Pertambangan bauksit

19
PERTAMBANGAN BAUKSIT Di susun Oleh : FRIDOLIN BIN STEFANUS 11.2014.1.90050 JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA 2015

Transcript of Pertambangan bauksit

Page 1: Pertambangan bauksit

PERTAMBANGAN BAUKSIT

Di susun Oleh :

FRIDOLIN BIN STEFANUS

11.2014.1.90050

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA 2015

Page 2: Pertambangan bauksit

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pemanfaatan Plastik Sebagai Barang Berguna ini dengan baik meskipun banyak kekurangan

didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu EVELLIN selaku Dosen mata kuliah Genesa Bahan Galian yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai adanya penyebaran Bauksit yang terletak di Dunia maupun di dalam Indonesia sendiri, dan juga mengetahui letak dari bauksit tersebut. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang

kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Surabaya, April 2015

Penyusun

Page 3: Pertambangan bauksit

PERTAMBANGAN BAUKSIT

Berthier pada tahun 1821 pertama kali menggunakan istilah “Bauksit” untuk endapan

batuan yang berkadar alumunium oksida (𝐴𝑙2𝑂3 ) relatif tinggi yang ditemukan di Les Baux

di dekat Avignon, Perancis Selatan. Kemudian A.Liebrich pada 1892 menggunakan istilah

“Bauksit” ini dalam pengertian yang lebih luas yang mencakup proses pengayaan karena

pelapukan mineral gibsit pada batuan basal yang ia amati di daerah Vogelsberg,Jerman.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ”bauksit” digunakan orang untuk batuan

residual yang berkadar alumunium relatip tinggi, kadar besi rendah dan sedikit atau tidak

mengandung kwarsa (𝑆𝑖𝑂2) bebas. Dengan demikian bauksit adalah bahan yang heterogen

dengan komposisi mineral dapat berupa mineral gibbsite (𝐴𝑙2𝑂3 3𝐻2𝑂 ) mineral boehmit

(𝐴𝑙2𝑂3 3𝐻2𝑂 ) dan mineral diaspore (𝐴𝑙2𝑂3 3𝐻2𝑂 ). Sebagian besar bauksit yang ada di dunia

ditemukan dalam bentuk gibbsite atau biasa disebut juga bauksit trihidrat dan sebagian kecil

sebagai boehmit/diaspore atau dikenal juga sebagai bauksit monohidrat.

PENYEBARAN BAUKSIT

1. Di dunia

Sebaran sumber bauksit di dunia terdapat dalam delapan wilayah utama, yaitu

North American province, Carribean province, South American province,

Mediterranean province, West & Central Africa province, Central Ural province,

Page 4: Pertambangan bauksit

Central China province,dan South Asia Australia province. Sebagian besar terdapat

pada 28 negara yang beriklim tropis dan subtropis.

2. Di Indonesia

Bijih bauksit di Indonesia terdapat di Pulau Bintan dan sekitarnya, Pulau

Bangka, dan kalimantan barat. Jenis mineralnya adalah gibbsit (𝐴𝑙2𝑂3 .3𝐻2𝑂 ), dengan

kadar utama alumina, kuarsa, silika aktif, 𝑇𝑖𝑂2 dan 𝐹𝑒2𝑂3 . Ada perbedaan antara

bauksit di Pulau Bintan dan Pulau Bangka dengan bauksit yang ada di Kalimantan

Barat, yaitu pertama, kandungan (𝐴𝑙2𝑂3 ) (alumina) Bintan lebih tinggi. Kedua ,

lapisan taanah penutup di Bintan lebih tipis. Ketiga, endapan bauksit diKalimantan

Barat dikitari rawa.

Umumnya mineral gibbsit yang terdapat dalam bauksit Indonesia adalah

dalam bentuk konkresi, karena itu dapat dibenefisiasi untuk membuang mineral yang

tidak dikehendaki, terutama clay dan kuarsa dengan cara penyemprotan dengan air

dan disertai dengan pengayakan (screening). Bauksit yang sudah mengalami

benefesiasi disebut bauksit tercuci (washed bauxite) dan yang belum mengalami

benefesiasi disebut bauksit kotor (unwashed bauxte). Cadangan bauksit di Indonesia

dinyatakan dalam washed bauxite.

