PITYRIASIS ROSEA

21
LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini mneyatakan bahwa: Nama : Mohd Fadzely bin Jaafar NIM : C 111 11 833 Judul referat : Diagnosis dan Penatalaksanaan Pityriasis Rosea Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Makassar, November 2015 Mengetahui, Co-Ass Pembimbing Mohd Fadzely bin Jaafar dr. Asvina Anis 1

description

DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN

Transcript of PITYRIASIS ROSEA

Page 1: PITYRIASIS ROSEA

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini mneyatakan bahwa:

Nama : Mohd Fadzely bin Jaafar

NIM : C 111 11 833

Judul referat : Diagnosis dan Penatalaksanaan Pityriasis Rosea

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, November 2015

Mengetahui,

Co-Ass Pembimbing

Mohd Fadzely bin Jaafar dr. Asvina Anis

1

Page 2: PITYRIASIS ROSEA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN 1

DAFTAR ISI 2

BAB I

PENDAHULUAN 3

BAB II

A. DEFINISI 4

B. EPIDEMIOLOGI 4

C. ETIOLOGI 4

D. PATOLOGI 5

E. GEJALA KLINIS 6

F. DIAGNOSIS 8

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 9

H. DIAGNOSIS BANDING 9

I. PENATALAKSANAAN 11

J. PROGNOSA 11

BAB III

KESIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 14

2

Page 3: PITYRIASIS ROSEA

BAB I

PENDAHULUAN

Pitiriasis Rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya

yang dimulai dengan sebuah lesi perimer yang dikarakteristikkan dengan

gambaran herald patch berbentuk eritema dan skuama halus yang kemudian

diikuti dengan lesi sekunder yang mempunyai gambaran khas.1

Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert Willan

pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada tahun 1860,

Gilbert memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama berwarna merah muda

(rosea).2

Insiden tertinggi pada usia antara 15 – 40 tahun.3 Wanita lebih sering

terkena dibandingkan pria dengan perbandingan 1.5 : 1.2

Diagnosis Pitiriasis Rosea dapat ditegakkan dengan anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang untuk

memastikan diagnosis apabila sulit menegakkan diagnosis Pitiriasis Rosea.

Pitiriasis Rosea bisa didahului dengan gejala prodromal (lemas, mual, tidak nafsu

makan, demam, nyeri sendi, pembesaran kelenjar limfe). Setelah itu muncul gatal

dan lesi di kulit.4 Banyak penyakit yang memberikan gambaran seperti Pitiriasis

Rosea seperti dermatitis numularis, sifilis sekunder, dan sebagainya.1

3

Page 4: PITYRIASIS ROSEA

BAB II

PITIRIASIS ROSEA

A. DEFINISI

Pitiriasis rosea ialah penyakit akut, kelainan kulit berupa timbulnya

papuloskuamosa yang dapat hilang dengan sendirinya, umumnya

menyerang anak-anak dan dewasa muda yang sehat, walaupun sebenarnya

dapat ditemukan pada semua umur. Pityriasis Rosea ditandai dengan

erupsi kulit yang khas dan gejala konstituinal yang minimal. (2)

Istilah Pitiriasis Rosea pertama kali dideskripsikan oleh Robert

Willan pada tahun 1798 dengan nama Roseola Annulata, kemudian pada

tahun 1860, Gilbert memberi nama Pitiriasis Rosea yang berarti skuama

berwarna merah muda (rosea).(1)

B. EPIDEMIOLOGI

Pityriasis Rosea dapat menyerang semua jenis ras yang ada di

dunia. Rata-rata insidens tahunan dicatatkan sekitar 0.16% (158.9 kasus

per 100,000 manusia-tahun). Meskipun begitu, Pityriasis Rosea selalunya

terjadi pada musim luruh dan musin semi pada negara 4 musim dan negara

bersuhu tropika. Kebanyakan studi menyatakan perempuan lebih sering

menderita Pityriasis Rosea berbanding laki-laki dengan perbandingan

1.5:1 dan mengena pada umur 10 hingga 35 tahun. Pityriasis Rosea jarang

mengena pada anak-anak baik laki-laki atau perempuan dibwah usia 2

tahun dan orang tua pada umur diatas 65 tahun. Rekurensi kejadian

Pityriasis Rosea sangat jarang berlaku menandakan adanya respon imun

yang diperoleh dari infeksi kali pertama. (1)

C. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya pitiriasis rosea masih belum diketahui,

walaupun sudah dikemukakan beberapa dugaan penyebab timbulnya

penyakit ini. Sudah lama dipikirkan bahwa virus sebagai penyebab

4

Page 5: PITYRIASIS ROSEA

timbulnya penyakit ini, karena adanya gejala prodromal yang biasa

muncul pada infeksi virus bersamaan dengan munculnya bercak

kemerahan di kulit. Human herpes virus 7 telah dikemukakan sebagai

penyebabnya, namun beberapa penelitian telah gagal menunjukkan bukti-

bukti yang meyakinkan.Penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini terfokus

pada peranan HHV-6 dan HHV-7 pada pitiriasis rosea. Dalam suatu

penelitian, partikel HHV telah terdeteksi pada 71% pasien penderita

pitiriasis rosea. Partikel-partikel virus ini ditemukan dalam jumlah banyak

diantara serat-serat kolagen dan pembuluh-pembuluh darah pada lapisan

dermis atas dan bawah. Partikel virus ini juga berada selang-seling

diantara keratinosit dekat dengan perbatasan dermal-epidermal. Pada

penilitian juga didapatkan HHV-7 lebih banyak berbanding HHV-6 tetapi

sering ditemukan keduanya. HHV-8 juga merupakan kausa penyebab dari

terjadinya Pityriasis Rosea tetapi kebanyakan studi dan penilitian tidak

mengkonfirmasikan keberadaan virus tersebut. (2)

Ada juga penilitian menunjukkan gejala Pityriasis Rosea akibat

penggunaan obat-obatan. Ruam yang terjadi dapat berakibat dari

penggunaan arsenic, bismuth, emas, lithium dan methopromazine dapat

menyebabkan reaksi lichenoid atipikal. Penggunaan obat lain seperti

metronidazole, barbiturates, clonidine, captopril, ketotifen dan

adalimumab dapat menyebabkan berlakunya Pityriasis Rosea. (2)

D. PATOLOGI

Pemeriksaan histopatologi sangat membantu dalam meyingkirkan

diagnosa banding. Gambaran histopatologi dari pitiriasis rosea meliputi:

Akantosis ringan

Parakeratosis fokal

Ekstravasasi eritrosit ke lapisan epidermis

Spongiosis dapat ditemukan pada kasus akut

Infiltrat perivaskular ringan dari limfosit ditemukan pada

dermis.3

5

Page 6: PITYRIASIS ROSEA

Gambar 1. Gambaran Histopatologis Pitiriasis Rosea

E. GEJALA KLINIS

Lesi utama yang paling umum ialah munculnya lesi soliter berupa

makula eritem atau papul eritem pada batang tubuh atau leher, yang secara

bertahap akan membesar dalam beberapa hari dengan diameter 2-10 cm,

berwarna pink salmon, berbentuk oval dengan skuama tipis. Lesi yang

pertama muncul ini disebut dengan Herald patch/Mother

plaque/Medalion. Jika lesi ini digores pada sumbu panjangnya, maka

skuama cenderung untuk melipat sesuai dengan goresan yang dibuat, hal

ini disebut dengan “Hanging curtain sign”. Herald patch ini akan

bertahan selama satu minggu atau lebih, dan saat lesi ini akan mulai

hilang, efloresensi lain yang baru akan bermunculuan dan menyebar

dengan cepat.3 Namun kemunculan dan penyebaran efloresensi yang lain

dapat bervariasi dari hanya dalam beberapa jam hingga sampai 3 bulan.

Bentuknya bervariasi dari makula berbentuk oval hingga plak berukuran

0,5-2 cm dengan tepi yang sedikit meninggi. Sumber lain yang menyebut

erupsi kulit akan menghilang secara spontan setelah 3-8 minggu.3

Setelah selang 5-15 hari atau mungkin sesingkat bebrapa jam atau

selama 2 bulan, erupsi umum mulai muncul di badan pada interval 2

hingga 3 hari seminggu atau 10 hari. Lesi baru terus mengembang selama

6

Page 7: PITYRIASIS ROSEA

beberapa minggu. Bentuk klasik dari erupsi ini dapat berupa lesi berbentuk

oval diskrit, berwarna merah muda kusam dan dilapisi dengan sisik

berwarna abu-abu. Bagian tengah dari lesi ini bersih dan terdapat keriput,

penampilan atrofi, berwarna kuning kecoklatan dengan terdapat sisik yang

melekat pada bagian tepi dari lesi tersebut. Lesi berbentuk garis panjang

yang mengikuti alur dari sela iga yang membentuk seperti pohon pine

dapat dilihat pada bagian dada dan punggung atas. Lesi bersisik pada

umunya terkait dengan macula merah muda dari berbagai ukuran dan

berbentuk makula. (2)

Lokasinya yang sering ditemukan di lengan atas dan paha atas.

