PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DESA MAKAMHAJI DAN DESA …

25
PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DESA MAKAMHAJI DAN DESA GENTAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010, 2014 DAN 2019 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyeleseikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi Oleh : Wiyan Granita Saputri E100150092 FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2021

Transcript of PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DESA MAKAMHAJI DAN DESA …

PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DESA MAKAMHAJI DAN DESA

GENTAN KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN 2010, 2014 DAN 2019

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyeleseikan Program Studi Strata I

Pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh :

Wiyan Granita Saputri

E100150092

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2021

i

HALAMAN PERESETUJUAN

“PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DESA MAKAMHAJI DAN DESA

GENTAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010, 2014 DAN 2019”

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh :

Wiyan Granita Saputri

E100150092

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :

Dosen Pembimbing,

Dr. M. Musiyam, M.TP

NIDN : 0626026201

ii

HALAMAN PENGESAHAN

“PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DESA MAKAMHAJI DAN DESA

GENTAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010, 2014 DAN 2019”

OLEH

Wiyan Granita Saputri

NIM : E100150092

Telah di ujikan oleh Dewan Penguji

Fakultas Geografi Jurusan Geografi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari sabtu, 8 Mei 2021

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji

1. Dr. Muhammad Musiyam, M.TP (……………………………….)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Dr. Agus Anggoro Sigit, M.Si (……………………………….)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Dra. Umrotun, M.Si (……………………………….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan Fakultas Geografi

(Jumadi, Ph. D)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Wiyan Granita Saputri

1

PERTUMBUHAN PERMUKIMAN DI DESA MAKAMHAJI DAN DESA

GENTAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2010 - 2019

Abstrak

Ketersediaan ruang dalam kota bersifat tetap serta terbatas, dengan demikian maka secara

alamiah akan terjadi perembetan kearah pinggiran kota. Peristiwa perembetan

kenampakan fisik kota kearah luar tercermin dari adanya alih fungsi lahan. Gejala serupa

terjadi di Desa Gentan dan Desa Makamhaji di Kabupaten Sukoharjo. Perubahan

kenampakan fisik kawasan berkembang dengan fungsi permukiman. Perkembangan yang

terus menerus tanpa pengendalian mengakibatkan sulitnya memprediksi kebutuhan untuk

kedepannya. Berdsarkan hal tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan

tujuan (1) Menganalisis perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian tahun 2010 –

2019 (2) Menganalisis pola persebaran dan tingkat pertumbuhan permukiman di daerah

penelitian tahun 2010 – 2019. Metode yang digunakan yaitu survey tidak langsung

dengan memanfaatkan data citra satelite dengan teknik analisis overlay serta analisis

tetangga terdekat. Hasil yang didapatkan perubahan penggunaan lahan di daerah

penelitian, tahun 2010 hingga akhir tahun 2019 tertinggi merupakan perubahan ke arah

permukiman. Secara keseluruhan perubahan tersebut seluas 10.46 Ha. Sebaran

pertumbuhan permukiman di Desa Gentan pada tahun 2010 hingga tahun 2014

menunjukkan pola merata dan pola tersebut berubah menjadi acak atau random pada

antara tahun 2014 hingga tahun 2019. Pola yang dihasilkan di Desa Makamhaji pada

rentang tahun yang sama menunjukkan pola acak atau random dan tidak mengalami

perubahan pada rentang waktu berikutnya. Ditinjau dari tingkat pertumbuhan

permukimannya, tertinggi terjadi pada tahun 2010 hingga tahun 2014. Tingkat

pertumbuhan di Desa Gentan pada rentang waktu tersebut sebesar 2.06%, sedangkan di

Desa Makamhaji sebesar 1.052%. Tingginya tingkat pertumbuhan permukiman tersebut

mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2014 hingga tahun 2019, di Desa

Gentan hanya mengalami peningkatan sebesar 0.46% atau mengalami penurunan sebesar

1.6% dan di Desa Makamhaji, pada rentang waktu yang sama hanya mengalami

peningkatan sebesar 0.16% atau mengalami penurunan sebesar 0.886%.

Kata Kunci: Penggunaan Lahan, Pola, Pertumbuhan Permukiman

Abstract

The availability of space in the city is fixed and limited, thus it will naturally occur

towards the outskirts of the city. The incidence of the physical appearance of the city

towards the outside is reflected in the change in land functions. Similar symptoms

occurred in Gentan Village and Makamhaji Village in Sukoharjo District. Changes in the

physical appearance of the developing area with the function of settlements. Continuous

development without control makes it difficult to predict future needs. Based on this, the

authors are interested in conducting research with the aim of (1) analyzing changes in

land use in the research area in 2010 - 2019 (2) analyzing the distribution patterns and

growth rates of settlements in the study area in 2010 - 2019. The method used is an

indirect survey with utilize satellite image data with overlay analysis techniques and

2

analysis of closest neighbors. The results obtained from changes in land use in the study

area, from 2010 to the end of 2019, were the highest in terms of changes to settlements.

Overall, these changes cover an area of 10.46 Ha. The distribution of settlement growth in

Gentan Village from 2010 to 2014 shows an even pattern and this pattern changes to

random or random between 2014 and 2019. The pattern generated in Makamhaji Village

in the same year span shows a random or random pattern and does not experience change

in the next timeframe. In terms of the settlement growth rate, the highest occurred in 2010

to 2014. The growth rate in Gentan Village during that time was 2.06%, while in

Makamhaji Village it was 1.052%. The high rate of settlement growth experienced a

significant decline in 2014 to 2019, in Gentan Village it only increased by 0.46% or

decreased by 1.6% and in Makamhaji Village, during the same period of time it only

experienced an increase of 0.16% or experienced a decrease. by 0.886%.

