Persiapan Penanaman Budidaya Jamur Tiram
-
Upload
enalindo-indo -
Category
Documents
-
view
221 -
download
5
description
Transcript of Persiapan Penanaman Budidaya Jamur Tiram
PERSIAPAN PENANAMAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Hal-hal yang menunjang budidaya jamur tiram harus diperhatikan sebelum melakukan
penanaman. Persiapan matang membantu menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan
jamur tiram sehingga menunjang keberhasilan budidaya. Langkah-langkah yang harus
dilakukan diantaranya membuat rumah kumbung baglog, rak baglog, menyediakan bibit,
serta menyediakan peralatan budidaya. (Bisa Anda lihat di artikel Persiapan Usaha Budidaya
Jamur Tiram).
Usahakan selama budidaya menggunakan bibit bersertifikat yang dapat dibeli dari petani lain
atau dinas pertanian setempat. Peralatan budidaya untuk jamur tiram cukup sederhana, harga
terjangkau, bahkan kita bisa memanfaatkan peralatan dapur.
Pada dataran rendah, modifikasi bahan media jamur tiram serta takarannya dapat
mengoptimalkan hasil, caranya yakni mengurangi atau menambah takaran tiap-tiap bahan
dari standar umumnya. Pada usaha budidaya skala kecil, perlu juga dilakukan eksperimen
atau percobaan dalam menentukan takaran bahan media agar takarannya tepat. Hal ini perlu
dilakukan mengingat jamur tiram yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh yang berbeda
tentu membutuhkan nutrisi maupun media yang berbeda pula tergantung kondisi lingkungan
setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk budidaya jamur tiram di
dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media serta lingkungan berdasarkan
pengalaman dan kondisi masing-masing.
NUTRISI DAN MEDIA TANAM JAMUR TIRAM
Nutrisi sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk melangsungkan setiap proses
kehidupannya, tak terkecuali jamur tiram. Pada budidaya jamur tiram, jamur memperoleh
nutrisi dari serbuk gergaji, dimana serbuk gergaji ini berfungsi sebagai media tempat tumbuh.
Bahan serbuk gergaji yang baik dapat diperoleh dari bahan kayu keras karena serbuk gergaji
kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil panen. Dalam kayu keras
mengandung selulose dalam jumlah banyak dimana solusose ini sangat dibutuhkan oleh
jamur tiram. Beberapa jenis kayu keras yang bisa dimanfaatkan sebagai media tanam antara
lain dari kayu sengon, kayu kampung, atau kayu mahoni. Serbuk gergaji sebagai media
tumbuh jamur tiram dapat diperoleh dari tempat penggergajian kayu. Sebelum digunakan
sebagai media, perlu dilakukan pengomposan terlebih dahulu pada serbuk gergaji agar dapat
terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga tersedia serta mudah dicerna oleh
jamur tiram. Proses pengomposan serbuk gergaji kayu ini dapat dilakukan dengan cara
menutup serbuk gergaji kayu menggunakan plastik atau terpal selama kurang lebih 1 sampai
2 hari. Jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50°C berarti pengomposan telah berlangsung baik.
Media tanam jamur tiram sebenarnya tidak hanya berasal dari serbuk gergaji kayu saja,
melainkan ada berbagai alternatif pilihan bahan sebagai pengganti serbuk kayu, antara
lainnya dapat berasal dari berbagai macam ampas, seperti misalnya ampas kopi, ampas
kertas, ampas tebu, atau ampas teh. Meskipun demikian, media yang baik untuk budidaya
jamur tiram adalah serbuk gergaji kayu.
Selain serbuk gergaji kayu, media tempat tumbuh juga terdiri dari bekatul (dedak) halus,
tepung jagung, kompos, kapur dan air. Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung
berfungsi sebagai substrat serta penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Pastikan bekatul
atau dedak maupun tepung jagung masih baru agar media dalam keadaan steril. Penggunaan
bahan media yang sudah lama dikhawatirkan pada bahan tersebut sudah terjadi fermentasi
yang dapat berakibat tumbuhnya jenis jamur lain yang tidak dikehendaki (terkontaminasi).
