Philosophy of Caring

27

Click here to load reader

Transcript of Philosophy of Caring

Page 1: Philosophy of Caring

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam pelayanan kesehatan

masyarakat. Perawat sebagai ujung tombak bidang kesehatan harus dapat mengaplikasikan

konsep-konsep keperawatan yang telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai

bentuk eksistensinya di masyarakat. Oleh karena itu, filosofi-filosofi keperawatan saling

terkait satu dengan yang lainnya, dapat dijadikan sebagai landasan keperawatan yang

komprehensif.

Pelaksanaan asuhan keperawatan secara holistik meliputi biopsikososiospiritual,

melalui beberapa tahapan yaitu pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan,

perencanaan, implemtasi tindakan dan evaluasi . Tahapan tersebut digunakan untuk

menyelesaikan suatu permasalahan keperawatan yang ada secara optimal.

Berbagai filosofi ataupun konsep teori yang dicetuskan oleh pakar-pakar

keperawatan mempunyai kontribusi besar dalam pengembangan teori keperawatan itu

sendiri . Karena pengembangan tersebut juga melalui proses yang panjang dalam bentuk

riset penelitian. Salah satunya adalah filosofi oleh Kari Mari Martinsen yang terkenal

dengan Philosophi of caring.

Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan oleh Kari

Marie Martinsen berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan.

Pandangan dunia fenomenologis berbasis Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami

atau dipertimbangkan dalam isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan

merupakan suatu perangkat yang menyebabkan setiap situasi tergantung konteks dan

bersifat unik.

Caring yang berhubungan atau menekankan rasa empati, refleksi, keterbukaan dan

kemurahan hati dan kepercayaan. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat

saling terkait satu sama lainnya, karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat

1

Page 2: Philosophy of Caring

komprehensif dan berkesinambungan karena kebutuhan tiap individu berbeda satu sama

lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan kebutuhan pasien saat itu.

Berdasarkan filosofi menurut teori Kari Marie Martinsen kelompok menjabarkan

pada penatalaksanaan keperawatan kasus dengan masalah trauma psikologis akibat

bencana, dimana filosofi Kari Marie Martinsen ini lebih menitikberatkan pada

permasalahan Caring yaitu berfokus pada Moral, dimana perawat memberikan asuhan

keperawatan harus berempati, berefleksi, memberikan keterbukaan, kemurahan hati,

kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian asuhan keperawatan. Ini

merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti halnya kita menerima waktu, ruang,

udara, air dan makanan. Tanpanya hidup akan menjadi kacau, tanpa itu pula caring tidak

dapat dilaksanakan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum :

Mampu menerapkan teori filosofikal keperawatan menurut Kari Marie Martinsen ke

dalam kasus pelayanan keperawatan.

2. Tujuan khusus:

a. Menjelaskan konsep teori filosofikal keperawatan menurut Kari Marie Martinsen.

b. Menjelaskan tentang proses keperawatan menurut Philosophy of Caring Kari

Marie Martinsen.

c. Menggambarkan konsep teori filosofikal keperawatan pada kasus nyata yaitu

pelayanan keperawatan pada kondisi nyata.

d. Mengaplikasikan teori filosofikal keperawatan Kari Marie Martinsen terkait dalam

asuhan keperawatan.

2

Page 3: Philosophy of Caring

BAB II

TINJAUAN TEORI PHILOPHICAL THEORY

KARI MARIE MARTINSEN

A. RIWAYAT HIDUP KARI MARIE MARTINSEN

Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan filosofer yang lahir dan

dibesarkan di Oslo, ibukota dari Norwegia. Ia lahir pada tanggal 20 Januari 1943 saat

Jerman menduduki Norwegia pada perang dunia II (1940-1945). Setelah perang, masalah-

masalah moral dan sosial politik mendominasi diskusi yang terjadi di dalam rumahnya.

Setelah SMA, Martinsen melanjutkan pendidikan di Ulleval College Of Nursing di

Oslo, menjadi perawat pada tahun 1964, dan bekerja di klinik RS selama 1 tahun.

