PJBL 1 (distosia).docx

27
1. Definisi dan Klasifikasi Definisi Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan. (Bobak, 2004 : 784) Distosia adalah persalinan yang sulit. Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. (Rustam Mukhtar, 1994) Klasifikasi A. Persalinan Disfungsional (Distosia karena Kelainan Kekuatan) Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendaftaran/effacement (kekuatan primer), dan atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007) menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya distosia uterus, sbb: a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek) b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi konginetal, distensi yang berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion) c) Kelainan bentuk dan posisi janin d) Disproporsi cephalopelvic (CPD) e) Overstimulasi oxytocin

Transcript of PJBL 1 (distosia).docx

Page 1: PJBL 1 (distosia).docx

1. Definisi dan Klasifikasi

Definisi

Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul akibat

berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima faktor persalinan. (Bobak, 2004 :

784)

Distosia adalah persalinan yang sulit. Distosia adalah kesulitan dalam jalannya

persalinan. (Rustam Mukhtar, 1994)

Klasifikasi

A. Persalinan Disfungsional (Distosia karena Kelainan Kekuatan)

Persalinan disfungsional adalah kontraksi uterus abnormal yang menghambat

kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan pendaftaran/effacement (kekuatan

primer), dan atau kemajuan penurunan (kekuatan sekunder). Gilbert (2007)

menyatakan beberapa faktor yang dicurigai dapat meningkatkan resiko terjadinya

distosia uterus, sbb:

a) Bentuk tubuh (berat badan yang berlebihan, pendek)

b) Kondisi uterus yang tidak normal (malformasi konginetal, distensi yang

berlebihan, kehamilan ganda, atau hidramnion)

c) Kelainan bentuk dan posisi janin

d) Disproporsi cephalopelvic (CPD)

e) Overstimulasi oxytocin

f) Kelelahan, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, dan kecemasan

g) Pemberian analgesik dan anastetik yang tidak semestinya

Kontraksi uterus abnormal terdiri dari dsfungsi kontraksi uterus primer

(hipotonik) daqn disfungsi kontraksi uterus sekunder (hipertonik).

a) Disfungsi Hipotonik

Perempuan yang semula membuat kemajuan normal tahap kontraksi

persalinan aktif akan menjadi lemah dan tidak efisien, atau berhenti sama

sekali.

Uterus mudah “idented”, bahkan pada puncak kontraksi. Tekanan

intrauterin selama kontraksi (biasanya < 25 mmHg) idak mencukupi untuk

Page 2: PJBL 1 (distosia).docx

kemajuan penipiesan serviks dan dilatasi. CPD dan malposisi adalah

penyebab umum dari jenis disfungsi dari uterus.

His bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan

lebih dahulu daripada bagian lain, kelainannya terletak dalam hal bahwa

kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan

umum penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. Selama

ketuban masih utuh umumnya tidak benyak bahaya bagi ibu ataupun janin.

Apabila his terlapmapu kuat maka akan terjadi disfungsi hipertonik.

b) Disfungsi Hipertonik

Ibu yang mengalami kesakitan/nyeri dan frekuensi kontraksi tidak

efektif menyebabkan dilatasi servikal atau peningkatan effacement.

Kontraksi ini biasa terjadi pada tahap laten, yaitu dilatasi servikal kurang

dari 4cm dan tidak terkoordinasi. Kekuatan kontraksi pada bagian tengan

uterus lebih kuat daripada di fundus, karena uterus tidak mampu menekan

kebawah untuk mendorong sampai ke servik. Uterus mungkin mengalami

kekuatan diantara kontraksi (Gilbert, 2007).

Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada

serviks, misalnya karena jaringan parut atau karsinoma. Dengan his kuat

serviks bisa robek, dan robekan ini bisa menjalar ke bagian bawah uterus.

Oleh karena itu setiap wanita yang pernah mengalami operasi pada serviks

selalu diawasi persalinannya di rumah sakit. Kondisi distosia ini jarang

ditemukan kecuali pada wanita yang baik waktu persalinan.

