PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN...

25
1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT PENDUKUNGNYA Oleh: Hartono Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Abstrak Sejak prasejarah sampai hari ini, orkes tradisional ( gamelan) telah berubah beberapa kali, dalam format bentuk dan angka-angka nya .Orkes tradisional mempunyai posisi unik ke arah proses pengembangan historis. Reputasinya telah terlewat dalam batasan dunia musik. Negara maju dan yang belajar musik dunia [itu], telah buat orkes tradisional [sebagai/ketika] tanda kebesaran di (dalam) beberapa universitas. Kemunculan orkes komputer di (dalam) abad ke duapuluh telah mewarnai gamelan musik Jawa. Untuk aesthetic yang akustik Jawa gamelan Musik telah nampak dengan nada yang baru [itu]. Seni tradisional diharapkan untuk ber;ubah manapun sektor hidup. Pembaruan [dari;ttg] tradisi musik di (dalam) jaman [yang] mega-speed ini telah mengharapkan proyek riset [itu] yang mungkin kembang;kan gaya berbakat musik kepada kecepatan aktivitas manusia dan pengembangan nilai-nilai budaya [dirinya] sendiri, membandingkan terhadap masa lampau. Kata Kunci : Pengembangan Estetika ,Musikal, Seni Karawitan Jawa, Pengaruh Abstract Since the prehistoric time to this day, traditional orchestra (gamelan) has changed several times, either in its forms and numbers. Traditional orchestra has unique position toward the process of historical development. Its reputation has gone beyond the border of music in the globe. The developed countries and

Transcript of PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN...

Page 1: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

1

PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA

DAN PENGARUHNYA TERHADAP MASYARAKAT PENDUKUNGNYA

Oleh: Hartono

Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Abstrak

Sejak prasejarah sampai hari ini, orkes tradisional ( gamelan) telah

berubah beberapa kali, dalam format bentuk dan angka-angka nya

.Orkes tradisional mempunyai posisi unik ke arah proses

pengembangan historis. Reputasinya telah terlewat dalam batasan

dunia musik. Negara maju dan yang belajar musik dunia [itu], telah

buat orkes tradisional [sebagai/ketika] tanda kebesaran di (dalam)

beberapa universitas. Kemunculan orkes komputer di (dalam) abad

ke duapuluh telah mewarnai gamelan musik Jawa. Untuk aesthetic

yang akustik Jawa gamelan Musik telah nampak dengan nada yang

baru [itu]. Seni tradisional diharapkan untuk ber;ubah manapun

sektor hidup. Pembaruan [dari;ttg] tradisi musik di (dalam) jaman

[yang] mega-speed ini telah mengharapkan proyek riset [itu] yang

mungkin kembang;kan gaya berbakat musik kepada kecepatan

aktivitas manusia dan pengembangan nilai-nilai budaya [dirinya]

sendiri, membandingkan terhadap masa lampau.

Kata Kunci : Pengembangan Estetika ,Musikal, Seni Karawitan

Jawa, Pengaruh

Abstract

Since the prehistoric time to this day, traditional orchestra

(gamelan) has changed several times, either in its forms and

numbers. Traditional orchestra has unique position toward the

process of historical development. Its reputation has gone beyond

the border of music in the globe. The developed countries and

Page 2: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

2

which is able to learn the world music, has made traditional

orchestra as the status symbol in several universities. The

emergence of computer orchestra in twentieth century has colored

gamelan music of Javanese. The acoustic aesthetic of Javanese

gamelan music has appeared with the new tone. Traditional art is

hoped to change in any sectors of lives. The renewal of music‟s

tradition in this mega-speed era has counted on the research

projects which might develop musical genre to the speed of human

activities and the evolving cultural values itself, compared to the

past.

Keywords: development, aesthetic, musical, Javanese gamelan

music, influence

PENDAHULUAN

Gamelan Jawa merupakan

seperangkat alat musik yang menjadi

salah satu objek penting dalam

lingkup pembicaraan musik di antara

ribuan alat musik lain yang terdapat

di dunia. Ketertarikan para sarjana

menjadikan gamelan sebagai objek

penelitian disebabkan oleh beberapa

aspek keistimewaan yang terdapat di

dalamnya. Beberapa keistimewaan

gamelan Jawa terdapat pada aspek

audio dan visualnya. Keistimewaan

pada aspek audio meliputi: warna

bunyi (tone colour), laras (scale

system), embat (interval), dan

pelayangan (sound wave), sedangkan

keistimewaan pada aspek visualnya

meliputi: bentuk, konstruksi,

keindahan material yang dipakai, dan

ornamennya.

Keistimewaan pada kedua

aspek dan dukungan kualitas pada

aspek musikalnya mendorong

masyarakat dunia untuk mengakui

bahwa gamelan Jawa adalah „the

most sophisticated music in the

world‟. Negara yang sudah maju dan

mempunyai peluang untuk

mempelajari musik dunia, misalnya:

Amerika Serikat, Kanada, Jepang,

Eropa, Australia, dan beberapa

Page 3: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

2

negara lainnya telah menjadikan

gamelan Jawa sebagai lambang

status pada beberapa universitasnya.

Gamelan Jawa terdiri dari

kurang lebih dua puluh jenis

instrumen. Bila dihitung secara

keseluruhan dapat mencapai jumlah

kurang lebih tujuh puluh lima buah,

tergantung pada kebutuhan dengan

rincian bahwa setiap instrumen

terdiri dari dua buah untuk masing-

masing laras (Lindsay, 1979: 3).

Sebagian besar merupakan alat

musik yang dikategorikan sebagai

metallophone dari perunggu, tetapi di

dalamnya juga terdapat alat musik

dari kategori lainnya, yaitu:

chordophone (rebab, siter,

celempung), xylophone (gambang),

aerophone (suling) dan

membranophone (kendang) (Nettl,

1992: 133). Lebih spesifik

merupakan seperangkat alat musik

dengan laras tertentu (slendro atau

pelog) (Vetter, 2001: 43).

Berdasarkan fungsi pada

instrumentasinya dibagi menjadi dua,

yaitu: (1) instrumen yang bertugas

untuk membawakan lagu (pamurba

lagu), dan (2) instrumen yang

bertugas untuk mengatur irama

(pamurba wirama) (Sumarsam,

2002: 23).