Page 5: Pertambangan bauksit

GEOLOGI

1. Genesa

Bijih bauksit laterit terjadi di daerah tropis dan sub tropikaserta membentuk

perbukitan landai, yang memungkinkan terjadinya pelapukan yang sangat kuat.

Bauksit dapat terbentuk dari batuan-batuan yang mempunyai kadar aluminium relatip

tinggi, kadar Fe rendah dan sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas. Batuan yang

memenuhi persyaratan itu di antaranya ialah syenit, nefelin yang berasal dari batuan

beku, batuan lempung atau serpih (clay dan clayshale). Batuan-batuan di atasakan

mengalami proses lateritisasi, yaitu proses yang terjadi karena pertukaran suhu secara

terus menerus, sehingga batuan mengalami pelapukan (weathering)

Pada musim penghujan, air memasuki rekahan-rekahan dan menghanyutkan unsur-

unsur yang mudah larut, sementara unsur-unsur yang sukar (tidak larut) tertinggal dalam

batuan induk. Setelah unsur-unsur yang mudah larut seperti Na, K, Mg, dan Ca

dihanyutkan oleh air, residu yang tertinggal (disebut laterit) menjadi kaya akan

hydroxida aluminium Al(OH)3, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras

manejadi bauksit.

2. Cara Eksplorasi

Eksplorasi bauksit biasanya diusahakan berdasarkan data geologi yang ada, dengan

melihat dan menyelidiki singkapan atau penyebaran bijih bauksit ke arah sumbernya

(tracing float)

Page 6: Pertambangan bauksit

Peta topografi dan pemetaan dari utara dapat membantu untuk melihat daerah sebaran

endapan bauksit.

Setelah lokasi endapan bauksit diketahui, maka (khususnya di Indonesia) dibuat

sumur-sumur uji (test pits), kemudian dilakukan pengambilan contoh dengan sistem

paritan (channel sampling). Dengan demikian akan diperoleh kedalaman dan luas

endapan, sehingga depat dilakukan perhitungan cadangan yang ada. Jarak antara setiap

sumur uji yang dianggap paling menguntungkan adalah 25 X 25 m. Endapan bauksit di

Indonesia ditemukan antara lain di Pulau Bintan dan pulau-pulau kecil di sekitarnya serta

di Pulau Bangka dan kalimantan Barat.

PERTAMBANGAN BAUKSIT DI INDONESIA

1. Lokasi

Sampai saat ini penambangan bauksit di Pulau Bintan merupakan satu-satunya

penambangan bauksit di Indonesia. Kegiatan administrasi beserta sarana penunjang

produksi utama dipusatkan di Kijang, wilayah Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten

Kepulauan Riau, Propinsi Riau. Kota Tanjung Pinang merupakan ibukota kabupaten

yang kira-kira 28 km sebelah utara Kijang. Secara geografis daerah Kijang terletak pada

koordinat 104037′ 30" - 104045′ Bujur Timur dan 0053′30" − 0058′ 30" Lintang

Utara. Untuk mencapai daerah tersebut, dapat ditempuh dearah melalui dua jalan.

Jalan Udara

a. Jakarta – Kijang

b. Jakarta – Batam, dilanjutkan dengan ferry ke Tanjung Pinang dan dapat

diteruskan jalan darat ke Kijang.

Jalan Laut

Page 7: Pertambangan bauksit

Dengan kapal laut Jakarta – Medan via Kijang

2. Sejarah Dan Perkembangan

Bauksit di Pulau Bintan ditemukan tahun 1921.

Tahun 1935, dimulai produksi pertama oleh NV nederlandsch Indische Bauxiet

Eksploitatie Maatschappij (NV Nibem). Perkembangannya setelah itu adalah sebagai

berikut:

1942, diusahakan oleh pemerintah penduduk jepang.

1945, diproduksi kembali oleh NV Nibem.

1959, diambil ahli pemerintahan RI dan mendirikan PT.Pertambangan Bauksit

Indonnesia.

1961, menjadi PN Perbaki dalam lingkungan BPU Pertambun.

