Petunjuk Teknis Areal Horti 2007 Lkp

download Petunjuk Teknis Areal Horti 2007 Lkp

of 55

Transcript of Petunjuk Teknis Areal Horti 2007 Lkp

DIREKTORAT PERLUASAN AREAL DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR

DEPARTEMEN PERTANIAN2007

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

1

KATA PENGANTAR Pedoman teknis perluasan areal kawasan hortikultura ini disusun dalam rangka memberikan acuan kepada para petugas dan mendorong pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota serta masyarakat dalam mengembangkan komoditas tanaman hortikultura. Pedoman teknis ini memuat mekanisme pelaksanaan, persyaratan lokasi, dan tahapan pelaksanaan kegiatan. Dinas Pertanian atau Dinas yang menangani bidang perluasan areal kawasan hortikultura Propinsi perlu menjabarkan lebih lanjut dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Dinas kabupaten/kota berdasarkan juklak dapat menyusun petunjuk yang lebih spesifik dan teknis dalam Petunjuk Teknis yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan dilapangan serta standar teknis yang ada, agar kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura dapat berhasil dan dapat dikembangkan oleh masyarakat disekitarnya. Semoga pedoman teknis ini dapat memberikan manfaat, sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kinerja para petugas dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani melalui kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura. Jakarta, Januari 2007 Direktur, Dr. Ir. Agus Sofyan, MS Nip. 080.063.222

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

2

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR . DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .. 1.2. Tujuan . 1.3. Sasaran .. 1.4. Keluaran. II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN.. 2.1. Pengertian............ .................................................... 2.2. Ruang Lingkup Kegiatan............................................ III. NORMA, KRITERIA, STANDAR DAN PROSEDUR...... 3.1. Norma ....................................................................... 3.2. Kriteria ....................................................................... 3.3. Standar ..................................................................... 3.4. Prosedur .................................................................... IV. PELAKSANAAN KEGIATAN ...... 4.1. Persiapan .................................................................. 4.2. Survey Investigasi .......................... 4.3. Pengukuran, pemetaan dan desain.......... 4.4. Konstruksi .................................................................. 4.5. Pengadaan Sarana Produksi Pertanian..................... 4.6. Pemeliharaan................ ............................................Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

i ii 1 1 3 4 4 5 5 8 12 12 12 13 14 15 15 16 25 29 31 323

4.7. Monitoring dan Pelaporan ......................................... V. INDIKATOR KINERJA PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA ....... 5.1. Indikator Masukan (Inputs) ....................................... 5.2. Indikator Keluaran (Output) ...................................... 5.3. Indikator Hasil (Outcomes) .. 5.4. Indikator Manfaat (Benefit) ... 5.5. Indikator Dampak (Impacts) . LAMPIRAN - LAMPIRAN 1 2 RENCANA KEGIATAN PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA . QUESIONER IDENTIFIKASI CALON LOKASI PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA .................................................... DAFTAR CALON PETANI PEMILIK LAHAN PERLUASAN AREAL HORTIKULTURA ................. SYARAT TUMBUH KOMODITI UNGGULAN .......... OUTLINE LAPORAN PERLUASAN AREAL HORTIKULTURA ..................................................... LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA TAHUN 2006 .............................. LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA TAHUN 2007 .............................. LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL HORTIKULTURA TAHUN 2007 (TINGKAT PROPINSI ) ............................................................. LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL HORTIKULTURA TAHUN 2007 (TINGKAT KABUPATEN) .........................................................

32

34 34 35 35 36 36

37

42 45 46 47

3 4 5a 5b

50

5c

51 52

5d

5e

534

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

I. 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN

Prospek pengembangan komoditas hortikultura di masa mendatang cukup menggembirakan karena permintaan yang cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri hulu dan hilir yang mendukung potensi serapan pasar didalam dan luar negeri. Selanjutnya suatu fenomena dalam kehidupan

masyarakat menunjukkan bahwa meningkatnya tingkat pendidikan dan kesejahteraan juga mendorong peningkatan kesadaran dan preferensi masyarakat akan komoditas hortikultura. Pengembangan usaha agribisnis hortikultura mempunyai keunggulan dibandingkan dengan komoditas pertanian lainnya. Pertama dalam

satuan luas lahan yang kecil dapat memberikan keuntungan besar. Kedua, dapat memberikan jaminan pendapatan yang tinggi, jangka panjang dan berkelanjutan, seperti pada pengusahaan tanaman buahbuahan, maupun tanaman sayuran. Ketiga, merupakan tanaman spesifik lokal yang mempunyai keunggulan kompetitif, seperti pada tanaman hias, tanaman obat, sayuran spesifik dataran tinggi, buah-buahan tropis, dan lain-lain. Ditinjau dari ketersediaan dan daya dukung sumber daya alam, maka Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar. Berbagai daerah

dengan karakteristik dan kondisi agroekologinya dapat dikembangkan untuk berbagai jenis dan varietas komoditas hortikultura.

Keanekaragaman hayatiPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

Indonesia yang tinggi juga memungkinkan5

dilakukan pengembangan berbagai komoditas spesifik (terutama tanaman tropis), yang dapat menjadi keunggulan komparatif dan kompetitif tersendiri dalam persaingan agribisnis hortikultura, baik pasar domestik maupun ekspor. Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan produk hortikultura, diperlukan usaha peningkatan produksi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi usaha atau produktivitas, mutu produk, keanekaragaman produk dan kontinuitas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan penguasaan dan

aplikasi ilmu dan teknologi, pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana dan optimal, pelaksanaan kegiatan dalam skala usaha yang layak, peningkatan kualitas dan kemampuan sumber daya manusia dalam manajemen usaha, serta peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dan swasta dalam melaksanakan agribisnis hortikultura. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan komoditas hortikultura adalah melalui penumbuhan sentra-sentra produksi

komoditas yaitu melalui perluasan areal pertanaman. Disini pemanfaatan sumberdaya alam secara arif bijaksana, penyediaan dan penerapan teknologi produksi, pemilihan dan penggunaan agro input yang ramah lingkungan akan memberikan hasil yang maksimal. Masyarakat tani khususnya tanaman hortikultura dalam memperluas areal tanamannya, diharapkan berperan aktif sedangkan pemerintah berkewajiban untuk membinanya melalui berbagai kegiatan penyuluhan dalam rangka mendorong motivasi petani. Untuk keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengembangan / perluasan areal hortikultura di daerah, khususnya dalamPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

6

aspek penyiapan lahan, penanaman dan pengembangan usahatani hortikultura, maka dipandang perlu untuk perluasan areal hortikultura. dibuat pedoman teknis

1.2. Tujuan Tujuan dari penyusunan pedoman teknis perluasan areal hortikultura adalah : untuk memberikan arah kepada petugas daerah atau masyarakat tani hortikultura dalam hal teknik membuka lahan baru yang sebelumnya belum pernah ditanami tanaman hortikultura, penanaman dan pengembangan usahatani hortikultura di lahan daerah transmigrasi (Lahan usahatani II) baik yang belum diserahkan maupun yang sudah diserahkan ke Pemerintah Daerah. Hal ini meliputi pembersihan lahan, pemerataan, pengolahan lahan dengan memperhatikan kaidah-kaidah konservasi lahan / pembangunan prasarana konservasi lahan, pembuatan lubang tanam, penanaman, pemberian pupuk, pemeliharaan tanaman dan pembuatan jalan kebun dan produksi serta pembangunan infrastruktur usahatani yang diperlukan.

