Pertimbangan Isu Transportasi Dalam Perencanaan...
Transcript of Pertimbangan Isu Transportasi Dalam Perencanaan...
Pertimbangan Isu Transportasi Dalam Perencanaan Ruang Kota Makassar Oleh
Sri Hidayat1 1 Fungsional Perencana Pada Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulsel
Email : [email protected]
Hp : 085255929708
PENDAHULUAN
Terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya suatu kota bersamaan pula dengan
berkembangnya masalah transportasi yang terjadi, sehingga masalah ini akan selalu membayangi
perkembangan suatu wilayah perkotaan (Wibawa, 1996). Sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan aktivitas suatu kota, maka kondisi tersebut tidak akan pernah lepas dari keberadaan
sektor transportasi yang merupakan pendukung pergerakan barang dan manusia, sehingga
kebutuhan/ demand terhadap transportasi akan semakin mengalami peningkatan. Sektor
transportasi merupakan sektor yang penting dalam kehidupan masyarakat dan dapat dikatakan
bahwa transportasi menjadi salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara.
Keberadaan transportasi sebagai pendukung pergerakan masyarakat akan memberikan
implikasi positif terhadap semakin meningkatnya pertumbuhan dan kemajuan suatu kota. Namun
perlu disadari bahwa, perkembangan transportasi sampai saat ini tidak hanya memberikan
implikasi positif tetapi juga implikasi negatif, seperti kemacetan, kesemrawutan dan kecelakaan
lalu lintas. Implikasi negatif tersebut disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk yang
memberikan pengaruh pada meningkatnya demand terhadap sarana maupun prasarana
transportasi. Lebih kompleks lagi, timbulnya permasalahan transportasi adalah terjadinya
ketidakseimbangan antara demand dan supply transportasi, pengaturan ruang dan penggunaan
lahan yang tidak tepat (Nugroho, 2009).
Permasalahan ini bukan saja menyangkut pada kenyamanan sistem transportasi yang
terganggu (kepadatan, kemacetan, keterlambatan, parkir dll.), namun juga dapat meningkatkan
pencemaran lingkungan melalui meningkatnya gas buang dari kendaraan bermotor serta
merupakan suatu bentuk pemborosan energi yang sia-sia.
Jadi dapat dilhat, bahwa permasalahan transportasi ini merupakan suatu permasalahan
kompleks yang melibatkan banyak aspek, pihak dan sistem yang terkait sehingga dalam
pemecahan permasalahan tersebut memerlukan suatu pemecahan yang comprehensive dan terpadu
yang melibatkan semua unsur dan aktor dalam pembangunan kota (Mansyur, 2008).
Oleh karena itu, permasalahan transportasi senantiasa menjadi isu terkini bagi kota besar-
besar yang pertumbuhan penduduknya sangat tinggi. Permasalahn transportasi selalu memberikan
dampak pada persoalan lingkungan, ekonomi dan sosial diperkotaan. Semua aspek tersebut saling
terkait dalam sebuah sistem ruang, sehingga permasalahan transportasi juga tidak terlepas dari
permasalahan perencanaan ruang yang tidak tepat. Masih sangat sulit membedakan apakah
permasalahan transportasi yang mendeterminasi perkembangan ruang ataukah ruang itu sendiri
yang menciptakan permasalahan transportasi.
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut tulisan ini akan menguraikan bagaimana isu
transportasi menjadi isu terkini yang penting untuk diperhatikan dalam perencanaan ruang. Secara
umum kajian permasalahan transportasi meliputi kinerja lalu lintas, kualitas emisi kendaraan
bermotor dan kualitas udara jalan raya. Berdasarkan pada 3 kajian utama permasalahan tersebut,
maka akan diambil kasus Kota Makassar sebagai Kota Metropolitan yang pertumbuhannya sangat
cepat, untuk ditinjau lebih jauh bagaimana kajian transportasi itu kaitannya dengan model
pertumbuhan kota.
PEMBAHASAN
1. Pertumbuhan Kendaraan di Kota Makassar
Laju pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), terbilang
amat pesat. Tiap tahun tercatat pertambahan puluhan ribu kendaraan bermotor yang mengaspal di
jalan. Kebanyakan yakni kendaraan roda dua alias sepeda motor. Berdasarkan data Samsat
Makassar, jumlah kendaraan bermotor pada 2016 tercatat 1.425.151 unit atau bertambah 87.009
unit dibandingkan 2015. Adapun, pada 2014 jumlah kendaraan bermotor di Kota Daeng baru
berkisar 1.252.755 unit. Artinya, dalam dua tahun terakhir tercatat pertambahan 172.395 unit.