Gamelan mempunyai posisi

yang sangat unik pada proses

perkembangan sejarahnya (Lindsay,

1979: 3). Reputasinya mampu

menembus wilayah percaturan musik

dunia. Tahun 1889-1890 mendapat

kesempatan untuk diikutsertakan

dalam pameran internasional di

Paris. Beberapa keistimewaan pada

bentuk fisik, kualitas bunyi, dan

larasnya yang unik mengusik

perhatian para pemusik dan

komposer barat. Salah satunya

adalah Claude Debussy yang

kemudian melukiskan fantasinya

pada sebuah komposisi baru dengan

sentuhan gamelan di dalamnya

(Wiranto, tt: 8).

Secara umum gamelan adalah

sebagai salah satu media ekspresi

bagi pengrawit (sebutan untuk

pemusiknya) pada penyajian musik

gamelan yang disebut dengan istilah

karawitan. Dua unsur yang sangat

penting untuk diperhatikan pada

gamelan adalah perspektif

kualitasnya yang menyangkut aspek

audio dan visualisasinya. Gamelan

yang diciptakan dengan perhitungan

Page 4: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

3

matang pada kualitas bunyi (sound

quality) yang dihasilkan merupakan

salah satu penunjang keberhasilan

sebuah penyajian karawitan, di

samping aspek penunjang lainnya,

misalnya kemampuan pengrawit

secara individual pada ketiga ranah.

Pertama, yaitu kemampuan secara

kognitif, meliputi: tafsir garap

gending, tafsir garap instrumen,

ketepatan pemilihan cengkok dan

variasinya. Kedua, kemampuan pada

psikomotorik, meliputi: ketrampilan

dalam memainkan instrumen

gamelan. Ketiga, adalah kemampuan

afektif yang meliputi: perilaku dan

sikap, baik pada saat bermain

gamelan maupun tidak.

Kualitas bunyi yang baik

pada masing-masing instrumen

gamelan menjadi salah satu faktor

penting yang dapat menentukan

kualitas sebuah sajian karawitan,

baik yang berkonsep tontonan

maupun tidak. Kualitas pada aspek

visual untuk sajian karawitan melalui

media elektronik audio (radio, tape,

cd dan perangkat elektronik audio

lainnya) tidak menumbuhkan efek

apapun bagi pendengarnya, karena

tidak ada gambaran secara visual

yang dapat diindera dengan

penglihatan. Namun bagi para

pengrawit (pemain gamelan) pada

saat beraktivitas, baik pada saat

melakukan proses perekaman atau

siaran langsung, kualitas bunyi

tersebut dapat menumbuhkan efek

psikologis. Dampaknya ada dua

kemungkinan, yaitu: dapat

meningkatkan atau sebaliknya

menurunkan semangat pada proses

penyajiannya.

Aspek kualitas bunyi pada

instrumen gamelan meliputi: keras-

lembut, kenyaringan, dan resonansi

yang terkait dengan panjang-pendek,

intonasi, kuantitas, dan tingkat

kerapatan gelombangnya. Satu hal

yang sangat signifikan dan sangat

penting untuk diperhatikan adalah

ketepatan larasan nadanya. Kualitas

bunyi dan penampilan yang dimiliki

gamelan di keraton Yogyakarta atau

Surakarta merupakan salah satu dari

beberapa koleksi artefak kuno yang

sangat membanggakan. Vetter

menjelaskan bahwa keistimewaan

pada keunikan bunyi dan

karakteristik visual masing-masing

perangkat gamelan di keraton

menjadi sebuah inspirasi untuk

Page 5: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

4

memberikan penghargaan dengan

sebutan “kanjeng kyahi” dari kata

“ingkang panjenengan kyahi” yang

biasanya disingkat menjadi KK

(Vetter, 1992: 43).

PERKEMBANGAN SENI

KARAWITAN PADA MASA

LAMPAU

Telah lama diakui bahwa

musik (termasuk seni karawitan)

adalah bagian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan manusia. Musik

dianggap sebagai salah satu cermin

dari masyarakat tertentu karena

melalui terlihat ritual dan budaya

sehari-hari. Musik sebagai karya

manusia juga tidak dapat dilepaskan

dari latar belakang budaya serta

masyarakatnya. Dalam bentuk yang

paling sederhana, dipahami bahwa

melalui musik, pencipta lagu akan

menuangkan seluruh pemikiran, daya

cipta dan perasaannya, dan melalui

musik pula orang dapat menghargai

keindahan dan memperoleh

ketenangan. Perkembangan

instrumen gamelan dan alat musik

lainnya di Jawa pada masa lampau

dapat ditemukan pada relief candi,

prasasti, dan beberapa piagam kuno

lainnya (Kunst, 1973: 11).

Masing-masing instrumen

diciptakan secara bertahap dan

sangat dimungkinkan juga muncul

secara terpisah dari sisi waktu, lokasi

dan fungsinya dalam kehidupan

masyarakat Jawa pada masa lampau.

Beberapa peninggalan sejarah

berbentuk relief pada candi batu,

yaitu candi Dieng dan Candi Sari

yang berasal dari abad VIII,

memberikan informasi mengenai

beberapa alat musik yang diprediksi

sebagai embrio dari beberapa

instrumen musik yang terdapat pada

gamelan saat ini, misalnya: genta,

sitar dan kecer (Soetrisno, 1981: 10).

Sejarah gamelan pada masa

Hindu Jawa tersebut (abad VIII

hingga abad XI) hanya memberikan

sedikit keterangan secara visual dan

tidak dapat memberikan keterangan

yang akurat, demikian juga pada

aktivitasnya (Sumarsam, 1995: 11).

Sama halnya dengan relief yang

terdapat pada candi Prambanan,

candi Pawon, candi Mendut dan

candi Borobudur (Palgunadi, 2002:

9).

Page 6: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

5

Sedyawati dalam bukunya

Seni Pertunjukan Indonesia

menjelaskan sejarah tari berdasarkan

data utama relief bangunan suci Jawa

Tengah yaitu Borobudur, Prambanan

dan Sewu. Sikap tari pada relief–

relief tersebut merupakan varian atau

ornamentasi tari tertentu. Kelima

sikap kaki yang diuraikan dalam

Natya Sastra semuanya jelas ada

pada relief-relief tari ini terutama

candi Siwa (Kompleks Prambanan)

dan Borobudur, demikian juga pada

bangunan suci Sewu. Alat musik

yang terdapat pada adegan tarian

tersebut berfungsi sebagai penekanan

irama/ritme dan melodi. Alat musik

yang ada seperti kendang susun tiga,

cymbal, kendang silinder, tongkat

gesek dan sebagainya. Ini

membuktikan bahwa sebenarnya

antara seni tari dan seni musik ada

kaitan yang erat dan saling

membutuhkan (Sedyawati, 1981:

137).