Kemudian ia melanjutkan pendidikan keperawatan dan menjadi perawat psikiatrik pada

tahun 1966, dan bekerja di Dikemark Psychiatric Hospital selama 2 tahun, dan juga

terlibat selama beberapa tahun dalam perawatan psikiatrik pasien rawat jalan. Selama

menjadi perawat umum dan perawat psikiatrik, membuat Martinsen concern terhadap

banyaknya ketimpangan sosial dan pelayanan kesehatan yang terjadi.Kesehatan, penyakit,

perawatan dan pengobatan mendapat perlakuan sangat tidak merata pada masyarakat.

Pada tahun 1968, Martinsen memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas

Oslo dan tahun 1969 mendalami bidang Fisiologi di Universitas Oslo. Tahun 1971,

Martinsen memilih bidang Filosofi sebagai subjek lain yang ditekuni di Universitas Oslo.

Antara tahun 1972-1974, Martinsen belajar di Institute of Philosophy di Universitas

Bergen, dan memperoleh gelar magister filosofi, dan tesisnya diterbitkan pada tahun

1975. Ia bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang mengganggu pikirannya

sebagai warga negara, profesional, dan petugas kesehatan.

Pada tahun 1976-1977, Martinsen menjadi dekan di Faculty of Nursing Teacher’s

Training di Bergen. Martinsen memperoleh penghargaan dari Norwegian Nurses’

Association pada tahun 1976, dan penghargaan dari Norway’s General Science Research

Council tahun 1978. Martinsen bersama dengan Waerness menerbitkan buku yang

berjudul “Caring Without Care” di tahun 1979.

3

Page 4: Philosophy of Caring

Antara tahun 1981-1985, Martinsen menjadi asisten ilmiah di Historical Institute di

Universitas Bergen. Dia memperoleh gelar Doktor dalam bidang Filosofi dari Universitas

Bergen pada tahun 1984. Selanjutnya dari tahun 1986, bekerja sebagai Associate

Professor di Institute for Health and Social Medicine di Universitas Bergen selama 2

tahun. Martinsen menulis buku dan diterbitkan dengan judul “Caring, Nursing and

Medicine, Historical-Philosophical Essays” pada tahun 1989.

Pada tahun 1990, Martinsen pindah ke Denmark. Dia bekerja di Universitas

Aarhus untuk mendirikan program master dan Ph.D di bidang  keperawatan. Dia tinggal

disana selama 5 tahun. Dalam rentang tahun 1994-1997, Martinsen menjadi Profesor II di

Departemen Ilmu Keperawatan Universitas Tromso. Akhirnya tahun 1998, Martinsen

memilih menjadi freelancer karena merasa kekurangan waktu untuk meneliti dan

menulis.

Pada tahun 1999-2004, Martinsen menjadi Profesor II yang bekerja paruh waktu di

Lovisenberg Deconal University College di Oslo. Pada tahun 2002,  Martinsen kembali

ke Universitas Bergen, dimana ia dipekerjakan sebagai profesor di Department of Public

Health and Primary Health Care,  bagian dari  ilmu keperawatan. Mengajar dan supervisi

mahasiswa program master dan  doktoral  menjadi fokusnya sekarang.

B. SUMBER-SUMBER TEORI

Teori filosofikal keperawatan menurut Kari Marie Martinsen berfokus pada Caring,

yang mengadopsi pada tiga filsuf secara khusus, antara lain: filsuf jerman, politisi dan

sosialis, Karl Marx (1818-1883); filsuf jerman dan pendiri fenomenologi, Edmund

Husserl (1859-1938); serta filsuf Perancis dan fenomenolog tubuh, Merleau-Ponty

(1908-1961 ). 

Martinsen juga memperluas sumber-sumber teoritisnya dengan memasukkan filsuf

lain, teolog, dan sosiolog, antara lain: Martin Heidegger (1889 – 1976), seorang

fenomenologis Jerman dan murid dari Husserl; Knud Eiler Logstrup (1905 – 1981),

seorang filosofis Denmark dan teologis; Max Weber (1864 – 1920), seorang sosiologis

Jerman dan memiliki signifikansi yang besar dalam filsafat ilmu sosial; Michel Foucault,

seorang filosofis; Paul Ricoeur (1913 – sekarang), seorang filosofis Perancis.

