Pertambangan peti

31
PROPOSAL PENELITIAN KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGAN AKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN MAS PETI DI DAERAH KAWASAN GUNUNG LABAONG DI DESA HIJRAH KECAMATAN LAPE KABUPATEN SUMBAWA BESAR

Transcript of Pertambangan peti

Page 1: Pertambangan peti

PROPOSAL PENELITIAN

KAJIAN DAMPAK KERUSAKAN LINGKUNGANAKIBAT KEGIATAN PENAMBANGAN MAS PETI

DI DAERAH KAWASAN GUNUNG LABAONGDI DESA HIJRAH KECAMATAN LAPE

KABUPATEN SUMBAWA BESAR

DISUSUN OLEH :PUTU ADNYANA 09.01.14.0019

Page 2: Pertambangan peti

PROGRAM STUDY BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( FKIP )

UNIVERSITAS SAMAWA ( UNSA )SUMBAWA BESAR

2011/2012

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

labaong akhir-akhir ini hadir sebagai pertambangan rakyat ( PETI ) yang

dikerjakan oleh masyarakat sumbawa secara langsung Kegiatan pertambangan

emas yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di wilayah kecamatan lape dan

diluar daerah Kecamatan lape Kabupaten sumbawa besar. Pertambangan ini

berlangsung sejak tahun 2009 sampai sekarang. Kegiatan pertambangan ini

dilakukan secara tradisional, dimana proses pengolahannya tidak menggunakan

teknologi yang canggih dan hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana.

Proses pengolahan emas ini dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan antara

lain penggalian batuan, pengolahan, dan pembuangan limbah. Setiap tahapan

proses ini secara ekologi membawa dampak yang dapat mengganggu

keseimbangan lingkungan, sehingga perlu langkah-langkah yang bijaksana dalam

penanganannya sehingga resiko terhadap kerusakan lingkungan dapat

diminimalisasi.

Page 3: Pertambangan peti

Salah satu daerah pertambangan saat ini pada pegunungan labaong daerah

lape yaitu akan memberikan dampak negatif, yaitu kurusakan pada lahan

perkebunan,kerusakan hutan, tanah longsor, penyebaran penyakit dan kurasakan

ekosistem yang ada di daerah pertambangan tersebut dan juga pembuangan air

limbah gelondongan pertambangan rakyat yang berlangsung di daerah kecamatan

lape pada lahan pegunungan yang ada di sekitar lokasi pengolahan yang

selanjutnya mengalir menuju ke sungai ketika musim hujam tiba sehingga makin

lama terjadi akumulasi kandungan logam dan material lainnya yang terkandung di

dalam limbah sehingga lama-kelamaan ekosistem sungai juga terganggu. Sebagai

suatu ekosistem, sungai merupakan suatu tempat yang menjadi sasaran

pembuangan limbah sehingga mengakibatkan tingkat pencemaran semakin tinggi

yang pada akhirnya pencemaran tersebut mempengaruhi kehidupan biota air yang

ada di dalamnya.

Keadaan lingkungan dilokasi pertambangan sangat – sangat buruk, dimana

bebatuan bertebaran dan berserakahan di lereng pegunungan lokasi pertambangan

keadaannya kini sangat gersang semua pepohonan yang ada di sekitarnya lereng –

lereng di tebang dan di musnahkan oleh para penambang sehingga kini sudah tiada

hanya yang terlihat yaitu bebatuan yang bertumpukan yang bisa menyebabkan

tanah longsor ketika musin hujan tiba dan akan meninpa perumahan yang ada di

bawah lokasi pertambangan.

