pertambangan

download pertambangan

of 33

Transcript of pertambangan

BAB V

DRAFT LAPORANBAB. IVPenambangan Emas di Bombana : Tipologi dan DampaknyaEko Tri Sumarnadi Agustinus1. Latar Belakang

Logam emas merupakan salah satu komoditi bahan tambang yang mempunyai nilai jual tinggi, sehingga menarik banyak orang untuk mengusahakannya. Karena disamping mudah dan sederhana cara mendapatkannya, juga mudah dan cepat untuk menjual produk yang dihasilkannya. Tidak heran jika semenjak dilakukannya penambangan emas di Bombana pada pertengahan Mei 2008 dan menjadi ramai dipenuhi oleh masyarakat yang menambang sejak awal September 2008. Lokasi penambangan mencakup beberapa tempat diantaranya di sungai Tahi Ite, sungai Wububangka, dan juga diketemukan di Satuan Pemukiman (SP-8), Satuan Pemukiman (SP-9) serta Satuan Pemukiman (SP-6). Lokasi tersebut berjarak sekitar 40 km dari Rumbia, yakni ibu kota Kabupaten Bombana. Semenjak berita penemuan emas tersebut menyebar luas ke masyarakat, lebih dari 20.000 orang datang dari berbagai pelosok, tidak hanya dari masyarakat Kabupaten Bombana saja melainkan juga dari daerah luar Provinsi Sulawesi Tenggara seperti dari Sulawesi Selatan, Kalimantan dan bahkan ada yang berasal dari Jawa dan Papua. Para penambang datang dengan menggunakan angkutan umum, kendaraan bermotor (pribadi) bahkan dengan berjalan kaki, tidak heran jika jalur lalu lintas anatara Kolaka Bombana dan Kendari Bombana menjadi ramai. Kedatangan mereka tidak hanya sekedar untuk bertamasya atau membuktikan berita tersebut, melainkan dengan satu tujuan, yaitu ikut mendulang emas (menambang). Dengan bekal peralatan sederhana seperti wajan, sekop, cangkul dan tenda dengan antusias mendulang emas dengan harapan akan mendapatkan hasil yang memuaskan .

Secara umum, keterdapatan emas di alam bisa berupa sebagai cebakan emas primer dan / atau endapan emas sekunder. Cebakan emas primer di alam terbentuk akibat adanya aktivitas magma di dalam perut bumi yang menerobos lapisan kulit bumi melalui bidang lemah atau mengisi rekahan yang disebut sebagai vein atau berupa vein let. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pembentukan cebakan emas primer ini, disamping dipengaruhi oleh jenis magma yang mengandung unsur logam emas juga dipengaruhi oleh lingkungan pembentukannya seperti struktur batuan maupun jenis batuannya. Keberadaan logam emas dalam batuan bisa berbentuk nuggets berupa logam emas murni (native gold) bisa juga berupa butiran emas yang sangat halus yang terjebak di dalam mineral sulfida, atau mineral oksida lainnya. Sedangkan terbentuknya endapan emas sekunder diakibatkan oleh adanya proses pelapukan batuan (cebakan emas primer) baik secara fisik maupun kimia dan tertranportasi baik oleh air sungai maupun gletzer serta diendapkan sebagai endapan eluvial atau endapan aluvial. Keterdapatan emas di alam demikian ini sering disebut sebagai cebakan emas sekunder atau lebih dikenal sebagai cebakan emas letakan (placer gold deposit) seperti yang terdapat di daerah Bombana, Sulawesi Tenggara.Teknik penambangan emas pada umumnya tergantung dari kondisi dan karakter cebakan emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Cebakan emas primer, yang pada umumnya terdapat didalam perut bumi berupa urat-urat kuarsa yang mengandung emas (vein) disamping masih bercampur dengan mineral asosiasinya, dan juga batuan samping yang pada umumnya bersifat keras. Penambangan untuk tipe cebakan emas primer dapat dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining), namun dapat juga dilakukan penambangan dengan sistem tambang terbuka (surface mining), tergantung sistem mana yang menguntungkan berdasarkan pada nilai stripping ratio. Karena batuannya bersifat keras, maka penambangannya dilakukan dengan berbagai metoda penambangan dengan menggunakan alat gali yang paling sederhana (cangkul, paju, palu, ganco) hingga menggunakan alat berat (excavator) bahkan sering dibantu dengan menggunakan bahan peledak atau peledakan. Sedangkan teknologi pengolahan hasil tambang dapat dilakukan melalui proses benefisasi mineral dan ekstraksi logam baik berdasarkan sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia maupun kombinasinya. Beberapa metoda pengolahan yang berdasarkan perbedaan berat jenis (graviti), perbedaan sifat permukaan mineral (flotasi), perbedaan sifat kemagnitan (dengan menggunakan magnetic separator) dan perbedaan sifat kelarutan oleh bahan kimia (amalgamasi, sianidasi, dan tioureasi) dan lain sebagainya. Berbeda dengan cebakan emas sekunder, yang pada umumnya terdapat pada permukaan bumi, yakni berupa endapan eluvial dan / atau aluvial dan komponen materialnya bersifat lepas (gravel, pasir, lanau), walaupun kadangkala cebakan tersebut tertutup oleh lapisan tanah yang cukup tebal. Oleh karena itu, penambangan pada umumnya dilakukan dengan sistem tambang terbuka (surface mining), meskipun pada kasus tertentu ada kalanya dikombinasikan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining). Metoda penambangan dapat dilakukan baik secara mekanis (menggunakan alat berat), semi mekanis (pompa, monitor) maupun dengan cara konvensional, yakni dengan menggunakan peralatan sederhana seperti cangkul dan sekop. Sedangkan pemisahan mineral berharga terhadap mineral pengotornya dapat dilakukan dengan memanfaatkan perbedaan berat jenis masing-masing mineralnya dengan menggunakan media aliran air atau air bertekanan tinggi (hydrolic mining). Seperti dari metoda pengolahan yang paling sederhana pendulangan (panning), dan atau menggunakan alat seperti rocker atau (sluice box ), palong (long tom), jig, humprey spiral dan meja goyang (shaking table) hingga peralatan yang lebih modern seperti fine material separator, knelson concentrator . Keberadaan cebakan emas di Bombana pada umumnya terdapat pada sungai maupun anak sungai (creak), termasuk tipe endapan emas placer dengan ketebalan endapan yang diduga mengandung emas sekitar 1 meter, dan ketebalan tanah penutup bervariasi dari 1 15 meter dari permukaan tanah. Potensi yang menyangkut jumlah cadangan emas (kuantitas) belum terukur, namun menurut informasi penambang menyebutkan bahwa hasil penambangan baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun oleh perusahaan swasta kini diperkirakan lebih dari ratusan kg emas (tidak tercatat). Sedangkan potensi yang menyangkut kualitas atau kadar logam emas termasuk kualifikasi kadar emas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan oleh nilai harga beli yang ditawarkan oleh pengumpul berkisar antara Rp 175.000,- hingga Rp 200.000,- per gram .

Ketika masyarakat ramai menambang (booming), sekitar pertengahan tahun 2008 jumlah para penambang (pendulang) tercatat sekitar 60.000 orang. Namun kini, dengan semakin terbatasnya areal yang bisa ditambang dan semakin menipisnya jumlah cadangan, pada pertengahan tahun 2009 warga masyarakat yang menambang jumlahnya sudah jauh berkurang. Teknik penambangan yang dilakukan oleh masyarakat penambang yang paling sederhana dan banyak dilakukan adalah dengan cara pendulangan, pada awalnya seorang pendulang bisa memperoleh sekitar 1-5 gram per hari bahkan pernah ada yang memperoleh 78 gram butiran emas/hari, tetapi kini hanya mampu memperoleh beberapa mili gram (kaca), bahkan kadangkala tidak memperoleh butiran emas sama sekali. Dengan adanya para penambang pendatang (dari luar Bombana), maka teknik penambangan yang diterapkan oleh para penambang mulai berkembang, yang tadinya hanya melakukan pendulangan di badan sungai, kini penambangan dimulai dengan cara membuat sumuran. Jika sumuran tersebut mencapai lapisan cebakan emas, baru dilakukan penggalian ke arah mendatar dan / atau dengan cara membuat terowongan mendatar pada cebakan yang diduga mengandung emas. Penambangan atau pembuatan sumuran dilakukan secara tidak beraturan, karena memang tidak terlihat adanya koordinasi. Sehingga baik jarak antar lubang maupun arah penambangan juga tidak beraturan. Hasil penggalian dari lapisan yang diduga mengandung emas tersebut diangkut keatas atau dikeluarkan dari lubang sumuran maupun terowongan untuk dilakukan pendulangan untuk memisahkan emas dari mineral atau pasir lainnya. Permasalahan yang timbul dari cara penambangan demikian ini, tidak hanya hasil yang mulai berkurang namun seringkali terjadi kecelakaan tambang, yakni tertimbun akibat runtuhnya tanah penutup yang relatif kurang stabil. Penyebab terjadinya kecelakaan tambang terlebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan penambang disamping sarana yang tidak memadai sehubungan dengan minimnya modal kerja. Persaingan diantara para penambangpun menjadi semakin ketat, terutama pengaruh dari cara penambangan yang dilakukan oleh masyarakat pendatang, maka cara penambangannyapun berkembang lagi menjadi penambangan dengan cara semi mekanis (hydrolic mining), yakni menggunakan palong atau sluice box yang didukung dengan penggunaan pompa air dan monitor sehingga menghasilkan semburan air bertekanan tinggi. Penambangan dengan cara demikian dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 5 10 orang. Meskipun pada awal tahun 2009 penambangan dengan cara ini mampu menghasilkan lebih dari 30 gram butiran emas per hari, tetapi kini dengan menipisnya jumlah cadangan pada umumnya masing-masing kelompok tersebut hanya mampu memperoleh butiran emas kurang dari 15 gram per hari .

Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh adanya penambangan emas oleh rakyat, mulai dari pemborosan sumberdaya tambang, kesehatan dan keselamatan kerja, kerusakan fisik lingkungan dan perubahan sosial ekonomi masyarakat di Bombana. Disamping karena faktor-faktor tersebut diatas, juga disebabkan oleh semakin sulitnya untuk mengatur para penambang yang dilakukan oleh rakyat, maka kebijakan pemerintahpun juga mulai berubah. Semula pemerintah daerah Bombana lebih memperhatikan kepentingan rakyat sebagai penambang, namun kini cenderung mulai memberikan perhatian kepada para pemodal atau investor. Hal ini ditandai dengan diberikannya izin penambangan atau Kuasa Pertambangan (KP) kepada pihak swasta yang bergerak dibidang pertambangan, seperti diantaranya kepada PT. Panca Logam Makmur, PT. Tiram Indonesia, PT. Sumber Alam Mega Karya dan PT. Talenta untuk melakukan aktivitas pertambangan di Kabupaten Bombana.

Kasus penambangan emas di Bombana menjadi penting (urgen) untuk diungkap mengingat bahwa kasus penambangan untuk tipe cebakan emas placer di lingkungan batuan metamorphik masih jarang diketemukan di Indonesia. Berbagai permasalahan dalam bentuk pertanyaan, diantaranya tipologi penambangan apa saja yang dilakukan oleh masyarakat penambang di Bombana ?. Apakah penambangan tersebut cukup efisien (ekonomis) ?, dan bagaimana teknis penambangan yang membedakan antara perusahaan dan masyarakat ? Kerusakan lingkungan apa saja yang terjadi dan bagaimana analisis dampak penambangan ketika menggunakan teknik penambangan tersebut dan bagaimana kemungkinan meminimalisirnya ? Disamping permasalahan tersebut, berbagai permasalahan lainnya yang timbul akibat penambangan emas oleh rakyat di Kabupaten Bombana, tidak hanya menyangkut aspek teknologi penambangan yang diterapkan dan dampak yang ditimbulkannya tetapi juga menyangkut aspek-aspek lainnya, sehingga menarik untuk ditulis sebagai suatu studi kasus.

Analog dengan permasalahan tersebut, tujuan dari tulisan ini antara lain untuk memberikan gambaran tentang bagaimana kegiatan penambangan emas yang dilakukan oleh rakyat di Bombana, ditinjau dari aspek teknologi penambangan yang meliputi tipologi dan dampaknya terhadap lingkungan. Bahan tulisan ini selain diperoleh dari data sekunder juga diperoleh dari hasil peninjauan lapangan, identifikasi dan analisis secara kualitatif untuk memperoleh solusi alternatifnya. Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana khususnya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dan masyarakat pada umumnya.2. Tipologi Penambangan Emas di Bombana

Penambangan cebakan emas placer pada umumnya tergantung pada kondisi keberadaan cebakan emas yang meliputi jenis cebakan, ketebalan cebakan yang mengandung emas dan kedalaman atau ketebalan tanah penutup. Kondisi cebakan emas di daerah Bombana yang pada umumnya berupa endapan sungai atau jenis cebakan emas placer, dengan ketebalan endapan yang diduga mengandung emas kurang lebih 1 meter, dengan ketebalan tanah penutup bervariasi dari 1 15 meter dari permukaan tanah. Dengan demikian, sistem penambangan yang cocok untuk diterapkan adalah sistem tambang terbuka (surface mining), walaupun pada kasus tertentu tidak tertutup kemungkinan untuk dikombinasikan dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining). Berbagai metoda penambangan yang dapat diterapkan untuk tipe cebakan emas placer, yakni penambangan secara manual (cangkul, sekop), tambang semprot (memerlukan air bertekanan tinggi atau dengan monitor), perpaduan tambang semprot dengan peralatan mekanis (alat berat) dan penggunaan kapal keruk (penambangan bawah air). Sedangkan metoda pemisahan (pengolahan) mineral yang umum diterapkan adalah dengan cara konsentrasi graviti, yakni pemisahan mineral berharga (emas) atau disebut consentrate terhadap mineral pengotornya (tailing) berdasarkan perbedaan berat jenis (specific gravity) dan media aliran air. Pemisahan secara konsentrasi gravimetri pada umumnya diawali dengan cara pemisahan berdasarkan perbedaan ukuran butir screnning (screen, grizly) yaitu pemisahan antara butiran kasar dengan butiran halus. Selanjutnya baru dilakukan baik dengan cara pendulangan (panning), maupun dengan cara jigging (menggunakan jig), shaking table (menggunakan meja goyang) dan sluicing (menggunakan sluice box), semua proses tersebut selalu membutuhkan media air atau aliran air. Cara penambangan demikian, selain diterapkan untuk bahan tambang dari cebakan emas placer, sering pula diterapkan untuk bahan tambang lainnya di Indonesia, seperti timah yang terdapat di P. Bangka dan P. Belitung dan intan di Martapura (Kalimantan Selatan).

Hingga kini, metoda penambangan dan pengolahan yang paling sederhana dan murah serta mudah untuk diterapkan pada cebakan emas placer adalah penambangan secara manual dengan cara pendulangan (artisanal mining) yang dapat dilakukan secara perorangan. Metoda berikutnya adalah tambang semprot dan pemisahan dengan menggunakan sluice box yang dilakukan secara kelompok, seperti yang lazim dijumpai pada tambang-tambang lainnya di Indonesia. Demikian pula halnya dengan penambangan emas yang dijumpai di Bombana, terdapat berbagai tipologi penambangan, yang pada prinsipnya merupakan kombinasi dari proses konsentrasi gravimetri dalam memperoleh logam emas. Berikut ini adalah gambaran atau diskripsi tentang tipologi penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di Bombana sebagaimana disajikan pada tabel 1.Tabel 1. Tipologi penambangan emas oleh masyarakat di BombanaNo.TipologiPeralatanKeterangan

1Penambangan dan perolehan konsentrasi emas dengan cara pendulangan (panning)Dulang (pan) terbuat dari kayu, wajan (logam)Pendulangan (panning) dilakukan pada badan sungai. (perorangan)

2Penambangan dengan cara penggalian (sumuran, paritan) perolehan konsentrasi emas dengan mini sluice box dan pendulangan (panning)Cangkul, linggis dan sekopMini sluice box Dulang (pan) terbuat dari kayu, wajan (logam)Pembuatan sumuran, paritan untuk memperoleh umpan mini sluice box pendulangan. (kelompok : 3-5 orang)

3Penambangan dengan cara tambang semprot, perolehan konsentrasi emas dengan sluice box dan pendulangan Pompa air, selang air dan monitor

sluice box , Long toms Dulang (pan) terbuat dari kayu, wajan (logam)Penyemprotan dengan air bertekanan tinggi untuk memperoleh umpan sluice box dan pendulangan. (kelompok : 5-10 orang)

4Penambangan dengan cara tambang mekanis, perolehan konsentrasi emas dengan penyemprotan dan multi sluice box dan pendulanganAlat berat (excavator)

Alat semprot (pompa, selang dan monitor)

multi sluice box

Dulang (pan) terbuat dari kayu,Penggalian dan pengangkutan dengan alat berat. Penyemprotan untuk pemberaian dan pencucian.