1968, Unit Pertambangan Bauksit

1974, PT Aneka Tambang.

3. Sistem Penambangan dan Pencucian

Penambangan

Penambangan bijih bauksit dilakukan dengan cara penambangan terbuka

(open pit). Setelah pohon-pohon dan semak disingkirkan dengan bulldozer, maka dengan

alat yang sama diadakan pengupasan tanah penutup yang tebalnya antara 5 – 50 cm.

Page 8: Pertambangan bauksit

Lapisan bijih bauksit yang tebalnya berkisar antara 2-5 meter kemudian digali

dengan shovel loader yang sekaligus memuat bijih tersebut kedalam dump truck untuk

diangkut ke instalasi pencucian.

Proses pencucian bijih bauksit dimaksudkan untuk menaikkan kualitasnya

dengan cara mencuci dan memisahkan (desiming) bijih bauksit tersebut dari komponen-

kompoen yang tidak diinginkan seperti butir-butir kuarsa, clay serta material-material

pengotor lain yang pada umumnya berbutiran kurang dari 2 mm. Partikel halus ini dapat

terbebaskan dari yang kasar antara lain dengan pancaran air (screening), kemudian

sekaligus melakukan proses pemecahan (size reduction) dari butiran-butiran yang

berukuran lebih dari 3 inci dengan jaw crusher.

Pencucian

Instalasi pencucian yang ada pada saat ini berjumlah 3 unit, masing-masing di

Pulau Kelong, Pulau Dendang dan Daerah Galang, yaitu KM 9 di sebelah timur Tanjung

Pinang arah ke Kijang. Produksi pencucian 3.000 – 4.000 Wmt/hari. Bauksit yang sudah

dicuci diangkut ke Kijang dengan tongkang kemudian dari tongkang dengan alat grab

crane di bongkar dan diangkut ke bunker melalui suatu jaringan belt conveyor. Dari ban

pengangkut ini di ambil contoh (tiap 15 menit satu sekop) yang kemudian dianalisa

dilaboratorium untuk mengetahui kadar bauksit yang masuk kedalam bunker.

Karena kualitas bauksit ini berbeda-beda , maka penimbunan ke bunker diatur

sedemikian rupa dan setiap hari diadakan pencatatan tentang letaknya. Melalui corong

(chutes) dan ban-ban pengangkut yang berada di terowongan-terowongan di bawah

bunker, bauksit dapat disalurkan ke ban pengangkut stackers untuk diisikan ke kapal-

kapal yang berlabuh di dermaga di depan bunker. Dengan mengatur pengeluaran bauksit

melalui chutes dapatlah diperoleh kualitas yang diinginkan.

Page 9: Pertambangan bauksit

Bauksit yang dimasukkan ke dalam kapal dapat diketahui jumlah beratnya

dengan menggunakan weightometer yang dipasang pada ban pengangkut menuju kapal.

Kapasitas pemuatan ke dalam kapal mencapai lebih kurang 9.000 ton/hari. Muatan kapal

terbesar yang pernah dilakukan di palabuhan Kijang mencapai 41.354 ton.

4. Data Produksi dan Ekspor

Seluruh hasil produksi dari Indonesia diekspor keluar negeri, dengan negara

tujuan utama Jepang kemudian Amerika Serikat. Pemuatan dan pengkapalan dilakukan

di Pelabuhan Kijang, Pulau Bintan.

PROYEK ALUMINA BINTAN

1. Gambaran pabrik alumina pabrik Bintan

Usaha untuk pembangunan pabrik alumina di Indonesia sudah dimulai sejak tahun

1967 dan usaha menjadi lebih menarik lagi dengan selesainya dibangun aluminium

smelter di Kuala Tanjung pada tahun 1981, dengan kapasitas 225.000 metrik ton

aluminium per tahun (equivalent dengan 450.000 ton alumina) dan mempunyai potensi

untuk dikembangkan menjadi 360.000 metrik ton aluminium per tahun (equivalent

dengan 720.000 ton alumina).

