Guidelines Kota Tua

download Guidelines Kota Tua

of 46

description

Guidelines Kota Tua

Transcript of Guidelines Kota Tua

  • GUIDELINES KOTA TUAi

    GUIDELINES KOTA TUA

    PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN

    TAHUN 2007

  • GUIDELINES KOTA TUAii

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Kota Jakarta mempunyai sejarah cukup panjang, dimulai dari kawasan yang sekarang disebut sebagai Kota Tua, bercikalbakal Pelabuhan Jayakarta, di bawah Kerajaan Banten. Bentuk, pola dan arsitektur di dalam Kota Tua Jakarta sekarang, merupakanhasil dari proses sejarah, politik, pemerintahan didukung oleh letaknya yang strategis di Nusantara, bahkan Asia Tenggara.Sangat disayangkan peninggalan sejarah Kota Jakarta yang unik, indah dan tidak terdapat di manapun di tempat lain, saat inisebagian sudah hilang, ada yang tidak dirawat dan tidak sedikit yang musnah dan hampir runtuh. Bila tidak ada kebijakan untukmelestarikannya, maka suatu saat Kota Tua Jakarta akan musnah dan benang merah masa lalu, masa sekarang dan akandatang akan terputus, dan generasi akan datang akan tidak pernah menyaksikannya.

    Sehubungan dengan hal tersebut di atas sangat penting untuk mengambil kebijakan pelestarian dan revitalisasi berupapanduan (guidelines) bagi pemerintah dalam hal ini dinas-dinas, masyarakat umum dan semua yang terkait dengan Kota TuaJakarta. Agar panduan dapat mempunyai dasar yang kuat maka seharusnyalah dibuat terlebih dahulu kajian sejarah dan arsitekturdi dalam Kota Tua Jakarta. Oleh karena itu, saya sambut dengan sangat baik prakarsa Dinas Kebudayaan dan PermuseumanProvinsi DKI Jakarta, menerbitkan Kajian Sejarah Kota Tua Jakarta ini, agar guidelines, yang tersusun mempunyai dasar kuat,selain diharapkan dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai sejarah, peninggalan budaya dan arsitektur padaumumnya dan Kota Tua Jakarta khusunya.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Jakarta, September 2007

    GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

    SUTIYOSO

    Gubernur Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta

    KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUSIBUKOTA JAKARTA

  • GUIDELINES KOTA TUAiii

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Sebelum jatuh ke tangan Belanda, Jayakarta pelabuhan dari pemerintah Banten, telah menjadi pelabuhan penting diNusantara maupun kawasan lebih luas, termasuk Asia Tenggara. Setelah dikuasai pada awal abad XVII, VOC merombaknya, danmembangunnya selain menjadi pelabuhan, juga pusat perdagangan, militer dan pemerintahan, dilanjutkan hingga jaman Penjajahan.Pada abad XVIII, terbentuk menjadi kota di dalam tembok, berbentuk segi empat, dengan bagian utaranya pelabuhan, yangmenjadi gerbang, masuk ke kota dari arah laut, melalui kanal yang berasal dari Sungai Ciliwung yang diluruskan, dan disebut KaliBesar hingga sekarang. Polanya kotak-kotak, tidak terbentuk oleh jalan seperti kota-kota di jaman pertengahan, namun olehkanal-kanal melintang dan membujur, dengan bangunan-bangunan di tepiannya. Perkembangan kota ke arah selatan, bentengtidak lagi terlalu diperlukan untuk pertahanan, tetap berorientasi ke Kali Ciliwung dengan rumah-rumah berhalaman luas di kiri-kananya, membuat kota Batavia sangat indah dan nyaman hingga mendapat sebutan Ratu dari Timur (Queen of the East).Hingga pusat kota berpindah ke arah selatan pada awal abad XX, Kota Lama Batavia, tetap menjadi pusat pemerintahan,perdagangan, pelayanan dan jasa, bahkan di dalamnya terdapat kantor-kantor dagang internasional.

    Peninggalan-peninggalan pada masa itu, berupa tata ruang, arsitektur dan konstruksi pelabuhan, perkantoran, fasilitassosial, perdangan termasuk berbagai bank sangat unik dan indah, saat ini mengahadapi masalah kehancuran, sejalan dengandinamika kota Jakarta, berkembang dengan sangat cepat. Tidak sedikit bangunan bersejarah di Kota Tua hilang, musnah danmenghadapi masalah keruntuhan karena tidak terawat tidak dihuni dan tidak dipakai.

    Kota Tua atau kota lama di berbagai kota di negara maju, biasanya dilestarikan bahkan dimanfaatkan dengan meningkatkansecara bersamaan nilai sejarah dan nilai ekonomisnya dengan program revitalisasi berkelanjutkan melibatkan semua fihak, denganpemerintah sebagai pengendali kebijakannya. Nilai sejarah, tata kota dan arsitektur dari Kota Tua Jakarta, tidak kalah dengankota-kota lain di dunia, oleh karena itu sudah seharusnya dilestarikan dengan kebijakan revitalisasi, mengacu pada kajian sejarahnya.

    Dalam rangka melestarikan dan merevitalisasi Kota Tua, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyusun guidelines Kota TuaJakarta, yang sebagai dasarnya adalah kajian sejarah Kota Tua yang tertuang dalam Buku Sejarah Kota Tua. Guidelines ini dibuatagar pembangunan di Kota Tua dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi kita semua.

    Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Jakarta, September 2007

    Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta

    Ir. Aurora Tambunan, M. Si

    KEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

    KATA PENGANTARKEPALA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN

    PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

  • GUIDELINES KOTA TUAiv

    KATA SAMBUTAN : Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta __________________________________________ ii

    KATA PENGANTAR : Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Daerah Khusus Ibukota Jakarta ___________________ iii

    DAFTAR ISI ___________________________________________________________________________________________ iv

    KATA PENGANTAR : Guidelines Kota Tua __________________________________________________________________ v

    BAB 1: TINJAUAN UMUM ______________________________________________________________________________ 21.1. Pendahuluan ______________________________________________________________________________________ 21.2. Aturan dalam upaya pelestarian _______________________________________________________________________ 21.3. Pemanfaatan kawasan dan bangunan cagar budaya _______________________________________________________ 21.4. Kawasan cagar budaya Kota Tua ______________________________________________________________________ 2

    BAB 2: PARAMETER PERENCANAAN DAN PANDUAN PELESTARIAN UNTUK ZONA 2 KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA TUA __________________________________________________________ 42.1. Gambaran ringkas Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua ________________________________________________ 42.2. Parameter Perencanaan Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua ____________________________________________ 5