4

Page 5: Philosophy of Caring

C. KONSEP DASAR DAN DEFINISI

1. Perawatan

Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya sekadar nilai dasar keperawatan,

tetapi juga merupakan nilai dasar hidup kita. Perawatan ialah perkembangan positif

individu ke arah yang lebih baik. Perawatan berbentuk trinitas, terdiri dari hubungan,

praktik, dan moral yang terjadi secara simultan. Perawatan mempunyai arah untuk

menuju situasi orang lain. Dalam konteks profesional, perawatan memerlukan

pendidikan dan latihan. Tanpa pengetahuan profesional, hubungan dengan pasien

akan berubah menjadi sentimentil. Tanpa perwalian, tidak ada kelalaian, dan tidak

sentimentil merupakan ekspresi dari perawatan.

2. Penilaian Profesional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal ini

bisa dicapai melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun

kehidupan sehari-hari berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian profesional tidak

hanya dilatih dengan melihat, mendengar dan menyentuh secara klinis, tetapi juga

perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh secara klinis dengan

cara yang baik dan benar.

Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada kita (perawat) karena persepsi

seseorang memiliki analog dengan variasi karakter yang ditimbulkannya dan

bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang perlu diingat dan direnungkan adalah

adanya hubungan antara kesan dengan situasi, pengetahuan profesional yang dimiliki,

dan pengalaman sebelumnya. Kebijaksanaan menunjukkan pengetahuan profesional

melalui kepekaan alami dan bahasa sehari-hari.

3. Praktik Moral Ditemukan Dalam Perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama

saat bekerja sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Moral

itu ada dalam situasi nyata yang harus diperhitungkan. Tindakan kita perlu

dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati dan refleksi.

4. Person Oriented Professional

5

Page 6: Philosophy of Caring

Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga

profesional memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi

integritasnya. Hal ini memberikan tantangan bagi profesional untuk meningkatkan

kompetensi dirinya dalam menjalin hubungan yang saling menguntungkan dan

bersifat manusiawi dengan tujuan untuk melindungi dan merawat pasien. Selain itu,

profesionalisme berbasis individu juga berbicara tentang pemahaman terhadap posisi

masing-masing pihak dimana pihak satu membutuhkan pihak lainnya, dan

menempatkan pasien sebagai fokus dari caring.

5. Ungkapan Hidup Tertinggi

Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan,

dan cinta. Hal ini merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti kita menerima

waktu, ruang, udara, air, dan makanan. Tanpanya hidup menjadi kacau, dan caring

tidak dapat dilaksanakan.

6. Area Yang Tak Dapat Disentuh

Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang tidak boleh kita masuk ke

dalamnya, menemui orang lain ataupun menemui alam lain. Terdapat batasan yang

harus kita hormati. Dalam caring, area yang tidak tersentuh adalah kesatuan, yang

merupakan lawan dari keterbukaan. Keterbukaan dan area yang tak tersentuh

merupakan suatu hal yang kontradiktif dalam caring.

7. Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna

dalam berhubungan dan merawat (peduli) terhadap orang lain.

8. Mata Hati

Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada

didalamnya. Mata hati berhubungan dengan perhatian yang didasarkan pada

hubungan resiprokal yang saling memahami.

9. The Registering Eye

The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif  dari pengamat.  Hal itu 

berkaitan dengan mencari koneksi, sistematisasi, peringkat, klasifikasi, dan

menempatkan dalam sistem. The registering eye  merupakan  aliansi antara  ilmu

6

Page 7: Philosophy of Caring

pengetahuan  alam modern, teknologi, dan industrialisasi. Jika seorang pasien dan

seorang profesional menggunakan tatapan ini secara sepihak, kasih sayang akan

keluar dari situasi tersebut, dan kemauan untuk hidup berkurang.