Keywords: Land Use, Patterns, Growth of Settlements

1. PENDAHULUAN.

Kota umumnya menjadi sentra atau pusat aktivitas serta selalu mengalami

pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik, sosial dan ekonomi. Dengan

demikian maka perkotaan menjadi konsentrasi penduduk. Mendorong adanya

pertumbuhan penduduk melalui urbanisasi ataupun secara alami (kelahiran).

Seiring peningkatan penduduk tersebut maka tuntutan dari berbagai kebutuhan

akan terus meningkat, seperti kebutuhan ruang atau lahan kekotaan yang lebih

besar. Kebutuhan tersebut terutama dimanfaatkan untuk tempat tinggal.

Ketersediaan ruang dalam kota bersifat tetap serta terbatas, dengan demikian

maka secara alamiah akan terjadi perembetan kearah pinggiran kota. Hal tersebut

dengan pertimbangan bahwa di pinggiran kota harga lebih murah, lokasi yang

tidak terlalu jauh dari pusat serta aksebilitas juga relative masih terjangkau dengan

mudah.

Peristiwa perembetan kenampakan fisik kota kearah luar tercermin dari

adanya alih fungsi lahan. Lahan yang dulunya dimanfaatkan untuk pertanian atau

lahan terbuka, berubah menjadi lahan terbangun seperti perukiman maupun

industri. Gejala serupa terjadi di Desa Gentan dan Desa Makamhaji di Kabupaten

Sukoharjo. Kedua Desa tersebut dijuluki dengan kota satelit, selain Desa Palur di

Kabupaten Karanganyar dan Solobaru yang juga merupakan Kabupaten

Sukoharjo. Berdasarkan data Dukcapil Jawa Tengah tahun 2019 menunjukkan

bahwa penggunaan lahan pekarangan dan permukiman di Desa Gentan maupun

3

Desa Makamhaji meningkat cukup signifikan. Adanya penurunan penggunaan

lahan pertanian seperti sawah irigasi. Dipihak lain keberadaan lahan produktif

pertanian di Desa Gentan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo, berkurang

cukup luas seiring maraknya pembangunan perumahan di kawasan tersebut dalam

beberapa tahun terakhir. Hal tersebut ditandai dengan adanya peningkatan pada

penggunaan lahan pekarangan.

Desa Makamhaji merupakan desa yang memiliki kepadatan penduduk

tertinggi di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo yaitu 7.645 jiwa setiap

kilometer persegi. Hal teresbut salah satunya disebabkan karena aksesbilitas pada

kawasan ini terbilang memadai karena dilalui jalan kolektor sekunder. Jalan

tersebut menghubungkan Kota Surakarta dengan Kabupaten Sukoharjo dan

Kabupaten Klaten. Dilain sisi umumnya faktor lingkungan juga menarik dan

menjadi bahan pertimbangan penduduk untuk datang menetap. Berupa harga

murah, mendekati tempat kerja, atau pun mendekati fasilitas-fasilitas seperti

fasilitas pendidikan. Fasiltas lain yang menunjang aktivitas permukiman seperti

fasilitas perdagangan dan jasa berkembang pada kawasan tersebut, salah satunya

adalah munculnya Luwes Gentan dan fasilitas ekonomi modern seperti Alfamart

atau Indomart juga tak bisa dipandang sebelah mata.

Perubahan kenampakan fisik kawasan permukiman wilayah pinggiran

selatan hingga barat daya Kota Surakarta yang berkembang dengan fungsi

permukiman. Perkembangan yang terus menerus tanpa pengendalian

mengakibatkan sulitnya memprediksi kebutuhan untuk kedepannya. Perlu adanya

kajian terkait perkembangan kawasan permukiman, hal tersebut dikarenakan

semakin tingginya alih fungsi lahan di wilayah setempat, yang berdampak pada

berkurangnya produktivitas petanian, dan meningkatnya lahan pemukiman serta

sektor industri yang makin berkembang. Berdasarkan uraian tersebut maka

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pertumbuhan Permukiman Di

Desa Makamhaji dan Desa Gentan Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010 - 2019”

2. METODE

Survey tidak langsung dengan pendekatan keruangan dengan memanfaatkan

data penginderaan jauh yaitu citra satelite. Artinya peneliti melakukan interpretasi

4

atau mengenali obyek penelitian dengan bantuan citra satelite untuk mendapatkan

data primer. Data hasil interpretasi dari penginderaan jauh dalam penelitian ini

dijadikan sumber data utama dalam melakukan analisis lebih lanjut. Adapun unit

analisis pada penelitian ini merupakan blok permukiman hasil dari deliniasi citra

berdasarkan berubahan kenampakan secara fisik. Obyek penelitian ini berupa

seluruh penggunaan lahan yang nantinya terfokus terhadap permukiman, yang

secara administrasi termasuk dalam dua Desa, yaitu Desa Gentan Kecamatan Baki

dan Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura.

