Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

25
PERSEPSI MAHASISWA POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA TERHADAP KASUS KORUPSI NAZARUDDIN Oleh: Meyrza Ashrie Tristyana 070913042 Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

description

Analisa Kualitatif Politik. Wawancara.

Transcript of Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Page 1: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

PERSEPSI MAHASISWA POLITIK UNIVERSITAS

AIRLANGGA TERHADAP KASUS KORUPSI

NAZARUDDIN

Oleh:

Meyrza Ashrie Tristyana

070913042

Departemen Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2011

Page 2: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

PENDAHULUAN

Topik:

Persepsi mahasiswa politik Universitas Airlangga dalam kasus korupsi Nazaruddin.

Tujuan:

Untuk mengetahui bagaimana persepsi tentang kasus korupsi Nazaruddin dari sudut

pandang mahasiswa politik.

Rumusan Masalah:

Bagaimana mahasiswa politik memandang kasus korupsi Nazaruddin?

Pernyataan tesis:

Sebagai mahasiswa politik, mereka pasti memiliki padangan tersendiri dan lebih

khusus jika dibandingkan dengan pandangan publik dalam menilai kasus korupsi Mantan

Bendahara Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.

Latar Belakang:

Muhammad Nazaruddin, Mantan Bendahara Partai Demokrat, harus berhadapan

berkali-kali dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Nazaruddin dilaporkan terlibat

dalam proyek pengadaan Alat Bantu Belajar Mengajar di Kementerian Kesehatan.

Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KPPPI) melaporkan

dugaan penyelewengan itu ke KPK. KPPPI dalam laporannya ke KPK menyebut bahwa

Nazaruddin bersama Muhammad Nasir, saudaranya yang juga anggota DPR, terlibat

memuluskan proyek tersebut.

Nazaruddin diduga terlibat pada proyek pengadaan Alat Bantu Belajar Mengajar

Kementerian Kesehatan bernilai Rp 449.000.000.000,- untuk rumah sakit pendidikan dan

rumah sakit rujukan. Dua orang yang diduga anak buah Nazaruddin, Mindo Rosalina

Manulang dan Marisi Matondang, Direktur Utama PT Mahkota Negara, pun disebut berperan

penting di lapangan dalam memuluskan PT Buana memenangi proyek di anggaran perubahan

Kementerian Kesehatan pada 2010 itu.

Page 3: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Jika nantinya KPK benar-benar menemukan bukti keterlibatan Nazaruddin, maka

daftar kasus mantan bendahara umum Demokrat tersebut akan semakin panjang di KPK.

Nazaruddin mulanya terseret kasus proyek wisma atlet SEA Games XXVI di Jakabaring,

Palembang. Kemudian proyek di Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional.

Kedua kasus ini tengah ditangani KPK. Lembaga ini juga telah memanggil

Nazaruddin untuk dimintai keterangan. Namun, berkali-kali dipanggil ia yang kabarnya

berada di Singapura tak kunjung datang. Hampir satu bulan Ketua Dewan Pembina Partai

Demokrat (PD), Susilo Bambang Yudhoyono, menginstruksikan PD agar membantu KPK

menjemput Nazaruddin agar pulang ke tanah air. Tapi hasilnya hingga kini tak kunjung ada.

Strategi Penelitian:

Case study dengan teknik pengumpulan data mewawancarai kelompok dan semi

terstruktur. Responden adalah kelompok mahasiswa politik Universitas Airlangga angkatan

tahun 2007-2008 (dalam waktu dan tempat yang sama), 2009, dan 2010.

Page 4: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

BAB I

Bendahara Umum Demokrat Muhammad Nazaruddin, ditengarai terlibat kasus suap

proyek asrama atlet SEA Games di Palembang. Kisah bermula saat Sekretaris Menteri

Pemuda dan Olahraga (Menpora), Wafid Muharram, tertangkap basah petugas Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) saat bertransaksi dengan Direktur Marketing PT Anak Negeri,

Mindo Rosalina Manulang, dan Direktur Marketing PT Duta Graha Indah, Muhamad Idris, di

kantor Sekretaris Menpora, Kamis malam, 21 April 2011.

Dalam penangkapan itu disita beberapa lembar cek senilai Rp 3.200.000.000,- serta

uang jutaan rupiah dalam mata uang rupiah, dolar Singapura, dan dolar Amerika Serikat.

Uang kontan dalam berbagai pecahan mata uang itu ditemukan petugas KPK di tempat

sampah. Rupanya saat penggerebekan uang itu sempat dibuang staf Wafid. Begitu tertangkap,

Menpora Andi Mallarangeng langsung memecat Wafid.

Penangkapan berbuntut panjang. Ditengarai kasus ini melibatkan petinggi Demokrat.

