Pio Derma

14
REFERAT PIODERMA Dokter Pembimbing : Dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK Disusun oleh : Rusman Shiddiq G1A211004 Iwan Irawan G1A Raden Novi N Ikhsani Utami FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN

Transcript of Pio Derma

Page 1: Pio Derma

REFERAT

PIODERMA

Dokter Pembimbing :

Dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

Disusun oleh :

Rusman Shiddiq G1A211004

Iwan Irawan G1A

Raden Novi N

Ikhsani Utami

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATAN

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO

2013

Page 2: Pio Derma

HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

PIODERMA

Diajukan untuk memenuhi syarat

Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior

Di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto

Telah disetujui dan dipresentasikan

Pada tanggal April 2013

Disusun oleh :

Rusman Shiddiq G1A211004

Iwan Irawan G1A

Raden Novi N

Ikhsani Utami

Purwokerto, April 2013

Dokter Pembimbing,

Dr. Ismiralda Oke P utranti , Sp.KK

Page 3: Pio Derma

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan Referat yang berjudul “Pioderma”. Referat ini dibuat

dengan tujuan memenuhi syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Pendidikan Profesi Dokter

di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Penyusunan Referat ini tidak lepas dari bantuan serta uluran tangan dari berbagai pihak baik

moral, maupun material. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr.

Ismiralda Oke P, Sp.KK atas saran dan bimbingan dalam penyusunan referat ini. Terima kasih kepada

teman teman UNSOED dan UPN atas segala kerja sama selama ini.

Penulis menyadari bahwa pembuatan Referat ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

segala kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa diharapkan demi kesempurnaan Referat

ini di masa yang akan datang. Semoga Referat ini bermanfaat bagi kita semua. Amien.

Purwokerto, April 2013

Penulis

Page 4: Pio Derma

PIODERMA

Definisi pioderma

Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcuc, Streptococcus, atau oleh

kedua-duanya (Djuanda, 2007).

Etiologi

Penyebabnya yang utama ialah Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolitycus,

sedangkan Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang

menyebabkan infeksi (Djuanda, 2007).

Faktor predisposisi (Djuanda, 2007)

1. Higiene yang kurang

2. Menurunnya daya tahan

Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik, neoplasma ganas, diabetes melitus

3. Telah ada penyakit lain di kulit

Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggi

sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

Klasifikasi (Djuanda, 2007)

1. Pioderma primer

Infeksi terjadi pada kulit yang normal. Gambaran klinisnya tertentu, penyebabnya

biasanya satu macam mikroorganisme.

2. Pioderma sekunder

Pada kulit telah ada penyakit kulit yang lain. Gambaran klinisnya tak khas dan mengikuti

penyakit yang telah ada. Jika penyakit kulit disertai pioderma sekunder disebut

impetigenisata, skabies impetigenisata. Tanda impetigenisata ialah jika terdapat pus,

Page 5: Pio Derma

pustul, bula purulen, krusta berwarna kuning kehijauan, pembesaran kelenjar getah bening

regional, leukositosis, dapat pula disertai demam.

Granuloma Piogenikum

Granuloma piogenik (GP) atau biasa juga disebut hemangioma kapiler lobular

(lobular capillary hemangioma) atau granuloma telangiektatik (granuloma

telangiectaticum) adalah lesi vaskuler yang berkembang dengan cepat atau merupakan

suatu hemangioma tipe kapiler yang berhubungan dengan trauma sebelumnya (Holbe,

2003; Lichenstein 2004). Penggunaan istilah granuloma piogenik sebenarnya tidak tepat

karena tidak terdapat proses piogenik dan tidak mempunyai tanda karakteristik dari  suatu

granuloma (Pierson, 2004; Koh dan Bhawan, 1992).

Epidemiologi

Dapat terjadi pada semua umur, tetapi sering terjadi pada umur rata-rata 6-7 tahun dan

dewasa muda. Sering mengenai muka, jari, gingiva dan daerah lain yang mudah terkena

trauma. Penyebab pasti GP sampai sekarang belum diketahui, tetapi biasanya timbul

didahului oleh  trauma (Grevelink dan Mulliken, 2003; Pierson, 2004).

Etiologi

Penyebab pasti granuloma piogenik sampai sekarang belum diketahui. Namun trauma

sejak dahulu dianggap sebagai penyebab utama, dimana pada suatu penelitian ditemukan

7% kasus mempunyai riwayat trauma. Dikatakan trauma bentuk penetrasi yang tersering.