Teknik pengolahan data dengan cara interpretasi citra daerah penelitian pada

tahun 2010, 2014 dan tahun 2019. Analisis data menggunakan teknik overlay atau

tumpangsusun untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan, dan statistika

menggunakan software arcgis 10.3 dengan pendekatan keruangan tetangga

terdekat (Nearest Neighbor Analyze) kemudian disajikan dengan grafik nilai

indeks yang didapat untuk menentukan pola sebaran alih fungsi lahan kearah

permukiman. Dipihak lain untuk menentukan tingkat pertumbuhan permukiman

menggunakan rumus :

K = ((Ub – Ua) / Ua) x 1 / T x 100%

Keterangan :

K = Tingkat perubahan luas permukiman per tahun (%)

Ua = luas wilayah permukiman pada awal periode (ha)

Ub = luas wilayah permukiman pada akhir periode (ha)

T = periode waktu (th)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perubahan Penggunaan Lahan

3.1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Desa Gentan dan Desa Makamhaji

Tahun 2010 – 2019

Berdasarkan hasil yang didapatkan, menunjukkan adanya perubahan

penggunaan lahan pada jenis penggunaan tertentu dengan rentang waktu antara

tahun 2010 hingga tahun 2014 di daerah penelitian. Perubahan lahan yang

tertinggi merupakan perubahan lahan kawasan pertanian, yaitu sawah irigasi.

5

Sawah irigasi mengalami penurunan, baik di Desa Makamhaji maupun Desa

Gentan. Perubahan tersebut masing-masing berkurang sebesar 6,79 Ha dan 10,67

Ha. Penurunan luas penggunaan lahan sawah irigasi yang ada di Desa Gentan

lebih besar dibandingkan dengan penurunan yang ada di Desa Makamhaji.

Ketersediaan lahan non terbangun di Desa Gentan lebih banyak serta lahan sawah

irigasi yang masih luas, dilain sisi Desa Makamhaji lebih dulu berkembang dalam

hal pembangunan.

Penggunaan lahan yang mengalami penurunan selain sawah irigasi, yaitu

lahan kosong dan tegalan. Lahan kosong merupakan lahan terbuka yang pada

umumnya disiapkan atau sengaja diolah oleh manusia untuk menjadi lahan

terbangun. Adapun penurunan yang ada di Desa Gentan lebih tinggi jika

dibandingkan dengan Desa Makamhaji, masing-masing mengalami penurunan

sebesar 2,51 Ha dan 0,85 Ha. Lain halnya dengan penggunaan lahan tegalan atau

kebun, perubahan di Desa Makamhaji lebih besar dibandingkan dengan Desa

Gentan selama kurun waktu 5 tahun. Perubahan tersebut berkurang atau

mengalami penurunan sebesar 1,9 Ha dan 0,69 Ha. Dengan adanya penurunan

penggunaan lahan tersebut, menjadikan lahan tegalan atau kebun di Desa Gentan

menjadi tak tersisa.

Perubahan lahan yang mengalami peningkatan luas kawasan yang tertinggi

yaitu penggunaan lahan untuk permukiman. Selama kurun waktu 5 tahun, di

daerah penelitian terjadi peningkatan total sebesar 15,79 Ha. Perubahan ini di

Desa Gentan sebesar 9 Ha, lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Makamhaji

yang sebesar 6,79 Ha. Perubahan lahan ini berkaitan dengan kebutuhan untuk

tempat tinggal atau bermukim yang semakin tinggi. Hal ini salah satunya adanya

dorongan dari dampak perkembangan daerah yang semakin maju dengan pesat.

Permukiman akan memicu pembangunan yang berdampak pada perubahan lahan

lainnya yaitu pembangunan perdagangan dan jasa. Kedua hal tersebut sangat

berkaitan, saling berhubungan dan tidak bisa terlepas satu sama lain. Hal tersebut

terbukti adanya peningkatan penggunaan lahan tersebut sebesar 2,61 Ha di Desa

Gentan dan 1,87 di Desa Makamhaji. Selain kedua jenis penggunaan lahan

tersebut, di Desa Gentan terdapat peningkatan penggunaan lahan untuk lapangan.

6

Penggunaan lahan ini dimanfaatkan sebagai sarana olahraga untuk masyarakat.

Peningkatan tersebut cukup besar, yaitu seluas 2,22 Ha. Beberapa jenis

penggunaan lahan tidak mengalami perubahan dalam rentang waktu antara tahun

2010 hingga tahun 2014. Adapun penggunaan lahan tersebut yaitu penggunaan

lahan untuk lapangan dan cagar budaya yang ada di Desa Makamhaji, dan yang di

kedua daerah penelitian yaitu penggunaan lahan untuk makam.

Dipihak lain masih terjadi perubahan penggunaan lahan dalam rengan

rentang waktu antara tahun 2014 hingga tahun 2019 di daerah penelitian.

Perubahan lahan tersebut tidak setinggi pada rentang waktu sebelumnya.

Berdasarkan data yang tersaji dalam Tabel 1. menunjukkan perubahan lahan yang

mengalami penurunan tertinggi di Desa Makamhaji merupakan lahan kosong.

Perubahan tersebut mengalami penurunan sebesar 1,57 Ha. Lain halnya dengan

Desa Gentan, daerah ini sawah irigasi masih menjadi yang tertinggi dibandingkan

dengan jenis penggunaan lahan lainnya yaitu dengan penurunan sebesar 1,4 Ha.