Perolehan konsentrasi emas melalui multi sluice box dan pendulangan(kelompok : 10 - 25 orang)

Guna keperluan analisis kualitatif tentang tipologi penambangan emas di Bombana dikemukakan 2 (dua) konsep sebagai indikator atau tolok ukur dalam analisis ini. Pertama adalah konsep pertambangan, yakni :Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar (Suyartono, 2003) dan yang ke-dua adalah konsep tentang bagaimana perolehan konsentrasi bijih emas placer (Michael Silva, 1986) . Good mining practice adalah kaidah-kaidah yang harus dijalankan dalam melakukan proses penambangan agar memberikan keuntungan maksimal dengan dampak minimal. Kegiatan pertambangan skala besar dituntut dan diawasi untuk selalu melakukan penambangan dengan menerapkan kaidah-kaidah tersebut, terutama untuk menghindari kerugian lingkungan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dalam usaha mereka mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dalam skala masyarakat yang menambang, prinsip-prinsip ini masih sulit untuk diterapkan kerena keterbatasan modal dan keahlian yang mereka miliki.Sebagaimana diungkapkan oleh Suyartono, 2003, paradigma pengelolaan kegiatan usaha pertambangan yang baik dan benar (good mining practice) yang membangun peradaban didefinisikan sebagai suatu kegiatan usaha pertambangan yang memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah dan norma-norma yang tetap sehingga pemanfaatan sumberdaya mineral memberikan hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal. Semua itu meliputi perizinan, teknis penambangan, keselamatan dan kesehatan kerja (K-3) , lingkungan, keterkaitan hulu-hilir/konservasi, nilai tambah dan pengembangan masyarakat/wilayah di sekitar lokasi kegiatan, serta mempersiapkan penutupan dan pasca tambang, dalam bingkai kaidah peraturan perundangan dan standar yang berlaku, sesuai tahap-tahap kegiatan pertambangan (Gambar 1). Secara umum, konsep tersebut didasarkan pada prinsip bahwa industri pertambangan umum, yakni industri pertambangan mineral yang menghasilkan logam, non-logam dan energi (batubara) dan panas bumi mempunyai titik berat pada isu demokrasi, keadilan dan pemerataan yang harus melibatkan antar dan inter generasi. Konsep tersebut hanya dapat terlaksana dengan baik jika melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) secara optimal dalam bentuk kemitraan. Sementara pola pikir yang mendasarinya adalah social justice and equity, pendekatan holistik, komprehensif, terpadu, menghargai keanekaragaman atau pluralisme serta berwawasan jangka panjang .(Gambar = di buku, saya mohon file pada buku 2008)Gambar 1. Konsep pertambangan yang baik dan benar (good mining practice)Melalui tata cara pengelolaan pertambangan yang baik dan benar, diharapkan dapat dihindari terjadinya pemborosan sumberdaya mineral, tercapainya optimalisasi sumber daya, terlindunginya fungsi-fungsi lingkungan serta terlindunginya keselamatan dan kesehatan para pekerja. Oleh karena itu, dalam praktek pengelolaan pertambangan perlu dilakukan : Penerapan teknik pertambangan yang tepat.

Peduli lingkungan

Peduli keselamatan dan kesehatan kerja.

Penerapan prinsip konservasi.

Memiliki nilai tambah.

Optimalisasi manfaat bagi masyarakat.

Standardisasi pertambangan.

Secara konseptual metoda dan peralatan yang digunakan untuk meperoleh emas dari cebakan emas placer adalah konsentrasi graviti (gravity concentration). Pemisahan secara graviti ini paling sering atau banyak digunakan dalam metoda perolehan emas. Berbagai peralatan perolehan emas melalui metoda gravimetri, termasuk pans (dulang), sluicebox, long toms, jigs, disamping itu juga termasuk peralatan amalgamasi yang telah lama digunakan di California (Silva, 1986). Metoda konsentrasi gravimetri ini menggunakan media aliran air, sementara butiran emas yang sangat halus yang disinyalir sebagai flour, fload atau colloidal gold sebagian besar hilang dalam proses. Awalnya penambang hanya mampu memperoleh tidak lebih dari 60 % kandungan emas, dan sejak 1945 perolehan emas bisa mencapai 70 75 % (Spiller, 1983) . Kini dengan adanya sejumlah perubahan dan disain baru, perolehan pemisahan emas secara gravimetri telah meningkat. Beberapa tipe peralatan tampil untuk mengefisiensikan perolehan emas placer, namun tidak semua peralatan tersebut efektif digunakan karena adanya perbedaan kondisi cebakan emas placer. Banyak faktor yang berpengaruh, seperti ukuran besar butir, kandungan lempung (clay), distribusi ukuran emas, metoda penambangan yang diterapkan, karakter air pencuci, dan akan berpengaruh terhadap jumlah perolehan emas. Untuk operasional penggunaan metoda tersebut, perlu dilakukan percobaan secara intensif dan pengujian sebagai persyaratan untuk perencanaan dan sistem perolehan emas yang optimal.Konsep konsentrasi bijih (ore) emas letakan (gold placer) terdiri dari 3 (tiga) kombinasi dari 3 (tiga) tahap, yakni roughing, cleaning dan scavengeng (Gambar 2). Sebagai objek konsentrasi adalah untuk memisahkan bijih (ore) sebagai umpan (feed) proses kedalam 2 (dua) jenis produk, yakni konsentrat (concentrate) dan ampas (tailing). Secara ideal, bahwa tingkat perolehan emas placer tinggi, dalam arti bahwa semua atau sebanyak mungkin emas dalam umpan (feed) akan masuk atau berada dalam konsentrat, sedangkan mineral lainnya akan berada dalam ampas (tailing). Walaupun dalam kenyataannya (praktek), proses pemisahan tidak pernah sempurna, dimana sebagian mineral tidak berharga masuk ke dalam konsentrat sementara sebagian emas masuk ke dalam tailing. Dengan demikian, ternyata bahwa produk yang dihasilkan akan selalu berkomplikasi dengan situasi dan kondisi.

Gambar 2. Bagan alir konsep metoda konsentrasi gravitiKeterangan :Tahap 1 (Roughing) :

Merupakan tahap peningkatan bijih emas atau disebut sebagai umpan (Feed) dalam proses konsentrasi untuk menghasilkan emas kadar rendah terutama consentrate (C) untuk diolah kembali dan tailing (T), yakni yang mengandung material yang tidak diperhitungkan pada tahap awal. Peralatan yang digunakan dalam tahap ini disebut sebagai roughers. Roughers ini, kemungkinan dapat menghasilkan sejumlah besar konsentrat tetapi dengan syarat bahwa perolehan emas dalam concentrate harus > kandungan emas dalam umpan (feed), atau menghasilkan tailing yang relatif bersih (bebas emas), atau kombinasi dari kedua-duanya.Tahap 2 (Cleaning) :Merupakan proses mengolah kembali konsentrat yang diperoleh dari roughers untuk menghilangkan mineral pengotor (impurities) yangpada umumnya berupa pasir berwarna hitam (black sand). Proses ini mungkin sangat sederhana sekali, yakni berupa pencucian dan pemisahan butiran emas dari pasir hitam (black sand) di dalam pans (dulang). Namun bisa juga bila kadar emas dalam konsentrat masih rendah, sehingga perlu dilakukan konsentrasi mineral melalui beberapa tahapan pencucian sebelum diperoleh konsentrat akhir. Dalam kasus ini, peralatan yang digunakan dalam pencucian sama dengan peralatan yang digunakan dalam roughers. Sluice box dapat juga digunakan untuk mencuci konsentrat yang mengandung pasir berwarna hitam (black sand), sebagai salah satu contoh alat roughing yang juga bisa digunakan dalam proses cleaning. Peralatan lainnya, seperti shaking tables sangat cocok untuk digunakan sebagai roughers dan khususnya digunakan dalam proses cleaning. Konsentrat akhir dicuci hingga diperoleh kadar konsentrasi bijih yang optimal. Tahap 3 (Scavenging) :

Merupakan tahap akhir, yaitu tahap dalam memproses material tailing baik yang berasal dari roughing maupun cleaning sebelum dibuang ke disposal (tempat penampungan akhir dari tailing). Scavenging dioperasikan hanya dalam jumlah produksi yang besar.

