GUIDELINES PERTANYAAN

22
109 LAMPIRAN 1 GUIDELINES PERTANYAAN 1. Bagaimana pemahaman pemerintah desa tentang program dana desa sesuai yang tertuang dalam UU desa dan peraturan tentang dana desa? 2. Apakah ada kesulitan dalam memahami undang-undang dan peraturan tentang dana desa? 3. Apa tujuan dari program dana desa? Apakah tujuan ini dipahami secara baik? 4. Sosialisasi program dana desa kepada seluruh masyarakat desa dilakukan atau tidak? 5. Bagaimana reaksi, pendapat dan tanggapan pemerintah desa serta masyarakat terhadap program dana desa? 6. Pihak-pihak lain yang turut terlibat dalam pengelolaan dana desa di desa (selain pemerintah desa) ? 7. Berapa jumlah alokasi dana desa (ADD) yang sebelumnya diperoleh dan apa saja pemanfaatannya? 8. Sumber-sumber keuangan desa yang lain? 9. Berapa total dana desa (termasuk Alokasi Dana Desa) yang diperoleh tahun 2015 ini? 10. Dana desa yang diperoleh diperuntukkan untuk apa saja? 11. Bagimana proses penyusunan dan pengesahan APBDes?

Transcript of GUIDELINES PERTANYAAN

Page 1: GUIDELINES PERTANYAAN

109

LAMPIRAN 1

GUIDELINES PERTANYAAN

1. Bagaimana pemahaman pemerintah desa tentang program

dana desa sesuai yang tertuang dalam UU desa dan

peraturan tentang dana desa?

2. Apakah ada kesulitan dalam memahami undang-undang

dan peraturan tentang dana desa?

3. Apa tujuan dari program dana desa? Apakah tujuan ini

dipahami secara baik?

4. Sosialisasi program dana desa kepada seluruh masyarakat

desa dilakukan atau tidak?

5. Bagaimana reaksi, pendapat dan tanggapan pemerintah

desa serta masyarakat terhadap program dana desa?

6. Pihak-pihak lain yang turut terlibat dalam pengelolaan

dana desa di desa (selain pemerintah desa) ?

7. Berapa jumlah alokasi dana desa (ADD) yang sebelumnya

diperoleh dan apa saja pemanfaatannya?

8. Sumber-sumber keuangan desa yang lain?

9. Berapa total dana desa (termasuk Alokasi Dana Desa)

yang diperoleh tahun 2015 ini?

10. Dana desa yang diperoleh diperuntukkan untuk apa saja?

11. Bagimana proses penyusunan dan pengesahan APBDes?

Page 2: GUIDELINES PERTANYAAN

110

12. Dalam penyusunan APBDes melibatkan masyarakat

dalam musyawarah desa atau tidak?

13. Program-program kegiatan yang tertuang dalam APBDes

sudah mencerminkan tujuan dan manfaat dari dana desa

serta kebutuhan masyarakat desa atau belum?

14. Apakah manfaat dana desa telah dinikmati oleh

masyarakat desa?

15. Informasi tentang pengelolaan dana desa, terbuka dan

mudah diakses oleh masyarakat atau tidak?

16. Apakah masyarakat percaya sepenuhnya kepada

pemerintah desa dalam penganggaran dana desa?

17. Apakah ada “permainan” dalam perencanaan dan

penyusunan anggaran dana desa?

18. Siapa saja tokoh yang terlibat?

19. Apa saja peran mereka dan bagaimana mereka

memainkan perannya?

20. Bagaimana penilaian terhadap para tokoh ini?

Page 3: GUIDELINES PERTANYAAN

111

LAMPIRAN 2

SCRIPT WAWANCARA

Wawancara dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa pada

tanggal 20 Februari 2016 (P: pewawancara, KD: Kepala

Desa, SD: Sekretaris Desa)

P : Bagaimana pandangan bapak-bapak selaku pemerintah

desa tentang program dana desa

KD : Menurut pandangan kami, program ini sangat membantu

pembangunan di desa. Jadi kami bersyukur ada program

pemerintah seperti ini.