Lahan kosong berada diurutan kedua setelah sawah irigasi, dengan mengalami

penurunan sebesar 1,22 Ha. Perbedaan karakteristik perubahan lahan ini salah

satunya karena keterediaan lahan pertanian di Desa Gentan lebih luas

dibandingkan dengan Desa Makamhaji.

Perubahan lahan permukiman selalu mengalami peningkatan baik di Desa

Gentan maupun di Desa Makamhaji sekaligus menjadi yang tertinggi, masing-

masing seluas 2,28 Ha dan 1,14 Ha. Pertumbuhan permukiman di Desa Gentan

selalu lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Makamhaji. Peningkatan

penggunaan lahan yang lain seperti lahan industri serta perdagangan dan jasa di

Desa Makamhaji pada rentang waktu yang sama hampir berimbang, yaitu masing-

masing seluas 0,21 Ha dan 0,22 Ha. Di Desa Gentan selain permukiman, hanya

penggunaan lahan untuk perdagangan dan jasa yang mengalami peningkatan yaitu

sebesar 0,35 Ha. Beberapa jenis penggunaan lahan tidak mengalami perubahan

dalam rentang waktu antara tahun 2014 hingga tahun 2019. Adapun penggunaan

lahan tersebut yaitu penggunaan lahan untuk lapangan, makam, sawah irigasi,

tegalan dan cagar budaya yang ada di Desa Makamhaji, sedangkan di Desa

Gentan lahan untuk industri, lapangan, makam juga tidak mengalami perubahan.

7

Adapun data terkait sebaran perubahan penggunaan lahan dapat dilihat dan

tersaji lengkap dalam Gambar dan Tabel di bawah ini.

Gambar 1. Peta Agihan Perubahan Penggunaan Lahan

8

Di Desa Makamhaji dan Desa Gentan Tahun 2010 – 2014

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

Gambar 2. Peta Perubahan Penggunaan Lahan

Di Desa Makamhaji dan Desa Gentan Tahun 2014 – 2019

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

9

Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan di Desa Makamhaji dan Desa Gentan Tahun 2010 - 2019

Desa Makamhaji

Penggunaan Lahan

Desa Gentan

2010 2014 2019 Perubahan

2010 2014 2019 Perubahan

2010 - 2014 2014 - 2019 2010 - 2014 2014 - 2019

Ha Ha % Ha % Ha Ha % Ha %

3.09 3.63 3.84 0.54 2.94 0.21 6.69 Industri 1.11 1.14 1.14 0.03 0.11 0 0.00

5.34 4.49 2.92 -0.85 4.62 -1.57 50.00 Lahan Kosong 4.78 2.27 1.05 -2.51 9.05 -1.22 23.24

0.93 0.93 0.93 0 0.00 0 0.00 Lapangan 0.13 2.35 2.35 2.22 8.01 0 0.00

14.38 14.38 14.38 0 0.00 0 0.00 Makam 0.76 0.76 0.76 0 0.00 0 0.00

24.58 26.45 26.67 1.87 10.17 0.22 7.01 Perdagangan Jasa 8.55 11.16 11.51 2.61 9.41 0.35 6.67

129.09 135.88 137.02 6.79 36.94 1.14 36.31 Permukiman 87.07 96.07 98.35 9 32.46 2.28 43.43

35.81 29.38 29.38 -6.43 34.98 0 0.00 Sawah Irigasi 38.24 27.57 26.17 -10.67 38.48 -1.4 26.67

4.24 2.34 2.34 -1.9 10.34 0 0.00 Tegalan 0.69 0 0 -0.69 2.49 0 0.00

0.85 0.85 0.85 0 0.00 0 0.00 Cagar Budaya 0 0 0 0 0.00 0 0.00

218.31 218.31 218.31 100.00 100.00 Luas Total 141.33 141.33 141.33 100.00 100.00

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

10

3.1.2 Agihan Perubahan Penggunaan Lahan Desa Gentan dan Desa

Makamhaji Tahun 2010 – 2019

Penggunaan lahan di daerah penelitian baik di Desa Gentan maupun di Desa

Makamhaji, tahun 2010 hingga akhir tahun 2019 sebagian besar didominasi oleh

permukiman. Permukiman di daerah penelitian selalu mengalami peningkatan

luas wilayah, terutama pada rentang waktu lima tahun antara tahun 2010 hingga

akhir tahun 2014. Pemanfaatan lahan yang digunakan untuk pertanian yaitu sawah

irigasi menjadi urutan tertinggi kedua setelah permukiman. Penggunaan lahan

Cagar Budaya dan Tegalan menjadi yang terendah pada kedua wilayah penelitian.

Perbandingan penggunaan lahan berdasarkan jenisnya pada daerah penelitian

dapat dilihat pada Gambar 3. di bawah ini.

