Pkm Diare Susut i Bangli

20
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare masih tetap potensial berkembang di Indonesia sebagai masalah kesehatan masyarakat. Walaupun angka kematian akibat Diare cenderung sudah menurun (Riskesdas 2007), tetapi kejadian sakit Diare, terutama yang menyerang Balita di daerah pedesaan, cenderung masih tetap dominan (survei Depkes tahun 2005 dan 2007). Di Bali, sebagian besar Puskesmas masih mencatat Diare sebagai salah satu dari sepuluh penyakit terbesar. Tingginya kejadian diare perlu diantisipasi dengan melakukan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Kerjasama lintas program dan lintas sektor perlu lebih diefektifkan. Pimpinan Puskesmas dan jejaring didorong menjadi motor penggerak penanggulangan Diare di wilayah kerja Puskesmas. Di Bali, prevalensi diare di Kabupaten Bangli menempati urutan tertinggi ke-2. Prevalensi Diare tertinggi di Bangli bila dibandingkan dengan Kabupaten / kota lainnya di Bali lebih banyak menyerang kelompok anak yang tidak sekolah sampai tidak tamat SD. Puskesmas Susut I yang terletak di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli juga menghadapi masalah yang sama. Diare dilaporkan dari Puskesmas ini masuk dalam sepuluh penyakit terbanyak dan dari tahun ke tahun jumlah 1

Transcript of Pkm Diare Susut i Bangli

Page 1: Pkm Diare Susut i Bangli

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare masih tetap potensial berkembang di Indonesia sebagai masalah kesehatan

masyarakat. Walaupun angka kematian akibat Diare cenderung sudah menurun

(Riskesdas 2007), tetapi kejadian sakit Diare, terutama yang menyerang Balita di

daerah pedesaan, cenderung masih tetap dominan (survei Depkes tahun 2005 dan

2007). Di Bali, sebagian besar Puskesmas masih mencatat Diare sebagai salah satu

dari sepuluh penyakit terbesar. Tingginya kejadian diare perlu diantisipasi dengan

melakukan revitalisasi pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas. Kerjasama lintas

program dan lintas sektor perlu lebih diefektifkan. Pimpinan Puskesmas dan

jejaring didorong menjadi motor penggerak penanggulangan Diare di wilayah kerja

Puskesmas.

Di Bali, prevalensi diare di Kabupaten Bangli menempati urutan tertinggi ke-2.

Prevalensi Diare tertinggi di Bangli bila dibandingkan dengan Kabupaten / kota

lainnya di Bali lebih banyak menyerang kelompok anak yang tidak sekolah sampai

tidak tamat SD.

Puskesmas Susut I yang terletak di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli juga

menghadapi masalah yang sama. Diare dilaporkan dari Puskesmas ini masuk dalam

sepuluh penyakit terbanyak dan dari tahun ke tahun jumlah kasusnya cenderung

meningkat. Tahun 2007-2009, jumlah penderita diare meningkat dari 308 kasus

tahun 2007, 350 kasus tahun 2008, dan 498 kasus pada tahun 2009 (Gambar 1).

Apabila dianalisis berdasarkan kelompok umur distribusi kasus Diare yang

dilaporkan dari Puskesmas Susut I selama tahun 2009 sampai dengan bulan April

2010, nampak kasus kejadian diare terbanyak diderita oleh kelompok Balita seperti

Gambar 2.

Dari 5 desa di wilayah kerja Puskesmas Susut I, Desa Tiga menempati urutan

pertama jumlah kasus diare yaitu 251 atau 37,8% dari total 663 kasus yang tercatat

di Puskesmas ini tahun 2009 – April 2010 (Gambar 3). Desa Tiga terletak di

ketinggian 775 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah 10,90 km2. Desa

Tiga terdiri dari 9 dusun antara lain Dusun Pukuh, Malet Tengah, Malet Kuta

1

Page 2: Pkm Diare Susut i Bangli

Mesir, Kayuambua, Linjong, Tiga Kangin, Temaga, Buungan. Jumlah penduduk

Desa Tiga sebanyak 5.941 yang terdiri dari 3.093 penduduk laki-laki dan 2.848

orang perempuan. Penduduk Desa Tiga terbagi dalam 1.604 kepala keluarga (KK),

dengan jumlah penduduk usia balita sebanyak 526 orang. Adapun jumlah KK yang

memiliki balita sebanyak 449 KK seperti tampak pada Tabel 1.