P : Apakah program dan tujuan dana desa ini dipahami

dengan baik?

KD : Ya, kami paham karena waktu itu dari pemerintah

kabupaten sudah memberikan sosialisasi dan kami ikuti itu.

Semua kades-kades di kumpulkan dalam satu pertemuan

dan pihak kabupaten mensosialisasikan program ini.

P : Bagaimana dengan undang-undang serta peraturan-

peraturan yang mengatur tentang dana desa? Apakah ada

kesulitan dalam memahaminya?

KD : Memang peraturan tentang program ini cukup banyak.

Satu baru dikeluarkan, yang lain sudah menyusul. Jadi

kelihatannya tumpang tindih, Cuma kami dituntut untuk

memahami aturan-aturan itu dan kami dibantu oleh

pendamping desa. Jadi tidak terlalu sulit.

Page 4: GUIDELINES PERTANYAAN

112

P : Pada awal program, apakah ada sosialisasi yang diberikan

kepada masyarakat desa?

KD : Ada. Sosialisasi kepada masyarakat kami lakukan.

P : Apakah sosialisasi juga dilakukan sampai ke dusun?

KD : Oh, kalau dusun tidak ada sosialisasi. Hanya sosialisasi

umum saja di kantor desa

SD : Kalau dusun, kami tidak buat sosialisasi sampai ke dusun

karena waktu yang agak sulit dan pada waktu sosialisasi

umum ada ketua-ketua dusun yang kami undang untuk

hadir. Jadi mereka bisa meneruskan informasi tersebut

kepada masyarakat di dusun masing-masing.

P : Lalu bagaimana dengan penyusunan RPJM desa?

Sosialisasi dusun ini kan untuk pengkajian potensi dan

masalah desa.

KD : Kalau soal RPJM desa, sebenarnya kami sudah punya itu

dari program PNPM mandiri tahun kemarin.

P : Untuk program dana desa, apakah tidak disusun lagi

ataukah prosesnya seperti apa pak?

KD : Kalau dana desa ini, RPJM desa disusun oleh tim yang

dibentuk oleh bapak Bupati untuk semua desa yang

menerima dana desa dan karena Bupati yang memberi

instruksi maka kami pemerintah desa manut saja. Awalnya

kami berpikir bahwa tim ini datang ke desa dan duduk

bersama dengan pemerintah desa dan unsur masyarakat

Page 5: GUIDELINES PERTANYAAN

113

untuk menyusun RPJM desa, tetapi mereka datang hanya

untuk mengambil data desa dan dokumen RPJM lama

semasa program PNPM-Mandiri Perdesaan. RPJM desa ini

mereka susun sendiri hanya dengan mengadopsi (copy-

paste) dari RPJM desa lama dan ada beberapa catatan revisi

serta tambahan program kegiatan yang kami berikan kepada

mereka. Namun hasilnya kurang memuaskan dan ketika

kami melakukan koordinasi kepada mereka, mereka

mengatakan kepada kami untuk melakukan sendiri

perbaikan RPJM desa ini jika masih belum lengkap.

Padahal kami sudah memberikan sejumlah uang sebagai

biaya penyusunan RPJM desa tersebut, sedangkan hasil

yang kami terima seperti itu dan kami harus melakukan

perbaikan lagi. Istilahnya kami ini kerja dua kali.

P : oh, begitu ya pak?

SD : Yah, seperti itu yang terjadi. Karena ini perintah dari pak

Bupati, maka mau tidak mau kami harus ikut. Tapi karena

hasilnya seperti itu jadi kami masih harus revisi lagi, revisi

terus sampai sekarang sehingga RPJM desa ini masih belum

final.

P : Kalau boleh tahu, berapa jumlah uang yang dibayarkan

waktu itu untuk biaya penyusunan RPJM desa?

KD : Biaya yang kami keluarkan waktu itu dua juta lima ratus

ribu (2.500.000) rupiah.

P : Apakah semua desa membayar dengan jumlah yang sama?

Page 6: GUIDELINES PERTANYAAN

114

KD : Iya. Total ada 196 desa. Semuanya membayar dengan

jumlah tersebut.

