PETUNJUK PELAKSANAAN -...

25
PETUNJUK PELAKSANAAN PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013

Transcript of PETUNJUK PELAKSANAAN -...

PETUNJUK PELAKSANAAN

PENYEDIAAN DAN PERCEPATAN PENYEBARAN VUB MELALUI UPBS DI

PROVINSI BENGKULU

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU

2013

1

PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.25/011/JUKLAK/2013

1. JUDUL RODHP : Penyediaan dan Percepatan

Penyebaran VUB Melalui UPBS di Provinsi Bengkulu

2. JENIS KEGIATAN : Perbenihan/UPBS di Provinsi Bengkulu 3. LOKASI KEGIATAN : Provinsi Bengkulu

4. TUJUAN

Tujuan kegiatan Produksi Benih/UPBS pada tahun 2013 adalah:

1. Memprediksi kebutuhan benih, varietas, sebaran/distribusi varietas padi,

jagung dan kedelai (mapping) di Provinsi Bengkulu.

2. Menyediakan benih sumber VUB tanaman pangan strategis (padi, jagung dan

kedelai) spesifik lokasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, permintaan,

preferensi, karakteristik agroekosistem dan sosial-budaya masyarakat

Bengkulu.

3. Mempercepat penyebarluasan dan adopsi VUB tanaman pangan strategis (padi,

jagung dan kedelai) spesifik lokasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang

Pertanian.

4. Mengevaluasi peran dan dukungan kelembagaan perbenihan dalam penyediaan

dan penyebarluasan VUB di Provinsi Bengkulu.

5. TAHAPAN PELAKSANAAN

Target produksi benih yang dilakukan oleh UPBS BPTP Bengkulu untuk

komoditas padi adalah 10 ton untuk benih berlabel putih dan 15 ton untuk benih

berlabel ungu. Untuk komoditas jagung target produksinya 5 ton benih yang

berlabel putih dan ungu dan komoditas kedelai ditargetkan sebanyak 1 ton benih

yang berlabel putih dan ungu. VUB yang terseleksi akan ditangkarkan sebagai

benih sumbernya, diantaranya Inpara 1, 2, Banyuasin, Indragiri, Inpari 6, 10, 13,

20, dan Inpago 8, selain itu ditangkarkan juga benih sumber untuk jagung dengan

varietas Sukmaraga dan kedelai varietas Argomulyo, Anjasmoro, Burangrang dan

Tanggamus untuk mengantisipasi permintaannya yang diperkirakan cukup tinggi di

Bengkulu pada tahun 2013.

2

Untuk mencapai output tersebut diperlukan tahapan kegiatan sebagai

berikut:

1. Koordinasi internal dan antar institusi

Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan

ataupun seminar di BPTP Bengkulu. Pertemuan direncanakan dilaksanakan setiap

bulan. Dalam pertemuan ini akan dievaluasi kemajuan kegiatan, hambatan dan

kendala, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut kegiatan

UPBS.

Kegiatan UPBS dalam logistik benih di daerah bertujuan untuk mendukung

pemenuhan kebutuhan benih sumber di daerah. Dengan demikian UPBS perlu

berkoordinasi dengan Dinas maupun kelembagaan perbenihan setempat antara lain

BPSB, BBI, BBU, Instalasi Kebun Benih, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)

Perbenihan, penangkar dan produsen benih. Kegiatan koordinasi dilakukan pada

tahap persiapan untuk perencanaan produksi benih sumber sampai dengan tahap

distribusi. Hal ini untuk menjamin bahwa benih yang akan dihasilkan diketahui oleh

lembaga perbenihan setempat dan sesuai dengan kebutuhan maupun menampung

aspirasi dari stakeholders. Oleh karena itu, informasi produksi benih yang dihasilkan

harus disebar luaskan, agar stakeholders dan masyarakat mendapatkan informasi

ketersediaan benih di UPBS.

Koordinasi antar institusi baik di tingkat regional (stakeholders di provinsi

dan Kabupaten) maupun nasional. Koordinasi di tingkat regional, khususnya

ditingkat kabupaten direncanakan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan

kegiatan kegiatan kepada stakeholders (Dinas Pertanian Kabupaten, Badan

Pelaksana Penyuluhan maupun BPSB Koordinator Wilayah Kabupaten). Koordinasi

di tingkat provinsi dilakukan ke Dinas Pertanian Provinsi, Bakorluh dan BPSB

Provinsi). Koordinasi di tingkat nasional dilakukan pada Balai Besar/Balit lingkup

Badan Litbang Pertanian yang merupakan sumber inovasi teknologi dan informasi

(BB Pengkajian, BB Padi, Balitkabi dan Balitserealia).

Koordinasi dengan instituasi ditingkat Provinsi dan Kabupaten, khususnya

dengan pihak BPSB Provinsi maupun BPSB koordinator wilayah dilakukan selain

untuk mendapatkan informasi maupun data mengenai kondisi BBI dan BBU

(alamat, kapasitas produksi dan sarana) yang ada di Provinsi Bengkulu, juga

dilakukan untuk terlaksananya kegiatan sertifikasi benih padi, jagung maupun

kedelai.

3

2. Menghimpun data kebutuhan benih, varietas dan sebaran varietas (mapping).

UPBS bertujuan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan benih sumber di

daerah. Data yang berkaitan dengan kebutuhan benih, varietas, dan sebarannya

sangat diperlukan agar benih yang diproduksi dapat dimanfaatkan secara optimal.

Data ini perlu dikumpulkan baik secara desk studi maupun kunjungan ke lapangan.

Di samping itu juga perlu dipetakan kebutuhan benih dan varietas spesifik lokasi

untuk mempermudah dalam perencanaan maupun dalam penyusunan kebijakan

(policy). Data-data pendukung ini dapat diperoleh dari berbagai sumber

diantaranya BPS, Dinas Pertanian, BPSB, Badan Penyuluhan, BPP, PT Pertani, PT.