Gambar 1. Grafik peningkatan jumlah penderita diare dari tahun 2007-2009 di wilayah Puskesmas Susut I.

Gambar 2. Grafik penderita diare di wilayah kerja Puskesmas Susut I 2009-April 2010 sesuai kelompok umur

2

Page 3: Pkm Diare Susut i Bangli

Gambar 3. Grafik desa dengan jumlah penderita diare tertinggi di wilayah kerja Puskesmas Susut I terlihat Desa Tiga menempati urutan pertama.

Tabel 1. Demografi penduduk Desa Tiga menurut Dusun

No Nama Dusun Jml Pddk

Jml KK

Jml Balita

KK Punya Balita

1 Pukuh 429 116 33 302 Malet Kuta Mesir 333 81 43 393 Malet Tengah 907 259 108 1014 Kayuambua 989 257 56 545 Buungan 905 214 62 596 Linjong 632 179 64 627 Temaga 151 43 20 198 Penglumbaran

Kangin208 59 23 23

9 Tiga Kangin 1.387 396 117 112TOTAL 5.941 1.604 526 449

Dilihat dari data yang ada, menempatkan Desa Tiga menjadi desa dengan risiko

tinggi terjadinya wabah diare. Oleh karena itu, penanggulangan diare di Desa Tiga

memerlukan perhatian khusus dari pihak Puskesmas Susut I.

Dari wawancara yang dilakukan pada sekitar 10 orang ibu balita di Desa Tiga

ditemukan bahwa, 5 orang balita menderita diare, 5 ibu yang kurang mengetahui

tentang penyakit diare dan cara pencegahannya, 4 ibu balita yang tidak memasak

air sebelum diminum, 5 ibu balita tidak mencuci tangan sebelum makan dan

menyuapi anaknya, 3 ibu balita memberi makan anaknya dengan makpakang, 9 ibu

balita membuang sampah dan air limbah sembarangan dan 9 ibu balita tidak

3

Page 4: Pkm Diare Susut i Bangli

membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Didapatkan juga semua ibu

balita yang diwawancarai belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang diare.

Dalam upaya mengatasi masalah tersebut, Program Promosi Kesehatan

Masyarakat Puskesmas Susut I sebenarnya menargetkan melakukan 2 kali

penyuluhan dengan topik diare dan cara hidup sehat di masing-masing dusun.

Tetapi kenyataanya, kerjasama ini belum dapat dilaksanakan karena terkendala

sarana-prasarana, anggaran, dan sulitnya mengumpulkan warga.

Berdasarkan hal tersebut, kami bermaksud mengadakan penyuluhan pada ibu-

ibu yang memiliki balita di Dusun Tiga Kangin, Desa Tiga, Kecamatan Susut,

Kabupaten Bangli, dengan harapan meningkatkan pengetahuan mengenai diare dan

perilaku hidup bersih guna mendukung program Promosi Kesehatan Puskesmas

Susut I.

4

Page 5: Pkm Diare Susut i Bangli

BAB 2

PERENCANAAN PKM DI PUSKESMAS

2.1 Analisa Masalah

A. Penyebab langsung penyakit diare adalah virus, bakteri, dan parasit

B. Perilaku perorangan/masyarakat yang membantu timbul dan menyebarnya

masalah penyakit diare pada balita :

Menggunakan air minum yang belum dimasak.

Tidak mencuci tangan sebelum makan dan menyuapi anak.

Memberi makan anaknya dengan makpakang.

