kacang gude kinanthi

23
TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI LEGUM DAN SEREALIA POTENSI DAN PEMANFAATAN KACANG GUDE (Cajanus cajan (L) Millsp) ANGGOTA KELOMPOK: 1. Testi Kurnia F. H0606033 2.Winantri H0606035 3. Widhi Cahyani H0606073 4. Kinanthi Diah C. H0606085 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of kacang gude kinanthi

Page 1: kacang gude kinanthi

TUGAS MATA KULIAH

TEKNOLOGI LEGUM DAN SEREALIA

POTENSI DAN PEMANFAATANKACANG GUDE (Cajanus cajan (L) Millsp)

ANGGOTA KELOMPOK:

1. Testi Kurnia F. H06060332. Winantri H06060353. Widhi Cahyani H06060734. Kinanthi Diah C. H0606085

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009

Page 2: kacang gude kinanthi

POTENSI DAN PEMANFAATAN

KACANG GUDE (Cajanus cajan (L) Millsp)

A. Pendahuluan

Dalam beberapa tahun terakhir produksi kedelai Indonesia terus

merosot sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan. Padahal Indonesia

memiliki berbagai jenis kacang-kacangan yang berpotensi untuk

menggantikan atau paling tidak mendampingi penggunaan kacang kedelai

sebagai bahan pangan. Salah satu kacang-kacangan di Indonesia yang belum

begitu banyak dimanfaatkan sebagai sumber pangan layaknya kedelai adalah

kacang gude. Kacang gude mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan

vitamin yang cukup tinggi (Harian Pikiran Rakyat, 2001 dalam Kunia, 2008).

Bahkan Anonim (1997) menyebutkan bahwa kandungan proteinnya hingga

22%. Selain itu, tanaman kacang gude mudah sekali tumbuh dan sangat

produktif. Tanaman kacang gude membutuhkan sedikit air atau penyiraman

karena akarnya yang masuk sangat dalam ke tanah (Jose, 2009).

Di Indonesia kacang gude memiliki dikenal dengan nama lain: kacang

hiris (Sunda), kacang bali, ritik lias (Sumatera); Kacang gude, gude, kacang

kayu (Jawa), kance (Bugis); Kacang bali, ritik lias (Sumatera); kacang kaju

(Madura); Kekace, undis (Bali); lebui, legui, kacang iris, kacang turis; Puwe

jai (Halmahera), dan fou hate (Ternate, Tidore) (Rensisca, 2008).

Di luar negeri kacang gude dikenal sebagai: shu tuo (China), kagios,

kalios, kadios, gablas (Tagalog); straucherbse (Jerman), pigeon pea (Inggris)

(Rensisca, 2008). Kacang gude ini merupakan salah satu makanan tradisional

di Puertorico. Dan di India kacang gude merupakan sumber makanan utama.

Demikian pula di Afrika Selatan dan Amerika Tengah kacang gude sudah

cukup populer (Harian Pikiran Rakyat, 2001 dalam Kunia, 2008).

Dengan melihat pemanfaatan kacang gude yang sudah ada di

Indonesia, serta membandingkan dan mempelajari pemanfaatannya di negara-

negara lain, diharapkan dapat membuka wawasan kita tentang potensi lama

Page 3: kacang gude kinanthi

yang perlu dioptimalkan serta potensi baru yang bisa ditemukan dari kacang

gude.

B. Klasifikasi Ilmiah Kacang Gude

Kingdom : Plantae – Tumbuhan

Subkingdom : Tracheobionta – Tumbuhan berpembuluh

Superdivision : Spermatophyta – Tumbuhan berbiji

Division : Magnoliophyta – Tumbuhan berbunga

Class : Magnoliopsida – Berkeping ganda

Subclass : Rosidae

Order : Fabales

Family : Fabaceae – Famili kacang-kacangan

Genus : Cajanus Adans.

Species : Cajanus cajan (L.) Millsp. – Kacang gude

(Anonim, 2009).

