Persepsi Pengguna Air, Sebuah Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan...
-
Upload
rita-mustikasari -
Category
Documents
-
view
98 -
download
0
description
Transcript of Persepsi Pengguna Air, Sebuah Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Aktifitas Ekonomi dalam Pendekatan...
-
1
-
2
PERSEPSI PENGGUNA AIR
SEBUAH PANDUAN ANALISA NAFKAH HIDUP DAN AKTIFITAS EKONOMI DALAM PENDEKATAN NEGOSIASI MENUJU PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU
R ITA MU S T IKA SAR I
Editor Bahasa Indonesia: Nonet Sudiyah Istichomah dan Sheila Kartika
-
3
Serial publikasi ini merupakan keluaran dari proyek Program peningkatan kapasitas diri
bagi Telapak dan mitranya dalam mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi menuju
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (CDP IWRM NA).
MoU: 313-2009-527-CN antara Telapak dan Both ENDS, Belanda.
Both ENDS menerima dana dari DGIS/PSO asosiasi organisasi pembangunan Belanda untuk menguatkan Kelompok Masyarakat Sipil dalam mengimplementasikan Pendekatan
Negosiasi (NA). Ini merupakan sebuah usaha dalam proses pembuatan kebijakan yang
bertujuan menguatkan aktor lokal yang mampu terlibat penuh dalam semua tingkatan
pembuatan kebijakan.
Email: [email protected]
Website: www.bothends.org
Telapak
Email: [email protected]
Website: www.telapak.org
www.air.telapak.org
Juli 2011
-
4
UCAPAN TERIMAKASIH
Program peningkatan kapasitas diri bagi Telapak dan mitranya ini (CDP IWRM NA)
merupakan sebuah training dan kesempatan yang baik untuk memperdalam pengetahuan
dan pemahaman di bidang air dan pengembangan network dan kredibilitas Telapak,
Perkumpulan Bumi Sawerigading (PBS) dan Yayasan Ulayat Bengkulu (YUB). Penulis
berharap semakin banyak Anggota Telapak dan mitranya, dan masyarakat luas yang tertarik
dan terlibat penuh dalam pengelolaan air, dan lebih jauh lagi mengambil peran aktif dalam
setiap tahapan manajemen (pembuatan perencanaan, implementasi dan monitoring-evaluasi)
dan mampu menegosiasikan kepentingannya hingga mempengaruhi pembuatan kebijakan.
Terimakasih kepada Rob Koudstaal yang menjadi penasihat Proyek CDP, yang dengan
sepenuh hati mendampingi Tim CDP selama 2,5 tahun terakhir sejak kehadiran pertamanya
di Kedai Telapak pada Desember 2007. Will Burghorn telah membantu menajamkan
pengetahuan antropologi dan sensitivitas atas isu sosial yang menjadi roh utama serial buku
output Proyek CDP ini. Christa Nooy telah mendukung keberlanjutan kegiatan ini, terus
memberi semangat, menunjukkan peluang pengembangan konsep Pendekatan Negosiasi
(NA), dan lebih jauh menghubungkannya dengan forum internasional.
Terimakasih kepada teman-teman di Telapak, PBS dan YUB. Mari kita bersama-sama
menggunakan serial publikasi ini untuk mengembangkan dengan lebih baik pengetahuan
tentang Daerah Aliran Sungai di wilayah kita masing-masing dan mendukung para
pengguna air dalam menegosiasikan kepentingan mereka untuk pendekatan yang seimbang
antara pengurangan kemiskinan, penggunaan air secara berkelanjutan dan pembangunan
ekonomi.
Penulis
Beruntunglah karena berada diantara banyak teman yang terus
menantang untuk menemukan keindahan dari setiap langkah telapak
kaki perjalanan kita dan sekaligus mengingatkan betapa rapuhnya kita
semua ketika orang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
-
5
PENGANTAR TELAPAK
Masyarakat sebagai pemegang hak (right holder), seperti yang dimandatkan di dalam
Undang-Undang Dasar tahun 1945, akan dijamin oleh negara untuk mendapatkan air bagi
pemenenuhan kebutuhan pokok di dalam kehidupannya sehari-hari. Agar dapat
terselenggara dengan baik, maka Undang-Undang no 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air mengatur pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan melibatkan peran
masyarakat. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk memastikan keterlibatan
masyarakat dan organisasinya dalam perencanaan maupun pelaksanaan pengelolaan
sumber daya air di Indonesia.
Di tataran praktek pada kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan masyarakat yang
secara aktif dan arif menjaga dan memanfaatkan sumber daya air untuk pemenuhaan
kebutuhan atas air. Dengan fakta seperti ini, sudah seharusnya pemerintah memberikan
pengakuan atas upaya mereka dalam mengelola sumber daya air dan menyediakan ruang
seluas-luasnya agar terlibat dalam penentuan kebijakan pengelolan sumber daya air
karena menyangkut keberlanjutan kehidupan mereka.
Agar keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sumber daya air bisa berjalan efektif,
maka hal penting yang dibutuhkan adalah mempersiapkan kapasitas dan kemampuan
masyarakat dalam memberikan argumen dan masukan yang konstruktif, dalam proses-
proses bernegosiasi dengan para pengambil kebijakan. Sejalan dengan itu, kami
menyambut baik terbitnya serial buku Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi
(AL&AA)1.
Telapak dan Both END berharap pemerintah akan memastikan ruang bagi masyarakat
untuk berkontribusi dan berperan serta di dalam proses-proses penentuan kebijakan dan
intervensi pengelolaan sumber daya air. Semoga rangkaian serial publikasi ini dapat
memberikan manfaat sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi
kelompok masyarakat sipil untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
dan pengelolaan sumber daya air di Indonesia yang lebih baik dan adil. Karena air adalah
hak asasi setiap warga negara di Indonesia.
Bob Purba,
Badan Pengurus Telapak, Indonesia
Anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional
1 Serial publikasi CDP IWRM NA terdiri dari:
Persepsi Pengguna Air, Sebuah Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi menuju Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu.
Hasil Uji Coba Penerapan Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi di DAS Lamasi.
Analisis Permasalahan DAS Lamasi
Gambaran Umum Permasalahan Pengelolaan Air di DAS Air Bengkulu
-
6
PENGANTAR BOTH ENDS
Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa komunitas masyarakat dan penduduk
pedesaan di seluruh dunia mampu mengelola atau terlibat menjadi pengelola-bersama (co-
manage) sungai, danau dan air tanah (groundwater) yang ada di kawasannya. Secara berangsur terjadi peningkatan perhatian pemerintah, dimana mereka mulai mengenali
adanya kebutuhan mendudukkan masyarakat menjadi pengelolaan air yang sesungguhnya
terjadi setiap harinya dalam kehidupan keseharian mereka, juga melibatkan masyarakat
dalam penetapan kebijakan terkait pengelolaan air.
Both ENDS dan Telapak bekerja bersama-sama mempromosikan kisah sukses model
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alamnya. Kerjasama ini
berdasarkan pada keyakinan bahwa kesuksesan dan efektifitas pengelolaan sumber daya
hanya bisa terjadi jika masyarakat memiliki kapasitas dan kesempatan untuk
mengembangkan diri dan menegosiasikan visi dan solusi atas persoalan pengelolaan
sumber daya yang mereka hadapi.
Masyarakat punya keinginan untuk mengelola sendiri dan memahami sumber dayanya agar
bisa menggunakan ekosistem alam seperti sungai dan danau yang ada di kawasan tempat
mereka tinggal. Mengingat hal ini, Both ENDS menyambut baik terbitnya Buku Panduan
Studi Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas (AL&AA) dan serialnya. Buku-buku ini
akan membantu masyarakat luas dan kelompok masyarakat pengguna air lainnya untuk
memahami aktivitas ekonomi dan berbagai hal terkait aktor multi-pihak yang terlibat di suatu
Daerah Aliran Sungai (DAS). Lebih jauh Analisa Permasalahan Bersama yang dihasilkan
dari pelaksanaan Studi AL&AA ini bisa menjadi pegangan bersama bagaimana
menempatkan persoalan yang dihadapi masyarakat lokal ke dalam konteks politik dan
ekonomi yang lebih luas (geopolitical and geo-economic context). Serial publikasi ini akan
meningkatkan kapasitas masyarakat pengguna air untuk memimpin secara efektif
bagaimana seharusnya pengelolaan air yang terjadi di DAS tempat mereka tinggal. Serial
yang ditulis untuk konteks persoalan air di Indonesia ini bisa menjadi contoh pembuatan alat
kerja NA serupa yang akan dikembangkan di negara-negara lain.
Both ENDS dan Telapak terus berharap agar sungai tetap mengalir bebas untuk keuntungan
masyarakat luas dan pengguna air lainnya yang tegantung atas keberadaannya. Saya
percaya bahwa kerja-kerja Telapak selama ini berguna untuk organisasi masyarakat sipil
dan berkontribusi atas terwujudnya aspirasi masyarakat pengguna air di Indonesia atas
sungai yang terus bebas mengalir.
