PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

15
Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi” Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 168 PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI Kartika Nur Hekmawati, Rusdiyantoro * Program Studi Seni Karawitan Fakultas Seni pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Abstrak Tulisan ini dilatarbelakangi oleh adanya perubahan dan perkembangan garap musikal dari Sekar Macapat Kinanthi menjadi beberapa bentuk gendhing, baik gendhing vokal maupun bentuk gendhing gamelan. Penulis menggunakan istilah perubahan dan perkembangan garap karena pada kenyataannya Sekar Macapat Kinanthi tidak hanya dibentuk menjadi gendhing gamelan saja, akan tetapi juga mengalami perkembangan dalam bentuk sajian vokal yang lain, seperti: sajian bawa dan palaran. Melalui analisis perbandingan sèlèh nada pada setiap baris sekar Macapat Kinanthi dengan beberapa bentuk gendhing sasaran, maka penulis mencoba untuk mengkorelasikan kerangka balungan gendhing, lagu vokal gerongan, dan garap rebaban pada bentuk-bentuk gendhing sasaran dengan sèlèh nada dan alur lagu dari jenis Sekar Macapat Kinanthi yang menjadi dasar penciptaannya. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan oleh penulis adalah pendekatan musikologis, dengan mendasarkan pada konsep garap, balungan, bentuk, dan struktur gendhing. Adanya penelitian ini, karena sebuah pemikiran sebagaimana yang dikemukakan oleh R. Ng. Warsapradangga, bahwa adanya suatu gendhing adalah dari sekar. Kata kunci: garap, karawitan, macapat, Kinanthi, tembang. Abstract This paper is motivated by the change and development of musical works from Sekar Macapat Kinanthi into several forms on both vocal and gamelan pieces. The author uses the term of a change and a development of work because in fact, Sekar Macapat Kinanthi is not only formed into a piece of gamelan, but also develops in other forms of vocal perfoemances, such as: performance of bawa and palaran. Through the comparative analysis of the song notes on each line of the Sekar Macapat Kinanthi with several target pieces, the writer tries to correlate the framework of the balungan gendhing, the vocal song gerongan, and work on the rebaban on the forms of the target piece in the gending and the flow of the song from Sekar Macapat Kinanthi type which is the basis of its creation. Therefore, the approach used by the author is a musicological approach, based on the concept of working on, balungan, form, and piece structure. The existence of this research is based by a thought by R. Ng. Warsapradangga, which stated that the existence from a gending cames from a sekar. Keywords: garap, karawitan, macapat, Kinanthi, tembang. * Penulis Korespondensi Program Studi Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Email: [email protected]

Transcript of PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Page 1: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020168

PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Kartika Nur Hekmawati, Rusdiyantoro*

Program Studi Seni Karawitan Fakultas Seni pertunjukanInstitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Abstrak

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh adanya perubahan dan perkembangan garap musikal dariSekar Macapat Kinanthi menjadi beberapa bentuk gendhing, baik gendhing vokal maupun bentukgendhing gamelan. Penulis menggunakan istilah perubahan dan perkembangan garap karenapada kenyataannya Sekar Macapat Kinanthi tidak hanya dibentuk menjadi gendhing gamelansaja, akan tetapi juga mengalami perkembangan dalam bentuk sajian vokal yang lain,seperti: sajian bawa dan palaran. Melalui analisis perbandingan sèlèh nada pada setiap barissekar Macapat Kinanthi dengan beberapa bentuk gendhing sasaran, maka penulis mencoba untukmengkorelasikan kerangka balungan gendhing, lagu vokal gerongan, dan garap rebaban padabentuk-bentuk gendhing sasaran dengan sèlèh nada dan alur lagu dari jenis Sekar MacapatKinanthi yang menjadi dasar penciptaannya. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakanoleh penulis adalah pendekatan musikologis, dengan mendasarkan pada konsep garap, balungan,bentuk, dan struktur gendhing. Adanya penelitian ini, karena sebuah pemikiran sebagaimanayang dikemukakan oleh R. Ng. Warsapradangga, bahwa adanya suatu gendhing adalah darisekar.

Kata kunci: garap, karawitan, macapat, Kinanthi, tembang.

Abstract

This paper is motivated by the change and development of musical works from Sekar Macapat Kinanthiinto several forms on both vocal and gamelan pieces. The author uses the term of a change and adevelopment of work because in fact, Sekar Macapat Kinanthi is not only formed into a piece of gamelan,but also develops in other forms of vocal perfoemances, such as: performance of bawa and palaran.Through the comparative analysis of the song notes on each line of the Sekar Macapat Kinanthi withseveral target pieces, the writer tries to correlate the framework of the balungan gendhing, the vocalsong gerongan, and work on the rebaban on the forms of the target piece in the gending and the flow ofthe song from Sekar Macapat Kinanthi type which is the basis of its creation. Therefore, the approachused by the author is a musicological approach, based on the concept of working on, balungan, form,and piece structure. The existence of this research is based by a thought by R. Ng. Warsapradangga,which stated that the existence from a gending cames from a sekar.

Keywords: garap, karawitan, macapat, Kinanthi, tembang.

*Penulis Korespondensi Program Studi Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI)Surakarta. Email: [email protected]

Page 2: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 169

Perubahan Format Musikal Macapat Kinanthi Kartika Nur Hekmawati dan Rusdiyantoro

Pengantar

Bagi kehidupan masyarakat Jawa, sekaratau tembang (R Ngabèi Rãnggawarsita, n.d.)awalnya sering digunakan sebagai waosan(Iswanto 2017)1 pada suatu keperluan untukmenghabiskan waktu semalam suntukdengan cara berjaga (lek-lekan), misalnyauntuk keperluan upacara selamatan tujuhbulanan kehamilan (mitoni), selapanan dansepasaran bayi, upacara turun tanah (tedhaksiti), khitanan, syukuran, tolak bala, untukcagak lek (penahan kantuk) dan sebagainya2.Akan tetapi, pada kenyataannya sekarangsekar tidak sekedar disajikan sebagai waosansaja, melainkan hidup dan berkembangsejalan dengan perkembangan duniakarawitan.

Salah satu indikator yangmenunjukkan bahwa sekar juga berkembangsejalan dengan dunia karawitan adalahdengan difungsikannya berbagai macam sekaroleh para seniman untuk digubah menjadibentuk yang berbeda dari bentuknya semula,sehingga mengakibatkan munculnyaberbagai alternatif garap karawitan. Hal inidapat diartikan bahwa para senimanmenggunakan sekar sebagai sumber inspirasisekaligus ide untuk diciptakan menjadi suaturagam sajian sekar dan gendhing gamelan yangbaru. Beberapa jenis sekar yang telahdikembangkan menjadi ragam sajian sekaryang berbeda dengan bentuk sajiannyasemula dapat dicontohkan pada sajian bawasekar, palaran atau uran-uran, sulukan,santiswaran, dan sebagainya. Pada sisi yanglain, banyak pula jenis sekar yang dijadikansebagai sumber inspirasi pada penciptaangendhing gamelan, seperti: lancaran, ketawang,ladrang, merong, inggah, dan sebagainya.Menurut Darsono, gendhing-gendhing yangdiciptakan atau disusun berdasarkan lagusekar atau waosan (baik sekar macapat maupunsekar tengahan) tersebut dinamakan gendhingsekar (Darsono 1980, 4).