C. Karakter Tanaman Kacang Gude

1. Sifat Fisik Tanaman

Batang : berkayu, bulat, beralur, berbulu, hijau kecokelatan dengan tinggi

1-2 m

Daun : berkumpul tiga, bertangkai pendek, dengan helai daun bulat telur

sampai elips, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan

menyirip dan warnanya hijau.

Bunga : majemuk dengan mahkota bentuk kupu-kupu, keluar dari ketiak

daun, bentuk tandan, karangan bunga 15- 30 cm serta berwarna

kuning.

Buah : polong, panjang 4 - 10 cm, berbulu dan pipih. Biji kecil dan

bulat. Warna kulit biji bisa putih keabu-abuan, kuning, cokelat

atau hitam.

Polong muda dapat dimakan. Polong tua dipanggang atau dibuat sejenis

tempe. Perkembangbiakan dengan biji (Rensisca, 2008).

Page 4: kacang gude kinanthi

2. Penyebaran dan Sentra Tanaman

Kacang gude diperkirakan berasal dari India atau Afrika. Kedua

daerah tersebut merupakan pusat keanekaragaman tanaman genus Cajanus.

Tanaman kacang gude sudah tumbuh liar dalam waktu yang sangat lama

dan menyebar karena perdagangan ribuan tahun yang lalu. Saat ini kacang

gude dibudidayakan di negara-negara tropis dan telah banyak tumbuh di

Florida, Puerto Rico, dan pulau Virgin AS (Liogier 1988, Long and Lakela

1976 dalam John, 2002). Taylor (2005) bahkan menyebutkan bahwa

kacang gude telah dimanfaatkan pula di negara-negara: Argentina, Brazil,

China, Cuba, Dominican, Republik Haiti, Malaysia, Meksiko, Peru, dan

Trinidad. Sedangkan di Indonesia, kacang gude sudah dikenal pulau

Sumatera, Jawa, Bali, hingga kepulauan Maluku.

3. Syarat Pertumbuhan

Tumbuhan ini dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 2.000

m dpl. Pertumbuhannya memerlukan banyak cahaya matahari dan tidak

tahan terhadap kondisi lembab (Kazuma, 2009). Selain itu, tanaman ini

cukup toleran terhadap kekeringan atau pada temperatur tinggi dan dapat

tumbuh baik pada daerah yang kurang subur (Harian Pikiran Rakyat, 2001

dalam Kunia, 2008).

D. Karakter Kacang gude

1. Sifat Fisik dan Mikroskopis Kacang Gude

a. Struktur Biji

Umumnya struktur biji kacang-kacangan terdiri dari tiga bagian, yaitu:

kulit biji, lembaga, dan keping biji (kotiledon) (Syarief dan Anies,

1988). Demikian pula kacang gude, Faris dan Singh (1990)

mengemukakan bahwa biji kacang gude tersusun dari kulit biji (14%),

embrio (1%), dan kotiledon (85%).

b. Daya Serap Air dan Nilai Kelarutan Air

Menurut Richara (1988) dalam Widowati dan Buckle (1991)

DSA (daya serap air) berkisar antara 2,79-3,93 g/g. Sedangkan

Page 5: kacang gude kinanthi

menurut Gomes dan Equilera (1983) dalam Widowati dan Buckle

(1991) tingkat kemampuan penyerapan air tergantung pada

ketersediaan gugus hidrofilik yang dapat mengikat air, kapasitas

makromolekul pembentuk gel dan kualitas protein sampel.

Untuk nilai kelarutan air kacang gude antara 0,006 g/ml sampai

0,008 g/ml (Widowati dan Buckle, 1991). Menurut Linko et al (1981)

dalam Widowati dan Buckle (1991) nilai kelarutan air dipengaruhi

oleh jumlah padatan terlarut pada sampel kering.

c. Suhu Gelatinasi dan Kekuatan Gel

Penelitian yang dilakukan Widowati dan Buckle (1991)

menunjukkan suhu gelatinasi kacang gude antara 68-78oC. Suhu

gelatinasi awal gelatinasi yang tinggi menunjukkan granula pati tahan

terhadap penggelembungan sewaktu dipanaskan. Protein dan lemak

dapat menghambat penggelembungan granula pati selama gelatinasi.