"Bila dirata-ratakan, pertumbuhan kendaraan bermotor di Makassar berkisar tujuh persen
setiap tahunnya. Laju pertumbuhannya didominasi oleh kendaraan roda dua yang sejak 2014
menembus angka satu juta unit," kata Perwira Administrasi Samsat Makassar Inspektur Satu Ade
Firmansyah kepada Warta Ekonomi di Makassar, Jumat (13/1/2017).
Pada 2016 jumlah sepeda motor di Makassar mencapai 1.128.809 unit. Jumlah kendaraan roda
dua itu terpaut jauh dibandingkan kendaraan roda empat atau lebih. Rinciannya, yakni mobil
penumpang (206.435 unit), bus (17.264 unit), mobil barang (72.239 unit), dan kendaraan khusus
(403 unit). Pesatnya pertumbuhan kendaraan bermotor menjadi salah satu pemicu kemacetan di
Kota Makassar. Musababnya, laju pertumbuhan kendaraan bermotor tidak sebanding dengan
pertumbuhan jalan yang hanya 1,28% ditahun (BPS Kota Makassar, 2016).
Sementara pihak Samsat menerangkan pihaknya juga tidak memiliki kewenangan untuk
membatasi jumlah kendaraan bermotor. Samsat sebatas melakukan proses pendataan administrasi
kendaraan bermotor. Permasalahan kemacetan, memang mesti dibahas bersama seluruh instansi
terkait dan stakeholder. Salah seorang warga Makassar, M Rahmat (31), mengeluhkan kemacetan
yang selalu terjadi di Makassar, khususnya pada pagi dan sore hari. Ia pun mengkritisi pemerintah
yang tidak membatasi pertumbuhan kendaraan di mana semakin banyak mobil murah dan terlalu
gampangnya pembelian sepeda motor (Kurniawan, 2017).
2. Kualitas Udara di Kota Makassar
Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya
zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara (Moestikahadi, 2001).
Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat terjadi secara alamiah maupun akibat aktivitas
manusia. Di kota-kota besar pencemaran udara lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia.
Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan melonjaknya produksi
kendaraan bermotor mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan hasil produksi
sampingannya yang dapat mencemari udara. Pencemaran udara di perkotaan merupakan
permasalah serius. Peningkatan penggunaan kendaraan bermotor dan konsumsi energi di kota, jika
tidak dikendalikan, akan memperparah pencemaran udara, kemacetan, dan dampak perubahan
iklim yang menimbulkan kerugian kesehatan, produktivitas, dan ekonomi sebuah wilayah.
Berdasarkan hasil pengujian kualitas udara ambien dengan parameter SO2, NO2, O3 dan
Partikulat yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulsel di Kota Makassar
pada 3 ruas jalan utama menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan Indeks Status Mutu Udara
sesuai Permen LH No.12 Tahun 2010, kualitas udara diruas jalan Andi Panggeran Pettarani telah
berada pada kategori tercemar. Sementara kualitas pada ruas jalan Urip Sumoharjo dan
Jend.Sudirman masih menunjukkan kualitas udara tidak tercemar menurut ISM dan kondisi baik
menurut kriteria ISPU.
Tabel 1. Kualitas Udara Ambien Kota Makassar
Ruas Jalan ISM ISPU
Jl.Urip Sumoharjo Tidak Tercemar Baik
Jl. A. Pettarani Tercemar Baik
Jl.Jend.Sudirman Tidak Tercemar Baik
Sumber : SIMAS-LH Prov.Sulsel, 2017.