Gambar 3. Diagram Perubahan Penggunaan Lahan

Di Desa Makamhaji dan Desa Gentan Tahun 2010 – 2019

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

-100 -50 0 50 100 150

Industri

Lahan Kosong

Lapangan

Makam

Perdagangan Jasa

Permukiman

Sawah Irigasi

Tegalan

Cagar Budaya

2019 2014 2010 2010 2014 2019

Desa Gentan Desa Makamhaji

11

Ditinjau dari asal dan arah perubahan lahannya, di Desa Gentan dan Desa

Makamhaji dalam rentang waktu pertama yaitu tahun 2010 hingga tahun 204

terdapat masing-masing tiga jenis asal penggunaan lahan yang berkurang atau

berubah menjadi penggunaan lahan lainnya. Pertama merupakan lahan kosong, di

Desa Gentan yang semula lahan kosong dan berubah menjadi permukiman

maupun pekarangan seluas 2,88 Ha sedangkan yang berubah menjadi

perdagangan jasa seluas 0,21 Ha. Desa Makamhaji lahan kosong berubah menjadi

permukiman seluas 1,27 Ha dan yang ke arah perdagangan dan jasa hanya seluas

0,01 Ha. Seluruh lahan kosong tersebut berubah menjadi lahan terbangun hingga

pada akhir tahun 2014. Selain lahan kosong atau lahan terbuka, tegalan

merupakan salah satu penggunaan lahan yang semakin berkurang pada rentang

waktu yang sama. Tegalan di Desa Gentan seluruhnya telah berubah menjadi

perdagangan dan jasa, yaitu seluas 0.69 Ha. Dilain sisi, tegalan yang ada di Desa

Makamhaji berubah menjadi dua jenis dan semuanya berupa lahan terbangun.

Perubahan penggunaan lahan tersebut yaitu permukiman serta perdagangan dan

jasa yang masing-masing seluas 1,18 Ha dan 0,72 Ha. Lahan tegalan di Desa

Makamhaji hingga akhir tahun 2014 tersisa seluas 2,34 Ha.

Perubahan yang tertinggi di daerah penelitian yaitu yang berasal dari sawah

irigasi (Tabel. 16). Perubahan lahan dari sawah irigasi terbagi menjadi lima jenis

penggunaan lahan, perubahan tersebut kebentuk industry, lahan kosong, lapangan,

perdagangan dan jasa, serta permukiman. Dari beberapa jenis tersebut, perubahan

lahan yang tertinggi merupakan perubahan ke arah permukiman baik di Desa

Gentan maupun di Desa Makamhaji. Secara keseluruhan perubahan tersebut

seluas 10,46 Ha, di Desa Gentan seluas 6,13 Ha sedangkan di Desa Makamhaji

seluas 4,33 Ha. Perubahan ke arah perdagangan dan jasa di daerah penelitian

secara keseluruhan seluas 2,84 Ha. Perubahan lain seperti ke arah lapangan atau

arena bermain dan olahraga, hanya terjadi di Desa Gentan yaitu seluas 2,22 Ha.

Rentang waktu antara tahun 2014 hingga tahun 2019 Desa Makamhaji

terdapat satu jenis asal penggunaan lahan atau yang berkurang dan berubah

menjadi penggunaan lahan lainnya. Lahan tersebut merupakan lahan kosong,

dengan penurunan seluas 1,57 Ha. Lahan tersebut berubah pemanfaatan menjadi

12

tiga jenis penggunaan lahan. Agihan perubahan lahan diantaranya berubah

menjadi perdagangan dan jasa seluas 0,22 Ha, permukiman seluas 1,14 Ha dan

sisanya seluas 0,21 Ha menjadi Industri. Perubahan lahan di Desa Gentan yang

berasal dari sawah irigasi berubah menjadi dua jenis penggunaan lahan. Sawah

irigasi yang berubah menjadi perdagangan dan jasa seluas 0,29 Ha dan yang

berubah menjadi permukiman seluas 1,11 Ha. Perubahan lahan yang berasal dari

lahan kosong juga berubah menjadi dua jenis penggunaan lahan, diantaranya

berubah menjadi permukiman seluas 1,16 Ha dan hanya seluas 0,05 Ha menjadi

industri. Adapun data terkait agihan perubahan penggunaan lahan tersebut tersaji

lengkap dalam Tabel 2. di bawah ini.

Tabel 2. Tabel Agihan Perubahan Penggunaan Lahan

Desa Gentan dan Desa Makamhaji Tahun 2010 - 2019

Perubahan Lahan

Desa Gentan Desa Makamhaji

2010 -

2014

2014 -

2019

2010 -

2019

2010 -

2014

2014 -

2019

2010 -

2019

Ha

Lahan

Kosong

Perdagangan dan Jasa 2.88 0.05 0.25 1.27 0.22 0.01

Permukiman 0.21 1.16 3.86 0.01 1.14 2.41

Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.21 0.21

Sawah

Irigasi

Industri 0.03 0.00 0.03 0.53 0.00 0.75

Lahan Kosong 0.59 0.00 0.39 0.43 0.00 0.43

Lapangan 2.22 0.00 2.22 0.00 0.00 0.00

Perdagangan dan Jasa 1.71 0.29 2.02 1.13 0.00 1.35

Permukiman 6.13 1.11 7.42 4.33 0.00 4.33

Tegalan Permukiman 0.00 0.00 0.00 1.18 0.00 1.18

Perdagangan dan Jasa 0.69 0.00 0.69 0.72 0.00 0.72

Total 14.46 2.62 16.87 9.60 1.57 10.75

17.08 16.87 11.17 10.75

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

Luas total pada tiap rentang waktu lima tahunan pada Tabel 19. di atas

menunjukkan adanya perbedaan atau selisih dalam total perubahan lahan selama

13

sepuluh tahunan. Total luas perubahan lahan pada dua periode waktu dengan

rentang waktu sepuluh tahunan di Desa Gentan memiliki selisih 0,21 Ha dan di

Desa Makamhaji selisih luas 0,43 Ha. Hal tersebut adanya indikasi bahwa selama

rentang waktu sepuluh tahunan tersebut mengalami dua kali perubahan. Adapun

perubahan lahan tersebut tersaji dalam Tabel 3. di bawah ini.

