Persoalan Piagam Jakarta

33
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA “ PANCASILA DAN PIAGAM JAKARTA” Nama : Anis wahyu fadhilah 4311411023 Aris trisusanto

description

makalah

Transcript of Persoalan Piagam Jakarta

Page 1: Persoalan Piagam Jakarta

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“ PANCASILA DAN PIAGAM JAKARTA”

Nama : Anis wahyu fadhilah 4311411023

Aris trisusanto

Page 2: Persoalan Piagam Jakarta

A.PENGERTIAN PANCASILA

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari

Sansekerta pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan

rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang

adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan

tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

B. BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA

Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan

kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi

pelaksanaan Pancasila.

BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA

1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut

kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama

manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.

Page 3: Persoalan Piagam Jakarta

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena

itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

3. SILA PERSATUAN INDONESIA

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara

di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.

4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka

Tunggal Ika.

4. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN

DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

musyawarah.

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

8. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan

keadilan.

5. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

Page 4: Persoalan Piagam Jakarta

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan

suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak-hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak bersifat boros.

8. Tidak bergaya hidup mewah.

9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10.Suka bekerja keras.

11.Menghargai hasil karya orang lain.

12.Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila.

Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan

dalam keseharian warga Indonesia.

Sila pertama

Bintang.

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan

Yang Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

Page 5: Persoalan Piagam Jakarta

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama

dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

kepada orang lain.

Sila kedua

Rantai.

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya

sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia,

tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,

kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8. Berani membela kebenaran dan keadilan.

9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

10.Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

Sila ketiga

Page 6: Persoalan Piagam Jakarta

Pohon Beringin.

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa

dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan

bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.

Page 7: Persoalan Piagam Jakarta

6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil

keputusan musyawarah.

7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi

dan golongan.

8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada

Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai

kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan

bersama.

10.Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

Sila kelima

Padi Dan Kapas.

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap

orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya

hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

Page 8: Persoalan Piagam Jakarta

10.Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama.

11.Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.

PIAGAM JAKARTA

Persoalan Piagam Jakarta, sebenarnya adalah sebuah peristiwa politik yang secara formal

telah selesai 18 Agustus 1945 saat sejumlah pemimpin politik berlatar belakang Islam sepakat

untuk menghilangkan tujuh kata dari konsep pembukaan UUD 1945. Namun akibat

ketidakmatangan kenegarawanan lapisan para pemimpin politik baru di masa-masa

berikutnya, permasalahan ternyata tidaklah berakhir pada tanggal itu.

Tatkala Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang

juga dikenal dengan nama Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai sampai kepada tahap sidang membi

carakan beginsel (dasar) “negara kita”, Ir Soekarno menjadi salah satu penyampai

gagasan, yakni melalui pidato 1 Juni 1945. Dalam menyampaikan konsep dasar negara yang

diusulkannya, Soekarno memulai dengan butir kebangsaan. Berikutnya berturut-turut ia

menyampaikan butir-butir internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi

dan kesejahteraan sosial, lalu yang terakhir Tuhan Yang Maha Esa atau Ketuhanan. Di antara

sekian penyampaian, yang mendapat sambutan paling antusias memang adalah pidato Ir

Soekarno. Tercatat ada 12 kali tepuk tangan menggema saat ia menyampaikan pidatonya itu

dengan gaya seorang orator ulung. Namun, menurut sejarawan Anhar Gonggong, setelah

pidato Ir Soekarno itu, “anggota BPUPKI tampak ‘terbelah’, dalam arti ada anggota yang

sepenuhnya menerima rumusan ‘calon dasar negara’ yang diajukan anggota Ir Soekarno itu,

tetapi di lain pihak terdapat sejumlah anggota yang tidak sepenuhnya menerima, dan

menghendaki perubahan rumusan walau tetap berdasar  pada apa yang telah dikemukakan

anggota Ir Soekarno itu”.