Lesi-lesi yang muncul berikutnya jarang menyebar ke lengan bawah,

tungkai bawah, dan wajah. Namun sesekali bisa didapatkan pada daerah

tertentu seperti leher, sela paha, atau aksila. Pada daerah ini lesi berupa

bercak dengan bentuk sirsinata yang bergabung dengan tepi yang tidak

rata sehingga sangat mirip dengan Tinea corporis. Gatal ringan-sedang

dapat dirasakan penderita, biasanya saat timbul gejala.3 Gatal merupakan

hal yang biasa dikeluhkan dan gatalnya bisa menjadi parah pada 25%

pasien. Gatal akan lebih dirasakan saat kulit dalam keadaan basah,

berkeringat, atau akibat dari pakaian yang ketat. Ekskoriasi jarang

ditemukan.3

(a) (b)

Gambar 2: (a) Lesi Herald-Patch; (b) Gambaran lesi Herald-Patch pada dada

kanan dan lesi sekunder pada bagian badan.

7

Page 8: PITYRIASIS ROSEA

F. DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis PR didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan

klinis, dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Anamnesis dibutuhkan untuk mendukung penegakan diagnosis

PR yaitu:

a. Pada PR klasik, pasien biasanya menggambarkan onset

dari timbulnya lesi kulit tunggal pada daerah badan,

beberapa hari sampai minggu kemudian diikuti

timbulnya berbagai lesi kecil.1

b. Gatal hebat dirasakan pada 25% pasien PR tanpa

komplikasi, 50% lainnya merasakan gatal dari yang

ringan sampai sedang, dan 25% lainnya tidak

mengeluhkan rasa gatal.1

c. Sebagian kecil pasien menunjukkan gejala prodromal

seperti gejala flu, demam, malaise, arthralgia, dan

faringitis.1,4

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan terlihat:

a. Kelainan berupa bercak berskuama dengan batas tegas

berbentuk oval atau bulat (“herald patch”) yang meluas

ke perifer, terlihat erupsi makulopapular berwarna

merah-coklat berukuran 0,5-4 cm.1,4

b. Bagian tepi lesi terlihat lebih aktif, meninggi,

eritematosa dengan bagian tengah berupa central

clearing.4

c. Terlokalisasi pada badan, leher, dan daerah poplitea atau

pada area yang lembab dan hangat misalnya di area

lipatan kulit.1,4

8

Page 9: PITYRIASIS ROSEA

d. Erupsi sekunder mengikiuti garis Langer, berbentuk pola

pohon natal atau pola pohon cemara.1,4

Biopsi biasanya tidak selalu diindikasikan untuk menggevaluasi

pasien dengan suspek PR. Karena bisa terjadi kesalahan untuk

beberapa penyakit kulit, diagnosis klinis PR mungkin kadang-

kadang sulit, terutama di varian atipikal.4

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan ini jarang diperlukan dalam kasus PR. Pemeriksaan

fisik, hitung darah sel, biokimia dan analisis urin dalam rentang

normal, kadang ditemukan leukositosis, neutrophilia, basophilia dan

limfositosis.4 Tes VDRL dan uji fluorescent antibody trepenomal

dilakukan untuk menyingkirkan adanya sifilis.4

2. Biopsi kulit

Superfisial peri infiltrasi vaskular dengan limfosit, histiosit, dengan

eosinofil jarang terlihat. Sel epidermis menunjukkan sel darah merah

diskeratosis dan ekstravasasi RBCs dapat dilihat.4

H. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosa banding dari pitiriasis rosea mencakup:

1. Sifilis stadium II

Sifilis stadium II dapat menyerupai pitiriasis rosea, namun

biasanya pada sifilis sekunder lesi juga terdapat di telapak tangan,

telapak kaki, membran mukosa, mulut, serta adanya kondiloma lata

atau alopesia. Tidak ada keluhan gatal (99%). Ada riwayat lesi pada

alat genital. Tes serologis terhadap sifilis perlu dilakukan terutama jika

gambarannya tidak khas dan tidak ditemukan Herald patch.(1)

2. Tinea corporis

9

Page 10: PITYRIASIS ROSEA

Herald patch atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat

menyerupai tinea corporis. Tinea corporis juga memiliki lesi

papuloeritemaskuamosa yang bentuknya anular, dengan skuama, dan

central healing. Namun pada tepinya bisa terdapat papul, pustul,

skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada infeksi

jamur ini menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan sitologi atau

pada kultur, yang membedakannya dengan pitiriasis rosea. Tinea

corporis jarang menyebar luas pada tubuh.(1, 3)