Dalam pemeriksaan Rosa mengaku hanya suruhan Nazaruddin. Berkali-kali hal ini diungkap

pengacara Rosa, Kamarudin Simanjuntak. Kata dia, Nazar mendapat bagian Rp

25.000.000.000,-. Saat ditangkap, Rosa sedang mengatur pemberian uang oleh Muhammad

Idris dari PT Duta Graha Indah, pemenang tender pembangunan Wisma Atlet SEA Games,

kepada Wafid.

Nazaruddin adalah salah satu figur penting di balik kemenangan Anas dalam

perebutan kursi Ketua Umum. Dia penggalang dana yang hebat, sehingga mampu

mensukseskan pemenangan Anas. Akhirnya Anas mengalahkan Andi dan Marzuki. Nazar

juga disebut-sebut penyetor dana terbesar buat Demokrat.

Namun sepekan kemudian, setelah berganti kuasa hukum, Rosa berbalik. Dia

mencabut keterangan sebelumnya. Meski Rosa mencabut keterangannya, Wafid justru

mengaku beberapa kali bertemu dengan Nazar untuk membahas anggaran wisma atlet.

Nazar segera menepis pengakuan Rosa, Kamarudin, maupun Wafid. Ia mengaku tidak

terkait kasus suap itu. Ia bahkan mengaku tidak mengenal semua orang yang tersangkut kasus

suap Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Page 5: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Nama lain yang disebut-sebut adalah anggota Fraksi Demokrat DPR Angelina

Sondakh. Janda aktor Adjie Massaid itu adalah koordinator anggaran Komisi Olahraga DPR

RI dan diduga ikut menggolkan proyek itu. Tapi dalam konferensi persnya, Angelina

membantah tudingan itu.

Karena desakan berbagai penjuru, Partai Demokrat (PD) lalu membentuk tim

investigasi. Hasilnya, mereka menyatakan tuduhan suap kepada Nazaruddin dan Angelina tak

terbukti. Namun mereka menyerahkan sepenuhnya ke KPK untuk menuntaskan kasus ini.

Soal pengakuan Rosa, Ahmad Mubarok, anggota Dewan Pembina PD, mengaku belum

menemukan keterkaitannya.

Namun Demokrat langsung dikecam karena dianggap tak sejalan dengan upaya Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY) memberantas korupsi. Demokrat lalu membentuk tim

investigasi dan menyodorkan pilihan untuk Nazar. Kata Ketua DPP, Kastorius Sinaga, SBY

memberi dua opsi, yakni dipecat atau mundur.

Tapi tim investigasi segera membantah pernyataan Kastorius. Kata Mubarok,

pemecatan atau pemaksaan mundur memang prosedur Demokrat untuk kader yang terbukti

menerima suap.

Kastorius langsung ditembaki Ketua dan anggota tim investigasi, Benny K. Harman

dan Ruhut Sitompul, yang sejak awal mati-matian membela Nazaruddin. Sementara, Benny

malah langsung menuding Kastorius sengaja ingin memecah belah Demokrat.

Merebaknya perang kata-kata ini sulit dilepaskan dari asal-usul mereka. Nazar, Ruhut, dan

Benny adalah tim sukses Anas. Adapun Kastorius ada di kubu Andi. Namun Kastorius

membantah punya agenda tersembunyi.

Rupanya, di balik perang kata-kata itu, tarik ulur soal Nazaruddin memang sulit.

Selain isu pertarungan kubu pasca pemilihan Ketua Umum, posisi dia memang strategis.

Beredar kabar bahwa lelaki umur 33 tahun itu banyak memegang informasi penting sejumlah

politisi Demokrat di Senayan. Dalam dua kali diperiksa Dewan Kehormatan di kantor DPP

Salemba dan di Cikeas, Nazaruddin tegas membantah terlibat dalam kasus suap di

Kemenpora.

Page 6: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Padahal untuk menyelamatkan nama baik partai dan pemerintahan SBY Dewan

Kehormatan telah mengutus Anas untuk membawa surat pengunduran diri Nazar yang

mereka siapkan. Namun hasilnya nihil. Meski sudah harus terbang ke Bali untuk menjalankan

tugas Dewan Kehormatan, Anas harus membawa kembali surat pengunduran diri bendahara

umum partainya itu dalam keadaan kosong, tanpa tanda tangan Nazar.

Keputusan meminta Nazar mundur secara sukarela diambil SBY sebagai Ketua

Dewan Pembina, setelah Dewan Kehormatan menyimpulkan bahwa dia layak dipecat atau

diminta mundur. Apalagi, ada laporan dari Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud M.D.

kepada SBY, bahwa Nazaruddin pernah memberikan duit sejumlah uang kepada Djanedri M.