Danielle Hirsch
Direktur Both ENDS, Belanda
-
7
DAFTAR ISI
Ucapan Terimakasih ........................................................................................................................................................ 4
Pengantar Telapak ........................................................................................................................................................... 5
Pengantar BOTH ENDS ................................................................................................................................................... 6
Daftar Singkatan ........................................................................................................................................................... 10
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................................................................... 11
I.1 TUJUAN DAN KONTEKS ............................................................................................................................ 11
I.2 JUSTIFIKASI DAN KEGUNAAN BAGI Telapak ............................................................................... 13
II. KONSEP ..................................................................................................................................................................... 15
II.1 KONSEP Analisa Nafkah Hidup .............................................................................................................. 16
II.2 KONSEP ANALISA AKTIFITAS .............................................................................................................. 20
II.2.1. PERTANIAN ............................................................................................................................................ 21
II.2.2. PROSES INDUSTRI ............................................................................................................................ 22
III. Kegiatan Lapangan untuk Analisa Nafkah Hidup.................................................................................. 23
III.1 Ciri Khusus Analisa Nafkah Hidup ........................................................................................................ 23
III.2. TAHAPAN ......................................................................................................................................................... 24
III.2.1 IDENTIFIKASI KELOMPOK RENTAN ....................................................................................... 25
III.2.2. Susunan KuEsioner dan Pelatihan Enumerator................................................................... 26
III.2.3. Susunan Kuesioner dan Pelatihan Enumerator ................................................................... 27
III.2.4. Penentuan sampel dan Wawancara .......................................................................................... 28
III.2.5. Penjabaran (juga Rangkuman Harian) ..................................................................................... 29
III.2.6. Ringkasan dan Interpretasi ............................................................................................................. 29
III.2.7. FGD; Kemungkinan Kelanjutan (Cek Hasil dan Buat Kesimpulan) ............................ 30
IV. Kegiatan Lapangan untuk Analisa Aktifitas ............................................................................................. 31
IV.1. Ciri Khusus Analisa Aktifitas di Lapangan ....................................................................................... 31
IV.2. Tahapan ............................................................................................................................................................ 32
IV.2. 1. Identifikasi Aktifitas kritis ................................................................................................................ 32
-
8
IV.2.2. Penyusunan Isu-isu Relevan dan Informasi yang Dibutuhkan .................................... 33
IV.2.3. Susunan Kuesioner dan Pelatihan Enumerator................................................................... 33
IV.2.4. Penentuan sampel dan Wawancara .......................................................................................... 33
IV.2.5. Penjabaran (juga Rangkuman Harian) ..................................................................................... 34
IV.2.6. Ringkasan dan Interpretasi ............................................................................................................ 34
IV.2.7. Kemungkinan Kelanjutan (Cek Ulang Hasil dan Buat Kesimpulan) .......................... 34
V. Pelaporan Kegiatan Lapangan ........................................................................................................................ 36
V.1. Laporan Analisa Nafkah Hidup ............................................................................................................... 38
V.2. Laporan Analisa Aktifitas ........................................................................................................................... 38
VI. Isu-isu Kunci ............................................................................................................................................................ 40
PUSTAKA ........................................................................................................................................................................ 41
LAMPIRAN 1. KUESIONER ANALISA NAFKAH HIDUP (LA) ........................................................................ 42
1. BARANG MODAL: URAIAN TENTANG ASET ........................................................................................ 42
1.1. Aset Manusia ................................................................................................................................................. 43
1.2. Aset Kepemilikan Sumberdaya Alam .................................................................................................. 43
1.3. Aset Finansial ................................................................................................................................................ 44
1.4. Aset Fisik/Alatalat Berat ....................................................................................................................... 44
1.5. Aset Sosial .................................................................................................................................................... 44
2. AKTIVITAS / STRATEGI KEHIDUPAN ......................................................................................................... 45
Tipe-tipe ProduK dan non-produK ............................................................................................................. 45
3. PENDAPATAN (INCOME) DAN ALOKASI PENGGUNAANNYA. ......................................................... 46
4. KEAMANAN DAN KETAHANAN HIDUP ...................................................................................................... 47
4.1. Titik lemah dan kelentingan bertahan hidup ............................................................................ 47
4.2. Hubungan dan Ketergantungan terhadap air ........................................................................... 47
4.3. Alasan Kerentanan dan Solusinya ................................................................................................. 48
5. HARAPAN DAN HAMBATAN, TERMASUK DI DALAMNYA ISU KELEMBAGAAN ....................... 48
6. TABEL-TABEL ANALISA LIVELIHOOD ........................................................................................................ 49
LAMPIRAN 2. KUESIONER ANALISIS AKTIVITAS UNTUK KEGIATAN PERTANIAN ........................ 51
I. FUNGSI PRODUKSI........................................................................................................................................ 52
-
9
I.1. Lahan ................................................................................................................................................................ 53
I.2. Aspek Produksi:........................................................................................................................................... 53
I.3. Ekonomi .......................................................................................................................................................... 55
I.4. Contoh tabel output dan input pertanian ....................................................................................... 55
I.5. ORGANISASI KELOMPOK TANI ........................................................................................................... 56
I.6. INTERVENSI PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN .............................................................................. 57
II. PERMASALAHAN DALAM ANALISA AKTIVITAS ..................................................................... 57
III. HARAPAN UNTUK PENINGKATAN ................................................................................................ 58
III.1. Harapan dan Inisiatif untuk Perbaikan ........................................................................................ 58
III.2. TANTANGAN UNTUK MELAKUKAN PENINGKATAN ................................................................ 59
IV. Ketergantungan terhadap air. ....................................................................................................... 59
Lampiran 4. Perhitungan Biaya Produksi dan PENDAPATAN PETANI SAWAH IRIGASI
DAN NON-IRIGASI DI DAS LAMASI ..................................................................................... 62
Lampiran 5. Tabel Input and Output Kegiatan Pertanian di DAS Lamasi ....................................... 64
-
10
DAFTAR SINGKATAN
AA: Analisa Aktifitas
BPS: Biro Pusat Statistik CDP IWRM NA: Telapaks Capacity Development Project for Negotiated Approach
to Integrated Water Resources Management; Proyek Peningkatan Kapasitas Diri Telapak dan Mitranya dalam Mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi menuju Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
DAS: Daerah Aliran Sungai
FGD: Focus Group Discussion; Kelompok Diskusi Terarah
Ha: Hektar
IDR: Indonesian Rupiah; Rupiah
IWRM: Integrated Water Resources Management; Pengelolaan Sumber Daya Air
Terpadu
KDL: Komite DAS Lamasi
LA: Analisa Nafkah Hidup
NA: Negotiated Approach; Pendekatan Negosiasi
NGO: Lembaga Swadaya Masyarakat
PBS: Perkumpulan Bumi Sawerigading
PKK: Program Kesejahteraan Keluarga
PT: Perseraan Terbatas
Posyandu: Pos Pelayanan Terpadu
PPL: Petugas Penyuluh Lapang
RRA: Rapid Rural Appraisal
RT: Rukun Tetangga
Susenas: Survey Sosial dan Ekonomi Nasional
YUB: Yayasan Ulayat Bengkulu
-
11
I. PENDAHULUAN
I.1 TUJUAN DAN KONTEKS
Analisa Nafkah Hidup2 dan Analisa Aktifitas (AL&AA) adalah alat penting dalam
Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu (IWRM). Keduanya adalah alat untuk
mengumpulkan dan menganalisis informasi mengenai pengguna air dari kacamata
persepsi pengguna air itu sendiri (rumah tangga) dan kegiatan ekonomi apa saja
yang terjadi di suatu kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS). Hasil dari AL&AA
bertujuan untuk menggambarkan apa yang dimaksud persepsi pengguna air
terhadap sumber daya air dan pengelolaannya. Melalui AL&AA kita dapat
memahami apa harapan, pertimbangan masyarakat, dan alternatif lain dari program
pembangunan yang telah dilakukan pemerintah di desa setempat.
Persepsi dari pengguna air dibutuhkan untuk penerapan Pendekatan Negosiasi
(NA)3 yang bertujuan melibatkan semua pengguna air menuju terwujudnya IWRM
yang nyata berguna dan berkelanjutan (idealnya pengelolaan ini terjadi dalam
lingkup satu DAS). Persepsi yang terdokumentasi dengan baik dapat memberi
masukan dalam diskusi yang melibatkan semua pihak baik dari pemerintah, swasta,
atau pengguna air lainnya dimana semua pihak memiliki kedudukan yang sama.
Setiap pihak akan memiliki persepsinya masing-masing mengenai sumber daya air
yang ada dalam suatu kawasan DAS dan perbedaan ketertarikan dalam cara
pemanfaatannya. Jika semua pihak bersikukuh dengan pandangannya sendiri, akan
terjadi perebutan dimana setiap pihak berjuang mendapatkan jatah air yang terbaik,
dan pihak yang kuat dan memiliki informasi terbaik akan memiliki keuntungan
dibanding yang lain. Pendekatan Negosiasi bertujuan memfasilitasi terjadinya dialog
multi-pihak dengan dasar informasi yang netral dan pemahaman bersama atas
persoalan air yang dihadapi setiap pihak pengguna air di DAS yang sama atau
dialog dengan pihak lain yang memiliki kepentingan terhadap sumber daya air atau
sumber daya alam lainnya yang terkandung di DAS tersebut.
AL dan AA akan menghasilkan laporan yang terdokumentasi dan memberi ringkasan
informasi potret sekilas sebuah DAS serta memberikan analisis tahap awal tentang
berbagai persoalan dan aktor yang terlibat dalam pengelolaan air. Hasil laporan
AL&AA tersebut dianggap sebagai kontribusi penting untuk lahirnya sebuah analisa
masalah yang disusun dan disepakati oleh semua pihak pengelola air, dan
mengakui persepsi berbagai pengguna air seperti petani dan nelayan. Terbentuknya
sebuah dokumen Analisa Permasalahan Bersama adalah tahap awal yang baik
menuju implementasi NA, karena menjadi dasar penting untuk lahirnya bentuk
pengelolaan alternatif untuk pengelolaan sumber daya air terpadu. Tiga poin
2 Analisa Nafkah Hidup adalah terjemahan dari Livelihood Analysis, yang kemudian dalam tulisan
ini disingkat menjadi AL.
3 Pendekatan Negosiasi adalah terjemahan dari Negotiated Approach, yang kemudian dalam
tulisan ini disingkat menjadi NA.
-
12
pertimbangan untuk menulis Analisa Permasalahan Bersama yang seimbang
diantara persoalan:
Pengentasan kemiskinan berdasarkan persepsi masyarakat lokal;
Pemanfaatan sumber daya alam terkait secara berkelanjutan; dan
Pengembangan ekonomi daearah/nasional.
Sumber untuk AL&AA adalah wawancara dengan pengguna air, konsultasi pakar
dan pengumpulan informasi sekunder. Panduan ini fokus pada wawancara dan
kegiatan lapangan yang dibutuhkan untuk mengkaji posisi petani pengguna air dan
kegiatan pertaniannya. Pengguna air lainnya dilihat secara singkat karena
terbatasnya cakupan dalam Projek CDP ini; pertanian adalah aktifitas penting dari
segi sosial, ekonomi, dan manajemen penggunaan air di Indonesia, dan kelompok
petani pengguna air adalah kelompok prioritas bagi kerja pendampingan LSM.
Panduan ini adalah salah satu output dari Proyek Peningkatan Kapasitas Diri
Telapak dan Mitranya dalam Mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi menuju
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (CDP IWRM NA). Proyek peningkatan
kapasitas diri ini, yang dilaksanakan antara Agustus 2008 sampai April 2011,
bertujuan mendorong LSM mitra Telapak untuk mengembangkan kapasitasnya
untuk berperan dalam pengelolaan sumber daya air di Indonesia.
Panduan ini disusun dari berbagai pertemuan selama berlakunya proyek selama 32
bulan dan 13 pertemuan. Kuesioner disusun, berdasarkan pengalaman Telapak
mengerjakan proyek lain mengenai pengelolaan sumber daya alam oleh masyarakat
lokal (termasuk sumber daya hutan, laut, dan air). Dibawah Proyek CDP panduan ini
telah diuji di dua daerah aliran sungai: DAS Lamasi (Kabupaten Luwu, Sulawesi
Selatan) dan DAS Air Bengkulu (Kabupaten Bengkulu, Bengkulu), sedangkan
metode in telah diterapkan Telapak di lima daerah aliran sungai lainnya: DAS
Serayu di Jawa Tengah, DAS Kampar di Riau, DAS Way Seputih di Lampung, DAS
Brantas di Jawa Timur, dan DAS Cisadane di Jawa Barat. Di DAS Lamasi,
pelaksanaan studi AL&AA (Kahman H., R. Mustikasari, 2011a) dan analisis
permasalahan yang disusunnya (Kahman H., R. Mustikasari, 2011b) mendukung
fungsi dan kerja Komite DAS Lamasi (KDL) yang baru terbentuk Juli 2010. Di DAS
Air Bengkulu, pelaksanaan studi AL&AA dan penulisan kasus yang terjadi
(Andriansyah O., R. Mustikasari, 2011b) telah mendorong terbentuknya Dewan Air
Propinsi Bengkulu melalui advokasi Yayasan Ulayat Bengkulu (YUB) dan Forum
Masyarakat Peduli DAS Air Bengkulu.