Awal munculnya gendhing sekar,menurut penjelasan Darsono dalam skripsiSarjana Mudanya adalah sebagaiberikut(Darsono 1980, 4):

“...Gendhing Sekar lahir pada zamanpemerintahan Paku Buwana IX yangjuga bersamaan dengan masapemerintahan Mangkunegara IV, yaitusekitar abad 19. Peristiwa tersebutberawal dari adanya pertemuankekeluargaan antara PakuBuwana IXdengan Mangkunegara IV diPesanggrahan Langenharja padatahun 1881 Masehi. Di dalampertemuan tersebut, Mangkunegara IVdijamu dengan pergelaran sajiankarawitan Jawa. Dalam perjamuantersebut, di antara gendhing- gendhingyang disajikan terdapat satu gendhingbaru yang sama sekali belum pernahdisajikan, yaitu Bawa Sekar AgengCandrakusuma lampah 16 pedhotan 8-8dhawah Ladrang Pangkur Paripurnalaras Slendro Pathet Sanga denganmenggunakan gerongan yang disusunoleh Raden Mas HaryaTandhakusuma. Salah satu hal baruyang terdapat dalam sajian ini adalahpada Ladrang Pangkur Paripurna, halini dikarenakan ladrang tersebutdisusun berdasarkan sekar macapatPangkur Paripurna laras slendro pathetsanga..”.

Berdasarkan pernyataan tersebutDarsono juga menyatakan bahwa peristiwasejenis belum pernah ada sebelumnya. Akantetapi seiring dengan perkembangan zamandan perkembangan garap karawitan, makajumlah bentuk gendhing yang diciptakanberdasarkan sekar macapat semakin lamasemakin bertambah.

Perkembangan garap musikalbertujuan untuk menjaga kelangsunganhidup sekar macapat tersebut (Darsono 2019).Sedangkan untuk setiap jenisperkembangannya, masing-masing sekarmacapat memiliki tuntutan yang berbeda-beda, yaitu disesuaikan dengan kebutuhandan kepentingan masing-masing, misalnya:lagu vokal sekar macapat dapat dikembangkanke dalam bentuk ura-ura, rerepen, bawa,andhegan gendhing, palaran, ada-ada, dangendhing sekar (Darsono dkk 1995, 33).3

Selain perkembangan yang terjadi pada laguvokal tersebut, sekar macapat juga telahberkembang menjadi berbagai ragam wujud

Page 3: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020170

garap musikal, misalnya menjadi gendhingberbentuk sampak, srepegan, ayak-ayakan,kemudha, lancaran, ketawang, ladrang, merong,dan inggah. Walaupun masing-masing sekarmacapat dapat dikembangkan ke dalamberbagai bentuk sajian tersebut, namun tetaptidak merubah aturan atau pathokan bakuyang mengikutinya, yaitu: guru gatra, gurulagu, dan guru wilangan (Efendi 2009).

Konon, penciptaan suatu gendhingpada awalnya merupakan penggubahan darilelagon, sekar, atau cengkok yang sudahmempunyai bentuk kemudian diracikmenjadi satu dan diberi tabuhan kethuk,kenong, dan gong sesuai dengan tatanan yangsudah ditentukan. Dengan kata lain dapatdiartikan bahwa gendhing terbentuk daripembeberan lagu sekar. Hal ini dapatdikarenakan jumlah sekar yang semakinlama semakin banyak, sehingga timbulpemikiran dari para pencipta gendhing untukmengatur dengan baik lagu-lagu yang sudahdijabarkan tersebut yang kemudian diaturdengan wirama. Setelah proses iniselesai,kemudian lagu sekar yang sudahtertata runtut tersebut dinamakan gendhing(Warsapradangga, n.d. 13-14)(Sumarsam2002, 218–19) .

Sumarsam, tokoh karawitan Surakartamenunjukkan contoh gendhing yang dibentukberdasarkan lagu sekar, salah satunya adalahKetawang Subakastawa Laras Slendro PathetSanga yang disusun dari sekar macapat KinanthiSastradiwangsa Laras Slendro Pathet Sanga(Sumarsam 2003, 258, 262). Berdasarkancontoh yang diajukan oleh Sumarsam dapatdiketahui bahwa alur lagu pada sekarmacapat Kinanthi Sastradiwangsa dengan alurlagu gerongan Ketawang Subakastawa adalahsama, selain itu sèlèh nada antara sekarmacapat Kinanthi Sastradiwangsa, balungangendhing, dan lagu gerongan juga sama. Halini merupakan salah satu cara untukmenunjukkan bahwa Ketawang SubakastawaSlendro Sanga disusun dari sekar macapatKinanthi Sastradiwangsa Slendro Sanga.

Dalam hal ini, penulis akan mencobauntuk menjelaskan, menganalisis perubahanformat musikal, serta menunjukkankorelasi-korelasi yang terjadi antara gendhing-

gendhing yang digubah dari sekar macapatKinanthi dengan sekar macapat Kinanthi yangmenjadi sumber penciptaan gendhing tersebut.Akan tetapi penulis membatasi pembahasanpada wilayah karawitan Jawa GayaSurakarta. Pengkajian berbagai bentukgendhing yang diperkirakan berasal dari sekarKinanthi ini bertujuan untuk mengetahuikeberadaan sekar macapat Kinanthi dalamberbagai format musikal yang kemudiandianalisis perkembangan dan perubahanformat musikalnya, serta menemukan korelasiyang terjadi antara bentuk-bentuk gendhingtersebut dengan sekar macapat Kinanthi yangmenjadi sumber gubahannya4.

Sekar Macapat Kinanthi

Secara etimologi, Kinanthi berasal darikata kanthi yang berarti: kanthen, dikanthi,tinuntun, dituntun, atau bergandengan. Selainitu, kinanthi juga dapat diartikan sebagaigegandhengan tangan (bergandengan tangan)atau sebagai salah satu nama bunga5.Bardasarkan filosofinya, Kinanthi merupakansuatu penggambaran perjalanan seoranganak dalam mencari jati diri dan meniti jalanmenuju cita-cita saat ia menginjak usiadewasa. Oleh karena itu, dalam upayamewujudkan cita-citanya tersebut seoranganak memerlukan bimbingan, arahan, dantuntunan dari seseorang yang lebih dewasakhususnya orang tua, agar anak dapatmenentukan pilihan yang terbaik sesuaidengan diri mereka6.

Sebagaimana sekar macapat padaumumnya, sekar macapat Kinanthi jugamemiliki aturan struktural yang berfungsiuntuk membedakan dengan sekar macapatyang lain. Aturan tersebut adalah sebagaiberikut: setiap sapada terdiri dari 6 (enam)gatra atau baris, serta memiliki aliterasi gurulagu dan guru wilangan 8u; 8i; 8a; 8i; 8a; 8i, (R.Tedjohadisumarto 1958)jadi sekar macapatKinanthi memiliki struktur yang tidak terlalupanjang dan juga tidak teralu pendek.