2. Perkembangan sampai saat sekarang

Page 10: Pertambangan bauksit

Dalam bulan Mei 1983, karena munculnya masalah neraca pembayaran,

pemerintahan Indonesia menangguhkan pembangunan proyek ini. Pekerjaan pengadaan

barang ang(procurement) dan pekerjaan-pekerjaan kontruksi ditangguhkan namun

pekerjaan-pekerjaan rancang bangun dapat diteruskan.

Pekerjaan-pekerjaan persiapan lokal, 80% ranncang bangun, proses dan teknik,

training tenaga kerja telah diselesaikan dengan total pengeluaran US $ 95 juta.

Pemerintah memutuskan untuk mengundang partisipasi pihk swasta asing atau

domestik untuk menghidupkan kembali proyk ini baik sebagai usaha patungan atau

bentuk usaha lainnya.

3. Urgensi proyek

Urgensi pembangunan proyek alumina dari bauksit Bintan dapat diutarakan

antara lain:

a. Proyek alumina akan mengunakan bahan baku bauksit kadar rendah dan tidak

dapat diekspor, yang terdapat dalam jumlah cukup banyak di Pulau Bintan.

Dengan demikian, proyek akan memberikan nilai ekonomi terhadap suatu

kekayaan alam yang selama ini belum dimamfaatkan.

b. Proyek alumina, pada umumnya merupakan proyek yang sesuai sifat alumina

sebagai intermediate product untuk bahan baku aluminium, pembangunannya

harus dikaitkan dengan pabrik aluminium. Adanya Proyek Asahan merupakan

kesempatan terbaik untuk membangun proyek alumina di Indonesia, karena

mungkin merupakan kesempatan satu-satunya untuk pemamfaatan kekayaan alam

berupa bauksit kadar rendah tersebut.

c. Walaupun proyek alumina sifatnya “marginal” tetapi sangat disayangkan apabila

proyek Asahan tidak dimamfaatkan, sehingga dimamfaatkan oleh proyek alumina

Page 11: Pertambangan bauksit

di negara lain. Penggunaan alumina Indonesia oleh Proyek Asahan akan

meningkatkan domestik content dari kebutuhan-kebutuhan proyek Asahan secara

berarti, karena alumina adalah bahan baku utama dalam pembuatan aluminium

dan merupakan ± 30% dari biaya produksi aluminium.

d. Adanya proyek alumina di Indonesia yang akan mensupply alumina bagi proyek

Asahan, berarti juga penghematan devisa bagi Indonesia.

4. Sistem Pengolahan/Bayer process

Proses pembuatan alumina (𝐴𝑙2𝑂3 ) dari bauksit dilakukan dengan proses

Bayer. Bauksit mengandung berbagai mineral dengan kadar yang bervariasi. Apabila

kandungan (𝐴𝑙2𝑂3 ) dominan, barulah dinamakan bauksit. Sebagai contoh, baukst

Indonesia dari Pulau Bintan mempunyai komposisi:

Total SiO2 = 13,2 %

Total Al2O3 = 51,5 %

Available = 42,4 %

Fe2O3 = 8,6 %

TiO2 = 0,3 %

Loss on ignition = 26,4 %

Untuk mengekstraksi (𝐴𝑙2𝑂3 ) semurni mungkin dari bauksit dilakukan

dengan proses Bayer. Unsur-unsur lainnya dibuang berupa red mud. Yang dimaksud

dengan available (𝐴𝑙2𝑂3 ) adalah (𝐴𝑙2𝑂3 ) yang dapat diekstraksi dengan sesuai

teknologi ytertentu, sedangkan (𝐴𝑙2𝑂3 ) lainnya adalah merupakan bagian dari

mineral lempung yang tidak dapat diekstraksi.