1.3. Sasaran Sasaran dari kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura pada TA. 2007 adalah 4.176 Ha, yang tersebar di 30 propinsi dan 120 Kabupaten, secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1. Sedangkan jenis komoditas yang dikembangkan dari luasan tersebut diperioritaskan komoditas

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

7

unggulan nasional khususnya, Mangga, Jeruk, Pisang, Manggis, dan Durian

1.4. Keluaran Keluaran dari kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura ini adalah terwujudnya kawasan hortikultura/ sentra pengembangan hortikultura baru atau meningkatkan luas areal tanaman komoditas hortikultura yang dapat menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan produksi hortikultura, sehingga pertumbuhan ekonomi masyarakat tani disekitar kawasan tersebut juga meningkat. Dampak lain dari keluaran tersebut diharapkan : petugas daerah dapat mengusulkan atau mengajukan proposal kegiatan untuk mencari sumbersumber pembiayaan baik ke Pemerintah Kabupaten / Kota, Propinsi dan sumber-sumber pembiayaan lainnnya.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

8

II. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEGIATAN

2.1. Pengertian a. Perluasan Areal Hortikultura Perluasan areal hortikultura adalah suatu usaha penambahan baku lahan untuk komoditi hortikultura pada lahan-lahan yang belum pernah dibudidayakan, yang sedapat mungkin terdapat dalam satu hamparan yang memenuhi norma, kriteria, standar teknis dan prosedur yang ditetapkan. b. Survei/investigasi Survei/investigasi calon lokasi adalah kegiatan penelitian/penilaian calon lokasi untuk pembukaan lahan/perluasan areal hortikultura yang bertujuan untuk memperoleh calon lokasi perluasan areal hortikultura yang layak didesain yang selanjutnya dapat dicetak/dikembangkan menjadi areal pengembangan hortikultura sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. c. Desain perluasan areal hortikultura Desain perluasan areal hortikultura adalah rancangan pada sebidang tanah yang akan dipergunakan sebagai pegangan atau patokan teknis dalam pelaksanaan konstruksi perluasan areal hortikultura. d. Lahan Reklamasi Pasang Surut Lahan reklamasi rawa pasang surut ialah lahan yang sumber air utamanya berasal dari reklamasi pasang surut.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

9

e. Lahan Reklamasi Bukan Pasang Surut (Lebak) Lahan reklamasi rawa bukan pasang surut (lebak) adalah lahan yang sumber air utamanya berasal dari reklamasi bukan pasang surut (lebak) f. Tegalan/Tanah Darat Ringan Tegalan/tanah darat ringan merupakan sebidang tanah yang diusahakan/dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering. g. Tegalan/Tanah Darat Berat Tegalan/tanah darat berat merupakan sebidang tanah yang

ditubuhi/tertutup oleh tumbuhan perdu atau nipah termasuk poho-pohon tunggul. h. Semak/Alang-alang Semak/alang-alang merupakan tanah yang tertutup/ditumbuhi oleh tumbuhan alang-alang, semak belukar, perdu atau nipah termasuk pohon-pohon tunggul. i. Hutan Ringan Hutan ringan adalah sebidang tanah diluar kawasan hutan yang didominasi pohon-pohon kurang dari 600 batang/ha, 70 % berdiameter batang kurang dari 30 cm termasuk tunggul dan nipah baik dilahan kering maupun rawa. j. Hutan Berat Hutan berat merupakan tanah diluar kawasan hutan yang didominasi oleh pohon-pohon lebih dari 600 batang /ha, 70 % berdiameter lebih dari 30 cm termasuk tunggul dan nipah baik dilahan kering maupun rawa.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

10

k. Tegalan/Tanah Darat Ringan, Tanah Darat Berat, Semak/Alangalang Hutan Ringan, Hutan Berat masih dapat dibedakan katagorinya berdasarkan kemiringan : < 5 % (datar), 5 10 % (berombak), > 10 15 % (bergelombang), dan > 15 % (berbukit s/d bergunung). l. Tanaman hortikultura Tanaman hortikultura terdiri dari kelompok tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat baik pada dataran tinggi maupun dataran rendah. m. Komoditas Unggulan Komoditas unggulan adalah komoditas yang mempunyai pangsa pasar, keuntungan kompetitif, nilai ekonomi, sebaran wilayah produksi dan kesesuaian agroekologi. Komoditas unggulan terdiri dari unggulan

daerah dan unggulan nasional. Buah-buahan : Unggulan nasional (mangga, manggis, pisang, durian dan jeruk) Unggulan daerah (rambutan, salak, melon, semangka, jambu, belimbing, duku, klengkeng, nagka, apel, nenas, markisa, sirsak, anggur, pepaya, blewah dan sawo) Sayuran : Unggulan nasional (kentang, kubis, cabe merah, buncis, bawang merah, tomat dan jamur). Unggulan daerah (kacang panjang, terong, kangkung, sawi, wortel, waluh dan mentimun). Tanaman hias :Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

11

-

Unggulan nasional (anggrek) Unggulan daerah (bunga potong, tanamn pot dan tanaman landscape)

n. Kawasan Sentra Produksi Hortikultura Kawasan sentra produksi hortikultura adalah suatu kawasan yang merupakan pusat-pusat pengembangan komoditas hortikultura yang dapat dikembangkan menjadi kawasan agribisnis dan dapat memenuhi skala ekonomi baik untuk dalam negeri maupun ekspor. Kawasan ini dapat berlokasi pada 1 atau lebih kabupaten yang

berdekatan/berdampingan.

