Pikiran Rakyat -...

4
Pikiran Rakyat o Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu Minggu 2 3 4 5 6 7 8 CD 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 .Jan OPeb o Mar OApr OMe! OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes Sempat Disatroni I DEALISME ingin mengubah keadaan dari yang ku- muh, miskin, dan tidak punya aturan menjadi lebih baik tentu bukan perkara gampang. Salah-salah malah ditafsirkan lain. Apalagi, karakter kawasan seperti itu cen- derung keras dan memaksa. Hal seperti itu yang dial ami Sugito dan para relawan penggerak Komunitas Gerbang. Komunitas Gerbang aktif mengelola dan mengarahkan anak-anak jalanan kepada kegiatan positif. Namun, niat dan perbuatan baik ternyata tidak selalu ditafsirkan baik, Pada awal kehadirannya, Komunitas Gerbang sering di- anggap orang-orang sebagai pembuat keributan. Namun, sejalan dengan kepindahan sekretariatnya, komunitas yang , dikelola paramahasiswa di kawasan Jatinangor ini malah mendapat sambutan baik dari masyarakat. Setidaknya masyarakat miskin perkotaan yang anak-anaknya sering ikut singgah di Komunitas Gerbang. Namun, tidak cukup sampai di situ. Meski sudah ada beberapa "lulusan" Komunitas Gerbang yang kehidupannya lebih baik, ada saja oknum yang mencoba konsistensi para penggerak komunitas ini. "Namanya juga menyatu dengan orang-orang keras, tantangannya pun tentu tidak mudah," ujar Sugito saat ditanya tantangannya di Komunitas Ger- bang. Waktu itu, menurut Sugito, kejadiannya malam hari. Ti- ba-tiba ada oknum petugas aparat keamanan yang datang setengah mabuk dan menanyakan apakah ada kamar kosong atau tidak. "Tentu saja saya bilang tidak ada. Enak /"PR" saja, memang rumah ini rumah gituan," ujar Sugito ANAK-ANAK menqikuti latihan keterampilan y 9 dis- menceritakan kejadian yang dialaminya. ampaikan mahasiswa sukarelawan. Para sukarela an ini Namun, oknum tersebut rupanya tidak puas. Sugito di- seperti kakak atau saudara. bagi anak-anak Kom nitas gertak dan diancam sampai akhirnya warga setempat ramai ~_G~er~b.:...a;...n.:.:g~.~ .•. ~=--~_~="",," u_ dan melerai. Namun berkat konsitensinya, akhirnya justru si oknum aparat itu yang mendapat "bogem mentah" war- ga. Bahkan, kini, warga semakin percaya bahwa Komunitas Gerbang bertujuan baik bagi masyarakat. "Itu memang pengalaman tak terlupakan. Bayangkan sa- ja, saya dan teman-teman sudah membuat peraturan kepa- da anak-anak. Bahkan, ada beberapa peraturan itu yang sengaja kami tempel di dinding. Akan tetapi, dasar oknum, tetap saja menggertak dan menganggap kami bisa takut laIu rnengizinkan," ujar Bang Ito. Satu kunci paling -penting yang harus dipegang pada penggerak komunitas yang bermain di kalangan bawah adalah konsistensi dan memberi teladan. Dengan sikap "ajek" (konsisten) dan memberikan contoh, mereka akan patuh. "Minimal, pada saat mereka berhubungan dengan kita. Syukur-syukur kebiasaan itu dibawa juga di lingku- ngannya. Memang itu yang kita harapkan," ujar Bang Ito, Saat ini, Sugito dan kawan-kawan sedang memutar otak bagaimana agar peralatannya bisa lengkap, terutama komputer yang menjadi sarana belajar anak-anak. Dia mengharapkan, pejabat terkait yang pernah menjanjikan bantuan dapat memenuhi janjinya. Sebab, bantuan itu akan sangat bermanfaat untuk sarana belajar anak-anak. Sugito sebenarnya alumnus Jurusan Penyiaran D-3 Fikom Unpad, sedangkan Anti masih berkuliah di Jurusan Sastra Sunda. Namun, dua nama dan beberapa rekan lain- nya ini begitu penuh cinta membantu anak-anak yang membutuhkan. Bukan hanya waktu, perhatian, tetapi juga uang. Sepeser dua peser dari uang pribadi mereka digu- nakan untuk mendanai kegiatan Komunitas Gerbang. Masihkah harus ada oknum lain yang "menyiasati" kegiatan mereka? Padahal, kegiatan Komunitas Gerbang notabene bertujuan untuk menjadikan kehidupan anak- anak lebih baik. (Eriyanti/"PR") .•..•..•. KlIplng Humas Onpad 2011 l