    BAB 3: PANDUAN PELESTARIAN ZONA 2 KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA TUA _______________________________ 73.1. Lingkungan Golongan Cagar Budaya di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua ________________________________ 73.2. Pelestarian dan pemanfaatan ruang-ruang kota cagar budaya ________________________________________________ 93.3. Pelestarian dan pemanfaatan bangunan-bangunan cagar budaya _____________________________________________123.4. Perubahan dan penambahan bangunan pada bangunan cagar budaya ________________________________________13

    BAB 4: PANDUAN UNTUK BANGUNAN BUKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYA _________________________________4.1. Pemanfaatan bangunan-bangunan bukan bangunan cagar budaya ___________________________________________164.2. Panduan untuk bangunan-bangunan bukan bangunan cagar budaya __________________________________________16

    BAB 5: PAPAN NAMA DAN PAPAN IKLAN _________________________________________________________________195.1. Papan nama dan papan iklan _________________________________________________________________________ 195.2. Pedoman untuk papan nama dan papan iklan ___________________________________________________________ 19

    BAB 6: LAMPIRAN ____________________________________________________________________________________ 20Lampiran I Daftar bangunan cagar budaya dan peruntukannya ________________________________________________ 20Lampiran II Gambar-gambar ___________________________________________________________________________ 39

    TIM PENYUSUN ______________________________________________________________________________________ 40

    DAFTAR ISI

    16

  • GUIDELINES KOTA TUAv

    Dokumen ini merupakan guidelines untuk pemanfaatan Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua, yang berada disekitar TamanFatahillah dan Kali Besar yang merupakan bagian dari Kawasan Cagar Budaya Kota Tua. Di dalamnya juga termuat pedomanuntuk melaksanakan cagar budaya dan revitalisasi kawasan dan panduan pemugaran untuk bangunan-bangunan cagar budayayang harus dilestarikan serta pedoman bagi pembangunan bangunan-bangunan yang bukan bangunan cagar budaya yangberada di kawasan cagar budaya ini.

    Guidelines pemanfaatan Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua terdiri dari:1. Panduan untuk fungsi/ peruntukan/ pemanfaatan untuk Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua yang bersifat umum, yaitu

    mengatur fungsi dan peran dari kawasan cagar budaya.2. Panduan untuk fungsi / peruntukan / pemanfaatan untuk bangunan, yaitu mengatur fungsi / peruntukan / pemanfaatan dari

    bangunan-bangunan, terutama bangunan-bangunan cagar budaya yang berada di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua.3. Panduan untuk fungsi / peruntukan / pemanfaatan ruang-ruang kota, yaitu mengatur fungsi / peruntukan / pemanfaatan dari

    ruang-ruang kota yang dilestarikan, yang berada di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua.

    Sebagai landasan, penyusunan pedoman ini menggunakan kajian sejarah Kota Tua yang dimuat di dalam buku Sejarah Kota Tua,Perda No. 9 tahun 1999 dan UU No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya.

    Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi para pemilik properti, arsitek, teknisi, serta stakeholder lainnya yang akan melakukankegiatan cagar budaya dan revitalisasi serta pembangunan di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua. Bagi pihak pemerintahpedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengatur dan mengendalikan pengembangan serta pemanfaatan Zona 2Kawasan Cagar Budaya Kota Tua.

    KATA PENGANTAR GUIDELINES KOTA TUA

  • GUIDELINES KOTA TUA1

    GUIDELINES KOTA TUA

    PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS KEBUDAYAAN DAN PERMUSEUMAN

    TAHUN 2007

  • GUIDELINES KOTA TUA2

    1.1. PENDAHULUANArsitektur masa lalu yang terdiri dari bangunan-bangunan dankawasan-kawasan cagar budaya berperan dalam merangkaidan menghubungkan sejarah kota Jakarta dari masa lalu kemasa sekarang dan masa yang akan datang. Arsitektur masalalu ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan darirencana kota. Bangunan-bangunan cagar budaya dan jugakawasan-kawasan cagar budaya tersebar disegala penjurukota, dengan konsentrasi memanjang dari bagian Utara sampaike Selatan kota.

    Sampai dengan tahun 2007, di Jakarta terdapat 4 (empat)kawasan cagar budaya, yaitu:-Kota Tua (SK No.D.IV.6097/d/33/1975) (SK No.34 tahun 2005)-Menteng (SK No.D.IV.6098/d/33/1975)-Kebayoran Baru (SK No.D.IV.6099/d/33/1975)-Situ Babakan-menggantikan Condet (SK No.D.115/e/3/1974)Di dalam kawasan-kawasan ini terdapat arsitektur kota danbangunan-bangunan yang harus dilestarikan. Selain itu jugabanyak terdapat bangunan-bangunan pelestarian yang beradadiluar kawasan-kawasan ini.

    Masing-masing kawasan cagar budaya memiliki panduankhusus yang disesuaikan dengan kondisi dan karakter darimasing-masing kawasan. Panduan ini terutama adalahpanduan untuk peruntukan pemanfaatan ruang-ruang kota danbangunan-bangunan cagar budaya di Zona 2 Kawasan CagarBudaya Kota Tua di Jakarta.

    1.2. ATURAN DALAM UPAYA PELESTARIANUpaya pelestarian di Jakarta didasarkan kepada UU No. 5tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya dan PeraturanDaerah No. 9 tahun 1999, yang menggolongkan kawasancagar budaya menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: kawasan cagarbudaya golongan I sampai dengan III, dan menggolongkanbangunan cagar budaya menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:bangunan cagar budaya golongan A, B, dan C.

    1.3. PEMANFAATAN KAWASAN DAN BANGUNAN CAGAR BUDAYAPemanfaatan kawasan dan bangunan cagar budayadisesuaikan dengan wujud fisiknya dan perencanaan kotauntuk daerah dimana kawasan dan bangunan cagar budaya

    berada, yang ditentukan oleh Pemda DKI Jakarta. Pemanfaatanbarunya disesuaikan dengan kebutuhan masa kini dan akandatang selama cocok dengan wujud fisiknya.

    1.4. KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA TUABerdasarkan kajian sejarah, sebagian besar dari kawasanSunda Kelapa dan Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tuaadalah cikal bakal Kota Tua, yaitu kota yang pada masa kolonialberada di dalam dinding benteng, yang ditinggali sebagaianbesar oleh Bangsa Belanda. Kawasan ini dahulu dibatasi olehSungai Ciliwung di sebelah timur, kanal Stadt Buiten Grachtsebelah barat (kini Sungai Krukut) di sebelah barat, kanal StadtBuiten Gracht di sebelah selatan (kini Jalan Jembatan Batudan Jalan Asemka), dan laut di utara (termasuk PelabuhanSunda Kelapa). Di luar kawasan ini terdapat permukiman-permukiman lain yang bersama-sama kota di dalam bentengmerupakan Kawasan Cagar Budaya Kota Tua seperti apa yangtercakup pada Peraturan Gubernur Provinsi Daerah KhususIbukota Jakarta Nomor 34 Tahun 2005. Kawasan cagar budayaini adalah kawasan seluas sekitar 846 Ha yang terletak diKotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Barat (lihatgambar 1).