Hal ini dibuktikan dengan tingginya suhu awal gelatinasi tepung gude

karena kandungan protein dan lemak lebih tinggi dibanding kandungan

pati gude (Triantarti, 1989 dalam Widowati dan Buckle, 1991).

Kekuatan gel pati tergantung oleh kandungan amilosa, makin

rendah kandungan amilosa, makin rendah kekuatan gelnya (Lii dan

Chang, 1981 dalam Widowati dan Buckle, 1991). Kekuatan gel kacang

gude berkisar antara 2 – 2,4 kg (Widowati dan Buckle, 1991).

d. Penampilan Mikroskopis Pati Gude

Granula pati gude mentah mempunyai bentuk yang tidak

seragam, beragam dari bentuk oval kebulat. Keragaman granulanya

sama besar dari 7,5-48 µm. Menurut Singh et al (1989) dalam

Widowati dan Buckle (1991) melaporkan bahwa ukuran granula pati

gude berkisar antara 9,5-55 µm. Apabila pati mengalami gelatinasi

akan terjadi perubahan pada granula patinya.

Page 6: kacang gude kinanthi

2. Kandungan Gizi Kacang Gude

Tabel 4.1 Kandungan Gizi Kacang gude (per 100 g)

KomposisiBerat (gr) pada Kacang Gude:Tua Dikeringkan Muda

Air 15,2 9,9 69,5Protein 22,3 19,5 7,2Lemak (diekstrak dengan ether) 1,7 1,3 0,6Mineral 3,6 3,8 1,4Karbohidrat 57,2 65,5 21,3Ca 9,1 0,161 0,029P 0,26 0,285 0,135Vitamin A (karoten) 220 IU 55 g 145 gVitamin B1 (Thiamin) 150 IU 0,72 mg 0,40 mg

(Anonim, 1997)

Dari keseluruhan asam amino pada biji yang matang: 6.7% adalah

arginin; 1.2% cystin; 3.4% histidin; 3.8% isoleusin; 7.6% leusin; 7.0%

lisin; 1.5% metionin; 8.7% fenilalanin; 3.4% threonin; 2.2% tirosin; 5.0%

valin; 9.8 asam aspartat; 19.2% asam glutamat; 6.4% alanin; 3.6% glisin;

4.4% prolin; 5.0% serin dengan kandungan nol untuk canavanin, citrullin

dan homoserin. Sedangkan minyak dalam biji mengandung: 5.7% asam

linolenat, 51.4% linoleat, 6.3% oleat, and 36.6% asam lemak jenuh

(Anonim, 1997).

3. Senyawa Antigizi dan Racun serta Cara Menguranginya

Kacang gude dilaporkan mengandung senyawa antigizi, yaitu

senyawa polifenol (tannin) yang menghambat enzim tripsin, kimotripsin,

dan amilase (inhibitor tripsin, inhibitor kimotripsin dan inhibitor amilase)

yang dapat mengurangi atau menghambat aktivitas amilase dan lipase pada

pankreas; serta asam pitat yang merupakan inhibitor penyerapan Fe

(Taylor, 2005; Torres et al., 2006; Singh dan Diwakar, 1993). Senyawa-

senyawa ini menyebabkan masalah apabila kacang gude dikonsumsi dalam

jumlah besar. Namun, senyawa antigizi kacang gude sudah lebih sedikit

dibanding kacang kedelai, kacang polong, serta kacang pada umumnya.