Transcript of Pikiran Rakyat -...

Page 1: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/pikiranrakyat..."ajek" (konsisten) dan memberikan contoh, mereka akan patuh. "Minimal, pada saat

Pikiran Rakyato Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat o Sabtu • Minggu

2 3 4 5 6 7 8 CD 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31.Jan OPeb oMar OApr OMe! OJun OJul OAgs OSep OOkt ONov ODes

Sempat Disatroni

IDEALISME ingin mengubah keadaan dari yang ku-muh, miskin, dan tidak punya aturan menjadi lebihbaik tentu bukan perkara gampang. Salah-salah malah

ditafsirkan lain. Apalagi, karakter kawasan seperti itu cen-derung keras dan memaksa.

Hal seperti itu yang dial ami Sugito dan para relawanpenggerak Komunitas Gerbang. Komunitas Gerbang aktifmengelola dan mengarahkan anak-anak jalanan kepadakegiatan positif. Namun, niat dan perbuatan baik ternyatatidak selalu ditafsirkan baik,

Pada awal kehadirannya, Komunitas Gerbang sering di-anggap orang-orang sebagai pembuat keributan. Namun,sejalan dengan kepindahan sekretariatnya, komunitas yang

, dikelola paramahasiswa di kawasan Jatinangor ini malahmendapat sambutan baik dari masyarakat. Setidaknyamasyarakat miskin perkotaan yang anak-anaknya seringikut singgah di Komunitas Gerbang.

Namun, tidak cukup sampai di situ. Meski sudah adabeberapa "lulusan" Komunitas Gerbang yang kehidupannyalebih baik, ada saja oknum yang mencoba konsistensi parapenggerak komunitas ini. "Namanya juga menyatu denganorang-orang keras, tantangannya pun tentu tidak mudah,"ujar Sugito saat ditanya tantangannya di Komunitas Ger-bang.

Waktu itu, menurut Sugito, kejadiannya malam hari. Ti-ba-tiba ada oknum petugas aparat keamanan yang datangsetengah mabuk dan menanyakan apakah ada kamarkosong atau tidak. "Tentu saja saya bilang tidak ada. Enak /"PR"saja, memang rumah ini rumah gituan," ujar Sugito ANAK-ANAK menqikuti latihan keterampilan y 9 dis-menceritakan kejadian yang dialaminya. ampaikan mahasiswa sukarelawan. Para sukarela an ini

Namun, oknum tersebut rupanya tidak puas. Sugito di- seperti kakak atau saudara. bagi anak-anak Kom nitasgertak dan diancam sampai akhirnya warga setempat ramai ~_G~er~b.:...a;...n.:.:g~.~.•.~=--~_~="",," u _

dan melerai. Namun berkat konsitensinya, akhirnya justrusi oknum aparat itu yang mendapat "bogem mentah" war-ga. Bahkan, kini, warga semakin percaya bahwa KomunitasGerbang bertujuan baik bagi masyarakat.

"Itu memang pengalaman tak terlupakan. Bayangkan sa-ja, saya dan teman-teman sudah membuat peraturan kepa-da anak-anak. Bahkan, ada beberapa peraturan itu yangsengaja kami tempel di dinding. Akan tetapi, dasar oknum,tetap saja menggertak dan menganggap kami bisa takut laIurnengizinkan," ujar Bang Ito.