Versi Bahasa Inggris dari dokumen ini adalah hasil dari pelatihan dan diskusi
dengan penasihat Tim CDP yang dilakukan dalam Bahasa Inggris tetapi isi dan
materinya disusun oleh anggota Tim CDP dari Indonesia. Dengan demikian, fungsi
utama dari versi ini adalah untuk diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Indonesia
yang menjadi output akhir dari Proyek CDP Telapak dan ditujukan bagi mitra LSM di
Indonesia yang terlibat atau ingin terlibat dalam pengelolaan sumber daya air di
Indonesia. Versi Inggris ini dapat digunakan dalam konteks internasional dan dapat
bermanfaat bagi LSM non-Indonesia, tetapi belum bisa digunakan untuk panduan
AL&AA bagi pembaca internasional.
-
13
Bab II mencakup rincian konsep AL dan AA, sedangkan panduan dan tahapan
kegiatan AL dan AA di lapangan dijelaskan masing-masing dalam Bab III dan IV.
Cara penulisan dan pelaporan kegiatan studi dijelaskan dalam Bab V; beberapa isu
kunci diuraikan dalam Bab VI. Di dalam tulisan ini diambil berbagai contoh dari uji
coba yang telah dilakukan di DAS Lamasi dan DAS Air Bengkulu.
I.2 JUSTIFIKASI DAN KEGUNAAN BAGI TELAPAK
Ada keinginan kuat dan kebutuhan yang meningkat dari kelompok non-pemerintah
untuk berpartisipasi dalam pengelolaan air di Indonesia. Hal ini didorong oleh
keinginan menstimulasi dan mendukung masyarakat sipil untuk berperan dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber daya air dan mematahkan
dominasi pemerintah dan sektor swasta dalam bidang ini. Kebutuhan utama adalah
penguatan masyarakat agar dapat menyatakan kepentingan dan kebutuhannya
serta dapat bernegosiasi dengan pemerintah serta pemangku-kepentingan lain di
tingkat yang lebih tinggi mengenai isu pengelolaan air. Peran lembaga pemerintah
dan sektor swasta dirasa masih terlalu dominan, membatasi keterlibatan petani dan
pengguna air lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pengelolaan air di wilayahnya.
Masyarakat lokal belum sepenuhnya terlibat dalam pengembangan perencanaan
dan pengelolaan sungai di DAS-nya masing-masing. Contohnya, sebagian besar
pengembangan fisik seperti pembangunan bendungan atau prasarana irigasi
ditetapkan tanpa keikutsertaan masyarakat pengguna air. Sama halnya dengan
perijinan untuk pengambilan air dan pembuangan limbah serta privatisasi sumber
daya air, yang berujung pada hilangnya akses masyarakat lokal pada sumber daya
air miliknya, seringkali dilakukan tanpa melibatkan masyarakat lokal yang
sesungguhnya menanggung resiko atas kerusakan lingkungan yang terjadi.
Intervensi dalam pembangunan di sektor air seringkali diambil tanpa pemahaman
yang baik atas resiko lingkungan yang akan ditanggung masyarakat lokal dan
pengguna air lainnya, yang justru kedepannya akan menghambat keadilan sosial
dan keberlangsungan penggunaan dan ketersediaan sumber daya air. Contohnya,
petani memiliki keterbatasan akses untuk benih, pupuk, atau pemasaran produknya
dan tidak memiliki masalah dengan jumlah air, dimana penyediaan air tidak dapat
menyelesaikan masalah mereka dan juga tidak dapat meningkatkan
kesejahteraannya. Studi AL dan AA bertujuan untuk mengisi kekosongan informasi
ini, dan kemudian menyumbang pada pemanfaatan sumber daya air yang lebih
optimal.
Panduan ini dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan Telapak dan mitra LSM untuk
mengidentifikasi masalah-masalah dalam suatu DAS dan memperoleh gambaran
yang lebih lengkap mengenai pemanfaatan air dan pengguna air di daerah aliran
sungai. Kerana itu penting untuk memahami aspek ekonomi dan mata pencaharian
dari pengguna air dalam suatu daerah aliran sungai. Hal ini mencakup kegiatan-
kegiatan ekonomi yang terjadi seperti adanya pabrik karet atau tambang batubara,
serta keberadaan petani dan nelayan miskin yang mata pencahariannya tergantung
pada keberadaan dan akses terhadap sumber daya air. Pemahaman ini dibutuhkan
-
14
untuk mendukung LSM dalam melakukan intervensi dan melibatkan diri dalam
pengelolaan daerah aliran sungai/air dalam wilayah kerja mereka.
LSM akan berperan penting menjembatani jarak antara pengguna air dan para
pengelola air lainnya. Panduan ini akan membantu LSM mitra Telapak memasuki
arena tersebut dengan mengumpulkan persepsi masyarakat mengenai hak-hak dan
penggunaan air mereka. Panduan ini dapat digunakan sebagai argumen untuk
pemanfaatan air yang adil dengan pemerintah dan pemangku-kepentingan yang
lain. Hasil yang diperoleh juga dapat digunakan untuk mempengaruhi para pembuat
kebijakan dan mendukung kampanye meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
kalangan umum.
Penting bagi LSM untuk dapat membantu pengguna air menyusun persepsi mereka
secara terstruktur agar dapat dimengerti oleh orang lain, dan panduan ini dapat
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi, panduan ini bukan alat bagi LSM
untuk memperkuat masyarakat atau memberi benefit langsung ke petani; panduan
ini dimaksud untuk memahami kegiatan pengguna air yang dapat memberi
keuntungan bagi petani dalam jangka panjang. Hasilnya dapat digunakan untuk
advokasi dan mengarahkan minat masyarakat, yang juga merupakan peran dari
LSM.
Salah satu aspek penting dari analisis-analisis ini adalah diangkatnya kearifan lokal
dan struktur jaringan sosial yang ada. Kearifan lokal dapat membantu mencari solusi
pengelolaan sumber daya air berkelanjutan dan, dengan demikian, merupakan
masukan penting dalam dialog dengan stakeholder lain. Jaringan sosial harus
dianggap sebagai komponen penting dalam kualitas kehidupan masyarakat dan
harus diakui dan didukung saat mencari solusi pengelolaan sumber daya air yang
berkelanjutan secara sosial. Yang lebih penting, sebagai contoh, jaringan-jaringan ini
menyumbang pada strategi kelangsungan hidup rumah tangga dalam kemungkinan
terjadinya bencana.
Ada berbagai tantangan bagi Telapak untuk menjalankan kegiatan partisipasi
masyarakat yang berjalan secara ekologis dan sesuai dengan sosial-ekonomi
setempat, juga sejalan dengan lembaga-lembaga lain yang ada di Indonesia. Model
ini mendudukkan posisi masyarakat terlibat penuh kedalam perencanaan dan
pengelolaan sumber daya air yang ada. Karena itu akan dibutuhkan analisis rinci
atas permasalahan berkaitan dengan daerah aliran sungai, khususnya yang
menggambarkan kondisi dan potensi pada daerah yang bersangkutan serta para
pemain, lembaga, dan juga pola pengelolaan yang ada. Telapak dapat menjadi lebih
siap dalam tiga tujuan intervensinya: melakukan kampanye; mempengaruhi
kebijakan publik; dan penguatan mitra LSM dan masyarakat lokal pengguna air.
-
15
II. KONSEP
Secara umum, Analisa Nafkah Hidup (AL) fokus pada kesejahteraan masyarakat,
kemampuan mereka mengatasi perubahan (kerentanan), strategi cara keluarga itu
menyelamatkan diri, dan bagaimana mereka mengatur pendapatan serta
pengeluarannya. Studi ini juga ingin mengetahui hubungan yang ada antara
masyarakat dengan air (atau sumber daya alam secara umum): seberapa penting air
untuk kesejahteraan masyarakat; apa yang terjadi jika air menjadi langka atau
terkontaminasi; dan masukan-masukan apa yang mereka dapat berikan untuk
memperbaiki situasi yang ada? Kelompok prioritas yang menjadi perhatian adalah
masyarakat yang memiliki ikatan intensif dengan air, seperti petani dan nelayan.
Analisa Aktifitas (AA) akan fokus melihat rangkaian kegiatan produksi suatu
kegiatan ekonomi, daripada melihat aspek individu. Yang dimaksud aktifitas ekonomi
ini secara umum merupakan aktifitas manusia sebagai upaya menghasilkan sebuah
produk atau jasa yang dibutuhkan orang lain atau masyarakat secara umum. Tabel 1
menunjukkan beberapa contoh produk dan juga output non-produk dari kegiatan
industri dan juga sumber daya alam yang digunakan untuk menghasilkannya. Untuk
sebagian besar aktifitas, seperti kegiatan industri, tujuannya adalah mendapatkan
keuntungan, tetapi bagi pengguna air lainnya seperti untuk perusahaan penyedia air
(PDAM) atau pertanian, tujuannya mungkin tidak terlalu jelas karena dapat
mencakup tujuan ekonomi serta sosial.
Perbedaan utama antara LA dan AA adalah dalam analisa aktifitas proses produksi
dicirikan oleh input dan output serta biaya terkait untuk menghasilkan output
tersebut, sedangkan dalam Analisa Nafkah Hidup penekanan diberikan pada
kesejahteraan setiap rumah tangga.
Tabel 1: Contoh barang dan jasa serta output non-produk dari kegiatan industri serta
sumber daya alam yang digunakannya.
Aktifitas Barang dan jasa yang dihasilkan (output)
Output non-produk
Sumber daya alam yang digunakan
Tambang Bijih besi batubara Galena Bauksit Emas
Deforestasi Limbah padat dan cair
Tanah Hutan Air
Perkebunan sawit CPO dan inti sawit dari tandan buah segar; dan tandan sawit kosong
Deforestasi, limbah padat
Tanah Hutan Air
Penggalian pasir dan kerikil tepi sungai
Pasir, kerikil Kekeruhan Erosi
Sedimen
Pabrik karet Remah (SIR 1-10), karet sintesis
Limbah cair Pencemaran udara
Air
-
16
Dalam pertanian, perbedaan antara Analisa Nafkah Hidup bagi keluarga petani dan
analisa aktifitas kegiatan bertani mungkin sedikit membingungkan tetapi penting dan
harus dimengerti dengan baik. Pertanian merupakan sektor penting di Indonesia
karena aktifitas pertanian mencakup lebih dari 50% wilayah pedesaan di Indonesia
dan adalah sektor pengguna air yang utama, sedangkan para petani merupakan
kelompok prioritas bagi banyak LSM. Mungkin yang membingungkan antara analisa
aktifitas dan strategi nafkah karena hasil dari kegiatan pertanian seringkali tidak
dijual ke pasar (sebagai hasil kegiatan ekonomi) tetapi langsung dikonsumsi
(subsisten, dan juga seperti aset keluarga). Dalam kasus demikian input para petani tidak terasa atau dianggap sebagai biaya dan output yang dihasilkan tidak
dianggap sebagai pemasukan.