Sehingga, apabila ditarik suatuhubungan antara pengertian secaraetimologi sekar macapat Kinanthi dengan ciristruktural yang dimiliki, maka terdapat suatu

Page 4: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 171

Perubahan Format Musikal Macapat Kinanthi Kartika Nur Hekmawati dan Rusdiyantoro

jalinan sebagai berikut: Kinanthi berartikanthen, dikanthi, dituntun, ataubergandengan, yang dapat ditafsirkan bahwasekar Kinanthi mudah untuk dibawa kemanasaja, mudah diterapkan untuk apa saja, sertamudah digarap dan dibentuk menjadi apasaja7.Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwasekar Kinanthi memiliki sifat luwes, lentur, danterbuka. Beberapa hal yang menyebabkansekar Kinanthi memiliki sifat luwes, lentur, danterbuka adalah: sekar Kinanthi memilikistruktur bentuk yang tidak terlalu panjangdan tidak terlalu pendek (yakni terdiri 6gatra), serta memiliki struktur yang simetris(setiap gatra terdiri dari 8 suku kata). Selainitu, sekar Kinanthi juga dikenal olehmasyarakat, indikator dari hal ini adalah:sekar Kinanthi sering digunakan masyarakatuntuk berbagai keperluan, misalnya: untuksekar waosan, untuk panembrama, serta untukgerongan beberapa bentuk gendhing yangtidak memiliki teks gerongan khusus8.

Sebenarnya, sekar Kinanthi dan sekarmacapat yang lain tidak hanya terdapat dilingkungan Jawa saja, di Sunda dan Bali jugamemiliki sekar tersebut. Di Sunda, macam-macam jenis sekar disebut dengan pupuh9.Pupuh biasanya dibacakan dengan caradinyanyikan (nembang) dan dibawakandalam sebuah pentas drama teatrikal Sunda.Terdapat 17 jenis pupuh di Sunda10, termasuksatu di antaranya yaitu pupuh Kinanthi.Masing-masing pupuh memiliki makna dansifat yang berbeda, serta digunakan untuktema cerita yang berbeda pula. Dalam hal iniKinanthi memiliki makna penantian,sehingga cocok untuk menggambarkansuasana yang sedang rindu.

Seperti halnya macapat di Jawa, pupuhKinanthi di Sunda pun juga memiliki aturanbaku (pathokan) yang mengikat pada jenispupuh tersebut, yaitu berupa guru wilangan,guru lagu, dan watek. Guru wilangan dan gurulagu memiliki makna yang sama dengan diJawa, sedangkan watek merupakankarakteristik isi setiap pupuh.

Lepas dari hal itu, di Bali juga memilikimacam-macam pupuh (dalam karawitan Jawadisebut dengan sekar macapat) yangdigolongkan pada kelompok sekar alit. Bahasa

yang digunakan dalam sekar macapat di Baliadalah bahasa Kawi (Jawa Kuno) dan bahasaBali. Sekar macapat di Bali terikat oleh kaidahprosodi pupuh yang disebut padalingsa, yangterdiri dari guru gatra, guru wilang dan gurudhing-dhong. Kesalahan yang terjadi padaguru wilang disebut juga dengan elung,sedangkan kesalahan yang terjadi pada gurudhing-dhong disebut juga dengan ngandang(IBG Agastia 1987).

Terdapat 10 jenis sekar macapat di Bali11,dan satu diantaranya adalah pupuh Ginanti12.Pupuh Ginanti merupakan puisi Balitradisional yang memiliki pathokan sepertihalnya pupuh Kinanthi di Jawa, yaitu: dalamsatu bait sekar terdiri dari 6 baris, dan setiapbaris terdiri dari 8 suku kata yang diikutibunyi vokal terakhir u, i, a, i, a, i padasetiap barisnya. Sehingga pupuh Ginantimemiliki aliterasi guru wilang dan gurudingdong 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, dan 8i. Akan tetapisecara etimologi, Ginanti berasal dari kataganti yang berarti digantikan. Arti tersebutsudah sangat berbeda dengan pengertian diJawa yang mempunyai arti dikanthi ataudituntun.

Contoh Pupuh Ginanti (IBG Agastia1987, 51):

Syuh mar i prana mar trenyuh,Dinanda raga ngranuhi,Atuturi rumning tilam,Duk lagi sasmareng gati,Lawan sang mustikaning dyah,Pinucung sasmara ratih.

Watak dan Sasmita Sekar Kinanthi

Watak merupakan sifat ataukarakteristik dari isi teks sekar macapat. Setiapsekar macapat memiliki watak dan sasmitayang berbeda-beda. Sehubungan denganwatak tersebut, secara umum sekar Kinanthimemiliki watak senang, gembira, bijaksana,dan cinta. Sehingga cocok digunakan untukmenceritakan kehidupan yang harmonis,tenteram, dan katresnan (penuh kasih sayang)periksa (R. Tedjohadisumarto 1958, 10). Akantetapi, hal tersebut bukan merupakan watakyang baku atau dipatenkan, karena dapat

Page 5: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020172

dilihat dari beberapa jenis dan ragam sekarmacapat Kinanthi masing-masing memilikiwatak yg berbeda-beda berdasarkan isi teksatau cakepan dan alur melodinya. Dapatdicontohkan pada sekar Kinanthi Sandhungmemiliki watak tresna, sengsem; sekarKinanthi Gandahastuti memiliki watak luruh,alus, ada rasa kebersamaan; sekar KinanthiLipur Prana memiliki watak ceria, agak lucu;sekar Kinanthi Wisanggeni memiliki watakgemayub atau kemaki, gagah; dansebagainya13. Selain itu, adanya watak suatusekar atau sajian gendhing juga tergantungpada si penggarap sajian dan fungsi sajiantersebut14.

Selanjutnya, sasmita sekar merupakansuatu kata yang berasal dari bahasa Kawiyang dapat diartikan sebagai pasemon, tandaatau semar. Dalam suatu sekar macapat, sasmitadapat berupa kata-kata yang terdapat di awalatau akhir cakepan suatu pupuh. Apabilasasmita tersebut terletak di bagian awal suatupupuh, maka hal itu menunjukkan jenis sekarapa yang terdapat pada pupuh tersebut,sebaliknya apabila sasmita terletak di bagianakhir suatu pupuh berarti menunjukkan jenissekar apa yang terdapat pada pupuhselanjutnya. Sasmita yang terdapat padatembang Kinanthi antara lain: kanthi, kekanthèn,anganthi, kanthèt, dan ginandhèng. Berikutadalah contoh sekar macapat yangmenggunakan sasmita sekar Kinanthi di akhircakepan suatu pupuh:

Pupuh Pocung (Sarasin 1989)

Tan sumurup yen mawi pinara telu,kalal makruh karam,sumerep saweg samangkin,kula dereng kanthi kitab kang santosa.

Pupuh Kinanthi

Yata kang samya umetu,Jengraga Kulawiryeki,Nuripin sih ginujengan,baune mring Jayengragi,kinen nembung penginepan,mring wismane randha sugih.

Keterangan:

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwapada Pupuh Pocung baris terakhir terdapatkata kanthi yang merupakan sasmita dari sekarKinanthi. Oleh karena itu, kata kanthi tersebutmenunjukkan bahwa pupuh berikutnyaadalah Pupuh Kinanthi.