Satu kunci paling -penting yang harus dipegang padapenggerak komunitas yang bermain di kalangan bawahadalah konsistensi dan memberi teladan. Dengan sikap"ajek" (konsisten) dan memberikan contoh, mereka akanpatuh. "Minimal, pada saat mereka berhubungan dengankita. Syukur-syukur kebiasaan itu dibawa juga di lingku-ngannya. Memang itu yang kita harapkan," ujar Bang Ito,

Saat ini, Sugito dan kawan-kawan sedang memutar otakbagaimana agar peralatannya bisa lengkap, terutamakomputer yang menjadi sarana belajar anak-anak. Diamengharapkan, pejabat terkait yang pernah menjanjikanbantuan dapat memenuhi janjinya. Sebab, bantuan itu akansangat bermanfaat untuk sarana belajar anak-anak.

Sugito sebenarnya alumnus Jurusan Penyiaran D-3Fikom Unpad, sedangkan Anti masih berkuliah di JurusanSastra Sunda. Namun, dua nama dan beberapa rekan lain-nya ini begitu penuh cinta membantu anak-anak yangmembutuhkan. Bukan hanya waktu, perhatian, tetapi jugauang. Sepeser dua peser dari uang pribadi mereka digu-nakan untuk mendanai kegiatan Komunitas Gerbang.

Masihkah harus ada oknum lain yang "menyiasati"kegiatan mereka? Padahal, kegiatan Komunitas Gerbangnotabene bertujuan untuk menjadikan kehidupan anak-anak lebih baik. (Eriyanti/"PR") .•..•..•.

KlIplng Humas Onpad 2011

l

Page 2: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/pikiranrakyat..."ajek" (konsisten) dan memberikan contoh, mereka akan patuh. "Minimal, pada saat

• Komunitas Gerbang

lfembatan. untul~Perubahan

DULU saat Kampus Unpad Jati-nangor belum dibangun sepertisekarang, kerap berkumpul be-

berapa mahasiswa bersama masyarakatsetempat di gerbang Unpad Jatinangor.Di tempat yang lebih populer denganpangdam alias pangkalan DAMRI ini,mereka menyanyi, berdiskusi, danmembiacarakan banyak hal tentanghidup. Mulai dari tingginya biaya pen-didikan, beras mahal, anak tidak bisasekolah, mengamen, tidak bisa bacatulis, dan banyak persoalan lain yangmenimpa masyarakat kecil.Pertemuan yang notabene betul-betul

di gerbang ini, telah menjadi ruang in-teraksi antara masyarakat kampus (rna-hasiswa) sebagai pendatang danmasyarakat setempat sebagai pendudukasli. Dua keadaan yang sebetulnya begi-tujomplang karena masyarakat setem-pat yang kerap berkumpul di situ, be-rasal dari kalangan miskin di tengahJatinangor yang terus berubah.''Tetapi bagi kami gerbang itu seperti

menjadi halaman rumah kami bersama.Tempat saling bercerita dan berbagi ke-bahagiaan dalam mengekspresikan dirikami masing-masing," ujar PenanggungJawab Komunitas Gerbang Jatinangor,Sugito atau akrab dipanggil Bang Itosaat bertemu "PR".Sesuai tempat kelahirannya, komuni-

tas ini bemama Komunitas GerbangUnpad (KGU). Hadir resmi di pelataranKampus Unpad Jatinangor sejak No-vember 2002. Namun, setelah gerbang .Unpad bembah menjadijalan umum,komunitas ini tidakjelas lagi rimbanya.Satu persatu anggotanya hilang.Kegiatan pun vakum lebih kurang 2

tahun. 1

Seringjuga Sugito mendapat per-tanyaan dari beberapa penggiat yangmenanyakan kapan Gerbang akan di-hidupkan lagi.Mungkin, bagi sebagianorang sulit untuk melupakan Gerbang.Itu karena gerbang bukan hanya tempatsinggah yang nyaman tetapi telahbertumbuh interaksi sosial yang berpe-, ngaruh dalam kehidupan sosial-ekonomipada masa itu. Walaupun takjarang pan-dangan dan penilaian buruk dilontarkan."Kami bisa memaklumi pandangan

• semacam itu. Tetapi don't judge a bookby it's cover. Mungkin peribahasa ituyang dapat membuat karni bertahandalam menanggapi pandangan yang ku-rang baik selama itu. Sambil kami jugaberintrospeksi agar isi tidak seburuksampul," ujar Sugito berfalsafah.