B. Distosia karena Kelainan Jalan Lahir

Karena struktur pelvis

Distosia pelvis dapat terjadi bila ada kotraktur diameter pelvis yang

mengurangi kapasitas tulang panggul, termasuk pelvis inlet (pintu atas panggul),

pelvis bagian tengah, pelvis outlet (pintu bawah panggul), atau kombinasi

ketiganya.

Disproporsi pelvis merupakan penyebab umum dari distosia. Kontraktur

pelvis mungkin disebabkan oleh ketidaknormalan kongenital, malnutrisi

maternal, neoplasma atau kelainan tulang belakang. Ketidakmatangan ukuran

Page 3: PJBL 1 (distosia).docx

pembentukan pelvis pada beberapa ibu muda dapat menyebabkan distosia

pelvis.

Kelainan traktur genitalis

a) Vulva

Kelainan pada vulva yang menyebabkan distosia adalah edema,

stenosis, dan tumor. Edema biasanya timbul sebagai gejala preeklampsia

dan terkadang karena gangguan gizi. Pada persalinan jika ibu dibiarkan

mengejan terus dapat juga mengakibatkan edema. Stenosis pada vulva

terjadi akibat perlukaan dan peradangan menyebabkan ulkus dan sembuh

dengan parut-parut yang menimbulkan kesulitan. Tumor dalam neoplasma

jarang ditemukan. Yang sering ditemukan kondolimata akuminata, kista,

atau abses glandula bartholin.

b) Vagina

Yang sering ditemukan pada vagina adalah septum vagina, dimana

septum ini memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap dalam

bagian kan dan bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan

distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk

koitus maupun untuk lahirnya jania. Septum tidak lengkap kadang-kadang

menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong

terlebih dahulu.

Stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan

untuk lahirnya bayi, perlu dipertimbangkan seksio sesaria. Tumor vagina

dapat menjadi rintangan pada lahirnya janin pervaginam.

c) Serviks Uteri

Konglutinasio orivisii externi merupakan keadan dimana pada kala I

serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi, sehingga

merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Karsinoma servisis uteri,

merupkan keadaan yang menyebabkan distosia.

d) Uterus

Mioma uteri merupakan tumor pada uteri yang dapat menyebabkan

distosia apabila mioma uteri menghalangi lahirnya janin pervaginam,

Page 4: PJBL 1 (distosia).docx

adanya kelainan letak janin yang berhubungan dengan mioma uteri, dan

inersia yang berhubungan dengan miomi uteri.

e) Ovarium

Distosia karena tumor ovarium terjadi apabila menghalangi lahirnya

janin pervaginam. Dimana tumor ini terletak pada cavum douglas.

Membiarkan persalinan berlangsung lama mengandung bahaya pecahnya

tumor atau ruptura uteri atau infeksi intrapartum.

C. Distosia karena Kelainan Letak dan Bentuk Janin

a. Kelainan letak, presentasi atau posisi

Posisi oksipitalis posterior persisten

Pada persalinan presentassi belakang kepala, kepala janin turun melalui

pintu atas panggul dengan sutura sagittalis melintang atau miring sehingga

ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri

depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan belakang. Namun keadaan ini

pada umumnya tidak akan terjadi kesulitan perputarannya kedepan, yaitu

bila keadaan kepala janin dalam keadaan fleksi dan panggul mempunyai

bentuk serta ukuran normal.

Penyebab terjadinya posisi oksipitalis posterior persisten ialah usaha

penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul.

Presentasi puncak kepala

Kondisi ini kepala dalam keadaan defleksi. Berdaarkan derajat

defleksinya maka dapat terjadi presentasi puncak kepala, presentasi dahi

atau presentasi muka. Presentasi puncak kepala (presentasi sinsiput) terjadi

apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar berada

dibawah. Keadaan ini merupakan kedudukan sementara yang kemudian

berubah menjadi presentasi belakang kepala.