Perkembangan Musikal Sekar MacapatKinanthi

Seiring dengan perkembangan duniakarawitan, sekar macapat yang biasanyahanya disajikan dalam bentuk sekar waosanuntuk membaca buku-buku kidung yangditulis dalam bentuk sekar, telah mengalamiperkembangan, khususnya dari sisimusikalnya. Perkembangan yang terjadipada sekar Kinanthi adalah :a. Perkembangan dalam bentuk sajian vokal

yang mendominasi.Dalam sajian vokal, sekar Kinanthiberkembang menjadi bentuk bawa danpalaran. Bawa Kinanthi berasal dari KinanthiAmongjiwa Laras Slendro Pathet Manyura.Sedangkan palaran berasal dari sekarmacapat Kinanthi Laras Pelog Pathet Barangdan sekar macapat Kinanthi SastradiwangsaSlendro Manyura.

b. Perkembangan macapat yang didominasioleh garapan instrumental.Perkembangan macapat ini dipengaruhioleh garap instrumental berdasarkanaturan-aturan karawitan. Misalnya:1. Perkembangan dalam bentuk lancaran:

Lancaran Kinanthi, Slendro Manyura.2. Perkembangan dalam bentuk ketawang:

Ketawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura; Ketawang Kinanthi Pawukir,Slendro Manyura; Kinanthi Wisanggeni,Pelog Nem; Ketawang KinanthiWicaksana, Slendro Sanga; KetawangGandahastuti, Pelog Nem; dan KetawangKinanthi Pisang Bali, Pelog Barang

3. Perkembangan dalam bentuk ladrang:Ladrang Sri Kuncara, Pelog Nem danGendhing Kinanthi Kethuk 2 KerepMinggah Ladrangan, Slendro Sanga.

Page 6: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 173

Perubahan Format Musikal Macapat Kinanthi Kartika Nur Hekmawati dan Rusdiyantoro

4. Perkembangan dalam bentuk merong:Gendhing Kinanthi Kethuk 2 KerepMinggah 4, Pelog Nem; Gendhing LobongKethuk 2 Kerep Minggah Kinanthi,Slendro Manyura; Gendhing Kethuk 2Kerep Minggah Ladrangan, Slendro Nem;dan Gendhing Kethuk 2 Kerep Minggah4, Pelog Barang.

5. Perkembangan dalam bentuk inggah:Inggah Kinanthi Kethuk 4, SlendroManyura.

Perkembangan dan/ atau perubahanmusikal sekar Kinanthi tidak hanya dalambentuk sajian vokal maupun gendhing gamelansebagaimana uraian sebelumnya, akan tetapijuga pemanfaatan sekar macapat Kinanthiuntuk sajian gerongan pada berbagai bentukgendhing yang tidak memiliki teks/ cakepangerongan khusus (Savitri 2012). Penggunaangerongan tersebut biasa digunakan padabentuk: ketawang, ladrang, merong, dan inggahgendhing kethuk 4 irama dadi maupun iramawiled. Persentasi penggunaan sekar macapatKinanthi untuk teks gerongan pada gendhing-gendhing Gaya Surakarta adalah sekitar 44persen (S. Mloyowidodo 1976)15.

Sekar Kinanthi merupakan salah satujenis sekar macapat yang paling banyakmangalami perubahan format maupunperkembangan bentuk sajian, serta seringdigunakan untuk cakepan gerongan (Suyotoand Haryono 2015). Perubahan format(termasuk juga perkembangan sajian vokal)dari sekar Kinanthi terdiri dari 7 (tujuh)macam bentuk, yaitu: bentuk sajian vokalbawa dan palaran, serta bentuk gendhinggamelan seperti lancaran, ketawang, ladrang,merong, dan inggah gendhing.

1. Sekar Macapat Kinanthi Menjadi BawaSekar Macapat Kinanthi yang dibentuk

menjadi sajian bawa yang dianalisis adalahpada Bawa Sekar Macapat Kinanthi Amongjiwa,Slendro Manyura yang terbentuk dari sekarmacapat Kinanthi Amongjiwa, Slendro. BawaSekar Macapat Kinanthi Amongjiwa biasanyadigunakan untuk bawa gendhing, baik dalambentuk ketawang, ladrang, maupun gendhingberlaras Slendro Manyura yang memiliki seleh

nada gong 6 (nem). Belum dapat diketahuiapakah bawa ini termasuk bawa gawan atausrambahan (Suyoto 2019). Pembentukan laguvokal Bawa Kinanthi Amongjiwa didasarkanpada alur lagu dan nada-nada seleh padasetiap akhir baris sekar macapat KinanthiAmongjiwa, Slendro Manyura. Pengembangangarap-nya adalah meliputi penambahanwiletan, luk, dan gregel. Pemilihan wiletan, luk,dan gregel ini harus mempertimbangkankesan musikal lagu bawa yang berwibawa,agung (Suyoto, Timbul Haryono 2015) .Sehingga tidak memerlukan banyak gregel.Berikut adalah proses pembentukan sajiansekar macapat Kinanthi Amongjiwa, SlendroManyura dan Bawa Sekar Macapat KinanthiAmongjiwa, Slendro Manyura.

Dari sajian di atas, untuk mengetahuipembentukan lagu vokal bawa KinanthiAmongjiwa perlu perbandingan untukmengetahui adanya korelasi antara sekar

Page 7: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020174

macapat Kinanthi Amongjiwa, Slendro Manyuradengan lagu vokal Bawa Sekar MacapatKinanthi Amongjiwa, Slendro Manyura.Perbandingn tersebut sebagai berikut:

Analisa dari penjabaran perbandingandi atas dapat diketahui beberapa hal sebagaiberikut:1. Lagu vokal bawa pada baris pertama

dibentuk dari lagu sekar macapat padabaris pertama pula. Pembentukan lagubawa tersebut mengacu pada nada sèlèh ditengah yaitu nada 2 (ro cilik), dan nadasèlèh pada akhir baris tembang macapat,yaitu nada 2 (ro sedheng). Perbedaanyang terdapat pada baris pertama lagu

bawa dan tembang macapat adalah terletakpada angkatan nada. Lagu tembang macapatdimulai dengan angkatan nada 3 (lu),sedangkan lagu bawa dimulai denganangkatan nada 6 (nem). Lagu vokal padabaris pertama bawa Kinanthi tersebutmemiliki alur lagu yang identik atauhampir sama dengan alur lagu sekarmacapat Kinanthi, hanya ada penambahan-penambahan wiletan pada nada-nadatertentu. Bagian nada yang sudahmenggunakan banyak wiletan terdapatpada suku kata terakhir atau sèlèh akhir,yaitu terdapat 7 (tujuh) nada dalam satusuku kata.

2. Lagu vokal bawa pada baris keduadibentuk dari lagu sekar macapat padabaris kedua. Pembentukan lagu bawapada baris kedua mengacu nada sèlèhpada akhir baris tembang macapat, yaitunada 6 (nem). Akan tetapi, nada sèlèhakhir pada sekar macapat adalah nada 6(nem gedhe),sedangkan pada bawa sèlèhakhirnya adalah nada 6 (nem sedeng) atausatu gembyang-nya. Selain itu, angkatannada dan alur melodi antara tembangmacapat kinanthi dan bawa kinanthi tersebutberbeda, yaitu: pada sekar macapat dimulaidengan angkatan nada 2 (ro) dan lagunyaberada pada wilayah nada-nada sêdhêng,sedangkan pada bawa dimulai denganangkatan nada 3 (telu cilik) dan lagunyaberada pada wilayah nada-nada cilik(tinggi). Lagu vokal bawa Kinanthi bariskedua ini pada awal dan akhir barissudah menggunakan banyak variasiwiletan. Wiletan yang paling banyakterdapat pada suku kata terakhir, yaituterdapat 10 nada dalam satu suku kata.