    Gambar 1 : Lokasi Kota Tua di Jakarta

    BAB I TINJAUAN UMUM

  • GUIDELINES KOTA TUA3

    Berdasarkan Rencana Induk Kota Tua Jakarta (DTK, 2007), ditengah-tengah Kawasan Cagar Budaya Kota Tua terdapat zona inti,yaitu area yang memiliki nilai sejarah yang lebih bernilai, yang dahulunya sebagian besar adalah kota di dalam dinding. KawasanCagar Budaya Kota Tua dibagi menjadi 5 (lima) zona, yaitu: kawasan Sunda Kelapa, kawasan Fatahillah, kawasan Pecinan,kawasan Pekojan, dan kawasan Peremajaan (lihat gambar 2).

    Gambar 2 : Kawasan Cagar Budaya Kota Tua dan Kawasan Zona 2

  • GUIDELINES KOTA TUA4

    Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua, dengan luas areasekitar 87 Ha (lihat gambar 3), merupakan bagian dari zonainti Kawasan Cagar Budaya Kota Tua, yang batas-batasnyaadalah Sungai Krukut di sisi barat, Sungai Ciliwung di sisi timur,jalan tol dan jalan kereta api di sisi utara, serta Jalan JembatanBatu dan Jalan Asemka di sisi selatan. Kawasan cagar budayaini bukan hanya memiliki bangunan dengan nilai sejarah danarsitektur yang tinggi, tetapi juga memiliki arsitektur ruang kotayang perlu dijaga kelestariannya.

    2.1. GAMBARAN RINGKAS ZONA 2 KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA TUA

    2.1.1. Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua dimasa laluZona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua pada masapenjajahan Belanda sampai dengan abad ke XIX adalah bagianselatan dari kawasan di dalam dinding kota yang dibatasi olehSungai Ciliwung di sisi timur, Sungai Krukut (Jelakeng) di sisibarat, Jalan Jembatan Batu dan Jalan Asemka di sisi selatan,serta kawasan Pasar Ikan di sisi utara. Di masa-masa akhirera kolonial Belanda, kawasan ini merupakan pusat bisnis(CBD) kota Batavia dengan konsentrasi kegiatan perdagangandan jasa di sepanjang Sungai Kali Besar, dan pemerintahandisekitar Taman Fatahillah (lihat gambar 4).

    Kawasan ini ditandai oleh jalan dan sungai/kanal yangmembentuk blok-blok berupa grid kota dengan 2 (dua) taman/plaza, yaitu Taman Fatahillah yang menjadi pusat kegiatanpublik dan Taman Beos yang dikelilingi oleh kantor-kantorbesar dan Stasiun KA. Di sepanjang Kali Besar terdapatperusahaan dagang dan pelayaran. Blok-blok di belakang KaliBesar ditempati oleh hunian dan bangunan pergudangan.

    Gambar 3 : Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua Gambar 4 : Suasana di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua tempo

    dulu

    BAB II PARAMETER PERENCANAAN DAN PANDUAN PELESTARIANUNTUK ZONA 2 KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA TUA

  • GUIDELINES KOTA TUA5

    Bangunan-bangunan di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya KotaTua pada saat ini terdiri dari 3 (tiga) tipe, yaitu: bangunan besaryang berdiri sendiri pada satu blok kota atau lebih dari setengahblok kota, bangunan di kavling pojok, dan bangunan-bangunanderet yang bersama-sama membentuk satu blok kota.Bangunan-bangunan ini tingginya sekitar 2 sampai dengan 3lantai dengan jarak lantai ke lantai sekitar 4 meter. Keunikanarsitektur kota kawasan ini adalah letak bangunan yangmenempel langsung ke jalan atau ruang terbuka/taman/plaza.Arsitektur bangunan sangat beragam antara lain gaya-gayaColonial Indische (kombinasi eropa, tropis dan tradisional), Neo-Klasik, Eklektik (campuran), Cina oriental, bangunan-bangunanmodern kolonial (abad 20) bergaya art deco dan art nouvea,serta bangunan modern Indonesia yang bergaya InternationalStyle (lihat gambar 5).

    Gambar 5 : Berbagai gaya arsitektur di Kota Tua

    2.1.2. Rencana Pelestarian dan Revitalisasi Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota TuaZona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua direncanakansebagai kawasan cagar budaya yaitu sebagai sebuah livingheritage dengan konsep memory of the past dan sebagaikawasan rev i tal isasi, yaitu sebagai kawasan yangdiproyeksikan menjadi salah satu tempat kegiatan utama skalakota bagi warga DKI Jakarta untuk berekreasi, berbudaya,bertinggal, dan bekerja dengan tetap menjaga kelestariankawasan sebagai kawasan cagar budaya.

    2.2. Parameter Perencanaan Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua

    2.2.1. Intensitas Bangunan1. Intensitas bangunan atau koefisien lantai bangunan

    mengacu kepada aturan yang dikeluarkan oleh DinasTata Kota.

    2. Pemanfaatan intensitas bangunan di kavling bangunancagar budaya Golongan A dimungkinkan sebatas tidakmerubah massa dan inter ior bangunan yangdilestarikan.

    3. Untuk memenuhi ketentuan butir (2), luas lantai totalbangunan cagar budaya Golongan A besertabangunan tambahannya merupakan resultante dariluas lantai asli/eksisting, serta penambahan lantaibangunan di luar masa bangunan asli dengan nilaitidak melebihi ketentuan KLB yang dikeluarkan olehDinas Tata Kota.

    4. Pemanfaatan intensitas bangunan di kavling bangunancagar budaya Golongan B dan C dimungkinkansebatas tidak merubah masa bangunan yangdilestarikan.

    5. Untuk memenuhi ketentuan butir (4), luas lantai totalbangunan cagar budaya Golongan B dan Cmerupakan resultante dari luas lantai di dalam masabangunan asli/eksisting, serta penambahan lantaibangunan di luar masa bangunan asli dengan nilaitidak melebihi ketentuan KLB oleh Dinas Tata Kota.

    6. Pada bangunan cagar budaya Golongan A, B, dan C,sebagai akibat tidak dapat dimanfaatkannya secarapenuh KLB maksimal yang ditetapkan oleh Dinas TataKota, maka sebagai kompensasi diterapkan prinsipalih intensitas (Transfer of Development Right)

  • GUIDELINES KOTA TUA6

    sebagaimana diatur oleh Dinas Tata Kota.7. Untuk kavling dengan bangunan bukan bangunan

    cagar budaya, nilai KLB sesuai dengan aturan yangdikeluarkan oleh Dinas Tata Kota.

    2.2.2. Koefisien Dasar BangunanKoefisien dasar bangunan untuk kavling dengan bangunancagar budaya golongan A, B, dan C adalah seperti apa yangada sekarang atau dengan penambahan sampai dengantotal 75%.

    2.2.3. Ketinggian Bangunan1. Ketinggian bangunan bukan cagar budaya di

    lingkungan Golongan I dan II perlu dipertimbangkandampaknya terhadap tampilan bangunan cagarbudaya yang ada.

    2. Untuk bangunan-bangunan cagar budaya golonganA, B, dan C ketinggian bangunan asl i harusdipertahankan.

    3. Penambahan lantai di dalam masa bangunan asli tidakdiijinkan untuk bangunan cagar budaya Golongan A.

    4. Dalam rangka memanfaatkan luas lantai maksimumyang diijinkan, penambahan lantai dalam masabangunan asli untuk bangunan cagar budaya golonganB dan C diijinkan selama tidak menambah ketinggiandan merubah masa bangunan asli.

    2.2.4. Sempadan Bangunan1. Garis sempadan depan bangunan Golongan A, B, dan

    C sesuai dengan letak bangunan asli.2. Untuk menghindari ketidaksinambungan ruang kota

    di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua, untukpembangunan bangunan baru yang bukan bangunancagar budaya, garis sempadannya adalah 0, ataumengikuti garis sepadan depan bangunan cagarbudaya yang ada disebelahnya. Pada lantai dasar didepan bangunan tersebut harus dibuat arkade denganlebar minimum 2,5 meter.

    3. Pada bangunan bukan cagar budaya di LingkunganGolongan I, II, dan III yang telah terlanjur dibangunmundur ke belakang, sangat dianjurkan untukmembangun arkade tambahan dengan lebar minimum2,5 meter pada garis batas kepemilikan (sempadannol).

    2.2.5. Tata Hijau1. Pemilihan pohon pada sebagian besar Zona 2

    Kawasan Cagar Budaya Kota Tua lebih ditujukan untukestetika, kecuali pada tempat-tempat yang telahditentukan, dan ruang terbuka hijau pasif.

    2. Akar, daun, batang maupun ranting pepohonan tidakboleh mengganggu bangunan cagar budaya.

    3. Sangat tidak dianjurkan untuk menggunakan jenispohon yang bentuknya mengganggu/menutupi facadebangunan cagar budaya.

    4. Pada Lingkungan Cagar Budaya Golongan I, di sekitarTaman Fatahillah dan Jalan Cengkeh, pemilihan jenispohon serta elemen ruang terbuka dan tata hijaudisesuaikan dengan karakter masa lalu. Pemilihantersebut dilakukan melalui kajian terhadap foto-fotoatau gambar lama yang otentik oleh tim ahlipertamanan.

    2.2.6. Parkir dan Jenis Kendaraan1. Bangunan yang telah ditetapkan sebagai bangunan

    cagar budaya Golongan A, B, dan C tidak diwajibkanuntuk menyediakan tempat parkir. Sebagai gantinya,perlu disediakan tempat-tempat parkir (umum) olehpihak pemerintah daerah ataupun badan pengelolakawasan yang mewakili pihak pemerintah.

    2. Penggunaan parkir di badan jalan (on street) tidakdiperkenankan di Lingkungan Golongan I dan II kecualidi lokasi yang telah disediakan / ditentukan olehpengelola kawasan.

    3. Bangunan bukan bangunan cagar budaya dengan luastapak lebih dari 1.000 meter persegi diwajibkan untukmenyediakan tempat parkir di dalam tapak denganperhitungan besaran sesuai standar parkir di Jakarta.Perletakan area parkir di basement atau di lantai atassangat dianjurkan.

    4. Jenis kendaraan berat, seperti truk dan alat-alat beratlainnya, tidak diperkenankan memasuki Kawasan CagarBudaya, kecuali bila mendapat izin khusus denganwaktu tertentu / terbatas.

  • GUIDELINES KOTA TUA7

    3.1. LINGKUNGAN GOLONGAN CAGAR BUDAYA DI ZONA 2 KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA TUABerdasarkan kepada beberapa kriteria yang ada di PeraturanDaerah No. 5 tahun 1999, Zona 2 Kawasan Cagar BudayaKota Tua, dibagi menjadi 3 (tiga) golongan kawasan cagarbudaya yaitu (lihat gambar 6):

    - Lingkungan Golongan I, di sekitar TamanFatahillah dan Jalan Cengkeh;

    - Lingkungan Golongan II, di sepanjang Kali Besar,Jalan Pintu Besar Utara dan sekitar Taman Beos;

    - Lingkungan Golongan III, di luar Golongan I danII yaitu area yang berdekatan dengan SungaiCiliwung di sisi timur dan area di dekat SungaiKrukut (Jelakeng) di sisi barat.

    Lingkungan Cagar Budaya Golongan ILingkungan cagar budaya Golongan I (lihat gambar 7) beradadisekitar Taman Fatahillah dan Jalan Cengkeh. Kawasan TamanFatahillah, termasuk Jalan Cengkeh yang dahulu bernamaPrinsen Straat (sumbu Amsterdam Poort - Stadhuis),merupakakan kawasan yang urgen untuk tetap dilestarikan.Lingkungan ini didominasi oleh bangunan-bangunan cagarbudaya golongan A. Jalan Cengkeh dan Taman Fatahillah dahulumerupakan aksis yang merepresentasikan kekuasaan politikkolonial (jalur darat). Bagian-bagian yang sudah sangat berubahdi dalam bagian ini, dikembalikan seperti keadaan aslinya.

    Gambar 6 : Penggolongan Lingkungan Cagar Budaya di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua

    Gambar 7 : Lingkungan cagar budaya Golongan I

    1. Cagar budaya lingkungan dan bangunan di kawasanini dikendalikan dengan sangat ketat (high control) dandilaksanakan oleh pihak pemerintah daerah DKIJakarta.

    2. Lingkungan atau ruang kota Jalan Cengkeh danTaman Fatahillah, dipugar kembali dengan karakteryang sama seperti keadaan pada era Kota DindingBenteng akhir abad XVIII. Seluruh bangunan tua disepanjang Jalan Cengkeh dan sekitar TamanFatahillah yang kini telah terlanjur dibangun sebagaibangunan baru, bukan merupakan bangunan cagarbudaya. Apabila di kemudian hari akan dibangunkembali, bagian depannya hingga kedalaman 10 meterharus dirancang dengan karakter yang sama denganbangunan asli. Acuan yang digunakan untuk memugarkembali lingkungan atau ruang kota adalah foto-fotolama yang dapat dijadikan bukti otentik suasana akhirabad XVIII.

    3. Sebagai elemen bersejarah yang berperan penting,diusulkan untuk merekonstruksi kembali AmsterdamPoort sebagaimana bentuk semula.

    BAB III PANDUAN PELESTARIAN ZONA 2 KAWASAN CAGAR BUDAYAKOTA TUA

  • GUIDELINES KOTA TUA8

    4. Seluruh bangunan tua yang memiliki makna sejarahkuat di kawasan ini dikategorikan sebagai bangunancagar budaya golongan A. Bangunan-bangunan ituadalah bangunan Museum Sejarah Jakarta(Fatahillah), bangunan Museum Senirupa danKeramik, serta bangunan Museum Wayang.

    5. Lingkungan ini, Jalan Cengkeh dan sekitar TamanFatahillah harus bebas kendaraan

    6. Penggunaan papan reklame tidak diperkenankan dikawasan ini.

    Lingkungan Cagar Budaya Golongan IILingkungan cagar budaya Golongan II (lihat gambar 8) beradadiluar lingkungan I. Dahulu, Kali Besar merupakan aksis yangmerepresentasikan kekuasaan ekonomi, sosial dan budayakolonialisme (jalur air). Kawasan sepanjang Kali Besar melebarke timur sepanjang Kali Besar Timur 3 di selatan ke arah baratJl. Malaka, sekitar sebelah selatan Balai Kota termasuk BNIKota, sekitar Taman Beos, termasuk dalam lingkungan ini. Padalingkungan ini terdapat konsentrasi bangunan-bangunan cagarbudaya golongan B dan beberapa bangunan cagar budayagolongan A, Toko Merah, Gedung BI, dan Gedung Bank Mandiri.Dalam lingkungan ini, seharusnya diambil kebijakan agarbangunan-bangunan cagar budaya di dalamnya dapatdiselamatkan dan dilestarikan.

    Gambar 8 : Lingkungan cagar budaya Golongan II

    1. Penataan lingkungan dilakukan dengan tetapmempertahankan keaslian unsur-unsurlingkungan serta arsitektur bangunan yangmenjadi ciri khas kawasan, yaitu mempertahankankarakter ruang-ruang kota dan melestarikanbangunan-bangunan cagar budaya yang ada.

    2. Ruang kota di sepanjang Kali Besar, di sepanjangJalan Pintu Besar Utara dan di sekitar lapangan

    Stasiun Beos dimanfaatkan untuk tempat kegiatanumum dan komersial terbatas.

    3. Pada bangunan cagar budaya dimungkinkandilakukan adaptasi terhadap fungsi-fungsi barusesuai dengan rencana kota, yaitu memanfaatkanbangunan-bangunan untuk kegiatan komersial,hiburan, hunian terbatas/ hotel, dan apartemen.

    4. Penataan papan nama dan papan iklan sesuaidengan ketentuan yang ditetapkan di dalampedoman papan nama dan papan iklan dalampedoman ini.

    Lingkungan Cagar Budaya Golongan IIILingkungan cagar budaya Golongan III (lihat gambar 9), beradadi luar Lingkungan Golongan I dan II, yaitu area yangberdekatan dengan Sungai Ciliwung di sisi timur dan area didekat Sungai Krukut (Jelakeng) di sisi barat. Pada lingkunganini terdapat beberapa bangunan yang masuk ke dalam kategoribangunan cagar budaya golongan B. Sedangkan mayoritasbangunan pada lingkungan ini adalah bangunan bukanbangunan cagar budaya.

    Gambar 9 : Lingkungan cagar budaya Golongan III

    1. Untuk memperkuat karakter Zona 2 Kawasan CagarBudaya Kota Tua, rancangan Lingkungan GolonganIII perlu mengikuti pola bentuk fisik LingkunganGolongan I dan II, yaitu dibentuk oleh bangunanrendah (low rise building) dengan sempadan 0 (nol).Hanya bangunan-bangunan yang fungsi dan perannyasignificant boleh memiliki setback.

    2. Revitalisasi kawasan Jalan Kopi dan Roa Malaka,

  • GUIDELINES KOTA TUA9

    sebagai bekas kota Jayakarta melalui penataan ruangkota dan pemasangan prasasti penanda sebagaitempat bersejarah.

    3. Penataan papan nama dan papan iklan sesuai denganketentuan yang ditetapkan di dalam pedoman papannama dan papan iklan dalam pedoman ini.

    3.2. PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN RUANG-RUANG KOTA CAGAR BUDAYA

    3.2.1. Peruntukan Ruang-ruang KotaMenggalakkan vitalitas Zona 2 Kawasan Cagar Budaya KotaTua melalui perkuatan aktivitas ruang-ruang umum kotadengan memperhatikan keterkaitan antara ruang terbuka,pedestrian, dan dukungan yang dapat diberikan dari dalambangunan yang ada di sekitar ruang publik tersebut.

    1. Taman Fatahillah sebagai ruang terbuka aktif di titikpusat Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tuadilakukan melalui kegiatan publik terutama yangtingkat kota, yang bersifat tidak permanen, baik secaraterjadwal maupun insidentil.

    2. Jalan Cengkeh (lihat gambar 10) dikembalikan wujudfisiknya seperti masa lalu dan diperuntukkan sebagairuang kota linier yang menghubungkan TamanFatahillah dengan areal bekas kastil Batavia.

    Gambar 10 : Jalan Cengkeh

  • GUIDELINES KOTA TUA10

    3. Jalan Pintu Besar Utara (lihat gambar 11)dimanfaatkan sebagai shopping street, dimana lantaidasar bangunan-bangunan di sisi baratnya terdiri atastoko-toko eceran, restoran / cafe, dan galeri.

    Gambar 11 : Jalan Pintu Besar Utara

    4. Taman Stasiun Beos diperuntukkan sebagai tempatterbuka dan pemberhentian Busway.

    5. Ruang terbuka disepanjang Kali Besar ( lihat gambar12).

    - Pemanfaatan ruang terbuka sepanjang sisi Kanal di KaliBesar Timur Selatan sebagai ruang terbuka aktif dalambentuk restoran tepi air (waterfront restaurant row).Ruang terbuka ini menjadi bagian perluasan kegiatanrestoran dan kafe yang ada di lantai dasar bangunan-bangunan yang menghadap Kali Besar. Area ini jugaberfungsi sebagai jalur pedestrian, tempat parkir dansirkulasi kendaraan bermotor terbatas.

    - Sepanjang Kali Besar Timur Utara difungsikan sebagairuang terbuka aktif dalam bentuk kaki lima tepi air(waterfront food stalls). Tempat-tempat makan ini dapatterpisah atau menjadi bagian perluasan dari restorandan tempat makan yang ada pada lantai dasarbangunan-bangunan yang menghadap Kali Besar. Areaini juga berfungsi sebagai jalur pedestrian, tempat parkir,dan sirkulasi kendaraan bermotor terbatas.

    - Ruang terbuka sepanjang sisi kanal di Kali Besar Baratdibagi menjadi dua. Ruang kota yang dekat denganbangunan-bangunan difungsikan sebagai shoppingstreet dan ruang kota yang berada di tepi sungaidifungsikan sebagai esplanade. Shopping street jugaberfungsi sebagai jalur pedestrian, tempat parkir, dansirkulasi kendaraan bermotor terbatas. Esplanadedimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan pameran, seni-budaya, olahraga terbatas, misalnya bermain catur, danperdagangan serta sosial seperti kakilima, pasar, bazar,dan sebagainya, secara terjadwal.

  • GUIDELINES KOTA TUA11

    Gambar 12 : Ruang kota di Kali Besar

  • GUIDELINES KOTA TUA12

    6. Ruang terbuka bekas kanal yang dibatasi oleh jalanTiang Bendera 1, 2, 3, dan 4, dijadikan jalur hijau dantaman lingkungan (lihat gambar 13).

    Gambar 13 : Ruang terbuka yang diapit oleh Jalan Tiang Bendera 1, 2,3, dan 4

    3.3. PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN BANGUNAN- BANGUNAN CAGAR BUDAYA

    Peruntukan Makro Kavling dan Bangunan1. Peruntukan makro adalah untuk kegiatan campuran

    dan kegiatan seni budaya. Kegiatan campuran diLingkungan cagar budaya Golongan I dan II adalahhunian terbatas seperti hotel mapun servis apartemenserta komersial/jasa/retail yang bercampur denganfungsi budaya. Kegiatan campuran di Lingkungancagar budaya Golongan III adalah hunian apartemenuntuk masyarakat golongan menengah keatas yangbercampur dengan fungsi komersial/kantor/jasa danpendidikan terbatas seperti pendidikan tinggi dankursus-kursus.

    2. Kegiatan retai l / jasa/komersial yang tidakdiperbolehkan untuk diselenggarakan di Lingkungancagar budaya Golongan I dan II di Zona 2 KawasanCagar Budaya Kota Tua adalah toko bahan bangunan,pusat kesehatan, kecuali jika letaknya di lantai atas.Kegiatan perkantoran juga tidak diperbolehkan,kecuali jika letaknya di lantai atas. Selain itu, rumah/panti jompo, supermarket, juga tidak diperkenankankecuali bila letaknya tidak berada di bagian depanbangunan, dan tempat hiburan yang bertentangandengan nilai-nilai susila, antara lain tempat perjudiandan pelacuran.

    3. Kegiatan yang menimbulkan polusi yang tidakdiperbolehkan untuk diselenggarakan di Zona 2Kawasan Cagar Budaya Kota Tua adalah bengkelmobil dan sejenisnya, pompa bensin, percetakan,segala jenis industri, kecuali industri rumah berskalakecil dan tidak menimbulkan polusi, pergudangan danpengepakan barang, kecuali bila merupakan bagiandari kegiatan utama yang diijinkan, dan tempat ibadah,kecuali yang telah mendapat ijin.

    Peruntukan Mikro Bangunan1. Pemanfaatan lantai dasar di Lingkungan cagar budaya

    Golongan I dan II diutamakan untuk fungsi/ kegiatanyang berhubungan langsung dengan ruang publikantara lain restoran, toko retail, galeri, tempat makan,tempat hiburan, dan tempat masuk bangunan sepertilobby, entrance hall, dan sejenisnya.

    2. Pemanfaatan lantai atas di Lingkungan cagar budaya

  • GUIDELINES KOTA TUA13

    Golongan I untuk kegiatan - kegiatan yang bersifatpublik serta dapat diakses oleh umum sepertimuseum, galeri, fasilitas pendidikan dan budaya,perkantoran, hotel dan hunian terbatas.

    3. Pemanfaatan bagian belakang lantai dasar bangunandi Lingkungan cagar budaya Golongan I untukkegiatan-kegiatan yang bersifat publik serta dapatdiakses oleh umum seperti museum, galeri, fasilitaspendidikan dan budaya, perkantoran, hotel dan hunianterbatas.

    4. Pemanfaatan lantai atas di Lingkungan cagar budayaGolongan II untuk kegiatan-kegiatan yang bersifatsemi publik antara lain museum, galeri, fasilitaspendidikan dan budaya, perkantoran, hotel, hunianterbatas dan unit unit hunian/apartemen.

    5. Pemanfaatan lantai atas di Lingkungan cagar budayaGolongan III untuk kegiatan-kegiatan yang bersifatsemi-publik dan private seperti hunian, perkantorandan pendidikan (lihat gambar 14).

    Gambar 14 : Peruntukan mikro

    Daftar bangunan cagar budaya beserta peruntukannya yangberada di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua dapatdilihat pada lampiran DAFTAR BANGUNAN CAGARBUDAYA DAN PERUNTUKANNYA.

    3.4. PERUBAHAN DAN PENAMBAHAN BANGUNAN PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA

    3.4.1. Perubahan dan Penambahan Bangunan pada Bangunan Cagar Budaya

    1. Pada prinsipnya perubahan yang dilakukan terhadapbangunan cagar budaya tidak diperkenankan bilahasilnya akan memberi dampak bagi keaslian tampakbangunan serta hilangnya elemen bangunan pentingyang menjadi ciri bangunan cagar budaya.

    2. Penambahan atau perluasan bangunan dengan caramenambah bangunan baru diperbolehkan untukdilakukan dalam persil/tapak bangunan cagar budayasepanjang tidak mengganggu integritas, skala dankarakter bangunan asli.

    Penambahan bangunan dapat memenuhi kriteria tersebut apabila:- Letaknya tersembunyi dari sisi depan jalan bangunan eksisting.- Terpisah dengan bangunan asli dengan jarak minimal 3

    (tiga) meter dari tampak belakang bangunan asli.- Menghargai bentuk, ukuran, proporsi dan material

    bangunan asli tanpa harus meniru gaya bangunan asli;- Dirancang dengan gaya sederhana dan tidak mencolok

    sehingga tidak bersaing dengan bangunan asli.- Perubahan dan penambahan yang dilakukan secara

    visual tidak tampak atau tidak berpotensi untuk tampakdari sisi jalan dan ketinggiannya tidak melebihi ujungatap bangunan asli.

    - Bangunan tambahan dapat dihubungkan denganbangunan asli dengan selasar, lebar maksimal 3 (tigameter) dan tidak merusak arsitektur bangunan asli.

    - Upaya rehabilitasi dan revitalisasi melalui perubahantata ruang dalam diperbolehkan untuk bangunangolongan B selama tidak merubah struktur yang utuhdengan bangunan utama (sesuai dengan Perda No. 9/1999 ps. 20).

    - Perubahan tata ruang dalam bangunan golongan B tidakberlaku bagi ruang yang harus dilestarikan seperti lobbydan hall utama, serta ruang-ruang lain yang merupakanbagian arsitektur yang penting dari bangunan yangbersangkutan.

    - Dalam kaitannya dengan kegiatan rehabilitasi bangunancagar budaya golongan B, Tim Sidang Pemugaran

  • GUIDELINES KOTA TUA14

    berwenang menentukan ruang-ruang yang harus dilestarikan.- Prosedur kegiatan pemugaran dengan perubahan dan atau penambahan bangunan cagar budaya Golongan B yang dimiliki pemerintah harus diselenggarakan melalui prosedur sayembara terbuka.

    3.4.2. Panduan Restorasi dan Pemugaran Bangunan Cagar Budaya1. Setiap bangunan cagar budaya golongan A, B, dan C yang berada dalam kondisi rusak ringan, rusak sedang maupun

    rusak berat harus dipugar kembali sesuai dengan golongannya.2. Ketentuan teknis pelaksanaan pemugaran mengikuti Petunjuk Teknis Rehabilitasi dan Restorasi yang dikeluarkan oleh

    Dinas Kebudayaan dan Permuseuman tahun 2003.3. Untuk melindungi aset purbakala yang mungkin ditemukan di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua, setiap kegiatan

    pembangunan fisik di kawasan ini, terutama yang berkaitan dengan penggalian di bawah permukaan tanah, harus melibatkanahli arkeologi dan mendapat persetujuan dari Dinas Kebudayaan dan Permuseuman.

    4. Prosedur pelaksanaan pemugaran bangunan cagar budaya dilaksanakan oleh tim ahli yang memiliki kemampuan handaldalam melaksanakan kegiatan pemugaran.

    5. Aturan lainnya berkaitan dengan restorasi dan pemugaran bangunan cagar budaya, tercantum dalam tabel dibawah ini:

    TABEL PANDUAN

  • GUIDELINES KOTA TUA15

  • GUIDELINES KOTA TUA16

    Panduan untuk bangunan dibawah ini diberlakukan untuk bangunan-bangunan yang bukan bangunan cagar budaya yang beradadi dalam Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua. Lokasi dari kavling-kavling kosong maupun yang berisi bangunan bukan cagarbudaya dapat dilihat pada gambar site-plan dari Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua. Kavling-kavling kosong maupun yangberisi bangunan bukan cagar budaya ini dapat dikembangkan dan dibangun dengan mengikuti aturan panduan amplop bangunan.

    4.1. PEMANFAATAN BANGUNAN-BANGUNAN BUKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYABangunan-bangunan bukan bangunan cagar budaya di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua sebagian besar berada Lingkungancagar budaya Golongan III. Peruntukan makronya adalah untuk kegiatan campuran yang dapat berupa hunian apartemen untukmasyarakat golongan menengah ke atas yang bercampur dengan fungsi komersial/kantor/jasa dan pendidikan terbatas sepertipendidikan tinggi dan kursus-kursus.Peruntukan mikronya, khususnya pemanfaatan lantai atas adalah untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat semi-publik dan privateseperti hunian, perkantoran, dan pendidikan.

    4.2. PANDUAN UNTUK BANGUNAN-BANGUNAN BUKAN BANGUNAN CAGAR BUDAYATujuan dari panduan-panduan dibawah ini adalah untuk memastikan agar bangunan-bangunan baru didalam Zona 2 KawasanCagar Budaya Kota Tua tetap menghormati karakteristik dari ruang luar atau kawasan cagar budaya disekitarnya, seperti denganmembuat tempat pejalan kaki yang terlindung dan streetscape yang menerus.

    Bentuk bangunan dapat memberi kontribusi yang positif terhadap tampilan kawasan cagar budaya secara keseluruhan, terutamapada bagian yang secara visual terlihat dari jalan/ruang publik (sesuai ketentuan Perda No. 9/1999). Rancangan bangunan bukanbangunan cagar budaya harus mendapat persetujuan dari Tim Sidang Pemugaran.

    Bangunan-bangunan bukan bangunan cagar budaya di Zona 2 Kawasan Cagar Budaya Kota Tua, terdiri dari bangunan-bangunanyang bersebelahan dan tidak bersebelahan dengan bangunan cagar budaya. Masing-masing tipe bangunan ini memiliki aturanyang berbeda, yang dapat dilihat pada tabel panduan konstruksi dan tata bangunan dibawah ini.

    TABEL PANDUAN KONSTRUKSI DAN TATA BANGUNAN

    BAB IV PANDUAN UNTUK BANGUNAN BUKAN BANGUNANCAGAR BUDAYA

  • GUIDELINES KOTA TUA17

  • GUIDELINES KOTA TUA18

  • GUIDELINES KOTA TUA19

    Papan nama dan papan iklan pada bangunan mempunyaiberagam fungsi serta memberi karakter kepada bangunan danlingkungannya. Hal ini juga terjadi pada kawasan cagar budaya.Penggunaan dan fungsi informasi dan reklame disesuaikanserta mencerminkan konteks kawasan sebagai kawasan cagarbudaya.

    Untuk itu papan nama dan papan iklan perlu diatur. Mengaturtanda informasi yang ditujukan bagi pengguna ruang kotamelalui pengaturan penggunaan rambu dan papan reklameyang dapat mendukung karakter Zona 2 Kawasan CagarBudaya Kota Tua sebagai kawasan cagar budaya sertamendukung keindahan streetscape.

    5.1. PAPAN NAMA DAN PAPAN IKLANPada lingkungan cagar budaya terdapat dua macam papannama dan atau papan iklan yaitu tradisional dan kontemporer.