Pada masa yang akan datang diperkirakan lokasi pertambangan labaong akan

semakin memburuk yang berdampak kepada penduduk kecamatan lape terutama

masyarakat yang ada di sekitar lokasi. berbagai macam penyakit akan timbul yang

disebabkan dari limbah-nya merkuri. Penyakit – penyakit tersebut akan menjangkit

Page 4: Pertambangan peti

penambang dan penduduk di kecamatan lape, tidak hanya penyakit pada manusia

akan tetapi juga binatang dan hewan peliharaan pun akan terjangkit ole penyakit –

penyakit dari limbah merkuri yang di buang sembarang sehingga akan tersebar

melalui udara dan udara akan di hirup oleh mahluk hidup sehingga akan

menyebabkan kurang berfungsinya organ – organ tubuh mahluk hidup tsb, selain itu

limbah merkuri menyebabkan pencemaran pada tanah perkebunan, ketika musin

hujan tiba limbah tersebut mengalir menuju sawah dan tanam padi akan terkandung

merkuri sehingga berasnya akan terkandung bahan merkuri dan saat di konsumsi

oleh masyarakat akan menimbulkan penyakit yang merusak organ dalam tubuh

pada manusia.lambat laun maka akan menyebabkan kematian.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah penelitian ini adalah terhadap aktivitas pertambangan

tanpa ijin yang ada di Sumbawa saat ini. Pertambangan tanpa ijin akan

membawa permasalahan lingkungan yang akan menimbulkan dampak negatif

yang akan dirasakan oleh masyarakat karena kurangnya pemahaman mengenai

cara menambang yang baik dan masyarakatnya masih belum paham akan

dampak negatif yang akan ditimbulkan dikemudian hari.

C. Rumusan masalah

1. Bagaimana keadaan lingkungan pertambangan rakyat labaong ?

2.    Bagaimana dampak yang di timbulkan terhadap penambangan rakyat

Labaong ?

3. bahaya apa yang di timbulkan dari merkuri ?

Page 5: Pertambangan peti

4.  Apa saja solusi yang dapat dilakukan dalam penyelamatan ekologi

dan meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkan  tambang

emas rakyat labaong ?

D. Tujuan Penelitian

1.    Mengetahui keadaan lingkungan didaerah pertambang labaong

2. Mengetahui dampak yang akan disebabkan oleh tambang emas labaong

terhadap lingkungan biotik dan abiotik

3. Mengetahui bahaya yang akan ditimbulkan dari merkuri bagi kehidupan.

4.    Mengetahui solusi dari permasalahan lingkungan dan ekologi

di tambang emas labaong.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

menambah wawasan dan pengetahuan tentang masalah

pertambangan yang akan membawa dampak negatif dan risiko penyakit

akibat merkuri pada petambang emas tanpa izin pada masyarakat sekitar

desa hijrah kecamatan lape kabupaten sumbawa besar serta sebagai bahan

acuan untuk penelitian lebih lanjut dan informasi bagi siapa saja (peneliti

maupun penulis lain) yang peduli terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan

masyarakat.

2. bagi Pemerintah

penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi pemerintah

(Eksekutif, Legislatif, dll) dalam mengambil kebijakan terhadap permasalahan

tambang yang dihadapi oleh masyarakat Sumbawa, di mana pemerintah sulit

Page 6: Pertambangan peti

bergerak dan menentukan arah kebijakannya dikarenakan dihadapkan oleh

situasi yang serba dilematis.

3. Bagi Masyarakat Umum

Masyarakatlah yang akan menanggung dampak aktifitas

pertambangan yang serampangan, akan tetapi hal itu dapat kita

minimalisirkan jika masyarakat dapat bahu membahu dalam upaya penjagaan

lingkungan namun aktifitas pertambangan dapat berjalan. Dan kehadiran

karya ini diharapkan mampu menjadi media pembelajaran bagi masyarakat

dalam melakukakan upaya-upaya yang dimaksud.

4. Bagi Penambang

Penambang adalah orang yang bersentuhan lansung dengan aktifitas

pertambangan, akan tetapi resiko keselamatan, kesehatan dan lainnya setiap

waktu menghantui para penambang. Sehingga dari penelitian ini diharapakan

mampu menjadi bahan kajian untuk meminimalisirkan Dampak-dampak

tersebut sehingga para penambang dapat menambang dengan aman dan

bersahabat dengan lingkungan.