D. ASUMSI DASAR TERKAIT EMPAT FENOMENA DALAM KEPERAWATAN

1. KEPERAWATAN

Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal praktik keperawatan

dimana perawat memberikan asuhan keperawatan merawat dan peduli pada orang

lain. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan caring ke pasien yaitu : caring

berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral. Caring dapat praktikkan dalam kasus

nyata dimana caring melibatkan setidaknya dua orang atau lebih yang saling

berinteraksi. Caring yang berkaitan dengan moral dapat diartikan sebagai situasi

dalam mencapai tujuan yang diinginkan didasarkan pada evaluasi tindakan

keperawatan.

2. MANUSIA

Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

sosial dan komunitasnya. Martinsen berpendapat bahwa terdapat hubungan yang

paralel antara manusia dengan tubuhnya. Sebagai tubuh, manusia berhubungan

dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia, sedangkan manusia adalah tubuh itu sendiri

dimana sebagai tubuh, manusia mempunyai persepsi dan pemahaman. Tubuh terdiri

dari jasmani dan jiwa.

3. KESEHATAN

Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga merupakan ekspresi

tingkat kompetensi dalam pengobatan. Dampak yang membahayakan dari pengobatan

dan pelayanan yang tidak adekuat bagi orang yang menderita penyakit kronis

menyebabkan Martinsen kembali berpikir ke konsep konservatif yaitu sehat secara

ideal.

4. LINGKUNGAN

Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat

yang lain dan dalam ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan

7

Page 8: Philosophy of Caring

ruang khusus). Dilihat dari dimensi ruang terdapat waktu, ambience, dan kekuatan.

Martinsen menyatakan bahwa waktu, arsitektur, dan pengetahuan dapat bekerja

terhadap ambience suatu dimensi ruang. Arsitektur, hubungan dengan orang lain,

penggunaan obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan kita di dalam ruangan,

semuanya tersusun teratur dalam ruang dan situasi. Manusia masuk dalam ruang

universal, ruang alami, tetapi melalui penciptaan ruang budaya. Kita membangun

rumah dengan ruangan-ruangan dan aktivitas pelayanan kesehatan menempati

ruangan yang berbeda.

8

Page 9: Philosophy of Caring

BAB III

SKENARIO ROLE PLAY

Teori Kari Marie Martinsen mengutamakan fokus pada caring termasuk didalamnya

bagaimana merawat dan peduli pada orang lain (Tomey & Alligood, 2006). Ada tiga hal yang

harus diperhatikan dalam caring menurut Kari Marie Martinsen yaitu: caring harus berkaitan

dengan hubungan, praktik dan moral.

SKENARIO ROLE PLAY TEORI FILOSOFIKAL KARI MARTINSEN

Narator : Artika Nurrahima

Pemain :

Perawat 1 : Diyah Yulistika sebagai Ns. Diyah

Perawat 2 : Ani Nuraeni sebagai Ns. Ani

Perawat 3 : Ratu Kusuma sebagai Ns. Ratu

Pasien 1 : Istianna N. sebagai Ibu Anna

Pasien 2 : Galia Wardha A. sebagai Nona Lia

Ketua Posko : Sovia sebagai Sovie

Keluarga Pasien : Herlina sebagai Ibu Lina

PROLOG:

Desa Mujur merupakan sebuah desa yang damai dan tenang, terletak di lereng gunung

Sindoro. Semenjak dahulu tidak pernah nterjadi bencana di desa tersebut. Masyarakatnya

ramah dan saling tolong menolong. Tiba- tiba, Tuhan memberikan sebuah cobaan bagi desa

tersebut. Banjir bandang melanda desa Mujur pada tengah malam, pada saat penduduk tertidur

pulas. Rumah- rumah hancur, sawah dan ladang terendam banjir, serta tidak sedikit korban

jiwa akibat banjir bandang. Lansia anak- anak dan wanita hamil pun tidak luput dari terkaman

banjir tersebut. Akibatnya, banyak warga yang mengalami trauma fisik maupun trauma

psikologis. Banyak orang tua yang histeris karena anaknya terluka dan bahkan ada yang

meninggal.