Gaffar, Sekjen MK. Dalam rapat ini Anas diberi tugas meminta tanda tangan Nazar untuk

mengundurkan diri.

Saat bertemu Anas, Nazar membantah semua tuduhan. Ia pun menolak

menandatangani surat pengunduran diri yang dibawa Anas. Ia balik menyerang dan

menitipkan pesan penting untuk para petinggi Demokrat. Ia mengancam akan menyeret

empat petinggi partai, termasuk Edhie Bhaskoro Yudhoyono, Putra SBY, jika dipaksa

mundur.

Sekembalinya dari Bali, Anas melaporkan pertemuannya dengan Nazar ke Cikeas.

Saat itulah Anas menyampaikan tudingan balik Nazar. Saat dikonfirmasi Tempo, Anas

membantah cerita itu, demikian pula Choel, Marzuki dan Ibas. Namun Kastorius

membenarkan. “Nazar mengancam akan membuka 'bobrok' partai kalau dilengserkan,”

ujarnya.1

Setelah menerima laporan itu, keinginan menyingkirkan Nazar demi menyelamatkan

partai pun teredam. Semula SBY sangat bersemangat memerintahkan dewan kehormatan

menelaah kasus ini, dan memerintahkan langsung kepada Sekretaris Dewan Penasihat Amir

Syamsuddin. Namun, malam itu SBY mulai berhati-hati.

SBY berencana mengutus Anas bertemu pemimpin KPK, agar mendapat informasi

tentang kasus suap itu. Setelah mendengar titah SBY, para petinggi KPK menggelar rapat.

Mereka lalu memutuskan untuk tidak menerima Anas karena khawatir akan mengganggu

proses penyidikan.

1 http://tempointeraktif.com/khusus/selusur/nazaruddin/ (diakses Senin, 20 Juni 2011 pukul 15.00 WIB)

Page 7: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Anas menyanggah telah diutus SBY mengintervensi kasus suap yang melibatkan

Nazar di KPK. Menurut dia, posisi Demokrat jelas yaitu mengedepankan proses hukum.

Sementara itu, Juru Bicara KPK, Johan Budi S.P., mengaku belum mengetahui hal itu.

Suasana kian panas ketika Mahfud melaporkan kasus suap lain yang melibatkan

Nazar kepada SBY secara lisan. Usai bertemu Presiden, Mahfud membeberkan laporannya

kepada wartawan. Mahfud melaporkan tentang kasus pemberian uang oleh Nazaruddin

kepada Sekjen MK, Janedjri M. Gaffar, sebesar 120 ribu dollar Singapura.

Karena manuver ini, kolega Nazar menuduh Mahfud mencari popularitas murahan.

Ruhut Sitompul, langsung menyerang Manfud. Ia mencurigai motif Mahfud melapor ke SBY.

Awalnya Mahfud masih santai. Ia menyarankan agar Ruhut bertanya langsung kepada

SBY, mengapa dia melaporkan kasus ini. Tapi lama-kelamaan Mahfud panas juga, apalagi

Ruhut terkesan melecehkan Mahfud yang menurut dia hanya lulusan Universitas Islam

Indonesia, sementara dirinya lulusan Universitas Padjajaran.

Menurut Mahfud, tujuh bulan ia menyembunyikan kasus ini. Sikap Mahfud berubah

saat SBY memintanya membuka kasus ini.

Maka Senin malam, 23 Mei 2011, Dewan Kehormatan mengumumkan pemberhentian

Nazar sebagai Bendahara Umum. Namun Sekretaris Dewan Kehormatan, Amir Syamsuddin,

di Kantor Pusat Demokrat mengatakan bahwa status Nazar masih sebagai anggota DPR.

Keputusan itu ditentukan dalam rapat Dewan Kehormatan di rumah SBY dan atas kehendak

SBY. Dalam rapat Dewan Kehormatan, SBY meminta Dewan Kehormatan sepakat

memberhentikan Nazar.

Namun, kemelut tak juga usai. Nazar bahkan membuktikan perlawanannya. Selasa, 24

Mei 2011, Nazaruddin menebar ancaman ke media. Ia membeberkan tentang adanya

beberapa kader Demokrat yang bermain di balik kasus yang melibatkan dirinya. Nazar pun

mengancam akan membuka borok di tubuh sejumlah elit partai penguasa itu.

Dua petinggi Demokrat dibidik Nazar. Pertama Sekretaris Dewan Kehormatan, Amir

Syamsuddin. Kepada media, Nazar tanpa ragu menyatakan bahwa Amir tak lebih dari

seorang koruptor.