3. Lagu vokal bawa pada baris ketigadibentuk dari lagu sekar macapat padabaris ketiga. Akan tetapi, antara sekarmacapat Kinanthi dengan bawa kinanthipada baris ketiga ini nampaknya sulituntuk menentukan korelasinya. Hal itudikarenakan angkatan nada, alur laguvokal, dan nada sèlèh antara sekar macapatdan bawa masing-masing berbeda. Dimana pada lagu sekar macapat dimulaidengan angkatan nada 6 (nem gedhe) dan

Page 8: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 175

Perubahan Format Musikal Macapat Kinanthi Kartika Nur Hekmawati dan Rusdiyantoro

berakhir pada sèlèh nada 1 (ji), sedangkanbawa kinanthi dimulai dengan angkatannada 6 (nem) dan berakhir pada sèlèhnada 2 (ro). Lagu vokal bawa kinanthi inisudah menggunakan banyak wiletan,yaitu pada dua suku kata sebelum sèlèhakhir terdapat 6 nada dalam satu sukukata, dan pada sèlèh akhir terdapat 7 nadadalam satu suku kata.

4. Lagu vokal bawa pada baris ke-empatdibentuk dari lagu sekar macapat padabaris ke-empat pula. Pembentukan lagubawa pada baris ke-empat mengacu padanada sèlèh pada akhir baris tembangmacapat, yaitu nada 6 (nem gedhe).Perbedaan yang terdapat pada baris ke-empat lagu bawa dan tembang macapat initerletak pada angkatan nada. Lagu tembangmacapat dimulai dengan angkatan nada 1(ji), sedangkan lagu bawa dimulai denganangkatan nada 6 (nem). Lagu vokal bawapada baris keempat ini sudahmenggunakan banyak wiletan, hampirsetiap suku kata menggunakan wiletan.Akan tetapi, wiletan yang paling banyakterdapat pada sèlèh suku kata terakhir,yaitu terdapat 6 nada dalam satu sukukata.

5. Lagu vokal bawa pada baris ke-limadibentuk dari lagu sekar macapat padabaris ke-lima. Pembentukan lagu bawapada baris ke-lima mengacu pada nadasèlèh pada akhir baris tembang macapat,yaitu nada 1 (ji). Perbedaan yangterdapat pada baris kelima lagu bawadan tembang macapat ini terletak padaangkatan nada. Lagu tembang macapatdimulai dengan angkatan nada y (nemgedhe), sedangkan lagu bawa dimulaidengan angkatan nada 2 (ro). Lagu vokalbawa pada baris kelima ini sudahmenggunakan banyak variasi wiletan,hampir setiap suku kata menggunakanwiletan (dari 8 jumlah suku kata, 5 sukukata di antaranya sudah menggunakanwiletan). Akan tetapi, wiletan yang banyakcakupan nadanya adalah terletak padatiga suku kata sebelum sèlèh akhir terdapat6 nada, dan pada sèlèh suku kata terakhirterdapat 9 nada dalam satu suku kata.

6. Lagu vokal bawa pada baris ke-enamdibentuk dari lagu sekar macapat padabaris ke-enam pula. Pembentukan lagubawa tersebut mengacu pada nada sèlèh ditengah yaitu nada 2 (ro), dan nada sèlèhpada akhir baris tembang macapat, yaitunada y (nem gedhe). Lagu vokal padabaris keenam bawa Kinanthi tersebutmemiliki alur lagu yang hampir samadengan alur lagu sekar macapat Kinanthi.Berbeda dengan baris-baris sebelumnya,pada baris keenam ini bawa Kinanthidisajikan dengan irama metris (teratur,ajeg, tetap), karena agar mudah diikutioleh ricikan yang lain ketika akan masukpada gendhing selanjutnya. Sebagaimanadiungkapkan oleh Martopangrawit(Martopangrawit 1967, 1), bahwa dalamsajian bawa terdapat ketentuan apabilaakan jatuh pada gong buka harus sudahberirama metris, hal ini bertujuan agarirama tersebut dapat diikuti gendhingnyaoleh ricikan yang lain.

Berdasarkan hasil penjabaran di atasmenunjukkan bahwa terdapat adanya suatukorelasi antara lagu tembang Macapat KinanthiAmongjiwa dengan bawa Sekar MacapatKinanthi Amongjiwa. Korelasi tersebut dapatditunjukkan dengan adanya alur lagu dansèlèh nada yang sama. Akan tetapi, di antara6 (enam) baris lagu bawa Kinanthi tersebut, 2(dua) baris di antaranya memiliki sèlèh nadayang berbeda dengan lagu sekar MacapatKinanthi, yaitu terletak pada baris kedua danbaris ketiga bawa Kinanthi. Di mana pada bariskedua sekar Macapat Kinanthi memiliki nadasèlèh 6 (nem gedhe), sedangkan pada bawaKinanthi memiliki nada sèlèh 6 (nem sedheng);dan baris ketiga sekar Macapat Kinanthimemiliki nada sèlèh 1 (ji), sedangakan padabawa Kinanthi memiliki nada sèlèh 2 (ro).

Pengembangan musikal dari sekarMacapat Kinanthi menjadi lagu vokal bawaKinanthi tersebut dapat ditunjukkan denganadanya penggunaan berbagai variasi wiletanpada setiap suku kata. Apabila di dalam sekarmacapat hanya terdiri paling tidak 2 sampai 3nada pada satu suku kata, sedangkan padabawa Kinanthi bisa mencapai 10 nada pada

Page 9: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020176

satu suku katanya. Akan tetapi, penggunaanwiletan pada sajian bawa adalah tergantungpada kemampuan setiap individu yangmenyajikan, yang jelas untuk sajian bawatidak membutuhkan banyak gregel. Hal itudikarenakan, sifat dari bawa adalah agung,berwibawa, sehingga tidak memerlukanbanyak permainan-permainan gregel.

2. Analisis Perubahan Musikal Pada BentukKetawang

Berdasarkan hasil penelitian yangdilakukan oleh penulis, perubahan SekarMacapat Kinanthi dalam bentuk ketawang ada8 (delapan) macam, akan tetapi untukkeperluan analisis diambil sampel bentukketawang, yaitu: Ketawang Kinanthi Sandhung,Slendro Manyura;16 Untuk menunjukkanadanya korelasi antara sekar macapat Kinanthidengan berbagai macam ketawang tersebut,penulis mencoba untuk membandingkan lagusekar macapat dengan notasi balungan gendhing,lagu gerongan, dan garap rebaban dari bentukketawang tersebut. Penjabaran perubahanmusikal dari ketawang tersebut adalah sebagaiberikut:

Ketawang Kinanthi Sandhung, LarasSlendro Pathet Manyura.

Ketawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura biasa digunakan dalam berbagaisajian gendhing-gendhing klênénganmaupun dalam seni pertunjukan yanglain, seperti; tari, wayang kulit, wayangwong, dan sebagainya. Berdasarkan notasibalungan gendhing, alur lagu gerong, dangarap rebaban pada bagian ngelik,Ketawang Kinanthi Sandhung SlendroManyura ini berasal dari sekar macapatKinanthi Sandhung, Slendro Manyura.Pembentukan notasi balungan gendhing,lagu vokal gerong, dan garap rebabanKetawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura didasarkan pada alur lagu dannada-nada sèlèh dari sekar macapatKinanthi Sandhung, Slendro Manyura.Berikut adalah sajian sekar macapatKinanthi Sandhung, Slendro Manyura danKetawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura.