Presentasi muka

Presentasi muka terjadi bila derajat defleksi kepala maksimal sehingga

muka bagian terendah. Kondisi ini dapat terjadi pada anggul sempit atau

janin besar. Multiparitas dan perut gantung jga merupakan faktor yang

menyebabkan presentasi muka.

Page 5: PJBL 1 (distosia).docx

Presentasi dahi

Presentasi dahi adlah bila derajat defleksi kepalanya lebih berat,

shingga dahi merupakan bagian yang paling rendah. Kondisi ini merupakan

kedudukan yang berdifat sementara yang kemudian berubah menjdai

presentasi muka atau presentasi belakang kepala. Penyebab terjadinya

kondisi ini sama dengan presentasi muka.

Letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang

dengan kepala di fundus dan bokong berada dibawah cavum uteri.

Beberapa jenis letak sungsang yakni:

a. Presentasi bokong

Pada presentasi bokong, akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua

kaki terangkat keatas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu

atau kepala janin. Sehingga pada pemeriksaan dalam hanya dapat

diraba bokong.

b. Presentasi bokong kaki sempurna

Disamping bokong dapat diraba kedua kaki.

c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna

Hanya terdapat satu kaki disamping bokong sedangkan kaki yang

lain terangkat keatas.

d. Presentasi kaki

Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua

kaki.

Letak lintang

Letak lintang ialah suatu keadaan dimana janin melintang di dalam

uterus dengan kepala pada sisi yang satu yang satu sedangan bokong

berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih

tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas

panggul. Punggung janin berada di depan, dibelakang, di atas, atau di

bawah.

Page 6: PJBL 1 (distosia).docx

Presentasi ganda

Keadaan dimana disamping kepala janin di dala rongga panggul

dijumpai tangan, lengan/kaki, atau keadaan dimana disamping bokong janin

dijumpai tangan.

b. Kelainan bentuk janin

Pertumbuhan janin yang berlebihan

Yang dinamakan bayi besar ialah bila berat badannya lebih dari 4000

gram. Kepala dan bahu tidak mampu menyesuaikanyya ke pelvis, selain itu

distensi uterus oeh janin yang besar mengurangi kekuatan kontraksi selama

persalinan dan kelahirannya. Pada panggul normal, janin dengan berat

badan 4000-5000 gram pada umumnya tidak mengalami kesulitan dalam

melahirkan.

Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan

serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar sehingga

terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Hidrosefalus akan

menyebabkan disproporsi sefalopelvic.

Kelainan bentuk janin yang lain

a. Janin kembar melekat (double master)

Torakopagus (pelekatan pada dada) merupakan janin kembar melekat

yang paling sering menimbulkan kesukaran persalinan.

b. Janin dengan oerut besar

Pembesaran perut yang menebabkan distosia, akibat dari asites atau

tumor hati, limpa, ginjal dan ovarium jarang sekali dijumpai.

Prolaksus funikuli

Keadaan dimana tali pusat berada id samping atau melewati bagian

terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Pada presentasi

kepala, prolaksus funikuli sangat berbahaya bagi janin, karena setiap saat

tali pusat dapat terjepit antara bagian terendah janin dengan jalan lahir

dengan akibat gangguan oksigenasi.

Page 7: PJBL 1 (distosia).docx

D. Distosia karena Respon Psikologis

Stress yang diakbatkan oleh hormon dan neurotransmitter (seperti

catecholamines) dapat menyebabkan distosia. Sumber stress pada setiap wanita

bervariasi, tetapi nyeri dan tidak adanya dukungan dari seseorang merupakan faktor

penyebab stress.

Cemas yang berlebihan dapat menghambat dilatasi serviks secara normal,

persalinan berlangsung lama, dan nyeri meningkat. Cmas juga menyebabkan

peningkatan level stress yang berkaitan dengan hormon (seperti: β endorphin,

adrenokortikotropik, kortisol, dan epinephrine). Hormon ini dapat menyebabkan

distosia karena penurunan kontraksi uterus.