Beberapa instrumen musik

tampak pada relief candi Borobudur,

misalnya relief karmawibhangga

yang menceritakan hukum karma

atau hukum sebab akibat yang

dipahatkan pada dinding kaki candi.

Seni tari dan seni musik sejak jaman

dulu mendapat penghargaan yang

tinggi terbukti dengan banyaknya

relief alat musik dan adegan tarian

pada dinding candi. Selain itu

banyak juga naskah kuno yang

menyebutkan keistimewaan alat

musik gamelan dan sebagainya

hingga tidak ada bandingnya di

negeri lain di Asia Tenggara.

Gambar 1: Relief Candi Borobudur

Panil nomor Iba. 233a

Page 7: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

1

Relief di atas menunjukkan

adegan penari dan pemusik dengan

instrumen musiknya (tanda panah).

Bagian tengah panil memperlihatkan

seorang penari wanita berdiri di atas

suatu tempat yang agak tinggi

(batur) dan di kiri penari berdiri

seorang laki-laki berjenggot yang

bertepuk tangan. Anggota badan

manusia sebagai sumber bunyi

(tepuk tangan), instrumen musik

dengan jumlah yang minimal, dan

pose bentuk tubuh manusia pada saat

melakukan tarian secara sekilas

memberikan informasi keterkaitan

antara tari dan musik sebagai

pengiringnya.

Kreativitas manusia pada

proses perkembangan budaya saat itu

setidaknya menunjukkan tingkatan

kemampuan dalam berolah seni,

meskipun bentuk gerakannya jauh

berbeda bila dibandingkan dengan

gerakan tari pada saat ini. Demikian

juga dengan jumlah dan jenis

instrumen musik yang tidak

sebanyak seperti saat ini, serta jenis

instrumen yang terlihat masih sangat

sederhana.

Pada kurun waktu berikutnya,

tercipta beberapa instrumen musik

dengan bentuk dan namanya yang

sangat beragam, sebagai salah satu

contoh adalah instrumen kendang.

Beberapa istilah yang diperoleh dari

artefak sejarah yang diketemukan

memberikan informasi bahwa

instrumen kendang mempunyai

beberapa istilah yang berbeda untuk

menyebutkannya, yaitu: padahi,

pataha, padaha, muraba, murawa,

muraja, dan mredangga. Kreativitas

masyarakat Jawa pada masa lampau

berkembang seiring dengan

perjalanan waktu hingga pada

akhirnya terbentuklah seperangkat

instrumen musik Jawa secara

lengkap yang disebut gamelan

(Sutrisno, 1981: 5). Lebih spesifik

disebut gamelan gedhe atau jangkep,

yaitu seperangkat gamelan lengkap

yang biasa dimiliki masyarakat

secara umum (Palgunadi, 2002: 211).

Sejarah perkembangan alat

musik gamelan telah diteliti oleh

Soetrisno, seorang arkeolog yang

mempunyai perhatian besar pada

sejarah perkembangan gamelan

Jawa. Hasil penelitian berdasarkan

peninggalan arkeologis kemudian

disajikan secara terperinci dalam

bukunya yang berjudul „Sejarah

Page 8: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

2

Karawitan‟ diterbitkan oleh

Akademi Seni Tari Indonesia tahun

1981. Informasi mengenai

perkembangan gamelan dimulai dari

kemunculan alat musik yang masih

sangat sederhana, baik yang berdiri

sendiri sebagai salah satu

kelengkapan dalam upacara

adat/ritual atau dalam sebuah

kelompok dalam jumlah yang kecil.

Proses perkembangan dalam

rentang waktu hingga ratusan tahun

membuahkan kreativitas untuk

menggabungkan satu persatu dari

alat musik yang ada menjadi

kelompok yang lebih besar. Tahapan

tertentu pada perkembangannya

menghasilkan seperangkat alat musik

dengan keragaman bentuk, ukuran,

laras, teknik memainkan, dan

estetika penyajiannya yang semakin

baik. Akhirnya, perangkat ini disebut

dengan istilah yang sangat dikenal,

yaitu „gamelan‟.

FUNGSI SOSIAL SENI

KARAWITAN JAWA

Dalam banyak masyarakat,

fungsi seni karawitan Jawa dapat

dijelaskan melalui terminologi sosial

yang eksklusif: musik digunakan

dalam tarian dan permainan; media

pendidikan; terapi; mengorganisir

kerja dan perang; dalam upacara dan

ritual; penanda kelahiran,

perkawinan dan kematian;

merayakan panen dan penobatan;

meneguhkan kepercayaan dan

kegiatan tradisi. Orang dapat

menikmati seni karawitan secara

individual, tetapi belum tentu

bermaksud untuk membuat perasaan

mereka lebih nyaman.

Pendekatan penting dalam

mempelajari dunia musik secara

esensial adalah taksonomik atau

klasifatori sebagai langkah pertama

memahami musik dan budaya.

Dalam pendekatan ini, suara musikal

secara budaya digolongkan dalam:

alat yang dipergunakan, bentuk

musik, skala dan sistem penalaan

yang digunakan, konteks sosial

dimana musik tersebut hadir, dan

sebagainya. Dengan menggunakan

beberapa informasi tersebut, maka

dimungkinkan untuk menemukan

peta musik yang komparatif untuk

mengelompokkan berbagai budaya

dengan musik yang memiliki

kesamaan.

Page 9: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

3

Seni karawitan sebagai media

pendidikan dapat dilihat dari sudut

pandang cara membunyikannya, di

mana karawitan menjadi sajian seni

musik yang enak didengar bila

dimainkan secara bersama-sama. Ini

mencerminkan bahwa kebersamaan

menjadi satu hal yang sangat penting

untuk mencapai hasil musik yang

berkualitas (garapan musikal).

Berarti pula ini merupakan

pendidikan budi pekerti agar kita

hidup dalam kebersamaan saling

bergotong royong, tenggang rasa,

tepa selira, empan papan duga

sulaya bukan waton sulaya,

menghindari sifat egois dan

individualis. Tidak heran apabila

pendidikan seni karawitan Jawa lebih

baik diberikan sedini mungkin

kepada anak-anak didik kita sebagai

modal pemahaman kebersamaan.

Melalui bangku pendidikan formal

seperti Sekolah Menengah Karawitan

Indonesia baik di Padang Sumatera

Barat, Bandung Jawa Barat,

Yogyakarta, Solo, Banyumas,

Surabaya, Denpasar Bali dan

Makasar menjadi contoh keseriusan

pemerintah dalam menunjukkan

upaya pelestarian budaya yang

adiluhung ini.