Page 8: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Bidikan kedua Andi Mallarangeng. Menurut Nazar Andi harus bertanggungjawab.

Sebab, Andi mengetahui proses tender proyek asrama atlit SEA Games.

Nazar pun menuding Sekjen MK, Janedjri, sering melobi DPR. Menurut dia, sebagai

pengelola anggaran di MK, Janedjri sering melobi dirinya. Adapun Mahfud MD disebutnya

sebagai penipu.

Anehnya, kali ini Nazar tak lagi menyebut nama Edhie Bhaskoro Yudhoyono. Karena

itu diduga ada semacam kesepakatan bahwa Nazar boleh menyebut berbagai nama yang

diduga terlibat dalam kasus suap yang melibatkan para petinggi Demokrat, kecuali Edhie

Bhaskoro Yudhoyono.

Awalnya Demokrat menanggapi ancaman Nazar dengan dingin. Amir mempersilakan

Nazaruddin membeberkan aibnya, jika memang ada. Andi Mallarangeng pun menantang

Nazar membongkar kasus suap di kementeriannya. Choel pun menyanggah tudingan Nazar.

Menurut dia, tuduhan itu tidak dilandasi bukti.

Janedjri juga membantah tudingan Nazar. Mahfud pun tak gentar. Ia malah makin

terbuka menyebut Nazar terkait dua kasus lainnya. Soal tudingan Nazar menyuap anak

buahnya, Mahfud lalu datang ke KPK untuk memberikan keterangan.

Dua hari pasca pemecatan Nazaruddin, Rabu malam 25 Mei 2011, Demokrat

menggelar konsolidasi. SBY mengundang seluruh kader Demokrat ke rumahnya di Cikeas.

Dalam pertemuan itu SBY marah-marah. Kemarahan SBY ini, kata Kastorius,

lantaran bawahannya kurang menjaga etika dan aturan organisasi. Sementara, terkait dengan

kasus Nazaruddin, para kader malah berselisih dan mempolitisir kasus hingga merugikan

citra partai.

Persoalan Nazaruddin dianggap SBY sebagai persoalan internal yang merugikan.

SBY merasa kader Demokrat kurang waspada. SBY melihat persoalan Nazaruddin serius

yang sudah merugikan kredibilitas SBY, karena itu beliau meminta Demokrat kompak solid.

Nazaruddin diminta fokus terhadap masalah hukum. Partai juga bisa menyiapkan bantuan

hukum.

Page 9: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Sehari kemudian Nazar dikabarkan kabur. Informasi kaburnya sang Bendahara Umum

itu meluncur dari mulut Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar, seusai rapat Kabinet di

Kantor Kepresidenan, Kamis sore, 26 Mei 2011. Menurut Patrialis, sejak Senin sore, 23 Mei

2011 Nazaruddin sudah kabur ke Singapura dengan naik pesawat Garuda Indonesia.

Padahal Direktorat Jenderal Imigrasi baru Selasa sore, 24 Mei 2011 pukul 18.00 WIB,

menerima surat permintaan cekal dari KPK. Tentang permintaan KPK ini dijelaskan Direktur

Penyidikan dan Penindakan Ditjen Imigrasi, Muhammad Husin, beberapa jam sebelum

Patrialis berbicara kepada wartawan.

Juru bicara KPK, Johan Budi, pun membenarkan soal permintaan cekal dari KPK.

Sejak 24 Mei 2011, KPK sudah meminta pencegahan kepada empat orang dalam kasus suap

Wisma Altet, salah satunya Nazaruddin. Dalam kasus ini, KPK telah menetapkan Wafid,

Rosa, dan Muhammad Idris, sebagai tersangka.

Begitu menerima surat permohonan cekal dari KPK, Imigrasi langsung menerbitkan

surat cekal Nazar dan langsung mengabarkan ke seluruh kantor Imigrasi. Karena itu Husin

menepis kabar bahwa Nazar sudah kabur. Sebab, secara online semua komputer imigrasi

akan mendeteksi hal itu.

Keganjilan mulai tampak ketika Ketua Fraksi Demokrat di DPR, Jafar Hafsah,

mengatakan bahwa Nazaruddin pergi ke Singapura sudah izin fraksi. Padahal semula para

pengurus partai mengaku tak tahu ke mana perginya Nazar. Menurut Jafar, Nazar telah

membuat surat pada 23 Mei 2011 dan sudah diberi disposisi. Namun ia mengaku tak tahu di

rumah sakit mana Nazar dirawat.

Berbeda dengan Jafar, Andi Nurpati, yang baru ditunjuk sebagai juru bicara Partai

mengaku tidak tahu kalau Nazaruddin pergi ke Singapura. Penjelasan Andi makin

melengkapi ketidakjelasan posisi Nazar, karena ia dikabarkan masih datang ke Cikeas pada

hari Rabu, 25 Mei 2011. Karena itu, politisi Partai Gerindra Permadi menduga Nazar sengaja

disuruh menyingkir ke Singapura.