Membuang sampah dan air limbah sembarangan

Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar

C. Kelompok masyarakat yang berperilaku seperti tersebut diatas adalah ibu balita

(pengasuhnya).

D. Latar belakang perilaku yang membantu timbul dan menyebarnya masalah :

Air yang berasal dari sumber air disana dianggap sudah bersih dan terasa

segar.

Kurangnya pengetahuan tentang personal hygiene.

E. Perilaku perorangan/masyarakat yang diharapkan akan dapat mengurangi timbul

dan menyebarnya masalah :

Menggunakan air minum yang bersih.

Mencuci tangan sebelum makan dan menyuapi anak.

Tidak memberi makan anaknya dengan makpakang.

Membuang sampah pada tempat khusus (lobang atau tong sampah)

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar.

F. Kelompok masyarakat yang diharapkan berperilaku seperti tersebut diatas

adalah ibu balita (pengasuhnya).

G. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh masyarakat yang bersangkutan untuk

mengubah perilakunya saat ini menjadi perilaku yang diharapkan :

Taraf pendidikan relatif rendah

Pengaruh kebiasaan yang sudah melekat.

5

Page 6: Pkm Diare Susut i Bangli

H. Hal-hal yang mendorong ke arah terjadinya perubahan perilaku :

Penyuluhan mengenai diare oleh tenaga kesehatan.

2.2 Kelompok Sasaran

Kelompok sasaran dalam penyuluhan ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita di

Banjar Tiga Kangin, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli. Ibu-ibu yang

memiliki balita dipilih sebagai sasaran penyuluhan karena balita lebih rentan

mengalami diare dibandingkan dengan mereka yang berusia diatas lima tahun.

Selain itu ibu balita merupakan orang terdekat yang mengurus bayinya.

2.3 Tujuan Penyuluhan

A. Tujuan Umum

Secara umum penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai diare dan mengubah perilaku ibu-ibu yang memiliki balita di Banjar

Tiga Kangin, Desa Tiga, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli.

B. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita mengenai

pengertian diare, penyebab, gejala dan akibat diare.

2. Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita mengenai

pencegahan diare.

3. Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita mengenai

penanganan diare.

4. Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu yang memiliki balita mengenai cara

pembuatan larutan garam gula.

5. Mengubah perilaku ibu balita untuk mencuci tangan sebelum memberi makan

anaknya.

6. Mengubah perilaku ibu balita untuk memasak air sebelum diminum.

7. Mengubah perilaku ibu untuk tidak memberi makan anaknya dengan cara

makpakang.

2.4 Strategi Penyuluhan

6

Page 7: Pkm Diare Susut i Bangli

2.4.1 Persiapan Penyuluhan

Persiapan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain: penguasaan

materi penyuluhan, penguasaan cara-cara komunikasi atau penyampaian

pesan dan penggunaan alat peraga. Penguasaan materi penyuluhan dilakukan

dengan cara membaca buku pedoman penanganan diare dan literatur-literatur

yang berkaitan dengan topik penyuluhan. Penguasaan komunikasi dan

penggunaan alat peraga dilakukan dengan membaca pedoman tata cara

penyuluhan, bertanya pada pemegang daerah binaan Dusun Tiga Kangin,

Desa Tiga dan latihan. Persiapan tempat, waktu dan peserta dilakukan dengan

menginformasikan, meminta izin, dan kerja sama dari pihak Puskesmas Susut

I, Kepala Dusun Tiga Kangin, Desa Tiga agar kegiatan penyuluhan dapat

terlaksana dengan baik.

2.4.2 Rencana Pelaksanaan Penyuluhan

Adapun pelaksanaan penyuluhan direncanakan sebagai berikut :

1. Pelaksana program dan staf Puskesmas Susut I berkumpul di Puskesmas

pukul 08.30 WITA dan mempersiapkan alat alat yang dibawa ke Br. Tiga

Kangin yaitu berupa LCD, layar, laptop, wireless, mic, alat demostrasi

mencuci tangan dan pembuatan larutan garam gula berupa sabun, garam,

gula, air hangat, gelas belimbing, dan sendok teh.