Mendengar peristiwa tersebut, sekelompok mahasiswa S2 keperawatan yang baru

mendapatkan kuliah Prof. Elly tergerak hatinya. Mereka kemudian menuju Desa Mujur untuk

9

Page 10: Philosophy of Caring

memberikan asuhan keperawatan kepada korban banjir bandang dengan menerapkan teori

caring Kari Martinsen dengan penekanan kepada empati, refleksi, keterbukaan, kemurahan

hati, kepercayaan.

Di Posko pengungsian “Slamet” terdapat 25 keluarga yang tinggal disana, sudah

hampir satu minggu mereka bertahan di pengungsian dengan fasilitas yang minim. Diantara

korban, terdapat Ibu Anna yang menangis meratapi anaknya yang sudah meninggal. Tatapan

matanya kosong seakan akan sudah kehilangan segalanya. Selain Ibu Anna, ada nona Lia

yang mengalami trauma karena kehilangan tempat tinggal dan beberapa orang anggota

keluarga. Beliau sangat ketakutan, khawatir banjir bandang akan datang lagi dan mengambil

semua miliknya.

Di Posko kesehatan dua perawat sedang membicarakan kondisi pasien.

Situasi I (percakapan perawat yang bertugas di posko kesehatan)

Ners Diyah : Ners Ani ... mari kita periksa satu persatu dari pasien kita semua kita

identifikasi apakah mereka ada yang mengalami masalah kesehatan yang

serius.

Ners Ani : Apa yang perlu kita cek mbak?

Ners diyah : Kita periksa tanda-tanda vital, kita tanya keluhan mereka, kita kaji sisi

psikologisnya siapa tau ada yang memang perlu intervensi lanjut.

Sementara itu di tenda pengungsian, pasien Lia berteriak-teriak histeris dan pasien Anna

menangis meratapi nasibnya.

Situasi II (Di tenda Pengungsian)

Pasien Lia : A..... jangan...tidak... awas...suara banjir, banjir datang lagi................

Ns. Diyah : Mbak...ada apa? Mbak mendengar suara apa?

Pasien Lia : Suara gemuruh..banjir.. banjir (berteriak- teriak histeris).

Ns. Diyah : Tenang mbak.. tenang (Ns. diyah memegang bahu pasien Lia dan berusaha

menenangkanya). Saya Diyah petugas kesehatan disini. Mbak namanya siapa?

Pasien Lia : Sa..ya.., Lia... banjir.....

Ns. diyah : Mbak lia tenang dulu...coba tarik nafas panjang (Perawat sambil

mencontohkan menarik nafas panjang). Ceritakan kepada saya apa yang mbak

Lia rasakan.

10

Page 11: Philosophy of Caring

Pasien Lia : Saya mendengar suara gemuruh air. Sepertinya banjir belum surut. Saya

takut...

Ns. diyah : Mbak Lia tenang, disini tempatnya sudah aman.

Sambil berusaha menenangkan pasien Lia, perawat Diyah melakukan pengkajian pada pasien

Lia.

Di tempat tak jauh dari pasien Lia berada, pasien Anna berteriak- teriak memanggil anaknya.

Pasien Anna : Anakku...anakku...kamu dimana nak?

(Ada dua perawat datang menghampiri pasien Ana)

Ns. Ratu : Ibu ada apa sih? Kok teriak-teriak mengganggu pasien yang lagi istirahat.. ibu

kalau teriak-teriak terus nanti saya bawa keluar..

Pasien Anna : wha...huwa..a...(Pasien Anna menagis semakin semakin kencang)

Ns. Ani : Tenang mbak...saya perawat Ani. Saya dengar tadi ibu memanggil anak ibu..

apa yang sebenarnya ibu rasakan?

Pasien Anna : Anak saya mana mbak? Saya mau menyusui, kasihan kalau dia lapar.

Keluarga : Tenang nduk..(sambil menangis)

Ns. Ratu : Ibu sadar nggak kalau....

Belum selesai perawat Ratu bicara, perawat Ani memotong perkataannya. Perawat Ani

meminta perawat Ratu untuk menangani pasien lain karena khawatir perawat Ratu akan

semakin memperburuk kondisi pasien Anna.