2.2. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura yang tertuang pada DIPA TA. 2007 meliputi : a. Survei Investigasi dan Desain (SID), Kegiatan Survei Investigasi dan Desain terdiri dari : a. Persiapan b. Pengumpulan dan pengolahan data c. Persiapan penentuan calon petani/ calon lokasi d. Pengukuran, peamasangan patok batas pemilikan dan pemetaan e. Pembuatan rancang bangun atau tata letak f. Perhitungan rancangan anggaran biaya (RAB) b. Konstruksi Pembukaan Lahan Hortikultura Kegiatan kontruksi pembukaan lahan hortikultura terdiri dari : Persiapan konstruksiPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

12

Pembukaan lahan (land clearing) dilahan bervegetasi alang-alang, semak belukar, hutan ringan dan hutan berat dengan urutan kegiatan meliputi : Pembabatan alang-alang/ semak dan Penebangan (cutting atau felling) pohon Pengumpulan bekas tebangan (stacking) Pembongkaran tunggul (underbrushing) Pemotongan batang pohon hasil tebangan (Prunning) Pengumpulan atau penumpukan hasil tebangan (untuk daundahan dapat dibenamkan kedalam tanah, sedangkan kayukayunya dikumpulkan untuk dimanfaatkan dan tidak diperkenankan dilakukan pembakaran, kecuali dilakukan melalui proses pelapukan) Pembersihan areal bekas tebangan (brsushing) Pembuatan teras atau Terrasering untuk pembukaan lahan dengan topografi melebihi 15%, dengan membuat teras memanjang horizontal/ memotong lereng Pembuatan rorak atau galengan penahan erosi dilakukan pada bibir teras yang dapat dibuat dari tanaman yang memiliki system perakaran yang mermbat kuat atau patok kayu dan batang bambu. Penentuan larik penanaman atau lining sesuai dengan jarak tanam yang telah ditetapkan yang dilakukan dengan cara pemasangan patok larikan rencana penanaman pada setiap petak kebun dengan menetapkan arah larikan yaitu timur ke

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

13

barat pada areal yang relatif datar dan utara ke selatan areal yang miring dengan mengikuti arah terasering lahan Pembangunan jalur jalan panen (jalan kebun) adalah penetapan dan pembangunan ruas jalur jalan panen dengan ketentuan dalam rancangan blok kebun, yang selanjutnya dihubungkan dengan jalan produksi dan jalan usahatani Pembuatan lubang tanaman atau holling yang dilakukan sesuai dengan ketentuan ukuran lubang tanam dan jarak antar tanaman untuk masing-masing komoditi sesuai dengan rancangan Penanaman bibit tanaman buah-buahan kemasing-masing lubang tanam yang telah disiapkan. c. Bantuan Saprodi ; meliputi kegiatan : Persiapan administrasi Pengadaan bibit berlabel Pengadaan pupuk dan pestisida

Pelaksanaan Survei Investigasi dan Desain (SID) dilakukan dengan cara swakelola, sedangkan konstruksi pembukaan lahan hortikultura (mulai dari persiapan sampai dengan penanaman) dilakukan dengan cara padat karya yang mengacu kepada Pedoman Teknis Pelaksanaan Padat Karya Pembangunan Infrastruktur Pengelolaan Lahan dan Air 2006 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air, Departemen Pertanian sedangkan pengadaan saprodi (pengadaan bibit, pupuk dan pestisida) dilakukan dengan cara kontraktual dengan14

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

melibatkan pihak ketiga. Pelaksanaan kontraktual mengacu pada Keppres 80 Tahun 2003 dan perubahannya serta peraturan lainnya yang berlaku. Pemantauan (monitoring dan supervisi) kegiatan dilakukan dan disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan kegiatan dilapangan.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

15

III. NORMA, KRITERIA, STANDAR DAN PROSEDUR

3.1. Norma Perluasan areal hortikultura dan atau penambahan areal tanam merupakan upaya penambahan baku lahan dalam rangka pembangunan pertanian berbasis komoditas hortikultura sehingga menjadi daerah / lokasi pengembangan sentra hortikultura. Selain itu, pembukaan lahan hortikultura juga dapat diarahkan pada lahan transmigrasi (lahan usaha II) baik yang belum diserahkan maupun yang sudah diserahkan ke Pemerintah Daerah serta lahan ex. Hak Guna Usaha yang sudah dan atau tidak dimanfaatkan lagi sebagai usaha perkebunan.

3.2. Kriteria Kriteria petani dan lokasi yang akan mendapatkan bantuan kegiatan perluasan areal hortikultura untuk pengembangan sentra komoditas hortikultura adalah sebagai berikut : a. Petaninya ada dan bersedia mengikuti program kegiatan perluasan areal hortikultura serta bersedia melakukan pemeliharaan selanjutnya dengan dikuatkan surat pernyataan kesanggupannya (Petani tersebut adalah pemilik lahan usahatani dan bukan sebagai penggarap/penyakap) b. Kemampuan permodalan (financial) petani terbatas tetapi memiliki lahan usahatani dengan luas areal maksimal 1 Ha untuk Pulau Jawa dan Bali dan maksimal 2 Ha untuk diluar Pulau Jawa dan Bali.Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

16

c. Petaninya bersedia membuat suatu kelompok (wadah) untuk bekerjasama dalam melakukan perluasan areal hortikultura dalam satu hamparan (dengan luas minimal satu hamparan 10 Ha) dan atau /kawasan dan bersedia serta mengelola dan memanfaatkannya (embrio kelompok usahatani perluasan areal hortikultura berwawasan agribisnis) d. Lahan relatif baik (fisik dan kimia tanah) sehingga cocok untuk pengembangan komoditas hortikultura. e. Mempunyai curah hujan cukup bagi jenis komoditi yang akan dikembangkan. f. Status tanahnya dan batas kepemilikannya jelas, tidak dalam keadaan sengketa dan tidak tumpang tindih dengan proyek/ kegiatan lainnya. g. Petugas Lapangan Pertanian sudah ada. 3.3. Standar Standar pembukaan lahan baru pada kawasan hortikultura harus memenuhi kelayakan secara ekonomi, teknis dan budaya dengan syarat minimal sebagai berikut : a. Komoditas yang dikembangkan adalah buah-buahan unggulan nasional dan atau lokal tetapi mempunyai pangsa pasar yang baik, baik dalam maupun luar b. Luas satu hamparan sesuai dengan skala ekonomis dengan luas 1 petak kebun, 10 30 Ha, 1 Blok Kebun 50 100 Ha, 1 Afdeling 100 200 Ha dan 1 Unit Kebun 500 1.000 Ha.Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

17

c. Jarak dari jalan desa lebih strategis, sehingga memudahkan dalam akses atau pemasaran. d. Lahan datar dan atau lahan yang mempunyai kemiringan yang layak dengan iklim yang memadai untuk pengembangan jenis komoditas yang ditanam.

3.4.

Prosedur Prosedur pelaksanaan kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura dengan tahapan adalah sebagai berikut : a. Persiapan b. Inventarisasi potensi lahan melalui pengumpulan data sekunder (baseline data) melalui koordinasi dengan instnasi terkait c. Survei Investigasi dan Desain (SID) d. Konstruksi e. Monitoring dan pelaporan

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

18

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura pada prinsipnya akan mengembangkan suatu Model Pengembangan Kawasan Perkebunan Hortikultura yang berwawasan Agribisnis, tetapi pelaksanaannya dilakukan secara bertahap konsisten dan berkesinambungan, sehingga pada gilirannya akan terwujud efisiensi dan efektivitas kegiatan yang berskala ekonomi yang ditunjang dengan infrastruktur yang memadai. Komponen kegiatan seperti tertuang didalam DIPA 2007 meliputi antara lain (a) Survey Investigasi dan Desain (SID), (b) Konstruksi Pembukaan Lahan Hortikultura dan (c) Pengadaan Saprodi, pelaksanaan kegiatan dan rincian tahapannya sebagai berikut : 4.1. Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalamm tahap persiapan perluasan areal hortikultura meliputi antara lain : Penelaahan / pengecekan isi yang tertuang didalam kegiatan 2007, seperti Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA), Petunjuk Operasionall Kegiatan (POK) dan Rencana Operasional Kegiatan, apabila diperlukan revisi dapat segera diajukan ke pusat. Penetapan Perangkat Pelaksana Kegiatan (Surat Keputusan Pengguna Anggaran (KPA, Bendahara, PPK, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Panitia Pemeriksa Barang dan Jasa, Panitia Penerima Barang dan Jasa serta Tim Teknis dengan melibatkan instansi terkait) Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan yang disesuaikan dengan kondisi wilayah setempat namun tidak bertentangan dengan Pedoman TeknisPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