Substrat dedak/bekatul atau tepung jagung sebenarnya berfungsi sama sehingga jika bahan
yang dibutuhkan sulit diperoleh dapat dipilih salah satunya saja. Berdasarkan hasil penelitian,
penggunaan dedak maupun tepung jagung memberikan kualitas hasil jamur tiram yang sama
karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut hampir sama. Akan tetapi penggunaan dedak
dirasa lebih efisien. Penggunaan dedak (bekatul) dapat menekan biaya produksi, selain
harganya lebih murah juga mudah didapat karena selama ini dedak masih banyak
dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Pemberian kapur (CaCo3) pada media selain berfungsi untuk mengatur keasaman media
tanam juga berfungsi sebagai sumber mineral. Keasaman yang sebabkan oleh miselium jamur
ini dapat dinetralisir oleh kalsium dalam kapur, sehingga pemberian kapur pada media tanam
sangat diperlukan untuk mengoptimalkan hasil panen. Adapun komposisi media semai jamur
tiram terdiri dari serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak halus atau bekatul 10kg;
kompos 0,5kg; kapur (CaCo3) 0,5kg; serta air 50-60%. Media tanam kemudian diletakkan
dalam kantong plastik bening tanah panas (PE 0,002) berukuran 20cm x 30cm.
Setelah media tanam siap diisi media, langkah selanjutnya sebelum melakukan penanaman
bibit jamur tiram, perlu dilakukan sterilisasi bahan maupun sterilisasi baglog. Mengingat
budidaya jamur tiram sangat rentan akan serangan hama penyakit sehingga sterilisasi mutlak
diperhatikan oleh pelaku usaha budidaya jamur. Hal terburuk, serangan hama penyakit yang
tidak terkendali dapat menggagalkan panen.
STERILISASI BAHAN DAN BAGLOG BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Proses sterilisasi media tanam penting dilakukan mengingat budidaya jamur disamping
membutuhkan lingkungan budidaya yang selalu bersih juga media tanam yang benar-benar
steril agar hasil panen dapat mencapai optimal serta proses budidaya jamur tiram
menghasilkan keuntungan tinggi. Proses sterilisasi media tanam ini meliputi sterilisasi bahan
dan sterilisasi baglog. Sterilisasi bahan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 100°C.
Sterilisasi ini berlangsung selama 6-8 jam untuk diperoleh hasil lebih baik, dengan
melakukan pemanasan diharapkan mikroorganisme pengganggu dapat ditekan, selain itu juga
bertujuan mengurangi kadar air. Bahan-bahan yang disterilisai berupa serbuk gergaji kayu
dan dedak (bekatul). Sebelum dimasukkan ke dalam oven, serbuk gergaji kayu dan dedak ini
di campur menjadi satu terlebih dahulu kemudian ditambahkan air bersih sekitar 50-60%,
campur bahan hingga benar-benar rata serta kalis agar mudah dikepal. Penambahan air ini
berfungsi membantu proses penyerapan nutrisi oleh miselium.
Kemudian bahan-bahan steril tadi dimasukkan ke dalam plastik sambil ditekan-tekan sedikit
demi sedikit, perlu diperhatikan bahwa bahan-bahan yang dimasukkan harus sepadat
mungkin untuk mengoptimalkan hasil. Semakin padat bahan dalam kantong plastik maka
semakin banyak pula hasil produksi jamur tiram, untuk itu pastikan bahwa pemasukan bahan-
bahan harus benar-benar padat. Tambahkan cincin paralon atau potongan bambu pada bagian
atas kantong plastik terlebih dahulu sebelum akhirnya ditutup menggunakan sumbat kapas
dan diikat dengan karet tahan panas. Cara pemasangan cincin paralon atau potongan bambu
pada budidaya ini yaitu dengan memasang paralon atau potongan bambu pada bagian atas
plastik, lalu masukkan seluruh bagian ujung plastik ke dalam lubang peralon atau potongan
bambu, tarik kuat-kuat kemudian lipatlah ujung plastik yang telah masuk ke dalam lubang
paralon atau potongan bambu ini ke arah sisi luar. Setelah itu baru ikatlah plastik dengan
kuat. Sebagai gambaran, hasil akhir dari proses cara pemasangan paralon atau potongan
bambu ini adalah bagian ujung baglog terdapat lubang peralon atau potongan bambu sebagai
tempat munculnya jamur tiram.