Page 7: Pertambangan peti

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Dampak Lingkungan, Ekonomi Sosial Dan Budaya

Berbicara mengenai industri pertambangan baik skalar besar maupun sekalar

kecil tentunya akan membawa dampak negatif cukup kompleks yang dirasakan oleh

masyarakat, berbagai realita kita saksikan dan rasakan secara bersama – sama

melalui dari pelanggaran hak asasi manusia, hilangnya sumber – sumber ekonomi

masyarakat, adanya alih profesi masyarakat, meningkatnya kekerasan dalam rumah

tangga, sempitnya lahan masyarakat, hilangnya budaya lokal masyarakat ( besiru ).

Potensial dampak dampak dari kegiatan pertambangan tanpa ijin lebih spesifiknya

masing – masing sektor tersebut adalah sebagai berikut :

2.1.1. Lingkungan :

Page 8: Pertambangan peti

a. Aktifitas pertambangan yang dilakukan terus menerus akan berpotensial

mengurangi mata air. Saat ini masyarakat sekitar tambang, desa hijrah 1 dan II

wilayah olat labaong mulai mengeluhkan tentang debit air sumur yang berkurang.

Untuk keperluan mencuci harus ke dusun beru desa hijrah.

b. Keberadaan Mesin – mesin gelondong dan tong di sembarang tempat

mengundang ketidak nyamanan warga. Beberapa mesin di jumpai berada di

saluran irigasi, di sekitar bantaran sungai, di areal persawahan bahkan dekat

dengan perkampungan warga. Dalam proses pengolahan hasil tambang

menggunakan berbagai jenis bahan kimia berbahaya. Bahan kimia tersebut

berpotensi akan mencemarkan sumber air yang juga akan berakibat terhadap

kesuburan lahan pertanian dan peternakan. Dengan demikian, akan berakibat

berkurangnya hasil produksi pertanian dan perternakan.

c. Penggunaan bahan kimia berbahaya juga mengancam timbulnya berbagai jenis

penyakit. Penyakit tersebut bisa di timbulkan dari sumber air, udara, tanah

maupun melalui makanan. Jika perairan sudah tercemar, maka prosesnya

melalui rantai makanan misalnya dengan memakan ikan yang telah

terkontaminasi. Sifat bahan kimia yang berbahaya ini adalah akumulatif, jadi

akan berpotensi akan timbulnya penyakit kulit, gangguan saluran pernafasan

akut, nyeri sendi, sakit kepala serta yang lebih berbahay adalah penyakit pada

perempuan yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan lain – lain.

2.1.2. Ekonomi

Sebelum labong di sesaki penambang, masyarakat sekitar menfaatkan

lahanya untuk menghampar padi gogo dan melepaskan ternaknya. Bukit seluas 27

hektar ini bila di hitung sekali panen menghasilkan padi gogo seberat 3 ton

perhektarnya, kalau 27 hektar maka menghasilkan 81 ton gabah yang tidak bisa di

Page 9: Pertambangan peti

nikmati oleh masyarakt desa hijrah. Dampak lainya yang timbul adalah

meningkatnya harga sembako di sekitar lokasi pertambangan.

Ancaman pencemaran lingkungan akan mengakibatkan berkurangnnya

produktifitas petani, peternak dan nelayan. Sehingga akan menimbulkan

disharmonisasi dalam kehidupan rumah tangga yang berpotensi meningkatkan

kekerasan dalam rumah tangga.

2.1.3. Sosial / budaya

Telah terjadi kemerosotan nilai – nilai tradisional dan bentuk ikatan sosial

dalam masyarakat sejak adanya aktifitas pertambangan ini. Hal ini terungkap ketika

melakukan wawancara dengan beberapa masyarakat di sekitar lokasi tambang yang

mengatakan bahwa beberapa kegiatan sosial tidak berjalan seperti biasanya,

masyarakat tiddak lagi saling membantu karena yang di pikirkannya adalah

menggali bebatuan yang mengandung emas. Norma – norma saling membutuhkan

dan ketergantungan di pedesaan mulai menghilang karena masyarakat yang tadinya

tidak mau menambang karna malihat hasil yang di dapatkan oleh penambang yang

datangnya dari luar desa akhirnya mulai ikut melakukan pengerusakan

lingkungannya sendiri sehingga “boat desa” ( kegiatan desa ) ditinggalkan, contohya

apabila di desa ada hajatan perkawinan masyarakat berbondong – bondong

mencari kayu bakar guna keperluan memasak, sehingga kini yang punya hajatan

harus mengeluarkan uang untuk membeli kayu bakar dan keperluan lainnya.