Page 7: kacang gude kinanthi

Perlakuan mengurangi senyawa antigizi tersebut adalah:

a. Perendaman, pengupasan kulit, dan pengukusan

Menurut Tranggono et al. (1992) aktivitas tripsin inhibitor pada

masing-masing kacang-kacangan (gude, koro benguk dan kacang tolo)

mempunyai kecenderungan pola yang sama. Aktivitas tripsin inhibitor

akan menurun sebanyak 91-97% terjadi selama tahapan proses

perendaman, pengupasan kulit dan pengukusan.

b. Fermentasi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Torres et al. (2006), fermentasi

dapat mengurangi asam pitat (48%), dan aktivitas inhibitor tripsin

(39%). Dan Trenggono et al. (1992) melaporkan bahwa dengan

fermentasi, akvitas enzim tripsin meningkat 45-72%. Namun,

fermentasi ini tidak mempunyai pengaruh nyata pada kandungan

tannin.

c. Perkecambahan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Torres et al. (2007),

perkecambahan dapat memberikan pengurangan yang tajam terhadap

asam pitat dan aktivitas inhibitor tripsin, yaitu sebanyak 61% dan

36%.

Kacang gude juga memiliki senyawa beracun, yaitu fitolektin.

fitolektin berinteraksi dengan glikoprotein pada permukaan sel darah

merah kemudian menyebabkan penggumpalan. Senyawa ini memang ada

pada kacang gude tetapi sangat sensitif terhadap perlakuan panas sehingga

pengaruhnya pada tubuh tidak signifikan (Singh dan Diwakar, 1993).

Page 8: kacang gude kinanthi

E. Produk Olahan Kacang Gude

1. Tempe Kacang Gude

Gambar 5.1 Diagram Pembuatan Kecap Kacang Gude (Tranggono et al,

1992)

Tempe gude di Amerika disebut dengan ”pigeon tempeh”, tempe

ini dibuat dari kacang gude (Cajanus cajan) (Lusiana, 2007). Menurut

Rensisca (2008) kacang gude dengan penganekaragaman pengolahan

tempe gude seperti tempe kedelai, dapat dikonsumsi sebagai makanan

fungsional-makanan pendamping kesehatan. Penganekaragaman

pengolahan tempe gude menjadi makanan pendamping air susu ibu (ASI),

berdasarkan hasil penelitian menunjukkan, produk olahan tempe gude

dapat digunakan sebagai salah satu alternatif makanan pendamping ASI

bagi bayi berumur 6-12 bulan.

Tempe ”gembus”, dibuat dari ampas gude (kacang hiris) pada

pembuatan pati. Tempe ini populer didaerah Lombok dan Bali bagian

timur (Lusiana, 2007).

Kacang Gude

Dikupas

Direndam selama 24 jam (kacang dan air 1:4)

Direbus selama 25 menit (kacang dan air 1:4)

Dikukus selama 25 menit

Ditiriskan dan didinginkan

Diinokulasi dengan biakan murni Rhizopus oligosporus

Difermentasi dalam kantung plastik berlubang (48 jam)

Page 9: kacang gude kinanthi

2. Kecap Kacang Gude

Gambar 5.2 Diagram Pembuatan Kecap Kacang Gude (Anonim, 2006;

Purwoko dan Noor, 2007)

Pada prinsipnya, pembuatan kecap secara fermentasi terkait dengan

penguraian protein, lemak, dan karbohidrat menjadi asam amino, asam

Kacang Gude

Direndam 1 malam

Disterilisasi, 121°C, 15 menit

Diinokulasikan kapang

Diinkubasi 30°C, 4 hari

Dikeringkan (42°C) 2 hari

Koji

Dikeringkan

Direndam dalam air garam 20%

Diinkubasi 1-6 bulan

Moromi

Disaring

Ditambah bumbu dan gula kelapa

Dikentalkan

Kecap

Page 10: kacang gude kinanthi

lemak, dan monosakarida (Koswara, 1997 dalam Purwoko dan Noor,

2007). Proses fermentasi kecap ada 2 tahap:

a. Fermentasi Padat (fermentasi koji/tempe)

Fermentasi padat merupakan fermentasi terhadap biji dengan kapang.