Kebingungan lainnya mungkin muncul saat memilih aktifitas kritis dan kelompok
rentan (Bab III) yang menjadi fokus dari analisis ini. Pertanian sawah irigasi mungkin
merupakan aktifitas kritis karena menggunakan terlalu banyak air dan mencemari
sungai, sedangkan petani yang bersangkutan mungkin cukup mampu dan tidak
dianggap sebagai kelompok rentan. Sebaliknya, nelayan rumput laut mungkin
merupakan kelompok rentan, sedangkan kegiatan mereka tidak kritis dari segi
pengelolaan sumber daya air.
Kesalahan di atas dapat dihindari dengan mengacu pada pendekatan di bawah
dalam melakukan kedua analisis.
Analisa aktifitas terhadap kegiatan pertanian terfokus pada tanaman pertanian.
Informasi yang dikumpulkan termasuk jumlah dan biaya input (antara lain benih,
air, pupuk) dan juga hasil tanaman pertanian dan penghasilan yang
bersangkutan dari setiap unit luasan 1 hektar. Input dari tenaga petani harus
diperhitungkan sebagai biaya produksi. Analisis ini akan menunjukkan
perbedaan dalam produksi tanaman pertanian di daerah yang berbeda dan
dengan kondisi yang beragam dari, contohnya, ketersediaan air.
Analisa Nafkah Hidup rumah tangga petani akan menilai antara lain jumlah
penghasilan setiap rumah tangga, yang mungkin berasal dari kegiatan pertanian
berbagai tanaman pertanian di tempat yang berbeda atau dari sumber lain selain
kegiatan pertanian. Pemasukan berupa hasil pertanian dari sawah atau kebun
sendiri juga dianggap sebagai penghasilan. Analisis ini akan menunjukkan
ketergantungan (dan juga kerentanan) petani pada kegiatan pertanian serta
ketergantungan pada akses terhadap air.
II.1 KONSEP ANALISA NAFKAH HIDUP
Analisa SN adalah upaya mengetahui realitas kehidupan atau keberlanjutan dari
suatu kelompok komunitas. Analisis ini dilakukan pada tingkat rumah tangga,
dimana individu tersebut memiliki kepentingan dan sumber daya ekonomi yang
sama4.
4 Definisi formal dari rumah tangga menurut Biro Pusat Statistik adalah sebagai berikut (BPS, 2010):
Rumah tangga dikategorikan menjadi dua tipe: rumah tangga biasa dan luar biasa.
-
17
Konsep strategi nafkah berkelanjutan (Gambar 1) berdasarkan definisi berikut.
Suatu strategi nafkah terdiri dari kemampuan, aset (termasuk sumber daya materil dan juga sosial) dan aktifitas yang dibutuhkan untuk melangsungkan hidup. Suatu
strategi nafkah dianggap berkelanjutan jika dapat menanggulangi dan pulih dari
tekanan dan goncangan dan menjaga atau meningkatkan kemampuan dan asetnya
untuk saat ini dan di masa datang, sembari tidak mempengaruhi sumber daya alam
yang (Carney 1998).
LIVELIHOOD SYSTEMS
AND VULNERABILITIES
Resilience
Vulnerability
context
dynamic changes
in local resources:shocks
fluctuations
trends
General natural
resources and
exogenous changes:
hydrology
institutions
climatic changes
world market
etc.
Local resources
Access filter
Household income used for:
Investments in assets; household activities;
consumption; and
social expenses
Wellbeing
Quality of life
Legal and
institutional
context (local and national)
Natural
Social
Financial Human
Livelihood
Assets
Physical
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
General natural resources and
exogenous changes;
Hydrology
Sumber daya alam umum dan
perubahan eksogen;
Hidrologi
a. Rumah tangga biasa merupakan individu- individu atau sejumlah individu yang tinggal di dalam bagian/beberapa bagian
bangunan fisik atau seluruh bangunan fisik, dan berbagi dapur. Berbagi dapur disini berarti mereka bersama mengurus kebutuhan sehari-hari mereka. Ada beberapa tipe rumah tangga biasa, antara lain:
Individu yang tinggal dengan istri dan anaknya;
individu yang menyesa kamar atau bagian dari suatu bangunan dan mengurus kebutuhan pangannya;
Keluarga yang tinggal di dua bangunan semi-terpisah dan berbagi dapur;
Penyedia tempat tinggal dan penginapan (untuk kurang dari 10 orang);
Perawat asrama, rumah yatim, fasilitas tahanan, dan orang yang tinggal sendiri atau dengan anak, istri, dan anggota keluarga lainnnya dan mengatur kebutuhannya terpisah dari lembaga yang mereka urus;
Individu yang berbagi ruangan atau bagian dari bangunan tapi mengurus kebutuhan pangannya sendiri. b. Rumah tangga luar biasa adalah individu-individu yang tinggal di asrama, barak, rumah yatim, fasilitas tahanan, yayasan,
dan juga sekelompok yang terdiri lebih dari 10 individu yang membayar kost atau biaya penginapan. Rumah tangga luar biasa tidak dicakup oleh Susenas.
-
18
Institutions
Climatic changes
World market, etc.
Kelembagaan
Perubahan iklim
Pasar dunia, dll.
Lokal resources Sumber daya lokal
Legal and institutional context (lokal and
national)
Konteks legal dan kelembagaan (lokal
dan nasional)
Access filter Filter akses
Vulnerability context
Dynamic changes in lokal resources:
Shocks
Fluctuations
trends
Konteks kerentanan
Perubahan dalam sumber daya lokal
Goncangan
Fluktuasi
Tren
resilience Ketahanan
Livelihood asets Aset mata pencaharian
Physical Fisik
Natural Alam
Sosial Sosial
Human Manusia
Financial Keuangan
Household income used for:
Investments in asets;
Households activities;
Consumption; and
Sosial expenses
Penghasilan rumah tangga digunakan
untuk:
Investasi aset;
Aktifitas rumah tangga;
Konsumsi; dan
Pengeluaran sosial
Wellbeing
Quality of life
Kesejahteraan
Kualitas hidup
Livelihood sistems and vulnerabilities Sistem strategi nafkah dan kerentanan
Gambar 1. Sistem Strategi Nafkah dan Kerentanan
-
19
Konsep ini mengidentifikasi lima aset yang berbeda untuk setiap rumah tangga
berdasarkan bagaimana suatu rumah tangga mengambil keputusan dan
mendapatkan penghasilan: manusia, alam, keuangan, fisik dan aset sosial (juga
disebut modal sosial).
Aset manusia adalah komposisi dari rumah tangga dan perangkat lunak dari
anggotanya. Kemampuan mereka untuk menyumbang pada pekerjaan dan
pendapatan rumah tangga adalah penting, khususnya pendidikan, kemampuan
khusus dan keahlian mereka.
Aset alam adalah sumber daya alam seperti lahan, air, hutan, yang tersedia bagi
pemiliknya, baik dalam lahan pribadi ataupun di sekitarnya. Akses bisa terbatas,
contohnya, karena kebijakan setempat atau pemerintah, khususnya jika sumber
daya tersebut bukan milik pribadi.
Aset keuangan berhubungan dengan dana simpanan dan akses terhadap
peminjaman dari bank atau peminjam lainnya. Dana simpanan tidak hanya
berupa uang tapi juga perhiasan.
Aset fisik tidak hanya berupa rumah, peralatan seperti traktor dan kendaraan,
tetapi juga pohon atau hewan yang digunakan untuk menghasilkan produk yang
dapat dijual (pohon buah, ternak, kerbau, dll).
Aset atau modal sosial adalah jaringan sosial yang dapat diandalkan suatu
rumah tangga dalam suatu kondisi darurat atau bencana. Jaringan agama atau
perkumpulan adalah beberapa contoh baik.
Sumber daya eksongen/eksternal (alami, kelembagaan, ekonomi, dll) dicirikan oleh:
(i) dinamika dan perubahannya (goncangan, variasi, tren liat di bawah) yang memberi tekanan pada suatu rumah tangga; dan (ii) aksesibilitasnya yang diatur
oleh berbagai pengaturan lembaga ataupun normatif (seperti pada sumber daya
umum dimana masyarakat miskin seringkali hanya memliki akses terbatas atau
bahkan tidak sama sekali).
Suatu konsep penting dalam model ini adalah konsep kerentanan. Hal ini penting
dicatat saat melakukan Analisa Nafkah Hidup. Hal ini berkaitan dengan kemampuan
seseorang untuk tetap kuat dan/atau memulihkan diri jika terjadi suatu perubahan
atau hal yang tak terduga. Hal ini mencakup tiga macam fenomena: (i) goncangan,
seperti bencana atau meninggalnya anggota keluarga; (ii) perubahan seperti
kenaikan harga kebutuhan pokok, perubahan dalam curah hujan dan debit sungai;
dan (iii) tren seperti meningkatnya laju deforestasi di hutan-hutan dan perubahan
iklim.
Berdasarkan model ini, Analisa Nafkah Hidup adalah pendekatan untuk memahami
bagaimana masyarakat lokal melihat kondisi kehidupan mereka dalam konteks
kesejahteraan dan kerentanan. Ini dapat dilakukan dengan mencari tahu seberapa
besar perasaan aman tidak aman masyarakat miskin terhadap sebagian besar dari aspek kesejahteraannya: aset (seperti kesehatan, perumahan, akses terhadap lahan
dan air), pendapatan, dan pola konsumsi (seperti pangan, pendidikan, dan pakaian).
-
20
Masyarakat harus dapat menentukan: (i) ketidakamanan mana yang paling penting
bagi mereka; (ii) alasan atas perasaan tersebut; (iii) hubungannya dengan
ketersediaan dan akses terhadap sumber daya air; dan (iv) solusi yang
memungkinan.
Dengan demikian kami akan fokus pada tingkat rumah tangga untuk mendapat
gambaran lengkap mengenai kondisi sosek suatu rumah tangga dan bagaimana
mereka memahami sifat dari aset, aktifitas, dan pendapatannya serta bagaimana
digunakannya atau ingin menggunakannya. AL juga harus memperhatikan
permasalahan yang dihadapi dan bagaimana suatu rumah tangga dan bagaimana
mereka berencana memperbaiki kondisi ekonominya. Hal lain yang juga penting
untuk diperhatikan adalah ketergantungan atas air serta pemahan strategi suatu
rumah untuk mengeluarkan diri dari kondisi jika air sebagai input utama tidak cukup
atau tidak ada.
Analisa Nafkah Hidup ini dapat mengembangkan upaya-upaya konkret tentang
bagaimana kondisi mata pencaharian masyarakat miskin dapat diperbaiki oleh
kemampuan mereka menghadari perubahan-perubahan eksternal, seperti dengan
meningkatkan aset, mengurangi faktor kerentanan eksternal, dan/atau meningkatkan
akses terhadap sumber daya.