19

dari Pusat dan Rencana Kerja serta penyusunan questioner untuk pengumpulan data sekunder dan primer. Penyusunan dokumen pelelangan dan dokumen kontrak yang berpedoman pada Keppres No. 80 Tahun 2003 dan Keppres No. 61 tahun 2004, serta peraturan perubahan dan peraturan lainnnya yang masih berlaku tentang pengadaan barang dan jasa. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait. 4.2. Survei Investigasi Kegiatan survei investigasi (SI) dilaksanakan secara swakelola oleh Petugas Dinas Pertanian Kabupaten / Kota dengan melibatkan instansi lain terkait (Tim Teknis) yang teridri dari Instansi linkup pertanian, Badan Pertanahan, Dinas Kehutanan dan atau Dinas PU serta Pemda untuk masing-masing instansi tersebut tenaga yang diperlukan adalah sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing, Kegiatan Survey Investigasi (SI) adalah kegiatan Pengumpulan, Pengolahan Data, Pembahasan dan Penetapan Calon lokasi dan Petani serta Pengukuran dan Pemetaan Penyusunan Rancang Bangun Perluasan Areal Hortikultura. Sedangkan tahapan Kegiatan Survey Investigasi antra lain sebagai berikut : 4.2.1. Pengumpulan Data Kegiatan ini merupakan pengumpulan data sekunder dan data primer dan peta-peta. Data sekunder dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif, data tersebut diperoleh dari instansi terkait, sedangkan untuk data primer diperoleh dilapangan dengan caraPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

20

wawancara terhadap calon petani dan masyarakat setempat, pengamatan atau pengukuran langsung di lapangan terhadap calon lokasi yang akan dikembangkan. a. Pengumpulan Data Sekunder Data kualitatif meliputi informasi Kebijakan Tata Ruang dalam Pembangunan Daerah, Kondisi Sosial Budaya masyarakat. Sedangkan Data Kuantitatif meliputi : Potensi luas baku lahan, Perkembangan Luas Penggunaan Lahan Luas dan penyebaran lahan menurut jenis dan penggunaan Luas lahan menurut status kepemilikan dan penguasaan lahan Jumlah penduduk dan penyebarannya Jumlah Tenaga Kerja Kondisi Iklim (Suhu, Kelembabab Udara, Angin dan Curah Hujan) Sarana transportasi darat, laut dan udara dan sarana telekomunikasi serta listrik Prasarana Pemasaran Produksi Sarana Pengolahan dan Pergudangan Produksi Sumberdaya air (sungai, danau, irigasi, Dam dan air tanah dangkal dan air tanah dalam) Statistik indikator ekonomi daerah dan masyarakat. Peta-peta dasar meliputi :21

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

Peta batas administrasi wilayah Peta Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/Daerah atau Kabupaten (RUTRD/K) Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan Peta Rencana Lokasi Peta Topografi Peta Vegetasi Peta Kesesuaian Lahan Peta Iklim Peta Penyebaran dan Pencadangan Lahan. b. Pengumpulan Data Primer Berdasarkan hasil koordinasi dan pengumpulan data sekunder, maka ditetapkan calon lokasi yang akan disurvey ke lapangan. Untuk mendapatkan data primer tersebut dilakukan dengan turun langsung ke lapangan melalui sosialisasi ke masyarakat/ calon petani penerima manfaat. dilakukan dengan cara Teknik pengumpulan data pengamatan atau wawancara,

pengukuran langsung di lapangan, data yang diperlukan dalam kegiatan ini seperti tercantum pada lampiran 2. c. Pengolahan Data Setelah data sekunder dan primer dikumpulkan, maka untuk selanjutnya dilakukan pengolahan data dan dimasukan dalam tabulasi investigasi untuk selanjutnya dilakukan pembahasan dengan instansi terkait untuk menentukan kelayakannya berdasarkan kriteria kelayakan calon petani, calon lokasi danPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

22

persyaratan ekonomis, hasil pembahasan berupa kesepakatan calon lokasi yang dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Bupati/ Wali Kota. d. Kriteria Kelayakan Calon Petani dan Calon Lokasi dalam Kawasan yang memenuhi Persyaratan Teknis, Sosial Budaya dan Ekonomis Calon lokasi yang akan dikembangkan sebagai kegiatan perluasan areal hortikultura harus memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah/ Daerah yang telah ditetapkan oleh instansi pemerintah daerah masing-masing, oleh karena itu kriteria persyaratan calon lokasi harus memenuhi pertimbangan kelayakan petani, teknis, sosial budaya dan ekonomis dengan persyaratan sebagai berikut: Persyaratan Petani Petani merupakan penduduk dari Kecamatan/ desa terpilih dengan dibuktikan Surat Keterangan Tanda Penduduk setempat. Petani sebagai pemilik dan penggarap dan tidak diperkenankan petani pemilik tapi bukan penggarap Kemampuan permodalan (financial) terbatas dan memiliki lahan usahatani maksimal 1 Ha (untuk di Pulau Jawa dan Bali) dan maksimal 2 Ha (untuk diluar Pulau Jawa dan Bali) Umur petani maksimal 55 tahun dan masih produktif bekerjaPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

23

Petani pada saat yang sama tidak menerima paket bantuan dari proyek sejenis Petani bersedia membuat suatu kelompok (wadah) untuk bekerjasama dalam melakukan perluasan areal

hortikultura dalam satu hamparan (dengan luas minimal satu hamparan 10 Ha) dan atau /kawasan dan bersedia serta mengelola dan memanfaatkannya (embrio

kelompok usahatani perluasan areal hortikultura berwawasan agribisnis) Petani bersedia mengikuti bimbingan dan segala ketentuan teknologi pembukaan lahan dan budidaya didalam kegiatan perluasan areal hortikultura Petani harus dapat memberikan kontribusinya, minimal dalam bentuk tenaga Petani memiliki dedikasi yang baik dan bersedia memelihara lahan dan tanaman secara berkelanjutan sesuai anjuran Petani tidak menuntut ganti rugi lahannya apabila dilakukan pembangunan infrastruktur jalan pada lokasi kebunnya. Persyaratan Calon Lokasi Calon Lokasi harus sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah/Daerah Kabupaten/ Kota