Kondisi tercemar pada ruas jalan Andi Pangeran Pettarani menunjukkan banyaknya sumber
pencemaran pada kawasan tersebut. Umumnya sumber pencemar tersebut berasal dari kendaraan
bermotor. Untuk hasil pengujian setiap parameter pada ruas jalan Andi Pangeran Pettarani
konsentrasi yakni Sulfur dioksida = <49,56 µg/Nm3 ; Karbon Monoksida = 2336,20 µg/Nm3 :
Nitrogen dioksida= 7,15 µg/Nm3 ; Oksida = 15,94 µg/Nm3 ; HC = 108,10 µg/Nm3 ; dan PM 10 =
58,10 µg/Nm3. Adapun hasil pengujian pada ruas jalan Jend.Sudirman yakni untuk konsentrasi
Sulfur Dioksida = <49,56 µg/Nm3: Karbon Monoksida = 1328,42 µg/Nm3, Nitrogen dioksida=
10,35 µg/Nm3, Oksida = 14,50 µg/Nm3; Hydrokarbon (HC) = 45,87 µg/Nm3 dan PM 10 (Partikel
<10 mm) = 4,26 µg/Nm3. Sementara hasil pengujian pada ruas jalan Urip Sumoharjo yakni Sulfur
Dioksida = <49,56 µg/Nm3; Karbon Monoksida = 1328,43 µg/Nm3 ; Nitrogen Dioksida = 9,97
µg/Nm3; Oksida = 25,87 µg/Nm3; HC= 68,90 µg/Nm3 ; dan PM 10 = 67,21 µg/. Secara umum
semua hasil parameter yang di uji menunjukkan angka yang masih berada di bawah standar baku
mutu yang dipersyaratkan dalam PP 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
3. Emisi Kendaraan Bermotor
Perkembangan kota dan pertambahan jumlah kendaraan dari berbagai jenis dan merek serta
pemakaian bahan bakar minyak sebagai sumber energi yang tak terbarukan dan penghasil emisi
karbon tertinggi menyebabkan total emisi karbon-dioksida (CO2) akan bersifat sebagai gas rumah
kaca (green house gas) dan sangat berpotensi dalam pemanasan global (iklim). Pemanasan global
berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup warga kota. Kota Makassar
sebagai salah satu kota metropolitan dengan jumlah kendaraan yang tinggi sangat berpotensi
mengalami kondisi seperti di atas, disamping semakin berkurangnya daya dukung lingkungan,
baik yang disebabkan oleh polusi dari industri dan rumah tangga maupun dari emisi kendaraan
yang jumlahnya lebih besar dibanding yang lainnya.
Dari pelaksanaan uji petik emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar Tahun 2016 oleh
Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulsel selama 3 (tiga) hari, jumlah keseluruhan
kendaraan yang diuji emisi adalah sebanyak 1975 kendaraan, terdiri dari kendaraan bensin
sebanyak 1457 kendaraan dan yang berbahan bakar solar sebanyak 518 kendaraan. Kandungan
gas buang kendaraan berbahan bakar bensin termasuk belum terlalu mencemari udara perkotaan
dimana dilihat dari persentase kendaraan berbahan bakar bensin yang lulus uji emisi sebesar 63,19
%, Kendaraan berbahan bensin yang tidak lulus emisi sebesar 10,58 %, kendaraan berbahan solar
lulus uji emisi sebesar 11,59 % dan kendaraan berbahan solar yang tidak lulus uji emisi sebesar
14,63 %. Bila melihat data tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa salah satu sumber
terbesar pencemaran udara di kota Makassar adalah dari emisi kendaraan bermotor berbahan bakar
solar.
Berdasarkan hasil uji petik emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut untuk berbagai jenis
kendaraan, maka dapat disimpulkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun terjadi kondisi bahwa
sebagian besar kendaraan melampaui ambang batas emisi yang telah ditetapkan terutama yang
menggunakan bahan bakar solar dibanding bensin, kecuali pada tahun 2005 dan dilakukan di
bengkel resmi berbagai jenis kendaraan. Selain itu, dari berbagai uji emisi tersebut dapat juga
disimpulkan bahwa angkutan umum penumpang (angkutan kota) dalam jumlah terbesar yang
melampaui ambang batas emisi, kemudian kendaraan pribadi, dan kendaran dinas. Beberapa
indikasi dari hasil tersebut disebabkan oleh umur kendaraan dan pemeliharaan kendaraan serta
bahan bakar yang digunakan (Mansyur, 2008).
