kontrol negatif CMC 5
3 Kontrol positif GLIBENKLAMID 5
4 Perlakuan jamu antidiabetes + 1/3x dosis ekstrak MaDe 5
5 Perlakuan jamu antidiabetes +1x dosis ekstrak MaDe 5
6 Perlakuan jamu antidiabetes + 3x dosis ekstrak MaDe 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Mauchly's Test of Sphericityb
Measure: kadar
.017 101.034 44 .000 .509 .752 .111Within Subjects Effectmenit
Mauchly's WApprox.
Chi-Square df Sig.Greenhouse-Geisser Huynh-Feldt Lower-bound
Epsilona
Tests the null hypothesis that the error covariance matrix of the orthonormalized transformed dependent variables isproportional to an identity matrix.
May be used to adjust the degrees of freedom for the averaged tests of significance. Corrected tests are displayed inthe Tests of Within-Subjects Effects table.
a.
Design: Intercept+Perlakuan Within Subjects Design: menit
b.
Multivariate Testsc
.900 15.934a 9.000 16.000 .000 .900
.100 15.934a 9.000 16.000 .000 .9008.963 15.934a 9.000 16.000 .000 .9008.963 15.934a 9.000 16.000 .000 .9002.312 1.912 45.000 100.000 .004 .462.013 2.757 45.000 74.675 .000 .583
12.287 3.932 45.000 72.000 .000 .7118.951 19.892b 9.000 20.000 .000 .900
Pillai's TraceWilks' LambdaHotelling's TraceRoy's Largest RootPillai's TraceWilks' LambdaHotelling's TraceRoy's Largest Root
Effectmenit
menit * Perlakuan
Value F Hypothesis df Error df Sig.Partial EtaSquared
Exact statistica.
The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.b.
Design: Intercept+Perlakuan Within Subjects Design: menit
c.
Tests of Within-Subjects Effects
Measure: kadar
113915.183 9 12657.243 67.643 .000 .738113915.183 4.110 27715.147 67.643 .000 .738113915.183 6.099 18677.896 67.643 .000 .738113915.183 1.000 113915.183 67.643 .000 .73835189.750 45 781.994 4.179 .000 .46535189.750 20.551 1712.307 4.179 .000 .46535189.750 30.495 1153.965 4.179 .000 .46535189.750 5.000 7037.950 4.179 .007 .46540417.386 216 187.11840417.386 98.645 409.72540417.386 146.374 276.12340417.386 24.000 1684.058
Sphericity AssumedGreenhouse-GeisserHuynh-FeldtLower-boundSphericity AssumedGreenhouse-GeisserHuynh-FeldtLower-boundSphericity AssumedGreenhouse-GeisserHuynh-FeldtLower-bound
Sourcemenit
menit * Perlakuan
Error(menit)
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
Partial EtaSquared
Tests of Between-Subjects Effects
Measure: kadarTransformed Variable: Average
3954311.279 1 3954311.279 8769.215 .000 .997160931.662 5 32186.332 71.378 .000 .937
10822.345 24 450.931
SourceInterceptPerlakuanError
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
Partial EtaSquared
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Tests of Within-Subjects Contrasts
Measure: kadar
74639.949 1 74639.949 153.279 .000 .8658934.455 1 8934.455 54.033 .000 .692
23111.442 1 23111.442 62.644 .000 .7235121.823 1 5121.823 35.519 .000 .597
96.725 1 96.725 .772 .388 .0311208.128 1 1208.128 10.400 .004 .302110.897 1 110.897 .797 .381 .032
5.869 1 5.869 .092 .765 .004685.895 1 685.895 9.257 .006 .278
10306.143 5 2061.229 4.233 .007 .46911032.536 5 2206.507 13.344 .000 .7357829.535 5 1565.907 4.244 .007 .4692514.537 5 502.907 3.488 .016 .4211712.444 5 342.489 2.735 .043 .363961.046 5 192.209 1.655 .184 .256138.237 5 27.647 .199 .960 .04096.933 5 19.387 .303 .906 .059
598.341 5 119.668 1.615 .194 .25211686.949 24 486.9563968.479 24 165.3538854.375 24 368.9323460.810 24 144.2003005.238 24 125.2182788.063 24 116.1693340.713 24 139.1961534.501 24 63.9381778.258 24 74.094
menitLinearQuadraticCubicOrder 4Order 5Order 6Order 7Order 8Order 9LinearQuadraticCubicOrder 4Order 5Order 6Order 7Order 8Order 9LinearQuadraticCubicOrder 4Order 5Order 6Order 7Order 8Order 9
Sourcemenit
menit * Perlakuan
Error(menit)
Type III Sumof Squares df Mean Square F Sig.