SD : Sangat besar jumlahnya kalau dikalikan 196 desa.

P : Kemudian, bagaimana proses penyusunan RKP nya?

KD : Kalau RKP desa, kami bentuk tim. Anggotanya kami

ambil dari kaur, BPD, wakil masyarakat per dusun dan

tokoh masyarakat dan saya. Ketua timnya sekretaris desa.

Jadi sekitar 8 orang. Lalu kami susun RKP itu berdasarkan

RPJM dan kebutuhan desa.

P : Bagaimana dengan pendamping desa? Apakah dihadirkan

juga saat penyusunan RKP?

SD : RKP ini kami tim saja yang susun. Setelah itu baru kami

perlihatkan kepada pendamping desa.

KD : Soal RKP ini memang ada sedikit perbedaan pemikiran

antara kami pemerintah desa dengan pendamping desa.

P : Soal apa itu pak?

KD : Persoalannya tentang pagar desa. Menurut pendamping

desa katanya pagar desa ini tidak bisa dimasukkan dalam

RKP tahun 2015. Tetapi untuk kami, pagar desa ini kan

kebutuhan desa.

P : Mengapa sampai pendamping desa tidak setuju ya pak?

KD : Katanya aturan tidak memperbolehkan.

Page 7: GUIDELINES PERTANYAAN

115

P : Lalu apakah bapak-bapak tidak tahu tentang hal tersebut?

Kalau memang aturan tidak memperbolehkan berarti kan

tidak bisa dimasukkan?

KD : Mengenai pagar desa, memang diketahui secara peraturan

tidak bisa diusulkan dan dilakukan dalam program dana

desa tahun 2015. Pemerintah desa sudah menanyakan

(konsultasi) hal ini dengan pendamping desa dan katanya

tetap tidak bisa. Tetapi pagar desa ini diusulkan oleh

masyarakat dan menurut pemerintah desa ini sifatnya

mendesak karena desa belum memiliki pagar desa dan desa

sering mengikuti lomba desa, sementara desa-desa lain

sudah memiliki pagar desa. Oleh karena itu, pemerintah

desa melakukan lobi-lobi di tingkat kabupaten dalam hal ini

dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah

Desa (BPM dan PEMDES) sampai ke tingkat kementerian

terkait dengan bantuan BPM dan PEMDES. Akhirnya

usulan pagar ini diperbolehkan dengan catatan bahwa

usulan ini murni dari masyarakat.

P : Bagaimana dengan tanggapan atau reaksi pendamping

desa setelah itu?

KD : Pendamping desa ini kan mereka dibawah kabupaten. Jadi

kalau kabupaten sudah memperbolehkan, ya, mereka harus

dengar dari kabupaten.

SD : Lagipula pagar desa ini kan untuk desa, bukan untuk kami

pemerintah desa secara pribadi. Jadi sebenarnya sah-sah

saja.

Page 8: GUIDELINES PERTANYAAN

116

P : Selain pagar desa, apakah ada masalah lain lagi?

KD : Tidak ada, hanya itu saja.

P : Kemudian pak, setelah RKP ini siap, proses selanjutnya

seperti apa?

KD : Selesai RKP, kami susun rencana anggarannya.

RAPBDesnya.

P : RAPBDes ini disusun oleh siapa saja?

KD : RAPBDes ini kami saja yang susun, saya dan sekretaris

desa dengan bantuan pendamping desa.

P : BPD tidak dilibatkan?

SD : Kami tidak melibatkan BPD karena BPD hanya sebagai

pengawasan saja. Apa yang kami lakukan, mereka awasi

dan mereka bisa tegur kami kalau kami ada salah atau

keliru. Jadi mereka tidak perlu dilibatkan dalam penyusunan

anggaran.

P : Bagaimana dengan pendamping desa? Yang saya tahu,

pendamping desa yang bertugas disini BS, tetapi dalam

penyusunan anggaran justru dengan pendamping desa CM?