Ns. Ani : Ehm........mbak Ratu, sebaiknya mbak Ratu menangani pasien yang lain. Biar

pasien ini saya yang merawatnya.

Ns. Ratu : Ya sudahlah. Pusing aku mendengar dia teriak- teriak.

Setelah itu Ns. Ani menghampiri pasien ibu Anna dan meruskan interaksi dengan pasien ibu

Anna dan keluarganya.

Ns. Ani : Mbak, sebenarnya apa yang terjadi pada mbak Anna?

Keluarga : Ya, beginilah. Suster bisa melihat sendiri. Kakak saya belum siap menerima

kematian anaknya. (dengan tatapan mata yang sedih memandangi pasien

Anna).

Ns. Ani : Apa yang sudah mbak lakukan? Sudah berusaha menjelaskan kenyataan yang

ada?

11

Page 12: Philosophy of Caring

Keluarga : Sudah pernah saya jelaskan sekali. Tapi kakak saya tetap tidak bisa menerima,

akhirnya saya jadi nggak tega. Bantu saya suster, apa yang harus saya

lakukan? Saya ingin kakak saya bisa menerima kenyataan.

Ns. Ani : Tenang mbak, saya mengerti apa yang mbak rasakan. Saya akan bantu

semampu saya. (Sambil memegang pundak dan berusaha menenangkan pasien

Anna).

Perawat Ani dan perawat Diyah melanjutkan pengkajian mereka.

Setelah melakukan pengkajian, perawat Diyah dan perawat Ani melaporkan kondisi yang

mereka temui kepada ketua posko.

Ns. Diyah : Ibu, dari hasil pengkajian kami terhadap 25 orang pasien yang ada di posko

ini, ada dua pasien yang mengalami gangguan psikologis. Pasien Lia masih

ketakutan akan adanya banjir, dan pasien Anna masih belum bisa menerima

kenyataan kalau anaknya sudah meninggal.

Ketua posko : Yang mengalami gangguan fisik bagaimana?

Ns ani : 20 pasien menderita luka ringan, 15 orang menderita diare dan 1 orang

mengalami muntaber. Pasien muntaber kondisinya mengkhawatirkan,

sepertinya sudah mengalami dehidrasi berat dan tidak mungkin dipertahankan

di tenda pengungsian.Ketua posko : Baiklah, kalau begitu kita rujuk saja ke rumah sakit terdekat.

EPILOG:

Setelah memberikan laporan dan merujuk pasien, perawat Ani, perawat Diyah dan ketua

posko berusaha menangani pasien Lia dan Anna. Perawat Ratu yang pada awalnya tidak

berempati terhadap kondisi pasien Anna, akhirnya sadar bahwa perilakunya salah. Ia

kemudian bergabung dengan Perawat Ani untuk membantu menangani pasien Anna.

Setelah mendapatkan intervensi keperawatan yang berlandaskan caring dari perawat

Diyah, perawat Ani, Perawat Ratu dan ketua posko, kondisi pasien Anna dan pasien Lia

semakin membaik. Pasien Anna sudah bisa menerima kenyataan tentang kematian anaknya,

walaupun sangat menyakitkan baginya. Rasa takut pasien Lia akan adanya banjir susulan

berangsur- angsur hilang. Perawat Ratu pun semakin menyadari pentingnya caring dalam

12

Page 13: Philosophy of Caring

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Memiliki rasa empati dan refleksi terhadap

apa yang dirasakan pasien, serta memandang pasien sebagai individu yang harus dilindungi

integritasnya.

13

Page 14: Philosophy of Caring

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada skenario yang terdapat pada bab III, penulis berusaha untuk menyajikan teori

filosofikal keperawatan Kari Marie Martinsen yang berfokus pada caring dalam bentuk

praktik keperawatan pada pasien-pasien yang menjadi korban disaster. Dari hasil analisis

kasus ditemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan komponen teori Kari Marie

Martinsen, antara lain:

A. Perawatan

Martinsen mengatakan bahwa dalam praktik keperawatan, caring menjadi hal yang

sangat fundamental. Praktik caring berkaitan dengan tiga hal, antara lain hubungan,

praktik, dan moral. Hal ini yang ingin penulis sampaikan di dalam skenario pada bab III.