Untuk mempertemukan dua kutub pendapat, yakni golongan nasionalis sekuler dan golongan

nasionalis Islami, Ketua BPUPKI Dr KRT Radjiman Wedyodiningrat berinisiatif membentuk

Panitia Kecil yang seringkali juga disebut Panitia Sembilan karena memang anggotanya

terdiri dari sembilan orang. Panitia Kecil ini diketuai Ir Soekarno dengan wakil ketua Drs

Mohammad Hatta. Tujuh anggota lainnya adalah Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim,

H. Agoes Salim, Abdul Kahar Muzakkir, Muhammad Yamin, AA Maramis, Abikusno

Page 9: Persoalan Piagam Jakarta

Tjokrosujoso dan Achmad Soebardjo. Dalam serangkaian rapat, dirumuskan suatu formula

yang memberi tempat bagi aspirasi golongan Islam, yaitu, “…. dengan kewajiban

menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, terdiri dari tujuh kata. Selain itu,

Panitia Sembilan juga menempatkan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa pada urutan pertama,

yang oleh Soekarno tadinya ditempatkan di bagian belakang. Adalah Mohammad Yamin

yang memberi penamaan Piagam Jakarta bagi rumusan itu. Dalam piagam yang dipersiapkan

sebagai bagian pembukaan UUD ini, tidak digunakan penamaan Pancasila bagi lima butir

dasar negara yang di kemudian hari dinamakan Pancasila, meskipun rumusannya ditulis

lengkap. Begitu pula dalam Pembukaan UUD 1945 nanti.

Pengusul dari 7 kata di alinea terakhir draft konsep Pembukaan UUD itu adalah wakil

golongan Islam, dengan pengertian bahwa kewajiban itu hanya berlaku bagi para pemeluk

agama Islam dan tidak mewajibkan bagi yang lain di luar itu. Tapi secara teoritis

ketatanegaraan, ada anggapan bahwa bila negara mewajibkan sesuatu hanya untuk sebagian

warganegaranya, maka itu berarti diskriminatif. Negara tak boleh melakukan pengecualian,

tetapi harus mengatur semua warganegara secara keseluruihan. Terhadap rumusan Piagam

Jakarta, menurut Dr Midian Sirait, dalam bukunya Revitalisasi Pancasila (Kata Hasta

Pustaka, Jakarta 2008), muncul penolakan dari kelompok Indonesia Timur yang dipimpin

oleh Latuharhary. Kelompok ini datang menemui Mohammad Hatta, pada pagi hari tanggal

18 Agustus 1945. Mohammad Hatta menampung usulan untuk mencoret 7 kata itu, tapi tidak

mengambil putusan sendiri. Ia terlebih dahulu menanyakan pendapat KH Wahid Hasyim –

yang kelak menjadi Menteri Agama pertama Republik Indonesia, ayah dari KH Abdurrahman

Wahid– salah seorang ulama yang menjadi anggota Panitia Sembilan. KH Wahid Hasyim

mengatakan, tak apa bila 7 kata itu dicoret. H. Agoes Salim juga menyatakan bisa memahami

pencoretan itu.

Sebenarnya di Panitia Sembilan, ada Mr Maramis yang juga hadir tatkala Piagam Jakarta

dirumuskan. “Di kemudian hari, ketika ditanya, mengapa Mr Maramis menyetujui 7 kata,

beliau menjawab, dirinya sedang mengantuk tatkala hal itu dibahas”. Atau mungkin Mr

Maramis yang bukan muslim sebenarnya merasa ‘sungkan’ untuk menolak saat itu? “Namun

terlepas dari itu, kita bisa melihat betapa para pendiri bangsa kita itu berkemampuan

mengatasi itu semua dengan baik, terhindar dari sikap bersikeras, karena rasional dan betul-

betul menghayati filosofi negara. Mereka semua berpendidikan barat, tetapi tetap taat kepada

ajaran agama masing-masing, secara rasional”. Jadi tatkala mereka melihat secara filosofis

Page 10: Persoalan Piagam Jakarta

bahwa bila sesuatu memiliki akibat-akibat tertentu bagi warganegara, dan menimbulkan suatu

situasi diskriminatif, mereka bisa menentukan sikap secara tepat. Mereka memang para

negarawan.