KD : Penyusunan anggaran ini kan sangat rumit, sementara

kemampuan kami terbatas. Memang pendamping desa

disini BS, tetapi kami meminta bantuan CM karena CM ini

warga desa kami dan sudah bersama-sama dengan kami dari

program PNPM mandiri karena waktu itu dia pernah

ditugaskan disini. Waktu PNPM tahun-tahun lalu itu kan

Page 9: GUIDELINES PERTANYAAN

117

ada beberapa pendamping yang bergantian ditugaskan

disini. Jadi kami tahu kemampuan dan kapasitas yang

dimiliki CM ini lebih baik dari pendamping-pendamping

yang lain. Kami juga sudah tanya-tanya di teman-teman

kades yang lain dan dari pihak kabupaten. Bukan berarti

pendamping desa kami kurang mampu, bukan...ini hanya

soal kenyamanan saja dan kepercayaan.

P : Apakah ini tidak melanggar aturan atau mekanisme yang

ada?

SD : Kalau soal itu, kami kurang tahu. Tapi kenyataannya,

desa-desa yang lain juga melakukan hal yang sama dan

tidak ada teguran dari atas. Kami melakukan itu karena

kami ingin hasil yang maksimal dan cepat, lagipula kami

dikejar waktu pencairan dana.

P : Berapa total dana yang diterima pemerintah desa pada

tahun 2015?

KD : Tahun 2015 kami terima sekitar 500 juta lebih.

P : Berapa jumlah masing-masing dana desa dan alokasi dana

desanya?

SD : Yang dana desa sekitar 264 juta lebih, alokasi dana desa

sekitar 237 juta lebih. Angka pastinya itu ada di dokumen

APBDes, tidak hafal soalnya.

P : Oh iya pak. Kalau boleh saya mau lihat dan pinjam

dokumen APBDesnya, juga RPJM dan RKP desa untuk

deskripsi data.

Page 10: GUIDELINES PERTANYAAN

118

KD : Oh ya, boleh. Dokumen-dokumen itu ada di Sekdes, jadi

nanti sama Sekdes saja.

P : Terima kasih pak! Kemudian tentang alokasi dana desa

tahun 2014 lalu, berapa jumlah dana yang diterima?

KD : ADD tahun 2014 yang kami terima itu Cuma 100 juta

rupiah. Itu ADD pertama kali yang kami terima dari

kabupaten.

P : ADD tersebut digunakan untuk apa saja ya pak?

KD : Itu cuma untuk operasional pemerintah desa saja. Gaji,

tunjangan, transportasi dan ATK.

P : Berarti tidak ada pembangunan dengan ADD tersebut?

KD : Tidak ada. Hanya cukup untuk operasional.

P : Kalau dana desa dan ADD tahun 2015, dianggarkan untuk

apa saja ya pak?

KD : Yang 2015, banyak dihabiskan untuk infrastruktur.

Kemudian operasional pemerintah desa, pembinaan dan

pemberdayaan masyarakat. 4 bidang itu yang dianggarkan

sesuai aturan. Untuk lebih jelasnya nanti bisa dilihat saja di

dokumen APBDesnya.

P : Selain dana desa dan ADD, apakah ada sumber keuangan

desa yang lain?

Page 11: GUIDELINES PERTANYAAN

119

KD : Untuk tahun 2015 hanya dana desa dan ADD saja. kalau

tahun-tahun sebelumnya kan ada dari PNPM mandiri tapi

programnya sudah selesai.

P : Apakah APBDes yang disusun itu dipublikasikan kepada

masyarakat?

KD : Ada itu. Itu kami sampaikan dalam musrenbang desa dan

ada juga peraturan desa tentang itu.

P : Apakah ditempel juga pada papan informasi atau alat

publikasi lainnya?

KD : Kalau itu, tidak kami lakukan. Hanya penyampaian lisan

saja kepada masyarakat dalam musrenbang.

P : Ok pak Kades dan pak Sekdes. Sementara itu saja yang

perlu saya wawancarakan untuk hari ini. Nanti kalau masih

kurang, saya datang lagi. Boleh ya pak?

KD : Boleh, boleh.