Budaya “Basiru” yang di praktikkan dalam berbagai kegiatan pertanian

maupun kegiatan sosial masyarakat lainnya mulai terancam keberadaannya

karenapa masyarakat sudah mulai menilai waktu mereka dengan uang. Untuk

menanam padi para petani harus mengeluarkan dana yang cukup tinggi dari

Page 10: Pertambangan peti

biasanya. Karena masyarakat di sekita bukit labaong lebih memilih menggali /

memburu mas.

2.2. Kerusakan Lingkungan

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan

lingkungan, pengerusakan lingkungan adalah tindakan yang menimbulkan

perubahan langsung/ tidak langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya

yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi lagi dalam

menunjang pembangunan berkelanjutan. Salah satu indikator kerusakan

lingkungan adalah erosi. Erosi adalah proses berpindahnya tanah atau batuan

dari satu tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah akibat dorongan

air, angin, atau gaya gravitasi. Proses tersebut melalui tiga tahapan, yaitu

pelepasan, pengangkutan atau pergerakan, dan pengendapan. Bahaya erosi

banyak terjadi di daerah – daerah lahan kering terutama yang memiliki

kemiringan lereng sekitar 15 % atau lebih . Keadaan ini sebagai akibat dari

pengelolaan tanah dan air yang keliru, tidak mengikuti kaidah –kaidah

konservasi tanah dan air dan tanah. Tanah kering yang rentan terhadap erosi

terutama adalah tanah Podsolik Merah Kuning yang menempati areal terluas di

Indonesia kemudian disusul oleh tanah Latosol yang dengan kemiringan agak

curam sampai curam terutama tanah –tanah yang tidak tertutup tanaman

Tanah Podsolik dibentuk dari bahan batuan yang bersifat asam, sifat fisiknya

jelek sampai agak jelek, miskin akan unsur hara tanaman dan peka terhadap

bahaya erosi. Tanah Latosol dibentuk dari bahan batuan yang bersifat netral,

dengan sifat fisiknya baik tetapi sifat kimianya jelek atau miskin unsur hara, dan

peka terhadap erosi terutama kalau tebuka tanpa vegetasi Menurut Soule dan

Piper 1992, (dalam Yakin A, 2004) erosi mempunyai dampak negatif terhadap

Page 11: Pertambangan peti

usaha pertanian/ perkebunan maupun diluar pertanian. Dampak utama erosi

terhadap pertanian adalah kehilangan lapisan atas tanah yang subur,

berkurangnya kedalaman lahan, kehilangan kelembapan tanah dan kehilangan

kemampuan lahan untuk menghasilkan tanaman yang menguntungkan.

Dampak negatif dari erosi di luar usaha tani adalah terjadinya dekomposisi

partikelpartikel tanah pada lokasi aliran sungai atau saluran air serta daerah

aliran sungai (downstream locations). Lahan yang mengalami erosi sangat

mengganggu bahkan berbahaya kalau partikel-partikel tanah tersebut

terdeposisi. Partikel-partikel tanah akibat erosi biasanya terbawa air lewat

sungai –sungai dan bermuara di bendungan dan dam-dam. Selanjutnya

endapan-endapan tersebut dan pergerakan erosi akan menganggu suplai air

untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Sedimentasi yang berat terjadi

mengakibatkan berkurangnya kapasitas untuk menampung air.

2.3. Faktor Yang Menyebabkan Erosi

Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi adalah faktor alam dan

faktor manusia. Faktor alam yang utama adalah iklim, sifat tanah, Faktor

manusia adalah semua tindakan manusia yang dapat mempercepat terjadinya

erosi dan longsor. Faktor alam yang menyebabkan terjadinya longsor dan erosi

diuraikan berikut ini.