Setelah dilakukan sterilisasi bahan, proses sterilisasi media tanam selanjutnya adalah
sterilisasi baglog. Sterilisasi baglog pada budidaya ini dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu sterilisasi baglog menggunakan autoclave atau pemanas/Steamer dan sterilisasi
menggunakan drum minyak. Cara sterilisasi dapat disesuaikan kondisi masing-masing,
masing-masing metode memiliki kelebihan maupun kelemahan sendiri-sendiri. Secara
prinsip, kedua cara ini dapat menciptakan lingkungan kondusif untuk pertumbuhan jamur
tiram.
Sterilisasi Baglog Menggunakan Autoclave atau Pemanas/Steamer
Sterilisasi baglog menggunakan autoclave atau pemanas/steamer membutuhkan waktu relatif
sebentar, cukup selama 15 menit saja. Pemanasan cara ini dilakukan pada suhu 121°C.
Caranya pun cukup mudah, baglog yang sudah siap serta sudah disteril bahan terlebih dahulu
tentunya tinggal dimasukkan saja ke dalam autoclave. Keuntungan sterilisasi baglog
menggunakan cara ini adalah dapat menghemat waktu, namun membutuhkan biaya tinggi
untuk investasi alat. Meskipun demikian untuk budidaya jangka panjang serta
berskinambungan justru akan lebih menguntungkan.
Sterilisasi Baglog Menggunakan Drum Minyak
Sterilisasi baglog menggunakan drum memiliki keuntungan lebih murah jika dibandingkan
dengan sterilisasi menggunakan autoclave atau pemanas/steamer sehingga dapat menekan
biaya produksi. Namun membutuhkan waktu lama dalam proses sterilisasinya. Selain itu,
drum minyak pun harus berkapasitas besar agar dapat menampung kurang lebih 50 baglog
agar lebih menghemat waktu sehingga juga dapat menekan biaya produksi. Cara sterilisasi
baglog menggunakan cara ini sebenarnya juga cukup mudah, yaitu cukup memanaskannya di
atas kompor minyak atau api. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk proses pemanasan
sekitar 8 jam.
PENDINGINAN
Setelah melakukan proses sterilisasi, baik sterilisasi bahan maupun sterilisasi baglog, langkah
selanjutnya adalah proses pendinginan. Pada poses ini, baglog yang sudah disterilisasi tadi,
yaitu selama 15 menit untuk sterilisasi menggunakan autoclave atau pemanas/steamer dan 8
jam untuk sterilisasi menggunakan drum, baglog harus didinginkan sebelum dilakukan
penanaman. Pastikan baglog sudah menjadi dingin terlebih dahulu sebelum melakukan
penanaman, baru setelah benar-benar dingin kemudian dilakukan penanaman bibit jamur
tiram.