SHS, penangkar dll. Data ini ditabulasikan, dianalisis dan dipetakan secara

informatif.

3. Produksi benih sumber Penentuan Lokasi dan Petani Kooperator

Penentuan lokasi dan petani penangkar sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan kegiatan. Petani yang dipilih adalah petani yang kooperatif dan

bersedia untuk mengikuti semua petunjuk teknis yang telah ditentukan.

UPBS perannya tidak hanya memproduksi benih tetapi sekaligus sebagai

media diseminasi. Pemilihan lokasi untuk perbanyakan benih harus memperhatikan

prinsip agronomik dan prinsip genetik. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan

dalam pemilihan lokasi diantaranya adalah: kemudahan akses ke lokasi produksi

(kondisi jalan) dan kondisi fisik lahan. Lahan untuk produksi benih sebaiknya

adalah lahan bera atau bekas pertanaman varietas yang sama atau varietas lain

yang karakteristik pertumbuhannya berbeda nyata, kondisi lahan subur dengan air

irigasi dan saluran drainase yang baik dan bebas dari sisa-sisa tanaman/varietas

lain. Isolasi jarak minimal antara 2 varietas yang berbeda adalah 3 meter. Apabila

tidak memungkinkan, untuk memperoleh waktu pembungaan yang berbeda bagi

pertanaman produksi benih dari varietas yang umurnya relatif sama perlu dilakukan

isolasi waktu tanam sekitar 4 minggu.

BPTP Bengkulu tidak mempunyai kebun percobaan (KP), maka untuk

produksi benih sumber dilakukan kerjasama dengan petani penangkar. Ada dua

cara kerjasama dengan petani kooperator yaitu dengan cara bagi hasil dan sewa

lahan.

Produksi benih melalui mekanisme kerjasama bagi hasil dengan

petani/penangkar dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

4

(1) Melakukan identifikasi calon petani/penangkar dan identifikasi lahan calon

lokasi produksi yang bersedia diajak bekerjasama (bermitra), pada tahapan ini

ada beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya sebaiknya calon

petani/penangkar bersifat inovatif, kreatif, bersedia menerima dan menerapkan

informasi teknologi

(2) Menyusun perjanjian atau kontrak, yang mengatur lingkup kegiatan, lokasi,

kontribusi masing-masing pihak dan sistem bagi hasil. Perjanjian

mencantumkan lingkup kegiatan, waktu, lokasi, dan teknis kegiatan.

Sistem sewa lahan untuk produksi benih dapat dilakukan dengan

petani/penangkar. Dalam operasionalnya tidak berbeda jauh dengan sistem

kerjasama bagi hasil. Sistem sewa lahan harus didasarkan kepada suatu perjanjian

diantara kedua belah pihak yang jelas tertuang di dalam surat perjanjian. Dengan

demikian pemilihan lahan produksi yang akan disewa menjadi hal yang penting.

Dalam perjanjian atau kontrak hendaknya mencantumkan beberapa hal,

diantaranya:

(1). Waktu sewa, luas lahan yang disewa, dan lingkup kegiatan yang akan

dilakukan.

(2). Nilai uang sewa, jangka waktu pembayaran sewa. Adapun besarnya nilai sewa

akan tergantung pada kondisi masing-masing daerah (spesifik wilayah/lokasi).

Untuk perjanjian sewa harus mencantumkan surat keterangan bukan

sengketa dari lurah setempat.

Budidaya , panen , prosesing dan sertifikasi benih a. Padi

1). Persemaian

Tanah diolah, dicangkul atau dibajak dan dibiarkan dalam kondisi macak-

macak selama minimal 2 hari, kemudian dibiarkan mengering sampai 7 hari

agar gabah yang ada dalam tanah tumbuh. Setelah itu, tanah diolah kembali

sekaligus membersihkan lahan dari tanaman padi yang tumbuh.

Bedengan dibuat dengan tinggi 5-10 cm, lebar 110 cm dan panjang

disesuaikan dengan ukuran petakan sawah dan kebutuhan.

Luas lahan untuk persemaian adalah 2-4% dari luas areal pertanaman atau

sekitar 200-400 m2 per hektar pertanaman. Tabur benih secara merata

pada persemaian.

5

Pupuk persemaian dengan urea, TSP dan KCl masing-masing sebanyak 15

g/m2. Benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam.,

lalu disebarkan di persemaian.

Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 20-25 kg.

Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan 25-50 g/m2

atau 0,5-1 kg benih per 20 m2 lahan.

2). Penyiapan lahan

Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak yang pertama, lalu digenangi

selama 2 hari, dan kemudian dikeringkan selama 7 hari. Setelah itu dibajak

yang kedua, lalu digenangi selama 2 hari dan kemudian dikeringkan lagi

selama 7 hari. Terakhir tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan

tanah.

Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakan disemprot

dengan herbisida pratumbuh dan dibiarkan selama 7-10 hari atau sesuai

dengan anjuran.

3). Penanaman

Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari dengan 1-3 bibit

per lubang. Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umur fisiologi yang sama

(dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2 atau 3 daun/batang).

Tanam tegel (20 x 20 cm atau 25 x 25 cm) atau jajar legowo 2:1 / 4:1

(tergantung kondisi lahan dan varietas yang ditanam).

Bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm

Sisa bibit yang telah dicabut diletakkan di bagian pinggir dari petakan, untuk

digunakan dalam penyulaman.

Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam dengan bibit dari varietas

dan umur yang sama. Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan macak-macak

(1-3 cm) selama 7-10 hari.

4). Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk menambah penyediaan hara sehingga

mencukupi kebutuhan tanaman.