PADA saat Presiden Soekarno menyampaikan Dekrit 5 Juli 1959 untuk kembali ke UUD

1945, permasalahan menyangkut Piagam Jakarta juga tampil kembali. “Setiap ada perumusan

pembukaan UUD 1945, persoalan itu pasti muncul kembali, yang terutama dilakukan oleh

para pemimpin generasi baru yang agaknya belum memiliki pemahaman filosofis seperti

yang dipahami KH Wahid Hasyim atau H. Agoes Salim”. Ketika persoalan itu muncul saat

Dekrit 5 Juli 1959, suatu solusi diberikan oleh Mohammad Yamin dan Roeslan Abdoelgani,

yaitu dengan menambahkan kalimat dalam dekrit bahwa langkah kembali ke UUD 1945 itu

dijiwai oleh Piagam Jakarta. Dengan rumusan seperti itu, Dekrit 5 Juli 1959 disetujui oleh

kelompok politik Islam.

Selain keinginan memberlakukan Piagam Jakarta, terdapat pula beberapa gerakan untuk

menjadikan Indonesia sebagai suatu negara berdasarkan agama. Gerakan yang paling

menonjol tentu saja adalah gerakan bersenjata SM Kartosoewirjo yang dengan DI/TII-nya

memproklamirkan Negara Islam Indonesia pada Agustus 1949 saat Republik Indonesia

sedang mengalami kesulitan dalam usianya yang baru 4 tahun. Gerakan DI/TII mendapat

pengikut di Aceh, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Tapi bila dicermati, gerakan

DI/TII di daerah-daerah itu bukanlah murni motif menegakkan Negara Islam, melainkan hasil

komplikasi kepentingan pribadi dari para pemimpinnya masing-masing.

SEJARAH PANCASILA

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan

pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

yaitu :

Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945.

Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan,

Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa

kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup

ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam

memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[1]

Page 11: Persoalan Piagam Jakarta

Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato

spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno

mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme;

Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama

Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu,

katanya:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan,

dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya

namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah

Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan

negara Indonesia, kekal dan abadi.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen

penetapannya ialah :

Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945

Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945

Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27

Desember 1949

Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15

Agustus 1950

Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk

Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan

pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

yaitu :

Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945.

Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan,

Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa

kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup

ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam

memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[1]

Page 12: Persoalan Piagam Jakarta

Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato

spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno

mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme;

Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama

Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu,

katanya:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan,

dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya

namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah

Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan

negara Indonesia, kekal dan abadi.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen

penetapannya ialah :

Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945

Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945

Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27

Desember 1949

Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15

Agustus 1950

Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk

Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

Page 13: Persoalan Piagam Jakarta

1. Pengertian Ideologi :

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata idea yang berarti ide /gagasan, konsep,

pengertian

dasar, cita-cita dan kata logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah ideologi berarti ilmu

tentang

pengertian dasar atau ide, cita-cita, pandangan, atau paham yang bersifat tetap yang harus

dicapai.

Pendapat para tokoh tentang ideologi antara lain :

a. Nicollo Machiavelli, ideologi adalah pengetahuan mengenai cara menyembunyikan

kepentingan, mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan dengan memanfaatkan

konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.

b. Antoine Destut de Tracy , ideologi adalah ilmu mengenai gagasan atau ilmu tentang ide -

ide, yaitu ide yang sehat adalah yang sesuai dengan realita dan sejalan dengan akal budi

bukan khayalan atau gagas an palsu.

c. Karl Marx, ideologi adalah kesadaran palsu, sebab ideologi merupakan hasil pemikiran

tertentu yang diciptakan oleh para pemikir sesuai kepentingannya.

d. Louis Althusser, ideologi adalah pedoman hidup, sebab setiap orang membutuhkan

pedoman hidup baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat.

e. A.S. Hornby, ideologi adalah seperangkat gagasan yang membentuk landasan teori

ekonomi dan politik yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang.

f. Gunawan Setiardja, ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh

Page 14: Persoalan Piagam Jakarta

realitas yang dijadikan pedoman dan cita -cita hidup.

g. Laboratorium IKIP Malang , ideologi adalah seperangkat nilai, ide, dan cita -cita serta

pedoman dan metode melaksanakan / mewujudkannya.

h. Dr. Alfian, ideologi adalah suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan

mendalam tentang bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar

dan adil mengatur tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.

i. Encyclopedia Internastional , ideologi adalah sistem gagasan, keyakinan, dan sikap yang

mendasari cara hidup suatu kelompok, kelas, atau masyarakat tertentu.

2. Proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara :

Menjelang tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya, banyak cara yang

digunakan

jepang untuk menarik simpati khususnya kepada bangsa Indonesia, salah satunya adalah janji

Jepang

untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri

Kaiso

pada tanggal 7 September 1944.