Fungsi musik dalam dunia

pendidikan juga diungkapkan oleh

beberapa tokoh pendidikan musik di

barat seperti Peter Fletcher dan

Martin Cooper. Pendidikan musik

penting diberikan karena dari itu kita

bisa memperoleh pengetahuan

teoritis dan kemungkinan lebih luas

tentang teknik eksplorasi dalam

berbagai eksperimen musikal yang

mungkin akan muncul kemudian.

Ungkapan dan gagasan

tersebut antara lain:

Tthe ancient Greek believed

that music was the primary

influence on the soul and the

arithmetical proportions

inherent in the harmonic

series provided a vital link

between science and

aesthetics, mind and spirit.

(Flecher, 1987: xii-xiii)

Pendapat lainnya tentang hal

ini adalah seperti berikut:

Rhythm, pitch, intervals and

andeed patterns are all

subject to mathematical laws,

Page 10: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

4

and we should never forget

that for at least the eight

hundred years separating St

Augustine from Plato,

„music‟ was considered a

department and mathematics

a department of phylosophy.

(Cooper, 1988: 238)

Belakangan ini gencar

diberitakan hasil mutakhir penelitian

barat yang menyebutkan bahwa

musik yang seimbang dalam 4

unsurnya yaitu melodi, harmoni,

ritme dan timbre dapat dipergunakan

sebagai media pendidikan dan

mampu mempertajam kecerdasan

dan meningkatkan IQ. Salah satu

pendapat seorang pakar musik

menyebutkan bahwa:

Dengan mengembangkan

kemampuan musik maka

akan dimiliki keunggulan-

keunggulan yang

menyertainya. Kegiatan

latihan, mendengarkan dan

menghargai musik akan

meningkatkan perkembangan

kognitif, fisik, emosi dan

sosial (Djohan, 2003: 141).

Namun sesungguhnya nenek

moyang kita telah menemukan

konsep yang lebih unggul, yaitu

apapun profesi seseorang setelah

dewasa, pendidikan dasar semua

anak adalah tari, olah tubuh, olah

seni termasuk gamelannya (Hidajat,

2005: 20). Jadi seni tari dan seni

musik juga memiliki kaitan erat

dalam proses pendidikan dunia anak.

Merriam (1964: 225-267),

menyebutkan bahwa ada 10 fungsi

seni musik dalam kehidupan manusia

yang telah berlangsung dari dulu

hingga kini. Salah satunya berfungsi

sebagai pendukung kegiatan ritual

religius. Kegiatan ritual memiliki

bermacam-macam maksud serta

tujuan, antara lain ritual untuk

penyembuhan, kesejahteraan, serta

kesuburan. Mengenai fungsi musik

pada ritual penyembuhan, Djohan

(2006: 57) mengutip pernyataan

Kenny menyatakan sebagai berikut:

Biasanya berupa penggunaan

musik ritual milik suatu

komunitas tertentu (baik

komunitas religius, sosial

atau kultural) untuk tujuan

penyembuhan. Pada

Page 11: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

5

umumnya, ritus upacara

sudah ada tetapi dapat juga

diciptakan dan

dikembangkan musik tertentu

untuk tujuan khusus atau

memenuhi kebutuhan

kelompok tertentu.

Upacara ritual terasa lebih

khusyuk dengan hadirnya kesenian

yang mendampingi serta melengkapi

perjalanan upacara. Ruwatan seperti

murwakala, bersih desa, ruwat bumi,

ruwat bangun terasa lengkap dengan

hadirnya pergelaran wayang kulit

semalam suntuk dengan iringan

karawitan Jawa.

Lebih lanjut seperti yang

ditulis Djohan (2008: 268),

disebutkan bahwa musik seringkali

digunakan sebagai bagian dari tim

pengobatan interdisiplin termasuk

pengurangan rasa sakit, kecemasan,

manajemen stress, komunikasi, dan

ekspresi emosi.

Banyak masyarakat Jawa

yang berprofesi sebagai seniman

karawitan dengan kata lain

menggantungkan hidupnya pada

cabang seni ini sebagai tempat

mencari penghasilan atau

pendapatan. Karawitan menjadi

hiburan dengan warna tersendiri bagi

masyarakat Jawa. Sajian pangkur

jenggleng, campur sari,

panembrama, uyon-uyon, siteran

gadhon, cokekan, langgam, santi

swaran adalah “nomor-nomor

pilihan” yang digemari masyarakat.

Seni karawitan juga bisa

digunakan sebagai iringan seni yang

lain, seperti tari, teater, dan

pedalangan. Seni tari dengan seni

musik karawitan memiliki hubungan

yang sangat erat dalam upaya

membangun daya hidup tari,

dinamika dan penyuasanaan tertentu.

Hidajat (2005: 53) dalam bukunya

berjudul Wawasan Seni Tari

menyatakan bahwa musik dalam

karya seni tari (koreografi) bersifat

fungsional setidaknya terdapat 3

fungsi antara lain: musik sebagai

iringan gerak, musik sebagai

penegasan gerak dan musik sebagai

ilustrasi.

Musik sebagai pengiring

gerak memberikan dasar irama pada

gerak, gerakan. Kehadiran karawitan

hanya dipentingkan untuk

memberikan kesesuaian irama musik

terhadap irama gerak. Pertimbangan

Page 12: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

6

secara umum pemilihan musik

sebagai iringan selain kesesuaian

irama dengan gerak adalah mampu

mengungkapkan karakteristik. Oleh

karenanya jenis musik sebagai

iringan atau partner gerak ini pada

umumnya untuk jenis koreografi

dramatik yaitu koreografi yang tidak

menekankan aspek cerita atau lakon

yang disampaikan secara kronologis.

Lebih lanjut Hidajat (2005:

55) menyatakan bahwa musik

sebagai iringan tari (bunyi

instrumen) juga dapat terpisah dari

gerakan penari, sebab gerakan tubuh

penari dapat mengeluarkan sumber

bunyi tertentu, seperti tepukan

tangan, tepukan badan, depakan kaki,

teriakan atau instrumen tertentu yang

dipegang atau diikatkan pada

anggota badan penari. Instrumen

sebagai pengiring yang demikian itu

disebut sebagai instrumen internal,

sedangkan instrumen eksternal

adalah instrumen yang mengeluarkan

sumber bunyi jauh dari penarinya.

Musik sebagai penegas gerak

oleh Hidajat diartikan bahwa musik

memiliki karakteristik yang mirip

dengan musik sebagai iringan tetapi

lebih bersifat teknis terhadap

gerakan, artinya musik tertentu

berfungsi sebagai penumpu gerak

dan musik yang lain memberi

tekanan terhadap gerakan sehingga

gerakan tangan, kaki atau bagian

yang lain memiliki rasa musikalitas

yang mantap.