6

Dosis pemupukan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Untuk pupuk

Urea, SP36 dan KCI, dosisnya disesuaikan dengan ketersediaan unsur P, N

dan K dalam tanah.

5). Pengairan

Selesai tanam, ketinggian air sekitar 3 cm selama tiga hari.

Setelah periode tersebut, air pada petak pertanaman dibiarkan pada kondisi

macak-macak dan dipertahankan selama 10 hari.

Pengairan selanjutnya dilakukan secara intermiten (selang-seling).

Seminggu menjelang panen, lahan mulai dikeringkan agar proses

pematangan biji relatif lebih cepat dan lahan produksi benih tidak becek

sehingga memudahkan saat panen (Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian, 2013b).

6). Penyiangan dan pengendalian OPT

Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh

gulma. Penyiangan dilakukan dua atau tiga kali tergantung pada keadaan

gulma secara khemis, landak atau gasrok. Penyiangan dilakukan menjelang

pemupukan susulan pertama dan kedua. Tujuannya agar pupuk yang

diberikan hanya diserap oleh tanaman padi secara optimal.

Hama dan penyakit merupakan faktor pembatas yang dapat menyebabkan

penurunan hasil. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit harus

dilakukan secara terpadu berdasar pada prinsip-prinsip PHT yaitu 1)

Budidaya tanaman sehat, 2) pelestarian dan pembudidayaan musuh alami,

3) Pengamatan lahan/monitoring secara teratur. Penggunaan pestisida harus

dilakukan dengan bijaksana.

7). Roughing

Roughing adalah membuang tanaman tipe simpang (off type),

campuran varietas lain (CVL) yang memiliki ciri-ciri menyimpang dari varietas

yang diperbanak. Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat

kemurnian genetik yang tinggi. oleh karena itu roughing perlu dilakukan

dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhir pertanaman.

Roughing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri

7

morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi

benihnya. Tujuan dari pelaksanaan roughing adalah agar diproduksi benih yang

memiliki kemurnian genetik yang tinggi sesuai dengan deskripsinya.

Roughing pada fase vegetatif awal ( 35 – 45 HST)

Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan awalnya menyimpang dari sebagian

besar rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang warna kaki atau daun pelepahnya berbeda dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

Roughing pada fase vegetatif akhir/anakan maksimum ( 50 – 60 HST)

Tanaman yang tumbuh di luar jalur/barisan.

Tanaman/rumpun yang tipe pertunasan menyimpang dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang bentuk dan ukuran daunnya berbeda dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang warna kaki atau helai daun dan pelepahnya berbeda dari

sebagian besar rumpun-rumpun lain.

Tanaman/rumpun yang tingginya sangat berbeda (mencolok).

Roughing pada fase generatif awal /berbunga ( 85 – 90 HST)

Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian

besar rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.

Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah berbeda.

8

Roughing pada generatif akhir /masak ( 100 – 115 HST)

Tanaman/rumpun yang tipe tumbuhnya menyimpang dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang bentuk dan ukuran daun benderanya berbeda dari sebagian

besar rumpun-rumpun lain.

Tanaman yang berbunga terlalu cepat atau terlalu lambat dari sebagian besar

rumpun-rumpun lain.

Tanaman/rumpun yang terlalu cepat matang.

Tanaman/rumpun yang memiliki eksersi malai berbeda.

Tanaman/rumpun yang memiliki bentuk dan ukuran gabah warna gabah dan

ujung gabah (rambut /tidak berambut) berbeda.

8). Panen

Saat panen yang tepat adalah pada waktu biji telah masak fisiologis, atau

apabila sekitar 90-95% malai telah menguning. Mutu benih padi setelah panen

biasanya berasosiasi dengan mutu fisiologis, mutu fisik dan kesehatan benih. Salah

satu variabel dari mutu fisiologis benih yang mulai menarik perhatian petani adalah

status vigor benih. Vigor benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh

cepat, serempak dan berkembang menjadi tanaman normal dalam kisaran kondisi

lapang yang lebih luas. Panen pada waktu yang tepat akan mendapatken benih

dengan mutu fisik dan mutu fisologis yang baik.

Persiapan panen

Lahan pertanaman untuk produksi benih dapat dipanen apabila sudah

dinyatakan lulus sertifikasi lapangan oleh BPSB.

Semua malai dari kegiatan roughing harus dikeluarkan dari areal yang akan

dipanen. Hal ini untuk menghindari tercampurnya calon benih dengan malai

sisa roughing.

Persiapkan peralatan yang akan digunakan panen (sabit, karung, terpal, alat

perontok (threser), karung dan tempat/alat pengering) serta alat-alat yang

akan digunakan untuk panen dibersihkan

9

Waktu panen

Panen dilakukan pada waktu biji telah masak fisiologis, atau apabila sekitar

90-95% malai telah menguning.

Proses panen

Dua baris tanaman yang paling pinggir sebaiknya dipanen terpisah dan tidak

digunakan sebagai calon benih.

Panen dapat dilakukan dengan potong tengah jerami padi kemudian dirontok

dengan threser atau potong bawah lalu digebot.

Ukur kadar air panen dengan menggunakan moisture tester.

Calon benih kemudian dimasukan ke dalam karung dan diberi label (yang berisi:

nama varietas, tanggal panen, asal pertanaman dan berat calon benih.) lalu

diangkut ke ruang pengolahan benih.

Buat laporan hasil panen secara rinci yang berisi tentang tanggal panen, nama

varietas, kelas benih, bobot calon benih dan kadar air benih saat panen.