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

24

Calon Lokasi telah mendapatkan persetujuan dari Bupati/Wali Kota Calon Lokasi Bukan merupakan Kawasan Hutan Lindung Calon Lokasi berada pada peruntukan kawasan budidaya pertanian Pada calon lokasi masih tersedia potensi Lahan untuk dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan perkebunan hortikultura Lokasi lahan mempunyai aksessibilitas yang baik, sehingga mudah untuk dijangkau Calon lokasi tidak dalam keadaan sengketa kepemilikan lahan Calon lokasi tidak tumpang tindih dengan program dan kegiatan proyek lain Calon lokasi memiliki batas kepemilikan yang jelas, dengan luas kepemilikan maksimal 1 Ha untuk di Pulau Jawa dan Bali dan maksimal 2 Ha untuk di luar Pulau Jawa dan Bali Mayoritas Penduduk pada calon lokasi berusahatani Kemiringan /Topografi calon lokasi masih pada batas yang layak untuk pengembangan komoditas hotikultura (maksimal 30%) Sifat Fisik dan Kesuburan lahan pada calon lokasi relatif baik

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

25

Faktor Ikilim (Curah hujan, Angin, Kelembaban dan Suhu) sesuai untuk pengembangan Komoditi hortikultura Sumberdaya air (Sungai, danau, dam, air tanah dangkal dan air tanah dalam) memungkinkan untuk pengembangan hortikultura Persyaratan Ekonomis Skala luasan kegiatan perluasan areal hortikultura harus memenuhi standar skala ekonomi (10 30 Ha) yang menguntungkan sesuai jenis komoditi dan sedapat mungkin pada lokasi pengembangan masih tersedia cukup luas (dapat memenuhi standar perkebunan hortikultura 500 1.000 Ha). Biaya operasional dan pemeliharaan diusahakan seefisien mungkin, disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan petani setempat Komoditi yang akan dikembangkan terdapat jaminan pemasaran dari pedagang atau swasta baik lokal, regional maupun ekspor Lokasi mudah dijangkau dari Ibu Kota Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi sehingga produksi yang dihasilkan mudah terangkut dan tidak rusak ditempat Untuk jangka panjang minimal tersedia sarana tempat penampungan, pengolahan hasil pada wilayah tersebut.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

26

Persyaratan Daerah Kabupaten/Kota yang mendapatkan alokasi kegiatan Perluasan Areal Hortikultura Bersedia menanggung biaya pembinaan, baik persiapan, pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan dalam bentuk pembinaan yang tidak ditanggung oleh Pusat, besaran biaya tersebut disesuaikan dengan kemampuan pendapatan daerah. Diutamakan kabupaten/kota yang bersedia sharing dengan kegiatan seperti pembangunan badan jalan kebun, jalan produksi, pelatihan petani dan petugas dalam bidang perluasan areal hortikultura serta

pembangunan sarana lainnya. Diutamakan Kabupaten/Kota yang memperioritaskan Pembangunan Pertanian sesuai dengan yang termaktub didalam Revitalisasi Pembangunan Pertanian Pengembangan Komoditas Hortikultura yang akan diusahakan, merupakan prioritas utama di

Kabupaten/Kota tersebut. Secara aktif dan priodik menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan perluasan areal hortikultura ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

27

Seluruh hasil investigasi calon lokasi yang layak maupun tidak layak untuk perluasan areal hortikultura terekam pada lampiran 3. 4.3. Pengukuran, Pemetaan dan Desain Kegiatan pengukuran, pemetaan dan desain merupakan rangkaian kegiatan kelanjutan dari Survey Investigasi (SI) dilaksanakan secara swakelola oleh Petugas Dinas Pertanian Kabupaten / Kota dengan melibatkan instansi lain terkait (Tim Teknis) yang teridri dari Instansi linkup pertanian, Badan Pertanahan, Dinas Kehutanan dan atau Dinas PU serta Pemda untuk masing-masing instansi tersebut tenaga yang diperlukan adalah sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing, Kegiatan ini meliputi pembuatan peta situasi lokasi, pengukuran, pembuatan peta dasar teknis, pembuatan peta topografi dan pembuatan rancangan/ desain kebun hortikultura dan perhitungan rancangan anggaran biaya pembukaan kebun hortikultura. Adapun tahapan kegiatannya antara lain sebagai berikut : 4.3.1. Peta Situasi Lokasi Peta situasi lokasi (dibuat diatas peta present land use dengan skala sama dengan peta yang ada), penetapan lokasi perluasan areal kawasan yang akan dikembangkan harus memperhatikan koordinat geografisnya pada peta present land use. Dalam peta situasi lokasi tersebut dilengkapi dengan data - Peruntukan lahan - Batas alam seperti sungai, bukit, rawa dan lain-lain - Jenis vegetasiPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

28

- Batas kampung, desa, kebun yang ada, areal yang tidak dapat dikembangkan dll. - Batas blok hamparan yang didasarkan pada kemiringan lahan - Tata letak (lay out) jalan yang sudah ada terutama jalan kecamatan, jalan desa dan jalan usahatani. 4.3.2. Pekerjaan Pengukuran Pengukuran dapat dilakukan dengan alat ukur teodolit dan atau GPS atau peralatan lainnya. Titik ikat dasar yang dipakai sebagai titik ikat dalam pengukuran poligon utama dan bantuan adalah : Untuk kawasan hutan patok BM dari Kehutanan atau BPN atau jika tidak ada dapat diambil dari daerah dengan ketinggian tertentu. Pengukuran poligon utama dilakukan dengan cara poligon tertutup. Pengukuran rincikan dimulai dari titik poligon utama atau poligon bantuan dan berakhir pada titik poligon utama datau poligon bantuan. 4.3.3. Peta Dasar Teknis Peta dasar teknis Skala peta 1 : 1000 Menggunakan kertas milimeter29

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

-

Pada

setiap

titik

hasil

pengukuran

dicantumkan

ketinggian/elevasinya Peta dasar teknis ini merupakan dasar pembuatan peta topografi dan peta rancanagan. 4.3.4. Peta Topografi Peta Topografi - Skala peta 1 : 1000 - Ukuran Kertas gambar A 1 atau A 2 - Peta dibuat per blok hamparan yang didasarkan pada kemiringan lahan (slope) dengan luas > 10 Ha dengan memuat data : - Garis kontur - Batas-batas alam - Jalan kebun atau jalan produksi yang sudah ada dan yang akan di rencanakan - Batas pemilikan lahan - Batas jenis vegetasi - Jaring-jaring ukur (polygon) utama serta titik-titik hasil pengukuran yang dilengkapi dengan elevasinya 4.3.5. Peta Rancangan Peta Rancangan - Skala peta 1 : 1000 - Ukuran Kertas gambar A 1 atau A 2Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