2.3.1. Iklim

Curah hujan adalah salah satu unsur iklim yang besar perannya

terhadap kejadian longsor dan erosi. Air hujan yang terinfiltrasi ke dalam tanah

dan menjenuhi tanah menentukan terjadinya longsor, sedangkan pada

Page 12: Pertambangan peti

kejadian erosi, air limpasan permukaan adalah unsur utama penyebab

terjadinya erosi. Besarnya curah hujan didefinisikan sebagai volume air yang

jatuh pada luasan tertentu sehingga curah hujan dinyatakan dalam satuan

volume per satuan luas atau secara umum dinyatakan dalam satuan tinggi air

(misalnya milimeter). Besarnya curah hujan dinyatakan untuk satu waktu atau

rentang waktu tertentu, misalnya per hari, per bulan, per tahun, dan disebutkan

sesuai dengan waktu yang ditinjau, misalnya hujan harian, hujan bulanan, atau

hujan tahunan . Intensitas hujan menyatakan besarnya curah hujan yang turun

dalam waktu singkat, misalnya 5 menit, 30 menit, yang dinyatakan dalam

satuan milimeter/ jam (mm/jam). Klasifikasi curah hujan menurut (Arsyad 1989

) ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Intensitas Hujan (Arsyad, 1989 )

Tidak semua air hujan mengakibatkanya erosi, tapi tergantung pada

intensitasnya.

(Printz, 1999 dalam Hardiyatmo, 2006) menyimpulkan bahwa untuk intensitas

hujan sekitar 30-60 mm/jam, hanya sekitar 10 % dari air hujan yang

Intensitas hujan

(mm/jam)Klasifikasi

0 – 5 Sangat rendah

6 – 10 Rendah

11 - 25 Sedang

26 - 50 Agak tinggi

51 - 75 Tinggi

> 75Sangat tinggi

Page 13: Pertambangan peti

menimbulkan erosi. Untuk intensitas hujan lebih besar dari 100 mm/jam, semua

hujan dapat menimbulkan erosi. Walaupun intensitas hujan besar, namun jika

berlangsungnya tidak terlalu lama, sehingga tidak mengakibatkan aliran

permukaan maka hujan tidak mengakibatkan erosi. Penelitian menunjukkan

adanya hubungan antara intensitas hujan dan ukuran median butiran air hujan.

Besarnya diameter butiran hujan bermacam-macam, umumnya berkisar

diantara 1 sampai 4 mm, untuk ukuran diameter median air hujan 1,25 mm/jam,

dan yang berukuran 3 mm untuk intensitas hujan 100 mm/jam (Law dan

Person, 1944, dalam Hardiyatmo, 2006). Kecepatan jatuhnya butiran hujan

ditentukan oleh gravitasi, tahanan udara dan angin. Adanya

keseimbangan gaya tekanan dan gaya akibat tegangan permukaan,

menyebabkan butiran hujan yang berbutir kecil berbentuk bola. Lengkungan

permukaan yang besar memungkinkan tegangan permukaan memelihara

bentuk bulat tersebut. Butir-butir hujan yang berukuran besar cenderung pipih

dengan permukaan bawah yang agak datar. Permukaan butir-butir yang besar

ini, menyebabkan tekanan udara lebih besar. Lengkungan permukaan butir-

butir yang besar menyebabkan makin lemahnya tegangan permukaan,

sehingga butir-butir hujan umumnya tidak lebih dari 7 mm. Bila kecepatan

angin besar, maka kecepatan jatuhnya butiran air hujan juga menjadi lebih

besar.

2.3.2. Lereng

Lereng atau kemiringan lahan adalah salah satu faktor pemicu

terjadinya erosi dan longsor di lahan pegunungan. Peluang terjadinya erosi dan

longsor makin besar dengan makin curamnya lereng. Makin curam lereng

makin besar pula volume dan kecepatan aliran permukaan yang berpotensi

Page 14: Pertambangan peti

menyebabkan erosi. Selain kecuraman, panjang lereng juga menentukan

besarnya longsor dan erosi. Makin panjang lereng, erosi yang terjadi makin

besar.

2.4. Pencemaran AirOksigen adalah gas yang berwarna, tak berbau, tak berasa dan hanya sedikit

larut dalam air. Untuk mempertahankan hidupnya makluk yang tinggal di air, baik

tanaman maupun hewan, bergantung kepada oksigen yang terlarut ini. Jadi

penentuan kadar oksigen terlarut dapat dijadikan ukuran untuk menahan mutu air.