2. Epidemiologi

Data dari Reproductive Health Library menyatakan terdapat 180-200 jt kehamilan

setiap tahun. Dari angka tersebut terjadi 585.000 kematian maternal akibat komplikasi

kehamilan dan pesalinan. Sebab kematian tersebut adalah perdarahan 24,8%, infeksi

dan sepsis 14,9%, hipertensi dan preeklampsia/eklampsia 12,9%, persalinan macet

(distosia) 6,9 %, abortus 12,9%, dan sebab langsung yang lain 7,9%. Seksio sesarea di AS

dilaporkan meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002 terdapat 27,6% seksio sesarea

dari seluruh proses kelahiran. Dari angka tersebut, 19,1% merupakan seksio sesarea

primer. Laporan American College of Obstretician and Gynaecologist (ACOG)

menyatakan bahwa seksiao sesarea primer terbanyak pada rimigravida dengan fetus

tunggal, presentasi vertex, tanpa komplikasi. Indikasi primigravida tersebut untuk seksio

sesarea adalah presentasi bokong, preeklampsia, distosia, fetal distress, dan elektif.

Distosia merupakan indiasi terbanyak unutk seksio sesarean pada primigravida sebesar

66,7%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan penelitian Gregory dkk pada

1985 dan 1994 masing-masing 49,7% dan 51,4% distosia menyebabkan seksio sesarea.

Kasus distosia amat berariasi tergantung kriteria diagnosis yang digunakan. Sebagai

contoh, Gross dan rekan (1987) berhasil mengidentifikasi 0,9% dari hampir 11.000

persalinan ervaginam yang dikategorikan sebagai distpsia bahu di Toronto General

Hospital. Meski demikian, distosia sejati yang baru didiagnosis ketika diperlukan

manuver lain selain traksi ke bawah dan episiotomi untuk melahirkan bahu hanya

ditemukan pada 24 kelahiran (0,2%). Trauma nyata pada janin ditemukan hanya pada

Page 8: PJBL 1 (distosia).docx

distosia yang memerlukan manuver untuk melahirkan. Laporan-laporan terkini, yang

membatasi diagnosis distosia bahu pada pelahiran yang memerlukan manuver,

menyatakan insidensi yang bervariasi antara 0,6-4% (American College of Obstetricians

and Gynecologist, 2000; Baskettand Allen, 1995; McFarland et al, 1995; Nocon et al,

1993). Berkisar dari 1/1000 bayi dengan berat badan kurang dari 3,500 gr, sampai

6/1000 bayi yang lahir diatas 4000 gr. Di samping benyak studi untuk mengidentifikasi

faktor predisposisi distosia bahu, lebih dari 50% kasus terjadi tanpa adanya faktor

resiko.

3. Etiologi dan Faktor Resiko

Distosia dapat disebabkan oleh:

Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif tau akibat upaya

meneran (mengedan) ibu (kekuatan/power)

Perubahan struktur pelvis (jalan lahir/ passage)

Sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, baayi besar, dan

jumlah bayi (passengger)

Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan pengalaman,

persiapan, budaya, serta sistem pendukung.

Posisi ibu selama persalinan.

Faktor Resiko:

1. Maternal

Kelainan anatomi panggul

Diabetes Gestasional

Kehamilan postmatur

Riwayat distosia bahu

Tubuh ibu pendek

2. Fetal

Dugaan macrosomia

4. Patofisiologi

(Terlampir)

Page 9: PJBL 1 (distosia).docx

5. Manifestasi Klinis

a. Ibu:

Gelisah

Letih

Suhu tubuh meningkat

Nadi dan pernafasan cepat

Edema pada vulva dan serviks

Bisa jadi ketuban berbau

b. Janin:

DJJ cepat dan tidak teratur

Distress janin

Keracunan mekonium (Mitayani, 2011)

6. Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan fisik

Inspeksi

Inspeksi dilakukan untuk mengetahui keadaan ruas tulang belakang yang

pendek dan adanya skoliosis, kifosis, dan lain-lain mungkin menjadi salah satu

tanda adanya distosia. Kelainan-kelainan pada tulang belakang tersebut dapat

menjadi tanda adanya juga kelainan pada panggul. Kelainan-kelainan yang juga

ditemukan pada panggul luar ungkin mempengaruhi ukuran dari pintu atas

panggul. Pada pemeriksaan inspeksi, jika kepala terdepan belum masuk pintu

atas panggul kelihatan kontur seperti kepala menonjol di atas simfisis pubis.