Terdapat tiga orang perawat, yaitu ners Ani, Diyah dan Ratu. Pada awalnya, ners Ratu

tidak menunjukkan perilaku caring dalam praktik keperawatan yang diberikannya pada

pasien. Antara ners Ratu dan pasien telah terjalin hubungan (interaksi antara dua orang),

namun ners Ratu belum menunjukkan pemahaman yang benar mengenai kondisi ataupun

situasi pasien. Dia tidak menampilkan sikap peduli pada pasien. Namun, dengan melihat

perilaku yang ditampilkan oleh teman-temannya (ners Ani dan Diyah), akhirnya ners Ratu

menyadari kesalahannya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Martinsen bahwa

caring dapat dipelajari dan dilatih dalam praktik nyata.

B. Penilaian professional

Penilaian profesional menunjukkan kualitas suatu hubungan yang sebenarnya. Hal

ini bisa dicapai melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun

kehidupan sehari-hari berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian professional telah

ditunjukkan oleh ners Ani dan Diyah. Mereka sudah berusaha untuk memahami kondisi

pasien dengan cara melihat, mendengar dan menyentuh secara klinis dengan baik dan

benar. Sehingga mereka dapat mengetahui kondisi pasien, dimana ada yang mengalami

14

Page 15: Philosophy of Caring

masalah fisik dan ada juga yang mengalami masalah psikologis sebagai akibat dari

bencana alam yang terjadi.

C. Praktik moral ditemukan dalam perawatan

Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-

sama saat bekerja sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan.

Empati merupakan suatu sikap dimana kita berusaha ikut merasakan apa yang dirasakan

oleh orang lain, berusaha untuk memahami masalah yang dialami oleh orang lain. Empati

dapat ditunjukkan baik secara verbal ataupun dengan nonverbal. Sikap empati inilah yang

dicoba ditampilkan oleh ners Ani dan ners Diyah. Hal ini dapat dilihat dari perkataan

ataupun perbuatan mereka. Contohnya: “Tenang mbak, saya mengerti apa yang mbak

rasakan. Saya akan bantu semampu saya. (Sambil memegang pundak dan berusaha

menenangkan pasien Anna).”

D. Person oriented professional

Person Oriented Professional mempunyai makna bahwa perawat sebagai tenaga

profesional memandang pasien sebagai orang yang menderita dan harus dilindungi

integritasnya. Dalam kasus tergambar bagaimana menderitanya pasien Anna dan pasien

Lia karena kehilangan yang dialaminya saat banjir bandang menghancurkan desanya.

Kondisi pasien tersebut merupakan suatu tantangan bagi ners Ani, Diyah dan Ratu

sebagai perawat professional untuk dapat menunjukkan kompetensinya dalam menjalin

hubungan dengan pasien dan membantu pasien agar tidak kehilangan integritas dirinya.

E. Ungkapan hidup tertinggi

Ungkapan hidup tertinggi adalah keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan,

harapan, dan cinta. Dalam membantu pasien yang mengalami masalah psikologis,

keterbukaan dan kemurahan hati perawat sangat diperlukan sehingga pasien merasa

diterima dan dipahami kondisinya. Selain itu, kepercayaan perlu diperlihatkan oleh

perawat agar pasien merasa menemukan tempat untuk mencurahkan apa yang dirasakan

olehnya. Pada pasien yang sedang mengalami kehilangan, kita perlu menanamkan pada

15

Page 16: Philosophy of Caring

pasien secara perlahan-lahan bahwa masih banyak harapan yang bisa diraih dalam hidup,

hidup tidak berhenti saat itu. Hal itu dapat dicapai bila kita (perawat) melakukannya

dengan cinta. Dalam skenario di bab III, hal-hal tersebutlah yang berusaha ingin

kelompok tampilkan. Sehingga akhirnya pasien Anna sudah bisa menerima kenyataan

tentang kematian anaknya, walaupun sangat menyakitkan baginya, dan rasa takut pasien

Lia akan adanya banjir susulan berangsur- angsur hilang.