Kehidupan diair dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg

oksigen setiap liter air (5 bpj atau 5 ppm). Selebihnya bergantung kepada ketahanan

organisme, derajat keaktivannya, kehadiran pencemar, suhu air, dan sebagainya.

Umumnya laju konsumsi kelarutan oksigen dalam air, jika udara yang bersentuhan

dengan permukaan air bertekanan 760 mm dan mengandung 21 % oksigen.

Oksigen dapat merupakan factor pembatas dalam penentuan kehadiran mahluk

hidup dalam air. Oksigen dalam danau misalya berasal dari udara dan fotosintesis

organisme yang hidup didanau itu. Jika respirasi terjadi lebih cepat dari penggantian

yang larut, maka terjadi defisit oksigen. Sebaiknya dasar danau dijenuhkan dengan

oksigen.

2.5. Dampak Pencemaran Libah Merkuri

Sebagai unsur, merkuri (Hg) berbentuk cair keperakan pada suhu kamar.

Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida,

dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui

oksidasi dan kembali menjadi unsu merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik

menjadi merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini

secara lambat berdegredasi menjadi merkuri anorganik. Merkuri mempunyai titik

Page 15: Pertambangan peti

leleh-38,87 dan titik didih 35,00C. Produksi air raksa diperoleh terutama dari biji

sinabar (86,2 % air raksa). Salah satu cara melalui pemanasan biji dengan suhu

8000C dengan menggunakan O2 (udara).

Sulfur yang dikombinasi dengan gas O2, melepaskan merkuri sebagai uap air

yang mudah terkonsentrasi. Sianiar juga dapat juga dipanaskan dengan kapur dan

belerang bercampur kalsium, dan akan melepaskan uap logam merkuri. Hal yang

tersebut diatas merupakan cara lain, tetapi merkuri umumnya dimurnikan melalui

proses destilasi. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih

lain seperti tembaga, emas, seng dan perak. Sedikitnya beberapa efek toksit dari

merkuri telah diketahui sejak abad ke 18. Pada tahun 1889, Charcot,s clinical

lectures on diseases of the Nervous system telah menerangkan mengenai tremor

yang diakibatkan oleh paparan merkuri. Pada tektbook neurology klasik Wilson ynag

diterbitkn pada tahun 1940, Wilson telah menerangkan mengenai tremor

mengiidentifikasi gangguan kogniif yang diperantarai merkuri seperti gangguan

perhatian, excitement, dan halusinasi.

Produksi air raksa diperoleh terutama dari bijih sinabar (86,2 % air raksa).

Salah satu cara melalui pemanasan bijih dengan suhu 800 Oc dengan

menggunakan O2 (udara). Sulfur yang dikombinasi dengan gas O2, melepaskan

merkuri sebagai uap air yang mudah terkosentrasi. Sinabar juga dapat dipanaskan

dengan kapur dan belerang bercampur kalsium, dan akan melepaskan uap logam

merkuri. Hal yang tersebut diatas merupakan cara lain, tetapi merkuri umumnya

dimurnikan melalui proses destilasi. Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan

bercampur dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng dan perak.

Toksisitas merkuri inorganik terjadi dalam beberapa bentuk Merkuri metalik (Hg),

merkuri merkurous (Hg1+), atau meruri merkuri (Hg2+). Toksisitas dari merkuri

Page 16: Pertambangan peti

inorganik dapat terjadi dari kontak langsung melalui kulit atau saluran

gastrointestinal atau melalui uap air merkuri. Uap air merkuri berdifusi melalui

alveoli, terionisasi di darah, dan akhirnya disimpan di sistem saraf pusat.

Logam merkuri (Hg), mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti cair.

Logam merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada periodika unsur kimia Hg

menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom (BA 200,59). Merkuri telah

dikenal manusia sejak manusia mengenal peradapan. Logam ini dihasilkan dari bijih

sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1% - 4%.

HgS + O2 Hg + SO2

Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh

logam cair murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk

bermacam-macam keperluan.