2. Sesampainya di Br. Tiga Kangin pada pukul 09.00 WITA akan dilanjutkan

dengan persiapan tempat penyuluhan.

3. Penyuluhan akan diselenggarakan dengan mengumpulkan ibu-ibu yang

memiliki balita yang bersamaan dengan dilaksanakannya posyandu dan

arisan PKK Br. Tiga Kangin.

4. Acara penyuluhan akan dimulai sebelum posyandu yaitu pukul 10.00

WITA. Yang diawali dengan perkenalan selama kurang lebih 5 menit

dengan peserta penyuluhan.

5. Kemudian dilakukan pre test dengan cara memberikan kuesioner yang

berisi 10 buah pertanyaan mengenai diare dan cara penanggulangannya.

Waktu yang diberikan untuk pre test selama 10 menit. Dari hasil pre test

ini dapat diketahui sejauh mana pengetahuan peserta mengenai diare.

7

Page 8: Pkm Diare Susut i Bangli

6. Setelah itu dilaksanakan penyuluhan selama 30 menit berupa penyuluhan

sesuai dengan materi penyuluhan. Kami memberikan waktu bagi peserta

untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.

7. Acara dilanjutkan dengan demonstrasi cara mencuci tangan yang benar

dan cara pembuatan larutan garam gula dengan alokasi waktu 15 menit.

Pada saat demonstrasi juga akan diminta 3 orang ibu balita untuk

mempraktikan cara cuci tangan yang benar dan cara pembuatan larutan

garam gula.

8. Selanjutnya dilakukan post test dengan cara menjawab kuesioner yang

sama dengan kuesioner pre test. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

peningkatan pengetahuan peserta tentang materi yang disampaikan setelah

penyuluhan.

9. Setelah post test dilakukan pengundian door price dan dilanjutkan dengan

acara posyandu.

2.5 Isi Penyuluhan

1. Pengetahuan tentang penyebab, gejala-gejala, penyebaran, akibat serta upaya

dan pencegahan penyakit diare.

2. Pengetahuan tentang cara-cara pembuangan sampah yang baik, dan akibat-akibat

dari cara pembuangan sampah sembarangan.

3. Pengetahuan tentang ciri-ciri air bersih, akibat penggunaan air tidak bersih dan

tidak dimasak.

4. Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada diare.

5. Demonstrasi cara mencuci tangan yang benar dan pembuatan larutan garam

gula.

2.6 Metoda dan Tempat Penyuluhan

Metoda yang digunakan adalah ceramah tanya jawab dan demonstrasi. Metoda

ceramah tanya jawab dipilih karena bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

ibu-ibu mengenai diare. Selain itu metode ini dipilih karena mudah untuk

diselenggarakan, dapat mencakup kelompok besar atau kecil, dan banyak orang

lebih mudah mengerti dengan mendengarkan daripada membaca. Sementara

metoda demonstrasi dipilih karena bertujuan mengubah perilaku ibu-ibu balita serta

8

Page 9: Pkm Diare Susut i Bangli

memiliki keuntungan lebih meyakinkan publik dan menggunakan alat atau model

sesungguhnya. Penyuluhan dilaksanakan di Bale Banjar Tiga Kangin, Desa Tiga

Kecamatan Susut.

2.7 Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang digunakan adalah power point dan leaflet. Media ini dipilih

karena lebih mudah dibuat, waktu untuk membuatnya tidak banyak, dapat mencapai

orang banyak dan isi pokok pembicaraan dapat disiapkan sebelumnya serta urutan

penyajiannya dapat diatur.