Pada kasus-kasus lain penderita tidak mengingat adanya trauma, tetapi pekerjaan atau

situasi lesi menyebabkan trauma minor dapat terjadi. Pengaruh hormonal, viral onkogen,

malformasi arteriovenous mikroskopik dan produksi faktor angiogenik diduga juga

berperan.  Pertumbuhan lesi akibat terapi retinoid sistemik atau protease inhibitor telah

dilaporkan, tetapi fenomena ini belum sepenuhnya dimengerti (Pierson, 2004)

Page 6: Pio Derma

Gejala klinis

Perjalanan penyakit dimulai dengan abrasi atau luka lecet di kulit, selanjutnya terjadi

pertumbuhan jaringan ikat berupa tumor bertangkai, berwarna merah dan mudah berdarah

kalau terkena trauma. (Siregar, 2005).

Pemeriksaan

Ujud kelainan kulit yang ditemukan yaitu nodul lentikular bundar berwarna merah dan

erosif, dikelilingi skuama berwarna coklat kehitaman (Siregar, 2005)

Histopatologi

Gambaran histopatologis GP terdapat proliferasi pembuluh darah kecil, yang akan

menerobos epidermis dan membentuk tumor globular yang bertangkai, yang dibatasi oleh

epidermis yang koleret (Pierson, 2004; Koh dan Bhawan, 1992). Kadang-kadang terdapat

erosi dan ulserasi di permukaannya (Pierson, 2004). Proliferasi pembuluh darah ini

terdapat pada stroma gelatinous, yang tidak terdapat kolagen pada stadium awal dan relatif

kaya musin. Sel-sel endotel membengkak seperti pada jaringan granulasi yang baru,

membatasi pembuluh darah dalam lapisan tunggal dan dikelilingi oleh campuran populasi

sel fibroblast, sel mast, sel plasma dan pada permukaan yang erosi terdapat lekosit PMN.

Pada lesi yang lebih tua cenderung lebih terorganisasi dan sebagian fibrosis (Pierson,

2004).

Tatalaksana

Penatalaksanaan GP dapat dilakukan dengan biopsi, eksisi skalpel atau laser, kuretase dan

kauterisasi koagulasi (Pierson, 2004; dan Holbe, 2003). Ada yang mengatakan jangan

melakukan kauterisasi pada lesi yang besar atau luas, sebaiknya dieksisi (Anonim, 2004).

Semua modalitas tersebut kuratif asalkan lesi terangkat sempurna (Pierson, 2004). Holbe

memperkenalkan suatu cara yang mudah dilakukan terutama untuk anak-anak karena tidak

membutuhkan anestesi yaitu dengan mengikat tangkai GP sedekat mungkin dengan dasar

Page 7: Pio Derma

kemudian ditutup dan beberapa hari kemudian GP akan nekrosis dan lepas dengan

sendirinya. Kekurangan cara ini hanya tidak dapat dilakukan pemeriksaan histopatologis.

Jadi cara ini hanya dilakukan pada kasus yang secara klinis jelas suatu GP (Holbe, 2003)

Tanpa melihat modalitas terapi yang digunakan, rekurensi bisa mencapai 40-50%

(Pierson, 2004). Ada yang mengatakan bahwa terjadi rekurensi karena proliferasi

pembuluh darah pada dasar lesi meluas dalam pola konus ke dermis bagian dalam. Pada

beberapa tempat seperti lipatan kuku atau bagian anterior jari, sangat beralasan untuk

melakukan kuretase. Bilamana memungkinkan, dapat dilakukan eksisi elips sempit tetapi

dalam di bawah lesi dan menutupnya dengan jahitan, karena cara ini memberikan angka

kesembuhan tertinggi (Anonim, 2004).

Keratolisis berlubang

Keratolisis berlubang adalah infeksi superfisial kulit yang memberi / menyebabkan

timbulnya lubang-lubang pada stratum korneum dan biasanya timbul pada telapak tangan

dan telapak kaki. Sinosim keratolisis berlubang yaitu keratoma plantera sulkatum,

keratolisis plantare sulkatum, dan Pitted keratolysis (Siregar, 2005).