Suasana belum reda ketika pada Sabtu siang beredar SMS yang sangat menohok

Presiden SBY dan para petinggi Demokrat. Beberapa media menerima pesan pendek itu.

Page 10: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Pesan pendek mengatasnamakan M. Nazaruddin yang dikirim dari nomor +6584393XXX itu

sungguh mencengangkan.

Berikut ini adalah isi pesan dari nomor tersebut.2 “Demi Allah, Saya M. Nazaruddin

telah dijebak, dikorbankan dan difitnah. Karakter, karier, masa depan saya dihancurkan. Dari

Singapore saya akan membalas. Saya akan bongkar skandal seks sesama jenis SBY dgn

Daniel Sparingga dan Mega korupsi Bank Century, korupsi Andi Malaranggeng dalam

Wisma Atlit, Manipulasi data IT 18 juta suara dlm Pemilu oleh Anas Urbaningrum dan Andi

Nurpati. Mohon doa dan dukungan. Wasallam.” Namun saat dikontak, nomor telepon

genggam Singapura itu tak diangkat.

Maka kegemparan terjadi dan pengurus Demokrat langsung menggelar rapat. Menurut

Andi Nurpati salah satu pembicaraan dalam rapat di Kantor Pusat Demokrat Sabtu petang

adalah soal pesan singkat itu. Ketua Umum menyampaikan, saat ini banyak cobaan yang

dihadapi Demokrat, karena itu semua kader dan pimpinan diminta solid, sabar, hati-hati, dan

siap menghadapi serangan dari luar pada saat itu.

Malam itu juga, sejumlah pengurus berangkat ke Cikeas menemui SBY. Namun,

menurut Soetan Bhatoegana, salah satu pengurus, mereka diundang ke Cikeas sekalian

nonton bola pertandingan final Liga Champions antara Manchester United melawan

Barcelona.

Staf Khusus Presiden Daniel Sparingga menyatakan bahwa hal itu adalah tuduhan

konyol. Dengan tegas, ia membantahnya. Sementara, Nazaruddin yang konon masih di

Singapura menegaskan bahwa dirinya tak pernah mengirim SMS seperti itu. “Ini fitnah, Demi

Allah ini enggak benar,” ujarnya, kepada Indonesia Monitor, Sabtu, 28 Mei 2011.3 Menurut

dia, ada yang sengaja mengadu domba dan melakukan kampaye hitam untuk menyerang

Demokrat dan Presiden SBY.

BAB II

2 http://www.wartaberita.net/2011/05/isi-sms-nazarudin.html (diakses Senin, 20 Juni 2011 pukul 15.00 WIB)3 http://monitorindonesia.com/2011/05/sms-gelap-borok-demokrat-tiba-dari-singapura/ (diakses Senin, 20 Juni 2011 pukul 15.00 WIB)

Page 11: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Skandal Nazaruddin terus bergulir. Setelah diduga terlibat suap dalam pembangunan

wisma atlet SEA Games, dia juga dituduh hendak menyuap Sekjen Mahkamah Konstitusi.

Kasus ini makin membuat geram banyak orang, karena sehari sebelum dicekal Nazaruddin

berhasil melenggang ke Singapura.

Kaburnya pengusaha batu bara dan perkebunan berusia 33 tahun ini memancing

kecurigaan banyak orang. Ada yang menuding rencana Komisi Pemberantasan Korupsi

memeriksa mantan Bendahara Partai Demokrat ini bocor duluan. Ada juga yang menduga

kaburnya Nazaruddin direkayasa untuk menghilangkan jejaknya yang terkait dengan banyak

politikus Demokrat lain.

Kecurigaan publik makin menjadi setelah muncul insiden pesan pendek Nazaruddin.

Dikirim dari nomor telepon Singapura, pesan pendek yang dikirim secara berantai itu berisi

sejumlah tuduhan balik ke elite Partai Demokrat, termasuk Susilo Bambang Yudhoyono.

Pengirimnya mengaku-aku sebagai Nazaruddin.

Semua perkembangan ini menyiratkan betapa tingginya muatan politis skandal ini.

Kalau Nazaruddin membuka suara, tak mustahil beberapa elite Partai Demokrat bisa terseret

jatuh. Ini tentu bakal mengganggu citra partai itu menjelang Pemilihan Umum 2014.

Jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia dua pekan lalu sudah mengirim pesan

bahaya: perolehan suara Partai Demokrat, jika pemilihan diadakan dalam waktu dekat ini,

turun sampai 3 persen dibanding perolehan mereka pada Pemilu 2009. Selisihnya dengan

partai nomor dua (Golkar dan PDIP bergantian ada di peringkat ini), yang semula 5-6 persen,

sudah menyusut sampai hanya 2 persen.4

Dengan latar belakang dan konstelasi semacam itu, wajar jika publik meragukan

keberanian Komisi Pemberantasan Korupsi mengusut tuntas kasus ini. Sekitar 76,9 persen

pembaca tempointeraktif.com menilai komisi antikorupsi tak akan bisa menuntaskan kasus

Nazaruddin. Hanya 20,69 persen pembaca Tempo yang masih percaya KPK punya taji.5

Itu pula yang disampaikan oleh responden yang merupakan kelompok mahasiswa politik

Universitas Airlangga angkatan 2010. Mereka belum tergabung dalam organisasi mahasiswa

4 http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/06/13/brk,20110613-340227,id.html (diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 14.00 WIB)55 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/06/06/IND/mbm.20110606.IND136875.id.html (diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 14.00 WIB)

Page 12: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

apapun, namun memiliki komunitas yang luas. Sebagai mahasiswa yang masih terhitung baru

belajar politik, berikut ini adalah pandangan mereka tentang kasus korupsi Nazaruddin:

“Kasus Nazaruddin menjadi pertaruhan citra Partai Demokrat. Pasalnya, partai pemenang

Pemilu 2009 itu kerap menggunakan isu anti korupsi untuk dijadikan bahan pencitraan

positif.

Ini ujian keseriusan bagi Demokrat untuk melakukan pemberantasan korupsi di internal.

Apalagi isu-isu pemerintahan  bersih termasuk partainya sering jadi isu utama yang diusung

SBY.

Kasus Nazaruddin mestinya dimanfaatkan Partai Demokrat untuk menunjukkan

komitmen anti korupsi partai. Kegagalan membawa pulang mantan bendahara umum Partai

Demokrat itu menunjukkan ketidakseriusan menjalankan komitmen yang diusung.

Seseorang yang diduga terkait kasus hukum kemudian pergi dengan alasan berobat,

sudah jadi alasan klasik. Nazaruddin pergi ke Singapura diam-diam, dan hingga saat ini tak

menunjukkan bukti kalau dia tengah menjalani pengobatan.”

Sedangkan responden yang merupakan kelompok mahasiswa politik Universitas

Airlangga tahun 2009 mengajukan pandangan sebagai berikut:

“Kasus korupsi Nazaruddin merupakan awal dari sebuah perpecahan besar Partai

Demokrat. Bukan hanya berdampak pada partai, kasus ini juga berdampak pada

pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Satu sisi perpecahan dalam partai adalah keputusan untuk mengambil posisi pelengseran

bendahara umum, bahkan ingin memaksimalkan hukuman, perpecahan lain adalah ingin

meminimalkan hukuman partai. Demokrat seolah dibuat pusing sendiri dengan masalah

internalnya, terkesan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dan publik mulai

menilai langkah apapun yang diambil oleh Partai Demokrat ini serba salah.

Selain itu, kasus Nazaruddin ini sengaja diperbesar oleh berbagai pihak yang

berseberangan dengan Partai Demokrat untuk menjatuhkan nama Partai Demokrat dan

menjatuhkan popularitas Susilo Bambang Yudhoyono sehingga dapat menutup kesempatan

Page 13: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Partai Demokrat untuk lebih melebarkan sayap di pemilihan umum 2014. Ini merupakan

kesempatan besar bagi partai lain untuk menunjukkan kelemahan Partai Demokrat.”

Kelompok mahasiswa politik Universitas Airlangga tahun angkatan 2008 dan 2007 yang

terdiri dari berbagai organisasi mahasiswa juga mengajukan pandangannya seperti berikut:

“Bagi kami, kasus yang menimpa Nazaruddin adalah kemajuan luar biasa dalam

penegakan hukum kita untuk benar-benar mewujudkan negeri ini sebagai negara hukum yang

demokratis, karena Nazaruddin adalah pejabat elite dari partai yang sedang berkuasa di

negeri ini.

Mudah-mudahan ini membuktikan bahwa supremasi hukum di negeri ini benar-benar

menjadi standar penilaian positif terhadap pemerintahan SBY, untuk terwujudnya good

governance sebagai salah satu ciri dari pemerintahan demokratis. Cita-cita untuk menjadikan

negara Indonesia sebagai negara hukum  telah tertorehkan dalam konstitusi, tetapi

pengalaman di masa lampau tetap membuktikan bahwa tidak semua masalah harus selesai

dengan proses hukum, karena presiden sebagai Kepala Pemerintahan sekaligus sebagai

Kepala Negara, memiliki pengaruh kekuasaan yang demikian besarnya.

Dalam logika hukum, kekuasaan Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan,

tentulah melebihi kewenangan Jaksa Agung untuk mendeponeer perkara, karena kewenangan

kejaksaan sendiri adalah bagian dari kewenangan pemerintahan. Jadi keputusan Dewan

Kehormatan Partai Demokrat yang diketuai SBY yang juga adalah presiden yang menurut

konstitusi juga beliau adalah pemegang kekuasaan pemerintahan terhadap kasus Nazaruddin

untuk menyerahkannya ke ranah hukum, adalah sikap negarawan yang patut diacungi jempol.

Kita tunggu, apakah betul-betul masalah itu akan selesai dalam jalur due process of law

sebagai bentuk dari supremasi hukum, atau tidak.

Jika tidak, hal ini membuktikan bahwa di negara Indonesia yang menyatakan diri sebagai

negara hukum, tetap memberi ruang adanya penyelesaian tanpa proses penegakan hukum bila

hal itu dilakukan oleh Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan. Jadi sangat

beralasan kalau sikap SBY untuk menyerahkan kasus Nazaruddin ini ke ranah hukum

sepatutnya diacungi jempol, sungguhpun itu akan menjadi pukulan berat bagi Partai

Demokrat yang selama ini terus berusaha mencitrakan diri sebagai partai bersih.

Page 14: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Penyelesaian secara hukum akan menjadi sesuatu yang memberikan multi player effect

yang sangat baik, karena bukan saja akan manjadi tradisi baik bagi perjalanan negeri ini

menjadi negara hukum, tetapi juga sekaligus akan menjawab berbagai prasangka yang akan

menjadi fitnah yang berkepanjangan bila tidak dibuka tentang benarkah Mahfud M.D.

melaporkan sepak terjang bawahan SBY itu untuk mendapatkan manfaat politik menghadapi

pemilihan presiden 2014 sebagaimana yang ditudingkan kepadanya.

Benarkah Nazaruddin mencoba menyuap MK melalui Sekjennnya atau benar-benar itu

adalah sikap baik dari seorang Nazaruddin sehingga hal tersebut bukan kepentingan dan tidak

sepengetahuan Ketua Partai Demokrat, atau benarkah alibi yang dikembangkan oleh Ruhut

Sitompul sebagai seorang kader Partai Demokrat yang menepis kemungkinan Nazaruddin

menyogok Sekjen MK sebagaimana yang ditudingkan kepada rekannya itu karena

bertentangan dengan logika, oleh karena menurutnya posisi Nazaruddin sebagai anggota DPR

lebih kuat dari Sekjen MK yang selalu berusaha mempengaruhi dewan untuk mendapatkan

tambahan anggaran MK.

Semua itu akan terang benderang bila KPK yang kini dipimpin  Busyro Mukaddas

melakukan langkah pro aktif segera menangani masalah ini sesuai kebutuhan publik, tanpa

harus menunggu kedatangan Pak Mahfud untuk mengadukan hal itu ke KPK.”

PENUTUP

Akhir-akhir ini bangsa kita gaduh oleh sejumlah kasus skandal yang merugikan dan

merusak tatanan kenegaraan termasuk kasus korupsi Nazaruddin ini. Menggurita di lembaga

pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif). Trend yang tidak pernah usai sejak

keterbukaan demokrasi yang memungkinkan semua orang berpartisipasi di dalamnya.

Page 15: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

Dari hasil wawancara, dapat diketahui bahwa mahasiswa politik Universitas Airlangga

telah mengikuti berita tentang kasus korupsi Nazaruddin dan cukup mendetail dalam

memandangnya.

Mahasiswa politik Universitas Airlangga angkatan tahun 2007-2008 memiliki pandangan

yang cukup berbeda dari dua angkatan setelahnya. Mereka memandang kasus ini dari sisi

positifnya, menganggap ini adalah sebuah ketegasan seorang SBY, terlepas dari separah apa

kerusakan di dalam tubuh partainya.

Memang seharusnya kasus ini tidak hanya dipandang dari satu sisi. Dapat disimpulkan

berdasarkan pandangan mahasiswa politik, kasus korupsi ini merupakan titik hancurnya

Partai Demokrat yang selama ini memimpin perolehan suara di pemilihan umum karena

kepercayaan publik yang berkurang. Selain itu, masalah ini juga menjadi kesempatan bagi

partai lain untuk menunjukkan bahwa Partai Demokrat tidak sebersih yang dijanjikan. Partai

lain juga mulai berusaha menghambil hati publik karena jatuhnya Demokrat akan

mempermudah persaingan partai-partai lain untuk bangkit.

Demokrat seolah terlalu disibukkan dengan urusan internalnya yang mulai merembet ke

stabilitas pemerintahan negara ini. Mudah bagi pemerintah untuk memunculkan isu-isu

pengalihan untuk menutupi kasus ini, namun rakyat semakin cerdas. Mereka tidak akan lupa

begitu saja. Rakyat justru semakin tidak puas dengan pemerintahan SBY karena masalah

semakin menumpuk. Masalah yang satu belum selesai, muncul lagi masalah yang baru.

Negara ini bukan hanya butuh seorang sosok pemimpin yang beda dan mampu

memperbaiki semua permasalahan. Partai politik sebagai instrumen demokrasi, harus mampu

menyiapkan kader-kader dengan basis ideologi yang mengakar. Mereka hanya bisa

digembleng dalam sistem kaderisasi yang ketat.

Bukan politisi dan pemimpin yang dihasilkan secara instan karena kemampuan finansial.

Seperti para politisi yang tidak jelas kepolitikannya, yang setiap hari akrab dengan berbagai

skandal memalukan.

Hasil survey Lingkar Survey Indonesia (LSI) yang dilakukan pada 1-7 Juni 2011 dan

melibatkan 1.200 responden menunjukkan bahwa Demokrat sudah kehilangan kepercayaan

Page 16: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

publik. Lepas dari kebenaran kasus korupsi Nazaruddin atau tidak, publik sudah sangat yakin

terkait keterlibatan Demokrat terhadap sejumlah kasus Nazaruddin.

Maka kekecewaan publik sebagai pelaku demokrasi yang merasa dieksploitasi, bisa

diekspresikan melalui sejumlah artikulasi. Salah satunya pilihan untuk Golput (tidak

memilih) pada pemilu mendatang. Ini terlihat dari besarnya angka massa mengambang yang

menembus 80% sebagaimana rilis Lembaga Survey Indonesia (LSI) pada 29 Mei lalu.6

Persepsi kegagalan rezim SBY menciptakan pemerintahan bersih yang dikonstruk oleh

blow up media, tergambar dari ketidakpuasan masyarakat kian meruncing.

Sekarang saatnya kita sebagai generasi muda yang akan mengambil estafet

kepemimpinan bangsa. Kita hendaknya menyiapkan diri. Tantangan futuristik pemuda

menempa dua sisi integral. Integritas moral dan leadership yang semakin langka. Hal inilah

yang menjadi tugas kita, mahasiswa politik, yang nantinya akan menggantikan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.consumerreports.blog.opensubscriber.com/message/ekonomi-

[email protected]/15439913.html (diakses Senin, 20 Juni 2011 pukul 15.00 WIB)

6 http://fokus.vivanews.com/news/read/223391-lsi--demokrat-menang--tapi-pemilih-berkurang (diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 16.00 WIB)

Page 17: Persepsi Mahasiswa Politik Universitas Airlangga Terhadap Kasus Korupsi Nazaruddin

http://fokus.vivanews.com/news/read/223391-lsi--demokrat-menang--tapi-pemilih-berkurang

(diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 16.00 WIB)

http://hukumpolitik.com/partai-politik/lsi-kasus-nazaruddin-gembosi-suara-demokrat.html

(diakses Senin, 20 Juni 2011 pukul 15.00 WIB)

http://infoindonesia.wordpress.com/2011/05/19/isu-m-nazarudin-dari-perkosa-spg-hingga-

penipuan-rp-7-miliar/ (diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 16.00 WIB)

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/06/06/IND/

mbm.20110606.IND136875.id.html (diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 14.00 WIB)

http://monitorindonesia.com/2011/05/sms-gelap-borok-demokrat-tiba-dari-singapura/

(diakses Senin, 20 Juni 2011 pukul 15.00 WIB)

http://news.okezone.com/read/2011/06/12/339/467429/golkar-ambil-untung-dari-kasus-

nazaruddin (diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 16.00 WIB)

http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/06/13/brk,20110613-340227,id.html

(diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 14.00 WIB)

http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2011/06/18/brk,20110618-341553,id.html

(diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 16.00 WIB)

http://tempointeraktif.com/khusus/selusur/nazaruddin/ (diakses Senin, 20 Juni 2011 pukul

15.00 WIB)

http://www.tribunnews.com/2011/06/12/lsi-perolehan-suara-demokrat-turun-karena-kasus-

nazaruddin (diakses Rabu, 22 Juni 2011 pukul 16.00 WIB)

http://www.wartaberita.net/2011/05/isi-sms-nazarudin.html (diakses Senin, 20 Juni 2011

pukul 15.00 WIB)