Di dalam tari tradisi Jawa,

salah satu instrumen yang

berhubungan erat dengan fenomena

ini adalah peran isntrumen kendang.

Esensi instrumen kendang memiliki

peran penting sebagai pembawa rasa

seni karawitan ketika dijadikan

partner tari. Karawitan tari belum

dapat bermanfaat secara optimal

tanpa adanya kendang, terutama bagi

gerakan yang membutuhkan tekanan.

Kendang sebagai pamurba irama

atau pemimpin jalannya irama juga

dapat menjadi mediator

keseimbangan antara tari dengan

karawitan (Trustho, 2005: 99).

Musik sebagai ilustrasi

menurut Hidajat (2005: 54) adalah

musik yang difungsikan untuk

memberikan suasana koreografi

sehingga peristiwa yang

digambarkan mampu terbangun

dalam persepsi penonton. Musik

karawitan sebagai ilustrasi untuk

Page 13: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

7

membangun suasana pada umumnya

digunakan pada koreografi yang

berstruktur dramatari. Adegan-

adegan yang dibangun membutuhkan

dukungan penyuasanaan, baik untuk

menggambarkan lingkungan tertentu

atau untuk mengungkapkan suasana

hati.

Sebuah garapan musikal

iringan tari juga dipilih karena

pertimbangan waktu yaitu ritme dan

tempo. Pilihan ini dilakukan karena

struktur metrikal musik yang

memperkuat metrikal tariannya.

Lewat struktur ritmisnya seni

karawitan sebagai iringan

membimbing terwujudnya struktur

ritmis respon gerak. Di samping itu

melalui penggunaan waktu, tempo

dan intensitas, musik dapat pula

mengendalikan kualitas, jangkauan

dan intensitas gerak.

Musik karawitan Jawa

sebagai iringan tari dapat

mensugestikan atau

mengekspresikan gerakan yang

mengalir atau tersendat-sendat,

gerakan maju atau mundur, kuat atau

lemah, semangat, serius atau main-

main. Seorang penata tari biasanya

membutuhkan topangan musik yang

mampu menguatkan kualitas gerak

yang secara tepat mengikuti pola-

pola ritme gerakan penari.

Nada-nada yang melodis dan

harmonis yang ditimbulkan oleh

nada-nada gamelan Jawa

mengandung kualitas-kualitas

emosional yang siap menunjang dan

mengiringi unsur-unsur ritmikal

gerak sehingga terciptalah suasana

rasa sebuah tarian. Elemen musik

seperti ritme, tempo, laya dan

dinamika berfungsi sebagai sarana

umpan balik dengan gerak tari dan

juga untuk mengatur keseimbangan

irama musik dengan irama tari.

Irama merupakan faktor utama bagi

sebuah sajian tari.

Saling ketergantungan antara

seni tari dan musik ditegaskan oleh

Sedyawati dalam tulisan ,”

Permasalahan Sejarah Tari Dilihat

Pada Khusus Masa Jawa Kuna” di

majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia

tahun 1980, IX no 2 dan 3 : 103-141

menjelaskan sejarah tari berdasarkan

data utama relief bangunan suci Jawa

Tengah yaitu Borobudur, Prambanan

dan Sewu. Sikap tari pada relief –

relief tersebut merupakan varian atau

ornamentasi tari tertentu dan alat

Page 14: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

8

musik yang terdapat pada relief

tersebut berfungsi sebagai penekanan

irama/ritme dan melodi (Sedyawati,

2003: 18). Relief ini juga menjadi

bukti bahwa seni musik memiliki

peran penting pada kehidupan masa

lalu. Perhatikan salah satu contoh

relief candi sebagai berikut:

Gambar 2. Relief Candi Borobudur

Panil nomor Ia 95

Menggambarkan Sang Bodhisatva sedang diganggu para penari putri yang

dipimpin oleh Mara. (Foto: reproduksi dari Krom, 1920)

PERKEMBANGAN ESTETIKA

MUSIKAL KARAWITAN JAWA

Munculnya gamelan

komputer pada abad XX ini terasa

begitu mewarnai keberadaan seni

karawitan pada masyarakat

pendukungnya. Kehadirannya

menjadi fenomena tersendiri di

kalangan seniman karawitan.

Terutama pada seniman karawitan

yang tergolong generasi muda.

Bagaimana tidak? Semangat baru

muncul ketika budaya modern

memasuki budaya tradisional ini.

Contohnya adalah dimasukkannya

perangkat musik modern seperti

misalnya terompet dan snare drum

pada iringan tari bedhaya di Kraton

Yogyakarta atau gitar elektrik baik

gitar string ataupun bass, keyboard,

drum set pada kesenian campursari.

Kehadiran instrumen musik

elektrik mewarnai perangkat

instrumen gamelan yang megah,

agung, artistik dan adi luhung

dengan sejumlah niyaga yang

dengan anggun lenggah semanggem.

Cukup dengan menancapkan flash

disk atau memasukkan CD ke dalam

perangkat alat musik keyboard,

suasana “dianggap” menjadi lebih

meriah dan hingar bingar, sejalan

Page 15: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

2

serta seirama dengan perkembangan

jiwa anak muda dan sebagian

masyarakat pada umumnya. Hal ini

sering kita jumpai pada hajatan-

hajatan masyarakat seperti

pernikahan, tasyakuran sunatan,

ulang tahun pernikahan, dan

sebagainya.

Secara ekonomis

perkembangan seni budaya ini juga

mempengaruhi pendapatan

senimannya. Oleh karena

kepopulerannya, maka kesenian ini

sering ditanggap atau diundang

sebagai pengisi acara sekaligus

penghibur, dan dengan demikian

berarti para pemain akan mendapat

tambahan uang jasa.

Manusia adalah makhluk

biokultural, ia adalah produk

interaksi antara faktor-faktor biologis

dan budaya. Sulit disangkal bahwa

setiap perbuatan manusia apabila

ditelusuri, pada akhirnya akan

terlihat sesuatu yang terasa

menghubungkan antara satu fenomen

dengan fenomen yang lain. Sesuatu

yang terus berulang. Bila dilihat dari

cara menampilkan dirinya, bisa kita

lihat bahwa manusia sebagai

individu merupakan sisi yang amat

penting untuk diamati dan dipelajari.

Tiap individu mempunyai “rambu-

rambu” dalam memilih tindakan,

apakah dia akan kompromistis

dengan sistem nilai yang ada atau

mempunyai suatu naluri individual

lainnya, yaitu mengambil jarak dan

berkelompok dengan cara memilih

individu dengan pertimbangan

pikiran dan perasaan yang

dimilikinya, baik yang bersifat

instingtif maupun secara canggih

yaitu dari olah pikir dan olah rasa,

tegasnya mengenai pengetahuannya.