30

- Peta rancangan memuat : o Tata letak petak-petak lahan usahatani yang akan dirancang, sedapat mungkin dirancang sejajar dengan garis kontour dan rancangan dibuat sesuai dengan batas pemilikan lahan serta memperhatikan kaidahkaidah konservasi lahan o Tata letak jalan kebun / jalan produksi o Elevasi sudut petak-petak lahan usahatani yang sudah dirancang o Rancangan dibuat perluas pemilikan, namun harus memperhatikan kaidah konservasi lahan serta kemiringannya (slope) o Batas jenis vegetasi lahan 4.3.6. Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya - Biaya pembukaan lahan - Biaya pembersihan lahan - Biaya pengolahan tanah termasuk pembuatan galengan dan bangunan konservasi - Biaya pembuatan lubang tanam - Biaya bibit, pupuk dan pestisida - Penanaman

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

31

4.4. Konstruksi Kegiatan konstruksi perluasan areal kawasan hortikultura dilaksanakan secara padat karya dengan melibatkan para pemilik lahan sebagai tenaga kerja. Komponen kegiatan konstruksi adalah : Land clearing (Pembukaan / Pembersihan lahan), besaran biaya land celaring harus disesuaikan dengan jenis / tipe vegetasi yang ada pada calon lokasi. Klasifikasi vegetasi lahan terdiri : (1) Semak alang-alang, (2) Semak belukar, (3) Kebun campuran, (4) Hutan Ringan, (5) Hutan Berat. Pengolahan tanah, dasar perhitungan besaran biaya per hektar untuk pengolahan tanah disesuaikan dengan keadaan topografi lahan, oleh karena itu besaran biaya per hektar untuk pembuakaan lahan harus disesuaikan dengan kemiringan lahan dan jenis vegetasi, seperti matrik dibawah ini:

Matrik Hubungan Vegetasi dan Kemiringan Lahan (Slope)No. 1 2 3 4 5 Veg/Slop 0- 5% 58% 8 15 % 15 20 % 20 % Alang2 x x x x x Semak Alang2 x x x x x Kebun Campuran x x x x x Hutan Ringan x x x x x Hutan Berat x x x x x

Penyiapan lahan

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

32

Pembuatan bangunan konservasi (guludan , teras, saluran pembuang air dan lain-lain disesuaikan dengan kemiringan lahan) berdasarkan hasil desain

Pembuatan lubang tanam, dilakukan dengan ukuran diameter, kedalaman dan jarak antar lubang yang disesuaikan dengan jenis komoditi yang akan dikembangkan berdasarkan hasil desain.

Pekerjaan tersebut diatas dilakukan dengan padat karya untuk seluruh kabupaten.

Pemupukan dasar dan Penanaman Kegiatan pemberian pupuk dasar dilaksanakan setelah lubang tanam selesai dibuat, dan kemudian dilanjutkan kegiatan penanaman setelah diberikan pemberian pupuk dasar dan bibit sudah siap ditanam. 4.5. Pengadaan Sarana Produksi Pertanian Pengadaan saran produksi pertanian terdiri dari : Pengadaan bibit hortikultura buah-buahan seperti : mangga, pisang, jeruk, manggis dan durian Pemilihan bibit buah-buahan disesuaikan dengan kondisi

agropedoklimat setempat dan potensi kesesuaian lahan. Disamping itu, pemilihan jenis komoditas disesuaikan dengan permintaan pasar yang sudah ada, baik pasar lokal / domestik, nasional maupun internasional seperti di daerah-daerah perbatasan. Bibit hortikultura buah-buahan yang akan diadakan, menggunakan bibit berlabel / klonalisasi. Pengadaan pupuk dan pestisida / herbisidaPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

33

Untuk pengadaan pupuk dan pestisida / herbisida disesuaikan dengan jenis komoditas yang akan ditanam. Dalam pelaksanaan pengadaan saprodi dilakukan oleh pihak ketiga dan mengacu sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sedangkan perhitungan jumlah saprodi yang diperlukan mengacu pada jumlah populasi untuk masing-masing komoditas. - Jeruk dengan jarak tanam 5 x 6 m atau 6 x 6 m berkisar 277 s/d 330 batang/ ha - Mangga dengan jarak tanam 8 x 8 m atau 10 x 10 m berkisar 100 s/d 156 batang/ha - Manggis dengan jarak tanam 8 x 8 m atau 10 x 10 m berkisar 100 s/d 156 batang/ha - Pisang dengan jarak tanam 3 x 4 m atau 4 x 4 m berkisar 625 s/d 830 batang/ha - Durian dengan jarak tanam 8 x 8 m atau 10 x 10 m berkisar 100 s/d 156 batang/ha. Perhitungan jumlah populasi mengacu pada syarat tumbuh pada lampiran 4.

4.6. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan terutama diarahkan pada kegiatan bangunan yang telah dikonstruksi (pembuatan bangunan konservasi, jalan kebun / jalan produksi dan lain-lain) serta pemeliharaan tanaman secara berkala yang

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

34

dilakukan oleh petani peserta yang terhimpun dalam wadah kelompok tani secara swadaya dengan mendapat bimbingan dari petugas lapangan. Sebelum tanaman pokok menghasilkan, pada sela-sela tanaman pokok dapat dilakukan tumpang sari dengan tanaman pangan atau tanaman hortikultura lainnya (sayuran). Sedangkan untuk pembiayaannya oleh pemda setempat atau swadaya.

4.7. Monitoring dan Pelaporan Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura perlu dilakukan pemantauan / monitoring secara berkala dan berkelanjutan oleh petugas baik dtingkat propinsi maupun kabupaten, sehingga dapat dievaluasi sebagai bahan perumusan dan kebijakan lebih lanjut didalam pembangunan pertanian. Laporan perkembangan tersebut harus disampaikan ke pusat c.q. Direktorat Perluasan Areal, Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air dan paling lambat diterima pada tanggal 10 bulan berjalan. Alur pelaporan ini dimulai dari kabupaten yang disampaikan ke propinsi dan paling lambat sudah diterima di propinsi paling lambat pada tanggal 5 bulan berjalan dan untuk selanjutnya propinsi menyampaikan ke pusat. Contoh

pembuatan laporan dapat dilihat pada lampiran 5a, disamping memonitor dan melaporkan kegiatan tahun 2007 juga dilaporkan hasil kegiatan perluasan areal hortikultura tahun 2006 sebagaimana lampiran 5b dan 5c.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

35

V. INDIKATOR KINERJA PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA

Dalam upaya memenuhi kebutuhan akan produk hortikultura, diperlukan usaha peningkatan produksi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi usaha atau produktivitas, mutu produk, keanekaragaman produk dan kontinuitas. Salah satu usaha untuk mencapai kebutuhan tersebut melalui kegiatan pengembangan / perluasan areal hortikultura khususnya dalam aspek penyiapan lahan, penanaman dan pengembangan usahatani hortikultura. Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan perluasan areal tersebut maka diperlukan indikator kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan.