Tabel 3. Agihan Lahan yang Mengalami Dua Kali Perubahan dalam Dua Periode

Waktu Di Desa Gentan dan Desa Makamhaji Tahun 2010 - 2019

Tahun Desa Total

Luas Gentan Makamhaji

2010 2014 2019 Ha

Sawah Irigasi Lahan Kosong

Permukiman 0.18 0.00 0.18

Perdagangan dan Jasa 0.02 0.22 0.24

Industri 0.00 0.21 0.21

Jumlah 0.20 0.43 0.63

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

Berdasarkan Tabel 3. di atas, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa lahan

yang mengalami dua kali perubahan selama rentang waktu sepuluh tahun. Tahun

2010 penggunaan lahan tersebut masih berupa lahan pertanian yaitu lahan untuk

sawah irigasi, dan pada tahun 2014 mengalami perubahan menjadi lahan kosong

atau lahan terbuka. Hal ini sangat relevan, karena pada umumnya lahan kosong

merupakan lahan yang sengaja di keringkan dan disiapkan untuk menjadi lahan

terbangun. Hal tersebut terbukti hingga pada akhir tahun 2019 lahan tersebut

seluruhnya berubah menjadi lahan terbangun. Lahan tersebut dimanfaatkan untuk

permukiman seluas 0,18 Ha, lahan Perdagangan dan Jasa seluas 0,24 Ha dan

Industri seluas 0,21 Ha yang terbagi di Desa Gentan dan Desa Makamhaji.

Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa perubahan lahan yang ada selama

rentang waktu sepuluh tahun terakhir, dari tahun 2010 hingga 2019 menunjukkan

adanya perkembangan daerah dengan sifat kekotaan. Sedikit demi sedikit

meninggalkan sifat perdesaan, dampak dari pengaruh dan lokasi di pinggiran Kota

Surakarta yang semakin berkembang. Hal tersebut akibat dari manusia itu sendiri

untuk memenuhi kebutuhannya, terutama dalam kebutuhan untuk tempat tinggal.

14

Adapun agihan perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian baik Desa

Gentan maupun Desa Makamhaji secara keseluruhan, yaitu dari tahun 2010

hingga tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 4. di bawah ini.

Gambar 4. Peta Agihan Perubahan Penggunaan Lahan

Di Desa Makamhaji dan Desa Gentan Tahun 2010 – 2019

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

15

3.2 Pola Sebaran dan Tingkat Pertumbuhan Permukiman

3.2.1 Pola Sebaran Pertumbuhan Permukiman

Seiring perkembangan wilayah maka pertumbuhan permukiman tidak dapat

terhindarkan. Dengan demikian maka perlunya mengetahui pola pertumbuhan

permukiman tersebut merupakan suatu langkah penting untuk melakukan

monitoring maupun perencanaan kedepannya.

Tahun 2010 - 2014 Tahun 2014 - 2019

Gambar 5. Grafik Pola Sebaran Pertumbuhan Permukiman di Desa Gentan

Tahun 2010 – 2019

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

Berdasarkan Gambar 5. di atas, dapat diketahui bahwa pola sebaran

pertumbuhan permukiman di Desa Gentan pada tahun 2010 hingga tahun 2014

menunjukkan nilai Z–score sebesar 3,748390. Nilai Z–score tersebut lebih dari

2.58, artinya pola pertumbuhan permukiman yang terbentuk sangat signifikan

dengan karakteristik menyebar secara merata di Desa Gentan. Hampir disetiap

sudut daerah terdapat alih fungsi lahan ke arah permukiman pada rentang tahun

tersebut. Hal ini didukung oleh ketersediaan lahan yang relatif luas, sehingga

kemungkinan adanya pertumbuhan permukiman lebih besar. Pertumbuhan

permukiman tahun 2014 hingga tahun 2019 menunjukkan nilai Z–score sebesar

0,407771. Artinya pola pertumbuhan permukiman yang terbentuk bersifat acak

atau random. Akan tetapi jika ditinjau dari nilai Z-score yang dihasilkan bernilai

positif, artinya pola pertumbuhan permukiman pada tahun tersebut mengarah ke

16

sifat merata. Perubahan pola sebaran tersebut disebabkan kemungkinan akibat dari

faktor-faktor lingkungan serta pertimbangan masayarakat sendiri dalam memilih

tempat tinggal didaerah penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil temuan peneliti

melalui validasi lapangan bahwa, terdapat beberapa lahan yang memang telah

disiapkan untuk permukiman seperti tanah-tanah kavling serta perumahan-

perumahan baru di Desa Gentan.