Etiologi

Penyebab keratolisis berlubang yaitu suatu mikroorganisme yang bersifat gram positif,

berbentuk kokoid dan filamentosis yang oleh Tapin dikelompokkan dalam spesies

Corynebacterium (Siregar, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit

Kelembaban udara merupakan faktor yang memperberat penyakit ini. Orang-orang yang

tidak memakai alas kaki ikut memengaruhi timbulnya penyakit. Lingkungan basah atau

penyakit hiperhidrosis serta orang yang bekerja di lapangan keras seperti lapangan

bebatuan dan berpasis meningkatkan kejadian penyakit ini (Siregar, 2005).

Page 8: Pio Derma

Gejala klinis

Lesi-lesi berlubang biasanya 1-5 mm timbul pada telapak kaki sehingga memberi

gambaran “Punch out appearance”. Lesi-lesi ini dapat bergabung sehingga menunjukkan

bentuk-bentuk lesi yang menyerupai erosi. Umumnya hanya stratum korneum yang

terkena. Biasanya lesi-lesi lebih sering timbul pada daerah yang ada tekanan misalnya kaki

bagian volar dan ujung-ujung jari dan tumit. Lubang-lubang terbentuk akibat lisis dari

stratum korneum; berwarna kecoklatan yang memberi kesan kurang kebersihan. Penyakit

ini biasanya tidak menimbulkan gejala; hanya pasien-pasien yang berat mengeluh merasa

tidak enak di kaki (Siregar, 2005).

Pemeriksaan kulit

Lokalisasi penyakit ini biasanya di telapak kaki, tumit, bagian volar dan ujung-ujung kaki

serta telapak tangan dan ujung-ujung jari. Ujud kelainan penyakit ini yaitu: hiperkeratosis

yang miliar dengan warna kecoklatan, lubang-lubang yang menyeluruh seluruh area.

Kadang-kadang ada fisura dengan panjang 1-5 mm (Siregar, 2005).

Histopatologis

Hiperkeratosis, parakeratosis ringan dan akantosis. Pada lapisan epidermis bagian atas

terdapat hipervaskularisasi dengan sebukan sel-sel radang limfosit (Siregar, 2005).

Pemeriksaan penunjang

Kerokan kulit dibuat preparat gram untuk menemukan mikroorganisme yang berbentuk

kokoid dan filamentus (Siregar, 2005).

Diagnosis banding

Hiperhidrosis, tinea pedis (perlu dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH),

eritrasma dilakukan sediaan apus dengan pewarnaan gram (Siregar, 2005).

Komplikasi

Dapat terjadi infeksi sekunder sehingga menimbulkan erisipelas atau abses (Siregar, 2005).

Page 9: Pio Derma

Penatalaksanaan (Siregar, 2005).

Non medikamentosa

Paka alas kaki ketika bekerja di luar rumah

Medikamentosa

Antibiotik topikal seperti asam fusidat atau golongan azol seperti imidazol, ketokonazol

atau itrakonazol dapat menolong

Prognosis

Prognosis penyakit ini bonam (Siregar, 2005).

Referensi:

Siregar, R.S, 2005. Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta. Hal 45-49.

Pierson JC. Pyogenic Granuloma (Lobular Capillary Hemangioma). Available at 

http://www.emedicine.com/emerg/topic753.htm. Accessed on September 19,

2004.

Holbe HC, Frosch PJ, Herbst RA. Surgical Pearl: Ligation of the base of pyogenic

granuloma-An atraumatic, simple and cost-effective procedure. J Am Acad

Dermatol 2003;49:509-10.

Koh HK, Bhawan J. Tumors of the skin. In: Moschella SL, Hurley HJ, eds. Dermatology, 3rd

ed. Phialdelphia: W.B.Saunders company, 1992:1721-77.

 MacKie RM. Soft-tissue tumours. In: Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM,

eds. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of dermatology, 6th ed.

London:Blackwell Science, 1998:2347-55.

Grevelink SV, Mulliken JB. Vascular anomalies and tumors of skin and subcutaneous tissues.

In: Freedberg, IM. Eisen, AZ. Wolff, K. Austen, KF. Goldsmith, LA. Katz,

SI. Editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 6th ed. New

York: McGraw Hill, 2003:1002-19.

 Lichenstein R. Granuloma, annulare and pyogenic. Available at

http://www.emedicine.com/emerg/topic753.htm. Accessed on September 19,

2004. 

Page 10: Pio Derma

 Anonim. Pyogenic granuloma (Proud flesh). Available at

http://www.ncemi.org/cse/cse1112.htm. Accessed on September 19, 2004.

Djuanda A, 2007. Pioderma dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi kelima.

Jakarta:FKUI. Hal. 57