Gambar 1. Persentase Rekapitulasi Data Uji Emisi Kota Makassar Tahun, 2016
Sumber : Survey Lapangan Tahun 2016
Secara umum tingkat polusi udara di sebagian besar wilayah Kota Makassar sudah mencapai
ambang batas, dimana secara keseluruhan sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar yaitu
sekitar 60-70%, khususnya angkutan umum penumpang yang ditandai dengan tingginya
kandungan kadar timbal pada anak-anak hingga 60 mikrogram/desiliter (Lembaga Penelitian
ITBKPBB-YHL UMI, 2006).
Kondisi dan permasalahan tersebut diakibatkan oleh semakin banyaknya sarana kendaraan
dan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau serta tidak diimbangi dengan pemanfaatan
angkutan umum penumpang dalam jumlah yang cukup besar. Berdasarkan standar WHO (World
Health Organization) bahwa untuk setiap kota harus memiliki kawasan hijau sembilan meter
persegi per penduduk, maka Kota Makassar masih di kategorikan berada di bawah standar akan
pemenuhan kawasan hijaunya.
Berdasarkan hasil penelitian JICA (Japan International Cooperation Agency)
mengidentifikasi bahwa Kota Makassar sejak dua dasawarsa lalu hanya memiliki kawasan hijau
seluas tiga meter persegi per penduduk dengan kata lain sangat kekurangan kawasan hijau
(Departemen PU-MMDCB-JICA, 2005a). Untuk skala kota, maka kawasan hijau Kota Makassar
pada saat ini di bawah lima persen dari luas lahan keseluruhan yang berarti sangat kecil dan
menjadi salah satu penyebab semakin tingginya tingkat polusi yang juga berdampak pada
pemanasan global sebagai bagian dari efek rumah kaca (green house effect) pada saat ini dan masa
depan .
4. Volume Lalu Lintas
Tingkat pelayanan jalan di Kota Makassar direpresentasikan oleh rasio volume per kapasitas
suatu ruas jalan dimana dipengaruhi oleh faktor-faktor kapasitas dasar (smp/jam), faktor
kesesuaian lebar jalur lalu-lintas, faktor kesesuaian bahu dan trotoar, faktor kesesuaian pemisahan
arah/perjalanan (jalan dua arah), faktor kesesuaian jalur pergerakan, faktor kesesuaian ukuran kota,
kecepatan pergerakan bebas (km/jam), pergerakan sebenarnya (smp/jam), dan derajat/ tingkat
kejenuhan (DS). Secara kualitatif tingkat pelayanan jalan terkait langsung dengan kecepatan dan
waktu perjalanan, kebebasan, kenyamanan, dan ekonomi, dan bersifat kuantitatif dengan kapasitas,
kecepatan nyata, dan rasio volume per kapasitas. Kondisi tingkat pelayanan jalan di lokasi studi
berdasarkan survei volume lalulintas dan kondisi lingkungan pada rute/trayek dalam kota dan antar
kota selama 3 hari pada jam puncak dapat diidentifikasi variabel berpengaruh pada tingkat
pelayanan jalan di Kota Makassar
Hasil survei data primer untuk variabel volume lalu lintas yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulsel pada tahun 2016 untuk tiga jalan utama di Kota Makassar
menunjukkan tingginya volume kendaraan pada siang dan sore. Berdasarkan klasifikasi ruas jalan
perkotaan, ruas Jalan AP Pettarani ini merupakan kategori jalan 4 lajur dan 2 arah (4U/2D) dimana
memiliki median dengan lebar kira-kira 1,5 meter – 2,0 meter. Adapun volume arus lalu lintas ruas
Jalan A.P. Pettarani dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :
Tabel 2. Volume Lalu Lintas Ruas Jalan A.P. Pettarani
No Waktu Volume Lalu Lintas (kend./jam)
Urip-Alauddin Alauddin-Urip
1 07.00 - 08.00 11927 13444
2 08.00 - 09.00 11809 10195
3 09.00 - 10.00 7228 7739
4 12:00 - 13:00 7665 8380
5 13:00 - 14:00 8680 8098
6 14:00 - 15:00 8406 8288
7 16:00 - 17:00 10785 8594
8 17:00 - 18:00 11431 8866
9 18:00 - 19:00 11824 6602
Jumlah Total 89755 80206
Rata-Rata 9973 8912
Sumber : Survey Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa volume arus lalu lintas tertinggi terdapat pada arah
Urip-Alauddin dengan jumlah total 89755 kendaraan sedangkan untuk arah Alauddin-Urip
berjumlah 80206 kendaraan. Perbedaan yang cukup signifikan disebabkan terjadinya kemacetan
pada arah Urip-Alauddin pada waktu sore hari. Terjadinya kemacetan disebabkan turunnya
hujan.