2.8 Rencana Pelaksanaan Penyuluhan

Tanggal : 18 Juli 2010

Waktu : pukul 10.00 – 12.00 WITA

Tempat : Balai banjar Br. Tiga Kangin, Desa Tiga

2.10 Rencana Evaluasi

Evaluasi penyuluhan dilakukan berdasarkan indikator keberhasilan berikut ini :

Input :

1. Man : mahasiswa KKM yang bertugas di Puskesmas Susut I yang sudah

menguasai materi tentang diare.

2. Minute : acara berlangsung tepat pukul 10.00 WITA dan selesai pukul 12.00

WITA.

3. Market : minimal dihadiri oleh 30 orang ibu-ibu balita.

4. Material : alat dan bahan ceramah serta peragaan sudah siap 1 jam sebelum

penyuluhan dimulai.

5. Money : dana yang dikeluarkan untuk pelaksanaan penyuluhan maksimal Rp

100.000,00.

6. Method : sudah menguasai cara memberikan ceramah tanya jawab dan

demonstrasi.

Proses :

1. Peserta dengan antusias mendengarkan ceramah

Indikatornya : peserta tidak mengantuk, tidak ribut/mengobrol, dan tidak

pulang

9

Page 10: Pkm Diare Susut i Bangli

2. Peserta aktif bertanya

Indikatornya : minimal terdapat 5 pertanyaan dari peserta

3. Peserta aktif berperan serta

Indikatornya : terdapat 3 orang ibu-ibu yang mau mendemonstrasikan cara cuci

tangan yang benar dan cara membuat larutan garam gula.

Output :

1. Meningkatnya pengetahuan peserta tentang diare dan penanggulangannya

dilihat dari adanya peningkatan nilai post test dibandingkan nilai pre test.

Waktu dan Pelaksana Evaluasi Penyuluhan

Evaluasi dilakukan selama sebelum, selama dan segera setelah penyuluhan selesai

dan dilakukan oleh mahasiswa KKM sebagai pelaksana program.

10

Page 11: Pkm Diare Susut i Bangli

BAB 3

PELAKSANAAN PKM

3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan

Penyuluhan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 18 Juli 2010 pukul 10.00-12.30

WITA yang bertempat di balai banjar Br. Tiga Kangin, Desa Tiga, Kecamatan

Susut, Kabupaten Bangli. Waktu pelaksanaan kegiatan bertepatan dengan

pelaksanaan Posyandu dan arisan ibu-ibu PKK Dusun Tiga Kangin.

3.2 Peserta

Peserta yang hadir adalah ibu-ibu yang memiliki balita dan PKK Banjar Tiga

Kangin, Desa Tiga yang berjumlah 61 orang

3.3 Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan dengan menyampaikan materi mengenai diare, demonstrasi

cara pembuatan larutan gula garam, dan demonstrasi cara mencuci tangan yang

benar yang dibawakan oleh mahasiswa KKM secara bergiliran.

3.4 Proses Kegiatan

Ijin kegiatan penyuluhan, didapatkan dari dr. I Nyoman Arnatha selaku Kepala

Puskesmas Susut I, Ibu Tri Sukarso Marsiadewi selaku Koordinator Bidang PKM,

Kepala Desa Tiga serta Kepala Dusun Tiga Kangin.

Dalam rangka pelaksanaan penyuluhan, mahasiswa KKM bekerja sama dengan

kader dalam mempersiapkan tempat pelaksanaan penyuluhan. Mahasiswa KKM

tiba di Bale Banjar Tiga Kangin pukul 08.45 WITA. Mahasiswa KKM dibantu

kader kemudian mempersiapkan layar, LCD, dan laptop yang akan digunakan

untuk melakukan penyuluhan. Tempat pelaksanaan penyuluhan telah siap pada

pukul 09.00 WITA. Ibu-ibu balita pun mulai datang berkumpul, hingga tepat pada

pukul 10.00 WITA acara penyuluhan dimulai. Sebelum acara dimulai juga

dilakukan pembagian leaflet diare kepada para ibu balita. Untuk lebih menarik

perhatian para peserta sebelum acara penyuluhan dimulai, salah satu mahasiswa

KKM menyumbangkan karaoke sebuah lagu Bali. Tampak para peserta sangat

11

Page 12: Pkm Diare Susut i Bangli

tertarik dengan pertunjukkan tersebut, terbukti dengan beberapa peserta yang ikut

menyanyi bersama.