Toksisitasnya, Pada tahun 1961, peneliti di Jepang menghubungkan kadar

merkuri urin yang tinggi dengan penyakit Minamata yang misterius. Sebelum etiologi

penyakit minamata ditemukan, terjadi malapetaka di sekitar teluk Minamata yang

ditandai dengan tremor, gangguan sensoris, ataksia, dan penyemprotan lapang

pandang. Penyakit sepert ini disebut dengan penyakit Minamata. Toksisitas dari

merkuri dapat terjadi pada bentuk organic maupun ionorganik. Penyakit minamata

merupakan contoh toksisitas organic. Di teluk minamata, suatu perusahaan

membuang merkuri inorganic ke air, merkuri tersebut kemudian dimetilasi oleh

bakteri dan selanjutnya dimakan oleh ikan yang akhirnya dikomsumsi oleh manusia.

Toksisitas merkuri inorganic terjadi dalam beberapa bentuk. Merkuri metalik (Hg),

merkuri merkorous (Hg1+), atau merkuri (Hg2+). Toksisitas dari merkuri inorganic

dapat terjadi dari kontak langsung melalui kulit atau saluran gastrointestinal atau

melalui uap merkuri.

Page 17: Pertambangan peti

Uap merkuri berdisfusi melalui alveoli, terionisasi didarah, dan

akhirnya disimpan di system saraf pusat. Merkuri dilingkungan terdapat dalam

bentuk ikatan organik dan anorganik. Merkuri anorganik Merkuri anorganik dalam

bentuk Hg+ dan garam merkuri (Hg+ + +). Hg + dapat menguap dan secara

sempurna diserap oleh saluran pernapasan. Melalui saluran pernapasan partikel

Hg+ tidak diabsorbsi secara sempurna. Hg anorganik menembus sawar darah otak

menuju keisterna saraf. Racun akibat Hg anorganik biasanya bersumber dari

lingkungan kerja. Merkuri organic adalah senyawa merkuri yag terikat dengan satu

logam karbon, contohnya metal merkuri. Merkuri anorganik dapat dirubah menjadi

merkuri orgainik dengan bantuan bakteri anorganik, khususnya untuk memproduksi

logam merkuri suatu bentuk merkuri yang mudah masuk kedalam sel dalam tubuh.

Beberapa kejadian yang terjadi akibat kontaminasi air yang menyebabkan

keracunan. Ikan yang dimakan terkontaminasi metilmerkuri, yang diubah oleh bakteri

di dalam endapan air. Keracunan merkuri terjadi pada populasi lokal yang

mengkonsumsi ikan terpajan merkuri. Seratus tujuh orang meninggal pada tahun

1970 karena penyakit Minamata tersebut.

2.6. Kewajiban Rehabilitasi Lahan

Reklamasi Lahan Penambangan adalah suatu upaya pemanfaatan lahan

penambangan melalui rona perbaikan lingkungan fisik terutama pada bentang lahan

yang telah dirusak. Upaya ini dilakukan untuk mengembalikan secara ekologis atau

difungsikan menurut rencana peruntukannya dengan melihat konsep tata ruang dan

kewilayahan secara ekologis. Kewajiban reklamasi lahan bisa dilakukan oleh

pengusaha secara langsung mereklamasi lahan atau memberikan sejumlah uang

sebagai jaminan akan melakukan reklamasi Berdasarkan data dari Departemen

Energi dan Sumberdaya Mineral pada Tahun 2005 terdapat 186 perusahaan

Page 18: Pertambangan peti

tambang yang masih aktif dengan total luas areal sekitar 57.703 ha dan hanya

20.086 ha yang telah direklamasi oleh para perusahaan yang memperoleh kontrak

pada lahan tersebut. Sebagian lahan tersebut dikembalikan kepada petani untuk

diusahakan kembali menjadi lahan pertanian. Sebagian pengusaha tidak

mereklamasi lahan dan meninggalkan begitu saja. Kewajiban pasca tambang yang

bersifat fisik mempunyai dimensi ekonomi dan sosial yang sangat tinggi dan

berpotensi menimbulkan konflik pada masyarakat dengan pemerintah dan juga

usaha pertambangan. Oleh karena itu pengelolaan pasca tambang bukan

merupakan masalah fisik, tetapi merupakan political will pemerintah untuk

meregulasi secara benar dengan memperhatikan kaidah lingkungan. Kemudian

mengimplementasikannya dengan mengedepankan kepentingan masyarakat lokal

dan mengacu kepada falfasah ekonomi dan sosial serta akuntabilitas yang dapat

dipercaya.