Dari Tabel 2 dibuatkan grafik yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
Gambar 2. Volume Lalu Lintas di Ruas Jalan AP Pettarani
Selain volume arus lalu lintas, diperoleh juga data kecepatan rata-rata lalu lintas yang dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut :
Tabel 3. Kecepatan rata-rata Lalu Lintas Ruas Jalan A.P. Pettarani
Sumber : Survey Lapangan Tahun 2016
Untuk ruas jalan Jend. Sudirman mempunyai 2 arah dan masing-masing arah ada 3 (tiga) lajur tanpa
ada median. Adapun volume arus lalu lintas Jalan Jend. Sudirman dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Volume Lalu Lintas Ruas Jalan Jendral Sudirman
11927 11809
72287665
8680
8406
1078511431 11824
13444
10195
77398380
8098 82888594 8866
6602
4000
5000
6000
7000
8000
9000
10000
11000
12000
13000
14000
07.00 -08.00
08.00 -09.00
09.00 -10.00
12:00 -13:00
13:00 -14:00
14:00 -15:00
16:00 -17:00
17:00 -18:00
18:00 -19:00
Urip-Alauddin Alauddin-Urip
Jam Sibuk Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas (Km/Jam)
Urip - Alauddin Alauddin - Urip
Pagi 43.01 39.32
Siang 40.39 40.59
Sore 14.63 37.27
No Waktu Volume Lalu Lintas (kend./jam)
Karebosi-Ratulangi Ratulangi-Karebosi
1 07.00 - 08.00 1516 3077
2 08.00 - 09.00 1241 2591
3 09.00 - 10.00 1490 2383
4 12:00 - 13:00 1569 2306
5 13:00 - 14:00 1209 1658
6 14:00 - 15:00 1423 2074
7 16:00 - 17:00 2703 2431
8 17:00 - 18:00 3746 2465
9 18:00 - 19:00 2102 1898
Jumlah Total 16999 20883
Rata-Rata 1889 2320
Sumber : Survey Lapangan Tahun 2016
Dari Tabel 3.5 dibuatkan grafik yang dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :
Gambar 3. Volume Lalu Lintas di Ruas Jalan Jendral Sudirman
Berdasarkan grafik pada gambar 3 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan yang sangat
signifikan pada arah Karebosi-Ratulangi antara jam sibuk siang dan sore. Hal ini disebabkan pada
jam sibuk siang terjadi hujan yang cukup deras dan berhenti pada jam sibuk sore. Akan tetapi
peningkatan tersebut tidak menimbulkan kemacetan.
Selain volume arus lalu lintas, diperoleh juga data kecepatan rata-rata lalu lintas yang dapat
dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas Ruas Jalan Jendral Sudirman
1516
1241
1490 1569
1209
1423
2703
3746
2102
3077
2591
2383 2306
1658
2074
2431 2465
1898
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
07.00 -08.00
08.00 -09.00
09.00 -10.00
12:00 -13:00
13:00 -14:00
14:00 -15:00
16:00 -17:00
17:00 -18:00
18:00 -19:00
Karebosi-Ratulangi Ratulangi-Karebosi
Sumber : Survey Lapangan Tahun 2016
Sepanjang ruas jalan Urip Sumoharjo sendiri banyak dimanfaatkan untuk tempat kegiatan bisnis,
gedung perkantoran, universitas dan rumah sakit. Mengingat jalan ini merupakan penghubung antara pusat
kota dengan daerah pinggiran kota maka tingkat kepadatan kendaraan tergolong sangat tinggi sehingga
pada jam-jam sibuk terjadi hambatan sirkulasi lalu lintas. Jalan Urip Sumoharjo mempunyai 2 arah dan 3
lajur tiap arah dengan pembatas di tengah jalan yang memisahkan kedua arah.