II.2 KONSEP ANALISA AKTIFITAS
Seperti yang telah disebutkan, AA menganalisa kegiatan yang menghasilkan barang
dan jasa yang dibutuhkan orang lain atau masyarakat umum. AA mencakup
berbagai aktifitas, termasuk pertanian, nelayan, industri, pertambangan, dan wisata.
Semua aktifitas ini memiliki kesamaan yaitu membutuhkan input berupa modal,
tenaga, alat, dan dana untuk menghasilkan suatu produk dan juga mengeluarkan
sisa-sisa produksi ke lingkungan sekitarnya. Tujuan utama analisis ini adalah untuk
mengidentifikasi tindakan yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan keadilan
penyediaan air. Dengan kata lain, informasi yang dikumpulkan melalui analisis ini
akan mendukung pencarian keseimbangan seperti yang disebutkan dalam Bab I
antara lain: pengentasan kemiskinan; ekosistem yang berkelanjutan; dan
perkembangan ekonomi.
Untuk itu analisa aktifitas akan fokus pada: fungsi produksi; alternatif untuk
menghasilkan barang dan jasa; dan fungsi kerusakan yang menjelaskan dampak
fungsi produksi karena, contohnya, kekurangan air atau kualitas air yang jelek.
Fungsi produksi melihat proses produksi dan khususnya input yang dibutuhkan
(seperti air, benih, bahan baku) untuk menghasilkan output yang diperlukan
(seperti limbah cair, limbah padat) atau dampak lain dari proses produksi (seperti
pengikisan tepi sungai, kontaminasi air tanah). Kategori terakhir ini seringkali
disebut sebagai output non-produk (lihat Tabel 1).
Alternatif produksi, seperti mengidentifikasi cara lain mendapatkan output yang
sama dengan kombinasi input yang berbeda (termasuk air). Hal ini berkaitan
dengan teknologi dan pelaksanaan produksi. Contohnya, teknologi lama untuk
membuat bir membutuhkan 25 liter air untuk menghasilkan 1 liter bir, sedangkan
-
21
teknologi baru hanya menggunakan 6 liter air. Atau, petani mungkin
membutuhkan air yang lebih sedikit jika melakukan pengelolaan pertanian yang
berbeda. Yang jelas, penekanan diberikan pada air atau input yang berkaitan
dengan air.
Fungsi kerusakan. Dalam bagian ini kita melihat elastisitas pengguna air jika
kebutuhan atas input tidak terpenuhi. Dalam konteks air kita mencoba
mengetahui apa yang terjadi jika persediaan air kurang dari permintaan
(kekeringan), terlalu banyak (banjir), atau berkualitas buruk (terkontaminasi).
Untuk kasus para petani, pertanyaan yang dapat diajukan berhubungan dengan
apa yang akan mereka lakukan bila persediaan air ke lahan pertanian/sawah
mereka berkurang.
Dua kategori berikut dibahas secara lebih mendalam: pertanian dan aktifitas industri.
II.2.1. PERTANIAN
Banyak kegiatan yang dianggap sebagai kegiatan pertanian seperti menanam padi
di sawah, sawah kering, kebun sayur, agroforestry untuk berbagai jenis tanaman
(durian, cempedak, pete, kemiri, sagu, kelapa). Seringkali yang paling relevan
adalah analisa aktifitas pertanian. Data yang dikumpulkan untuk analisa aktifitas
antara lain adalah:
- Penjelasan praktek pertanian: antara lain kapan menebarkan benih, kapan menanam, kapan menggunakan pupuk, cara pemasaran, dll;
- Kepemilikan dan hak guna lahan (khususnya pengaturan sistem bagi hasil);
- Input untuk proses produksi tanaman pertanian: air, benih, pupuk, kerbau, tenaga, (jumlah dan biaya);
- Hasil dan harga (harga di tingkat produsen); - Output bukan produk (sisa-sisa dan dampak yang tidak diinginkan),
seperti jerami dan erosi tepi sungai; dan - Pemasaran dan biaya (antara lain tengkulak).
Informasi ini harus dikumpulkan melalui wawancara dengan petani dan yang paling
penting petugas penyuluh lapang (PPL), yang umumnya memiliki informasi
terstruktur aktual mengenai tanaman pertanian dan teknologi produksinya, serta
informasi mengenai perubahan yang mungkin terjadi di masa depan.
Tabel 2 di bawah adalah contoh struktur umum dari fungsi produksi aktifitas
pertanian. Tabel ini hanya mencantumkan biaya. Tabel yang lebih lengkap
sebaiknya mencantumkan jumlah dan harga per unit, seperti contoh yang diberikan
di Lampiran 4. Informasi mengenai input dan output aktifitas pertanian hasil
pengumpulan data dirangkum dalam tabel-tabel di Lampiran 5.
-
22
Tabel 2: Struktur umum fungsi produksi tanaman pertanian (semua data per hektar)
Tanaman Biaya per hektar Total biaya per hektar
Hasil (kg) per hektar
Pendapatan kotor per hektar
Keuntungan bersih per hektar B
enih
Pupuk
Herbisida/ insektisida
Kerbau
Upah pekerja
Tenaga sendiri
Peralatan
Air
Lahan
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
II.2.2. PROSES INDUSTRI
Analisa aktifitas industri cukup sulit, khususnya karena industri tidak terlalu terbuka
mengenai proses produksinya. Namun, dengan konsultasi dengan para ahli dan
studi literature, seringkali kita dapat mendapat gambaran mengenai tahapan penting
dalam proses produksi tersebut, seperti mengenai jumlah air yang dibutuhkan serta
sisa produksi yang dihasilkan. Lampiran 3 memberikan contoh data hasil kegiatan
Analisa Aktifitas yang didapat sangat terbatas dari satu pabrik karet yang ada di
DAS Air Bengkulu.
Informasi lain yang relevan adalah jumlah pekerja serta output ekonomi dari pabrik-
pabrik tersebut. Data ini dapat memberi jawaban apakah pabrik tersebut penting
secara nasional dan/atau regional.
Isu lain yang penting adalah masalah perijinan. Pabrik-pabrik beroperasi dilengkapi
serangkaian perijinan dari berbagai kementrian. Mencari ijin-ijin ini tidak mudah tapi
merupakan tahap penting untuk menuju langkah yang lebih sulit yaitu mengubah
kondisi perijinan (contohnya, kompensasi untuk masyarakat) atau mengevaluasi
pelaksanaan pabrik.
-
23
III. KEGIATAN LAPANGAN UNTUK ANALISA NAFKAH HIDUP
Bab ini terdiri dari Sub-bab III.1, yang menggambarkan kegiatan lapangan untuk AL
dan Sub-bab III.2. yang menjelaskan tahapan dari kegiatan lapangan Analisa Nafkah
Hidup.
III.1 CIRI KHUSUS ANALISA NAFKAH HIDUP
Berangkat dari konsep yang dijelaskan di Bab II, kegiatan lapangan bertujuan untuk
memahami masyarakat dan mengumpulkan data kualitatif serta lebih utama adalah
data kuantitatif. Sifat tersebut dari kegiatan lapangan perlu mendapatkan perhatian
yang lebih.
Kegiatan lapangan adalah saat untuk berinteraksi dengan masyarakat target
(responden) dalam kelompok rentan melalui wawancara. Lembar kuesioner terdiri
dari sejumlah pertanyaan. Metode AL menggunakan pendekatan kualitatif untuk
mengumpulkan data dan informasi mengenai aspek sosial dan persepsi masyarakat.
Ini bukanlah sensus ataupun analisis statistik termasuk penentuan sampel yang
mewakili atau kuesioner yang disusun dengan menyeluruh, tetapi merupakan
pendekatan penilaian cepat (rural appraisal) melalui rangkaian wawancara selektif
dengan responden dan juga diskusi kelompok terfokus (FGD).
Seperti yang telah disebutkan, AL mengarah pada rumah tangga pedesaan
sedangkan AA mengarah pada aktifitas pertanian/nelayan. Agar lebih jelas,
disarankan untuk melakukan pendekatan terpisah pada kedua analisis tersebut.
Rumah tangga, misalnya, mungkin terlibat dalam beberapa aktifitas yang
menghasilkan pendapatan, sehingga akan sulit untuk menganalisis suatu kegiatan
terpisah dari kondisi keluarga.
AL dan AA membutuhkan dua pendekatan. Analisa Nafkah Hidup menggali
kehidupan sehari-hari suatu keluarga dengan pertanyaan seperti: apakah strategi
mereka jika terjadi suatu bencana? Para enumerator dapat memilih satu, dua, atau
beberapa keluarga asalkan dapat memperoleh data yang cukup. Keluarga yang
dipilih akan mewakili suatu kelompok rentan yang diminati para enumerator dan tim
survey.
Kesalahan yang paling sering dilakukan saat survey adalah mengumpulkan data
yang salah dan interpretasi yang tidak tepat, yang mungkin disebabkan kesalahan
dalam pemilihan responden atau penentuan jumlah responden sehingga jawaban
yang diberikan tidak mewakili kelompok yang rentan secara keseluruhan.
Setiap kelompok rentan memiliki cara hidup yang berbeda. Hal ini terkait dengan
aktifitas harian yang mereka lakukan dan bagaimana mereka menyusun suatu
keputusan. Petani padi memiliki hubungan khusus dengan air yang membedakan
mereka dengan kelompok agroforestry. Pengetahuan atas budaya dan tradisi lokal
juga menyebabkan kegiatan dan hubungan yang berbeda dengan sumber daya air.
-
24
Ada beberapa hal yang hanya dapat dimengerti lebih baik melalui pendekatan lebih
dalam terhadap kehidupan responden. Saat kunjungan lapangan, kita harus
membangun keakraban emosional dengan masyarakat: mendapatkan kepercayaan
mereka. Hal ini akan memberi enumerator basis untuk mengumpulkan data
berkualitas. Selain itu, kepercayaan akan sangat mempengaruhi keberhasilan
pelaksaan kegiatan lapangan.
Hal di atas sangat penting jika kita dianggap sebagai orang luar. Tidak semua
anggota masyarakat akan menyambut dengan baik. Sifat masyarakat berbeda di
setiap tempat demikian juga cara mereka memandang orang luar. Bahkan ada
beberapa kelompok masyarakat yang tertutup pada orang luar. Tanpa keakraban
dan kepercayaan masyarakat, pengumpulan data bisa menjadi sulit dan
kemungkinan mendapatkan data yang salah menjadi lebih besar karena masyarakat
mungkin memberikan informasi yang salah. Responden mungkin menjadi curiga
sehingga memberi informasi yang salah atau bahkan berbohong.
Seperti juga kegiatan RRA dari berbagai rumah tangga, informasi lebih dalam
tentang mata pencaharian masyarakat bisa diperoleh dari beberapa rumah tangga
terpilih. Informasi yang mendalam akan mencoba membangun kedekatan yang dibutuhkan untuk memperoleh wawasan mendalam dari pertimbangan,
kekhawatiran, dan khususnya impian dari responden rumah tangga. Keakraban ini dapat dibangun dengan ikut serta dalam kegiatan sehari-hari mereka. Salah satu
cara adalah dengan menghabiskan beberapa hari dengan keluarga dari kelompok
rentan. Dengan demikian, enumerator dapat melihat kehidupan sebenarnya serta
merasa sebagai bagian dari kehidupan itu. komunikasi intensif harus dibangun
selama masa tinggal untuk membangun rasa kepercayaan. Dengan komunikasi
yang baik, enumerator dapat lebih saling mengenal. Cara lain untuk membangun
keakraban adalah dengan berpartisipasi dalam serangkaian kegiatan seorang
responden terpilih dalam satu hari untuk mendapatkan gambaran dari aktifitas
produksi, seperti berpartisipasi dalam pekerjaan seorang petani.