    5.1.1. Papan Nama dan atau Papan Iklan TradisionalPapan nama dan atau papan iklan tradisional biasanya dibuatdari papan kayu yang dicat, atau dari material bangunan utamadan merupakan bagian dari fasade bangunan. Belakangan,papan kayu digantikan dengan bahan metal seperti seng dansejenisnya. Papan nama dan atau papan iklan tradisional tidakdapat dinyalakan (self-illuminating).

    5.1.2. Papan Nama dan atau Papan Iklan KontemporerPapan nama dan atau papan iklan kontemporer biasanyaterbuat dari papan metal atau plastik dengan huruf-huruf ataukata-kata yang dibentuk oleh warna-warna yang kontras. Yangdari plastik dapat dinyalakan (self-illuminating). Papan iklankontemporer juga dapat berupa banners dari kain yangbiasanya digunakan untuk mempublikasikan sebuah acaraatau promosi obral.

    5.2. PEDOMAN UNTUK PAPAN NAMA DAN PAPAN IKLAN

    Pedoman untuk Papan Nama dan Papan Iklan1. Penggunaan papan nama dan papan reklame baru

    tidak diperkenankan di Lingkungan cagar budayaGolongan I, yaitu disekitar Taman Fatahillah dan JalanCengkeh. Papan nama bangunan yang baru cukupberupa plakat/ prasasti yang diletakkan disamping atau

    dekat dengan pintu utama bangunan, tanpamengganggu keseluruhan wajah depan bangunan.

    2. Papan nama dan papan iklan kontemporer padabangunan bukan bangunan cagar budaya diluarLingkungan cagar budaya Golongan I, yaitu diluarlingkungan Taman Fatahillah dan Jalan Cengkeh,dirancang agar tidak mengganggu bangunan cagarbudaya.

    3. Penggunaan papan reklame yang berdiri sendiri atauterlepas dari bangunan tidak diizinkan didalamkawasan cagar budaya ini.

    4. Para pemilik bangunan cagar budaya dianjurkan untukmempertahankan papan nama dan atau papan iklantradisional, terutama yang dibuat dari material bahanbangunan dan merupakan bagian dari fasadebangunan asli, misalnya yang terdapat di dinding,dinding atas (frieze, gable wall, dll), kolom, balok, dansegala dekorasinya. Penghilangan dari papan namadan atau papan iklan tradisional yang merupakanbagian dari fasade bangunan pada bangunan cagarbudaya, terutama yang menunjukkan kapan bangunandidirikan / selesai dibangun tidak diizinkan.

    5. Papan nama dan atau papan iklan baru padabangunan cagar budaya dibuat secara terpisah namunterintegrasi dengan arsitektur bangunan.

    Seluruh rambu, papan nama dan papan reklame kontemporerdi Lingkungan cagar budaya Golongan II dan III, diharuskan:terkendali dalam hal rancangan, tidak boleh diletakkan padaatap bangunan, dan menggunakan standart tinggi dalam halmaterial, konstruksi serta rancangan grafis.

    BAB V PAPAN NAMA DAN PAPAN IKLAN

  • GUIDELINES KOTA TUA20

    Lampiran I Daftar bangunan cagar budaya dan peruntukannya

    1

    23 4

    689

    7

    5

    1

    23 4

    689

    7

    5

    LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA GOLONGAN I

    BAB VI LAMPIRAN

  • GUIDELINES KOTA TUA21

  • GUIDELINES KOTA TUA22

  • GUIDELINES KOTA TUA23

    5051

    52535455

    737475676566646362616059585756

    777879

    76

    20

    2122232425

    2627

    282930464544

    3531 s/d 34

    363738 113940414243

    47

    48 49

    1912

    13141518s/d

    68s/d72

    5051

    52535455

    737475676566646362616059585756

    777879

    76

    20

    2122232425

    2627

    282930464544

    3531 s/d 34

    363738 113940414243

    47

    48 49

    1912

    13141518s/d

    68s/d72

    LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA GOLONGAN II

  • GUIDELINES KOTA TUA24

  • GUIDELINES KOTA TUA25

  • GUIDELINES KOTA TUA26

  • GUIDELINES KOTA TUA27

  • GUIDELINES KOTA TUA28

  • GUIDELINES KOTA TUA29

  • GUIDELINES KOTA TUA30

  • GUIDELINES KOTA TUA31

  • GUIDELINES KOTA TUA32

  • GUIDELINES KOTA TUA33

  • GUIDELINES KOTA TUA34

  • GUIDELINES KOTA TUA35

  • GUIDELINES KOTA TUA36

    LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA GOLONGAN III

    86

    87

    88

    899091

    82 83 s/d 85

    81 80

    86

    87

    88

    899091

    82 83 s/d 85

    81 80

  • GUIDELINES KOTA TUA37

  • GUIDELINES KOTA TUA38

  • GUIDELINES KOTA TUA39

    Lampiran II - Gambar-gambar

    Gambar lampiran 1

    Gambar lampiran 3

    Gambar lampiran 4Gambar lampiran 2

  • GUIDELINES KOTA TUA40

    PENYUSUNIr. Teguh Utomo Atmoko, MURPIr. Evawani Ellisa, M.Eng., Ph.D.Prof. Dr. Ir. Yulianto SumalyoKemas Ridwan Kurniawan, ST., MSc., Ph.D.Prof. Dr. R.Z. LeirizzaProf. Dr. Anna Erliyana, SH, M.H.Ir. Azrar Hadi, Ph.D.Ir. Alvinsyah, MSERita Erna, SHErik Tampubolon, SH

    TIM SURVEY DAN GAMBARYosua Raja Sianipar M, S. ArsWidyanto Hartono Thenearto, S.ArsM. NagibAinulia Paramita, S.ArsSaptama

    PENASEHAT AHLIProf. Adolf Heuken S. J.Ir. Noersaijidi M. KoesoemoProf. Dr. Ir. DanisworoProf. Gunawan Tjahjono, M.Arch., Ph.D.Prof. Dr. MundardjitoDr. Ark. Djauhari Sumintardja, Dpl Bldg, Sc, Ph.D.hcIr. Budi Sukada, Dpl Grand HonsIr. Rai PratadayaIr. Arya AbietaIr. IndrajitIr. Wastu PraganthaIr. B. EryudhawanGrace Pamungkas, STIr. SusilojonoIr. Indro Kusumo Wardono

    KONTRIBUTORDr. Ir. Yandi Andri YatmoDr. Ir. Laksmi Siregar, MSIr. Siti Handjarinto, MScIr. WijayantiFaiza Jamal, STMiranda Indriani Indra, SSnGalihGamal, ST

    TIM PENYUSUN