PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

12
Makna Kerja dalam Hidup Manusia Pengertian Kerja bagi Manusia Menurut buku filsafat manusia, Kasdin Sihotang, kerja menyatu dengan keberadaan manusia. Kerja adalah wadah bagi manusia untuk membentuk dirinya dalam membangun dunianya. Kehidupan manusia sendiri pun tercermin dari pekerjaan dan hasil-hasil pekerjaannya. Tanpa kerja manusia tidak hidup dan dunia tidak akan terbentuk. Pendapat lain menyebutkan bahwa kerja adalah bagian sentral di dalam kehidupan manusia. Dengan pikiran dan tubuhnya, manusia mengorganisir pekerjaan, membuat benda-benda yang dapat membantu pekerjaannya tersebut, dan menentukan tujuan akhir dari kerjanya. Dapat juga dikatakan bahwa kerja merupakan aktivitas yang hanya unik (dalam artian di atas manusia). Di dalam salah satu tulisannya, Franz Magnis Suseno pernah berpendapat bahwa refleksi filsafat tentang kerja dapat ditemukan sejak 2400 tahun yang lalu. Walaupun pada masa itu kerja dipandang sebagai sesuatu yang rendah. Warga bangsawan tidak perlu bekerja. Mereka mendapatkan harta dari status mereka. Bahkan dapat dikatakan bahwa pada masa itu, manusia yang sesungguhnya tidak perlu bekerja. Ia hanya perlu berpikir dan menulis di level teoritis. Semua pekerjaan fisik diserahkan kepada budak. Budak tidak dianggap sebagai manusia seutuhnya. Pada abad ke-17 dan 18, refleksi filsafat tentang kerja mulai berubah arah.

description

pi

Transcript of PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

Page 1: PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

Makna Kerja dalam Hidup Manusia

Pengertian Kerja bagi Manusia

Menurut buku filsafat manusia, Kasdin Sihotang, kerja menyatu dengan keberadaan

manusia. Kerja adalah wadah bagi manusia untuk membentuk dirinya dalam membangun

dunianya. Kehidupan manusia sendiri pun tercermin dari pekerjaan dan hasil-hasil

pekerjaannya. Tanpa kerja manusia tidak hidup dan dunia tidak akan terbentuk.

Pendapat lain menyebutkan bahwa kerja adalah bagian sentral di dalam kehidupan

manusia. Dengan pikiran dan tubuhnya, manusia mengorganisir pekerjaan, membuat benda-

benda yang dapat membantu pekerjaannya tersebut, dan menentukan tujuan akhir dari

kerjanya. Dapat juga dikatakan bahwa kerja merupakan aktivitas yang hanya unik (dalam

artian di atas manusia).

Di dalam salah satu tulisannya, Franz Magnis Suseno pernah berpendapat bahwa

refleksi filsafat tentang kerja dapat ditemukan sejak 2400 tahun yang lalu. Walaupun pada

masa itu kerja dipandang sebagai sesuatu yang rendah. Warga bangsawan tidak perlu bekerja.

Mereka mendapatkan harta dari status mereka. Bahkan dapat dikatakan bahwa pada masa itu,

manusia yang sesungguhnya tidak perlu bekerja. Ia hanya perlu berpikir dan menulis di level

teoritis. Semua pekerjaan fisik diserahkan kepada budak. Budak tidak dianggap sebagai

manusia seutuhnya. Pada abad ke-17 dan 18, refleksi filsafat tentang kerja mulai berubah

arah.

Salah seorang filsuf Inggris yang bernama John Locke pernah berpendapat, bahwa

pekerjaan merupakan sumber untuk memperoleh hak milik pribadi.

Hegel, filsuf Jerman, juga berpendapat bahwa pekerjaan membawa manusia

menemukan dan mengaktualisasikan dirinya. Karl Marx, murid Hegel, berpendapat bahwa

pekerjaan merupakan sarana manusia untuk menciptakan diri. Dengan bekerja orang

mendapatkan pengakuan.

Menurut Peter Drucker, kerja adalah sesuatu yang sifatnya impersonal dan obyektif.

Dalam arti ini kerja adalah tugas. Untuk bekerja berarti orang menerapkan logika yang

mengatur arus kerja tersebut. Sebagai contoh seorang penulis, menulis adalah suatu kerja

yang membutuhkan logika untuk mengetik dan membaca tulisan yang telah diketik. Di dalam

tulisan ada aturan dan logika yang harus dipatuhi. Tanpa aturan dan logika tersebut, tulisan

tidak akan dapat dimengerti. Penulis harus menganalisis proses dan hasil tulisannya, membuat

kombinasi yang tepat, serta mengontrol proses penulisan, supaya mendapatkan hasil yang

diinginkan.