Sekar Macapat Kinanthi Sandhung, SlendroManyura (Gunawan Sri Hascaryo 1980)

Ketawang Kinanthi Sandhung SlendroManyura(S. Mloyowidodo 1976, 188)

Dari sajian notasi gendhing KetawangKinanthi Sandhung dan lagu vokal sekarMacapat Kinanthi Sandhung di atas, dapatdiketahui bahwa Ketawang Kinanthi SandhungSlendro Manyura terdiri dari 5 (lima) cengkok(lima sèlèh gong), yaitu cengkok pertama danke-dua sebagai umpak, sedangkan cengkokberikutnya sebagai ngelik. Ketawang KinanthiSandhung yang terbentuk dari sekar MacapatKinanthi Sandhung adalah pada bagian ngeliktersebut. Untuk mengetahui pembentukanbalungan gendhing, lagu gerongan, dan garaprebaban Ketawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura perlu adanya perbandingan denganlagu sekar Macapat Kinanthi Sandhung. Hal inibertujuan untuk membuktikan adanyakorelasi di antara ke-duanya. Prosespembentukan kerangka balungan gendhing,lagu gerongan, dan garap rebaban KetawangKinanthi Sandhung, Slendro Manyura dari sekarMacapat Kinanthi Sandhung, Slendro Manyuraadalah sebagai berikut:

Page 10: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 177

Perubahan Format Musikal Macapat Kinanthi Kartika Nur Hekmawati dan Rusdiyantoro

1. Baris pertama sekar Macapat KinanthiSandhung, Slendro Manyura dibentukmenjadi kerangka balungan, lagu vokalgerongan, dan garap rebaban (Sosodoro2014) Ketawang Kinanthi Sandhung padakenong pertama bagian ngelik cengkokpertama. Apabila disejajarkan adalahsebagai berikut:

Pembentukan kerangka balungan, laguvokal gerongan, dan garap rebaban padabagian ini didasarkan pada alur lagu sekarmacapat dan nada sèlèh di tengah maupunnada sèlèh pada akhir baris sekar macapat,yaitu nada 6 (nem sedheng).

2. Baris ke-dua sekar Macapat KinanthiSandhung, Slendro Manyura dibentukmenjadi kerangka balungan, lagu vokalgerongan, dan garap rebaban KetawangKinanthi Sandhung pada kenong ke-duabersamaan dengan sèlèh gong bagianngelik cengkok pertama. Apabiladisejajarkan adalah sebagai berikut:

Pembentukan kerangka balungan, laguvokal gerongan, dan garap rebaban padabagian ini didasarkan pada alur lagu sekarmacapat dan nada sèlèh di tengah, yaitunada 5 (ma/lima) maupun nada sèlèh padaakhir baris sekar macapat, yaitu nada 3 (lu/telu).

3. Baris ke-tiga sekar Macapat KinanthiSandhung, Slendro Manyura dibentukmenjadi kerangka balungan, lagu vokal

gerongan, dan garap rebaban KetawangKinanthi Sandhung pada kenong pertamabagian ngelik cengkok ke- dua. Apabiladisejajarkan adalah sebagai berikut:

Pembentukan kerangka balungan, laguvokal gerongan, dan garap rebaban padabagian ini didasarkan pada alur lagu sekarmacapat dan nada sèlèh di tengah,maupun nada sèlèh pada akhir barissekar macapat, yaitu nada 5 (ma/lima).

4. Baris ke-empat sekar Macapat KinanthiSandhung, Slendro Manyura dibentukmenjadi kerangka balungan, lagu vokalgerongan, dan garap rebaban KetawangKinanthi Sandhung pada kenong ke-duabersamaan dengan sèlèh gong bagianngelik cengkok ke-dua. Apabiladisejajarkan adalah sebagai berikut:

Pembentukan kerangka balungan, laguvokal gerongan, dan garap rebaban padabagian ini didasarkan nada sèlèh padaakhir baris sekar macapat, yaitu nada t (ma/lima gedhe). Alur lagu sekar macapatpada paruh ke-dua (1 2 zyxc1 zyt )sangat jelas transformasinya ke dalamkerangka balungan, lagu vokal gerongan,dan garap rebaban pada 4 (empat) ketukansebelum sèlèh nada akhir baris.

5. Baris ke-lima sekar Macapat KinanthiSandhung, Slendro Manyura dibentukmenjadi kerangka balungan, lagu vokalgerongan, dan garap rebaban KetawangKinanthi Sandhung pada kenong pertamabagian ngelik cengkok ke- tiga. Apabiladisejajarkan adalah sebagai berikut:

Page 11: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020178

Pembentukan kerangka balungan, laguvokal gerongan, dan garap rebaban padabagian ini didasarkan pada alur lagu sekarmacapat dan nada sèlèh di tengah maupunnada sèlèh pada akhir baris sekar macapat,yaitu nada 2 (ro sedheng).

6. Baris ke-enam sekar Macapat KinanthiSandhung, Slendro Manyura dibentukmenjadi kerangka balungan, lagu vokalgerongan, dan garap rebaban KetawangKinanthi Sandhung pada kenong ke-duabersamaan dengan sèlèh gong bagianngelik cengkok ke-tiga. Apabiladisejajarkan adalah sebagai berikut:

Pembentukan kerangka balungan, laguvokal gerongan, dan garap rebaban padabagian ini didasarkan nada sèlèh padaakhir baris sekar macapat, yaitu nada 2 (ro/loro sedheng).

Berdasarkan penjabaran di atas,didapatkan hasil perbandingan sebagaiberikut:1. Baris pertama dan ke-dua dari sekar

Macapat Kinanthi Sandhung dibentukmenjadi satu cengkok (satu gongan)Ketawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura, yaitu pada cengkok (gongan)pertama bagian ngelik.

2. Baris ke-tiga dan ke-empat dari sekarMacapat Kinanthi Sandhung juga dibentukmenjadi satu cengkok (satu gongan)Ketawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura, yaitu pada cengkok (gongan) ke-

dua bagian ngelik.3. Baris ke-lima dan ke-enam dari sekar

Macapat Kinanthi Sandhung dibentuk jugamenjadi satu cengkok (satu gongan)Ketawang Kinanthi Sandhung, SlendroManyura, yaitu pada cengkok (gongan) ke-tiga bagian ngelik.

4. Pembentukan kerangka balungan, laguvokal gerong, dan garap rebaban KetawangKinanthi Sandhung, Slendro Manyurasebagian besar mengacu pada nada sèlèhdi tengah maupun nada sèlèh akhir darisetiap baris sekar macapat KinanthiSandhung, kecuali pada kenong ke-duabagian ngelik cengkok (gongan) ke-dua dancengkok (gongan) ke-tiga hanya didasarkanpada nada sèlèh akhir baris ke-empatdan ke-enam dari sekar Macapat KinanthiSandhung, Slendro Manyura.

Semua penjabaran tersebut di atasdapat menunjukkan bahwa kerangkabalungan, lagu vokal gerong, dan garap rebabanKetawang Kinanthi Sandhung, Slendro Manyuradibentuk berdasarkan lagu dari sekar MacapatKinanthi Sandhung Slendro Manyura. Terdapatkorelasi yang jelas di antara ke-duanya, hal inidapat ditunjukkan dengan adanya kesamaanalur lagu dan sèlèh nada (sekar macapat,kerangka balungan, lagu gerongan, serta garaprebaban), baik sèlèh nada di tengah maupunsèlèh nada pada akhir baris.