Adapun volume arus lalu lintas Jalan Urip Sumoharjo dapat dilihat pada tabel 6. berikut ini :
Tabel 6. Volume Lalu Lintas Ruas Jalan Urip Sumoharjo
No Waktu Volume Lalu Lintas (kend./jam)
Perintis-Urip Urip-Perintis
1 07.00 - 08.00 8010 6286
2 08.00 - 09.00 6619 5364
3 09.00 - 10.00 6713 4845
4 12:00 - 13:00 5531 5178
5 13:00 - 14:00 5336 5345
6 14:00 - 15:00 5255 5019
7 16:00 - 17:00 5875 6711
8 17:00 - 18:00 8192 8775
9 18:00 - 19:00 5928 7264
Jumlah Total 57459 54787
Rata-Rata 6384 6087
Sumber : Survey Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan tabel 6. dapat dilihat bahwa pada kedua arah arus lalu lintas cukup ramai. Volume lalu
lintas tertinggi ada pada arah Perintis-Urip dengan jumlah 57459 kendaraan. Dari Tabel 6 dibuatkan grafik
yang dapat dilihat pada Gambar 4 berikut :
Jam Sibuk Kecepatan Rata-Rata Lalu Lintas (Km/Jam)
Karebosi-Ratulangi Ratulangi-Karebosi
Pagi 28.29 34.46
Siang 29.18 23.99
Sore 32.9 27.02
Gambar 4. Volume Lalu Lintas di Ruas Jalan Urip Sumoharjo
Berdasarkan grafik pada gambar 4, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah kendaraan
pada pukul 17.00-18.00. Hal ini disebabkan pada jam tersebut terjadi kemacetan dan merupakan
jam pulang kerja bagi para pekerja. Selain volume arus lalu lintas, diperoleh juga data kecepatan
rata-rata lalu lintas yang dapat dilihat pada tabel 7 berikut :
Tabel 7. Kecepatan Lalu Lintas Ruas Jalan Urip Sumoharjo
Sumber : Survey Lapangan Tahun 2016
Berdasarkan tabel 7. kecepatan rata-rata terendah terjadi pada jam sibuk sore untuk kedua
arah. Hal ini sesuai dengan meningkatnya volume kendaraan sebagai akibat dari pergerakan balik
masyarakat. Sementara kinerja pelayanan ruas jalan di Kota Makassar ditunjukkan pada tabel 8.
dibawah ini.
8010
66196713
5531
53365255
5875
8192
5928
6286
5364
48455178
53455019
6711
8775
7264
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
9000
07.00 -08.00
08.00 -09.00
09.00 -10.00
12:00 -13:00
13:00 -14:00
14:00 -15:00
16:00 -17:00
17:00 -18:00
18:00 -19:00
Perintis-Urip Urip-Perintis
Jam Sibuk Kecepatan Lalu Lintas (Km/Jam)
Perintis-Fly Over Fly Over-Perintis
Pagi 30.51 27.82
Siang 39.94 39.91
Sore 29.61 25.27
Tabel 8. VCR Ruas jalan Berdasarkan Periode, volume, Kapasitas dan VCR
No Nama Ruas Jalan Periode Volume Kapasitas VCR VCR Ruas jalan
1 Jln. AP. Pettarani
Pagi 9469 11537 0.82
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
(Arah sultan Arus kendaraan mendekati stabil,
alauddin) Kecepatan masih dapat di kendalikan
Siang 8480 11537 0.73
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
kendaraan dikendaliakan
sore 10813 11537 0,94
Kondisi pelayanan Kurang baik, dimana
kendaraan berjalan dengan banyak
hambatan
Jln. AP. Pettarani
Pagi 10199 11537 0.88
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
( Arah Urip dimana kendaraan berjalan dengan
Sumohardjo) lancar tapi ada sedikit hambatan
Siang 8601 11537 0.74
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
kendaraan dikendaliakan
sore 7983 11537 0.69
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
kendaraan dikendaliakan
2 Jln. Sudirman
Pagi 1437 8026 0.12
Kondisi Pelayanan sangat baik,
( Arah Rumah dimana arus kendaraan bebas dengan
Jabatan) kecepatan tinggi
Siang 1602 8026 0.19
Kondisi Pelayanan sangan baik,
dimana arus kendaraan bebas dengan
kecepatan tinggi
sore 2809 8026 0.35
Kondisi Pelayanan sangan baik,
dimana arus kendaraan bebas dengan
kecepatan operasi dibatasi
Jln. Sudirman
Pagi 2709 8026 0.34
Kondisi Pelayanan sangan baik,
(Arah Mandala) dimana arus kendaraan bebas dengan
kecepatan operasi dibatasi
Siang 2261 8026 0.28
Kondisi Pelayanan sangan baik,
dimana arus kendaraan bebas dengan
kecepatan operasi dibatasi
sore 2245 8026 0.28
Kondisi Pelayanan sangan baik,
dimana arus kendaraan bebas dengan
kecepatan operasi dibatasi