Page 2: PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

Maka kerja adalah sesuatu yang memiliki aturan dan logika tersendiri yang perlu

untuk dianalisis. Para pekerja yang juga berarti setiap manusia perlu untuk memahami prinsip

dasar kerja dalam suatu urutan yang logis, seimbang, dan rasional. Hal ini tidak hanya berlaku

untuk kerja yang menghasilkan barang materi, tetapi juga para pekerja kreatif dan pekerja

pengetahuan yang lebih menghasilkan konsep yang abstrak.

Dimensi Fisiologis Kerja

Drucker lebih jauh menajamkan, bahwa ada lima dimensi dari bekerja (working).

Bekerja adalah aktivitas yang dilakukan oleh pekerja. Manusia adalah mahluk yang bekerja.

Kerja adalah tanda dari kemanusiaannya. Kerja memiliki dinamika dan dimensi yang inheren

di dalam dirinya.Dimensi pertama adalah dimensi fisiologis. Yang perlu ditekankan disini

adalah, bahwa manusia bukanlah mesin. Cara ia bekerja pun berbeda dengan cara kerja mesin.

Mesin bekerja terbaik jika hanya mengerjakan satu tugas. Tugas itu haruslah

dilakukan berulang, dan haruslah sesederhana mungkin. Untuk mengerjakan tugas rumit,

mesin haruslah membagi tugas rumit tersebut ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana,

barulah mesin itu bisa bekerja. Mesin dapat bekerja dengan baik, jika ritme pekerjaan tersebut

tetap, dan dengan stabilitas yang terjamin.[7]

Manusia bekerja dengan cara yang berbeda. Jika hanya mengerjakan satu pekerjaan

secara berulang, ia dengan mudah menjadi lelah, bosan, dan meninggalkan pekerjaannya itu.

Menurut Drucker manusia justru bisa bekerja secara maksimal, jika berada dalam koordinasi

dengan manusia lainnya. Manusia bisa bekerja secara maksimal, jika ia menumpahkan

seluruh dirinya di dalam pekerjaannya itu, dan bukan hanya fisiknya semata. Jika ia dipaksa

bekerja seperti mesin, maka baik secara psikologis ataupun fisik, ia akan cepat merasa lelah.

Manusia bekerja terbaik di dalam koordinasi dengan manusia lainnya, dan bukan

secara individual. Ia bekerja buruk di dalam ritme yang tetap. Ia harus bekerja di dalam

suasana yang dinamis bersama dengan manusia-manusia lainnya. Tidak ada ritme yang

universal, yang cocok untuk setiap orang. Setiap orang memiliki ritme bekerjanya masing-

masing. Bahkan menurut Drucker keunikan ritme bekerja dapat disamakan dengan keunikan

sidik jari setiap orang. Orang bisa marah ketika ia dipaksa bekerja tidak sesuai dengan

ritmenya, dan dipaksa untuk mengabdi ritme bekerja orang lain.

Jika orang dipaksa untuk bekerja sesuai dengan ritme orang lain, maka ia secara

otomatis akan mengalami penumpukan kotoran di otot, otak, dan aliran darah. Penumpukan

kotoran itu akan melepaskan hormon stress yang mengakibatkan seluruh saraf menjadi

tegang. Padahal menurut Drucker untuk bisa bekerja secara produktif, orang perlu untuk

Page 3: PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

melepaskan diri dari semua tegangan yang ada di dalam dirinya. Atau setidaknya ia harus

memiliki kontrol penuh pada perasaannya sendiri.

Berbeda dengan pandangan umum, di dalam suatu organisasi, orang perlu untuk

bekerja dengan ritme dan koordinasi yang berbeda-beda. Di dalam bekerja, orang perlu

variasi kecepatan dan ritme, walaupun fokusnya tetap sama. “Apa yang bagus di dalam

rekayasa industri untuk kerja”, demikian tulis Drucker, “ternyata sangat jelek bagi manusia

yang bekerja.”