F. Area yang tidak dapat disentuh

Dalam caring, area yang tidak tersentuh adalah lawan dari keterbukaan. Dalam

kasus ini, perawat Ani dan Diyah berusaha untuk menggali permasalahan pasien secara

perlahan, dengan tidak memaksa pasien untuk menerima kenyataan yang ada. Area yang

tidak dapat disentuh merupakan hal yang privacy bagi pasien, tidak akan diceritakan oleh

pasien bila belum ada trust antara perawat dan pasien. Langkah awal dalam menciptakan

trust adalah dengan memperkenalkan diri perawat pada pasien, seperti yang terdapat

dalam skenario. Contohnya: “Saya Diyah petugas kesehatan disini. Mbak namanya

siapa?”

G. Vokasi

Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna

dalam berhubungan dan merawat (peduli) terhadap orang lain. Tindakan yang dilakukan

oleh ners Ani, Diyah dan Ratu yang segera datang ke daerah bencana untuk menolong

korban merupakan suatu bentuk pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri manusia, dimana

sebagai perawat professional, mereka merasa berguna bagi orang lain sehingga mereka

merasa menjadi orang yang sempurna.

H. Mata hati

Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada

didalamnya. Dalam kasus ini, perawat Ani, Diyah dan Ratu pergi ke tempat bencana

untuk menolong korban karena hati mereka yang bicara sehingga mereka juga ikut

merasakan derita dari korban bencana tersebut.

16

Page 17: Philosophy of Caring

I. The registering eye.

The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat.  Maksudnya

dalam memberikan tindakan keperawatan pada pasien, perawat harus melakukan

seobjektif mungkin sesuai dengan kondisi pasien dan berdasarkan cara pandang perawat

yang dilandaskan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Pada kasus yang terdapat dalam

skenario, registering eye digunakan oleh perawat untuk mengenali dan memahami kondisi

pasien. Dalam menggali permasalahan pasien, perawat melakukan pengamatan dan

pemeriksaan satu persatu pada pasien dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya.

17

Page 18: Philosophy of Caring

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan filosofer, mengungkapkan teori

keperawatan philosophical caring dengan asumsi dasar bahwa caring termasuk

dalam praktik keperawatan dimana perawat memberikan asuhan keperawatan,

merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan

caring kepada pasien yaitu: caring berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral.

2. Menurut Martinsen (1975), manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial

dan komunitasnya keduanya mempengaruhi kesehatan dimana sehat adalah refleksi

dari kondisi organisme, selain itu juga merupakan ekspresi tingkat kompetensi dalam

pengobatan.

3. Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang

lain dan dalam ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang

khusus).

4. Konsep dasar dari teori yang diungkapkan filosofer Kari Marie Martinsen yaitu:

perawatan, penilaian profesional, praktik moral ditemukan dalam perawatan, person

oriented professional, ungkapan hidup tertinggi, area yang tidak dapat disentuh,

vokasi, mata hati, the registering eye.

B. Saran

1. Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan, sebaiknya mahasiswa

program magister keperawatan benar-benar bisa memahami tentang konsep caring

dan dapat menerapkannya dalam praktik keperawatan sehari-hari pada pasien.

2. Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan kesehatan sebaiknya

mengetahui tentang konsep caring dan mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari

sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.

18

Page 19: Philosophy of Caring

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Teori Filosofikal Keperawatan Kari Martinsen. Diakses dari http:// no.wikipedia.org /wiki/ Kari _ Martinsen pada tanggal 14 Maret 2011.

Dines Alison. 1999. Research library. Philosophical issues in Nursing. Journal of medical ethtics

Tomey, Alligood. 2006. Nursing Theorist and Their Work. 6th edition. St.Louis: Mosby Year Book.

Wikipedia. Nursing Theorist and Nursing Models. Diakses tanggal 18 Maret 2011. http://e n.wikipedia.org /wiki/ Kari _ Martins Model of Nursing

19