3. Psoriasis gutata

Kelainan kulit yang terdiri atas bercak-bercak eritem yang

meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritem sirkumskrip dan

merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritem yang di tengah

menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis,

kasar dan berwarna putih seperti mika, serta transparan. Besar kelainan

bervariasi, jika seluruhnya atau sebagian besar lentikuler disebut

sebagai psoriasis gutata. Umumnya setelah infeksi Streptococcus di

saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili, terutama pada

anak dan dewasa muda.(1)

4. Dermatitis numularis

Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan skuama yang dapat

menyerupai pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat koleret dan

predileksi tempatnya pada tungkai, daerah yang biasanya jarang

terdapat lesi pada pitiriasis rosea.(1)

5. Erupsi kulit mirip pitiriasis rosea oleh karena obat

Senyawa emas dan captopril paling sering menimbulkan kelainan

ini.Setelah diketahui macam-macam obat yang bisa menginduksi

timbulnya erupsi kulit mirip pitiriasis rosea, kasusnya sudah berkurang

sekarang. Gambaran klinisnya ialah lesinya tampak lebih besar dengan

skuama yang menutupi hampir seluruh lesi, sedikit yang ditemukan

adanya Herald patch, umumnya sering didapatkan adanya lesi pada

10

Page 11: PITYRIASIS ROSEA

mulut berupa hiperpigmentasi postinflamasi. Sebagai tambahan, erupsi

kulit mirip pitiriasis rosea karena obat yang berlangsung lama

dikatakan ada hubungannya dengan AIDS.(1,3)

I. PENATALAKSANAAN

Tidak ada terapi khusus untuk mengobati Pityriasis Rosea. Pada

dasarnya Pityriasis Rosea adalah penyakit self-limiting jinak yang sembuh

tanpa gejala sisa. Pengobatan simptomatik merupakan terapi yang sering

diberikan kepada pasien. Pasien dengan gatal sedang atau berat harus

diinstruksikan untuk menghindari panas, mandi dengan air yang hangat

dan bukannya panas, menjaga kebersihan pakaian tidur dan tempat tidur

dan buat sementara hindari aktivitas yang dapat meningkatkan suhu tubuh.

Sinar ultraviolet dapat menekan dan memperpendek masa erupsi. Pasien

yang mempunyai lesi yang luas dapat disarankan untuk berjemur bagi

mendapat sinar ultraviolet dari matahari atau paparan ultraviolet B.

Penggunaan krim salep steroid golongan poten sedang seperti Menthol

0,025% dapat ditambahkan untuk terapi bantuan. Penggunaan steroid tidak

akan berpengaruh pada penampilan atau durasi lesi menghilang. (5)

J. PROGNOSA

Pitiriasis rosea merupakan penyakit akut yang bersifat self limiting

illnes yang akan menghilang dalam waktu kurang lebih 6 minggu. Namun

pada beberapa kasus dapat juga bertahan hingga 3-5 bulan. Dapat sembuh

tanpa meninggalkan bekas. Relaps dan rekuren jarang ditemukan.(1-4)

11

Page 12: PITYRIASIS ROSEA

BAB III

KESIMPULAN

Pitiriasis rosea adalah kelainan kulit yang termasuk dalam golongan

dermatosis papuloeritroskuamosa yang sering ditemukan, sifatnya akut, self

limiting disease, tidak menular, dan biasanya didapatkan pada anak-anak dan

dewasa muda. Etiologinya masih belum diketahui, namun dalam suatu penelitian,

partikel HHV telah terdeteksi pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Dimana

virus-virus ini memang ditemukan pada masa kanak-kanak awal dan tetap ada

pada fase laten. Namun apa yang menjadi penyebab reaktivasi virus ini belum

diketahui. Ada juga beberapa jenis obat yang menimbulkan erupsi kulit mirip

dengan pitiriasis rosea, antara lain barbiturate, captopril, senyawa emas, clonidine

dan lain sebagainya seperti yang telah disebutkan dalam pembahasan.