Tahun 2010 - 2014 Tahun 2014 - 2019

Gambar 15. Grafik Pola Sebaran Pertumbuhan Permukiman di Desa Makamhaji

Tahun 2010 – 2019

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

Berdasarkan Gambar 6. di atas, dapat diketahui bahwa pola sebaran

pertumbuhan permukiman di Desa Makamhaji pada tahun 2010 hingga tahun

2014 menunjukkan nilai Z–score sebesar 0,849275. Artinya pola pertumbuhan

permukiman yang terbentuk tidak terlalu signifikan dengan karakteristik acak atau

random di Desa Makamhaji. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena

keterbatasan lahan yang tersedia di daerah tersebut, sehingga pola yang dihasilkan

cenderung acak dan tidak menentu. Meskipun demikian nilai Z-score tersebut

bernilai positif, artinya pola pertumbuhan tersebut secara umum mengarah sifat

merata. Pertumbuhan permukiman tahun 2014 hingga tahun 2019 menunjukkan

nilai Z–score sebesar -1,416066. Artinya pola pertumbuhan permukiman yang

terbentuk pada rentang waktu tersebut masih sama, yaitu bersifat acak atau

random. Akan tetapi jika ditinjau dari nilai Z-score yang dihasilkan bernilai

17

negatif, artinya pola pertumbuhan permukiman tersebut mengarah ke sifat

mengelompok. Perubahan sifat arah sebaran tersebut dipengaruhi oleh

ketersediaan lahan yang masih dapat dimanafaatkan untuk permukiman. Hal ini

tentunya sangat relevan, jika dikaitkan dengan sebagian besar lahan yang ada di

Desa Makamhaji merupakan lahan terbangun.

Secara umum, pola pertumbuhan permukiman tersebut berikaitan erat

dengan adanya beberapa faktor yang ada. Faktor ketersediaan lahan untuk

permukiman, dimana umumnya berasal dari lahan terbuka dan daerah pertanian

seperti sawah irigasi. Dilain sisi jika ditinjau dari sifat manusia, pemilihan lokasi

tempat tinggal cenderung memilih mendekati fasilitas pendukung seperti fasilitas

social ekonomi serta keterjangkauan dan aksebilitas. Tentunya hal tersebut

sebagai pertimbangan guna untuk menunjang aktivitas dan memnuhi kebutuhan

masyarakat di dalamnya. Dengan demikian dapat dikatakan jika daerah yang

memiliki ketersediaan fasilitas-fasilitas tersebut serta didukung dengan

ketersediaan lahan yang cukup maka daerah tersebut akan semakin berkembang.

3.2.2 Tingkat Pertumbuhan Permukiman

Di daerah penelitian baik di Desa Makamhaji maupun Desa Gentan selama

rentang waktu lima tahunan dari tahun 2010 hingga 2014 dan tahun 2014 hingga

2019 memiliki tingkat pertumbuhan permukiman yang berbeda. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh faktor beberapa tertentu, seperti ketersediaan lahan hingga faktor

yang dipengaruhi oleh kegiatan serta aktivitas masyarakat didalamnya.

Di daerah penelitian tingkat pertumbuhan permukiman tertinggi terjadi pada

tahun 2010 hingga tahun 2014. Tingkat pertumbuhan di Desa Gentan pada

rentang waktu tersebut sebesar 2.06%, sedangkan di Desa Makamhaji sebesar

1.052% selama lima tahun. Tingginya tingkat pertumbuhan permukiman tersebut

mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2014 hingga tahun 2019, baik

di Desa Gentan maupun Desa Makamhaji. Rentang waktu tersebut, permukiman

di Desa Gentan hanya mengalami peningkatan sebesar 0.46% atau mengalami

penurunan sebesar 1.6%. Sama halnya dengan Desa Makamhaji, pada rentang

waktu yang sama hanya mengalami peningkatan sebesar 0.16% atau mengalami

penurunan sebesar 0.886% dibandingkan dengan rentang waktu lima tahunan

18

sebelumnya. Ditinjau dari tingkat pertumbuhan permukiman selama sepuluh

tahun, Desa Gentan tetap lebih tinggi dibandingkan dengan Desa Makamhaji.

Adapun tingkat pertumbuhan di Desa Gentan sebesar 1.29% sedangkan di Desa

Makamhaji sebesar 0.61%. Adapun lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 7. di

bawah ini.

Gambar 7. Diagram Tingkat Pertumbuhan Permukiman

Di Desa Makamhaji dan Desa Gentan Tahun 2010 – 2019

Sumber : Wiyan Granita Saputri, 2021

Perbedaan tingginya pertumbuhan permukiman di Desa Gentan ini,

kemungkinan adanya faktor ketersediaan lahan non terbangun lebih luas

dibandingkan dengan Desa Makamhaji, hal tersebut diperkuat bahwa sebagian

besar alih fungsi lahan ke arah permukiman sebagian besar berasal dai lahan

pertanian seperti sawah irigasi. Dilain sisi dapat juga dikatakan bahwa Desa

Makamhaji ini lebih dulu berkembang jika dibandingkan dengan Desa Gentan, hal

tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar atau hampir seluruh lahan di Desa

Makamhaji dimanfaatkan sebagai lahan terbangun seperti permukiman,

perdagangan dan jasa serta industri. Meskipun demikian secara umum,

pertumbuhan permukiman di daerah penelitian tersebut tidak terlepas dari

dukungan ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan. Sistem prasarana dapat

didefinisikan sebagai fasilitas – fasilitas fisik atau struktur – struktur dasar,

0 0.5 1 1.5 2 2.5

2010 - 2014

2014 - 2019

2010 - 2019

Desa Makamhaji Desa Gentan

19

peralatan serta instalasi – instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk

menunjang sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat di dalamnya.