Garis besar dari proses Bayer terdiri atas :

Page 12: Pertambangan bauksit

a. Proses penggilingan bauksit sampai ukuran tertentu, umpamanya sampai ukuran

minus 35 mesh atau 0,417 mm.

b. Proses melarutkan (𝐴𝑙2𝑂3 ) yang terdapat pada bauksit dengan larutan soda api

(caustic soda) dengan kosentrasi dan temperatur tertentu dengan menggunakan

uap sebagai media penghantar panas dalam tabung bajayg tah terhadap tekanan

yang ditimbulkan uap.

c. Proses untuk memisahkan larutan (𝐴𝑙2𝑂3 ) dari benda-benda padat yang tidak

larut dan disilication product, endapan dari persenyawaan yang terbentuk karena

silika dengan 𝑁𝑎2𝑂 dan 𝐴𝑙2𝑂3 .

d. Penyaringan larutan 𝐴𝑙2𝑂3 dari koloid-koloid dan benda-benda padat lainnya

sehingga diperoleh larutan 𝐴𝑙2𝑂3 yang bening.

e. Endapan benda-benda padat, sebelum dikumpulkan ketempat penimbunan,

terlebih dahulu diusahakan mengambil larutan-larutan 𝐴𝑙2𝑂3 dan caustic soda

yang masih terdapat bersama benda-benda padat itu.

f. Terdapat larutan 𝐴𝑙2𝑂3 bening dilanjutkan dengan proses presipitasi 𝐴𝑙2𝑂3 dan

dengan menambahkan seed yang terdiri dari hidrat 𝐴𝑙2𝑂3 yang halus, proses

presipitasi dipercepat dan membangun partikel-partikel 𝐴𝑙2𝑂3 yang lebih besar

akan tetapi tidak mudah pecah.

g. Endapan hidrat 𝐴𝑙2𝑂3 yang terjadi, selanjutnya diseleksi, hidrat 𝐴𝑙2𝑂3 yang

berukuran lebih besar diambil sebagai produksi, sedangkan hidrat 𝐴𝑙2𝑂3 yang

masih halus dikembalikan kedalam proses presipitasi sebagai seed.

h. Hidrat 𝐴𝑙2𝑂3 yang brukuran lebih besar, selanjutnya dikalsinasi (dipanggang)

sedemikian rupa untuk mengeluarkan kadar air dan molekul air yang terikat dalam

partikel 𝐴𝑙2𝑂3 .

Page 13: Pertambangan bauksit

i. Alumina hasil dari kalsinasi adalah hasil akhir dari pabrik alumina, yang siap

untuk dikapalkan kepabrik peleburan untuk dilebur menjdi logam aluminiu.

PABRIK PELEBURAN ALUMINIUM

Pabrik peleburan aluminium Asahan dikelola oleh sebuah perusahaan patungan antara

Pemerintah Republik Indonesia dan beberapa penanam modal dari Jepang yang tergabung

dalam Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd. dengan peerbandingan saham 41% : 59 %

Di samping membangun pabrik peleburan aluminium dibangun juga Pusat

Pembangkit Tenaga Air (PLTA) di Sigura-gura dan Tangga yang terletak di Sungai Asahan

beserta prasarananya, pelabuhan, perkotaan dan kompleks perumahan.

Proses Hall heroult

Proses Hall Heroult, adalah suatu proses pembuatan aluminium dengan elektrolisa

lelehan alumina dalamm kriolit yang dittemukan secara bersamaan oleh dua peneliti Charles

Marrtin Hall (Amerika) dan Paul T. Heroult di (Perancis) pada tahun 1886, dan skala

produksi kecil, proses ini mulai diterapkan pada tahun 1888.

Proses Hall Hereoult yang pemakaiannya sudah lebih dari 100 tahun, sampai saat ini

dianggap sebagai teknologi yang sepenuh diyakini.

Page 14: Pertambangan bauksit

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran lingkungan dalam industri aluminium dapat terjadi pada setiap kegiatan

mulai kegiatan mulai dari penambangan bauksit, pada pabrik alumina maupun pada pabrik

aluminiumnya.

1. Penambangan bauksit

Sebagai besar penambangan bauksit dilakukan dengan open pit yang didahulu

oleh pengupasan lapisan penutup yang relatif lebih subur tanahnya. Sebagai akibat

terbuangnya lapisan penutup yang subur dan akibat mendalamnya pit tersebut maka

akan terjadi:

Tanah tandus yang tidak subur

Kubangan, sebagai akibat terjadinya bekas galian yang terisi oleh air hujan.

Untuk menghindari pencemaran lingkungan ini dapat dilakukan reklamasi bekas

daerah penambangan dengan mengembalikan bekas lapisan tanah penutup yang relatif

subur yang diikuti dengan penghutanan kembali dengan menamainya dengan tanaman

yang sesuai.