Mulai dari hal kecilSelain kumpul-kumpul, menyanyi,

dan diskusi, para penggerak KGUkerapmelakukan berbagai pertunjukan seni.Bahkan pemah bekerja sama denganDinas Pariwisata Kab. Sumedang me-ngadakan Festival Jatinangor pada2007. Festival yang mempergelarkanberbagai kesenian daerah Sunda bagimasyarakat setempat,"Kita di KGBingin masyarakat tidak

tercerabut dari akar budayanya sendiri.Walaupun berbagai perubahan terusterjadi di Jatinangor," kata Sugito ten-tang kegiatan KGUpada waktu itu.Tidak cuma itu, beberapa peralatan

yang mereka miliki terkadang disewakankepada masyarakat atau komunitas lainuntuk acara. Dengan cara itu, KomunitasGerbang mempunyai sedikit uang untukmembiayai berbagai aktivitasnya.Tahun 2009 Sugito Ito dan kawan-

kawan mulai mengaktiikan kembaliKGD.Dengan namanya yang barn Ko-munitas Gerbang. "Karena sekretariatkami tidak lagi di Gerbang Unpad, makanamanya pun berubah menjadi Komu-nitas Gerbang saja," ujar Bang Ito men-jelaskan.Komunitas Gerbang menempati se-

buah rumah kontrakan di Jln. KolAh-mad Syam No. 58, depan TPU Gajah,Sayang, Jatinangor. Tempat ini dikon-trak Sugito dari hasil "ngamen" (baca:pentas) di berbagai tempat dan sewaperalatan pentas bagi masyarakat yangmembutuhkan. "Kitabenar-benar mulaidari hal kecil, sangat minimalis, dan apaadanya. Tetapi alhamdulillah, sejak se-tahun lalu Komunitas Gerbang sudahaktiflagi," ujarnya.Terdapat 40 anak berusia 8-18 tahun

bergabung di Komunitas Gerbang, Sabanhari, sedikitnya sekitar 5-10 orang anakyang keluar masuk sekretariat mengikutikegiatan. Anak-anak ini umumnya anak-

Page 3: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/pikiranrakyat..."ajek" (konsisten) dan memberikan contoh, mereka akan patuh. "Minimal, pada saat

anak yang mencari nafkah di jalanan,seperti mengamen, meminta-minta, ataupemulung. Adajuga tukang parkir,tukang cilok,bahkan ibu rumah tanggaorang tua anak-anak mereka.

"Kalau ibu-ibunya karena ingin tahungapain saja anaknya di sini. Tetapilama kelamaan ikutjuga kegiatan di si-ni," ucap Sugito.

Kegiatan Komunitas Gerbang be-ragam, belajar bermain musik,menyanyi, belajar komputer, baca tulis,menggambar, mewarnai, bahkanjugamenganyam. Saking sederhananya, ba-han yang digunakan untuk menganyampun hanya tali rafia biasa. Barn kemudi-an kalau sudah mahir beralih ke jenistali yang lebih bagus, karena nantinyasemua hasil menganyam ini dijual. Hasilpenjualannya dibelikan lagi peralatan.

Namun sayang, komputer satu-satun-ya itu kini rusak. Anak-anak tidak bisalagi berlatih. Dulu, saat Sugito menga-jukan surat izin untuk pendidikan ko-munitasnya ke Dinas Pendidikan Kab. 'Jatinangor, petugas sempat menjanjikanakan memberi bantuan. Namun sampaisekarang, bantuan itu tidak kunjungdatang.