Dimensi Psikologis Kerja

Dimensi kerja kedua adalah dimensi psikologis. Dalam arti ini kerja bisa berarti berkat

sekaligus kutuk. Orang perlu untuk bekerja. Namun seringkali kerja juga menjadi beban yang

sangat berat. Setiap orang sudah dikondisikan untuk bekerja sejak mereka menginjak usia 3-4

tahun. Memang mereka belum boleh bekerja secara resmi di pabrik atau dimanapun. Namun

mereka perlu untuk belajar berjalan, berbicara, dan yang terpenting, belajar untuk menjadi

manusia. Ini semua menurut Drucker menciptakan kebiasaan untuk bekerja, untuk melakukan

sesuatu guna mengembangkan diri.

Dari sudut pandang ini, fenomena pengangguran yang disebabkan oleh kemiskinan

tidak hanya merusak situasi ekonomi seseorang, tetapi juga harga dirinya. Hegel seorang

filsuf Jerman pernah berpendapat, bahwa kerja adalah aktualisasi diri seseorang. Drucker

sendiri berpendapat bahwa kerja merupakan perpanjangan dari kepribadian manusia. Kerja

adalah suatu pencapaian mimpi dan perwujudan prestasi. Kerja adalah adalah aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang untuk mendefinisikan dirinya sendiri dan kemanusiaannya.

Sejak dulu manusia sudah memiliki pandangan, bahwa kerja adalah sesuatu yang suci.

Kerja adalah suatu bentuk panggilan dari Tuhan. Kerja adalah suatu pengabdian, apapun

bentuknya, dan semua itu layak mendapatkan penghormatan. Di Eropa pada abad ke-14, para

rahib Benediktin bekerja di ladang dan sawah bergantian dengan mereka berdoa. Kerja tangan

dianggap sebagai sesuatu yang sama sucinya seperti orang berdoa. Pemikiran ini bertentangan

dengan pandangan kuno yang berpendapat, bahwa orang bebas tidak perlu, dan bahkan tidak

boleh, bekerja kasar di sawah ataupun ladang. Di dalam bukunya yang berjudul The Republic,

Plato menegaskan ada berbagai macam level manusia, dan setiap manusia memiliki pekerjaan

yang sesuai dengan levelnya. Budak bekerja sebagai pekerja kasar di ladang dan sawah.

Sementara para filsuf bekerja sebagai pemimpin kota yang bertugas menata politik.

Tentu saja pandangan para rahib Benediktin dan Plato saling bertentangan. Namun

keduanya memiliki kesamaan, yakni keduanya mengecam pengangguran, dalam arti orang

Page 4: PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

yang tidak mau bekerja. Kualitas manusia dilihat dari sejauh mana ia tekun dan unggul di

dalam pekerjaannya. Di peradaban Cina kuno, setelah seseorang selesai mengabdi sebagai

pekerja negara, ia tidak diharapkan untuk bersantai di masa pensiunnya. Sebaliknya ia justru

diminta untuk lebih produktif menulis, melukis, mencipta musik, dan membuat puisi. Dasar

dari cara berpikir ini adalah etika sosial Confusian, yang meminta orang untuk membagikan

kebijaksanaannya. Tujuannya adalah menjamin stabilnya tatanan sosial yang ada.

Pada abad kedua puluh, pandangan tentang kerja juga belum banyak berubah.

Walaupun masih dianggap sebagai bagian dari pekerjaan yang ‘kasar’, para petani dan buruh

dipandang sebagai bagian dari masyarakat yang layak dan perlu untuk dihormati. Di Eropa

dan Amerika pada abad keduapuluh, kondisi kehidupan buruh dan petani sudah jauh

meningkat, jika dibandingkan dengan satu abad sebelumnya. Hal yang sama menurut Drucker

juga berlaku untuk para pelaut. Mereka adalah kelompok pekerja yang perlu mendapatkan

perhatian besar, terutama karena kegiatan fisik yang begitu banyak, dan ancaman bahaya yang

juga begitu besar.

Menurut Drucker pada era sekarang, apa yang dipandang orang sebagai bernilai telah

berubah. Sekarang ini nilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya.

Hal ini terjadi karena konsep kepuasan hidup pun telah menyempit menjadi melulu kepuasan

ekonomis. Materi yang bisa memuaskan diri tersedia banyak sebagai barang dagangan di mall

dan pasar. Akibat surplus barang untuk memberikan kenikmatan itu, nilai kehidupan pun telah

menyempit menjadi semata mengejar nilai ekonomis belaka. Kepuasan psikologis pun

menjadi identik dengan kepuasan ekonomis.[9]

Gejala hedonisme yang sedang dominan di masyarakat, menurut Drucker, juga

sebenarnya bukan menggambarkan dorongan murni manusia untuk mencapai kenikmatan itu

sendiri. Gejala tersebut muncul sebagai reaksi terhadap berbagai penindasan yang dialami

oleh kelas pekerja selama berabad-abad. Kelas pekerja pun kini meluas. Profesi guru dan

artis, yang mengembangkan musik, lukisan, ataupun tulisan, pun kini dianggap sebagai

profesi terhormat. Di negara-negara maju profesi sebagai guru dan artis mampu memberikan

penghidupan yang layak. Namun di beberapa negara berkembang, profesi semacam itu masih

dianggap kelas dua.