Erupsi kulit pada pitiriasis rosea memiliki ciri khas tertentu, dimana lesi

primernya ialah lesi soliter berupa makula eritem atau papul eritem yang nantinya

akan membesar hingga kira-kira berukuran 2-10 cm berbentuk oval, berwarna

kemerahan dengan skuama tipis dan bisa terdapat koleret di tepinya. Lesi primer

ini disebut sebagai Herald patch/Mother plaque/Medalion. Satu sampai dua

minggu setelah lesi primer timbul akan diikuti dengan munculnya lesi-lesi lain

berupa makula berbentuk oval hingga plak berukuran 0,5-2 cm berwarna

kemerahan atau dapat juga berupa hiperpigmentasi pada orang-orang yang

berkulit gelap, dengan koleret dari skuama di bagian tepinya.

Predileksi tempat yang paling banyak ditemukan yaitu pada batang tubuh,

kemudian juga di lengan atas dan paha atas. Beberapa kasus menunjukkan lesi

menyebar hingga ke leher, aksila dan sela paha. Namun jarang menyebar hingga

ke wajah, lengan bawah dan tungkai bawah. Penyebaran lesi pada batang tubuh

sumbu panjangnya mengikuti garis lipatan kulit, pada daerah punggung lesi

tersebar membentuk gambaran pohon natal yang terbalik (inverted christmas tree

appearance) atau huruf V terbalik, sedangkan pada daerah dada dan perut

penyebaran lesi membentuk huruf V. Lesi kulit ini dapat menghilang secara

12

Page 13: PITYRIASIS ROSEA

spontan dalam waktu 3-8 minggu, namun ada juga yang bertahan hingga 3-5

bulan, dan biasanya tidak ada keluhan dari penderita kecuali gatal ringan sampai

sedang.

Pitiriasis rosea memiliki berbagai macam varian, dapat dibedakan

berdasarkan predileksi tempatnya serta efloresensi yang dominan, contohnya

pitiriasis rosea inversa, giganta, irritate, vesicular, papular dan lain sebagainya.

Tidak ada tes laboratorium yang menunjang diagnosa pitiriasis rosea.

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan bertujuan untuk menyingkirkan

diagnosa banding sifilis sekunder karena keduanya cukup sulit untuk dibedakan

terutama pada tipe pitiriasis rosea yang atipikal (tidak khas).

Beberapa penyakit yang menyerupai gambaran klinis pitiriasis rosea selain

sifilis sekunder diantaranya pitiriasis versikolor, tinea korporis, psoriasis,

dermatitis seboroik, erupsi obat, lichen planus, dan lain sebagainya. Pemeriksaan

histopatologi sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosa banding. Diagnosa

pitiriasis rosea dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan klinis, pada

anamnesa harus dicari ada tidaknya riwayat prodormal sebelum timbulnya erupsi

kulit.

Umumnya pengobatan yang diberikan untuk pitiriasis rosea hanya bersifat

simptomatis, karena erupsi kulitnya akan menghilang secara spontan. Namun

pemberian obat dapat memberikan keuntungan karena mempersingkat lamanya

perjalanan penyakit karena erupsi akan hilang dengan lebih cepat. Untuk keluhan

gatal yang ringan sampai sedang dapat diberikan kortikosteroid topikal, bedak

yang mengandung asidum salisilikum, serta antihistamin. Namun bila gatalnya

sangat mengganggu dapat diberikan kortikosteroid sistemik. Selain pemberian

obat-obatan, penatalaksanaan pitiriasis rosea dengan fototerapi hanya bermanfaat

untuk mengurangi gejala klinis yang berat saja, namun tidak dapat mengurangi

rasa gatal yang timbul dan tidak mempercepat penyembuhan erupsi kulit.

13

Page 14: PITYRIASIS ROSEA

DAFTAR PUSTAKA

1. Blauvelt, Andrew. Pityriasis Rosea. Dalam: Dermatology in General Medicine

Fitzpatrick’s. The McGraw-Hill Companies, Inc. 2008: 362-65.

2. Sterling, J.C. Viral Infections. Dalam: Rook’s textbook of dermatology; edisi ke-7.

2004: 79-82.

3. James William D, Berger Timothy G, Elston Dirk M. Andrew’s Disease of The Skin

Clinical Dermatology; edisi ke-10. Philadelphia, USA: Elsevier. 2006: 208-9.

4. Ermertcan AT, Özgüven A,  Ertan P, Bilaç C, Temiz P, eds. Childhood pityriasis

rosea inversa without herald patch mimicking cutaneous mastocytosis. Iranian

Journal of Pediatrics, Jun 2010;20(2):237241

5. Daniel J. Trozak, MD, Dan J. Tennenhouse, MD,JD, John J. Russel, MD.

Dermatology Skills for Primary Care. Philadelphia, USA. 2006: 77-82

iv