"Jadi, selain dari hasil menyewakanalat, paling kita punya sedikit uang dariiuran anggota. Teman-teman yang ikutaktif di sini, biasanya urunan untuksekadar beli alat-alat belajar anak-anak,"tutur Sugito.

Yang mengenaskan, beberapa kaumibu dari anak-anakjalanan ini, banyakjuga yang ingin belajar menjahit. Ko-munitas Gerbang memang pemah pun-ya satu mesin jahit, tetapi alat itu rusaksehingga tidak dapat memenuhi per-mintaan kaum ibu seputar daerah ituuntuk belajar menjahit.

Mengubah sikapSelain Sugito, ada beberapa maha-

siswa yang ikut menggerakkan komuni-tas ini, seperti Rianti Roro (Anti), llhamJuanda, Acil,Ari, Uthi, Aini, danSupridu. Diakui Anti, ia mengenal Ko-munitas Gerbang dari temannya. Kare-na terpanggil untuk ikut berbagi danmengajar anak-anak yang kurangberuntung ini, Anti aktif sampai

sekarang. Padahal teman yang menge-nalkannya, malah tidak ikut kegiatan disitu.

"Anak-anak itu sangat membutuhkankita. Mereka ingin belajar, bisa bacatulis, tetapi kesempatannya tidak ada.Ada juga yang ngamen sambil sekolah.Kalau mengerjakan pekerjaan rumah(PR), kita bantu kasih tahu bagaimanamengerjakannya, Pokoknya, senangsaya bisa berbagi di sini," ujar Anti ten-tang keterlibatannya di Komunitas Ger-bang.

Sugito mengatakan, para sukarelawanini seperti kakak atau saudara bagianak-anak Komunitas Gerbang. Selainmengajarkan berbagai keterampilan,mereka juga mengajarkan sikap yangditerapkan sebagai peraturan sekretari-at. Sebut saja, tidak boleh merokok,tidak boleh "ngelem", tidak boleh bicarakasar /jorok, dan harus mau mandi, po-tong kuku, mencuci, dll.

Peraturan itu dapat dilihat dari arahkegiatan saban hari. Hari Senin meru-pakan hari kreatif, anak-anak bisamemilih berbagai kegiatan yangberhubungan dengan kretaivitas. Selasahari belajar dan diskusi musik, bisa gi-tar, okulele, jimbe, dll. Rabu merupakanhari bahasa, anak-anak harus berbicaramenggunakan bahasa Sunda. Kamis danSabtu hari bebas memilih kegiatan, bi-asanya digunakan untuk tanyajawabpelajaran. Jumat hari bersih, harusmenyapu, membersihkan ruangan,mandi, mencuci, dll. Sementara hariMinggu hari olah raga. Anak-anak bisabermain catur atau tenis meja.

"Kita ingin, walaupun anak-anak inibekerja di jalanan, tetapi punya aturan. .Punyajadwal-jadwal tertentu dan etika.Minimal saat mereka berada di ruangsekretariat," ujar Bang Ito.

Diakui, tidak mudah mengganti kebi-asaan lama dertgan kebiasaan barn. Na-mun ibarat' rumah singgah, Sugito, Anti,dkk. menginginkan anak-anak yangbergabung di Komunitas Gerbang dapatmengubah kehidupannya lebih baik. Ditengah perubahan kota yang terus ber-gerak dan tidak seimbang dengan pe-rubahan mental pendidikanmasyarakatnya. (Eriyantij"PR")***

Page 4: Pikiran Rakyat - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/01/pikiranrakyat..."ajek" (konsisten) dan memberikan contoh, mereka akan patuh. "Minimal, pada saat

-1ERIYANTIj"PR"

ANAK-ANAK Komunitas Gerbang Jatinangor di tempat berkumpul mereka, di rumah kontrakan di Jln. Kol. Ahmad Syam No. 58, depan TPU Gajah, Sayang, Jati-nangor. Komunitas ini terbentuk dari interaksi mahasiswa pendatang dengan masyarakat setempat. *