PERSIAPAN PENANAMAN JAMUR TIRAM
Steril merupakan kunci utama keberhasilan budidaya, untuk itu kebersihan harus tetap terus
dijaga serta lebih ditingkatkan. Persiapan sebelum melakukan penanaman jamur tiram
terutama sekali adalah dalam hal kebersihan ini, baik kebersihan alat, tempat, maupun tenaga
kerja. Tempat penanaman jamur tiram harus disterilisasi terlebih dahulu menggunakan
disinfektan untuk mengurangi terjadinya kontaminasi yang tidak diinginkan sehingga
budidaya jamur tiram semakin optimal. Alat yang akan digunakan untuk menanam juga harus
disterilisasi menggunakan alkohol serta dipanaskan terlebih dahulu. Selain itu, tanaga kerja
juga dianjurkan untuk memakai masker penutup terutama penutup hidung dan mulut
sehingga kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri (mikroorganisme pengganggu) melalui
mulut maupun hidung tenaga kerja dapat diminimalisir.
PENANAMAN JAMUR TIRAM
Penanaman jamur tiram dilakukan setelah semuanya dipastikan steril. Selama proses ini perlu
diperhatikan suhu serta kelembaban udaranya. Suhu udara kondusif sangat diperlukan untuk
menunjang pertumbuhan miselium jamur tiram, suhu yang dibutuhkan berkisar antara 23-
28°C, dengan suhu udara optimun pada 25°C. Siram lantai menggunakan air atau semprot
lokasi menggunakan tangki sprayer jika cuaca terlalu terik dan berangin. Hal ini dilakukan
untuk menurunkan suhu udara pada kisaran suhu ideal. Atur juga sirkulasi udara pada tempat
budidaya jamur agar jamur tiram tetap mendapatkan udara segar. Tutup sebagian lubang
sirkulasi udara jika angin sedang bertiup kencang. Pastikan kondisi lingkungan tetap kondusif
untuk menopang pertumbuhan jamur tiram.
PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Seperti halnya dalam budidaya lain, pemeliharaan tanaman merupakan faktor penting. Dalam
hal ini, pemeliharaan selama budidaya adalah mengenai pengendalian hama penyakit jamur
tiram. Hal ini penting sekali mengingat hama penyakit pasti selalu menyerang pada setiap
budidaya apa saja terutama di bidang pertanian. Meskipun saat pembuatan baglog sampai
penanaman semua media maupun tempat sudah disterilisisai, namun hama penyakit pasti
selalu datang di setiap fase. Untuk mengoptimalkan hasil produksi, meminimalisir resiko
serta mengendalikan hama penyakit adalah langkah-langkah paling tepat.
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Serangan hama dan penyakit antara tempat satu dengan tempat lainnya pada budidaya jamur
tiram berbeda-beda, cara pengendalian hama dan penyakit ini pun tentunya tidak sama,
tergantung jenis hama maupun penyakit apa yang sedang menyerang. Hal ini disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang berbeda-beda pula antara satu tempat dengan lainnya serta
kebersihan lokasi budidaya atau rumah kumbung. Selain faktor lingkungan, serangan hama
penyakit dapat bersumber dari jamur tiram itu sendiri terutama saat melakukan proses
sterilisasi baik saat melakukan sterilisasi bahan media tanam maupun sterilisasi baglog.
Dimungkinkan terjadi kesalahan saat melakukan sterilisasi ini sehingga mudah
terkontaminasi oleh kondisi lingkungan setempat.
HAMA JAMUR TIRAM
Hama pengganggu selama proses budidaya jamur tiram meliputi hama ulat, kleket, semut,
serta laba-laba. Pengamatan setiap hari di lapangan perlu dilakukan agar serangan hama dapat
terdeteksi lebih dini sehingga mengurangi resiko kegagalam panen. Berikut ini deskripsi
singkat mengenai hama pengganggu berikut cara pengendaliannya:
Ulat
Hama utama jamur tiram adalah hama ulat. Hama ini muncul ketika kelembaban udara tinggi,
kebersihan lingkungan tidak terjaga, serta akibat kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau
tangkai jamur maupun jamur yang tidak terpanen. Pencegahan hama ulat dilakukan dengan
mengatur sirkulasi udara untuk mengatur kelembaban, pemanenan lebih hati-hati sehingga
tidak banyak pangkal atau batang maupun jamur tiram yang tidak terpanen, serta menjaga
kebersihan lokasi kumbung. Pengendalian secara kimiawi dengan melakukan penyemprotan
formalin di sekitar lokasi rumah kumbung.