Partial EtaSquared
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 10. Hasil uji Kruskal Wallis
Ranks
5 33.00
5 27.80
5 3.00
5 17.20
5 16.00
5 17.20
5 11.80
35
PerlakuanKontrol negatifAQUADESTkontrol negatif CMCKontrol positifGLIBENKLAMIDPerlakuan jamuantidiabetesPerlakuan jamu+1/3dosis terapi ekstrakMaDePerlakuan jamu+dosisterapi ekstrak MaDePerlakuan jamu+3 dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank
Test Statistics(a,b)
LDDK Chi-Square 28.084Df 6Asymp. Sig. .000
a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 11. Hasil uji Mann Whitney
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.0010
PerlakuanKontrol negatifAQUADESTkontrol negatif CMCTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
PerlakuanKontrol negatifAQUADESTKontrol positifGLIBENKLAMIDTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
PerlakuanKontrol negatifAQUADESTPerlakuan jamuantidiabetesTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
PerlakuanKontrol negatifAQUADESTPerlakuan jamu+1/3dosis terapi ekstrakMaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
PerlakuanKontrol negatifAQUADESTPerlakuan jamu+dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
PerlakuanKontrol negatifAQUADESTPerlakuan jamu+3 dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
Perlakuankontrol negatif CMCKontrol positifGLIBENKLAMIDTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 7.80 39.00
5 3.20 16.00
10
Perlakuankontrol negatif CMCPerlakuan jamuantidiabetesTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U 1.000Wilcoxon W 16.000Z -2.402Asymp. Sig. (2-tailed) .016Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
Perlakuankontrol negatif CMCPerlakuan jamu+1/3dosis terapi ekstrakMaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
Perlakuankontrol negatif CMCPerlakuan jamu+dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Ranks
5 8.00 40.00
5 3.00 15.00
10
Perlakuankontrol negatif CMCPerlakuan jamu+3 dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 3.00 15.00
5 8.00 40.00
10
PerlakuanKontrol positifGLIBENKLAMIDPerlakuan jamuantidiabetesTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Ranks
5 3.00 15.00
5 8.00 40.00
10
PerlakuanKontrol positifGLIBENKLAMIDPerlakuan jamu+1/3dosis terapi ekstrakMaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 3.00 15.00
5 8.00 40.00
10
PerlakuanKontrol positifGLIBENKLAMIDPerlakuan jamu+dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Ranks
5 3.00 15.00
5 8.00 40.00
10
PerlakuanKontrol positifGLIBENKLAMIDPerlakuan jamu+3 dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U .000Wilcoxon W 15.000Z -2.611Asymp. Sig. (2-tailed) .009Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 5.80 29.00
5 5.20 26.00
10
PerlakuanPerlakuan jamuantidiabetesPerlakuan jamu+1/3dosis terapi ekstrakMaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U 11.000Wilcoxon W 26.000Z -.313Asymp. Sig. (2-tailed) .754Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Ranks
5 5.60 28.00
5 5.40 27.00
10
PerlakuanPerlakuan jamuantidiabetesPerlakuan jamu+dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
12.00027.000
-.104.917
1.000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
LDDK
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Perlakuanb.
Ranks
5 6.60 33.00
5 4.40 22.00
10
PerlakuanPerlakuan jamuantidiabetesPerlakuan jamu+3 dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U 7.000Wilcoxon W 22.000Z -1.149Asymp. Sig. (2-tailed) .251Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Ranks
5 5.40 27.00
5 5.60 28.00
10
PerlakuanPerlakuan jamu+1/3dosis terapi ekstrakMaDePerlakuan jamu+dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U 12.000Wilcoxon W 27.000Z -.104Asymp. Sig. (2-tailed) .917Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
Ranks
5 6.40 32.00
5 4.60 23.00
10
PerlakuanPerlakuan jamu+1/3dosis terapi ekstrakMaDePerlakuan jamu+3 dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U 8.000Wilcoxon W 23.000Z -.940Asymp. Sig. (2-tailed) .347Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Ranks
5 7.20 36.00
5 3.80 19.00
10
PerlakuanPerlakuan jamu+dosisterapi ekstrak MaDePerlakuan jamu+3 dosisterapi ekstrak MaDeTotal
LDDKN Mean Rank Sum of Ranks
Test Statistics(b) LDDK Mann-Whitney U 4.000Wilcoxon W 19.000Z -1.776Asymp. Sig. (2-tailed) .076Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .095(a)
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: Perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 12. Leaflet GOD-PAP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lampiran 13. Proses Pembuatan ekstrak Mahkota dewa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 14. Surat Pernyataan PT. Capung Indah Abadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
BIOGRAFI PENULIS
Penulis lahir pada tanggal 30 Desember 1985
di Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta. Lahir
dari Ayah bernama Stefanus Sudarto, dan Ibu
bernama Roberta Maria Widiyanti, memiliki
satu saudara bernama Alloysius Andri
Silawidarta. Penulis telah menyelesaikan masa
studi di TK Santa Anna Ngijoreja pada tahun
1990 sampai tahun 1992, SD Kanisius Petung
pada tahun 1992 sampai dengan tahun 1998,
SLTP Negeri 1 Wonosari pada tahun 1998
sampai dengan 2001, kemudian penulis
melanjutkan sekolah di SMUN 1 Wonosari
pada tahun 2001 sampai tahun 2004 dan
kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mulai tahun 2004 sampai tahun 2008. Selama kuliah penulis juga
aktif mengikuti PSF “Veronica“, dan mengisi acara pada Pelepasan Wisuda, Acara
pentas seni Fakultas Farmasi, Dies Natalies dan Sumpahan Apoteker Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI