Piroxicam Final
-
Upload
aprilini-fitrisia -
Category
Documents
-
view
375 -
download
7
description
Transcript of Piroxicam Final
BAB I
PENDAHULUAN
Adanya peningkatan jumlah Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID)
mencerminkan tingginya prevalensi penyakit artritis, meskipun ketersediaannya di
berbagai negara berbeda-beda. Pada umumnya golongan salisilat yang banyak digunakan
untuk penatalaksanaan rematologis; di Amerika Serikat dikenal lebih kurang 14 NSAID,
di Swedia hanya 7 NSAID, di Italia 17 NSAID dan di Indonesia 22 NSAID. Meskipun
demikian variasi ketersediaan NSAID ini lebih mencerminkan perbedaan pengaturan
daripada perbedaan dalam praktek rematologis. Sebagai suatu kelompok NSAID
memiliki kerja antiinflamasi, analgetik, antipiretik dan platelet inhibitor dengan aspirin
sebagai prototipnya.1,2
NSAID dapat mengatasi keluhan gejala arthritis. Salisilat merupakan NSAID
yang lebih disukai untuk terapi awal karena murah dan efektif cepat, akan tetapi dosis
diberikan sebagai antiinflamasi harus lebih besar daripada dosis yang dibutuhkan sebagai
analgetik. Dosis yang cukup tanpa efek samping harus digunakan secara teratur selama
ada synovitis dan diperlukan individualisasi dosis karena perbedaan bobot badan serta
variasi farmakokinetika salisilat antar individu. Apabila penggunaan jangka panjang tidak
dapat ditolerir karena iritasi lambung, bentuk sediaan lain dan salisilat seperti tablet salut
enterik dan supositoria atau produk cair dapat dicoba.2
Alternatif lain yaitu NSAID yang lebih baru seperti diflunisal, fenoprofen,
ibuprofen, naproksen, piroksikam, sulindak, tolmetin dan asain meklofenamat dapat
digunakan untuk yang tidak bisa mentolerir atau tidak memberikan respons terhadap
salisilat. Obat dari dosis yang berbeda harus dicoba selama periode yang sesuai (24
minggu) untuk menentukan rejimen optimal tiap individu sebelum diganti dengan obat
lain. Obat anti inflamasi yang paling lama digunakan adalah aspirin. Ia merupakan anti
inflamasi yang efektif dengan dosisbesar,±4,5 gr/hari. Efek sampingnya yang sering
timbul berupa gastritis yang difus, bersifat kumulatif dan selalu ada, sehingga dapat
mengakibatkan perdarahan. Beberapa keadaan lain, seperti hepatitis ringan, tinitus
(umumnya padaanak), dan sindroma nasal polip menjadi lebih hebat pada terapi dengan
1
aspirin. Karena terapi sering bersifat jangka panjang, dapat terjadi intoksikasi salisilat
yang menyebabkan hipokalemia, kebingungan dan delirium, beberapa kasus mengalami
asidosis berat. Intoksikasi berat seperti ensefalopati dan edema juga dapat terjadi pada
orang tua. Apakah suatu obat baru dengan struktur kimia yang unik seperti piroksikam
dapat merupakan pilihan utama sebagai anti inflamasi non steroid?1,2
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. STRUKTUR KIMIA
Piroksikam adalah obat anti inflamasi baru yang secara kimia berbeda dengan
derivat-derivat asam karboksilat seperti aspirin, ibuprofen, fenoprofen, indometasin, dan
tolmetin. Nama kimianya adalah 4 hidroksi-2-metil-N-(2-piridil)-2H-1,2-benzotiasin 1, 1-
dioxide, merupakan hasil proses enolisasi penggantian 4 hidroksi. Sifat Fisikokimia
Bersifat asam. Berbentuk kristal putih. Agak larut dalam alkohol & larutan alkali. Sedikit
larut dalam air, alkohol, basa. Rumus bangun piroksikam tampak pada gambar 1.1,3
Gambar 1 : Rumus Bangun Piroksikam
2.1. FARMAKOKINETIKA
Masa paruh piroksikam cukup panjang, yaitu 40-45 jam. Oleh karena itu,
meskipun absorpsinya lambat pada pemberian peroral, cocok diberikan sebagai dosis
tunggal setiap hari. Dengan dosis tunggal ini, dapat dicapai kadar terapeutik obat selama
24 jam. Pada percobaan klinis dengan pemberian piroksikam pada 15 orang penderita
rematoid arthritis dengan dosis tunggal 10 mg, 20 mg atau 30mg per hari selama 14 hari,
terlihat perbaikan klinis pada penderita. Kadar plasma menetap (steady state) piroksikam
dicapai dalam waktu 7 hari atau kurang, pada pemberian dosis tunggal antara 10 dan 30
mg. Maka, setelah 1 minggu, dapat ditentukan apakah dosis perlu ditambah atau tidak.
Berbeda dengan obat NSAID lain, pemberian piroksikam bersamaan dengan aspirin tidak
mempengaruhi kadar piroksikam dalam darah. Sedangkan kombinasi lalnnya dengan
aspirin, akan mengurangi kadar obat NSAID tersebut dalam plasma. Mungkin ini
disebabkan karena obat golongan asam aromatic seperti indometasin, fenoprofen,
3
naproksen, ibuprofen dan tolmetin, strukturnya mirip dengan aspirin. Ini rupanya
menyebabkan terjadinya interaksi kompetitif. Telah dibuktikan pula terjadinya interaksi
farmakokinetika antara fenil-butazon (suatu asam enolat) dengan aspirin. Mengingat
sifat-sifat piroksikam yaitu masa paruh yang panjang, potensi yang tinggi dengan kadar
plasma rendah (3-5 ug/ml), maka dapat diperkirakan, kurangnya interaksi
farmakokinetika antara aspirin dan piroksikam mungkin disebabkan oleh rendahnya
kadar piroksikam dalam darah tersebut, sehingga tidak terjadi kompetisi pada tempat
ikatan. Kadar yang rendah ini menguntungkan dalam pemakaian klinik.1,3,4
2.3. FARMAKODINAMIK
Dalam percobaan-percobaan awal di laboratorium, piroksikam ternyata punya
khasiat anti-radang yang sangat kuat. Pada marmut, daya hambat eritema (kemerahan)
pada radang 200 kali lebih kuat daripada aspirin. Dalam penghambatan edema pada kaki
tikus, kekuatannya hampir sama dengan indometasin, tapi lebih besar dari fenilbutason
atau nasprok-sen. Piroksikam juga menghambat sinovitis pada anjing yaitu dengan cara
mengurangi cairan sinovial dan migrasi lekosit polimorfonuklear. Dalam pengujian
efektivitas anti arthritis dan anti proliferasi, piroksikam hampir 15 kali lebih poten
daripada fenilbutazon. Aktivitas antipiretiknya praktis sama dengan aspirin. Seperti obat
NSAID yang lain (Gambar 2), piroksikam juga mempunyai aktivitas analgesik. Pada
mencit efek analgesiknya 11 kali lebih poten dari naproksen dan 64 kali lebih kuat dari
aspirin. Piroksikam tidak mempengaruhi sistem kardiovaskular. Pemberian intravena
pada dosis kumulatif sampai 15 mg/kgBB tidak memberikan pengaruh yang berarti pada
tekanan darah dan kontraksi/frekuensi jantung ataupun modifikasi respon presor terhadap
katekolamin eksogen dan endogen. Pada pemberian peritoneal pada mencit, hanya
terlihat tanda-tanda depresi ringan pada susunan saraf pusat.1,2,4
4
Gambar 2. Jenis – jenis NSAID
2.4. MEKANISME KERJA
Piroksikam bekerja secara intrinsik (langsung). Ia berbeda dengan kortikosteroid
tidak tergantung pada stimulasi adrenal. Untuk melihat aktivitas intrinsik ini, telah
dilakukan penelitian anti edema pada tikus yang mengalami adrenalektomi. Ternyata
piroksikam pada tikus-tikus tadi bekerja dengan kekuatan yang sama seperti pada tikus
normal. Pada peradangan sendi, sering terjadi migrasi sel pada tempat inflamasi, seperti
yang diperlihatkan sinovitas pada anjing yang sendinya disuntik dengan asam urat.
Migrasi ini ternyata dapat dipengaruhi oleh piroksikam.1,3,5
Selain itu piroksikam juga Menghambat sintesa prostaglandin dengan cara
menghambat kerja enzym cyclooxygenase (COX), COX-1 & COX-2 pada jalur
arachidonat tidak melalui jalur opiate, menghambat pelepasan mediator-mediator
inflamasi yang tergantung pada kadar agresi trombosit yang diinduksi dengan kolagen.
Piroksikam tidak menghambat aktivitas spasmogenik dari histamin, serotonin, asetilkolin
atau prostaglandin E2 pada sediaan, jaringan terisolasi. Seperti obat NSAID yang lain,
piroksikam menghambat sistem enzim prostaglandin biosintetase yang terdapat pada
5
berbagai jaringan (Gambar 3). Tampaknya, aktivitas antiinflamasi piroksikam tergantung
pada kemampuan penghambatan produksi prostaglandin ini.1,3,5
Gambar 3. Mekanisme Kerja NSAID
2.5. KEAMANAN
Piroksikam merupakan obat yang relatif aman. Ini telah dibuktikan dalam
laboratorium. LD 50-nya pada rodensia 200-300 mg/kg BB, sedang pada anjing lebih dari
700 mg/kg BB. Padahal, untuk manusia, dosis yang digunakan tidak sampai 1 mg/kg BB
(10-40 mg dosis tunggal). Menurut pilaumum obat NSAID, efek toksik yang utama yaitu
erosi mukosa saluran cerna (lambung). Berat ringannya gangguan ini tergantung dari
jenis spesiesnya, dosis dan lama penggunaannya. Ternyata saluran cerna anjing paling
peka terhadap piroksikam, tikus dan mencit kurang peka sedangkan pada kera tidak
terjadi lesi.Pada penelitian klinik, gangguan saluran cerna dan ulkus adalah gambaran
utama efek samping yang timbul pada terapi dengan obat NSAID umumnya. Beberapa
faktor yang mempengaruhi derajat efek samping tersebut antara lain formulasi obat dan
besarnya dosis yang diberikan untuk mencapai efek antiinflamasi. Sediaan bentuk tablet
biasanya mempunyai kecepatan dispersi dan absorpsi lebih lambat daripada bubuk dalam
6
kapsul. Oleh karena itu efek samping sediaan tablet biasanya lebih ringan daripada
kapsul. Kadar obat yang dicapai dalam darah sama. Karena masa paruhnya panjang (± 45
jam) ia dapat diberikan sekali sehari. Dosis obat dapat dibagi menjadi 2, 3 atau 4 kali
sehari bila diperlukan. Piroksikam 20 mg/hari relatif lebih aman terhadap saluran cerna
daripada aspirin 3,8 g/hari. Darah yang hilang bersama feses tiap hari hampir sama
dengan orang sehat, yaitu sekitar 0,4--0,7 ml/hari.1,2,4
Pemberian piroksikam jangka panjang pada kera seperti obat NSAID lainnya,
dapat menimbulkan lesi pada saluran cerna dan nekrosis pada ginjal, tapi tidak terjadi lesi
pada ginjal. Terjadinya lesi renalis dapat dihubungkan dengan efek penghambatan
biosintesis prostaglandin: Efek ini tampaknya dimiliki oleh hampir semua obat NSAID.
Pada tikus, piroksikam memperlihatkan efek penundaan partus. Sedangkan pada
penelitian reproduktif lain, pemberian piroksikam dosis tinggi tidak menimbulkan efek
yang merugikan.1,3,5
2.6. PENGGUNAAN KLINIK
Piroksikam berguna untuk pengobatan penyakit rematoid artritis, ankilosing
spondilitis, nyeri muskuloskeletal, piral(gout) akut, esteoartritis dan nyeri pada fraktur,
operasi serta episiotomi. Dosisnya antara 10-40 mg/hari, umumnya 20 mg/hari. la efektif
sebagai antiinflamasi dan analgetik dalam dosis tunggal. Dalam pengobatan rematoid
artritis dan ankilosing spondilitis, efek terapi terlihat setelah 2 minggu dan makin
meningkat setelah 3 bulan. Efek terapi piroksikam20 mg/hari ini sebanding dengan dosis
maksimum aspirin 4200 mg/hari; ini merupakan dosis optimal. Walaupun beberapa
penderita memerlukan dosis 100 mg/hari dalam pengobatan jangka panjang. Respon yang
sama juga terjadi pada pengobatan osteo-artritis, efek terapi timbul setelah 2 minggu dan
peningkatan respon yang progresif terjadi setelah terapi 12 minggu. Piroksikam 20
mg/hari dosis tunggal sebanding dengan aspirin 3900mg/hari; pada beberapa penderita
dosis pemeliharaan cukup 10 mg/hari. Pada pengobatan pirai akut ternyata efek klinik
terlihat dalam waktu 6 jam. Pengobatan pada nyeri fraktur, operasi dan episiotomi
menunjukkan bahwa efek analgesic piroksikam dosis tunggal (10-40 mg) sebanding
dengan aspirin 648 mg. Tidak terlihat adanya hubungan dosis respon pada pemberian 10,
20, atau 40 mg piroksikam tersebut diatas. Dari sejumlah penderita yang mendapat
pengobatan dengan piroksikam, 54% bebas efek samping, 4,1% penderita terpaksa
7
menghentikan pengobatannya karena gangguan saluran cerna. Pada pengobatan dengan
indometasin dan fenilbutazon, efek samping lebih sering terjadi, sehingga pengobatan
gagal. Dari beberapa uji laboratorium, 6% penderita mengalami penurunan hemoglobin
dan pada seorang penderita juga terjadi kenaikan sementara enzim transaminase yang
kembali normal setelah terapi dihentikan. Yang relatif sering terjadi ialah sedikit
peningkatan kadar BUN pada permulaan terapi yang kemudian menetap kadarnya
(plateau) seperti halnya pada pengobatan dengan fenilbutazon, indometasin dan aspirin.