Kesimpulan

Berdasarkan paparan dan analisis yangpenulis lakukan pada bab-bab sebelumnya,maka dapat diperoleh kesimpulan sebagaiberikut. Jawaban tentang mengapa SekarMacapat Kinanthi sering digunakan sebagai idepenciptaan oleh para pencipta gendhinguntuk menyusun beberapa bentuk gendhingbaru disebabkan oleh beberapa hal, sebagaiberikut:

Pertama, Sekar Macapat Kinanthimemiliki struktur bentuk yang tidak terlalupanjang dan juga tidak terlalu pendek, yaitu6 (enam) baris dan memiliki struktur yangsimetris, yaitu pada setiap gatra terdiri dari 8(delapan) suku kata, sehingga menjadikan

Page 12: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 179

Perubahan Format Musikal Macapat Kinanthi Kartika Nur Hekmawati dan Rusdiyantoro

para pencipta mudah untuk menuangkan kedalam bentuk gendhing gamelan. Ke-dua SekarMacapat Kinanthi memiliki sifat lentur, luwes,dan terbuka, sesuai dengan kata dasarnyadari kata kanthi yang berarti digandeng,dituntun, mudah dibawa kemana sajasehingga menjadikan sekar tersebut mudahuntuk dibuat menjadi bentuk-bentukgendhing baru. Perubahan yang paling tegasadalah ketika sekar macapat Kinanthi di-reinterpretasi-kan menjadi bentuk komposisimusikal yang baru, seperti: bentuk lancaran,ketawang, ladrang, merong kethuk 2 (loro) kerep,dan inggah kethuk 4. Oleh karena bentuknyaberubah, maka dengan demikian caramenggarapnya juga berbeda, yaitu denganmenggunakan berbagai vokabuler garap,irama, tempo dan sebagainya. Ke-tiga, sekarmacapat Kinanthi dikenal secara luas olehmasyarakat, hal ini dibuktikan denganmayoritas penggunaan sekar Kinanthi untukteks gerongan gendhing- gendhing yang tidakmemiliki teks atau cakepan gerongan khusus.Berdasarkan data gendhing yang terdaftardalam buku Gendhing-Gendhing Jawa GayaSurakarta karya Mloyowidodo, 44 persendiantaranya menggunakan gerong denganteks Kinanthi .

Perkembangan garap musikal padaSekar Macapat Kinanthi juga terjadi dalampenggunaan laras dan pathet. Dengan adanyaperkembangan garap karawitan sekarang ini,maka gendhing-gendhing yang berasal darisekar macapat Kinanthi dapat disajikan dalamlaras slendro maupun pelog dengan berbagaipathet, misalnya Inggah Kinanthi Kethuk 4,Slendro Manyura juga sering disajikan dalamLaras Pelog Pathet Barang dan Laras Pelog PathetNem.

Daya kreativitas yang terasah daripara seniman menjadikan sekar macapatKinanthi di-reinterpretasi menjadi bentuksajian, struktur gendhing, dan alih laras yangjumlahnya cukup beragam. Penggunaanhasil reinterpretasi sekar Kinanthi dalam fungsihubungan seni telah mengantarkan sekarKinanthi dengan berbagai perubahannyatetap eksis dan terjaga hingga sekarang.

Kepustakaan

Darsono. 1980. “Gending-Gending Sekar.”ASKI Surakarta.

Darsono, Darsono. 2019. “TEMBANGMACAPAT CENGKOK MERDILAMBANG (MERSUDI LARASLAGUNING TEMBANG).” Keteg:Jurnal Pengetahuan, Pemikiran DanKajian Tentang Bunyi. https://doi.org/10.33153/keteg.v19i1.2636.

Darsono dkk. 1995. “Perkembangan MusikalSekar Macapat Di Surakarta.”Surakarta.

Efendi, Agus. 2009. “Mengenal TembangMacapat.” Jurnal Widyatama.

Gunawan Sri Hascaryo. 1980. Macapat Jilid I,II, III. surakarta: ProyekPengembangan IKI Sub Proyek ASKISurakarta.

IBG Agastia. 1987. “WrttasancayaGitasancaya.” Denpasar WyasaSanggraha.

Iswanto, Iwan. 2017. “Ladrang AsmarandanaDalam Sajian Uyon-Uyon DanKarawitan Tari: Suatu TinjauanGarap Karawitan.” Institut SeniIndonesia Yogyakarta.

Martopangrawit, R L. 1967. Tetembangan:Vokal Yang Berhubungan DenganKarawitan. Surakarta: ASKI.

R. Tedjohadisumarto. 1958. Mbombong ManahI. Jakarta: Jakarta Djambatan.

R Ngabèi Rãnggawarsita. n.d. SeratMardawalagu. Surakarta.

S. Mloyowidodo. 1976. Gendhing-GendhingJawa Gaya Surakarta Jilid I, II, Dan III.Surakarta: ASKI.

Page 13: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020180

Sarasin. 1989. SERAT CENTHINI: SULUKTAMBANGRARAS JILID 8. Edited byTerjemahan Kamajaya. Yogyakarta:Yogyakarta: Yayasan Centhini.

Savitri, Heni. 2012. “RAGAM GARAPKETAWANG SUBAKASTAWA.”Institut Seni Indonesia Surakarta.

Sosodoro, Bambang. 2014. “KLASIFIKASIKARAKTER REBABAN GAYASURAKARTA.” Keteg: JurnalPengetahuan, Pemikiran Dan KajianTentang Bunyi 14 (1).

Sumarsam. 2002. Hayatan Gamelan: KedalamanLagu, Teori Dan Perspektif. Surakarta:ISI Press.

———. 2003. Gamelan: Interaksi Budaya DanPerkembangan Musikal Di Jawa.Pustaka Pelajar.

Suyoto, Timbul Haryono, Sri Hastanto. 2015.“Estetika Bawa Dalam KarawitanGaya Surakarta.” Resital/ : Jurnal SeniPertunjukan.

Suyoto, Suyoto. 2019. “TEMBANGKARAWITAN.” ISI Press.

Suyoto, Suyoto, and Timbul Haryono. 2015.“Vokal Dalam Karawitan GayaSurakarta (Studi Kasus KehadiranKinanthi Dalam Gending.” JurnalKetek 15 (1): 60–74.

Warsapradangga. n.d. “Sesorah BabTetabuhan Gamelan.”

Diskografi

Sunarno. Karya Tari: RANGGALAWEGUGUR. Studio Pandang DengarJurusan Tari. ISI Surakarta.

Kelompok Karawitan Keluarga Besar RRISurakarta. Palaran Gobyog Vol 2.

Rekaman Lokananta, No. seri: ACD 238.

Kelompok Karawitan Keluarga Besar RRISurakarta. Palaran Gobyog Vol 1.

Rekaman Lokananta, No. seri: ACD 271.

Kelompok Karawitan Keluarga Besar RRISurakarta. Gendhing-Gendhing

Kasmaran. Rekaman Lokananta, No. seri:ACD 142.

Kelompo Karawitan Riris Raras Irama.Cengkir Wungu. Kusuma Record, No.seri: KGD 015.

Kelompok Karawitan Ngudi Raras. KinanthiWicaksana Pelog Nem. Rekaman FajarRecord, No. Seri: 9272.

KelompoKarawitan Kridha Irama. KinanthiPronasmara. Rekaman Lokananta,No. seri: ACD 270.