5.1. Indikator Masukan (Inputs) Indikator inputs adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan perluasan areal kawasan hortikultura, yang dalam hal ini antara lain : Penyediaan anggaran baik berasal dari pemerintah (APBN, APBD), bantuan luar negeri, pihak swasta maupun masyarakat. Perangkat peraturan Pemerintah, bahan kebijakan dan Pedoman Data Potensi Lahan yang dapat dikembangkan Sumberdaya manusia Prasarana Penunjang Kerja (fasilitas kantor dan lapangan)

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

36

5.2. Indikator Keluaran (Output) Indikator output adalah segalah sesuatu berupa produk yang dihasilkan (fisik dan atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan, seperti : Terealisasinya anggaran yang disediakan dalam mewujudkan kegiatan tersebut Tersedianya peraturan, bahan kebijakan dan pedoman Tersedianya lahan yang dapat dikembangkan Tersedia sumberdaya manusia dan petugas yang handal dalam melaksanakan kegiatan Tersedianya fasilitas kerja yang memadai 5.3. Indikator hasil (Outcomes) Indikator hasil (outcomes) adalah segalah sesuatu yang mencerminkan dari keluaran kegiatan pada jangka menengah, seperti antara lain: Termanfaatkannya peraturan, bahan kebijakan dan pedoman dalam perluasan areal Terwujudnya perluasan areal kawasan hortikultura baru Terciptanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien Berfungsi semua fasilitas kerja yang ada.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

37

5.4. Indikator Manfaat (Benefit) Indikator manfaat adalah segala sesuatu yang dapat dirasakan oleh masyarakat / yang diharapkan oleh masyarakat dari perluasan areal hortikultura, seperti antara lain : Terciptanya sentra komoditas hortikultura baru (kebun hortikultura) Terserapnya tenaga kerja setempat (berkurangnya pengangguran) Membaiknya sarana dan prasana disekitar wilayah perluasan areal hortikultura

5.5. Indikator Dampak (Impacts) Indikator dampak (impacts) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan lain dari capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan, seperti antara lain : Tercipta kehidupan masyarakat yang lebih baik Terwujudnya peningkatan pendapatan masyarakat Terciptanya sumber-sumber pertumbuhan ekonomi Terwujudnya penataan lingkungan usahatani yang lebih baik.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

38

Lampiran 1. RENCANA KEGIATAN PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA TA 2007No 1 Prop/Kab/Kota Prop. Jawa Barat Karawang Purwakarta Subang Sumedang Kab. Tasikmalaya Kab. Bogor Kab. Majalengka 2 Prop. Jawa Tengah Banjar negara Pekalongan Purbalingga Jepara Prop. Jawa Timur Kab. Malang Prop. NAD Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Selatan Kab. Aceh Utara Kab. Bireuen Kab. Nagan Raya Kab. Bener Meriah Prop. Sumatra Utara Kab. Asahan 30 26 30 30 30 30 30 jeruk jeruk jeruk jeruk jeruk jeruk jeruk Vol (Ha) Komoditi

30 30 30 30

pisang durian durian jeruk

3

20

jeruk

4

30 30 30 30 30 30 30

durian durian jeruk durian jeruk durian jeruk

5

75

mangga39

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

No

Prop/Kab/Kota Kab. Labuhan Batu Kab. Tapanuli Tengah Kab. Tapanuli Utara Kab. Langkat

Vol (Ha) 30 30 30 30

Komoditi mangga durian jeruk durian

6

Prop. Sumatra Barat Kab. Lima Puluh Kota Kab. Agam Kab. Padang Pariaman Kab. Pasaman Kab. Pesisir Selatan Kab. Solok Kab. Solok Selatan Kab. Dharmas Raya Kab. Tanah Datar Kab. Sijunjung Prop. Riau Kab. Bengkalis Kab. Indragiri Hilir Kab. Kampar Kab. Pelalawan Prop. Jambi Kab. Batanghari Kab. Bungo Kab. Muaro Jambi Prop. Sumatera Selatan Kab. Lahat Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Oku Timur

30 30 30 30 30 30 30 30 10 30

jeruk jeruk pisang jeruk manggis jeruk jeruk jeruk jeruk manggis

7

30 30 30 30

durian jeruk manggis manggis

8

30 60 30

Jeruk Jeruk Jeruk

9

30 30 30 30

manggis jeruk jeruk jeruk40

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

No

Prop/Kab/Kota

Vol (Ha)

Komoditi

10

Prop. Lampung Kab. Lampung Barat Kab. Lampung Selatan Kab. Lampung Tengah Kab. Tanggamus Prop. Kalimantan Barat Kab.Kapuas Hulu Kab. Pontianak Kota Singkawang Kota Pontianak Prop. Kalteng Kab. Barito Selatan Kab. Barito Utara Kab. Kotawaringin Timur Kab. Pulang Pisau Kab. Murung Raya Kab. Kapuas Prop. Kalsel Kab. Banjar Kab. Tapin Prop. Kaltim Kab. Berau Kab. Bulungan Kab. Kutai Barat Kab. Nunukan Kab. Pasir Kota Tarakan Kab. Penajem Paser Utara

30 30 30 30

pisang pisang jeruk manggis

11

30 100 44 150

manggis manggis durian pisang

12

30 30 30 30 30 25

durian durian pisang pisang durian jeruk

13

40 84

jeruk jeruk

14

30 30 30 50 30 30 30

pisang durian jeruk durian pisang jeruk durian41

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

No

Prop/Kab/Kota

Vol (Ha)

Komoditi

15

Prop. Sulawesi Utara Kab. Bolaang Mangondow Kab. Minahasa Selatan Kab. Minahasa Utara Prop. Sulawesi Tengah Kab. Donggala Kab. Parigi Moutong

35 30 35

pisang kentang mangga

16

30 30

mangga durian

17

Prop. Sulawesi Selatan Kab. Bone Kab. Bulukumba Kab. Luwu Utara Kab. Maros Kab. Pangkep Kab. Selayar Kota Palopo Prop. Sulawesi Tenggara Kab. Kolaka Kab. Muna Kab. Konawe Selatan Prop. Maluku Kab. Maluku Tengah Kab. Maluku Tengara Barat Prop. Bali Kab. Badung Kab. Tabanan Prop. NTB

30 30 30 30 30 30 30

durian jeruk durian durian jeruk jeruk durian

18

30 48 50

durian jeruk durian

19

50 24

jeruk jeruk

20

35 35

manggis manggis

21

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

42

No

Prop/Kab/Kota Kab. Bima Kab. Dompu Kab. Lombok Tengah Kab. Sumbawa Barat Kota Bima

Vol (Ha) 30 30 30 40 50

Komoditi pisang mangga manggis mangga mangga

22

Prop. NTT Kab. Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Manggarai Barat Ngada Flores Timur Prop. Papua Kab.Biak Numfor Kab.Jayapura Kab.Jayawijaya Kab.Merauke Kab.Nabire Kota Jayapura Prop. Bengkulu Kab. Rejang Lebong Kab. Kepahiang Prop. Maluku Utara Kab. Halmahera Barat Kab. Halmahera Timur Kota Tidore Kepulauan Kab. Halmahera Utara Prop. Bangka Belitung

30 50 30 30 30 30

jeruk jeruk jeruk pisang pisang pisang

23

30 30 30 40 30 30

pisang durian jeruk mangga jeruk durian

24

50 50

durian jeruk

25

30 30 30 30

jeruk jeruk mangga mangga

26

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

43

No

Prop/Kab/Kota Bangka Tengah Bangka Selatan

Vol (Ha) 30 10

Komoditi jeruk jeruk

27

Prop. Gorontalo Kab. Gorontalo Kab. Bone Bolango Prop. Kep. Riau Natuna Bintan Prop. Irja Barat Kab. Sorong Kab. Manukwari Prop. Sulawesi Barat Kab. Mamuju Kab. Mamuju Utara TOTAL

50 60

dr,mggs,jrk durian

28

30 50

mangga mangga

29

60 30

durian mangga

30

30 30 4,176

jeruk jeruk

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

44

Lampiran 2. QUESTIONER IDENTIFIKASI CALON LOKASI PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA I. Calon Lokasi Pengembangan Propinsi Kabupaten/Kota Kecamatan Desa : : : : .. .. .. ..