Palpasi

Pada palpasi dapat dilakukan beberapa pemerisaan seperti metode Osborn,

metode Muller Munro Kerr dan metode Leopord. Pada metode Osborn untuk

menentukan kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode Muller Munro

Kerr untuk memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis. Metode

leopord digunakan untuk menentukan posisi kepala dan menentukan apakah

kepala sudah masuk pintu atas panggul atau belum.

b) Pemeriksaan radiologi

Page 10: PJBL 1 (distosia).docx

MRI

Menggunakan kekuatan magnet dan gelombang radio. Signal dari medan

magnet memantulkan gambaran tubuh dan mengirimnya ke komputer, dimana

yang kemudian akan ditampilkan dalam bentuk gambar. Tidak seperti X-Ray dan

CT-Scan yang menggunakan radiasi. Namun penggunaan MRI masih terbatas

karena biaya mahal, waktu pemeriksaan yang sulit dan lama, serta ketersediaan

alat.

Kegunaannya:

a. Pelvimetri yang akurat

b. Gambaran fetal lebih baik

c. Gambaran jaringan lunak di panggul yang dapat menyebabkan distosia

USG

Menggunakan gelombang suara yang dipantulkan untuk membentuk

gambaran bayi di layar komputer yang aman untuk bayi.

Kegunaan:

a. Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.

b. Masalah dengan plasenta. USG dapat menilai kondisi plasenta dan

menilai adanya masalah-masalah seperti plasenta previa dsb.

c. Kehamilan ganda/kembar. USG dapat memastikan apakah ada 1 atau

lebih fetus di rahim.

d. Kelainan letak janin. Bukan saja kelainan letak janin dalam rahim tapi

juga banyak kelainan janin yang dapat diketahui dengan USG, seperti:

hidrosefalus, anesefali, sumbing, kelainan jantung, kelainan kromosom

(syndrome down), dll.

e. Dapat juga untuk menilai jenis kelamin bayi jika anda ingin

mengetahuinya.

7. Penatalaksanaan Medis

Penanganan Umum

a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin

b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ

c. Kolaborasi dalam pemberian:

Page 11: PJBL 1 (distosia).docx

- Infus RL dan larutan NaCl isotanik (IV)

- Berikan analgesia berupa tramandol/peptidin 25 mg (IM) atau morvin 10 mg

(IM)

d. Perbaiki keadaan umum

- Dukungan emosional dan perubahan posisi

- Berikan cairan

Penanganan Khusus

1. Kelainan His

- TD diukur tiap 4 jam

- DJJ tiap ½ jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II

- Pemeriksaan dalam : VT

- Infus RL 5% dan larutan NaCl isotonik (IV)

- Berikan analgesik seperti petidin, morfin

- Pemberian oksitosin untuk memperbaiki his

2. Kelainan letak dan bentuk janin

- Pemeriksaan dalam

- Pemeriksaan luar

- MRI

- Jika sampai kala II tidak ada kemajuan dapat dilakukan seksio sesaria baik

primer pada awal persalinan maupun sekunder pada akhir persalinan

3. Kelainan jalan lahir

- Persalinan percobaan

Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada

hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul

dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan

setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan persalinan dapat

berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk

menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengan demikian persalinan ini

merupakan suatu tes terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk

moulage kepala janin. Kedua faktor ini tidak dapat diketahui sebelum

persalinan berlangsung selama beberapa waktu.

Page 12: PJBL 1 (distosia).docx

Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan

dengan crmat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksio sesaria

selektif; keadaan-keadaan seperti ini dengan sendirinya merupakan

kontraindikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada

dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu.

Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan

moulage, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta,

janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang timbul pada

persalinan percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan panggul dalam

satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada

kesempitan dalam beberapa bidang. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan, yaitu:

- Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada ersalinan yang agak

lama perlu dijaga agar tidak terjadi dehodrasi atau asidosis.

- Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul.

Karena kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkan

gangguan pada embukaan serviks.

- Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung.

- Simfisiotomi

Simfisiotomi ialah indakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari

tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas.

Tindakan ini tidak banyak dilakukan karena terdesak oleh seksio sesaria.

Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit dan janin masih

hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap

terlalu bahaya.

- Kraniotomi

Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-larut dan dengan janin sudah

meniggal, sebaiknya persalinan diselesaikan dengan kraniotomi dan

kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak

dapat dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

- Seksio sesaria

Page 13: PJBL 1 (distosia).docx

Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni

sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder,

yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.

Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada

kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat, atau

karena terdapat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio

tersebut diselenggarakn pada kesempitan ringan apabila ada faktor-faktor

lain yang merupakan komplikasi, seperti primigravida tua, kelainan letak

janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami

masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.

Seksio sesarea sekunder karena ersalinan percobaan dianggap gagal,

atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas

mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan pervaginam tidak atau

belum dipenuhi.

8. Komplikasi

Komplikasi Maternal

a. Perdarahan pasca persalinan

b. Robekan perineum derajat III atau IV

c. Rupture Uteri

Komplikasi Fetal

a. Frakture Clavicle

b. Kematian janin

c. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen

d. Fraktura humerus

9. Askep

A. Pengkajian

1. Identitas Klien: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, jenis kelamin,

suku/bangsa

2. Keluhan utama: proses persalinan yang lama menyebabkan adanya keluhan

nyeri dan cemas

3. Riwayat kesehatan

Page 14: PJBL 1 (distosia).docx

a. Riwayat Kesehatan Dahulu

Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien mengalami distosia sebelumnya,

biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti hipertensi, anemia,

panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada riwayat kembar dll.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti: Kelainan letak

janin (lintang, sungsang, dll) apa yang menjadi presentasi, dll.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakan dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,

eklamsi dan preeklamsi.

4. Pengkajian Fungsional

Aktivitas/istirahat

Melaporkan keletihan, kurang energi, letargi, penurunan penampilan.

Sirkulasi

Tekanan darah dapat meningkat, mungkin menerima magnesium sulfat

untuk hipertensi karena kehamilan.

Eliminasi

Distensi usus atau kandung kemih yang mungkin menyertai.

Integritas ego

Mungkin sangat cemas dan ketakutan

Nyeri stau ketidaknyamanan

Mungkin menerima narkotika atau anastesi pada awal proses kehamilan,

kontraksi jarang, dengan intensias ringan sampai sedang, dapat terjadi

sebelum awitan persalinan atau sesudah persalinan terjadi, fase laten dapat

memanjang.

Keamanan

Serviks mungkin kaku atau tidak siap, pemeriksaan vagina dapat

menunjukkan janin dalam malposisi, penurunan janin mungkin kurang dari

1cm/jam pada nulipara atau kurang dari 2cm/jam pada mutipara bahkan

tidak ada kemajuan. Dapat mengalami versi eksternal setelah gestasi 34

Page 15: PJBL 1 (distosia).docx

minggu dalam upaya untuk mengubah presentasi bokong menjadi

presentasi kepala.

Seksualitas

Dapat primigravida atau grand multipara, uterus mungkin distensi

berlebihan karena hidramnion, gestasi multipel, janin besar atau grand

multiparis.

5. Pemeriksaan Fisik

Kepala

Rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.

Mata

Biasanya konjungtiva anemis.

Thorak

Inspeksi pernafasan : frekuensi, kedalaman, jenis pernafasan, biasanya ada

bagian paru yang tertinggal saat pernafasan.

Abdomen

Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama); biasanya his kurang semenjak awal

persalinan atau menurun saat persalinan; biasanya posisi, letak, presentasi

dan sikap anak normal atau tidak; raba fundus keras atau lembek; biasanya

anak kembar/tidak; lakukan perabaan pada simpisis biasanya blas

penuh/tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan akndung kemih.