Metode yang terakhir ini pernah digunakan sekali saat kunjungan ke Desa Srowot,
Banyumas. Data dikumpulkan dengan ikut serta kegiatan petani di siang hari dan
tinggal dengan salah satu petani pada malam hari. Komunikasi dibangun dengan
keluarga dan dengan tetangga sekitarnya. Komunikasi seperti ini membuat adanya
keakraban dan kedekatan antara anggota keluarga dengan enumerator. Selain itu,
rasa keakraban dan kedekatan ini menyebar ke tetangga lain melalui keluarga
tersebut. Hal ini sangat membantu kegiatan pengumpulan data karena masyarakat
tidak akan merasa enggan untuk memberi informasi yang dibutuhkan. Serta,
keikutsertaan dalam pekerjaan di sawah atau kebun membantu mensinkronisasikan
informasi yang didapat dengan kegiatan sebenarnya.
III.2. TAHAPAN
Survey AL terdiri dari tujuh tahapan: identifikasi kelompok rentan; formulasi isu
terkait dan informasi yang diinginkan; pelatihan enumerator; pemilihan dan
wawancara responden; pengumpulan dan pengolahan data; pembuatan kesimpulan;
dan mungkin kegiatan selanjutnya: mengkaji hasil dan menyusun kesimpulan,
-
25
misalnya, melalui diskusi kelompok terfokus. Gambar 2 menyajikan tahapan dalam
AL.
Lacks selection of (statistically) RRsample
III.2.1 IDENTIFIKASI KELOMPOK RENTAN
Analisa Nafkah Hidup seharusnya tidak meliputi semua jenis rumah tangga dalam
suatu daerah aliran sungai melainkan terarah pada sejumlah yang disebut kelompok
rentan. Kelompok rentan terdiri dari rumah tangga yang mata pencahariannya rentan
karena perubahan ketersediaan dan akses mereka terhadap air akan sangat
mempengaruhi kesejahteraan mereka. Contohnya, masyarakat mungkin akan
terputus dari sumber air untuk lahan pertanian mereka yang kemudian membuat
mereka rentan jika tidak memiliki sumber lainnya. Atau: masyarakat tidak dapat
mengatasi perubahan ketersediaan air seperti mengeringnya sungai karena
deforestasi, meningkatnya polusi karena tambang di hulu atau banjir tahunan yang
merusak panennya.
Sub-bab ini melihat bagaimana kita dapat mengidentifikasi kelompok rentan untuk
diwawancara. Kelompok rentan biasanya dikelompokkan berdasarkan mata
pencaharian utama, seperti petani dan nelayan dan sebaiknya berdasarkan lokasi
dalam daerah aliran sungai seperti hulu, tengah dan hilir, contohnya: petani padi di
bagian tengah daerah aliran sungai di tepi kiri sungai; nelayan di daerah hilir; petani
GAMBAR 1. TAHAPAN DALAM ANALISA NAFKAH HIDUP
FGD
Ringkasan dan Kesimpulan
Penjabaran (juga Rangkuman
Harian)
Penentuan sampel dan Pelaksanaan Wawancara
Susunan Kuisioner dan Pelatihan Surveyor
Penyusunan Isu-isu Relevan dan Informasi yang Dibutuhkan
Identifikasi Kelompok Rentan
-
26
lahan kering di bagian hulu. Dengan demikian dengan mudah mata pencaharian
dapat dikaitkan dengan kondisi ekologis dan hidrologis daerah aliran sungai yang
berbeda-beda.
Secara umum, menuju hulu, semakin sederhana (semakin homogen) kelompok
rentan yang ada; semakin menjauh dari hulu, semakin beragam kelompok rentan
yang ada. Masyarakat hulu umumnya memiliki mata pencaharian yang relatif sama:
pertanian. Air sangat mempengaruhi sistem pertanian. Masyarakat hilir dan tengah
memiliki sistem mata pencaharian dan ketergantungan atas air yang lebih kompleks,
seperti pertanian, perikanan, industri, rumah tangga, dan pemanfaatan air lainnya.
Pemilihan kelompok rentan membutuhkan pengetahuan kondisi sosial ekonomi dari
masyarakat dan hubungannya dengan berbagai sumber air. Pemilihan ini juga
membutuhkan pengetahuan ketersediaan air dan batasan yang mungkin ada pada
akses berbagai sumber air untuk kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Pada
umumnya, informasi ini bisa didapat dari LSM yang sudah berpengalaman di daerah
tersebut. Berdasarkan pengalaman mereka, pilihan pertama seharusnya dibuat
secara fleksibel dan, jika perlu, dapat beradaptasi jika tim memperoleh informasi
tambahan melalui wawancara.
Kelompok-kelompok rentan di Desa Karya Sari dan Desa Tapos (hulu DAS
Cisadane), Desa Melung (hulu DAS Serayu), dan Desa Srowot (bagian tengah DAS
Serayu) ditetapkan berdasarkan jenis tanaman pertanian dan aktifitas penanaman
mereka. Mereka adalah petani padi, sayuran, tanaman hias, agroforestry, budidaya
ikan, dan pemilik villa. Di Desa Srowot (bagian tengah DAS Serayu), mata
pencaharian dan gaya hidup masyarakat relatif homogeny. Bersama-sama mereka
menanam padi dan palawija pada musim-musim tertentu. Di musim hujan semua
menanam padi di sawah dan pada musim kering menanam palawija dan tanaman
sela (umumnya kacang)5.
III.2.2. SUSUNAN KUESIONER DAN PELATIHAN ENUMERATOR
Setelah kelompok rentan telah dipilih, dilakukan identifikasi informasi/data yang
dibutuhkan. Informasi yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan isu-isu yang
muncul. Informasi ini akan menjadi bahan untuk analisis permasalahan yang
dilakukan selanjutnya. Isu-isu yang muncul di suatu daerah beragam, tergantung
pada daerah tersebut. Contohnya, suatu daerah dilanda permasalahan kekeringan,
daerah lain memiliki masalah banjir, dan daerah berikutnya memiliki masalah air
tanah. Tetapi pada dasarnya semua isu-isu ini terkait dengan interaksi dengan
interaksi antara kelompok rentan dan sumber daya air.
Selain data mengenai aset, pendapatan, pengeluaran, dll dari rumah tangga-rumah
tangga kelompok rentan, kita membutuhkan informasi mengenai sumber air yang
digunakan dan bagaimana mereka dipengaruhi oleh banjir dan kekeringan. Hal yang
penting diperhatikan adalah ketersediaan dan akses atas sumber daya dan faktor-
faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan akses, seperti kebijakan pemerintah,
pengguna air lainnya, kekeringan, pencemaran, dll.
5 Desa Srowot dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Kali Bagor adalah pusat budidaya kacang di Jawa Tengah.
-
27
III.2.3. SUSUNAN KUESIONER DAN PELATIHAN ENUMERATOR
Kuesioner digunakan sebagai panduan wawancara. Kuesioner mencakup
serangkaian pertanyaan bertujuan memastikan tidak ada informasi yang terlewati.
Kuesioner jelas tidak dimaksud untuk mengatur seperti interogasi yang kaku tetapi
untuk mengarahkan suatu diskusi terbuka. Jika ada informasi penting yang dilewati
saat di lapangan, akan lebih sulit untuk melengkapinya di waktu lain.
Pertanyaan dalam kuesioner harus mengarahkan pada isu yang dipilih. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut sebagian besar adalah pertanyaan terbuka dengan jawaban
bebas. Pertanyaan yang tidak termasuk dalam kuesioner juga dapat diberikan untuk
melengkapi informasi sepanjang bersifat relevan.
Contoh kuesioner yang telah dikembangkan dan digunakan saat CDP diberikan
dalam Lampiran 2. Kuisioner ini bukanlah suatu resep tetapi dapat dianggap sebagai
panduan untuk menyusun kuisioner spesifik untuk tujuan tertentu.
Wawancara dapat dilakukan oleh beberapa orang dalam waktu yang sama dalam
lokasi yang telah ditetapkan. Anggota tim yang melakukan wawancara (enumerator)
harus mampu mengumpulkan data dengan benar. Untuk memastikan kemampuan
tersebut, enumerator harus diberi pelatihan. Pelatihan AL harus menekankan pada
pendekatan terbuka.
Ada tiga tahap dalam pelatihan: pertama, pelatihan dalam kelas dimana semua
aspek dari panduan diberikan dan dibahas; kedua, pelatihan lapangan dimana
pemimpin proyek menjadi mentor bagi 3 5 enumerator melakukan wawancara sementara enumerator mendengarkan dan mencatat; dan ketiga, pelatihan lapang
dimana pemimpin proyek mengamati enumerator melakukan wawancara. Ketiga
tahapan ini dilanjutkan dengan diskusi dan komentar.
Pelatihan dalam kelas untuk enumerator pemula dilakukan dengan simulasi
wawancara dibawah pengawasan mentor. Pelatihan ini bertujuan agar enumerator
dapat benar-benar mengerti dan memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang
perlu diperoleh dari survey yang akan dilakukan. Selain itu, kegiatan ini akan melatih
kemampuan enumerator memahami panduan kuisioner.
Enumerator dapat dilatih untuk mengembangkan diskusi langsung berdasarkan
kuesioner. Data kualitatif mencakup sebagian besar aspek kehidupan masyarakat
dan tidak terlalu mudah memisahkan satu topik dari yang lain. Penting untuk
enumerator memahami konsep AL secara menyeluruh.
Kemampuan ini harus didukung kemampuan berbaur dengan masyarakat lokal.
Seperti dijelaskan sebelumnya, faktor penting dalam keberhasilan aktifitas lapangan
adalah kepercayaan masyarakat. Hal ini dapat diawali dengan pengenalan diri dan
menjelaskan tujuan wawancara, dan juga bertanya apakan responden mempunyai
pertanyaan.
Enumerator yang melakukan wawancara dapat berasal dari masyarakat lokal,
sejalan dengan kondisi yang telah disebutkan di atas. Contohnya, beberapa pemuda
lokal dapat diminta berpartisipasi dalam aktifitas ini. Enumerator seperti ini memiliki
-
28
keunggulan untuk mendapat informasi tanpa banyak halangan berkomunikasi dan
juga lebih mengerti sifat-sifat masyarakat.