Jarak lokasi ke desa .. km, ke kota Kecamatan km, ke kota Kabupaten/ Kota km dan ke propinsi km. Ketinggian tempat diatas permukaan laut (dpl) m. Letak Koordinat lokasi berapa Lintang Utara (LU) dan Lintang Selatan (LS) serta Bujur Timur. II. Keadaan Umum Lokasi Jenis vegetasi lahan calon lokasi - Tegalan - Semak belukar - Hutan ringan - Hutan berat - Lain lain Tingkat kemiringan lahan - Datar - BergelombangPetunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

45

- Berbukit - Bergunung Sumber pengairan - Irigasi - Tadah hujan - Sungai - Air Tanah - Lain-lain sebutkan Curah Hujan per tahun .. mm Sarana dan Prasarana yang sudah ada - Jalan Usahatani sebutkan panjangnya - Jalan desa sebutkan kondisinya - Kios Saprodi unit - Bangunan Konservasi sebutkan - Pasar

III.

Jenis Komoditi hortikultura Buah-buahan (jeruk, mangga, durian, manggis, pisang dll) sebutkan.

IV.

Sumberdaya Petani dan Kepemilikan Lahan Daftar nama petani dan luas kepemilikan lahan per petani Status kepemilikan lahan petani, tanah adat, girik, sertifikat Kesanggupan petani.

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

46

V.

Faktor Penunjang Usahatani Ketersediaan bibit Ketersediaan pupuk dan pestisida Ketersediaan alsin

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

47

Lampiran 4.

SYARAT TUMBUH KOMODITI UNGGULAN

No .1.

Persyaratan TumbuhIklim Tempratur (oC) Curah Hujan (mm/thn) Kelembaban Udara (%)

Durian22- 30 1500 2500 45 50 Lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, lempung berliat Sedangbaik 150 cm 800 67 5 20

Mangga24 -30 750 2000 Lempung berpasir, lempung, lempung berdebu Lempung berliat Sedangbaik 100 cm 600 5.5 6 15

Komoditas Pisang16 -38 1500 2500 60 Lempung berpasir, lempung, lempung berdebu Lempung berliat Sedangbaik 50 200 100 250 4.5 7.5 5 20

Jeruk25 -30 1900 2400 Lempung berpasir, lempung, lempung berdebu Lempung berliat Sedang baik 50 150 600 -1200 5 - 7.5 5 20

Manggis22 -32 1500 2500 Lempung berpasir, lempung, lempung berdebu Lempung berliat Sedang baik 50 200 500 600 5 7.5 15

-

2.

Tanah Tekstur

Bahan Organik Kedalaman Solum( cm) Tinggi Tempat (dpl) (m) pH tanah Kemiringan Lahan (%) 3. Budidaya Lubang Tanam(pxlxd) cm Jarak Tanam ( p x l ) m Populasi Tanaman

60x60x60 10 x 10 100 btg

60x 60 x60 8x8 156 btg

60x60x60 4x4 625 btg

60x60x60 6x6 277 btg

60x60x60 10 x 10 100 btg

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

48

Lampiran 5a. OUT LINE LAPORAN PERLUASAN AREAL HORTIKULTURA Laporan kegiatan perluasan areal hortikultura merupakan tolok ukur kemajuan pelaksanaan kegiatan yang harus dilaporkan terus perkembangannya setiap bulannya. Laporan tersebut terdiri dari :

Laporan Awal (persiapan), Laporan pelaksanaan dan Laporan Akhir. Out line Laporan Awal (Persiapan) meliputi : PENDAHULUAN - Latar belakang - Tujuan dan Sasaran POTENSI WILAYAH - Potensi Areal - Potensi Penduduk - Potensi Ekonomi dan Sosial Budaya PERSIAPAN ADMINISTRASI - Penetapan SK-SK Penggunaan Anggaran - Penerbitan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan - Penetapan Tim Teknis, Panitia Pelelangan PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT KESIMPULAN

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

49

Out Line Laporan Pelaksanaan Kegiatan PENDAHULUAN - Latar Belakang - Tujuan dan Sasaran HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN - Survey Investigasi - Desain - Kosntruksi - Pengadaan Saprodi - Dokumentasi PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT KESIMPULAN DAN SARAN Out Line Laporan Akhir PENDAHULUAN - Latar Belakang - Tujuan dan Sasaran POTENSI WILAYAH - Potensi Areal - Potensi Penduduk - Potensi Ekonomi dan Sosial Budaya HASIL PELAKSANAAN - Administrasi Penetapan SK-SK Penggunaan Anggaran Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

50

Realisasi Keuangan Teknis Survey Investigasi Desain Konstruski Pengadaan Saprodi Dokumentasi PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT KESIMPULAN DAN SARAN

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

51

Lampiran 5b. LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA TA 2006Propinsi : No. Kab / Kota Kecamatan Desa Luas (ha) Nama Kel. Tani Jumlah Petani Peserta Jenis Komoditas Jumlah (btg /stek) Keterangan / Permasalahan

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

0

Lampiran 5c. LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL KAWASAN HORTIKULTURA TA 2007Propinsi : No. Kab / Kota Kecamatan Desa Luas (ha) Nama Kel. Tani Jumlah Petani Peserta Jenis Komoditas Jumlah (btg /stek) Keterangan / Permasalahan

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

1

Lampiran 5d. LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL HORTIKULTURA TA. 2007 TINGKAT PROPINSI

POSISI BULAN DINAS :

:

PROPINSI : Target Keuangan (Rp.000) Realisasi Keuangan (Rp.000) %

No 1.

Kegiatan Kab. SID KONSTRUKSI SAPRODI

Volume Ha

Fisik Vol %

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

2

Lampiran 5e. LAPORAN KEMAJUAN KEGIATAN PERLUASAN AREAL HORTIKULTURA TA. 2006 TINGKAT KABUPATEN

POSISI BULAN DINAS : KAB : PROPINSI :

:

No

Kegiatan

Volume Ha

Target Keuangan (Rp.000)

Fisik Vol %

Realisasi Keuangan (Rp.000) %

1.

Kecamatan SID KONSTRUKSI SAPRODI

Petunjuk Teknis Perluasan Areal Hortikultura

3