Vulva dan Vagina

Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edema pada

vulva/serviks, biasanya teraba promantorium, ada/tidaknya kemajuan

persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi

adanya plasenta previa.

Panggul

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul

dan kelainan tulang belakang.

B. Diagnosa

1. Nyeri akut b/d tekanan kepala pada serviks, partus lama, kontraksi tidak efektif

Page 16: PJBL 1 (distosia).docx

2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/poa

kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.

3. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama,

CPD.

4. Ansietas b/d persalinan lama

C. Intervensi

1. Neri akut b/d tekanan kepala pada servik, partus lama, kontraksi tidak efektif

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri

berkurang

KH:

- Klien tampak rileks

- Klien tidak merasakan nyeri lagi

- Kontraksi uterus efektif

- Kemajuan persalinan baik

Intervensi:

a. Tentukan sifat, lokasi dan dursai nyeri kaji kontraksi utersu, hemiragic dan

nyeri tekan abdomen.

b. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri (1-10).

c. Berikan lingkungan yang nyaman, tenang dan aktivitas untuk mengalihkan

nyeri.

d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal (ibu) b/d penurunan tonus otot/poa

kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam tidak terjadi

cedera pada ibu.

KH:

- Tidak ada laserasi derajat 3 atau 4

- Tidak ada ruptur

Intervensi:

a. Tinjau ulang tiwayat persalinan, awitan dan durasi

Page 17: PJBL 1 (distosia).docx

b. Catat waktu/jenis obat; hindari pemberian narkotik dan anastesi blok

epidurial sampai serviks dilatasi 4 cm.

c. Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai, serta aktifitas dan istirahat,

sebelum awitan persalinan lama.

d. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.

e. Catat kondisi serviks; pantau tanda amnionitis; catat penigkatan suhu atau

jumlah sel darah putih; catat bau dan rabas vagina.

f. Catat penonjolan, posisi dan presentasi janin

g. Anjurkan klien berkemih setiap 1-2 jam; kaji terhadap penuhan kandung

kemih diatas simfisis pubis.

h. Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring

atau ambulasi sesuai toleransi.

3. Resiko tinggi cedera janin b/d penekanan kepala pada panggul, partus lama,

CPD.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam cedera janin

dapat dihindari.

KH:

- DJJ dalam rentang normal (120-160)

- Kemajuan persalinan baik

Intervensi:

a. Lakukan manuver Leopold untuk menentukan posisi dan presentasi janin.

b. Dapatkan data dasar DJJ secara manual atau elektronik, pantau dan

perhatikan variasi DJJ dan perubahan periodik pada respon terhadap

kontraksi uterus.

c. Catat kemajuan persalinan

d. Inspeksi perineum ibu terhadap kutil vagina, lesi herpes atau rabas

klamidial.

e. Catat DJJ bila ketuban pecah setiap 15 menit.

4. Ansietas b/d persalinan lama

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, ansietas

berkurang.

Page 18: PJBL 1 (distosia).docx

KH:

- Klien tampak tenang

Intervensi:

a. Identifikasi tingkat ansietas.

b. Berikan rasa nyaman pada klien.

c. Gunakan musik yang lembut.

d. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi.

e. Demonstrasikan dan praktikan teknik relaksasi pada klien.

f. Family support.

References:

Page 19: PJBL 1 (distosia).docx

Mochlar, rustam. 1990. Synopsis Obstetric. Jakarta : EGC.

FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan Ginekologi. Bandung :

Eleman.

Wiknojosatro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawihardjo.

Chandranita, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetris untuk Mahasiswa

Kebidanan. Jakarta : EGC.

Farrer, Helen. 2001. Perawatan Mternitas Edisi II. Jakarta : EGC.

http://cms.cnr.edu.bt/cms/files/docs/File/penjor/VSY/Dystocia2.pdf

http://www.aafp.org/dam/AAFP/documents/cme/also/ChapterI20120327.pdf