SD : Nanti kalau mau datang, informasikan dulu lewat telepon

atau SMS.

P : Iya pak. Terima kasih! Saya pamit pulang.

Page 12: GUIDELINES PERTANYAAN

120

Wawancara dengan pendamping desa yang bertugas di desa

pada tanggal 12 Maret 2016 (P: Pewawancara, PD:

Pendamping desa)

P : Sudah berapa lama bapak ditugaskan di desa Gamhoku?

PD : Sudah 1 tahun lebih, sejak tahun terakhir program PNPM.

Saya ditugaskan di semua desa di kecamatan ini termasuk

desa Gamhoku.

P : Bagaimana hubungan kerja dengan pemerintah desa?

PD : Baik. Pemerintah desa cukup baik dalam bekerja sama.

P : Bagaimana penilaian bapak secara pribadi tentang

pemerintah desa?

PD : Pemerintah desa Gamhoku masih lebih baik dari

pemerintah desa yang lain. Mereka mudah ditemui, terbuka

dan masih mau dengar apa yang diarahkan.

P : Apakah bapak turut bersama pemerintah desa melakukan

sosialisasi awal kepada masyarakat tentang program dana

desa maupun musyawarah-musyawarah desa yang lain?

PD : Setahu saya tidak ada sosialisasi awal yang dilakukan.

P : Maksud bapak, pemerintah desa tidak melakukan

sosialisasi awal dan juga musyawarah desa yang lain?

PD : Untuk tahun 2015, tidak ada pertemuan dengan

masyarakat desa baik sosialisasi di awal maupun tahapan-

tahapan selanjutnya. Satu-satunya pertemuan yang

Page 13: GUIDELINES PERTANYAAN

121

dilaksanakan dengan masyarakat yaitu musrenbang desa,

tetapi itupun dilakukan ketika sudah mau selesai tahun

anggaran. Musrenbang ini dilakukan pada tanggal 30

November 2015.

P : Oh, begitu ya. Apakah benar RPJM desa disusun oleh

pihak ketiga yang dibentuk oleh Bupati?

PD : Ya, itu yang terjadi.

P : Bagaimana dengan RKP desa, khususnya tentang pagar

desa yang dimasukkan pemerintah desa dalam RKP?

Menurut keterangan pemerintah desa, bapak tidak

menyetujui hal tersebut?

PD : Dalam melakukan fasilitasi di desa, pendamping desa

harus berpegang pada peraturan yang dikeluarkan oleh

pemerintah dalam hal ini Kemendagri dan Kemendes.

Mengenai pagar desa, jelas-jelas tidak bisa dianggarkan

oleh dana desa transfer APBN berdasarkan Permendes

nomor 5 tahun 2015 tentang prioritas penggunaan dana

desa. Namun pemerintah desa bersikeras untuk

memasukkan pagar desa ini dalam RKP desa tahun 2015

dengan dalih bahwa usulan ini berasal dari masyarakat dan

sifatnya urgent. Karena sudah diperbolehkan oleh BPM

dan PEMDES kabupaten maka pendamping desa tidak bisa

berbuat apa-apa karena tidak memiliki kewenangan dan

dasar hukum untuk mengatur pemerintah desa. Dalam hal

ini, pendamping desa hanya bisa mengarahkan,

memfasilitasi dan mendampingi pemerintah desa.

Page 14: GUIDELINES PERTANYAAN

122

P : Bagaimana penilaian bapak tentang RKP yang disusun

pemerintah desa? Apakah sudah mengakomodir tujuan

yang ingin dicapai oleh pemerintah?

PD : Kalau soal itu, rata-rata belum. RKP yang disusun ini

masih belum menyentuh kebutuhan masyarakat desa.

Masih lebih banyak ke pemerintah desa dan infrastruktur

desa.

P : Apakah benar bapak tidak mendampingi pemerintah desa

dalam proses penyusunan anggaran?

PD : Ya, itu benar.

P : Bagaimana tanggapan bapak mengenai hal tersebut?