Acara penyuluhan kemudian dimulai dengan perkenalan dari mahasiswa KKM

dan pemegang Program PKM Puskesmas Susut I selama 5 menit. Setelah itu acara

dimulai dengan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai diare kepada para

peserta untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan peserta mengenai materi

penyuluhan. Lalu acara dilanjutkan dengan penyuluhan kurang lebih selama 1 jam

karena di sela-sela penyuluhan juga diberikan kesempatan kepada para peserta

untuk bertanya hal yang belum dimengerti. Penyuluhan dilakukan dengan metode

ceramah tanya jawab dengan media power point. Tampak para peserta sangat

antusias, terlihat peserta mengajukan beberapa pertanyaan seputar materi

penyuluhan. Bagi peserta yang mau bertanya kemudian diberikan sebuah hadiah.

Acara penyuluhan berlangsung menyenangkan, karena di sela-sela penyuluhan

beberapa kali di mahasiswa KKM memberikan lelucon yang membuat para peserta

tertawa. Setelah penyuluhan selesai, kembali ditanyakan beberapa soal tentang

materi penyuluhan kepada peserta, terlihat peserta mampu menjawab pertanyaan

dibandingkan sebelum penyuluhan.

Setelah acara penyuluhan selesai kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi

pembuatan larutan gula garam. Acara ini diawali dengan demonstrasi yang

dilakukan oleh mahasiswa KKM. Kemudian beberapa peserta diminta untuk

memperagakan cara pembuatan larutan garam gula. Terlihat ibu-ibu sangat

antusias, tampak beberapa ibu langsung mengajukan diri untuk melakukan

peragaan. Bahkan peragaan juga dilakukan oleh seorang anak perempuan kelas 2

SD yang semakin memeriahkan acara. Setelah demonstrasi pembuatan larutan

garam gula, acara kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi cara mencuci tangan

yang benar. Sama halnya seperti demonstrasi sebelumnya, tampak ibu-ibu berebut

untuk dapat menjadi peraga mencuci tangan yang benar. Kemudian para peserta

yang terpilih sebagai peraga diberikan kenang-kenangan berupa sebuah hadiah.

Setelah acara demonstrasi diatas dilakukan pembagian MP-ASI kepada seluruh

ibu balita yang datang. MP-ASI ini diperoleh dari hasil kerjasama dengan program

gizi Puskesmas Susut I. Akhirnya acara ditutup dengan ucapan terima kasih.

Setelah acara selesai, kegiatan dilanjutkan dengan acara Posyandu dan arisan PKK.

12

Page 13: Pkm Diare Susut i Bangli

BAB 4

EVALUASI KEGIATAN

4.1 Evaluasi Input

Evaluasi input dilakukan sebelum, selama, dan setelah acara penyuluhan meliputi

beberapa aspek penilaian seperti tampak pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Evaluasi Input

No. Target Pencapaian1 Man : Mahasiswa KKM yang sudah

menguasai materi tentang diareMan : Mahasiswa KKM yang sudah menguasai materi tentang diare

2 Minute : acara berlangsung tepat pukul 10.00 – 12.00 WITA

Minute : acara berlangsung tepat pukul 10.00-12.30 WITA karena peserta antusias bertanya.

3 Market : minimal dihadiri oleh 30 orang ibu-ibu balita.

Market : acara dihadiri oleh 61 orang ibu-ibu balita.

4 Material : alat dan bahan ceramah serta peragaan sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan dimulai.

Material : alat dan bahan ceramah serta peragaan sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan dimulai.