Sebagai kelajutan dari janji tersebut, maka pada tanggal 29 April 1945, Jepang membentuk

Badan

Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI atau Dokuritsu Zyunbi

Tyoosakai), yang bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapa n

kemerdekaan

Indonesia. BPUPKI diketuai oleh DR. Rajiman Widiodiningrat, wakil ketua R. Panji Suroso

dan Tuan

Hachibangase dari Jepang dan beranggotakan 60 orang. Selama masa tugasnya BPUPKI

melakukan

dua kali sidang.

Sidang yang pertama mulai tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 untuk membahas rancangan dasar

Negara.

Tiga tokoh nasionalis yang menyampaikan ide pokok rancangan dasar Negara, yaitu :

1. Mr. Moh. Yamin, (29 Mei 1945), ide pokok yang disampaikan usul secara lisan :

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

Page 15: Persoalan Piagam Jakarta

5. Kesejahteraan

secara tertulis:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijak -sanaan Dalam

Permusyawaratan /Perwakilan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

2. Mr. Soepomo, (31 Mei 1945), ide pokok yang disamapaikan :

1. Paham Negara Persatuan

2. Perhubungan Negara Dengan Agama

3. Sistem Badan Permusyawaratan

4. Sosialisasi Negara

5. Hubungan Antar Bangsa

3. Ir. Soekarno, (1 Juni 1945 ), ide pokok yang disampaikan :

1. Kebangsaan Indonesia

2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan sosial

5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan

Pada akhir pidatonya, Soekarno mengusulkan nama Pancasila atas

saran dari teman dekatnya yaitu MR. Moh. Yamin. Sejak itulah disebut sebagai lahirnya

istilah Pancasila, sehingga Bung Karno selalu dikaitkan sebagai pencetus lahirnya istilah

Pancasila.

4. Panitia Kecil, (22 Juni 1945), menyampaikan usulan dasar Negara, yang dikenal dengan

nama rumusan Piagam Jakarta (Jakarta Charter), sbb :

1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi para

Pemeluk-pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksa -naan dalam

Permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dengan rumusan Piagam Jakarta tersebut, terjadi kontroversi mengenai bunyi sila

Page 16: Persoalan Piagam Jakarta

pertama antara pihak Islam dengan kelompok nasionalis. Sebab Sila pertama Piagam

Jakarta tidak merangkul semua pemeluk agama yang ada di Indonesia, hanya difokuskan

untuk penganut Agama Islam saja sedangkan di Indonesia terdapat berbagai macam

agama dan suku bangsa. Untuk mengatasi hal ini dibentuk secara mendesak panitia

Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 untuk mecapai kesepakatan, sehingga Mohamad

Hatta mengusulkan demi persatuan dan kesatuan bangsa, maka sila pertama Piagam

Jakarta dirubah bunyinya menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

5. Rumusan akhir ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 pada sidang PPKI (Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia) :

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksa -naan dalam

Permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sidang BPUPKI yang ke dua berlangsung dari tanggal 10 sampai tanggal 16 Juli 1945

dengan agenda membahas rancangan hukum dasar, yang kemudian kita kenal dengan

nama Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terkandung bentuk Negara kesatuan

Republik Indonesia, dan pada alinea ke empat terkandung rum usan dasar Negara

Pancasila.

Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara

Setelah BPUPKI melaksanakan tugasnya, maka badan ini dibubarkan dan diganti oleh PPKI

(Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia/ Dokuritsu Zyunbi Iinkai). Badan ini bersidang pada

tanggal 18

Agustus 1945, dengan menghasilkan keputusan, sbb:

1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945

2. Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)

3. Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.

3. Fungsi Pokok Pancasila sebagai dasar Negara dan Ideologi Negara :

a. Pancasila sebagai dasar Negara :

1. Sebagai dasar Negara, pancasila berkedudukan sebagai norma dasar atau norma

fundamental (fundamental norm) Negara dengan demikian Pancasila menempati

norma hukum tertinggi dalam Negara ideologi Indonesia. Pancasila adalah cita

Page 17: Persoalan Piagam Jakarta

hukum ( staatside ) baik hukum tertulis dan tidak tertulis ( konvensi ).