2. Pabrik Alumina

Page 15: Pertambangan bauksit

Red mud (lumpur merah) yang sangat besar jumlahnya merupakan buangan

pabrik alumina yang merupakan sumber pencemaran lingkungan. Setiap ton alumina

yang dihasilkan selalu diikuti dengan pembuangan 1 ton red mud, sehingga dalam

perencanaan lokasi “pabrik alumina” harus dicarikan lokasi pembuangan red mud,

yang struktur tanahnya padat sehingga larutan soda yang terkandung dalam red mud

tidak mencemari tanah di sekitar pembuangan. Pencemaran ini dapat dihindari dengan

pengendalian yang ketat terhadap kemungkinan adanya penetrasi atau pelimpahan

redmud, yang dapat mencemari sumber air disekitarnya.

Dipikirkan juga untuk mengembangkan penelitian pemamfaatan red mud

tersebut, misalnya pemamfaatan kandungan besi yang berada di dalam red mud.

Debu yang terjadi pada bauxite storage dan akan terjadi pada unit kalsinasi,

serta adanya debu kapur (lime) ketika pembuatan cairan dapur juga merupakan

sumber pencemaran lingkungan yang dapt diatasi dengan menggunakan bag collector,

cyclone collector yang diikuti dengan electrostatic precipitator.

3. Pabrik Aluminium dan Daur Ulang

Gas fluoride sebagai buangan pabrik aluminium merupakan sumber

pencemaran. Hal ini dapat di hindari dengan menggunakan dry gas scrubbing process

di mana digunakan alumina sebagai absorbent. Efektiifitas dari pada penangkapan gas

fluoride sangat tergantung pada reaktivitas absorbent. Dilakukannya daur ulang

(recycle) terhadap aluminium scrap (baru, lama, aluminium can dan lain-lain)

merupakan suatu keuntungan lain dalam penggunaan logam aluminium diihat dari

aspek pencemaran ingkungan .

Page 16: Pertambangan bauksit

GAMBARAN BAUKSIT, ALUMINA DAN ALUMINIUM

1. Pola pemamfaatan bijih bauksit

Pola penggunaan bauksit sebagai bahan baku industri pembuatan alumina

(proses Bayer) .

2. Bauksit

90% bauksit dunia yang ditambang di dunia merupakan bahan baku pabrik

alumina dan sisanya 10% untuk kebutuhan non metalurgi (refractoris, chemical

abrasive, cement, proppat) setelah mengalami proses pengeringan/kalsinasi.

Dalam kaitan penggunaan bauksit sebagai bahan baku industri pembuata

alumina dengan proses Bayer, kualitas bauksit tidak ditentukan oleh Total Chemical

Alumina (TCA), tetapi ditentukan oleh besarnya total Available Alumina (TAA) dan

Monohydrate Available Alumina (MAA).

Mineral subsitusi bauksit lebih dari 7,5% berat kerak bumi mengandung

aluminium dan tersebar dalam berbagai mineral diantaranya bauksit dan non bauksit

Page 17: Pertambangan bauksit
Page 18: Pertambangan bauksit

.

3. Alumina

90 – 95% alumina serbuk warna putih akan merupakan bahan baku smelter

aluminium dengan proses reduksi Hall heroult. Di samping itu, 5 – 10% dari produk

proses Bayer merupakan hydrated alumina (chemical grade) sebagai bahan baku

aluminium chemicals, bahan ceramics, calcined alumina, fused alumina, aluminium

flouride.

Page 19: Pertambangan bauksit

4. Aluminium

Aluminium dapat dihasilkan dari 2 macam cara yakni aluminium primer

sebagai hasil proses reduksi alumina dan aluminium sekunder sebagai hasil proses

daur ulang dari bekas-bekas kaleng aluminium, dan lain sebagainya.

Sifat-sifat aluminium antara lain:

Ringan, tahan korosi

Daya hantar listrik 2x lebih besardari logam tembaga, mempunyai daya hantar panas

Reflektip dan tidak beracun

Paduan aluminium adalah kuat dan tegar.