Webtografi

http://www.gamelanbvg.com http://ww w. s a s t r a . o r g / ba h a s a - d a n -budaya

http://www.macapat.web.id/pages11-m a c a p a t - d a l a m - p r o s e s -komunikasi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Macapathttp://candreswari.blogspot.com/2008/09/tentang-tembang-macapat-jawa.html

http://www.macapat.web.id/pages26-m a c a p a t - d a l a m - p r o s e s -komunikasi.html http://jv.wikipedia.org/wiki/Kinanthi

ht t p : / / www.s a s t r a . o r g/ ba h a s a -d a n -budaya/31-karawitan/53-koleksi-w a r s a d i n i n g r a t - m d w 1 8 9 9 a -warsadiningrat-1899-393-bagian-1

Page 14: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020 181

Perubahan Format Musikal Macapat Kinanthi Kartika Nur Hekmawati dan Rusdiyantoro

http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/04/filsafat-dibalik- tembang-macapat/

http://sastrabali.com/kesustrastraan-bali-purwa.html

Narasumber

Suraji, 51 tahun. Dosen pada JurusanKarawitan ISI Surakarta. Darsono,57 tahun. Dosen Tembang padaJurusan Karawitan.

Suwito Radyo, 54 tahun. dosen tidak tetappada mata kuliah Praktek KarawitanJurusan Karawitan.

Suyadi Tedjo Pangrawit, 65 tahun. dosentidak tetap mata kuliah PraktekKarawitan Jurusan Karawitan ISISurakarta dan mantan pegawai RRISurakarta.

Endnotes

1 Waosan atau sekar waosan digunakanuntuk menyebut aktivitas membaca teks-teksmacapat yang terkandung dalam sêrat danbabad dengan cara ditembangkan.

2 Wawancara dengan Darsono, 15Oktober 2012

3 Dalam penelitian tersebut dijelaskanpula arti dari ura-ura, rerepen, bawa, andhegangendhing, palaran, ada-ada, dan gendhing sekar.

4 Dalam penelitian ini menggunakanistilah perkembangan dan perubahandikarenakan kedua istilah tersebut memilikikonteks makna yang berbeda. Perkembangandalam penelitian ini berarti sesuatu yangmengalami perkembangan dari bentuk Amenjadi A’ , misalnya dari bentuk sekarmacapat menjadi sajian vokal yang lain (bawa,palaran, ura-ura, andhegan, sulukan, dansebagainya), sedangkan perubahan berartisesuatu yang awalnya berbentuk A kemudianoleh para pencipta dirubah menjadi bentukB, C, dan sebagainya, misalnya dari bentuksekar macapat berubah menjadi bentuk

gendhing gamelan (lancaran, ketawang, ladrang,merong, inggah, dan sebagainya). suri teladanyang baik. Hal ini bertujuan agar anak dapatmeraih hidup yang mulia, baik secara materiilmaupun spirituil

5 Diakses dari alamat website http//jv.wikipedia.org/wiki/Kinanthi padatanggal 26 Maret 2012.

6 Bimbingan dan arahan orang tuakepada anak dapat dilakukan dengan caramemberi nasehat dan menjadi

7 Wawancara dengan Suwito Radyopada tanggal 10 Agustus 2012 Dalam konteksini, yang dimaksud sekar Kinanthi mudahdibawa, mudah diterapkan, serta mudahdigarap yaitu sekar Kinanthi sering disajikanmenjadi bentuk sajian sekar yang lain (bawa,palaran, sulukan, ada-ada, dan sebagainya) sertadapat digunakan sebagai sumber penciptaanbentuk gendhing-gendhing baru oleh parapencipta gendhing.

8 Wawancara dengan Suraji padatanggal tanggal 10 Agustus 2012.

9 Pengertian pupuh di Sunda samahalnya dengan macapat di Jawa. Pupuh diSunda berarti sebuah karya sastra berbentukpuisi tradisional Bahasa Sunda yang memilikijumlah suku kata tertentu di setiap barisnya.Karya sastra tersebut termasuk bagian darikhazanah sastra Sunda.

10 17 jenis pupuh tersebut antara lainAsmarandana, bertemakan cinta kasih,birahi, Balakbak, bertemakan lawak,banyolan, Dangdanggula, bertemakanketentraman, keagungan, kegembiraan,Durma, bertemakan kemarahan,kesombongan, semangat, Gambuh,bertemakan kesedihan, kesusahan, kesakitan,Gurisa, bertemakan khayalan, Jurudemung,bertemakan kebingungan, Kinanti,bertemakan penantian, Ladrang, bertemakansindiran, Lambang, bertemakan lawak denganaspek renungan, Magatruh, bertemakanpenyesalan, Maskumambang, bertemakankesedihan yang mendalam, Mijil, bertemakankesedihan yang menimbulkan harapan,Pangkur, bertemakan perasaan sebelummengemban sebuah tugas berat, Pucung,bertemakan rasa marah pada diri sendiri,Sinom, bertemakan kegembiraan, dan

Page 15: PERUBAHAN FORMAT MUSIKAL MACAPAT KINANTHI

Jurnal Pengetahuan, Pemikiran, dan Kajian Tentang “Bunyi”

Volume 20 Nomor 2 Bulan November 2020182

Wirangrong, bertemakan rasa malu akantingkah laku sendiri

11 Diakses dari alamat website http// sa s t r abal i . com / ke su s tr as t ra an -ba li -purwa.html pada tanggal 29 Maret 2012.Macam-macam jenis macapat tersebut antaralain Dandanggula, Sinom, Durma, pangkur,Mijil, Semarandana, Pucung, Ginada, Ginanti,dan Maskumambang. Akan tetapi hal inibukan merupakan satu-satunya pendapat, didalam Gitasancaya bahkan disebutkanterdapat 42 macam pupuh.

12 Pupuh Ginanti merupakan pupuh yangsama dengan pupuh kinanthi di Jawa. Hanyasaja, di Bali pupuh tersebut diberi nama ginanti.

13 Wawancara dengan Darsono padatanggal 6 Desember 2012

14 Keterangan dari Darsono padatanggal 6 Desember 2012 dan Suraji padatanggal 9 Januari 2013.

15 Dilihat dari sekitar 300 bentukgendhing (ketawang, ladrang, merong kethuk 2kerep, dan inggah kethuk 4) yang terdapat didalam buku “Gendhing-Gendhing Jawa Gaya

Surakarta Jilid I, II, dan III” karyaMloyowidodo, serta dari alamat website http//www.gamelanbvg.com maka diperolehsekitar 132 bentuk gendhing yangmenggunakan cakepan gerongan Kinanthi.Rincian dari 181 bentuk gendhing tersebutadalah 1. Bentuk ketawang (laras slendro= 11,pelog= 5), 2. Bentuk ladrang (laras slendro= 40,pelog= 27), dan 3. Bentuk merong dan inggahkethuk 4 (laras slendro= 33, pelog=15), sehinggadari kesemuanya diperoleh 131 bentukgendhing yang menggunakan teks/ cakepanKinanthi

16 Untuk 7 (tujuh) jenis ketawang yanglain adalah, 1)Ketawang Kinanthi Wisanggeni,Pelog Nem, 2) Ketawang KinanthiGandamastuti, Pelog Nem 3) Ketawang KinanthiPranasmara Laras Pelog Pathet Nem, 4) KetawangKinanthi Pawukir Laras Slendro pathet Manyura,5) Ketawang Kinanthi Wicaksana Laras SlendroPathet Sanga, 6) Ketawang Kinanthi WicaksanaLaras Pelog Pathet Nem, dan 7) KetawangKinanthi Pisang Bali Laras pelog Pathet Barang.