2. Sebagai sumber dari segala sumber hukum, Pancasila merupaka n kaidah Negara

yang fundamental artinya kedudukannya paling tinggi, oleh karena itu Pancasila juga

sebagai landasan ideal penyususnan arturan – aturan di Indonesia. Oleh karena itu

semua peraturan perundangan baik yang dipusat maupun daerah tidak menyimpa ng

dari nilai Pancasila atau harus bersumber dari nilai -nilai Pancasila.

3. Sebagai Pandangan Hidup, yaitu nilai Pancasila merupakan pedoman dan pegangan

dalam pembangunan bangsa dan Negara agar tetap berdiri kokoh dan mengetahui

arah dalam memecahkan masalah ideologi, politik, ekonomi, soaial dan budaya serta

pertahanan dan keamanan.

4. Sebagai iiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, nilai pancasila itu mencerminkan

kepribadian bangsa sebab nilai dasarnya kristalisasi nilai budaya bangsa Indonesia

asli, bukan diambil dari bangsa lain.

5. Sebagai Perjanjian luhur bangsa Indonesia, pancasila lahir dari hasil musyawarah

para pendiri bangsa dan negara ( founding fathers) sebagi para wakil bangsa,

Pancasila yang dihasilkan itu dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sisio

kulturil. Moral dalam arti tidak bertentangan dengan nilai agama yang berlaku di

Indonesia, sosio kultural berarti cerminan dari nilai budaya bangsa Indonesia, karena

itu Pancasila merangkul segenap lapisan masyarakat Indonesia yang majemuk ini.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pancasila sebagai dasar Negara merupakan

norma dasar dalam kehidupan bernegara yang menjadi sumber dasar, landasan norma,

serta memberi fungsi konstitutif dan regulative bagi penyusunan hukum –hukum

Negara.

b. Pancasila Sebagai Ideologi Negara :

Dalam kehidupan sehari-hari istilah ideologi umumnya digunakan sebagai pengertian

pedoman hidup baik dalam berpikir maupun bertindak. Dalam hal ini ideologi dapat

dibedakan mejadi dua pengertian yaitu ideologi dalam arti luas dan ideol ogi dalam arti

sempit. Dalam arti luas ideologi menunjuk pada pedoman dalam berpikir dan bertindak

atau sebagai pedoman hidup di semua segi kehidupan baik pribadi maupun umum.

Sedangkan dalam arti sempit, ideologi menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir

maupun bertindak atau pedoman hidup dalam bidang tertentu misalnya sebagai ideologi

Negara.

Ideologi Negara adalah ideologi dalam pengertian sempit atau terbatas. Ideologi Negara

merupakan ideologi mayoritas waga Negara tentang nilai -nilai dasar Negara yang ingin

Page 18: Persoalan Piagam Jakarta

diwujudkan melalui kehidupan Negara itu. Ideologi Negara sering disebut sebagai

ideologi politik karena terkait dengan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat dan

bernegara yang tidak lain adalah kehidupan politik.

Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup

bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik Negara atau rezim

tertentu.

Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan republik

Indonesia Pancasila berkeduduka n juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang

dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.

Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya ( cultural bond)

yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indo nesia bukan secara

paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam kehidupan

sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam

menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu. Alfian

mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki

oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai

sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:

1. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan

realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau

muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan

realita masyarakat pada awal kelahira nnya.

2. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai

dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan

masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik

kehidupan bersama sehari-hari.

3. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam

mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan

masyarakatnya. Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan zaman

tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya.

Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran -tafsiran

terhadap nilai dasar dari ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru yang

muncul di hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.

Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat

dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :

Page 19: Persoalan Piagam Jakarta

1. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.

2. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing

bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.

3. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam

pembentukan karakter bangs a berdasarkan Pancasila.

4. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.

4. Makna Pancasila sebagai Ideologi Terbuka :

Gagasan mengenai Pancasila sebagai ideologi terbuka berkembang sejak tahun 1985, karena

Pancasila berada di tengah-tengah berbagai ideologi bangsa di dunia, maka Pancasila harus

bersifat terbuka, luwes, fleksibel, dan tidak kaku sehingga tidak ketinggalan zaman.

Sebagai ideologi terbuka Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Hal ini

bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diganti dengan nlai dasar lain yang

meniadakan jati diri bangsa Indonesia.