Indikator keberhasilan dalam proses konsentrasi graviti ini biasanya dinyatakan sebagai tingkat perolehan (recovery) yang merupakan prosentase emas dalam bijih yang diperoleh melalui konsentrat. Kadar konsentrat adalah prosentase emas dalam konsentrat, kadar konsentrat 10 % artinya mengindikasikan bahwa konsentrat mengandung emas sebesar 10 % dari berat emas. Indikator lainnya adalah nilai ratio of concentration yang merupakan perbandingan antara (berat x kadar) konsentrat dengan (berat x kadar ) umpan (feed). Jika nilai ratio of concentration = 1,00, ini menunjukkan bahwa proses pengolahan tidak berhasil. Nilai ratio of concentration pada umumnya akan meningkat sesuai dengan meningkatnya kadar konsentrat. Pada umumnya semakin tinggi kadar konsentrat, akan semakin rendah jumlah perolehan. Sejumlah material akan hilang dalam memperoleh kadar konsentrat yang tinggi. Seperti dalam kasus tertentu, semakin tinggi kadar konsentrat maka akan lebih baik dari pada mengambil kembali butiran halus dari konsentrat kadar rendah, ini berarti akan mengurangi biaya pengambilan butiran halus (refinery).Berikut ini adalah analisis kualitatif untuk tipologi penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat di Bombana :1. Penambangan dan perolehan konsentrasi emas dengan cara pendulangan (panning)Pertama kali emas diketemukan di daerah Bombana berada di sepanjang badan sungai-sungai, sehingga cara penambangan yang paling cepat, mudah dan sederhana adalah dengan cara pendulangan (Lihat Foto Gambar 3). Pendulangan dilakukan dengan menggunakan pans (dulang) yang terbuat dari kayu bahkan ada yang menggunakan wajan (kuali). Pendulangan dilakukan di badan sungai atau pada ceruk yang ada airnya, disamping lokasi keterdapatan emas juga karena air menjadi faktor utama dalam proses pemisahan ini. Butiran emas yang terdapat di sungai bercampur dengan lumpur, pasir, dan kerikil dikeruk dan langsung didulang.Mekanisme dasar pemisahan emas dari material pengotornya adalah perbedaan berat jenis (specifig gravity) dan aliran atau putaran air ketika dulang digoyang-goyangkan dengan arah memutar. Material pengotor dengan berat jenis lebih ringan dibandingkan butiran emas (berat jenis:14 19) akan terlempar keluar, sedangkan butiran emas tetap tertinggal pada dasar dulang (pan). Kelemahan cara ini adalah tingkat perolehan yang masih rendah, walaupun proses ini sangat ditentukan oleh ketrampilan pendulang. Namun demikian, pada umumnya masih banyak butiran emas yang halus dan berbentuk pipih ikut terbuang dengan material pengotornya. Cara penambangan ini dapat dilakukan baik secara individu maupun secara berkelompok, yang pada umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat. Gambar.2. Foto kegiatan pendulangan emas oleh masyarakat penambang di BombanaAnalisis kualitatif terhadap tipologi penambangan dalam rangka perolehan emas menunjukkan bahwa penambangan dengan cara pendulangan (panning) pada umumnya mempunyai kapasitas rendah dan kurang efisien dalam menangkap emas berbutir halus. Hanya dalam pengoperasiannya sangat sederhana (simple), tidak mahal (murah) biayanya dan praktis konstruksinya. Pendulangan (panning) secara luas digunakan sebagai metoda perolehan utama dalam awal penambangan. Namun dalam pengoperasiannya sangat terbatas, karena hanya emas berbutir kasar saja yang dapat diperoleh, sedangkan partikel emas yang sangat halus pada umumnya lolos bersama gravel. Hanya sejumlah gravel yang mengandung emas dapat diproses, ini juga tergantung pengalaman pendulang (panners). Pans (dulang) sesungguhnya hanya cocok untuk digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan : prospecting (pencarian emas awal dalam penyelidikan umum), proses cleaning terhadap konsentrat hasil roughing, atau untuk mengerjakan cebakan eluvial yang kaya akan emas berbutir kasar atau cebakan yang lokasinya memang terisolasi. Pada awal penambangan di Bombana, pendulangan masih relevan untuk diterapkan bagi para penambang secara perseorangan, walaupun secara konseptual masih jauh untuk memenuhi syarat konsep pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Seperti telah dijelaskan bahwa konsep pengelolaan pertambangan tersebut hanya cocok bagi level perusahaan yang bermodal besar. Namun demikian, secara organisatoris (level perusahaan) dibandingkan dengan konsep konsentrasi graviti menjadi tidak relevan lagi, karena tanpa perencanaan dan koordinasi yang baik dan benar, masalahnya muncul ketika ribuan orang mendulang pada area yang relatif terbatas, sehingga tingkat perolehan (recovery) menjadi semakin rendah atau perolehan yang tidak merata, diantaranya disebabkan oleh: Peralatan yang digunakan oleh para penambang berupa dulang (pans) yang terbuat dari kayu dan bahkan menggunakan wajan (kuali) tentunya belum atau tidak memenuhi standar. Walaupun bentuk dan ukuran bisa bervariasi, namun sebagai pembanding bahwa standar gold pans di Amerika misalnya, mempunyai ukuran standar sebagai berikut : diameter bagian atas 15 -18 inci, kedalaman lekukan (depth) : 2 2,5 inci serta sudut kemiringan sisi-sisinya 30 45o dan bahan pans bisa terbuat dari logam atau plastik. Para penambang yang pada umumnya tidak memiliki ketrampilan dan pengalaman mendulang, meskipun dasar pengoperasian dulang (pans) relatif sederhana. Perolehan pendulangan akan menjadi optimal jika material yang akan didulang berbutir relatif seragam disamping dibutuhkan pengalaman dan ketrampilan pendulang (penambang), walaupun sesungguhnya dalam pengoperasiannya ketrampilan mendulang bisa dipelajari dari para pendulang yang telah berpengalaman.Berikut ini merupakan tahapan cara pendulangan yang mudah dan praktis untuk dapat digunakan sebagai acuan teknis atau petunjuk yang bagi masyarakat yang akan mendulang:Tahap pertama : masukkan setengah dari volume pan (dulang) dengan bijih atau konsentrat. Tambahkan pan dengan air atau dicelupkan ke dalam air sungai atau kolam pencucian, campurkan dan aduk material dengan tangan, secara otomatis lumpur (clay) akan terangkat atau naik ke permukaan air dan cuci beberapa batuan (gravel) yang ada dan sekaligus untuk memberaikan butiran halus yang menempel pada grevel. Selanjutnya angkat pan dari permukaan air sungai atau kolam pencucian dan ditiriskan secara hati-hati.Tahap ke dua : isi kembali pan dengan air (tetapi tidak dibawah permukaan air) dan pindahkan batuan (gravel, pable) periksa sebelum dibuang. Goyangkan pan dari sisi ke sisi pan secara perlahan-lahan dengan gerakan memutar sedemikian rupa sehingga isi pan tidak tumpah ke permukaan air. Diusahakan hanya material dengan berat jenis ringan saja yang bisa keluar karena goyangan memutar tersebut, yang secara perlahan-lahan material ringan akan menempati pinggir pan dan keluar ke permukaan air lewat bibir pans.Tahap ke tiga : pan secara periodik dicelupkan kembali ke air dan goyangkan kembali dengann gerakan memutar secara perlahan-lahan dengan putaran yang sama untuk mengumpulkan konsentrat. Pable yang besar diperiksa dan pindahkan secara periodik dengan tangan. Butiran emas akan diperoleh berupa konsentrat yang berada pada dasar pan bersama butiran dengan berat jenis tinggi material lainnya (pasir hitam). Emas kasar berbentuk nuggets dapat langsung dipindahkan, sedangkan emas berbutir halus mungkin bisa diperoleh atau dipisahkan dengan cara amalgamasi.2. Penambangan dengan cara penggalian (sumuran, paritan) dan perolehan konsentrasi emas dengan mini sluice box dan pendulangan (panning) :

Ketika butiran emas mulai sulit diperoleh pada badan sungai, para penambang mulai menggali hingga batuan dasar pada tepi sungai dan mengais tebing-tebing sungai. Mengingat cebakan emas yang berada pada lapisan tersebut ditutupi oleh tanah penutup yang cukup tebal, untuk memperoleh material yang mengandung emas maka para penambang melakukan dengan cara penggalian. Teknik penggalian yang diterapkan oleh para penambang pada umumnya dengan cara membuat sumuran atau paritan (Lihat Foto 2, Gambar 4), dan jika penggalian telah mencapai kedalaman cebakan emas baru dilakukan penggalian ke arah mendatar dan / atau dengan cara membuat lobang mendatar pada cebakan yang diduga mengandung emas. Penggalian yang dilakukan secara tidak beraturan, karena tidak terkoordinasi, sehingga mengakibatkan baik jarak antar lubang maupun arah penambangan juga tidak beraturan. Hasil penggalian lapisan yang diduga mengandung emas tersebut diangkut keatas atau dikeluarkan dari lubang sumuran maupun lobang mendatar ke suatu lokasi yang terdapat air, untuk dilakukan pemberaian dan pendulangan guna memisahkan emas dari material pengotornya. Cara penambangan demikian ini, pada umumnya dilakukan secara berkelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 3 5 orang. Cara penambangan ini dilakukan oleh masyarakat setempat yang telah berbaur dengan masyarakat pendatang, khususnya masyarakat penambang yang berasal dari Menado dan Jawa Barat. Permasalahan yang timbul dari cara penambangan demikian ini adalah pemborosan sumberdaya mineral, karena sebagian lapisan antara belum terambil dan sering terjadi kecelakaan tambang, yakni akibat runtuhnya tanah penutup yang relatif kurang stabil.