9). Pengeringan

Pengeringan adalah penurunan kadar air benih sampai dengan kadar air

yang aman untuk diproses lebih lanjut. Penjemuran dapat dilakukan dengan

menggunakan lantai jemur atau menggunakan alat pengering (dryer). Tujuan dari

pengeringan adalah menurunkan kadar air benih, yaitu untuk menekan laju

metabolisme benih sehingga benih dapat disimpan dan dapat diolah, memiliki mutu

fisik dan fisiolosis yang baik.

Penjemuran menggunakan lantai jemur

Pastikan lantai jemur bersih dan beri jarak yang cukup antar benih dari

varietas yang berbeda.

Gunakan alas di bagian bawah untuk mencegah suhu penjemuran yang terlalu

tinggi di bagian bawah hamparan.

Lakukan pembalikan benih secara berkala dan hati-hati.

Lakukan pengukuran suhu pada hamparan benih yang dijemur dan kadar air

benih setiap 2-3 jam sekali serta catat data suhu hamparan dan kadar air benih

tersebut.

10

Bila pengeringan menggunakan sinar matahari, penjemuran dilakukan selama

4 – 5 jam. Penjemuran sebaiknya dihentikan apabila suhu hamparan benih

lebih dari 43oC.

Pengeringan dilakukan hingga mencapai kadar air yang memenuhi standar

mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

Penjemuran dengan alat pengering

Bersihkan mesin pengering, pastikan tidak ada benih yang tertinggal dan

pastikan mesin berfungsi dengan baik.

Suhu udara yang mengenai benih sebaiknya disesuaikan dengan kadar air awal

benih (kadar air benih pada saat mulai pengeringan).

Benih dengan kadar air panen yang tinggi, jangan langsung dipanaskan tetapi

di angin-anginkan dahulu (digunakan hembusan angin/blower).

Bila kadar air benih sudah aman untuk digunakan pemanasan, atur suhu

pengeringan benih sehingga tidak melebihi 43oC.

Lakukan pengecekan suhu hamparan benih dan kadar air benih setiap 2-3 jam

dan catat.

Pengeringan dihentikan bila kadar air mencapai kadar air yang memenuhi

standar mutu benih bersertifikat (13% atau lebih rendah).

10). Pengolahan benih

Pengolahan benih pada umumnya meliputi pembersihan benih, pemilahan

(grading) dan perlakuan benih (jika diperlukan). Pembersihan dalam skala kecil

dapat menggunakan tampi atau nyiru sedangkan untuk skala besar dapat

menggunakan air screen cleaner. Grading (pemilahan benih) adalah proses

pemilahan benih berdasarkan bentuk, ukuran dan bobot benih. Grading dapat

dilakukan dengan alat-alat dalam pemilahan benih. Tujuan pembersihan adalah

untuk memisahkan benih dari kotoran (tanah, jerami, dan daun padi yang terbawa)

juga untuk membuang benih hampa. Tujuan dari grading adalah untuk

mendapatkan benih yang lebih seragam dalam ukuran benih (panjang, lebar,

ketebalan), bentuk atau berat jenis benihnya.

11

Prosedur

Sebelum proses pengolahan dimulai, cek peralatan dan bersihkan alat-alat

pengolahan yang akan digunakan. Pastikan bahwa perlatan berfungsi dengan

baik dan benar-benar bersih baik dari kotoran maupun sisa-sisa benih lain.

Untuk menghindari terjadinya pencampuran antar varietas, benih dari satu

varietas diolah terlebih dahulu sampai selesai. Kemudian pengolahan

dilanjutkan untuk varietas lainnya.

Tempatkan benih hasil pengolahan dalam karung baru serta diberi label yang

jelas di dalam dan di luar karung.

Jika alat pengolahan akan digunakan untuk mengolah benih dari beberapa

varietas yang berbeda, mesin/alat pengolahan dibersihkan ulang dari sisa-sisa

benih sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya

campuran dengan varietas lain.

Buat laporan hasil pengolahan yang berisi tentang varietas, kelas benih, berat

benih bersih dan susut selama pengolahan.

b. Jagung

1. Penyiapan Benih

Persyaratan benih bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun

fisiologinya.

Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung

kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah

benih bersertifikat.

2. Perlakuan Benih

Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida, terutama

apabila diduga akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan

lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang

bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik.

3. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan tanaman jagung bertujuan untuk mendapatkan kondisi

lingkungan yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil produksi jagung.

Tujuan pengolahan lahan adalah untuk:

Menyediakan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan tanaman jagung.

12

Memperbaiki sifat fisik tanah.

Mencegah pertumbuhan gulma dan tanaman pengganggu.

Lahan untuk bertanam jagung dapat diolah dengan menggunakan cangkul,

bajak ataupun dengan traktor.

Pengolahan lahan untuk bertanam jagung terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

Memecah

Yang dimaksud memecah pada pengolahan tanah untuk bertanam jagung

adalah mengubah kondisi tanah yang tadinya keras dan padat menjadi

tanah yang gembur dan lunak, agar dapt diproses selanjutnya. Alat untuk

memecah kondisi tanah ini adalah traktor.

Membalik

Membalik tanah pada pengolahan tanaman jagung adalah penggantian atau

pemindahan posisi dari bagian tanah sebelas atas menjadi sebelah bawah

atau sebaliknya.

Hal ini dilakukan karena tiap komposisi tanah yang memiliki sifat yang

berbeda-beda, baik kandungan unsur maupun tingkat kesuburan tanahnya.

Alat yang dipergunakan untuk membalik tanah adalah cangkul.

Meratakan tanah

Proses yang selanjutnya setelah tanah dipecah dan dibalik adalah dengan

diratakan, agar proses perawatan yang lain dapat berlangsung dengan

mudah. Alat yang digunakan untuk meratakan adalah garu, dengan tenaga

sapi atau kerbau atau tenaga manusia.