Page 19: Pertambangan peti

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, study pustaka

dan wawancara ke berbagai sumber. Penelitian dilaksanakan secara individual,

dan yang menjadi nara sumber saya adalah dari Anggota Polres Sumbawa,

Penambang, Pembeli Emas, Pengusaha Gelondong, dan dari masyarakat

umum. Nara sumber dari berbagai latar belakang di atas saya wawancara

masing-masing sama satu orang. Adapun metode wawancara yang saya

gunakan adalah melakukan diskusi artinya bukan dengan cara memberikan

pertanyaan sehingga saya mendapat banyak sudut pandang dan data yang

mendukung karya tulis saya.

Page 20: Pertambangan peti

Ilegal minningPersebaran penyakitKorban jiwaTanah longsorPengolahan yang merusak lingkungan

Hari Esok

Ilegal minningAda dimana – manaKorban jiwaPenambang tidak bertanggung jawabPengolahan yang merusak lingkungan

Hari ini

B. Tahapan Pelaksanan Penelitian

Berikut adalah tahapan-tahapan penelitian yang saya lakukan :

1. Mencari tahu terhadap dampak-dampak pertambangan.

2. Mencari tahu aspek-aspek yang menjadi permasalahan PETI di Sumbawa.

3. Menganalisis Aspek Hukum

4. Menganalisis aspek wilayah kelola pertambangan

5. Menganalisis cara-cara penambangan oleh masyarakat saat ini

6. Menganalisis kebiasaan masyarakat terhadap wilayah pertambangan

7. Menganalisis tata cara pengelolaan pertambangan saat ini

8. menganalisis dampak terhadap keuangan daerah

9. Mencari solusi dan penyelsaian terhadap permaslahan yang telah di analisis

sebelumnya

Secara lengkap tinjauan permasalahan yang menyusun prosedur penelitian

saya adalah sebagai berikut :

C. Rencana Analisis Data

Menganalisis dan memecahkan berbagai persoalan dari informasi dan data-

data dari buku-buku dan dari nara sumber. yang kemudian saya kelola untuk

menjadi berbagai tahapan-tahapan dari permasalahan yang saya temukan.

Page 21: Pertambangan peti

D. Jadwal Penelitian

Pengamatan atau penelitian dilaksanakan selama 2 minggu dengan cara

mengamati prilaku masyarakat penambang dan berbagai isu-isu yang

berkembang.

E. Nara Sumber

1. Bapak Awaluddin (Anggota Polres Sumbawa)

Informasi dan data yang saya dapatkan lebih pada aspek hokum, beban

keuangan pemerintah daerah dan juga korban-korban yang meninggal dunia

dan luka-luka.

2. Bapak Nasarudin (Pengusaha Gelondong)

Informasi dan data yang saya dapatkan dari bapak nasarudin adalah

terhadap tata cara pengelolaan menggunakan gelondong dan tong serta

dampak lingkungannya.

3. Bapak Kurnia Jaya (Pembeli Emas)

Informasi dan data yang saya dapatkan dari bapak Kurnia Jaya adalah

terhadap pendapatan dan keuntungan dari adanya pertambangan.

Page 22: Pertambangan peti

4. Bapak Nanang (Penambang)

Informasi dan data yang saya dapatkan dari bapak Nanang adalah terhadap

tata cara melakukan pertambangan dan banyaknya orang yang terlibat di

pertambangan serta manfaat yang di dapatkan dari aktifitas pertambangan.

5. Bapak Sirajuddin (Masyarakat Umum)

Informasi dan data yang saya dapatkan dari bapak Sirajuddin adalah

terhadap dampak lingkungan serta kerisauan dan harapan-harapan

masyarakat terhadap praktek pertambangan yang sedang berlansung di

Sumbawa saat ini.