Kapang yang biasa digunakan adalah Aspergillus sp. dan Rhizopus sp.

Hasil fermentasi padat disebut koji/ tempe.

b. Fermentasi cair (Fermentasi moromi)

Proses perendaman koji/ tempe dalam air garam disebut fermentasi

moromi. Mikroba yang berperan adalah yang tahan garam: Hansenula

sp., Zygosaccharomyces sp., dan Lactobacillus sp. Cairan hasil

fermentasi moromi disebut moromi (Purwoko dan Noor, 2007).

Sebenarnya terdapat dua jenis kecap kacang gude: manis dan asin.

Perbedaannya terletak pada penambahan gula pada kecap manis (Singh

dan Diwakar, 1993).

3. Kopi Kacang Gude

Di Filiphina saat ini terdapat program “Pengembangan,

Pemanfaatan dan Komersialisasi Kacang Gude dan Gandum Manis

sebagai Produk Pangan Berbasis Nutrisi”, maka makanan yang berasal

dari kacang gude mulai dieksplorasi. Salah satunya adalah kopi kacang

gude.

Biji kacang gude yang disangrai menjadi seperti kopi mendapatkan

penerimaan yang baik dan pendapat yang positif. Prof. Palaje dari Isabela

State University (Filipina) mencoba menyangrai biji-bijian dan serealia

seperti jagung, beras, kedelai, dan semisalnya untuk mendapatkan flavor

kopi. Hasilnya, kacang gude berbeda jika dibandingkan dengan biji-bijan

lain yang pernah diuji. Kacang gude memiliki aroma yang kuat jika

dibandingkan kopi tradisional yang dijual di pasar. Sebagian panelis

mengemukakan bahwa jika kopi kacang gude ditambah krim dan sedikit

gula, rasanya menyerupai produk ”Sustagen™" or "Milo™" (Agron,

2009).

Page 11: kacang gude kinanthi

Gambar 5.3 Diagram Pembuatan Kopi Kacang Gude (Agron, 2009)

4. Tepung Kacang Gude

Tepung kacang gude dapat digunakan sebagai bahan untuk

membuat macam-macam cookies, roti, mie, dan pasta. Tepung kacang

gude juga dapat dibuat dari kecambah kacang gude (Torres et al, 2007).

Pod Coklat

Dipanen

Biji dikeluarkan dan dikeringkan

Dibersihkan

Disangrai 20 menit, diaduk konstan

Diturunkan suhunya bertahap

Didinginkan

Biji kopi kacang gude

Dihaluskan

Bubuk kopi kacang gude

Page 12: kacang gude kinanthi

Gambar 5.4 Diagram Pembuatan Tepung Kacang Gude (Burgess dan

Peter, 2006)

F. Potensi Kacang Gude

Kelebihan kacang gude dibandingkan jenis kacang-kacangan lain

adalah memiliki kombinasi gizi yang optimal dan unik, tanamannya mudah

sekali tumbuh dan sangat produktif, mempunyai toleransi tinggi terhadap

lingkungan yang buruk, menghasilkan biomassa yang tinggi, dan memiliki

kontribusi pada kelembaban dan nutrisi tanah (Damaris, 2007 dan Jose, 2009).

Namun, kelebihan ini belum disadari sehingga popularitas kacang gude di

Indonesia masih terkesampingkan.

