PikiranRakyat -...

2
Pikiran Rakyat .Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 OJan OPeb o Mar OApr o Me; OJun OJul .• Ags OSep Memartabatkan Pekerja Sam Oleh DEDE MARlANA D ARI 24 jam waktu ki- ta, coba sisihkan 5 me- nit saja untuk singgah di tempat pembuangan semen- tara (TPS) lalu saksikan dengan mata kelapa sendiri, ngobrol de- ngan para pekerja sampah, me- nyimak nasib keseharian mere- ka, k:emudian coba merenung- kannya, niscaya kita akan mera- sa malu, berasa berutang budi, bahkan merasa bersalah sebab kita tidak pernah berbuat apa- apa untuk mereka. , Mengapa nasib mereka demi- kian memprihatinkan dan keba- nyakan dari kita menganggap ti- dak ada apa-apa dengan nasib mereka? Mengapa kita begitu "biadab" terhadap nasib mere- ka? Ketika kita lalai terhadap mereka sementara pada saat yang bersamaan ada ajaran yang mengatakan bahwa "ke- bersihan sebagian dari iman", sudah barang tentu merekalah (para pekeIja sampah) yang pa- ling beriman soal kebersihan. Apa yang sudah kita lakukan untuk mereka? Sudahkan mere- ka kita tempatkan sebagai para pejuang kebersihan dengan im- balan jasa yang manusiawi dan memberikan mereka fasilitas tunjangan kesehatannya? Pe- kerja sampah adalah pekerjaan mulia tetapi kita tidak pernah memuliakan mereka? Meng- apa? Problem utamanya adalah, sampah itu memang harus diu- rus dengan baik, tetapi pekerja sampah harus terlebih dahulu diurusi dengan lebih baik. Potret nasib pekerja sampah di republik ini tak ubahnya se- perti sampah itu sendiri. Reali- tas ini lebih dari sekadar mem- prihatinkan melainkan sudah sangat ironis. Apakah alokasi pajak yang dipungut dari ma- syarakat oleh pemerintah tidak memadai untuk memperhati- kan nasib mereka? Misalkan agar mereka mendapat upah yang layak, mendapatjaminan kesehatan secara cuma-cuma setiap saat, mendapat asuransi untuk menopang kehidupan mereka, dan seterusnya. Misal- kan pula, apakah tidak mungkin ada tenaga medis yang secara berkala datang ke tiap TPS dan tempat pembuangan akhir (TPA) untuk memberikan pela- yanan kesehatan secara cuma- cuma bagi para pekerja sampah tersebut? Sekali lagi, mengapa pemerintah, dan juga tentu saja kita, lalai terhadap mereka? Pertama, secara nasional ti- dak pernah ada kehirauan mela- lui political will yang sungguh- sungguh untuk memperjuang- kan dan melindungi mereka. Negara ini tidak punya regulasi yang menghargai profesi mere- ka secara beradab. Kedua, ketika sampah menja- di persoalan maka yang diribut- kan (di kota manapun di repub- lik ini) adalah ketakutan akan adanya ancaman wabah penya- kit yang akan menyerang kita, dan tidak mempersoalkan an- caman berbagai penyakit yang setiap hari dihadapi oleh para pekerja sampah. Ketiga, pemerintah dan kita sesungguhnya dapat dan bisa berbuat untuk memanusiawi- kan mereka tetapi karena kita ah ''belum pernah" menjadi peker- ja sampah maka kita tidak per- nah berempati dan memiliki ra- sa altruisme terhadap mereka. Bahkan banyak dari kita yang telanjur menganggap "jijik"ter- hadap jenis pekerjaan ini seba- gaimana kitajijik terhadap sam- pah. Sebuah car' pandang yang terlalu bodoh k tika kita alpa bahwa pekeIja mpahjuga ma- nusia. Mereka bukan binatang apalagi sampah. Keempat, tidak usah heran kalau persoalan sampah akan terus menjadi problem serius setiap saat selama pemerintah tidak pernah terlebih dahulu mengurus pekerja sampahnya sebagai manusia, sebab selama ini pemerintah lebih sibuk ba- gaimana meng rusi sampah (sebagai benda mail) ketimbang mengusrusi mahluk hidup yang bernama pekerja sampah. Sangat memilukan posisi ta- war para pekerja sampah di ha- dapan siapapun apalagi di ha- dapan para pengambil kebijak- an. Oleh karena itu, tidak terlalu salah kalau ada tesis yang me- nyatakan bahwa kualitas marta- bat pekerja sampah merupakan cermin sebenarnya dari tingkat peradaban para pengambil kebi- jakan. Sebetulnya, ji a pemerintah mau, artinya jika para pengam- Kliping Humas Unpad 2010

Transcript of PikiranRakyat -...