Prostaglandin pada ginjal merupakan hormon dalam pengaturan sirkulasi darah di dalam
medula dan kortek adrenal. Ada kemungkinan bahwa kenaikan BUN tersebut merupakan
akibat terjadinya penghambatan sintesis prostaglandin oleh obat NSAID.1,4,5,6
2.7. DOSIS
Dewasa :
Rematoid arthritis, osteoartritis dan ankilosing spondilitis : Dosis awal 20 mg
sebagai dosis tunggal. Dosis pemeliharaan pada umumnya 20 mg sehari atau jika
diperlukan dapat diberikan 10 mg - 30 mg dalam dosis tunggal atau terbagi. Dosis lebih
dari 20 mg sehari meningkatkan efek samping gastrointestinal.4
Gout akut, mula-mula 40 mg sehari sebagai dosis tunggal, diikuti 4 - hari
berikutnya 40 mg sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi.4
Gangguan muskuloskeletal akut, awal 40 mg sehari sebagai dosis tunggal atau
terbagi selama 2 hari, selanjutnya 20 mg sehari selama 7 - 14 hari.4
Anak-anak :
Meskipun tidak direkomendasikan, sebagian klinisi menggunakan dosis untuk
anak (Juvenil rheumatoid arthritis) sbb :
BB 15-30kg : 5mg/hari
BB 31-45kg : 10mg/hari
BB 46-55kg : 15mg/hari
Dosis diturunkan untuk Pasien dengan kerusakan fungsi hati/ginjal.
2.8. BENTUK SEDIAAN OBAT
8
Tablet, Kapsul 10 mg, 20 mg, Tablet Terdispersi, Tablet Flash 20 mg
Parenteral Vial 20 mg/ml, Topikal : Gel, Supositoria 20 mg5
Nama Dagang :
- Faxiden - Felcam - Felcam Gel - Felden Gel
- Felden Inj - Felden Supp - Infeld - Kifaden
- Lanareuma - Licofel - Maxicam - Pirodene
- Piroxicam - Rexicam - Rexil - Roxidene
- Scandene - Scandene Gel - Sofden - Tropidene
- Felden 4
2.9. EFEK SAMPING OBAT4
Efek pada darah (1-10% Pasien) : anemia, memperpanjang waktu pendarahan,
eusinopili,epstaxis, leucopenia, thrombo, cytopenia, trombositopenia,
menghambat agregasi platelet.
Efek pada ginjal (1-10%Pasien) : abnormalitas fungsi ginjal, disuria, hematouria,
hiperkalemia, cystitis, nephrotic sindrom, oligouria/poliuria, proteinuria sampai
gagal ginjal.
Efek pada sistem syaraf (1-10% Pasien) : pusing, sakit kepala, ketakutan,bingung,
depresi, bermimpi, sulit tidur, cemas, gemetaran,berputar, halusinasi.
Efek pada mata/pendengaran (1-10% Pasien) : tinitus, penglihatan kabur,
gangguan pendengaran, sembab mata.
Effek pada hati (1-10% Pasien) : peningkatan hasil test fungsi, hati (SGOTSGPT)
sekitar >3 kali nilai normal. Hepatitis, jaundice, kerusakan hati, kolik.
Reaksi hipersensitif & kulit (1-10% Pasien) : bentol-bentol, gatal, kemerahan,
eritema, foto-sensitif, berkeringat, sampai syok anafilaktik, Stevens-Johnson
sindrome.