Pada perayaan pernikahan

seringkali terjadi ketika perjalanan

sepasang pengantin menuju

pelaminan diiringan gending kodhok

ngorek atau gending gati yang

dipadu dengan instrumen terompet

serta snare drum untuk memberikan

tekanan irama musik. Nilai estetis

akustik karawitan Jawa muncul

dengan warna baru. Nada dan laras

gamelan sebagai ciri khas musik

Jawa terpadu dengan dentuman

snare drum serta lengkingan

terompet memberi kesan anggun

berwibawa, lebih tegas dan mantap.

Hal ini juga sering kita saksikan pada

pertunjukan lain seperti wayang kulit

Page 16: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

3

purwa. Seorang dalang terkenal

seperti Ki Manteb Sudarsono “Si

Dhalang Setan” pada waktu

melakukan atraksi sabetan wayang

kulit dalam sebuah adegan perang,

pada garap iringannya sering

ditambahkan instrumen musik barat

seperti drum, cymbal dan

trombon/terompet untuk mendukung

suasana.

Seni tradisi dihadapkan

secara diametral dengan perubahan

yang pesat di segala sektor. Itulah

yang secara sederhana disebut

sebagai modern. Tradisi dan modern

menjadi dua kutub yang bisa saling

mengisi dan saling tarik menarik

sehingga muncul warna baru,

walaupun di satu sisi masih ada yang

mempersoalkan efektifitas dan

efisiensi. Memang perubahan

membawa resiko yang besar dan

serius tentang tatanan kehidupan

(nilai-nilai) masyarakat.

Atas nama efektifitas dan

efisiensi misalnya, ada kalanya

“terpaksa” harus menggusur

sebagian tradisi yang ada. Akan

tetapi, pada suatu ketika muncul

dilema, yakni ketika tradisi digusur,

maka yang terjadi justeru

ketidakjelasan. Sebuah gerak

langkah tanpa arah dan pijakan. Arah

yang terlalu kencang menuju ke titik

sasaran di depannya, tetap

membutuhkan kontrol, sebab sasaran

di depan bisa jadi masih impian,

angan-angan yang belum jelas benar

sosok atau bentuknya. Sementara itu

seni tradisi justeru memberikan

kearifan, kemapanan, memberikan

nilai-nilai yang dapat dijadikan dasar

pijak. Melangkah dengan pijakan

yang jelas akan terhindar dari

kegamangan.

Menempatkan seni tradisi di

satu sisi dan perubahan di sisi yang

lain secara proporsional akan

terhindar dari diskusi yang

melingkar-lingkar di sekitar dikotomi

tradisi dan modern, yang berujung

pada saling mempertentangkan.

Saling mempertentangkan di antara

keduanya artinya terjebak pada

pemaknaan yang kurang cerdas dan

arif, serta pilihan yang kurang

bijaksana.

Pada kenyataannya dalam

kehidupan sehari-hari kita tidak

dapat memilih salah sesuatu secara

fanatik. Kita tidak dapat begitu saja

menisbikan salah satu, kemudian

Page 17: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

4

menokohkan yang lainnya.

Keduanya dengan segala kekurangan

dan kelebihannya memberikan nilai

dan maknanya sendiri-sendiri.

Masing-masing akan saling

melengkapi dalam rangka meraih

keselarasan.

Bagaimana dan dimana peran

seni tradisi dalam kehidupan

sekarang dan yang akan datang

secara eksplisit dapat dilihat dari

potensi yang dimiliki oleh seni

tradisi. Perubahan tanpa kesadaran

membelah diri dengan karakter-

karakter dasar akan beresiko sangat

tinggi, misalnya terjadi disorientasi,

kehilangan arah, dan karenanya

menjadi limbung. Pada akhirnya

akan melahirkan sebuah pribadi yang

gamang atau suatu kelompok

masyarakat tanpa identitas.

Revitalisasi seni musik tradisi

seperti seni karawitan Jawa dalam

era transformasi budaya yang

berkecepatan mega speed seperti

sekarang ini sudah dengan sendirinya

mengandalkan adanya proyek-

proyek penelitian yang diharapkan

dapat mengembangkan genre ini

sesuai percepatan aktivitas kita dan

perubahan kultur serta nilai yang

kadang sangat ekstrim dibanding

dengan kondisi para pendahulu di

masa lalu.

Perubahan dari budaya

agraris menjadi budaya transisi

industrial, perubahan gotong royong

ke orientasi profesi, perubahan dari

budaya tepa slira ke budaya

formalisme, semuanya itu

berpengaruh kepada perubahan visi,

persepsi, sikap dan tanggapan kita,

tidak saja kepada seni musik tradisi,

bahkan kepada hubungan personal

kita dengan orang lain.

Perkembangan satu demi satu

seni musik tradisi kita telah

membuktikan bahwa perhatian

masyarakat terhadap genre ini kian

hari kian bertambah dan apresiatif.

Di satu pihak upaya revitalisasi dan

rasionalisasi genre ini perlu disambut

dengan baik, tetapi perlu juga

diingat, bila hal ini tidak diikuti

dengan pemikiran jangka panjang ke

arah pembentukan masyarakat

pendukungnya melalui transmisi

formal (pendidikan), maka niat baik

itu akan berubah menjadi

“bumerang-bumerang” yang

mematikan genre itu sendiri.

Page 18: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

5

Tantangan yang kini kita

hadapi dalam rangka revitalisasi seni

musik tradisi dengan demikian

sangat jelas dan sifatnya challenging.

Pemikiran-pemikiran yang sifatnya

tentatif, tergambar kemana arahnya,

yakni ketidak jelasan perspektif atas

masa depan dan perkembangan genre

ini.

Perkembangan estetika

musikal seni karawitan Jawa di

masyarakat mempengaruhi berbagai

aspek dalam masyarakat

pendukungnya. Pengaruh tersebut

antara lain berbagai faktor sebagai

berikut:

1. Faktor Ekonomi:

Perpaduan budaya barat dan

timur seperti yang terjadi pada seni

karawitan Jawa memberikan warna

baru pada kesenian ini. Hal ini

mengakibatkan kesenian ini lebih

digemari oleh generasi muda, dan

secara langsung berpengaruh pula

pada masyarakat pendukungnya.