Keadaan tanah yang diolah sebaiknya dalam keadaan tidak basah sebab

akan lengket dan sukar digemburkan. Selain itu juga tidak terlalu kering,

sebab akan terasa keras, sehingga perlu tenaga yang besar. Jadi sebaiknya

dalam keadaan lembab agar mudah pengolahannya.

Cara pengolahan tanah untuk bertanam jagung, yaitu:

Setelah tanah diolah, maka tanah dibuat bedengan dengan ukuran yang

sesuai dengan luas lahan.

Selain itu di antara bedengan dibuat parit untuk pengaturan pengairan,

yang dalamnya 20 cm dan lebarnya 40 cm.

Segera dilakukan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan

tugal/batang kayu

13

Pembuatan jarak antara lubang tanam bergantung pada kesuburan

tanah dan daya tumbuh benih.

2. Penanaman

Penanaman jagung dilaksanakan pada awal atau akhir musim hujan,

sehingga pada masa pertumbuhan tanaman jagung masih tersedia air dari

curah hujan.

Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dibuat

dengan tugal sedalam 3-5 cm mengisi lubang tanam dengan satu benih

jagung disertai dengan furadan 1 g tiap lubang, jarak tanam 75 x 40 cm

dengan jumlah populasi 55.000 - 66.0000 tanaman/ha.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan dimaksudkan untuk menghindari persaingan tanaman

dengan gulma. Upaya ini dilakukan dengan penyemprotan herbisida

pascatumbuh dan pembumbunan pada saat setelah selesai pemupukan II.

Pemeliharaan selanjutnya dilakukan dengan menjaga tanaman dari

gangguan hama dan penyakit tanaman, dengan memonitor secara kontinu

kondisi OPT di lapangan. Monitoring khusus difokuskan pada penyakit bulai.

Pada pemeliharaan tanaman jagung juga dilakukan kegiatan :

1) Penjarangan dan Penyulaman

Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki

2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling jelek, dipotong dengan pisau atau

gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman

secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman

lain. Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam, kegiatan ini dilakukan

7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih dari jenis

yang sama.

2) Penyiangan

Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman

muda menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-

hati agar tidak mengganggu perakaran yang belum kuat mencengkeram

tanah.

3) Pembumbunan

Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan

pada umur 6 minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug

14

dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman, membentuk

guludan memanjang. Pembubunan juga dilakukan bersamaan penyiangan

kedua.

4) Pemupukan

Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara

pemberian pupuk. Pupuk yang digunakan adalah pupuk ponska 300 kg

dan pupuk urea 200 kg. Pemupukan disajikan pada table berikut :

No Jenis Pupuk Dosis (kg) Waktu Pemberian

Dasar 21 HST 35 HST

1 Ponska 300 150 150

2 Urea 200 75 75 50

Total 500 225 225 50

Pemupukan pada tanaman jagung dilakukan 3 kali, yaitu pada saat

tanaman jagung berumur 7 HST setelah tanam untuk pemupukan

pertama, saat tanaman berumur 21 HST pemupukan kedua, umur 35

HST.

4. Pengandalian OPT

Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung

dilakukan agar tanaman jagung tidak mengalami gangguan kesehatan, yang

akhirnya mengganggu hasil produksinya.

5. Roughing

Roughing dilakukan dengan membuang bagian tanaman yang

menyimpang dari kondisi genotipe yang semestinya. Panduan yang

digunakan dalam roughing tanaman adalah warna batang, warna daun,

tinggi tongkol, tinggi batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai

yang menyimpang dan tanaman yang terinfeksi penyakit segera dibuang.

6. Pemanenan

Sebelum panen, tanaman yang sudah tua dipangkas pucuknya, tepat

di atas tongkol, dan selanjutnya dibiarkan di lapangan sekitar 10 hari. Hal ini

dilakukan agar kadar air tongkol panen dapat turun di bawah 30% sehingga

tidak memerlukan waktu yang terlalu lama untuk menurunkan kadar air

tongkol layak giling yang dianjurkan berkisar antara 16-17%.

15

a. Pengupasan

Jagung dikupas pada saat masih menempel di batang atau

setelah di petik. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di

dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak

menimbulkan kerusakan atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan.

Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan

selama proses pengeringan.

b. Pengeringan

Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan.

Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar

air 9–11%. Penjemuran memakan waktu ± 7-8 hari. Penjemuran dapat

dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat

dan digantung.

Pengeringan buatan pada musim hujan dilakukan dengan mesin

pengering, Suhu pengeringan 38-430 C, sehingga kadar air turun

menjadi 12-13%. Penundaan waktu pengeringan selama 2 hari dapat

meningkatkan kontaminasi Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan

alfa toxin yang dapat meracuni manusia dan hewan. Dari 14 pbb

menjadi 94 pbb (ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb).

c. Pemipilan

Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil menggunakan tangan atau

alat pemipil bila jumlah produksi cukup besar. Untuk memudahkan

pekerjaan pemipilan dilakukan pada tongkol kering dan kadar air bji

18%-20%.

c. Kedelai

1. Penyiapan Lahan

a. Penyiapan lahan sawah tanah tidak perlu diolah, cukup dibersihkan dan

dibuat saluran drainase atau selokan dengan jarak 3 meter khususnya

untuk menghindari genangan air.

b. Pada lahan tegal tanah diolah hingga gembur (olah tanah sempurna) dan

bersih dari gulma.

2. Penanaman

a. Pada lahan sawah, penanaman optimal 7 hari setelah panen padi sawah.

16

b. Perlakuan benih dengan seed treatment antara lain dengan 10 gram

Marshal/kg benih,

c. Untuk mencegah hama lalat kacang, benih ditugal pada kedalaman 2 – 3

cm,

d. Jarak tanam 40x10 cm atau 20x20 cm,

e. Jumlah benih 2-3 biji/lubang.

f. Jumlah lubang 250.000/ha, populasi optimal 450.000 tanaman/ha.

g. Inokulasi dengan PMMG Rhizoplus dosis 150 gr/ha atau dengan Bio P 2000

z.