Makna bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka bahwa nlai -nilai dasar Pancasila seperti

Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadila n dapat dikembangkan sesuai

dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara

kreatif, dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia

sendiri, serta tidak keluar dari eksistensi dan jati diri ba ngsa Indonesia.

Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus memberikan orientasi ke depan yang

mengharuskan bangsa Indonesia untuk selalu menyadari kehidupan yang sedang dan akan

dihadapinya, terutama menghadapi era globalisasi dan keterbukaan. Ideologi Panc asila

menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa

Indonesia dan dalam ikatan Negara kesatuan Republik Indonesia.

Faktor-faktor yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka menurut

Moerdiono, adalah :

1. Perkembangan dinamika masyarakat Indonesia amat cepat, tidak semua persoalan hidup

dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi -ideologi

sebelumnya.

2. Runtuhnya ideologi tertutup seperti marxisme-Leninisme/Komunsme. Ideologi ini akan

bertahan dengan tradisi lama yang tertutup atau menjadi ideologi terbuka.

3. Pengalaman sejarah politik Indonesia dengan pengaruh komunisme. Pancasila terancam

menjadi dogma (dalil, ajaran) yang kaku.

4. Tekad bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila satu -satunya azas dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai satu -satunya asas telah

Page 20: Persoalan Piagam Jakarta

dicabut oleh MPR pada tahun 1999.

Dengan memandang pengertian ideologi sebagai sebuah idea atau gagasan, maka Franz

Magnis Suseno, mengatakan bahwa ideologi sebagai sebuah pemikiran dapat dibedakan

menjadi ideologi terbuka dan tertutup :

a. Ideologi Tertutup adalah ideologi yang nilainya bersifat mutlak, pemikiran tertutup.

Ideologi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Cita-cita sebuah kelompok bukan cita – cita yang hidup di masyarakat.

2. Dipaksakan kepada masyarakat.

3. Bersifat totaliter menguasai semua bidang kehidupan masyarakat.

4. Tidak ada keanekaragaman baik pandangan maupaun budaya,

5. Rakyat dituntut memiliki kesetiaan total pada idiologi tersebut.

6. Isi ideologi mutlak, kongkrit, nyata, keras dan total.

b. Ideologi Terbuka adalah ideologi yang nilainya tidak dimutlakkan, pemikiran terbuka. Ciri

-

cirinya, adalah :

1. Merupakan kekayaan rohani, budaya ,masyarakat.

2. Tidak diciptakan oleh negara, tapi digali dar i budaya masyarakat.

3. Isinya tidak instan atau operasional sehingga tiap generasi boleh menafsirkannya

sesuai zaman dan norma yang berlaku.

4. Menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab.

5. Menghargai keanekaragaman atau pluralitas sehingga dapat diterima oleh berbagai

latar belakang agama atau budaya.

Pancasila memiliki watak terbuka:

Bertolak dari ciri-ciri di atas maka Pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, yaitu

:

1. Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indon esia.

Nilai Pancasila bukan diambil dari bangsa di luar negeri, tapi dari kekayaan budaya

masyarakat Indonesia.

2. Isi Pancasila tidak langsung operasional, yaitu hanya berisi lima dasar yaitu Ketuhanan,

kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Karen a hanya berisi nilai dasar maka

perlu penafsiran bukan pematokan nilai seperti yang terjadi dimasa orde baru dengan

buti-butir Pancasila atau P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

3. Pancasila menghargai kebebasan bukan memperkosa kebebasan hal i ni tercermin dalam

makna sila Kemanusiaan yang adil dan beradab yang tidak saja mengakui kebebasan dan

Page 21: Persoalan Piagam Jakarta

kesederajatan manusia Indonesia tetapi semua bangsa di dunia.

4. Pancasila bukan ideologi totaliter yang mengurus semua kehidupan

masyarakat,melainkan Panca sila adalah ideologi politik, pedoman hidup masyarakat,

bangsa dan Negara.

5. Pancasila menghargai pluralitas yang tercermin salah satunya dalam perumusan Pancasila

itu sendiri khususnya pada sila Ketuahan YME, sila ini mencerminkan semua agama yang

ada di Indonesia.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Pancasila itu adalah ( an sich) ideologi terbuka, Pancasila

memiliki watak sebagai ideologi terbuka.