Sebagai contoh: jumlah jadwal

pentas bertambah banyak, maka

pendapatan makin besar; penjahit

baju seragam/kostum seniman

mendapat tambahan pesanan jahitan;

pengrajin gamelan mendapat

tambahan pesanan instrumen dan

sebagainya. Pokoknya masyarakat

yang berhubungan dengan kesenian

ini baik secara langsung maupun

tidak langsung mendapatkan

keuntungan yang relatif bisa

dikatakan lebih dari biasanya.

2. Faktor Sosial

Prestise atau gengsi menjadi

ciri dari masyarakat masa kini.

Kadangkala ini menjadi tujuan.

Beberapa masyarakat beranggapan

bahwa dengan mempergunakan

peralatan yang berbau “modern

kebaratan” berarti lebih canggih,

tidak kuno dan kecanggihan ini bagi

mereka (sebagian) dianggap mampu

meningkatkan “gengsi”. Hal ini

terbukti dengan hadirnya kesenian

campursari yang memadukan alat

musik Jawa dengan alat musik

modern. Kenyataan di lapangan

kesenian ini disukai oleh

masyarakat/kaum muda. Begitu juga

dengan pemain musiknya, seolah-

olah kepercayaan dirinya meningkat

tajam apabila tampil

mempergunakan perangkat

instrumen musik ini.

3. Faktor Budaya

Page 19: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

6

Bila kita benar-benar

memanfaatkan seni budaya ini, maka

akan kita mendapatkan satu sumber

media sosial, media pendidikan budi

pekerti seperti: tenggang rasa, tepa

selira, kebersamaan, dan gotong

royong. Sifat individualis, egois akan

terkikis dalam proses pendidikan

karawitan Jawa oleh sebab untuk

mencapai garapan musikal karawitan

Jawa yang ideal sangat dibutuhkan

kehalusan rasa, kejelian, ketelatenan,

kesabaran, serta kebersamaan.

Perasaan akan kerumitan, keremitan

dalam garap gendhing (lagu) akan

dihadapi siswa didik dalam proses

pembelajaran karawitan Jawa pada

awal proses latihan. Bila ini

dilakukan terus-menerus pada

saatnya nanti akan membentuk

pribadi yang mampu menghargai

orang lain, tidak mencari menangnya

sendiri, sabar, teliti penuh toleransi.

Setidaknya itulah yang diharapkan

oleh nenek moyang kita melalui

karawitan Jawa ini. Namun, kita

tidak boleh terlena. Bila kita melihat

kenyataan sekarang ini, dimana

kehidupan semakin penuh dengan

tantangan, seolah ramalan

Rongowarsito “jamanne jaman

edan, yen ora ngedan ora komanan”

benar-benar semakin dekat bahkan

seolah seudah menjadi kenyataan.

Seni modern tidak bisa dipungkiri

kehadirannya, namun kita harus

mampu menjaga nilai tradisi.

Pengenalan seni karawitan

Jawa sedini mungkin kepada anak-

anak didik kita, meskipun hanya

dengan menunjukkan gambar atau

mendengarkan kaset rekaman

sepertinya mampu memberi

tambahan pengetahuan serta

memperluas wawasan pengetahuan

mereka. Semakin dini mereka

mengenal, maka mereka akan

semakin mencintai budaya sendiri

yang penuh dengan pendidikan budi

pekerti. Jangan sampai mereka

“teracuni” oleh budaya-budaya yang

negatif karena mereka (anak-anak)

belum mampu membedakannya.

Bila tulisan di atas ditelaah

dengan seksama, maka antara seni

karawitan Jawa dan masyarakat

pendukungnya (seniman tari

tradisional, pengrawit/ pemusik,

penghayat/pandhemen)

sesungguhnya terdapat hubungan

saling ketergantungan terhadap

kebutuhan yang sama. Berikut adalah

Page 20: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

1

skema hubungan saling ketergantungan terhadap kebutuhan yang sama

:

Pengrawit Seni Pandhemen

Karawitan

Jawa

Gb. 3. Skema mutual simbiosis antara pengrawit dan pandhemen

Keterkaitan atau hubungan

saling menguntungkan antara

pengrawit dan pandhemen dengan

adanya seni karawitan terlihat dalam

sistem susunan secara horisontal.

Keterkaitan ini merupakan wujud

relasi mutual simbiosis antara

pengrawit dan pandhemen seni

karawitan Jawa.

KESIMPULAN

Gamelan Jawa merupakan

seperangkat alat musik yang menjadi

salah satu objek penting dalam

lingkup pembicaraan musik di antara

ribuan alat musik lain yang terdapat

di dunia. Sejak jaman prasejarah

hingga kini seni karawitan telah

mengalami berkali-kali perubahan

baik pada bentuk maupun jumlahnya.

Gamelan mempunyai posisi yang

sangat unik pada proses

perkembangan sejarahnya.

Reputasinya mampu menembus

wilayah percaturan musik dunia.

Beberapa keistimewaan

gamelan Jawa terdapat pada aspek

audio dan visualnya. Keistimewaan

pada aspek audio meliputi: warna

bunyi (tone colour), laras (scale

system), embat (interval), dan

pelayangan (sound wave), sedangkan

keistimewaan pada aspek visualnya

meliputi: bentuk, konstruksi,

keindahan material yang dipakai, dan

ornamennya.

Keistimewaan pada kedua

aspek dan dukungan kualitas pada

aspek musikalnya mendorong

masyarakat dunia untuk mengakui

Page 21: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

2

bahwa gamelan Jawa adalah „the

most sophisticated music in the

world‟. Negara yang sudah maju dan

mempunyai peluang untuk

mempelajari musik dunia, misalnya:

Amerika Serikat, Kanada, Jepang,

Eropa, Australia, dan beberapa

negara lainnya telah menjadikan

gamelan Jawa sebagai lambang

status pada beberapa universitasnya.

Fungsi musik karawitan Jawa

dapat dijelaskan melalui terminologi

sosial yang eksklusif: musik

digunakan dalam tarian dan

permainan; media pendidikan; terapi;

mengorganisir kerja dan perang;

dalam upacara dan ritual; penanda

kelahiran, perkawinan dan kematian;

merayakan panen dan penobatan;

meneguhkan kepercayaan dan

kegiatan tradisi. Orang dapat

menikmati seni karawitan secara

individual tetapi belum tentu

bermaksud untuk membuat perasaan

mereka lebih nyaman.

Hadirnya “gamelan

komputer” pada abad XX ini terasa

begitu mewarnai keberadaan seni

karawitan pada masyarakat

pendukungnya. Kehadirannya

menjadi fenomena tersendiri di

kalangan seniman karawitan.

Terutama pada seniman karawitan

yang tergolong generasi muda.