Mengingat semakin sulit untuk memperoleh butiran emas yang cukup besar, maka para penambang berupaya melakukan proses pemisahan untuk memperoleh butiran emas yang halus. Pemisahan butiran emas dilakukan dengan menggunakan mini sluice box, terbuat dari kerangka dan anyaman bambu berbentuk empat persegi panjang yang berukuran panjang (1, 5 m) dan lebar (0,5 m) yang dilapisi karpet. Salah satu bagian ujung dikombinasikan dengan sebuah kotak terbuka yang dilengkapi dengan jaring yang berfungsi untuk pemberaian dan menyaring material berbutir kasar (kerikil). Mini sluice box tersebut dipasang miring atau membentuk sudut kecil, sehingga air yang dituangkan secara manual dengan menggunakan ember kedalam kotak tersebut dapat mengalir diatas karpet (Lihat Foto 3, Gambar 4). Setelah beberapa kali penuangan (proses), karpet dilepas dan dicuci dalam baskom atau ember selanjutnya dilakukan pendulangan.

Gambar 4. Penambangan dengan cara membuat sumuran (foto. 2) dan pengoperasian mini sluice box (foto. 3).Analisis kualitatif terhadap tipologi penambangan ini menunjukkan bahwa metoda penambangan yang dilakukan telah berupaya untuk mengkombinasikan antara sistem tambang terbuka (surface mining) dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining), walaupun dilakukan tanpa perencanaan dengan baik dan benar. Permasalahan yang dihadapi adalah biaya operasional yang tinggi, disamping terbatasnya pengetahuan dan pengalaman tentang penambangan bawah tanah yang hanya mengadopsi teknologi penambangan dari para penambang pendatang. Cara penambangan demikian ini pada umumnya dilakukan oleh masyarakat setempat secara berkelompok yang terdiri 3 5 orang dengan modal kecil. Pengetahuan penambangan tersebut diperoleh setelah mereka berbaur dengan masyarakat penambang dari luar Bombana, khususnya para penambang yang berasal dari Menado, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, P. Bangka dan P. Belitung. Tipologi penambangan ini dengan modal dan pengetahuan yang minim jelas tidak akan dapat memenuhi konsep pengelolaan pertambangan yang baik dan benar.

Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti prinsipnya tidak jauh berbeda dengan tipologi penambangan sebelumnya (tipe pertama). Perbedaannya bahwa dalam tipologi ini ada proses pemilihan, pencucian dan pemberaian material sebagai umpan (feed) proses pendulangan (panning) atau sudah dilakukan proses roughing walaupun dilakukan secara manual (hand picking) dan proses cleaning yang dilakukan secara bersamaan dengan proses roughing. Perbedaan lainnya yang menojol pada upaya penerapan konsep perolehan konsentrasi gravimetri, dimana proses roughing dan cleaning dilakukan secara terpisah, walaupun dalam pengoperasian kedua tahap tersebut belum memadai. Terutama dalam tahap roughing dimana peralatan yang digunakan masih sangat sederhana , yakni berupa mini sluice box. Kelemahan cara ini, walaupun dapat menangkap butiran emas yang halus namun kapasitas produksi masih relatif rendah. Karena aliran air yang diskontinyu atau tidak tetap dan aliran air tidak merata bahkan kadang-kadang aliran air terlalu besar, sehingga kemungkinan besar masih banyak butiran emas berbutir halus terbuang bersama aliran air. Secara konseptual, sesungguhnya peralatan lainnya selain pans adalah rocker. disamping cukup sederhana, efektif dan relatif murah biaya pengoperasiannya dan dapat digunakan secara berkelompok. Alat konsentrasi ini terbuat dari kayu, yakni terdiri dari sebuah sluice box, yang dilengkapi dengan screen dan apron . Pada bagian dasar atau lantai sluice box dipasang rifflers untuk membentuk aliran air secara turbulensi sehingga dapat menangkap atau menjebak butiran emas yang terbawa oleh aliran air. Saringan (screen) dapat berperan untuk memotong material kasar tetapi cukup lunak, sehingga memberi kesempatan lempung (clay) dapat terberai secara lebih sempurna, dengan demikian semua partikel emas berbutir halus dapat terlepas (bebas) dari ikatan lempung. Saringan berukuran (16 20 ) inci dengan lebar lubang bukaan (opening) sekitar 0,5 inci. Material halus yang tercuci akan jatuh dan lolos melalui lubang bukaan, selanjutnya akan terbawa aliran air serta jatuh diatas apron yang dipasang miring (menyudut). Apron berperan untuk mengarahkan atau membawa semua material ke ujung atas rocker.Walaupun bentuk dan ukuran rocker bisa bervariasi, tetapi konstruksi secara umum tergantung dari material yang ada, ukuran butir emas yang akan diperoleh, dan ditentukan oleh pengalaman penambang. Namun konstruksi pada umumnya mempunyai panjang (24 60) inci, lebar (12 25) inci dan tinggi (6 14) inci, sebagaimana diilustrasikan pada skema gambar berikut ini (Gambar 5).

Gambar 5. Skema sederhana sebuah rocker washer (Sweef, 1980 dalam Silva, 1986)Bagian terpenting dari sebuah rocker adalah sluice box, yang secara umum didefinisikan sebagai artificial channel yang dikontrol oleh sejumlah aliran air. Sluice box dengan riffles merupakan salah satu bentuk alat pemisahan secara graviti tertua yang masih digunakan hingga kini. Berbagai macam bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan sluice box ini, bisa terbuat dari kayu, aluminium, plastik dan baja. Slice box yang berukuran kecil terbuat dari aluminium atau baja dan mudah diangkut (portable), biasa digunakan untuk prospecting . Walaupun ukuran panjang sluice box bisa mencapai ratusan feet yang dipasang secara bertingkat dan biasa disebut sebagai long toms, namun pada umumnya mempunyai panjang 12 feet dan lebar 1 feet. Sluice box yang berukuran panjang lebih efisien dari pada sluice box yang berukuran pendek tetapi lebar. Kemiringan sudut pemasangan berkisar (4 18 inci) untuk setiap panjang 12 feet atau (1-1/6 hingga 1- ) inci untuk setiap panjang 1 foot. Kondisi tersebut tergantung pada jumlah air yang tersedia, ukuran material yang diproses serta ukuran partikel emas yang akan diperoleh. Sluice box dalam pengoperasiannya memerlukan sejumlah air pencuci, namun jika terlalu besar air yang dialirkan ke dalam umpan (feed) dapat mengakibatkan lapisan pasir yang mengandung emas hilang keluar dari dasar sluice box. Oleh karena itu, penggunaan riffles menjadi penting, karena riffles di dalam sluice dapat memutar kembali material-material di dalam aliran air terperangkap membentuk lapisan pasir berupa partikel dengan berat jenis tinggi dan terbentuknya gaya putaran (turbulance). Gerakan putaran ini lah yang menyebabkan partikel berat jatuh terguling dan dengan cepat terperangkap oleh media lekukan (Gambar 6). Riffles ini bisa terbuat dari kayu, batu, besi atau baja dan pada umumnya berukuran tinggi 0,5 -1 inci Disamping riffles, material lainnya berupa karpet (carpet), courdoroy, burlap dan digunakan pada dasar sluice untuk meningkatkan perolehan emas berbutir halus.

Gambar 6. Ilustrasi peran pemisahan riffles dalam sebuah sluice

(Modifikasi Silva, 1986 dari Pryer, 1963)Tingkat perolehan emas dari sluice box bisa bervariasi yang tergantung dari sejumlah faktor. Oleh karena itu, untuk mengatasi kehilangan emas dapat dilakukan dengan cara pencucian kembali dengan frekuensi lebih dari satu kali, mengurangi kecepatan aliran lumpur (slurry) hingga kecepatan alir 2-3 feet per menit, dan / atau mengurangi jumlah umpan (feed) dan biasanya dilakukan dengan menggunakan saringan. Sebagai ilustrasi tentang gambar teknik secara detil yang dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pembuatan sebuah rocker disajikan pada gambar 7.

Gambar 7. Gambar teknik dan bagian dari sebuah rocker (Silva, 1986)Keterangan :

A. Ujung (end), 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 14 x 16) inci.

B. Sisi (sides), 2 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 14 x 48) inci.

C. Bawah (bottom), 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 14 x 44) inci.

D. Middle spreader, 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 6 x 16) inci.

E. End spreader, 1 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 6 x 16) inci.

F. Rockers, 2 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (2 x 6 x 17) inci. (berlapis)

H. Screen, luas dimensi luar bottom screen, sekitar 16 inci 2. 4 buah, berukuran : (tebal x lebar x panjang) = (1 x 4 x 15 1/4) inci dan 1 buah screen dengan luas16 inci 2 atau lubang bukaan inci atau lapisan logam yang dilobangi sesuai dengan lobang bukaan (opening)K. Apron, terbuat dari canvas (1 x 2) inci strips covered loosely. Untuk cleadts dan apron, dll, 27 feet (1 x 2) inci. 5 buah iron rod : 3/8 inci x 19 inci (panjang).I.Handle, yang ditempatkan pada screen.3. Penambangan dengan cara tambang semprot dengan sluice box dan pendulangan Mengingat cara penambangan sebelumnya secara acak dan tingkat perolehan yang masih rendah, dimana masih banyak butiran emas yang tertinggal maka para penambang menerapkan tambang semprot. Penambangan tersebut dilakukan pada area bekas penambangan sebelumnya (tailing). Teknik penambangan ini dilakukan seperti halnya yang diterapkan pada tambang timah di Bangka Belitung maupun pada tambang intan di Martapura (Kalimantan Selatan). Penambangan dimulai dengan penyemprotan melalui alat penyemprot (monitor) pada tumpukan material (tailing) pada area bekas penambangan terdahulu untuk memberaikan material, selanjutnya material dalam bentuk pulp disedot dan di alirkan menuju palong (sluice box). Untuk keperluan tersebut, minimal diperlukan dua buah pompa (4 PK) dan selang air (1 inci) untuk ukuran sluice box kecil serta pompa (24 PK) dan selang air (3 inci) untuk ukuran sluice box besar, dan juga tergantung dari jauh dekatnya lokasi penambangan dengan sumber air. Palong (sluice box) terbuat dari kerangka kayu dan papan berbentuk kotak empat persegi panjang berukuran panjang (3 m), lebar (1 m) dan tinggi (0,3 m), yang alasnya dilapisi dengan karpet dan riffle (Lihat Foto Gambar 8). Ujung atas palong dipasang kotak terbuka (feeder) yang dilengkapi dengan saringan (grizly) untuk menyaring material yang berukuran kasar (gravel). Satu unit palong bisa terdiri dari 1-3 rangkaian sluice box yang dipasang secara bertingkat dengan arah memanjang. Palong dipasang diatas penyangga dengan sudut kemiringan tertentu, sehingga pulp bisa mengalir ke bawah. Pada waktu tertentu, karpet dilepas dan ditampung dalam baskom pencuci untuk melepaskan material yang mengandung emas yang terperangkap dalam karpet, selanjutnya dilakukan pendulangan guna memisahkan butiran emas dari material pengotornya. Penambangan dengan cara ini yang dilakukan di daerah Tahi ite, tidak hanya pada sungai utama, tetapi kini sudah merambah pada cabang-cabang sungai kering (intermiten) ke arah hulu sungai. Permasalahan yang dihadapi adalah masalah ketersediaan air, penyemprotan dilakukan pada tebing-tebing sungai yang terjal, sehingga besar kemungkinan terjadinya longsoran. Cara penambangan ini dilakukan secara berkelompok (5-10 orang) oleh anggota masyarakat yang cukup modal (pemodal), dan salah satu anggotanya biasanya berasal dari luar Bombana, khususnya dari P. Bangka atau Martapura (Kalimantan Selatan) yang telah berpengalaman dalam tambang semprot.

Gambar 8. Foto kegiatan tambang semprotAnalisis kualitatif untuk tipologi penambangan ini menunjukkan bahwa secara konseptual tambang semprot sesuai dengan teknik penambangan yang lazim digunakan untuk tipe cebakan emas placer pada umumnya. Kondisi demikian dapat dipahami, mengingat pengoperasiannya dikoordinir oleh penambang yang berpengalaman dari luar Bombana. Pada umumnya koordinator direkrut dari kalimantan Selatan, P. Bangka dan P. Belitung yang telah berpengalaman dalam tambang semprot dan didukung oleh para pemodal. Walaupun secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai kategori pertambangan rakyat, namun secara umum belum bisa dikatakan demikian, karena pengelolaan penambangannya belum memenuhi syarat atau sesuai dengan kaidah-kaidah pertambangan yang baik dan benar. Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti pada prinsipnya bahwa proses pemberaian dilakukan secara terpisah, yakni melalui penyemprotan dengan air yang bertekanan tinggi dengan menggunakan pompa air dan monitor. Proses roughing dilakukan dengan sebuah sluice box atau 3 (tiga) buah sluice box yang dipasang secara bertingkat. Sementara untuk proses cleaning dilakukan secara terpisah dengan proses roughing melalui pendulangan (panning). Beberapa kelemahan yang terlihat, diantaranya pada sudut kemiringan terlalu besar (> 5 o) dan lapisan aliran air (slury) terlalu besar, sehingga kemungkinan partikel emas halus lolos bersama aliran air.4. Penambangan dengan cara kombinasi tambang mekanis, semprot dan multi sluice box dan pendulangan.Lokasi penambangan dilakukan secara terpisah dengan unit pengolahan. Penambangan dengan cara ini dilakukan secara mekanis dengan menggunakan peralatan berat seperti buldozer berfungsi untuk pengupasan tanah penutup dan meratakan tanah dan back hoe berfungsi sebagai alat gali dan alat muat, serta dump truck berfungsi sebagai alat angkut hasil penggalian. Material hasil penambangan diangkut ke lokasi pengolahan, yang pada umumnya dekat dengan sumber air. Unit pengolahan terdiri beberapa unit sluice box yang terbuat dari papan yang dilapisi karpet tetapi tanpa menggunakan penyangga dan dipasang sejajar dengan arah memanjang dengan kemiringan tertentu. Pada ujung atas sluice box dibangun landasan yang terbuat dari beton dengan kemiringan hampir sama dengan kemiringan sluice box. Landasan tersebut berperan sebagai tempat pemberaian material hasil penambangan yang dilakukan dengan menggunakan alat seprot (monitor), hasil penyemprotan berupa lumpur (slury) yang mengalir kedalam unit sluice box menuju tempat penampungan tailing (Lihat Foto Gambar 9). Untuk keperluan pengolahan tersebut, diperlukan beberapa unit pompa dan selang air dengan kapasitas yang besar. Pada unit pengolahan dilengkapi dengan beberapa kolam penampung air dan dan kolam penampungan limbah (tailing). Cara penambangan ini dilakukan oleh pemodal besar atau perusahaan tambang swasta (PT. Panca Logam Makmur) yang bermitra dengan masyarakat penambang dengan sistem bagi hasil.

Gambar 9. Foto kegiatan penambangan semi mekanis

Analisis kualitatif untuk tipologi penambangan ini menunjukkan bahwa secara konseptual penambangan secara mekanis dengan menggunakan peralatan berat (excavator) lazim digunakan pada tipe cebakan bijih placer seperti yang dilakukan pada tambang timah di P. Bangka. Tipologi penambangan ini dilakukan oleh perusahaan swasta (PT. Panca Logam Makmur) yang bermitra dengan masyarakat setempat. Baik secara teknis maupun organisatoris menunjukkan bahwa tipologi penambangan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai pertambangan rakyat, karena relatif memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Sedangkan secara konseptual tentang metoda perolehan konsentrasi graviti pada prinsipnya bahwa proses pemberaian dilakukan secara terpisah, yakni melalui penyemprotan dengan air bertekanan tinggi dengan menggunakan pompa air dan monitor. Proses roughing dilakukan dengan multi sluice box yang dipasang pada beberapa tempat di lokasi unit pengolahan. Sementara untuk proses cleaning dilakukan secara terpisah dengan proses roughing, yaitu melalui proses pendulangan (panning). Beberapa kelemahan yang terlihat, diantaranya bahwa pada saat pemberaian material sebagai umpan (feed) semburan air masih terlalu besar (kurang kontrol) sehingga lapisan aliran air (slury), sehingga kemungkinan partikel emas halus masih bisa lolos bersama aliran air walaupun pada sudut kemiringan relatif kecil (< 5 o). Proses pemisahan yang dilakukan oleh perusahaan yang bermitra dengan masyarakat penambang untuk sementara ini terkesan hanya untuk mengejar produksi dengan cepat, walaupun dikemudian hari ampas (tailing) ditampung dan bisa di olah kembali pada masa mendatang. Seharusnya opada tataran perusahaan, secara konseptual mampu untuk menerapkan metoda konsentrasi graviti secara lengkap, dimana konsentrasi graviti dapat dilakukan kombinasi dari ketiga tahapan, yakni roughing, cleaning dan scavenging. Sementara peralatan yang digunakan masih terlalu sederhana, seharusnya peralatan pemisahan metode graviti yang lebih modern dapat diterapkan pada level perusahaan ini, sehingga perolehan emas menjadi lebih optimal.

Diantara ke-empat tipologi penambangan emas di Bombana nampak bahwa 3 (tiga) tipologi penambangan yang dilakukan oleh masyarakat di Bombana (tipe 1, 2 dan 3) pada umumnya kurang sesuai dengan kaidah-kaidah pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Walaupun secara konseptual perolehan emas melalui konsentrasi graviti antara proses roughing dan cleaning telah dilakukan, namun karena keterbatasan modal dan pengetahuan maka perolehan emas belum optimal. Sementara penambangan yang dilakukan oleh masyarakat yang bermitra dengan perusahaan (tipe 4) relatif lebih memenuhi syarat pengelolaan pertambangan yang baik dan benar dibandingkan tipologi sebelumnya. Namun secara konseptual, belum dilakukan konsentrasi graviti secara lengkap, yaitu belum dilakukannya tahapan scavenging. Seharusnya untuk level perusahaan yang bermitra dengan masyarakat penambang ini mampu melakukannya dengan peralatan konsentrasi graviti yang lebih modern, sehingga perolehan emas menjadi lebih optimal.