Menengok pemanfaatan kacang gude di berbagai negara, ternyata

kacang gude telah populer sebagai obat herbal tradisional. Di Peru dan Brazil,

kacang gude diramu dalam teh untuk mengobati radang dan penyakit darah

(Taylor, 2005). Di China, kacang gude dibakar hangus dicampur dengan air

kopi dimanfaatkan untuk mengobati sakit kepala. Sedangkan biji muda

dikonsumsi karena dipercaya dapat menyembuhkan penyakit ginjal dan liver

ringan (Duke, 1981 dalam Kunia, 2008). Selain itu, kacang gude juga

dimanfaatkan untuk pengobatan di negara-negara lain seperti: Argentina,

Kacang Gude

Disortasi dan dibersihkan

Direndam dalam air 2-3 menit

Dikeringkan

Disangrai

Dihaluskan

Diayak

Tepung kacang gude

Page 13: kacang gude kinanthi

Cuba, Dominican, Republik Haiti, Malaysia, Meksiko, dan Trinidad (Taylor,

2005). Sedangkan di India, kacang gude termasuk makanan utama. Kacang

gude utuh, tanpa kulit, dan kacang gude hijau dimanfaatkan, baik sebagai

pangan manusia maupun sebagai pakan ternak. Di negara tersebut, kacang

gude digiling, dibuat patinya, dibuat mie, difermentasi menjadi tempe, kecap

manis dan kecap asin. Di Filiphina saat ini terdapat agenda proyek kacang

gude untuk dikembangkan sebagai bahan cuka alami, sirup kacang gude, kopi

kacang gude, macam-macam cookies dan roti yang terbuat dati tepung kacang

gude (Agron, 2009).

Dengan melihat pemanfaatan di negara-negara lain, dapat diketahui

bahwa kacang gude ternyata punya peluang dikembangkan menjadi pangan

fungsional. Hal ini dipertegas dengan hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa kacang gude mengandung fitoestrogen. Fitoestrogen adalah senyawa

yang mempunyai aktivitas antiangiogenesis yaitu aktivitas yang menghambat

pembentukan pembuluh darah baru (Sajuthi, 2000 dalam Kunia, 2008).

Pembentukan pembuluh darah baru pada kanker berlangsung sangat cepat.

Terhambatnya pembuluh darah pada kanker akan menyebabkan pertumbuhan

kanker juga terhambat. Aktivitas inilah yang disebut antiangiogenesis. Maka,

kacang gude berpotensi sebagai antikanker. Namun demikian, pengaruh ini

masih perlu dibuktikan (Harian Pikiran Rakyat, 2001 dalam Kunia, 2008).

G. Penutup

Tanaman kacang gude mudah tumbuh dan sangat produktif karena

memiliki toleransi yang tinggi pada kondisi lingkungan yang buruk. Kacang

gude mengandung protein tinggi sekitar 22% serta memiliki kombinasi gizi

yang optimal. Polong muda kacang gude dapat langsung dimakan. Sedangkan

polong tua diolah menjadi berbagai jenis makanan olahan pengganti kedelai

yaitu tempe dan kecap. Kacang gude juga dapat diolah menjadi kopi dan

tepung. Kacang gude punya peluang dikembangkan menjadi pangan

fungsional.

Page 14: kacang gude kinanthi

Daftar Pustaka

Anonim, 1997. Cajanus cajan (L.) Millsp (Center for New Crops and Plants Products).http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Cajanus_cajan. Diakses pada Senin, 14 September 2009.

. 2006. Kecap Bebas Kanker. www.lipi.go.id/www.cgi?berita&1143211824. Diakses pada Senin, 14 September 2009.

. 2008. Alternatif Kacang-kacangan Non Kedelai untuk Tahu dan Tempe. www.litbang.deptan.go.id/berita/one/597/. Diakses 8 September 2009.

. 2009. Cajanus cajan (L.) Millsp. Pigeonpea. http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=CACA27. Diakses 8 September 2009.

Acta R. D. 2008. Kacang Gude Sebagai Bahan Pangan Alternatif. http://trias.blog.unair.ac.id/2008/10/14/tugas-epg/. Diakses 8 September 2009.

Agron, Edmon. 2009. Promoting Pigeon Pea Coffee as A Nutritious Alternative Beverage Explored. Bureau Agricultural Research Chronicle A Monthly Publication. Vol. 10 No. 7 July 2009. http://www.bar.gov.ph/ barchronicle/latest_issue/jul2009_news4.asp. Diakses pada Senin, 14 September 2009.