PD : Seperti yang saya jelaskan tadi, kami pendamping desa

tidak punya kewenangan dan dasar hukum untuk mengatur

pemerintah desa. Jadi itu hak pemerintah desa untuk

melakukan hal tersebut. Yang penting itu bukan keinginan

kami secara pribadi dan kami tetap melakukan apa yang

menjadi tugas kami.

P : Ok bapak, sekian dulu wawancara saya kali ini. Terima

kasih sudah meluangkan waktu. Saya harap bapak masih

bersedia diwawancara lagi kalau saya masih butuh

informasi.

PD : Iya, sama-sama.

Page 15: GUIDELINES PERTANYAAN

123

Wawancara dengan pendamping desa yang membantu

penyusunan APBDes pada tanggal 8 Maret 2016 (P: peneliti,

PD: pendamping desa)

P : Dimana lokasi tugas bapak sekarang sebagai pendamping

desa?

PD : Sekarang saya bertugas di desa-desa wilayah kecamatan

Loloda Utara

P : Apakah bapak pernah bertugas di desa Gamhoku sewaktu

program PNPM mandiri?

PD : Ya, pernah.

P : Apakah dokumen RPJM desa-desa wilayah tugas bapak

juga disusun oleh Tim yang ditunjuk Bupati?

PD : Ya, seperti itulah.

P : Mengapa sampai terjadi demikian?

PD : Pada waktu itu pendamping desa belum direkrut.

Rencananya kami fasilitator eks-PNPM yang akan

dialihkan untuk melakukan pendampingan program dana

desa namun sedang diberhentikan sementara waktu untuk

dievaluasi kontraknya, sehingga keadaan ini diambil alih

oleh pihak kabupaten. Sayangnya pihak kabupaten tidak

melibatkan eks-fasilitator ini dalam penyusunan RPJM

desa tetapi menunjuk pihak lain. Padahal eks-fasilitator ini

yang lebih mengetahui keadaan dan kebutuhan di desa

selama masa pendampingan program PNPM yang baru

Page 16: GUIDELINES PERTANYAAN

124

saja berakhir. Hasilnya bisa dilihat sendiri bahwa RPJM

desa yang disusun kurang maksimal dan pemerintah desa

cukup kecewa karena mereka sudah mengeluarkan

sejumlah biaya yang cukup besar. Biaya ini jika dikalikan

dengan 196 desa maka total biaya penyusunan RPJM desa

ini sangat fantastis dan bisa dilihat siapa yang diuntungkan

dalam hal ini.

P : Apakah bapak memiliki hubungan yang dekat dengan

pemerintah desa Gamhoku?

PD : Ya, cukup dekat.

P : Apakah ada informasi yang bapak ketahui tentang

penyusunan RKP desa Gamhoku khususnya tentang pagar

desa? Kira-kira apa alasan pemerintah desa memaksakan

usulan pagar desa tersebut?

PD : Pemerintah desa agak memaksakan usulan prioritas

kegiatan pada pembangunan infrastruktur karena realitas

opini masyarakat yang menilai keberhasilan pemerintah

desa dalam membangun desa itu terletak pada berapa

banyak infrastruktur yang dibangun di desa. Hanya saja

kalaupun difokuskan pada pada pembangunan

infrastruktur, haruslah infrastruktur yang menunjang akses

perekonomian desa dan bernilai dalam meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa. Pagar desa ini kan hanya

berfungsi untuk memperindah tata ruang desa. Pagar desa

boleh diusulkan jika dialokasikan pada anggaran ADD

tetapi ini kan tidak mungkin karena jumlah anggaran ADD

Page 17: GUIDELINES PERTANYAAN

125

yang terbatas untuk operasional pemerintahan desa

sementara volume pagar yang diusulkan juga besar. Selain

itu ada kepentingan dari pemerintah desa untuk

melanjutkan pemerintahan pada periode berikutnya

sehingga faktor keberhasilan dimata masyarakat ini sangat

penting untuk memuluskan rencana tersebut. Intervensi

dari pihak kabupaten dalam hal ini BPM dan PEMDES

turut melemahkan fungsi pendamping desa. Intervensi ini

juga dilakukan pada usulan RKP desa dengan

menginstruksikan semua pemerintah desa untuk

menganggarkan kegiatan studi banding ke luar daerah.

P : Apakah itu berarti studi banding tersebut dimasukkan

dalam RKP semua desa di Halmahera Utara?

PD : Ya, itu instruksi untuk semua desa.

P : Apakah menurut bapak, RKP desa sudah mengakomodir

tujuan program yang ingin dicapai?

PD : Belum, karena banyak difokuskan pada infrastruktur desa

yang banyak makan anggaran. Memang infrastruktur bisa

dimasukkan tapi sebenarnya infrastruktur yang

dimaksudkan adalah infrastruktur yang menunjang

kegiatan ekonomi desa. Bukan seperti pagar desa dan

kantor desa yang dianggarkan oleh kebanyakan

pemerintah desa. Hampir semua pemerintah desa seperti

itu.

P : Apakah benar bapak yang membantu pemerintah desa

Gamhoku dalam penyusunan APBDes 2015?

Page 18: GUIDELINES PERTANYAAN

126

PD : Ya, itu benar.

P : Apakah tindakan bapak tersebut tidak menimbulkan

ketersinggungan dengan pendamping desa yang bertugas di

desa Gamhoku?

PD : Tidak, hubungan kami baik-baik saja. Soal itu kan

menjadi hak dan kewenangan pemerintah desa.

P : Selama proses penyusunan anggaran, apakah bapak

melihat ada permainan dalam penyusunan anggaran?

PD : Kalau soal itu, ada lah sedikit. Biar bagaimanapun juga

itu tidak bisa dicegah karena sudah menjadi budaya dari

masyarakat kita.

P : Siapa aktor-aktor yang terlibat?

PD : Itu dilakukan oleh pemerintah desa dalam hal ini Kades

dan Sekdes yang menyusun anggaran.

P : Apakah BPD tidak dilibatkan?

PD : BPD tidak dilibatkan tapi BPD tahu tentang APBDes

yang disusun.

P : Reaksi BPD kira-kira seperti apa ketika tidak dilibatkan

kemudian hanya diberi tahu?

PD : BPD tidak bisa berbuat banyak meskipun sebenarnya

mereka harus dilibatkan dan punya wewenang untuk

menegur pemerintah desa.

P : Mengapa demikian?

Page 19: GUIDELINES PERTANYAAN

127

PD : BPD juga kan memiliki kepentingan sehingga mereka

ikut saja yang diatur dan dilakukan pemerintah desa.

P : Kepentingan BPD yang seperti apa?

PD : Seperti besaran tunjangan dan operasional BPD yang

dianggarkan, serta turut dilibatkan ketika pelaksanaan

kegiatan terutama pembangunan infrastruktur.

P : Apakah rincian APBDes ini disampaikan kepada

masyarakat?

PD : Memang disampikan kepada masyarakat dalm

musrenbang kemarin tetapi hanya pokok-pokok anggaran

yang 30% dan 70% itu saja, tidak secara rinci. Musrenbang

itupun dilakukan ketika sudah selesai pencairan anggaran

tahap kedua. Seharusnya kan musrenbang dilakukan

sebelum pencairan dana dan dalam musrenbang tersebut

RAPBDes yang disusun disampaikan dan dibahas kembali

dengan masyarakat. Kalau ada perubahan, ya dirubah baru

RAPBDes tersebut disahkan menjadi APBDes dalam

forum musrenbang. Jadi masyarakat tidak tahu secara rinci

dana desa dan ADD itu digunakan untuk apa saja dan

berapa anggaran untuk masing-masing kegiatan.

P : Bagaimana penilaian bapak tentang pemerintah desa

Gamhoku?

PD : Sebenarnya pemerintah desa cukup baik, hanya saja

terlalu banyak kepentingan dalam proses penganggaran ini

Page 20: GUIDELINES PERTANYAAN

128

baik dari pihak kabupaten, pemerintah desa sampai BPD.

Kepentingan pribadi maupun kelompok.

P : Ok pak. Terima kasih sudah bersedia untuk diwawancara.