3 JLn. Urip
Pagi 6540 9108 0.72
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
Sumihardjio dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
(Arah Fly Over) kendaraan dikendaliakan
Siang 5201 9108 0.57
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
kendaraan dikendaliakan
sore 6083 9108 0.67
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
kendaraan dikendaliakan
JLn. Urip
Pagi 5144 9108 0.56
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
Sumihardjo dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
(Arah Adipura) kendaraan dikendaliakan
Siang 4981 9108 0.55
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
kendaraan dikendaliakan
sore 6928 9108 0.76
Kondisi Pelayanan Cukup Baik,
dimana arus stabil, kecepatan dan gerak
kendaraan dikendaliakan
Sumber : Data Pemantauan Tahun 2016
Teridentifikasi bahwa jumlah kendaraan terbanyak di jalan zona transisi (Jl.A. Pangeran
Pettarani) yaitu sepeda motor dan kendaraan pribadi kemudian di sub urban timur kota dan sub
urban selatan kota. Keadaan tersebut mengindikasikan bahwa perjalanan antar kawasan dalam kota
tertinggi pada zona transisi (Jl.A. Pangeran Pettarani) menuju ke pusat (Ujungpandang).Pada zona
transisi (Jl.A. Pangeran Pettarani) juga berfungsi sebagai penghubung Kota Makassar dari
hinterland adalah dari sub urban timur kota (Kabupaten Maros) dan sub urban selatan kota
(Kab.Gowa). Selain itu, mengindikasikan bahwa beban jalan dalam satuan kapasitas menjadikan
tingkat pelayanan jalan menurun atau sangat potensial terjadi tundaan dan kemacetan pada zona
kota transisi (Jl.A.Pangeran Pettarani) dibandingkan dua lokasi lainnya.
Penilaian kinerja pola trayek/rute eksisting angkutan umum penumpang non-bus Kota
Makassar berdasarkan permintaan pergerakan penduduk dari survei data primer pengguna
angkutan umum menyimpulkan bahwa faktor-faktor sosial ekonomi, penggunaan lahan, tingkat
pelayanan, dan kenyamanan berpengaruh besar dalam peramalan pergerakan penduduk dalam dan
antar kota; kinerja rute dan operasi angkutan dari survei pengemudi dan pembantu serta observasi
di atas kendaraan (on board survey) menyimpulkan bahwa faktor penyediaan dan faktor
muat/pengisian angkutan umum penumpang non-bus paling berpengaruh terhadap pengoperasian
di rute/trayek tersebut.
Kinerja prasarana transportasi berdasarkan survei data sekunder di instansi terkait
menyimpulkan bahwa hanya faktor kapasitas jalan dan kondisi jaringan jalan yang signifikan,
sedangkan tingkat pelayanan jalan dari survei data primer lokasi penelitian dan studi literatur
menyimpulkan bahwa kapasitas, kecepatan nyata, dan rasio volume menjadi satu kesatuan yang
berkaitan satu sama lain. Kondisi lalulintas di lokasi penelitian Kota Makassar dengan volume
lalulintas yang besar telah menurunkan kecepatan nyata dan berdampak pada penurunan
kapasitas jaringan jalan. Berdasarkan parameter sosial yaitu aksesibilitas pergerakan penduduk
dan sarananya, maka tumpang tindihnya beberapa trayek telah menyebabkan tingkat pelayanan
jalan, kapasitas, dan kecepatan aktual menurun sehingga fungsi manajemen dalam mengefektifkan
trayek merupakn pilihan masa depan.
5. Model Interaksi Ruang dan Transportasi di Kota Makassar
Model interaksi sebagai pembentuk struktur ruang kota berdasarkan perkiraan total angkatan
kerja, total sektor, dan service sector dapat diketahui bahwa kawasan yang dikembangkan untuk
masa depan dengan fungsi kegiatan jasa pelayanan dan perdagangan adalah zona transisi atau dua
(Panakkukang) dengan pertumbuhan angkatan kerja yang tertinggi, fungsi kegiatan dasar
(industri) di zona pinggiran atau tiga (Biringkanaya) dengan pertumbuhan angkatan kerja yang
tinggi, dan fungsi permukiman di zona pusat atau satu (Ujungpandang) dengan pertumbuhan
angkatan kerja sedang atau menengah.