Kleket (sejenis moluska), Semut dan Laba-laba
Pengendalian hama kleket, semut dan laba-laba dapat dilakukan dengan dua cara, baik secara
mekanis maupun kimiawi. Secara mekanis, pengendalian hama semut dan laba-laba dapat
dengan melakukan pembongkaran pada sarangnya, kemudian disiram menggunakan minyak
tanah. Sedangkan hama kleket seringkali dijumpai pada mulut baglog cukup diambing
menggunakan tangan. Secara kimiawi, hama tersebut dapat dikendalikan dengan
penyemprotan insektisida untuk semut dan laba-laba serta pemberian molustisida untuk hama
kleket. Namun, pengendalian kimiawi hendaknya dijadikan alternatif terakhir karena produk
jamur tiram merupakan produk organik. Selain ramah lingkungan, pengendalian hama kleket,
semut maupun laba-laba secara mekanis juga menekan biaya produksi.
PENYAKIT JAMUR TIRAM
Penyakit pengganggu selama budidaya jamur tiram meliputi jamur parasit dan tangkai jamur
memanjang. Seperti halnya pada cara pengendaian hama, pengamatan setiap hari di lapangan
juga perlu dilakukan agar hasil panen optimal. Berikut ini deskripsi singkat mengenai
penyakit beserta cara pengendaliannya:
Jamur Parasit
Seperti telah berulangkali dibahas sebelumnya, bahwa kebersihan merupakan kunci utama
keberhasilan budidaya. Rumah kumbung maupun peralatan yang digunakan selama proses
produksi harus selalu dalam keadaan steril untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme
pengganggu yang tidak diinginkan, bahkan dapat menggagalkan budidaya jamur. Jika
kebersihan maupun faktor lingkungan (suhu, kelembaban, dll) kurang mendukung, biasanya
sering terjadi pada baglog banyak ditumbuhi penyakit cendawan maupun jamur lain yang
tumbuh seiring pertumbuhannya. Missellium cendawan atau jamur parasit tersebut saling
berebut untuk melakukan pertumbuhan sehingga sering mengakibatkan pertumbuhan menjadi
terhambat, bahkan terkadang menyebabkan tidak tumbuh. Jamur parasit ini berisifat patogen,
gejalanya ditandai munculnya miselium berwarna kuning, hijau, hitam, disertai lendir pada
substrat. Jamur parasit yang biasa menyerang selama proses budidaya adalah Penicillium sp.,
Rhizopus sp., Aspergillus sp., serta Mucor sp.. Jamur ini menyerang substrat atau baglog
dengan cara tumbuh bersaing dengan tanaman pokok. Penyakit ini menyerang baglog tertutup
maupun terbuka. Pengendalian jamur penganggu dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
yang berhubungan dengan proses budidaya (baik kumbung, baglog, peralatan, maupun tenaga
kerja), musnahkan baglog terserang jamur parasit dengan cara dibakar, serta mengatur
kelembanan udara di sekitar lokasi kumbung.
Tangkai Jamur Memanjang
Penyakit tangkai jamur memanjang merupakan penyakit fisiologis yang sering dijumpai
selama prses budidaya, ditandai tangkai jamur tiram memanjang dengan tubuh jamur kecil
tidak dapat berkembang maksimal. Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena
kelebihan CO2 akibat ventilasi udara kurang sempurna. Pencegahan penyakit tangkai
memanjang adalah mengatur ventilasi seoptimal mungkin pada rumah kumbung sehingga
sirkulasi udara berjalan sempurna sesuai kebutuhan pertumbuhannya.
PANEN JAMUR TIRAM
Kegiatan ini merupakan hasil akhir dari proses budidaya yang sangat dinanti-nantikan oleh
para petani. Mereka bisa tersenyum senang manakala hasil budidayanya menuai keberhasilan,
sebaliknya bahkan bisa menangis penuh kesedihan manakala hasil panen tak sesuai harapan.