Page 1: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/...memartabatkanpekerjasampah.pdfkalau persoalan sampah akan terus menjadi problem serius setiap saat selama pemerintah

Pikiran Rakyat.Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1317 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

OJan OPeb oMar OApr oMe; OJun OJul .• Ags OSep

Memartabatkan Pekerja SamOleh DEDE MARlANA

DARI 24 jam waktu ki-ta, coba sisihkan 5 me-nit saja untuk singgah

di tempat pembuangan semen-tara (TPS) lalu saksikan denganmata kelapa sendiri, ngobrol de-ngan para pekerja sampah, me-nyimak nasib keseharian mere-ka, k:emudian coba merenung-kannya, niscaya kita akan mera-sa malu, berasa berutang budi,bahkan merasa bersalah sebabkita tidak pernah berbuat apa-apa untuk mereka., Mengapa nasib mereka demi-

kian memprihatinkan dan keba-nyakan dari kita menganggap ti-dak ada apa-apa dengan nasibmereka? Mengapa kita begitu"biadab" terhadap nasib mere-ka? Ketika kita lalai terhadapmereka sementara pada saatyang bersamaan ada ajaranyang mengatakan bahwa "ke-bersihan sebagian dari iman",sudah barang tentu merekalah(para pekeIja sampah) yang pa-ling beriman soal kebersihan.Apa yang sudah kita lakukanuntuk mereka? Sudahkan mere-ka kita tempatkan sebagai parapejuang kebersihan dengan im-balan jasa yang manusiawi danmemberikan mereka fasilitastunjangan kesehatannya? Pe-

kerja sampah adalah pekerjaanmulia tetapi kita tidak pernahmemuliakan mereka? Meng-apa? Problem utamanya adalah,sampah itu memang harus diu-rus dengan baik, tetapi pekerjasampah harus terlebih dahuludiurusi dengan lebih baik.

Potret nasib pekerja sampahdi republik ini tak ubahnya se-perti sampah itu sendiri. Reali-tas ini lebih dari sekadar mem-prihatinkan melainkan sudahsangat ironis. Apakah alokasipajak yang dipungut dari ma-syarakat oleh pemerintah tidakmemadai untuk memperhati-kan nasib mereka? Misalkan

agar mereka mendapat upahyang layak, mendapatjaminankesehatan secara cuma-cumasetiap saat, mendapat asuransiuntuk menopang kehidupanmereka, dan seterusnya. Misal-kan pula, apakah tidak mungkinada tenaga medis yang secaraberkala datang ke tiap TPS dantempat pembuangan akhir(TPA) untuk memberikan pela-yanan kesehatan secara cuma-cuma bagi para pekerja sampahtersebut? Sekali lagi, mengapapemerintah, dan juga tentu sajakita, lalai terhadap mereka?

Pertama, secara nasional ti-dak pernah ada kehirauan mela-lui political will yang sungguh-sungguh untuk memperjuang-kan dan melindungi mereka.Negara ini tidak punya regulasiyang menghargai profesi mere-ka secara beradab.

Kedua, ketika sampah menja-di persoalan maka yang diribut-kan (di kota manapun di repub-lik ini) adalah ketakutan akanadanya ancaman wabah penya-kit yang akan menyerang kita,dan tidak mempersoalkan an-caman berbagai penyakit yangsetiap hari dihadapi oleh parapekerja sampah.

Ketiga, pemerintah dan kitasesungguhnya dapat dan bisaberbuat untuk memanusiawi-kan mereka tetapi karena kita

ah''belum pernah" menjadi peker-ja sampah maka kita tidak per-nah berempati dan memiliki ra-sa altruisme terhadap mereka.Bahkan banyak dari kita yangtelanjur menganggap "jijik" ter-hadap jenis pekerjaan ini seba-gaimana kitajijik terhadap sam-pah. Sebuah car' pandang yangterlalu bodoh k tika kita alpabahwa pekeIja mpahjuga ma-nusia. Mereka bukan binatangapalagi sampah.

Keempat, tidak usah herankalau persoalan sampah akanterus menjadi problem seriussetiap saat selama pemerintahtidak pernah terlebih dahulumengurus pekerja sampahnyasebagai manusia, sebab selamaini pemerintah lebih sibuk ba-gaimana meng rusi sampah(sebagai benda mail) ketimbangmengusrusi mahluk hidup yangbernama pekerja sampah.

Sangat memilukan posisi ta-war para pekerja sampah di ha-dapan siapapun apalagi di ha-dapan para pengambil kebijak-an. Oleh karena itu, tidak terlalusalah kalau ada tesis yang me-nyatakan bahwa kualitas marta-bat pekerja sampah merupakancermin sebenarnya dari tingkatperadaban para pengambil kebi-jakan.

Sebetulnya, ji a pemerintahmau, artinya jika para pengam-

Kliping Humas Unpad 2010

Page 2: PikiranRakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/...memartabatkanpekerjasampah.pdfkalau persoalan sampah akan terus menjadi problem serius setiap saat selama pemerintah

bil kebijakan yang terkait de-ngan persoalan itu mau memar-tabatkan para pekerja sampah,tentu bisa dilakukan. Pemerin-tah sama sekali tidak memilikialasan untuk tidak memperhati-kan mereka. Aneka hasil kajianbagaimana mengelola sampahsudah sedemikian banyak. Cu-kup banyak pula pihak, institusi,para ahli, yang memberikankontribusi pemikirannya untukmencarikan solusi bagi persoal-an yang satu ini.

Memang, produksi sampah ditiap keluarga harus ditekan se-minimal mungkin, selain sam-pah harus dipilah terlebih dahu-lu; mana yang bisa didaur ulangmana yang tidak, mana organik,mana nonorganik, yang palingmungkin adalah setiap keluargamengelola sampahnya sendiri-sendiri. Akan tetapi karena kitacenderung ingin terima jadi,inginnya nyaman dan bersih te-tapi tidak mau tahu soal konse-kuensi dari semua itu. Salah sa-tu konsekwensi dari "ingin teri-ma bersih dan nyaman" tiadalain adalah mulailah dengan tin-dakan memanusiakan para pe-kerja sampah sebagai gerakansosial, jangan terlampau me-nunggu pemerintah. ***

Penulis, Guru Besar IlmuPemerintahan Unpad.