Atmojo L.D. 2007. Pengaruh Subtitusi Tepung Tempe Dan Penggunaan Minyak Goreng Terhadap Kualitas Organoleptik Dan Nilai Gizi Bolu Kukus. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi.1/import/3073.pdf. Diakses 8 September 2009.

Burgess, Ann dan Peter Glasauer. 2004. The Family Nutrition Guide. http://www.fao.org/docrep/007/y5740e. Diakses pada Rabu, 30 September 2009.

John K. 2002. Cajanus cajan (L.) Millsp. (Pigeon Pea). www.fs.fed.us/global/iitf/pdf/shrubs/Cajanus%20cajan.pdf. Diakses pada Senin, 14 September 2009.

Kazuma, 2009. [List] Tanaman Obat. http://forum.al-ulama.net/viewtopic.php?f=20&t=47&start=80&sid=9e52b32156d5e046a15b5d88d3fcce18. Diakses 8 September 2009.

Kunia, Pabean. 2008. Potensi Kacang Hiris untuk Obat dan Pangan. http://kabelan-kunia.blogspot.com/2008/11. Diakses pada Sabtu, 3 Oktober 2009

Odeny, Damaris Achieng. 2007. The potential of pigeonpea (Cajanus cajan (L.) Millsp.) in Africa. Natural Resources Forum 31 (2007) 297–305.

Page 15: kacang gude kinanthi

http://www.zef.de/module/register/media/63c0_narf_157.pdf. Diakses 29 September 2009.

Puras, Jose. 2009. Gandules / Pigeon Peas. www.caribbeanseeds.com/gandules.htm. Diakses 8 Sepetember 2009.

Purwoko, Tjahjadi dan Noor Soesanti Handajani. 2007. Kandungan Protein Kecap Manis Tanpa Fermentasi Moromi hasil Fermentasi Rhizopus oryzae dan R. oligosporus. Biodiversitas. Vol/No: 8/2. Pg: 223-227. http://www.unsjournals.com. Diakses 4 Oktober 2009.

Singh, Faujdar dan B. Diwakar. 1993. Nutritive Value and Uses of Pigeonpea and Groundnut. International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics. India. http://www.icrisat.org/Training/sds.14.pdf Diakses 4 Oktober 2009

Syarief, R. dan Anies I. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta

Taylor, Leslie. 2005. Tropical Plant Database: GUANDU (Cajanus cajan). www.rain-tree.com/guandu.htm. Diakses pada Senin, 14 September 2009.

Torres, Alexia; J. Frias; M. Granito; and C. Vidal-Valverde. 2006. Fermented Pigeon Pea (Cajanus cajan) Ingredients in Pasta Products. Journal of Agricultural and Food Chemistry. Vol/No: 54/18. Pg: 6685–6691. http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf0606095. Diakses pada Senin, 14 September 2009.

. 2007. Germinated Cajanus cajan Seeds As Ingredients in Pasta Products: Chemical, Biological and Sensory Evaluation. Journal of Food Chemistry. Vol/No: 101/1. Pg: 202-211. http://www.sciencedirect.com/science. Diakses pada Senin, 14 September 2009.

Tranggano, Sutardi, dan Bambang Kuswijayanto. 1992. Aktivitas Tripsin Inhibitor Selama Proses Pembuatan Tempe Kara Benguk (Mucuna pruriens), Kacang Tolo (Vigna ungulgulata), Dan Gude (Cajanus cajan). http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=3501. Diakses 8 September 2009.

Widowati, S dan K.A Buckle. 1991. Sifat Fisik dan Mikroskopis Pati Gude (Cajanus cajan (L) Millsp). Agritech Vol/No: 11/2. Hal: 2-5.

Page 16: kacang gude kinanthi

Lampiran

Gambar 5. Biji Kacang Gude Gambar 6. Bunga Kacang Gude

Gambar 7. Kulit Biji Kacang Gude Gambar 8. Kopi Kacang Gude(Sebelum Dihaluskan)