3. Pemeliharaan

a. Penyulaman

Dilakukan sampai umur 4 (empat) hari setalah tanam.

b. Penyiangan

Penyiangan harus dilakukan seawal mungkin, agar gulma tidak menyaingi

pertumbuhan kedelai. Pertama + 3 minggu setelah tanam, dan kedua + 6

minggu setelah tanam, pada daerah yang sukar tenaga kerja dapat

digunakan herbisida pasca tumbuh.

4. Rouging

Rouging bertujuan untuk menjaga kemurnian benih. Rouging dilaksanakan

sebanyak 3 kali, yaitu :

- Pada saat tanaman berumur 2 minggu

- Pada saat tanaman awal berbunga

- Pada saat tanaman menjelang panen

5. Pemupukan

Pemupukan diberikan pada saat tanam atau pada saat umur 10 (sepuluh) hari

sesudah tanam dengan dosis sesuai dengan anjuran pupuk urea 50 kg, pupuk

TSP 100-150 kg, pupuk KCL 50 kg atau urea 50 kg, SP-36 100 kg dan KCL

75 kg.

6. Pengendalian OPT

Pengendalian OPT pada tanaman kedelai dilaksanakan dengan

menggunakan cara pengendalian hama terpadu. Hama yang sering menyerang

tanaman kedelai antara lain : lalat buah/lalat kacang, penghisap daun,

penghisap polong, dan penggerek biji. Dan penyakit yang sering menyerang

17

tanaman kedelai antara lain : penyakit virus, penyakit sapu setan dan penyakit

karat daun.

a. Aplikasi insektisida yang efektif disesuaikan dengan keperluan, yaitu menurut

intensitas serangan atau populasi hama berdasarkan hasil pengamatan atau

apabila telah mencapai ambang ekonomi, baru dilakukan penyemprotan

dengan insektisida.

b. Nilai ambang ekonomi beberapa hama adalah, lalat kacang: 2% serangan

atau terdapat 1 lalat dewasa per 5 meter baris tanaman, perusak daun:

12,5% kerusakan oleh berbagai ulat atau ditemukan 2-5 ekor ulat muda per

tanaman, khususnya pada periode menjelang berbunga sampai pengisian

polong, Perusak polong: 2% serangan, dengan cara mengamati kerusakan

polong tanaman (10-20 rumpun).

c. Apabila tenaga pengamat hama belum memadai, pengamatan hama dapat

dilakukan pada periode kritis, yaitu 7, 20, 45 da 60 hari.

d. Pengendalian penyakit dilakukan bila tanaman pada umur sekitar 30 hari

terdapat gejala karat daun dan perlu disemprotkan dengan fungisida.

Penyakit karat yang mulai menyerang pada umur 70 hari atau lebih tidak

perlu dikendalikan, karena tidak berpengaruh pada hasil.

7. Pemanenan

a. Saat panen harus tepat (cukup tua) umur kedelai berkisar antara 72-90 hari

tergantung varietasnya.

b. Secara visual saat panen ditandai dengan daun berwarna kuning coklat

kehitaman dan rontok, batang telah kering serta polong berwarna coklat dan

pecah, pada kondisi normal kadar air berkisar 20-24%.

c. Dipanen pagi hari

d. Cara panen adalah memotong pangkal batang menggunakan sabit.

e. Tanaman diupayakan tidak tercabut agar bintil akar Rhizobium tetap dalam

tanah sebagai pupuk.

f. Hasil pemotongan dikumpulkan secara teratur dan dipisahkan bila tingkat

kematangannya berbeda.

g. Pengumpulan dilakukan dengan baik sehingga tidak ada yang tercecer.

8. Pasca Panen

a. Pengeringan

18

Pengeringan brangkasan untuk memudahkan perontokan/pembijian

dilakukan dengan sinar matahari atau pengeringan buatan jika musim

hujan. Pengeringan dilakukan sampai kadar air 17%. Setelah pembijian

dilakukan lagi pengeringan sampai kadar air 14%. Pada musim hujan

pengeringan harus dibantu dengan peralatan dryer.

b. Pembijian

Pembijian dialkuka degan alat perontok/thresher sampai biji

terpisah dari polongnya. Pada saat pembijian kadar air biji 14-17 % dengan

kecepatan silinder mesin 350-400 RPM.

c. Pembersihan biji

Biji kedelai ditampi, digrider diseleksi atas ukuran biji, warna kulit,

keutuhan biji, besar biji, kemudian dijemur dilantai jemur sampai kadar 8-

14 %. Pengeringan harus dilakukan secepatnya untuk mempertahankan

daya tumbuh. Cara menjemur calon benih di atas lantai beralas terpal atau

karung plastik, dengan ketebalan tumpukan biji calon benih 3-5 cm.

d. Pengepakan/pengantongan

1. Untuk keperluan dalam jangka waktu dekat disortasi dijemur sampai

kadar air 10-11%, dimasukkam kantong plastik.

2. Untuk keperluan jangka waktu 6 bulan disortasi, dijemur lagi sampai

kadar air 8-9 % diuji, dimasukkan kantong plastik ukuran 0,10 mm,

disimpan di tempat aman.

3. Untuk jangka waktu panjang/lebih dari 8 bulan disortasi, dijemur sampai

kadar air 8-9 % duji, dimasukkan kantong plastik yang bagian dalam

dilapisi 1 lapis kertas semen, kemudian disimpan ditempat yang aman.