Pemanenan jamur tiram ini dilakukan secara bertahap. Pada prinsipnya, jamur tiram siap
panen sudah berukuran cukup besar dengan tepi meruncing tetapi belum mekar penuh (belum
pecah). Namun, dapat juga disesuaikan dengan permintaan pasar. Panen biasanya dilakukan
saat berumur 40 hari setelah pembibitan. Pada kondisi ini, tubuh jamur tiram sudah
berkembang maksimal, berkisar antara 3 mingguan dari saat buah jamur terbentuk.
PENANGANAN PASCA PANEN JAMUR TIRAM
Setelah pemanenan selesai dilakukan, masih memerlukan proses penangan lebih lanjut untuk
meningkatkan keuntungan. Penanganan ini disesuaikan dengan permintaan pasar tujuan.
Upaya penanganan pascapanen biasanya meningkatkan hasil antara 25%-100% tergantung
kesepakatan maupun pasar tujuan. Untuk mendapatkan produk berkualitas baik serta
memenuhi kriteria permintaan pasar modern, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
seperti di bawah ini:
Pencucian
Penggunaan pestisida dalam budidaya jamur tiram mungkin belum bisa dihindari oleh para
petani baik petani hortikultura maupun petani jamur tiram. Hal ini sangat dimaklumi karena
kesadaran masyarakat kita masih sangat rendah baik di tingkat konsumen maupun petani,
ditambah perekonomian masyarakat juga masih sangat rendah. Mayoritas konsumen di
Indonesia menginginkan produksi pertanian berkualitas super bahkan organik tetapi dengan
harga murah, sedangkan para petani menginginkan produktivitas tinggi dengan sedikit resiko
karena harga jualnya juga rendah sehingga mereka tetap berorientasi mencari laba atau
keuntungan. Suatu masalah yang sangat bertolak belakang, dan perlu dicarikan titik temu.
Namun, bagi para petani jamur tiram, ada cara untuk meminimalisir hasil panen dari residu
pestisida, yaitu melakukan pencucian menggunakan air bersih sehabis panen, kemudian
pangkal jamur dipisahkan dari tubuhnya. Biasanya residu pestisida mengendap pada pangkal
batang ini, sedangkan pada tubuh buah jamur tiram residu pestisida diminimalisir oleh
pencucian tersebut.
Sortasi Hasil Panen
Setelah dilakukan pencucian, langkah selanjutnya pada proses pascapanen adalah penyortiran
atau sortasi. Keseragaman hasil merupakan syarat utama untuk pemasaran agribisnis modern,
baik keperluan ekspor maupun supermarket. Sortasi atau penyortiran dilakukan dengan
memisahkan bentuk maupun ukuran tertentu. Biasanya masing-masing pasar menentukan
standar ukuran berbeda-beda, disesuaikan tingkat kebutuhan konsumen setempat.
Pengemasan dan Transportasi
Masalah penting dalam penangan pascapanen adalah pengemasan (packing) maupun
transportasi, karena model pengemasan merupakan salah satu bagian penting untuk
mendongkrak keuntungan. Pada pasar modern masalah pengemasan bahkan mampu
meningkatkan harga jual hingga 100% tergantung permintaan konsumen. Untuk keperluan
ini, jamur tiram segar dikemas menggunakan plastik kedap udara. Pengemasan semacam ini
bertujuan meminimalisir resiko kerusakan, semakin sedikit udara di dalam plastik, maka
semakin tahan lama untuk disimpan. Tidak hanya itu, penggunaan plastik kedap udara
bahkan dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2 sampai 4 hari. Sedangkan
untuk pengangkutan jarak jauh, alat transportasi sebaiknya menggunakan ruangan pendingin
agar kestabilan kesegarannya tetap terjaga sehingga meminimalisir resiko