Efek samping lain (1-10% pasien) : bengkak, CHF, hipertensi, takikardi, aritmia,
hypotensi, miocardial infark, demam, infeksi, sepsis, perubahan berat badan,
asma, sindrom seperti flu, hipergikemi, hipoglikemi, pneumonia, depresi
pernafasan.
2.10. INTERAKSI OBAT4
9
Obat yg terikat pada protein plasma : Menggeser ikatan dengan protein plasma,
sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : salisilat, sulfonylurea)
Obat antikoagulan & antitrombosis : Sedikit memperpanjang waktu prothrombin
& Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan antikoagulan
(warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin harus
dimonitor.
Obat satu golongan (AINS) : Meningkatkan konsentrasi plasma sehingga
meningkatkan efek samping (kumulatif/akumulasi).
ACE Inhibitor : Menurunkan efek anti-hipertensi. Obat Diuretik : Meningkatkan
risiko kerusakan ginjal
Lithium : Meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi lithium
di ginjal.
Metotreksat : Meningkatkan toksisitas Metotreksat dengan menurunkan eliminasi
di ginjal.
Dengan Makanan : Makanan dapat mengurangi kontak langsung dengan mukosa
lambung.
2.11. PERINGATAN/PERHATIAN
Hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan ginjal, dehidrasi, kondisi yang
berhubungan dengan retensi cairan (gangguan jantung, hipertensi), gangguan saluran
cerna bagian atas. Pasien sedang menggunakan obat-obat yang berinteraksi dengan
Piroksikam.4
Piroksikam menginhibisi biosintesa prostaglandin, sehingga dapat berpengaruh
pada pembentukan platelet dan pasien pemakai piroksikam harus diawasi terutama jika
pasien mempunyai sifat predisposisi terhadap kelainan pembekuan darah. Dapat
mengakibatkan kerusakan liver, meningkatkan SGPT / SGOT hingga jaundice.4,5
Hati-hati pemberian pada penderita gangguan pencernaan, jantung, hipertensi dan
keadaan predisposisi retensi air, ginjal dan hati. Pada penderita yang mengalami
gangguan penglihatan selama menggunakan piroksikam dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan mata.5,6
2.12. PENGARUH KHUSUS4
10
Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh wanita
hamil. Terutama pada akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena efeknya
pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan prematur duktus arteriosus) &
kontraksi uterus.
Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga tidak
direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yg sedang menyusui.
Terhadap Anak-anak : Belum ada studi ttg keamanan & efikasi penggunaan
piroksikam pada pasien anak tidak direkomendasikan, meskipun beberapa klinisi
sudah menggunakannya.
2.13. KONTRAINDIKASI4,5,6
Hipersensitif terhadap golongan AINS. Adanya riwayat gatal-gatal, angioedem,
bronchospasm, rhinitis berat, atau syok oleh Aspirin atau golongan AINS lain. Pasien
hamil trimester ke-3. Pasien menyusui (atau hentikan menyusui).
2.14. PENYIMPANAN4,6
Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, pada suhu di bawah
30°C. Dengan kondisi penyimpanan sesuai yg dianjurkan, kapsul piroxicam akan
daluarsa 36 bulan sejak tanggal produksi.
2.15. INFORMASI PASIEN DAN MONITORING4
Obat oral diminum setelah makan untuk mengurangi efek iritasi langsung pada
lambung. Informasikan ke dokter jika ada riwayat hipersensitif terhadap golongan AINS
meskipun hanya berupa gatat-gatal. Konsultasikan ke Dokter jika muncul salah satu dari
gejala efek samping.
Munculnya efek samping adanya pendarahan lambung. Peningkatan kadar SGOT-
SGPT. Kadar serum kreatinin.
2.16. OVERDOSIS4
Ditanggulangi dengan tindakan suportif dan simtomatik. Pemberian arang aktif
dapat mengurangi absorpsi dan reabsorpsi piroksikam sehingga mengurangi jumlah zat
aktif yang ada.
11
Daftar Pustaka
1. Tjandra, DY. Piroksikam : Obat Anti Inflamasi Non Steroid Baru. Cermin Dunia
Kedokteran No. 38 1985.
12
2. Lestari, P. Obat-obat Anti Inflamasi Non Steroid.Cermin Dunia Kedokteran No.
104, 1995 17.
3. Cetina, B. Solid-state investigation of piroxicam benzoate. Acta Pharm. 53 (2003)
165–173.
4. http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php .
5. http://balatif.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=26:piroxicam&catid=7:obat-generik-
berlogo&Itemid=15.
6. http://medicsehat.wordpress.com/2010/03/09/piroxicam-20-mg/ .
13