Sertifikasi

Sertifikasi dilakukan oleh BPSB dari calon benih yang telah diproses. Tujuan

sertifikasi adalah untuk menjamin bahwa benih memiliki bermutu tinggi dan berdaya

hasil tinggi dengan identitas genetik yang terjamin. BPSB memberikan sertifikasi

pada benih yang lulus pengujian lapangan dan laboratorium sesuai klasifikasi mutu

yang dicapai.

Penyimpanan dan pengemasan

Penyimpanan benih dapat didefinisikan sebagai upaya mengkondisikan

ruang simpan benih untuk mempertahankan mutu benih. Kondisi penyimpanan

19

yang baik adalah kondisi penyimpanan yang mampu mempertahankan mutu benih

seperti saat sebelum simpan sepanjang mungkin selama periode simpan. Daya

simpan benih dipengaruhi oleh sifat genetik benih, mutu benih awal simpan dan

kondisi ruang simpan. Oleh karena itu, hanya benih yang bermutu tinggi yang layak

untuk disimpan. Sedangkan kondisi ruang yang secara nyata berpengaruh terhadap

daya simpan benih adalah suhu dan kelembaban ruang simpan. Tujuan dari

penyimpanan adalah mempertahankan mutu benih hingga benih siap di tanam.

Kondisi ruang penyimpanan yang baik untuk benih-benih yang bersifat

ortodoks, termasuk padi; adalah pada kondisi kering dan dingin. Beberapa

kaidah yang berkaitan dengan penyimpanan benih adalah: (i) untuk setiap

penurunan 1% kadar air atau 10oF (5,5oC) suhu ruang simpan akan melipat-

gandakan daya simpan benih. Kondisi tersebut berlaku untuk kadar air benih

antara 14% sampai 5% dan pada suhu dari 50oC – 0oC dan (ii) penyimpanan

yang baik bila persentase kelembaban relatif (% RH) ditambah dengan suhu

ruang simpan (oF) sama dengan 100. Untuk memenuhi kondisi demikian,

idealnya ruang simpan benih dilengkapi dengan AC (air conditioner) dan

dehumidifier (alat untuk menurunkan kelembaban ruang simpan).

Gudang penyimpanan selayaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut:

Tidak bocor.

Lantai harus padat (terbuat dari semen/beton)

Mempunyai ventilasi yang cukup, agar terjadi sirkulasi udara yang lancar

sehingga gudang penyimpanan tidak lembab.

Bebas dari gangguan hama dan penyakit (ruangan bersih, lubang ventilasi

ditutup kawat kasa).

Penempatan benih dalam ruang simpan

Setiap benih disimpan secara teratur, setiap varietas terpisah dari varietas

lainnya Sedangkan cara penumpukan hendaknya diatur sedemikian rupa, agar

tumpukan rapih, mudah dikontrol, tidak mudah roboh dan keluar masuk barang

mudah. Apabila benih tidak disimpan dalam rak-rak benih, maka di bagian bawah

tumpukan harus diberi balok kayu agar benih tidak bersentuhan langsung dengan

lantai ruang simpan. Kemudian, pada setiap tumpukan benih dilengkapi dengan

kartu pengawasan yang berisi informasi :

Nama varietas

20

Tanggal panen

Asal petak percobaan

Jumlah/kuantitas benih asal (pada saat awal penyimpanan)

Jumlah kuantitas pada saat pemeriksaan stok terakhir.

Hasil uji daya kecambah terakhir (tanggal, % daya kecambah).

4. Diseminasi dan distribusi benih

Diseminasi dan distribusi benih dilakukan melalui beberapa kegiatan yang

diantaranya adalah sosialisasi, temu usaha, temu lapang, pameran, open house.

Promosi bertujuan untuk menyebarluaskan informasi tentang ketersediaan benih.

Produksi Benih/UPBS BPTP Bengkulu kepada dinas/instansi lingkup pertanian tingkat

Provinsi dan Kabupaten/Kota, BUMN, penangkar dan petani padi. Sosialisasi

dilakukan melalui berbagai kegiatan pertemuan (temu lapang, temu usaha,

sinkronisasi/koordinasi kegiatan dengan stakeholder), penyebarluasan informasi

dalam bentuk tercetak (leaflet, brosur, banner, poster) serta website. Melalui

berbagai kegiatan sosialisasi diharapkan timbulnya sinergi kegiatan antar pelaku

agribisnis (petani, badan usaha, dan pemerintah) dalam mempercepat

penyebarluasan penggunaan VUB tanaman pangan di lahan petani.

Supaya benih yang telah dihasilkan dapat terdistribusi dengan baik kepada

pengguna, maka dapat dilakukan dengan 2 (dua) mekanisme yaitu (1) promosi/

diseminasi dan (2) komersial. Proporsi benih yang dapat dikomersialkan dengan

benih non-komersial (promosi/diseminasi) disesuaikan dengan keragaman kondisi

dan tantangan yang dihadapi di wilayah setempat.

Distribusi dengan kegiatan promosi/diseminasi

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain :

(1) Sosialisasi benih VUB kepada dinas pertanian (provinsi/kabupaten/kota), badan

koordinasi penyuluhan (pada tingkat provinsi) atau badan pelaksana

penyuluhan kabupaten/kota setempat.

(2) Melakukan promosi benih bersama dengan Dinas, penangkar, penjual beras

dan masyarakat dalam bentuk kunjungan lapang, panen bersama.

(3) Pemberian bantuan benih kepada petani melalui dinas pertanian

kabupaten/kota dan/atau badan pelaksana penyuluhan pertanian

kabupaten/kota setempat untuk dimanfatkan dalam kegiatan uji adaptasi

21

varietas, demonstrasi benih unggul (dembul), demplot, display varietas unggul

baru (VUB), kaji terap varietas unggul, dsb.

(4) Temu lapang hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih unggul

(dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas unggul, dsb.