PD : Sama-sama.

Wawancara dengan Kepala Desa dan Sekretaris Desa pada

tanggal 24 Maret 2016 (P: peneliti, KD: Kepala Desa, SD:

Sekretaris Desa)

P : Pak, saya mau konfirmasi ulang tentang tanggal

pelaksanaan sosialisasi awal dan musyawarah desa yang

lain yang sempat dilakukan?

KD : Kalau tentang musyawarah desa, yang sempat kami

lakukan itu hanya musrenbang desa.

P : Tanggal berapa musrenbang itu dilakukan?

KD : Saya lupa tanggalnya tapi itu sekitar bulan November

tahun 2015 kemarin

SD : Tanggal 30 November 2015.

P : Kalau sosialisasi awal itu kira-kira tanggal berapa?

KD : Sosialisasi itu kami lakukan ya dalam musrenbang itu

juga.

P : Oh, berarti hanya musrenbang ya pak yang dilakukan?

KD : Iya, hanya musrenbang itu.

Page 21: GUIDELINES PERTANYAAN

129

P : Mengapa musyawarah yang lain tidak dilakukan?

Misalnya untuk pembahasan dan penetapan RKP atau

lainnya? Kemudian musrenbang tanggal 30 itu kan

berarti sudah selesai pencairan dana tahap kedua.

Mengapa tidak dilakukan sebelum pencairan dana, kan

seharusnya mekanismenya seperti itu?

KD : Memang kalau mengikuti aturan, harus dilakukan

musyawarah di desa dalam setiap tahapan penyusunan

dokumen untuk dana desa. Tetapi musyawarah ini tidak

sempat dilakukan karena proses dari awal (penyusunan

RPJM Desa) yang sudah salah dan mengejar deadline

waktu pencairan sehingga seluruh tahapan musyawarah

desa maupun sosialisasi ini dibuat satu kali dengan

musrenbang desa untuk program tahun 2016.

P : Kemudian saya ingin menanyakan tentang kegiatan

studi banding yang saya dengar kegiatan ini bukan

usulan dari desa, apa benar demikian?

KD : Ya, kegiatan studi banding ini juga agak repot. Memang

ini bukan usulan dari masyarakat maupun kami

pemerintah desa tetapi ini instruksi dari pemerintah

kabupaten untuk semua desa. Jadi bukan hanya desa

kami saja. Ini sama dengan RPJM desa. Kemudian kalau

kami pemerintah desa menolak juga salah.

P : Kalau boleh tahu kegiatan studi banding ini seperti apa

dan tujuannya untuk apa? Bagaimana penjelasan dari

Page 22: GUIDELINES PERTANYAAN

130

pihak kabupaten waktu itu sehingga harus dimasukkan

dalam RKP 2015?

KD : Waktu itu mereka bilang studi banding untuk BUMDes

karena BUMDes ini kan nantinya harus didirikan di desa.

Di Halut maupun Maluku Utara sini kan belum ada desa

yang punya BUMDes sehingga diinstruksikan di pulau

Jawa.

P : Lalu apakah kegiatannya memang dilakukan seperti

yang direncanakan itu ataukah seperti apa?

SD : Tidak seperti itu juga. Studi banding ini kami ikuti pada

bulan Agustus di daerah Malang, Jawa Timur selama 3 hari.

Kegiatannya berupa bimtek peningkatan kapasitas pemerintah

desa dalam hal pengelolaan keuangan desa, yang dilakukan di

salah satu hotel yang ada disana. Tentang BUMDes, memang

pada hari terakhir kami turun di satu desa yang sudah punya

BUMDes berupa pengelolaan air minum (PAM). Jadi air yang

dikonsumsi oleh masyarakat di desa ini dikelola sendiri oleh

desa, bukan oleh pemerintah daerah, dan masyarakat

membayar kepada desa. Tetapi kami disana hanya sekedar

melihat-lihat saja karena waktu yang terbatas.

P : Oh, ternyata seperti itu. Ok pak, terima kasih untuk

tambahan informasinya.

KD & : Sama-sama.

SD