III.2.4. PENENTUAN SAMPEL DAN WAWANCARA
Dalam kelompok rentan yang telah ditentukan, perlu ditentukan jumlah dan rumah
tangga mana yang akan diwawancara. Ini tergantung pada: waktu dan sumber daya
lain yang dimiliki. Juga tergantung pada enumerator dan pengetahuan anggota tim
atas komposisi masyarakat. Mungkin akan menarik, contohnya, mewawancara
masyarakat yang baru saja jatuh dalam kemiskinan atau keluar dari kemiskinan.
Wawancara harus dilakukan terhadap responden terpilih yang mewakili kelompok
rentan yang telah diseleksi. Jumlah responden harus diperhitungkan dengan baik
agar benar-benar mewakili kelompoknya. Seleksi biasanya dilakukan secara acak
tetapi, jika memungkinkan memanfaatkan informasi yang diketahui tentang
kelompok rentan, misalnya, dengan melakukan konsultasi dengan kepala desa atau
tetua masyarakat. Dalam suatu AL di DAS Air Bengkulu, Tim YUB mengunjungi
ketua RT (Rukun Tetangga) atau tokoh masyarakat untuk mendapat gambaran
tentang kelompok rentan yang terpilih.
Wawancara dilakukan oleh enumerator terlatih terlebih dahulu, dan yang lebih junior
menyusul. Beberapa enumerator bisa disebar di beberapa lokasi dalam waktu yang
sama; ini lebih efisien dari segi waktu dan biaya serta efisien untuk wilayah yang
relatif luas dengan jumlah responden yang banyak.
Penting untuk menjelaskan tujuan wawancara dan memperkenalkan diri di awal
proses wawancara.
Kuesioner berfungsi sebagai panduan pengumpulan data. Beberapa halangan bisa
membuat wawancara lebih kaku dari yang dikehendaki karena perhatian enumerator
terbagi antara berbicara dengan menulis. Selain itu, yang sering kali terjadi adalah
pertanyaan lebih dahulu dijawab sebelum ditanyakan. Responden biasanya lebih
nyaman untuk berbicara secara bebas dibandingkan diberi pertanyaan satu per satu.
Selain kuesioner, catatan dengan poin-poin kunci bisa berguna untuk membantu
proses wawancara. Catatan dapat disusun saat wawancara.
Disarankan agar wawancara dilakukan oleh dua enumerator. Seorang enumerator
menanyakan pertanyaan sedangkan yang lainnya mencatat. Alat perekam tidak
dianjurkan karena akan memberi kesan yang berbeda pada petani.
Pengecekan ulang hasil wawancara dapat dilakukan dengan berbicara dengan
suami/istri, anak, atau anggota keluarga yang lain. Sebaiknya melakukan
wawancara terpisah bagi wanita dan pria. Para istri biasanya memiliki pandangan
yang berbeda, yang memperkaya data yang dikumpulkan. Anak-anak atau saudara
yang tinggal di kota lain juga dapat menambah informasi. Jika tidak ada pendapat
yang berlawanan, kita dapat menggali informasi lebih banyak melalui studi pustaka
atau konsultasi dengan pakar.
-
29
Pendapatan dan gaji adalah isu sensitif dalam hampir semua wawancara. Sebaiknya
hindari pertanyaan mendalam mengenai pendapatan responden. Cara bertanya
yang lebih baik adalah untuk bertanya mengenai pengeluaran dan biaya hidup dan
bagaimana responden dapat memenuhi pengeluaran tersebut. Dengan demikian
gambaran mengenai penghasilan dapat perlahan terbentuk.
III.2.5. PENJABARAN (JUGA RANGKUMAN HARIAN)
Setelah wawancara, data dikumpulkan dan disusun penjabaran atas data tersebut.
Penjabaran harus dibuat secara rinci agar meliputi semua data yang diharapkan
seperti yang dijelaskan dalam konsep di Bab II. Semua data dikumpulkan secara
sistematis. Hal ini penting karena data yang tidak rapih atau tidak sistematis hanya
akan membingungkan dan seringkali tidak bernilai karena tidak dapat dimengerti.
Contohnya, kita merapihkan data tentang lima aset rumah tangga secara rinci.
Tujuannya adalah menyusun data yang dikumpulkan agar dapat dianalisis lebih
lanjut jika dibutuhkan.
Lebih baik untuk mengumpulkan data, merapihkan data, dan menulis laporan di hari
yang sama. Pengumpulan data di pagi hari dan menyusun laporan penjabaran di
siang hari akan membantu bila harus menjelaskan data tersebut pada orang ketiga.
Jika harus kembali ke responden untuk verifikasi data maka sebaiknya dilakukan
secepatnya dan tidak pada akhir kegiatan lapangan.
Kesalahan interpretasi data disebabkan oleh analisis yang tidak baik, seringkali
karena tidak adanya pengetahuan atas kondisi responden. Salah satu contoh adalah
data penghasilan petani; mungkin kita berpikir pendapatan petani sangat rendah,
yang mengarahkan pada kesimpulan bahwa kehidupan petani pasti sulit karena
keterbatasan uang. Setelah pengecekan ulang, kita mengetahui bahwa kehidupan
petani sudah mencukupi, dan bahkan lebih dari mencukupi karena mereka tidak
memerlukan uang untuk memenuhi semua kebutuhan pokok, yang diperoleh dari
lahan pertaniannya sendiri.
Untuk melengkapi data, rangkuman harian disusun untuk mendapat gambaran atas
semua yang terjadi, dirasa, dan dilihat oleh setiap enumerator. Rangkuman harian
ini dapat membantu melengkapi informasi penting yang tidak dapat dicantumkan
dalam kuisioner tapi dapat membantu saat penulisan laporan.
III.2.6. RINGKASAN DAN INTERPRETASI
Setelah data dikumpulkan dan dijelaskan, kemudian disusun ringkasan. Ringkasan
menyantumkan semua hal yang dianggap penting berkaitan dengan isu yang dipilih.
Ringkasan harus memuat gambaran umum wawancara, disertai tanggal, nama
responden, nama enumerator, dll. Ringkasan harus disiapkan dengan baik dan
pandai mengantisipasi masalah. Ringkasan yang ada harus singkat tetapi jelas
memberi deskripsi umum dari data yang telah dikumpulkan. Ringkasan juga harus
dapat menarik kesimpulan.
Seringkali kita tidak butuh analisis yang rumit. Hanya dengan menyajikan tabel yang
jelas, pembaca dapat menganalisis hal yang membuatnya tertarik.
-
30
Kesimpulan dibuat berdasarkan tujuan yang telah ditentukan dan hasil dari survey
lapangan. Contohnya, tujuan kita mengetahui berapa besar penghasilan petani,
sehingga ringkasan harus mencantumkan jumlah penghasilan seutuhnya.
III.2.7. FGD; KEMUNGKINAN KELANJUTAN (CEK HASIL DAN BUAT
KESIMPULAN)
Setelah mengumpulkan data lapangan, kegiatan ini tidak berakhir disini.
Pengumpulan data harus dilanjutkan. Kita dapat mengecek ulang hasil wawancara
rumah tangga dengan mengadakan diskusi kelompok terfokus (FGD)6. FGD
diadakan untuk mengecek keterwakilan. Kesimpulan (tanpa mencantumkan nama-
nama) disajikan di depan seluruh kelompok.
6 FGD adalah diskusi yang dilakukan dalam suatu kelompok untuk membahas sesuatu yang sudah
didefenisikan dengan bantuan fasilitator untuk mengarahkan proses diskusi.
-
31
IV. KEGIATAN LAPANGAN UNTUK ANALISA AKTIFITAS
Seperti yang telah kita pahami dari konsep di Bab II, kegiatan lapangan AA
membutuhkan pendekatan yang berbeda dengan AL seperti telah dijelaskan di bab
sebelumnya dapat dianggap pendekatan standar untuk berbagai tipe rumah tangga.
Sebaliknya, AA akan sangat berbeda untuk berbagai macam aktifitas yang
menggunakan air seperti: peternakan; penangkapan ikan di perairan terbuka;
budidaya ikan; perkebunan kelapa sawit; pabrik karet; tambang batubara;
pengolahan air untuk penyediaan air umum; shipping; dan ekowisata. Karena alasan
ini (dan sebagian karena kurangnya waktu dan sumber daya), bab tentang kegiatan
lapangan AA ini akan membahas pertanian untuk gambaran tahapan-tahapanny di
Sub-bab IV.2. Untuk penjelasan berbagai macam AA, contoh akan diberikan dari
beberapa AA tentang pabrik karet di DAS Air Bengkulu.
Perbedaan penting lainnya antara ASN dan AA adalah AA lebih berkutat dengan
data kuantitatif (lihat bagian IV.1) dibandingkan AL dan sumber informasinya sangat
berbeda. Contohnya, dibandingkan berbicara pada individu petani, informasi utama
AA dari lapangan dapat diperoleh dari FGD sedangkan informasi penting bisa
dikumpulkan dari kantor penyuluhan pemerintah sebagai informasi sekunder.
IV.1. CIRI KHUSUS ANALISA AKTIFITAS DI LAPANGAN
Seperti yang telah disebutkan, AA bersifat lebih kuantitatif dibandingkan ASN karena
membahas proses produksi yang konkrit dengan nilai-nilai input, output, dan biaya
yang konkrit. Hal ini membutuhkan perhatian khusus dan kemampuan analitis dari
enumerator karena data kuantitatif harus dicek untuk ketepatan dan konsistensi.
Laporan dengan data yang salah dan/atau tidak konsisten cenderung diabaikan dan
dilupakan.
Aspek penting lainnya dari informasi kuantitatif adalah ia harus dicantumkan
referensi yang benar, misalnya, sumber informasi diketahui dan informasi aslinya
dapat dikumpulkan lagi bila dibutuhkan.
Data dari berbagai sumber seringkali tidak konsisten dan adalah tugas penting bagi
AA untuk mengetahui data mana yang paling dapat diandalkan. Ini membutuhkan,
contohnya, kesadaran menyeluruh dari arti dari angka-angka yang diperoleh dan
deteksi awal adanya ketidak-konsistenan. Jika data yang tidak konsisten tidak dapat
diselesaikan, hal ini sebaiknya dicatat dengan baik untuk diselesaikan di lain waktu
atau oleh orang lain.
Seperti yang telah disebutkan, pada dasarnya ada tiga macam sumber informasi:
Informasi primer yang diperoleh melalui wawancara;
Informasi dari pakar seperti petugas penyuluh pertanian; dan
Informasi sekunder dari publikasi (seperti buku statistik tahunan) dan laporan
dan pustaka lainnya.
-
32
IV.2. TAHAPAN
Ada beberapa tahap dalam survey AA yang serupa dengan tahapan AL. Tahapan-
tahapan ini adalah: identifikasi aktifitas kritis; penyusunan isu-isu relevan dan
informasi yang dibutuhkan; penentuan sampel dan wawancara; penjabaran (juga
rangkuman harian); ringkasan dan interpretasi; dan pengecekan ulang (cross
check).
Gambar 2. Tahapan dalam kegiatan Analisa Aktivitas.