(5) Pertemuan evaluasi hasil kegiatan uji adaptasi varietas, demonstrasi benih

unggul (dembul), demplot varietas unggul, display VUB, kaji terap varietas

unggul, dsb.

(6) Mengikuti atau menjadi peserta pameran dalam rangka hari krida pertanian,

hari ulang tahun (HUT) kabupaten/kota, pameran pembangunan, dsb.

(7) Pemberian bantuan benih VUB kepada penangkar benih melalui ikatan

penangkar dan pedagang benih (IPPB) atau gabungan penangkar dan

pedagang benih (GPPB) atau asosiasi perbenihan yang ada di masing-masing

kabupaten/kota. Monitoring oleh UPBS dalam hal pemanfaatan benih bantuan

perlu dilakukan agar tepat sasaran.

Distribusi benih secara komersial

1). Produksi benih yang dimanfaatkan secara komersial atau dijual, maka hasil

penjualan sepenuhnya harus disetorkan kepada kas negara sebagai pendapatan

negara bukan pajak (PNBP). Pengaturan besar target PNBP dari hasil penjualan

benih UPBS BPTP akan tergantung dari nilai alokasi anggaran biaya produksi

benih, kebijakan manajeman UPBS BPTP setempat serta pertimbangan situasi

dan kondisi lainnya di daerah setempat. Semakin besar proporsi benih yang

dapat dikomersialkan oleh UPBS BPTP mengindikasikan bahwa adanya

kepercayaan masyarakat kepada benih VUB yang dihasilkan oleh UPBS BPTP

tersebut.

2). Pada prinsipnya dalam penyaluran (distribusi) benih, baik yang bersifat bantuan

(gratis) maupun benih yang dikomersialkan (dijual) sebagai PNBP, maka perlu

dilengkapi dengan bukti tanda terima (serah-terima) benih atau berita acara

serah terima benih. Pelaksanaan pengelolaan UPBS harus sesuai Pedoman

Umum Unit Pengelola Benih Sumber Tanaman (UPBS) Badan Litbang Pertanian

Tahun 2011 melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian Nomor:

142/Kpts/OT.160/I/5/2011 tanggal 18 Mei 2011 dan Petunjuk Pelaksanaan

UPBS Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP). Agar

kegiatan pengelolaan UPBS dapat tertib administrasi maka dibutuhkan

instrument berupa kelengkapan dokumen untuk setiap phase kegiatan.

22

Kegiatan pengelolaan UPBS dimulai dari perencanaan sampai dengan

pelaporan. Instrumen di kelompokan dalam 8 kelompok sebagai berikut :

1. Instrumen manajemen

2. Instrumen produksi

3. Instrumen sertifikasi

4. Instrumen pengangkutan benih

5. Instrumen penyimpanan

6. Instrumen distribusi benih

7. Instrumen PNBP

8. Instrumen pelaporan UPBS di SI UPBS

1. Survey peran dan dukungan lembaga perbenihan

Survey ini ini dilakukan untuk mengetahui peran dan aktivitas dari

lembaga perbenihan (BPSB, BBI, BBU, penangkar dll). Data dari kelembagaan

perbenihan yang dikumpulkan diantaranya adalah kapasitas produksi, jenis benih

yang diproduksi, infrastruktur/sarana dan prasarana (jalan, bangunan, alat, dan

mesin).

2. Evaluasi sebaran varietas dan pelaporan

Setiap UPBS harus melakukan penyusunan laporan pelaksanaan UPBS

terdiri dari laporan bulanan, semester dan laporan akhir. Isi laporan meliputi :

(1) data target produksi, (2) perencanaan penanaman, (3) pelaksanaan kegiatan :

lokasi, varietas benih, mekanisme produksi, dll (4) realisasi produksi, distribusi,

(5) peran UPBS dalam memenuhi kebutuhan benih di daerah , (5) permasalahan

dan tindak lanjut.

23

6. JADUAL KEGIATAN

No Uraian Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan, penyusunan (RODHP, Juklak)

2 Penentuan lokasi, petani kooperator

3 Produksi benih di lapangan dan distribusinya

4 Prosesing benih

5 Diseminasi: Temu lapang, Sosialisasi/Open House

7 Evaluasi penyebaran benih dan survey aktivitas lembaga perbenihan

6 Pelaporan (bulanan/semester/akhir)

7. URAIAN TUGAS

No Nama Uraian Tugas Keterangan 1 Dr. Wahyu Wibawa, MP

19690427 199803 1 001 1. Bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan kegiatan 2. Menyusun Laporan Tengah Tahun

dan Laporan Tahunan

Bertanggung jawab kepada Ka

BPTP Bengkulu Menyusun laporan bulanan,

tengah tahun dan laporan akhir kegiatan

2 Andi Ishak, A.Pi, M.Si 19731121 199903 1 003

1. Mempersiapkan dan merencanakan

kegiatan yang dituangkan dalam proposal kegiatan

2. Membuat Laporan

Bertanggung jawab kepada

Penjab kegiatan

3 Yesmawati, SP 19760912 200912 2 001

1. Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan yang dituangkan dalam

proposal kegiatan 2. Membuat Laporan

Bertanggung jawab kepada Penjab kegiatan

4 Ahyadi Jakfar 19630921 199309 1 001

1. Membantu seluruh kegiatan UPBS

2. Membantu penyelesaian keuangan dan administrasi kegiatan

Bertanggung jawab kepada

Penjab kegiatan

5 Yanhar 19630119 198903 1 001

6 Hendri Suyanto 19740401 200701 1 001

24

8. PENGESAHAN

No. Uraian Nama Tanda Tangan

1. Penjab Teknis Pelaksanaan Dr. Wahyu Wibawa, MP

2. Penanggung Jawab Kegiatan Dr. Wahyu Wibawa,MP