Berdasarkan interaksi atau pergerakan penduduk dapat disimpulkan bahwa dominasi kegiatan
berdasarkan intensitas perkembangan penduduk di zona transisi adalah dikategorikan sebagai asal
perjalanan tertinggi, kemudian zona pinggiran sebagai asal perjalanan yang tinggi, dan zona pusat
sebagai tujuan perjalanan tertinggi.
Pemodelan interaksi tata ruang dan transportasi tersebut yang dibandingkan dengan RTRW
Kota Makassar (2015-2034) mengindikasikan bahwa zona pusat merupakan kawasan ekonomi
prospektif dan pusat kota; zona pinggiran sebagai kawasan ekonomi prospektif (bandara, maritim,
pergudangan, dan industri); dan zona transisi sebagai fungsi permukiman terpadu.
RTRW Kota Makassar (2015-2034) dalam merencanakan kawasan-kawasan tersebut
berdasarkan kecenderungan perkembangan kegiatan dan penduduk pendukungnya secara umum
sejalan dengan hasil pemodelan di atas, tetapi arahan pengembangan untuk kegiatan jasa dan
pelayanan diprioritaskan di zona transisi di masa yang akan datang. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan terkait dengan kondisi di atas adalah penyebaran atau alokasi sub-sub pusat
kegiatan kota secara intensif di kawasan-kawasan pengembangan baru di zona transisi dan
pinggiran adalah selayaknya mempertimbangkan perencanaan yang lebih komprehensif. RTRW
dengan fungsi penunjang bandara dan maritim di zona pinggiran perlu memperhatikan fungsi
kawasan hijau atau ruang terbuka dan kontrol pembangunan permukiman sebelum dilaksanakan.
Pertumbuhan penduduk yang relatif sedang dan rendah sangat memungkinkan untuk alternatif
kajian tersebut, sedangkan pada zona pusat dengan pertumbuhan penduduk relatif tinggi
seyogyanya dibatasi perkembangan kegiatannya. Hal ini sesuai dengan prinsip pengurangan
kepadatan aktivitas yang sekaligus menurunkan volume lalulintas di zona pusat dan sebaliknya
sebaran atau mobilitas aktivitas di arahkan ke zona pinggiran dan transisi terutama pada jam sibuk
(peak hours) serta diharapkan dapat terintegrasi dengan wilayah hinterland yang lebih luas yaitu
Mamminasata.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016. Laporan Evalusi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP) Kota Makassar, Badan
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.
Mansyur, U., 2008. Model Pengelolaan Transpotasi Angkutan Umum Penumpang Non-bus
Berkelanjutan Kota Makassar . Disertasi tidak dipublikasi. Program Doktor Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Moestikahadi, S., 2001. Pencemaran Udara. Penerbit ITB. Bandung, 274.
Soedomo, M., 2001. Pencemaran udara: kumpulan karya ilmiah. Penerbit ITB.
Nugroho, U.,2009. ”Outer Ring Road Sebagai Alternatif Solusi Permasalahan Transportasi Kota
Semarang”. Jurnal Riptek. Volume 3, Nomor 1, 35-43.
Wibawa, A.B.,1996. Tata Guna Lahan dan Transportasi Dalam Pembangunan Berkelanjutan.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Kurniawan, Y.T, 2017. “Pertumbuhan Kendaraan di Makassar Rata-Rata 7 Persen Setiap Tahun”.
Warta Ekonomi, 13 Januari 2017 .http://wartaekonomi.co.id/read1273 2/pertumbuhan-
kendaraan-di makassar-ratarata-7-persen-tiap-tahun.html. Diakses pada tanggal 22
Agustus 2017.
[LP ITB-KPBB-YHL UMI]. Lembaga Penelitian Institut Teknologi BandungKomite
Penghapusan Bensin Bertimbal-Yayasan Hijau Lestari Universitas Muslim Indonesia.
2006. Pengaruh Timbal terhadap Kesehatan Anak di Kota Bandung dan Makassar. Laporan
Penelitian. Bandung.