Pertanyaan JURNAL

3
Pertanyaan Mengenai Jurnal: 1. Apa hubungan Skabies dengan mikrobiologi impetigo? Dan mengapa Streptococcus Piogens lebih banyak di temukan? Jawaban : Menurut WHO pada tahun 2005 infeksi skabies dapat meningkatkan risiko impetigo akibat infeksi sekunder yang disebabkan oleh streptococus piogen maupun staphylococus aureus. Infeksi sekunder ini disebabkan oleh penderita skabies yang menggaruk kulit akibat sekret yang dihasilkan oleh tungau skabies sehingga terjadi reaksi gatal pada kulit, pada kulit akan terjadi erosi, eksoriasi sehingga memberikan port d’ entre dari mikrobiologi impetigo. Sumber : http://etd.ugm.ac.id S.piogens lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan S.Aureus, hal ini disebabkan akibat dari perbedaan sifat mikrobiologi tersebut dimana S.Aureus merupakan flora normal dikulit terdiri dari sejumlah kecil organisme yang memperbanyak diri dipermukaan kuli. Sedangkan S. Piogen merupakan flora transien dikulit yaitu mikroorganisme yang bersifat patogen dan non patogen, yang dapat dijumpai dipermukaan kulit ataupun di lingkungan bahkan mikroorganisme ini bukan merupakan organisme yang secara teratur dijumpai di kulit. Hal ini menyebabkan jika seseorang terkena infeksi sekunder

description

V

Transcript of Pertanyaan JURNAL

Pertanyaan Mengenai Jurnal:

1. Apa hubungan Skabies dengan mikrobiologi impetigo? Dan mengapa Streptococcus Piogens lebih banyak di temukan?

Jawaban :

Menurut WHO pada tahun 2005 infeksi skabies dapat meningkatkan risiko impetigo akibat infeksi sekunder yang disebabkan oleh streptococus piogen maupun staphylococus aureus. Infeksi sekunder ini disebabkan oleh penderita skabies yang menggaruk kulit akibat sekret yang dihasilkan oleh tungau skabies sehingga terjadi reaksi gatal pada kulit, pada kulit akan terjadi erosi, eksoriasi sehingga memberikan port d entre dari mikrobiologi impetigo.

Sumber : http://etd.ugm.ac.id

S.piogens lebih banyak didapatkan dibandingkan dengan S.Aureus, hal ini disebabkan akibat dari perbedaan sifat mikrobiologi tersebut dimana S.Aureus merupakan flora normal dikulit terdiri dari sejumlah kecil organisme yang memperbanyak diri dipermukaan kuli. Sedangkan S. Piogen merupakan flora transien dikulit yaitu mikroorganisme yang bersifat patogen dan non patogen, yang dapat dijumpai dipermukaan kulit ataupun di lingkungan bahkan mikroorganisme ini bukan merupakan organisme yang secara teratur dijumpai di kulit. Hal ini menyebabkan jika seseorang terkena infeksi sekunder dikulit dan disertai higine lingkungan yang kurang baik maka akan terjadi peningkatan dari kolonisasi S. Piogens.Sumber : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Apa kekurangan penelitian ini dan saran apa yang diberikan untuk penelitian ini?Jawaban : kekurangan penelitian ini bahwa peneliti tidak dapat mengkolerasikan epidemiologi molekular dengan fenotip mikrobiologi, peneliti juga tidak membagi jenis impetigo baik krustosa maupun bulosa sehingga hasil dapat menjadi bias. Saran untuk penelitian ini untuk penelitian mikrobiologi dari swab/kerokan harusnya dapat menjelaskan temuan mikrobiologi lain selain S.aureus dan S.piogen, sehingga dapat mengetahui hasil mikrobiologi yang paling banyak impetigo derajat berat ataupun ringan selain S.piogen dan S.Aureus.3. Bagaimana pengobatan impetigo jika terjadi MRSA (methiciline resistant staphylococus aureus) ?

Jawaban : jika seseorang memiliki MRSA maka untuk pengobatannya dapat diberikan antibiotik lain dengan mekanisme kerja yang berbeda dengan MRSA salah satu antibiotik yang dapat digunakan seperti golongan trimetropin sulfametoksazole (cotrimoksazole) yang bekerja menghambat sintesis as.nukleat dan protein bakteri, golongan Sefalosporin (sefadroksil) yang bekerja menghambat sintesis peptidoglikan bakteri, dan golongan antibiotik lain yang memiliki perbedaan mekanisme kerja dengan metichilin.Sumber : http://pustaka.unpad.ac.id

4. Bagaimana pengobatan luka impetigo pada anak anak yang memiliki skabies apakah obat diberikan secara oral atau topikal?

Jawaban : untuk pengobatan impetigo dapat diberikan secara sistemik maupun topikal (kombinasi). Jika luka impetigo berat dapat menimbulkan gejala sistemik pada tubuh dan dapat terjadi infeksi ke orang lain salah satunya adalah ginjal yang akan menyebabkan glomerulonefritis sehingga untuk mencegah dan pengobatan impetigo pengobatan sistemik maupun topikal dapat digunakan.