Banyak orang benci untuk bekerja. Mereka bermimpi untuk memiliki uang banyak,

sehingga tidak lagi perlu bekerja. Namun pandangan itu tidak sepenuhnya tepat. Orang yang

tidak bekerja, walaupun memiliki uang banyak, juga sulit untuk merasa puas dengan

hidupnya. Mereka akan mengalami krisis identitas, karena pekerjaan membantu orang

merumuskan identitasnya, walaupun tidak secara keseluruhan. Dalam ari ini dapatlah

Page 5: PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

dikatakan, bahwa kerja memiliki dimensi psikologis yang mendalam, yang membantu orang

untuk menentukan siapa dirinya.

Dimensi Sosial Kerja

Drucker juga berpendapat bahwa kerja memiliki dimensi sosial. Kerja menyatukan

orang dari berbagai latar belakang untuk bertemu dan menjalin relasi. Profesi seseorang

menentukan tempatnya di masyarakat. Dengan mengatakan bahwa saya adalah guru, anda

sudah menegaskan posisi anda di masyarakat, dan peran apa yang anda jalankan dalam relasi

dengan orang-orang lain yang hidup bersama di masyarakat.

Lebih jauh juga dapat dikatakan, bahwa setiap orang butuh untuk bekerja, karena ia

memiliki kebutuhan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok, dan menjalin relasi yang

bermakna dengan orang-orang yang ada di sana. Aristoteles pernah mengatakan bahwa

manusia adalah mahluk yang berpolis. Artinya manusia adalah mahluk yang membutuhkan

kelompok untuk menegaskan jati dirinya. Bekerja adalah cara terbaik untuk menjadi bagian

dari suatu kelompok.

Seringkali orang memiliki beberapa komunitas dalam hidupnya. Bisa saja ia adalah

pegawai rendahan di kantor, namun dianggap bijaksana dan layak pemimpin oleh teman-

temannya di lingkungan rumah. Namun hal yang sama sebenarnya berlaku. Menurut Drucker

orang-orang semacam itu membutuhkan pekerjaan untuk mengisi kebutuhannya akan

pertemanan dan persahabatan dan juga tentu saja memenuhi kebutuhan ekonomi.

Di banyak perusahaan muncul banyak kebiasaan untuk mempekerjakan wanita yang

sudah cukup dewasa (dalam arti sudah memiliki suami yang bekerja dan anak yang cukup

mandiri) sebagai pekerja paruh waktu. Bagi Drucker wanita paruh baya tersebut menjadikan

lingkungan kerja sekaligus sebagai tempat pencari (atau penambah) nafkah, komunitas sosial,

dan tempat untuk mengobati kesepian yang mungkin saja mereka alami. Inilah tipe pekerja

yang biasanya sangat setia pada perusahaan. 

Dalam arti ini ikatan emosional yang dibentuk di dalam pekerjaan tidak kalah kuatnya

dengan ikatan keluarga. Ikatan pekerjaan muncul karena orang sering bekerja sama, walaupun

mungkin mereka tidak terlalu suka satu sama lain. Dengan kata lain menurut Drucker, ikatan

kerja memiliki dimensi yang obyektif. Dan dimensi itu bisa menjadi peluang yang sangat

besar untuk membentuk suatu komunitas kerja yang bermakna. Di dalam komunitas semacam

ini, keuntungan bukan lagi sebuah tujuan, melainkan hanyalah akibat dari ikatan antar pekerja

yang kuat.

Page 6: PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

Dimensi Ekonomis Kerja

Untuk hidup orang perlu untuk bekerja. Sudah sejak dulu pernyataan ini berlaku

universal. Hal ini sebenarnya menurut Drucker berakar pada fakta, bahwa manusia tidak

mampu hidup sendiri. Ia tidak mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Maka ia memerlukan

orang lain. Dalam kerangka yang lebih besar, manusia yang satu melakukan perdagangan

dengan manusia lainnya untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing, dan membentuk apa

yang disebut sebagai jaringan ekonomi (economic network). Di satu sisi jaringan ini

memperkuat hubungan sosial antar manusia, terutama mereka yang berasal dari latar belakang

yang berbeda, namun saling membutuhkan satu sama lain. Di sisi lain jaringan ini memiliki

potensi untuk mendorong terjadinya konflik sosial, sebagai akibat dari perdagangan yang

tidak mencerminkan nilai keadilan.