Analisis Dampak Teknik Penambangan Emas di Bombana

1.Dampak penambangan dan perolehan emas dengan cara pendulangan

Penambangan dengan cara pendulangan, secara umum tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang cukup berarti karena hanya menggunakan peralatan sederhana, dan secara fisik hanya nampak penurunan kualitas air seperti meningkatnya tingkat kekeruhan air. Namun ketika jumlah pendulang mencapai ribuan orang, dampak penambangan yang ditimbulkan menjadi penting untuk diperhatikan. Tidak hanya faktor perubahan fisik lingkungan yang berubah, tetapi juga faktor dampak turunannya seperti : kebersihan dan kesehatan lingkungan yang cenderung menurun. Karena para penambang juga membawa keluarganya, tinggal di lokasi penambangan dengan mendirikan tenda di sekitar sungai (Gambar 10).

Gambar 10. Foto kondisi fisik lingkungan penambanganDisamping air sungai menjadi lebih keruh dan kental atau berupa lumpur, juga tidak terdapat fasilitas yang mendasar seperti kebutuhan air untuk MCK dan lain-lainya, sehingga lingkungan menjadi rawan akan terjangkitnya penyakit muntaber. Meningkatnya jumlah penambang tersebut juga mengakibatkan penambangan (pendulangan) menjadi tidak efektif, karena disamping penambang tidak terampil juga wilayah penambangan yang diacak atau menjadi tidak beraturan. Hasil pendulangan menjadi jauh berkurang, disamping semakin menipisnya jumlah cadangan juga banyak butiran emas halus yang tidak terambil. Kondisi seperti itu cenderung mengakibatkan pemborosan sumberdaya mineral.2.Dampak penambangan dengan cara penggalian (sumuran, paritan) dan perolehan emas dengan mini sluice box pendulangan (panning)Semakin meningkatnya jumlah penambang, terutama dengan masuknya para penambang dari luar Kabupaten Bombana yang memberikan pengalaman cara menambang dari tempat asalnya, diantaranya melakukan penggalian dengan cara membuat sumuran atau paritan disekitar badan sungai. Penggalian tersebut bertujuan untuk memperoleh lapisan tanah yang diduga mengandung emas, pemisahan butiran emas dari material pengotornya dilakukan dengan cara pendulangan di sungai yang ada airnya. Dampak perubahan fisik di sekitar badan sungai semakin penting untuk diperhatikan. Lubang bukaan (sumuran, paritan) yang dibuat tidak beraturan disamping merusak bentang alam juga terjadinya longsoran yang berpotensi terjadinya kecelakaan tambang dan bahkan mengakibatkan kematian. Aliran sungai menjadi semakin tidak jelas, terutama diakibatkan oleh tanah buangan hasil penggalian, dan juga tidak semua lapisan yang diduga mengandung emas dapat terambil. Proses pemisahan butiran emas dari mineral pengotornya, yakni dengan menggunakan peralatan tambahan berupa mini sluice box dan pendulangan tetapi tidak dilakukan dengan baik dan benar, karena terbatasnya pengetahuan dan peralatan serta kecilnya modal kerja. Melalui proses tersebut butiran emas yang relatif halus dapat ditangkap, walaupun hasil yang diperoleh masih belum optimal.3.Dampak penambangan dengan cara tambang semprot dan perolehan konsentrasi graviti dengan menggunakan sluice box dan pendulangan (panning).Semakin terbatasnya area yang dapat ditambang, beberapa upaya yang dilakukan oleh para penambang yang didukung oleh pemodal teknik penambangan berkembang, yakni menerapkan tambang semprot seperti yang dilakukan baik pada tambang timah di Bangka dan Belitung maupun pada tambang intan di Martapura. Penerapan tambang semprot ini menempati bekas area penambangan sebelumnya, bertujuan untuk mengambil atau memanfaatkan tailing dan lapisan tanah yang diduga masih mengandung emas yang masih tersisa. Pemisahan butiran emas terhadap material pengotornya dilakukan dengan menggunakan palong (sluice box), beberapa kelemahan yang nampak di lapangan adalah kemiringan palong dengan sudut kemiringan lebih besar dari 5o dan aliran air masih terlalu deras, sehingga butiran emas halus kemungkinan besar terbawa oleh aliran air bersama-sama dengan tailing. Dampak penambangan ini cenderung menimbulkan kerusakan fisik lingkungan yang semakin parah, tidak hanya permukaan tanah yang tidak merata tetapi juga terbentuk ceruk atau semacam kubangan lumpur yang cukup dalam. Kondisi tersebut juga dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk, yang merupakan sumber penyakit. Walaupun demikian, tailing yang terbuang disamping lumpur terdapat juga pasir dan kerikil yang terkonsentrasi yang sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan sebagai hasil sampingan. Kini dengan semakin terbatasnya area penambangan, tambang semprot tersebut tidak hanya menempati bekas penambangan sebelumnya, tetapi juga sudah merambat ke tebing anak sungai intermiten. Disamping berpotensi terjadinya longsoran, juga dapat mengakibatkan badan sungai menjadi semakin melebar. 4.Dampak penambangan dengan cara kombinasi tambang mekanis, semprot dan perolehan konsentrasi graviti dengan multi sluice box dan pendulangan.Penambangan dengan cara ini dilakukan oleh masyarakat penambang yang bermitra dengan perusahaan swasta (PT. Panca Logam Makmur) yang telah mempunyai izin eksploitasi. Dampak penambangan ini belum nampak begitu kelihatan nyata, karena masih baru berlangsung sambil melakukan tahap penyiapan (development), tetapi yang jelas lebih baik dari cara penambangan sebelumnya karena sebelum tambang beroperasi telah dilakukan studi kelayakan terlebih dahulu. Dengan semakin menumpuknya tailing, lambat laun akan menimbulkan permasalahan baru, untuk itu sedang dipikirkan tentang bagaimana cara memanfaatkan tailing tersebut menjadi produk sampingan (by product). Sebagian dari pengolahan hasil penambangan ini dilakukan bermitra dengan masyarakat penambang dengan sistem bagi hasil, mayarakat yang mengolah mendapat bagian 24 %. Menurut masyarakat penambang, walaupun hasilnya sedikit, tetapi ada kepastian pendapatan dan memperoleh jaminan kesehatan maupun kecelakaan. Bagi masyarakat penambang, yang penting dapat bekerja dengan tenang atau tidak digusur, meskipun kini belum adanya kepastian jaminan masa depan. Kesimpulan :Hasil analisis secara kualitatif menunjukkan bahwa tipologi penambangan emas oleh masyarakat di Bombana ada 4 tipe, yakni :

Tipe 1:penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara perseorangan dengan cara pendulangan (panning) tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penambangan yang baik dan benar. Walaupun secara konseptual masih relevan dengan konsep metoda perolehan secara konsentrasi graviti untuk penambangan awal, namun penerapan metoda pendulangan (panning) ini menjadi bermasalah ketika penambang jumlahnya ribuan pada lokasi yang relatif terbatas dan sebetulnya metoda pendulangan (panning) ini hanya cocok untuk pekerjaan prospecting. Dampak penambangan tipologi ini pada awalnya kerusakan lingkungan tidak cukup berarti, namun dengan bertambahnya ribuan penambang maka kerusakan lingkungan menjadi penting untuk diperhatikan.Tipe 2:penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok, namun karena kekurangan modal dan pengetahuan dan belum terorganisir dengan baik dan benar, sehingga masih jauh dari persyaraan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Walaupun secara konseptual perolehan konsentrasi graviti telah diterapkannya tahap roughing dan cleaning secara terpisah, namun karena peralatan kurang memadai sehingga perolehan emas menjadi kurang optimal. Dampak akibat kegiatan penambangan ini selain terjadinya pemborosan sumber daya mineral, juga terjadinya kerusakan secara fisik menjadi semakin parah karena tanpa adanya perencanaan yang baik dan benar.

Tipe 3:penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat secara berkelompok dengan dukungan penyandang dana dan koordinator berpengalaman, tetapi karena tidak dilakukan perencanaan yang baik dan bahkan cenderung sebagai petualang. Tipologi penambangan ini jelas tidak memenuhi persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar. Secara konseptual perolehan konsentrasi graviti relatif lebih baik dibandingkan dengan tipologi penambangan sebelumnya (tipe 1 dan 2), tetapi karena tanpa perencanaan dengan baik dan benar mengakibatkan kerusakan fisik lingkungan akibat penerapan teknik penambangan ini menjadi semakin parah.