IV.2. 1. IDENTIFIKASI AKTIFITAS KRITIS
Ada dua alasan untuk menganggap suatu sebagai kritis. Pertama adalah (i)
dampaknya pada sumber daya air dari segi kuantitas (contohnya saat pemanfaatan
air sebagian besar dilakukan pada musim kering) dan kualitas (antara lain jika
pembuangan limbah membuat air tidak layak digunakan bagi pengguna lain). Hal
kedua adalah (ii) dampak dari sumber daya air untuk proses produksi, juga dari segi
kuantitas (antara lain, banjir dan kekeringan) dan kualitas (seperti salinisasi sungai
dan air yang tercemar). Di DAS Lamasi dan Bengkulu alasan kami
mempertimbangkan kedua alasan diatas dengan mengidentifikasi industri dan
tambang serta sawah dan budidaya rumput laut sebagai aktifitas-aktifitas kritis.
CC
Ringkasan dan Interpretasi
Penjelasan (juga Rangkuman
Harian)
Penentuan sampel dan Wawancara
Susunan Kuisioner dan Pelatihan Surveyor
Penyusunan Isu-isu Relevan dan Informasi yang Dibutuhkan
Identifikasi Aktivitas kritis
-
33
Informasi mengenai banyak aktifitas kritis dapat diperoleh dengan mudah melalui
surat kabar, laporan pemerintah, para pakar dan pusat penelitian di universitas, dan
pengamat sosial dan lingkungan. Enumerator juga dapat melihat situs-situs berbagai
industri yang beroperasi sepanjang sungai. Internet juga merupakan tempat yang
baik untuk menggali informasi apa yang sedang terjadi di suatu daerah aliran sungai,
seperti hasil utama dari suatu daerah (seperti hasil tambang, karet, minyak sawit)
dan pabrik-pabrik apa yang mungkin mencemari sungai.
IV.2.2. PENYUSUNAN ISU-ISU RELEVAN DAN INFORMASI YANG DIBUTUHKAN
Dalam penelitian AA, data yang dibutuhkan adalah semua aspek produksi dari
kegiatan tertentu, termasuk modal fisik atau non-fisik, proses produksi, hasil (suatu
produk atau limbah), pemasaran/penggunaan dan aspek lainnya yang terkait
dengan proses mengolah suatu produk. Seperti yang telah disebutkan, aspek-aspek
tersebut memiliki arti yang berbeda bagi aktifitas yang berbeda dan mengarah pada
isu-isu berbeda untuk aktifitas yang berbeda. Dua kategori aktifitas akan dibahas
dalam panduan ini secara mendalam: aktifitas pertanian dan industri (lihat II.2.
Konsep Analisa Aktifitas Secara Rinci). Contoh tersebut tersedia di Lampiran 4 dan
5.
IV.2.3. SUSUNAN KUESIONER DAN PELATIHAN ENUMERATOR
Dalam sesi pelatihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, mengenai kuisioner
dan pelaksanaan wawancara. Ada berbagai istilah dalam panduan ini yang
enumerator harus mampu terjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dimengerti
petani, pihak industri, dll.
Penyusunan kuesioner adalah bagian penting dari AA. Ini berbeda dengan AL,
dimana kuesioner cukup terstandarisasi kita dapat menggunakan kuesioner standart dalam Lampiran 1 untuk mengumpulkan data, dan yang perlu ditekankan
adalah melatih enumerator untuk memahami kuesioner. Untuk AA, kuesioner terkait
dengan tipe aktifitas yang kita pilih: proses produksi dalam pertanian berbeda
dengan pabrik karet. Kita harus mampu mengembangkan kuisioner dengan data
tambahan dari pakar dan studi pustaka. Dalam panduan ini kami melampirkan
contoh kuisioner untuk aktifitas pertanian pada Lampiran 2.
Tabel dalam kuesioner (Lampiran 2) penting bagi enumerator dalam pengumpulan
data lapangan. Ini berkaitan dengan tipe data yang harus dikumpulkan, yang
sebagian besar adalah angka. Tabel ini dapat membantu menyusun data dengan
rapih untuk pengumpulan yang lebih mudah.
IV.2.4. PENENTUAN SAMPEL DAN WAWANCARA
Proses penentuan sampel sedikit berbeda dengan ASN. Memang benar bahwa
enumerator dan timnya harus memilih satu dari tiga perusahaan tambang yang
beroperasi di daerah aliran sungai. Penentuan ini tergantung pada kepentingan LSM
yang melaksanakan AA. Tetapi pilihan biasanya tergantung pada praktek yang
paling merusak lingkungan atau aktifitas sosial yang merugikan masyarakat lokal
atau sumber daya air.
-
34
Untuk pertanian tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan data umum
tentang pertanian dibandingkan kinerja petani. Hal ini dapat diperoleh melalui diskusi
dengan sekelompok petani. Ini dapat dilakukan dalam FGD kecil saat mereka
sedang berada di sawah atau kebun. Situasi yang informal dapat membantu petani
untuk bercerita tentang proses produksi yang mereka lakukan. Dari pengalaman
kami, petani senang bercerita tentang semua hal tentang kegiatan mereka.
Seringkali mereka bercerita tentang proses ini secara tidak terstruktur. Tapi hal ini
bisa di cek ulang kemudian.
Mewawancara perusahaan sifatnya sedikit berbeda. Mereka biasanya lebih tertutup
bagi orang luar dan segan membuka diri dan berbagi tentang prosesnya. Ini terkait
dengan ketakutan bahwa enumerator akan membagi informasi ke kantor pajak atau
kompetitor.
IV.2.5. PENJABARAN (JUGA RANGKUMAN HARIAN)
Penting untuk menulis hasil wawancara di lembar kertas yang baru secepatnya
setelah wawancara. Selalu ada kemungkinan bahwa informasi yang diperoleh tidak
jelas dan pertanyaan tidak dapat dijawab lagi jika kita tidak secepatnya melakukan
pengumpulan data susulan. Enumerator mungkin lupa beberapa detil atau lupa
mengecek ulang. Peraturan utama seharusnya adalah: wawancara di pagi hari
dan jelaskan di sore hari.
Semua data yang terkumpul sebaiknya disusun secara sistematis. Ini penting karena
data yang tidak rapih atau tidak sistematis hanya akan membingungkan dan sering
dianggap tidak bernilai karena tidak dapat dimengerti.
Untuk membantu melengkapi data, rangkuman harian melihat informasi penting
yang tidak termasuk dalam kuisioner tetapi dapat membantu dalam penulisan
laporan.
IV.2.6. RINGKASAN DAN INTERPRETASI
Setelah data terkumpul, dibuat ringkasan. Ringkasan memuat semua hal yang
dianggap penting terkait dengan isu yang dipilih. Ringkasan ini harus disusun
dengan hati-hati dan harus pandai mencari jika ada masalah. Ringkasan harus
pendek tetapi memuat gambaran umum dari data yang terkumpul.
IV.2.7. KEMUNGKINAN KELANJUTAN (CEK ULANG HASIL DAN BUAT
KESIMPULAN)
AA ini membahas aktifitas pertanian. Analisa aktifitas sebaiknya tidak langsung
selesai setelah ringkasan dan interpretasi dari data yang terkumpul. Ada beberapa
cara untuk meningkatkan keterwakilan dari ringkasan dan interpretasi data tersebut.
Untuk analisa aktifitas pertanian, hasil dapat dicek melalui FGD antara para petani,
contohnya, dari wilayah irigasi yang sama. FGD ini dapat dilakukan dalam kelompok
kecil dari 5 sampai 10 orang atau dalam kelompok yang lebih besar yang mewakili
semua anggota masyarakat. FGD ini juga dapat membahas isu-isu penting terkait
-
35
dengan perkembangan aktifitas seperti teknologi baru atau perubahan pola
pertanian.
FGD bisa bermanfaat untuk menjaga komunikasi dalam masyarakat dan juga untuk
memperbaiki hasil wawancara. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan membahas
hasil-hasil yang telah diperoleh sebelumnya dan mengecek ulang dengan pendapat
kelompok terfokus. Mungkin saja hasil dari wawancara dan kesimpulan yang dibuat
tidak sesuai dengan persepsi kelompok terfokus. Dengan ini FGD dapat menjadi
masukan penting untuk menarik kesimpulan akhir. Dengan mengadakan beberapa
FGD dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat dan lebih mendekati aktifitas
pertanian yang sebenarnya.
Juga untuk aktifitas pertanian, hasil-hasil dapat dicek ulang dengan petugas
penyuluh pertanian. Kantor-kantor tersebut menyimpan informasi (termasuk data
statistik) terkait dengan, antara lain, pola pertanian, hasil, dan praktek pengelolaan
lahan dalam suatu daerah tertentu.
Data dan informasi industri dapat dicek ulang dengan pakar. Banyak dosen
universitas memiliki akses berbagai macam penelitian, contohnya berkaitan dengan
perusahaan karet atau perkebunan kelapa sawit. Penjabaran lanjut selalu diterima
untuk melengkapi laporan.
-
36
V. PELAPORAN KEGIATAN LAPANGAN
Enumerator menulis laporan lapangan yang memuat hasil AL atau AA secepatnya
setelah kegiatan lapangan. Penundaan penulisan lapangan akan merusak hasil
karena banyak informasi detil yang mungkin terlupakan. Laporan lapangan ini bukan
dimaksud untuk ditulis dengan kesimpulan dan rekomendasi tetapi lebih untuk
mendokumentasikan data lapangan yang dapat digunakan untuk tujuan lainnya.
Laporan ini juga penting sebagai bahan untuk intervensi lebih lanjut. Pendekatan
ternegosiasi lain dapat dibantu dengan adanya laporan ini.
Laporan tersebut harus memuat setidaknya:
- Konteks dan tujuan wawancara; - Kapan dan oleh siapa dilaksanakan; - Kuisioner yang digunakan; - Masyarakat yang diwawancara; - Penemuan dari wawancara dan rekomendasi untuk perbaikan; dan - Ringkasan dari hasil, contohnya, tabel input aktifitas pertanian.
Kami bermaksud untuk memberi para pembaca gambaran apa yang dirasakan dan
dilihat enumerator di lapangan. Penting untuk menuliskan fakta actual tanpa
melebihi atau mengurangi pembahasannya.
Data yang diberikan harus akurat dan konsisten. Penulisan laporan harus sistematis
dan menggunakan bahasa yang jelas dan formal serta menghindari ketidakjelasan
untuk menghindari pemberian ide yang salah atau kesalahpahaman. Hal ini jelas
harus dihindari karena bisa memberi dampak yang buruk, khususnya jika digunakan
sebagai dasar pembuatan keputusan yang berkaitan dengan masyarakat luas.
Garis besar laporan AL dan AA cukup jelas. Tidak perlu menulis laporan rumit tetapi
hanya menyajikan hasil seadanya. Garis besar umum tersedia di kotak berikut.
Kotak dengan contoh garis besar laporan lapangan
1. PENDAHULUAN
2. ANALISA NAFKAH HIDUP
a. Seleksi kelompok sosial kritis b. Metode pengumpulan data c. Hasil Analisa Nafkah Hidup
i. Petani agroforestry hulu ii. Nelayan udang di daerah hilir iii. Petani rumput laut hulu iv. Dll.
3. ANALISA AKTIFITAS a. Selek