Ekonomi sudah selalu menjadi bagian dari kehidupan manusia. Sekarang ini orang

tidak mungkin melepaskan diri dari itu. Di dalam perjalanan waktu, ekonomi mengalami

perubahan tujuan, yakni bukan lagi untuk pemenuhan kebutuhan murni, tetapi untuk

mengumpulkan dan mengembangkan modal (capital). Modal menjadi tujuan utama. Uang

pun kehilangan akarnya, yakni sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Uang dikejar demi

uang itu sendiri, dan bukan lagi demi kesejahteraan manusia. Kerja pun bukan lagi demi

pemenuhan kebutuhan hari ini, tetapi juga memiliki orientasi ke masa depan. Saya bekerja

untuk pemenuhan kebutuhan saya 10 tahun lagi.

Upaya pengembangan modal tentu saja baik. Namun upaya itu menjadi merugikan,

ketika modal dikejar demi dirinya sendiri, dan di dalam perjalanan melupakan apa yang

sesungguhnya penting, yakni pemenuhan kebutuhan dasar manusia untuk bisa hidup dan

mengaktualisasikan dirinya sendiri. Karl Marx seorang filsuf asal Jerman pernah berpendapat,

bahwa ekonomi demi pengumpulan dan pengembangan modal tidaklah perlu dilakukan,

karena di dalam perjalanannya, eksploitasi kaum pekerja adalah proses yang tidak dapat

dihindarkan. Pemikiran Marx tersebut kemudian direvisi oleh para pengikutnya. Pengumpulan

dan pengembangan modal tetap diperlukan sambil tetap memperhatikan kebutuhan dasar para

pekerja.

Dimensi Kekuasaan Kerja

Di dalam organisasi selalu ada relasi-relasi kekuasaan, baik secara implisit ataupun

eksplisit. Secara eksplisit kekuasaan paling tampak di dalam hubungan antara atasan dan

bawahan, serta hubungan antara konsumen dan produsen. Di sisi lain ada kekuasaan yang

sifatnya implisit, namun efeknya sangat terasa, seperti krisis global di pasar internasional,

Page 7: PI Arti Kerja Bagi Manusia 2

bencana alam, dan perubahan iklim yang mempengaruhi proses produksi, distribusi, ataupun

konsumsi.

Dahulu kala orang tidak memiliki jam kerja. Konsep jam kerja baru ditemukan pada

masyarakat industrial pertama di Eropa. Sekilas konsep ini memang tampak tidak relevan.

Namun pada awalnya penerapan jam kerja mengakibatkan terjadinya culture shock di

masyarakat di seluruh dunia. Di dalam organisasi modern, kerja haruslah direncanakan dan

diatur dalam jadwal yang tepat. Mereka yang bisa bertahan di dalam rencana dan pengaturan

tersebut akan memperoleh kenaikan pangkat. Tentu saja semua ini membutuhkan kontrol.

Dan menurut Drucker kontrol adalah bentuk kekuasaan.

Banyak pemikir yang berpendapat, bahwa organisasi modern adalah suatu bentuk

alienasi (keterasingan). Orang menjadi tidak mengenal dirinya sendiri, orang lain, dan hasil

kerjanya, jika mereka bekerja di perusahaan-perusahaan yang ditata secara modern.

“Masyarakat modern”, demikian Drucker, “adalah masyarakat pekerja dan akan tetap seperti

itu.” Oleh karena itu relasi-relasi kekuasaan di dalam pekerjaan pun tidak akan pernah hilang.

Otoritas adalah sesuatu yang sangat esensial di dalam organisasi modern. Dengan lugas dapat

dikatakan, selama ada otoritas, selama itu pula ada relasi-relasi kekuasaan. Otoritas adalah

sesuatu yang inheren di dalam sistem organisasi modern yang banyak digunakan sekarang ini.

Sumber :

Drucker, Peter, Management: Tasks, Responsibilities, and Practices, New York: Truman

Talley Books, 1993

Wattimena, Reza. (2011). Makna Kerja dalam Hidup Manusia.

http://rumahfilsafat.com/2011/03/07/makna-kerja-dalam-hidup-manusia/. Diakses

Pada : 04-10-2015.