Semangat baru muncul ketika

budaya modern memasuki budaya

tradisional ini.

Perkembangan estetika musikal

seni karawitan Jawa di masyarakat

mempengaruhi berbagai aspek

dalam masyarakat, antara lain faktor

ekonomi, faktor sosial dan budaya.

Keterkaitan atau hubungan saling

menguntungkan antara pengrawit

dan pandhemen dengan adanya seni

karawitan Jawa terlihat dalam sistem

susunan secara horisontal.

Keterkaitan ini merupakan wujud

relasi mutual simbiosis antara

pengrawit dan pandhemen seni

karawitan Jawa.

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Irwan T. (Ed.). 2009.

Dinamika Masyarakat dan

Kebudayaan Kontemporer.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 22: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

3

Alfian. 1985. Persepsi Masyarakat

Tentang Kebudayaan, PT

Gramedia: Jakarta.

Bakker S. J., W. M. 1984. Filsafat

Kebudayaan: Sebuah

Pengantar, Yayasan

Kanisius: Yogyakarta dan B.

P. K. Gunung Mulia: Jakarta.

Copeer, Martin. 1988. Judgements

Of Value; Selected Writing

On Music, Dominic Cooper

(ed.), Oxford University

Press, London.

Djohan. 2003. Psikologi Musik,

Buku Baik, Yogyakarta.

Djohan. 2008. Psikologi Musik,

Kanisius, Yogyakarta.

Ferdinandus, PEJ. 2003. Alat Musik

Jawa Kuno, Yayasan

Mahardhika, Yogyakarta.

Flecher, Peter. 1987. Music and

Educations, Oxford

University Press, London.

Haberman Martini dan Meisel Tobei.

1981. Dance An Art In

Academe, terjemahan Ben

Suharto, Yogyakarta:

Diterjemahkan dan distensil

untuk kalangan Sendiri dalam

Lingkungan ASTI

Yogyakarta.

Haviland, W. A. 1985. Antropologi

Jilid 2, Surakarta: Erlangga.

Hidajat, Robby. 2005. Menerobos

Pembelajaran Tari

Pendidikan, Banjar Seni

Gantar Gumelar, Malang.

_____. 2005. Wawasan Seni Tari,

Banjar Seni Gantar Gumelar,

Malang.

Ihromi, T. 2006. Pokok-Pokok

Antropologi Budaya, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Jatmiko, Aditya. 2005. Tafsir Ajaran

Serat Wedhatama,

Yogyakarta: Pura Pustaka.

Kaplan, David. 2002. Teori Budaya,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 23: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

4

Koentjaraningrat. 1980. Teori

Sejarah Antropologi I,

Jakarta: UI Press.

_______. 1988. Metode-metode

Antropologi dalam

Penyelidikan Masyarakat dan

Kebudayaan Indonesia,

Jakarta: Penerbit Universitas.

_______. 1961. Beberapa Pokok-

Pokok Antropologi Sosial,

Jakarta: Dian Rakyat.

Kunst, Jaap. 1973. Music in Java: Its

History, Its Theory, and Its

Technique. 2 jilid. Edisi E.L.

Heins. The Hague: Martinus

Nijhoff.

Meriam, Alan P. 1964. The

Anthropology Of Music,

terjemahan Triyono

Bramantyo, North Western

University Press,

Bloomington.

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi,

Pengetahuan Dasar

Komposisi Tari, Departemen

Pendidikan Dan Kebudayaan.

Nettl, Bruno. 1992. The Excursion in

World Music, (New Jersey:

Simon & Schuster.

Palgunadi, Bram. 2002. Serat

Kandha Karawitan Jawi,

Bandung: Penerbit ITB.

Peursen, C. A. van. 1976. Strategi

Kebudayaan, Terj. Dick

Hartoko, Yayasan Kanisius:

Yogyakrta, 1976.

Soedarso Sp. 2003. Tinjauan Seni,

sebuah Pengantar Untuk

Apresiasi Seni, Saku Dayar

Sana, Yogyakarta.

______. 2006. Trilogi Seni,

Penciptaan, Eksistensi, Dan

Kegunaan Seni, Institut Seni

Indonesia Yogyakarta,

Yogyakarta.

Soedarsono, RM. 2003. Seni

Pertunjukan: Dari Perspektif,

Sosial dan Ekonomi.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Page 24: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

5

Soetrisno. 1981 Sejarah Karawitan,

Yogyakarta: Akademi Seni

Tari Yogyakarta.

Soetomo, Greg. 2007. Krisis Seni,

Krisis Kebudayaan, Pustaka

Filsafat: Yogyakarta.

Sumarsam. 1995. Gamelan: Cultural

Interaction and Musical

Development in Central Java,

Chicago: The University of

Chicago Press.

______. 2002. Hayatan Gamelan,

Surakarta: STSI Press

Surakarta.

Trustho. 2005. Kendang Dalam

Tradisi Tari Jawa, STSI

Press, Surakarta.

Vetter, Roger. 2001. “More Than

Meets The Eye and Ear:

Gamelan and Their Meaning

in A Central Javanese

Palace”, dalam Journal of the

Society for Asian Music. Vol.

XXXII-2. University of

Hawaii.

BIODATA PENULIS

Page 25: PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6483F7762BD642DEA913F3F... · 1 PERKEMBANGAN ESTETIKA MUSIKAL SENI KARAWITAN JAWA DAN PENGARUHNYA

2

Hartono lahir di Bantul, 9 Juni 1972. Menyelesaikan studi pada Jurusan

Seni Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Yogyakarta (1998) dan

Pengkajian Seni Musik Nusantara pada Pascasarjana ISI Yogyakarta (2010). Aktif

dalam berkarya seni dan menulis. Sejak 2003 menjadi pengajar tetap di Program

Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Seni dan Desain, Fakultas Sastra Universitas

Negeri Malang. Pengalaman berkarya seni antara lain:

1. Workshop seni karawitan Jawa bersama Kulturkontakt Jerman di

beberapa negara di Eropa tahun 1999, yakni Jerman, Itali dan Perancis.

2. Workshop seni karawitan Jawa dan pentas pakeliran di Amerika pada

tahun 2002 antara lain di:

a. University Of Illinois at Urbana Champaign, USA.

b. FROG (Friends Of The Gamelan) at Chicago, Illinois, USA.

c. Spring Concert bersama FROG (Friends Of The Gamelan) di

Rockefeller Chapel, Chicago, Illinois, USA.

3. Duta Seni Budaya Indonesia sebagai penata musik dan penari bersama

Universitas Negeri Malang (UM) ke Thailand tahun 2006.