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis yang didaptkan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian, tahun 2010 hingga

akhir tahun 2019 tertinggi merupakan perubahan ke arah permukiman baik

di Desa Gentan maupun di Desa Makamhaji. Secara keseluruhan

perubahan tersebut seluas 10.46 Ha, di Desa Gentan seluas 6.13 Ha

sedangkan di Desa Makamhaji seluas 4.33 Ha. Secara keseluruhan adanya

indikasi bahwa daerah penelitian menunjukkan perkembangan ke arah

kekotaan akibat adanya perubahan penggunaan lahan.

2. Sebaran pertumbuhan permukiman di Desa Gentan pada tahun 2010

hingga tahun 2014 menunjukkan pola merata dan pola tersebut berubah

menjadi acak atau random pada antara tahun 2014 hingga tahun 2019. Pola

yang dihasilkan di Desa Makamhaji pada rentang tahun yang sama

menunjukkan pola acak atau random dan tidak mengalami perubahan pada

rentang waktu berikutnya. Ditinjau dari tingkat pertumbuhan

permukimannya, tertinggi terjadi pada tahun 2010 hingga tahun 2014.

Tingkat pertumbuhan di Desa Gentan pada rentang waktu tersebut sebesar

2.06%, sedangkan di Desa Makamhaji sebesar 1.052%. Tingginya tingkat

pertumbuhan permukiman tersebut mengalami penurunan yang signifikan

pada tahun 2014 hingga tahun 2019, di Desa Gentan hanya mengalami

peningkatan sebesar 0.46% atau mengalami penurunan sebesar 1.6% dan

di Desa Makamhaji, pada rentang waktu yang sama hanya mengalami

peningkatan sebesar 0.16% atau mengalami penurunan sebesar 0.886%.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan yang didapat, maka peneliti

memberikan saran guna untuk memberikan informasi dan sebagai pertimbangan

20

dalam perkembangan perencanaan wilayah khususnya di daerah penelitian.

Adapun saran sebagai berikut :

1. Bagi peneliti sejenis sebaiknya juga mengkaji atau memperhatikan faktor

yang mendorong terjadi pertumbuhan permukiman.

2. Pemerintah lebih memperhatikan terkait perencanaan wilayah, karena

semakin lama pembangunan semakin meningkat dan lahan pertanian

semakin kritis.

DAFTAR PUSTAKA

Angoti, T. 1993. Metropolis 2000. London: Routhledge.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. 2020. Kecamatan Baki dalam Angka

Tahun 2010. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo. 2011. Kecamatan Baki dalam Angka

Tahun 2011. Sukoharjo: Badan Pusat Statistik.

Bintarto & Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisis Geografi. Jakarta:

LP3ES.

Bintarto, R. 1983. Pola Kata Dan Permasalahannya. Yogyakarta: Fakultas

Geografi Universitas Gajah Mada.

Bintarto R. 1989. Interaksi Kota – Desa dan Permasalahannya. Yogyakarta:

Toko Buku Ghalia Indonesia.

Budiyanto, Eko. 2002. Sistem Informasi Geografis Menggunakan Arcview Gis.

Andi: Yogyakarta.

Daldjoeni, N. 1987. Geografi Kota Dan Desa. Bandung: Alumni.

Hui-yi ZHU, et all. 2001. Land use change in Bohai Rim: a spatial temporal

analysis. Journal of Geographical Sciences, Acta Geographica Sinica, Vol

11, No 3, 2001. Science Press, Beijing, China.

Malingreau, Jean paul. 1978. Penggunaan lahan perdesaan penafsiran citra

inventarisasi dan analisinya. Yogyakarta: PUSPICS

Mentari, A.P., Murtanti. J.R., Rufia. A.P. 2016. Bentuk Kenampakan Fisik

(Morfologi) Kawasan Permukiman Di Wilayah Pinggiran Selatan Kota

Surakarta. Jurnal Pengembangan Kota. Volume 4, No. 2, 2016, pp. 120-128.

21

Munggiarti, A. dan Buchori, I. 2015. Pengaruh Keberadaan Perguruan Tinggi

Terhadap Perubahan Morfologi Kawasan Sekitarnya. Jurnal Geografi

Perencanaan (Geopalnning). Volume 2, No. 1, 2015, pp. 51-68.

Ritohardoyo, Su. 2013. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Penerbit

Ombak.

Soetomo, Sugiono. 2002. Dari Urbanisasi ke Morfologi Kota (Mencari Konsep

Pembangunan Tata Ruang Kota Yang Beragam). Semarang. Penerbit:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Susanti, Nelly. 2013. Dampak Keberadaan Kampus Unnes Terhadap Kondisi

Ekonomi dan Pendidikan Penduduk Kelurahan Sekaran Kecamatan

Gunungpati Kota Semarang (Tahun 2006-2010). Skripsi. Semarang:

Universitas Negri Semarang.

Susilowati, Dewi M.H. 2016. Perkembangan Permukiman di DKI Jakarta.

Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Sutanto, 1986. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Tarigan, Robinson. 2004. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Jakarta.

Penerbit: PT. Bumi Aksara.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992, Tentang Perumahan dan Permukiman,

Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Yeyep, Yousman. 2004. Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo Profesional.

Andi: Yogyakarta.

Yunus, Hadi Sabari. 1987. Subject Matter dan Metode Penelitian Geografi

Permukiman Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah

Mada.

Yunus, Hadi Sabari. 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Yunus, Hadi Sabari. 2005. Struktur Spasial Perkotaan. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metode Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.