Tipe 4:penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat dengan bermitra perusahaan swasta dimana masyarakat hanya melakukan pemisahan atau pengolahan saja, sementara penambangannya dilakukan oleh perusahaan secara tambang mekanis. Tipologi penambangan ini relatif lebih memenuhi persyaratan pengelolaan pertambangan yang baik dan benar ketimbang tipologi sebelumnya (tipe 1, 2 dan 3). Karena disamping adanya dukungan modal, juga didukung oleh peralatan dan pengetahuan yang lebih memadai. Walaupun secara konseptual perolehan konsentrasi graviti belum dilakukannya tahap scavenging dan seharusnya mampu menggunakan peralatan konsentrasi graviti yang lebih modern sehingga perolehan emas menjadi lebih optimal. Tipologi penambangan ini lebih menjanjikan, karena telah dilakukan perencanaan penambangan dengan baik sehingga kerusakan lingkungan dapat diminimalisir. Daftar Pustakahttp://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di bombana.http: //www.majalah tambang.com/2008-11-19/merebut rezeki emas bombana.http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer.Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press, 2007

Suyartono, 2003, Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar, Studi Nusa, 2003.

Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines and Geology, 1986.

Spiller D.E, Gravity Separation of Gold then and now, Denver, Colorado, 1983

Bab IV.

Penambangan Emas Di Bombana: Tipologi dan Dampaknya

1. Latar Belakang Jenis cebakan emas dan teknik penambangan secara umum

Potensi emas di Bombana dan teknik penambangan emas oleh masyarakat

Mengapa hal itu menjadi untuk ditulis:

a. Penambangan emas placer (letakan) di Indonesia relatif jarang ( case study penting

b. Teknik penambangan tidak efisien, tidak efektif dan berbahaya

2. Tipologi Penambangan Emas di Bombana: Data empiris yang ada di Bombana Dianalisis dengan menggunakan konsep yang ada

a. tunjukkan perbedaan kegiatan di level perusahaan dengan masyarakat

b. mengapa perbedaan itu terjadi?

3. Analisis Dampak Teknik Penambangan Emas Di Bombana: Analisis teknik yang digunakan masyarakat ( tidak efisien

Apa dan bagaimana yang harus dilakukan untuk membawa teknik penambangan masyarakat tersebut menuju kondisi yang diinginkan konsep tersebut. (perbaikan teknologi penambangan)4. Kesimpulan: (Kesimpulan di Bombana lho!!!! View dan solusi alternatif)

Feed

Roughing

Cleaning

Scavengingg

C

T

T

Concentrate

Tailing

HYPERLINK "http://korp" http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di bombana.

. http: //www.majalah tambang.com/2008-11-19/merebut rezeki emas bombana.

Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008, hal 61

http: //www.dim.esdm.go.id/2005-04-05/endapan placer. Nuggets adalah butiran logam emas dengan bentuk tidak beraturan yang terdapat di alam yang relatif murni dan dapat dilihat secara kasat mata. Endapan elluvial adalah endapan yang hasil pelapukan yang tertransportasi tetapi masih dekat dengan sumbernya. Sedangkan alluvial yang tertransportasi oleh air tetapi relatif sudah jauh dengan sumbernya. Sementara placer gold deposit adalah cebakan emas letakan yang terdapat pada kedua tipe endapan tersebut.

Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat (Batch Scale), tekMIRA,2006.

Sebagai ilustrasi dijelaskan pada identifikasi minerolgi dan karakterisasi percontoh bijih emas hasil analisis mikroskopis bijih menunjukkan bahwa cebakan emas yang beraosiasi dengan urat kuarsa digolongkan menjadi empat macam, yakni : fasies karbonan- kuarsa, mangan oksida-kuarsa, kuarsa opal berlapis dan kuarsa bersulfida. Beberapa jenis mineral yang berasosiasi dengan emas diantaranya pirit, galena, sfalerit, kalkopirit, silikat ( plagioklas, klorit, dll) bersama material karbonan.

Stripping ratio : adalah perbandingan antara volume atau berat material tanah penutup terhadap volume atau berat bahan galian atau bijih yang akan ditambang. Stripping ratio merupakan salah satu faktor dalam pemilihan sistem penambangan. Semakin besar nilai stripping ratio pada umumnya diatas (>5) lebih cocok untuk ditambang dengan sistem tambang bawah tanah (underground mining) disamping faktor-faktor lainnya.

Teknik peledakan biasa digunakan dalam teknologi penambangan terutama untuk batuan yang bersifat keras, baik untuk sistem penambangan bawah tanah (Pongkor) maupun untuk tambang terbuka (Batu hijau, Garsberg) dan quarry industri semen (Cibinong, Palimanan).

Amalgamasi adalah proses pengikatan logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh air raksa (Hg), sedangkan sianidasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas (Au) dan perak (Ag) oleh bahan sianida (KCN, NaCN), lihat juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, Sedangkan tioureasi adalah pelarutan (pelindian) logam emas (Au) dan perak (Ag) ataupun logam dasar seperti tembaga (Cu) oleh amonium tiourea atau amonium tiosulfat, dapat dilihat juga pada Suratman, dkk, Pelindian Bijih Emas dengan Larutan Amonia Tiosulfat (Batch Scale), tekMIRA, 2006.

Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines and Geology, 1986. Berbagai peralatan konsentrasi emas berdasarkan perbedaan berat jenis (graviti) dengan media dan aliran air, diantaranya adalah pans, rocker atau (sluice box ), palong (long tom), jig, humprey spiral dan shaking table hingga peralatan yang lebih modern seperti fine material separator, knelson concentrator.

Creak, cabang sungai kering, atau hanya berair ketika hujan turun (musim hujan).

HYPERLINK "http://korp" http://korpcitaka.wordpress.com/2008-09-22/tambang emas diketemukan di bombana.

Kaca, merupakan istilah setempat, yang menunjukkan ukuran besar butir emas setara dengan mgram.

Hydrolic mining, adalah salah satu jenis tambang dimana dalam pengoperasiannya dengan memanfaatkan media dan aliran air. Berbagai jenis tipe penambangan ini, misalnya tambang semprot dan / atau pengoperasian kapal keruk (dredging) yang umum digunakan pada tambang timah di P. Bangka.

Hasil wawancara dengan para penambang di lokasi Tahi ite.

Monitor adalah bagian alat dari tambang semprot yang membentuk kerucut memanjang dimana diameter ujung outlet lebih kecil inlet yang dipasang pada ujung pipa air pada sebuah pompa air, sehingga dapat menghasilkan air bertekanan tinggi, dan biasanya dilengkapi dengan sebuah handle sebagai pengatur (buka/tutup).

Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press, 2007.

Artisanal mining, merupakan istilah umum untuk penambangan dengan cara pendulangan (panning). Lihat juga dalam : Iskandar Zulkarnain, dkk, Dinamika dan Peran Pertambangan Rakyat di Indonesia, LIPI Press, 2007

Suyartono, 2003, Good Mining Practice Konsep tentang Pengelolaan Pertambangan yang Baik dan Benar, Studi Nusa, 2003.

Michael Silva, Placer Gold Recovery Methods, California Department of Concervation Division of Mines and Geology, 1986.

Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.

Iskandar Zulkarnain, dkk, Konsep Pertambangan Rakyat dalam Kerangka Pengelolaan Sumber Daya Tambang yang Berkelanjutan, LIPI Press, 2008.

Gravity concentration, adalah konsentrasi bijih emas dengan menggunakan prinsip perbedaan berat jenis (specific gravity).

Sluice box, adalah alat alat konsentrasi graviti yang berbentuk kotak memanjang (artificial channel) pada bagian alas dipasang riffles untuk membentuk aliran turbulensi sehingga butiran material yang berat jenisnya tinggi dapat terperangkap dan / atau dilapisi dengan karpet yang berfungsi untuk menjebak butiran emas yang lewat melalui media aliran air. Long toms, merupakan gabungan beberapa sluice box yang dipasang secara bertingkat dengan arah memanjang. Jigs, termasuk juga alat konsentrasi graviti, namun arah gerakan secara vertikal, disamping menggunakan media air juga digunakan media material dengan berat jenis menengah yakni diantara berat jenis material yang akan dipisahkan (ringan dan tinggi).

Flour, fload, coloidal gold, merupakan bentuk ukuran butiran emas yang relatif halus dari yang berbentuk tepung hingga berbentuk koloidal.

Spiller D.E, Gravity Separation of Gold then and now, Denver, Colorado, 1983.

Gravel, merupakan salah satu hasil klasifikasi ukuran besar butir material dengan bentuk sudut meruncing (kasar), sedangkan pablle dengan bentuk sudut membulat (halus).

Rockers, adalah sejenis alat konsentrasi graviti atau sama dengan sluice box tetapi dtlengkapi dengan screen dan apron.

Screen, adalah saringan yang terbuat dari kawat atau plat yang dilubangi. Apron terbuat dari kanvas yang dilubangi secara mendatar (strip) yang berfungsi untuk mengarahkan material ke ujung atas rockers.

Prospecting, merupakan tahap penyelidikan awal dari tahapan pertambangan

Intermeten, adalah tidak tetap, misalnya sungai yang berair hanya ketika musim hujan.