5 Money : dana yang dikeluarkan untuk pelaksanaan penyuluhan maksimal Rp 100.000,00.

Money : dana yang dikeluarkan untuk pelaksanaan penyuluhan sejumlah Rp 75.000,00

6 Method : sudah menguasai cara memberikan ceramah tanya jawab dan demonstrasi.

Method : sudah menguasai cara memberikan ceramah tanya jawab dan demonstrasi.

Berdasarkan hasil evaluasi input diatas didapatkan kegiatan PKM berhasil

mencapai target dengan baik. Hal ini menunjukkan proses perencanaan kegiatan

KKM sudah berlangsung dengan baik.

4.2 Evaluasi Proses

Evaluasi proses dilakukan dengan melihat 3 indikator yaitu : antusiasme peserta

mendengarkan ceramah, peserta aktif bertanya dan peserta aktif dalam demonstrasi.

Pada pelaksanaan kegiatan didapatkan peserta mengikuti acara dengan antusias,

terbukti dari tidak ada peserta yang pulang, mengobrol, dan mengantuk. Peserta

berinteraksi dengan baik dengan pemberi materi, terbukti suasana menjadi penuh

tawa ketika pemberi materi melemparkan lelucon dan melibatkan peserta. Peserta

13

Page 14: Pkm Diare Susut i Bangli

juga aktif bertanya, dilihat dari beberapa pertanyaan yang ada yaitu 1) Saiapa yang

paling sering terkena diare ?, 2) Kapan balita saya harus dibawa ke puskesmas jika

diare ?, 3) Berapa kali oralit diberikan dalam 1 hari ?, 4) Kalau tidak boleh

makpakang, cara memberi makannya bagaimana ?, 5) Apakah air yang dipakai

membuat larutan garam gula harus hangat ?. Peserta juga aktif berpartisipasi dalam

demonstrasi cara mencuci tangan yang benar dan cara pembuatan larutan garam

gula, terlihat ada 3 ibu mendemonstrasikan pembuatan larutan garam gula dan 1

orang ibu mendemonstrasikan cara mencuci tangan yang benar.

Berdasarkan evaluasi proses diatas, disimpulkan bahwa proses penyuluhan telah

berjalan sesuai yang diharapkan.

4.3 Evaluasi Output

Evaluasi output dengan menggunakan kuisioner pre dan post test gagal

dilaksanakan karena situasi yang tidak mendukung. Oleh karena itu evaluasi output

dilakukan dengan melakukan tanya jawab sebelum dan setelah penyuluhan kepada

beberapa ibu balita. Melalui proses tersebut diketahui telah terjadi peningkatan

pengetahuan ibu balita mengenai diare dan penanggulangannya dibandingkan

sebelum penyuluhan.

4.4 Hambatan PKM

Hambatan pada pelaksanaan penyuluhan adalah situasi yang kurang mendukung

pelaksanaan pre dan post test. Kondisi penyuluhan yang dilakukan di bale banjar

bersamaan dengan posyandu tidak memungkinkan dilakukan pre dan post test.

Selain itu juga terdapat kesulitan mencari air mengalir untuk pelaksanaan

demonstrasi mencuci tangan yang benar karena air di banjar tidak mengalir.

Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan demonstrasi menggunakan

baskom dan gayung untuk mengalirkan air.

4.5 Manfaat PKM

Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan PKM ini dapt dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Memberikan kesempatan untuk latihan penyuluhan kepada mahasiswa KKM

dan melatih teknik komunikasi dengan masyarakat.

2. Membantu program PKM Puskesmas Susut I dalam melaksanakan penyuluhan

kepada masyarakat mengenai diare, serta membantu program Gizi Puskesmas

14

Page 15: Pkm Diare Susut i Bangli

Susut I dalam mendistribusikan MP-ASI kepada ibu-ibu balita di Dusun Tiga

Kangin.

3. Meningkatnya pengetahuan masyarakat Dusun Tiga Kangin mengenai diare dan

cara pencegahannya, yang diharapkan akan diikuti dengan perubahan perilaku

ibu balita di Dusun Tiga Kangin.

15