PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya...

86
PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Chaesar Bastin NIM : 158114149 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya...

Page 1: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA

DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Chaesar Bastin

NIM : 158114149

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

i

PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA

DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Chaesar Bastin

NIM : 158114149

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

ii

Persetujuan Pembimbing

PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA

DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2019

Skripsi yang diajukan oleh:

Chaesar Bastin

NIM : 158114149

telah disetujui oleh:

Pembimbing Utama

T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. tanggal 16 Juli 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

iii

Pengesahan Skripsi Berjudul

PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA

DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2019

Oleh:

Chaesar Bastin

NIM : 158114149

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

pada tanggal 15 Juli 2019

Mengetahui

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Dekan,

Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., S.Si., Apt.

Panitia Penguji Tanda tangan

1. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. .....................

2. Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. .....................

3. Yunita Linawati, M.Sc., Apt. .....................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis

ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, dengan mengikuti ketentuan

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 16 Juli 2019

Penulis

Chaesar Bastin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Chaesar Bastin

Nomor Mahasiswa : 158114149

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Persepsi Apoteker Terhadap Pelayanan Antibiotika Di Apotek Wilayah Kota

Yogyakarta Tahun 2019

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 18 Juli 2019

Yang menyatakan

(Chaesar Bastin)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara

langsung. Maka, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen

pembimbing yang membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

2. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Pemerintah Kota Yogyakarta

yang telah memberikan izin bagi penulis sehingga penelitian ini dapat

terlaksana.

3. Bapak dan Ibu Apoteker di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

4. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. dan Ibu Yunita Linawati, M.Sc.,

Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran

hingga skripsi ini selesai dengan baik.

5. Untuk Bapak Paulus dan Ibu Gertrudis Nurwijayasari, juga adik

Charles Kristofer Nelson dan Brigita Aurelia Berty serta keluarga yang

telah memberikan doa, semangat dan dukungan secara finansial kepada

penulis.

6. Untuk Felicitas Fabiola Sigrid Ngala yang telah memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis.

7. Teman-teman kontrakan Graseo Granteo Putra, Marcelus Erwin,

Kevin Christopher, Ezra Alvansga serta Fatannio Putra yang selalu

mendukung dan menyemangati penulis.

8. Yosua Pither, Ria Utami, Desi Lopez dan Julista Iin Aurianti yang

selalu menyemangati penulis.

9. Teman pengurus Lektor Paroki Pringwulung Romo Tomo, Elizabeth

Rifa, Stefanny Sandi Pabubung, Melania Rosa Maryono, Melania Rosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

vii

Maryono, Bella Edena, Louisa Lintang dan Maria Paramitha Larasati

yang selalu mendoakan penulis.

10. Teman-teman FSMD 2015 atas kebersamaan dan kenangan yang

tidak akan terlupakan selama kuliah.

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang

membutuhkan dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 16 Juli 2019

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... v

PRAKATA... .......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

ABSTRAK... ......................................................................................................... xii

ABSTRACT... ........................................................................................................ xiii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2

Pengujian Kuesioner ............................................................................................ 4

Pengambilan Data ................................................................................................ 5

Pengolahan dan Penyajian Data .......................................................................... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6

Profil Apoteker .................................................................................................... 6

Tingkat Pengetahuan Apoteker Mengenai Penyakit Infeksi ............................. 10

Persepsi Apoteker terhadap Pelayanan Antibiotika berdasarkan Penerapan

Standar Pelayanan Kefarmasian ........................................................................ 13

Hambatan Apoteker dalam Memberikan Pelayanan Kefarmasian/

Pharmaceutical Care ........................................................................................ 17

KESIMPULAN ..................................................................................................... 23

SARAN......... ........................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 25

LAMPIRAN ...........................................................................................................28

BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 72

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 55

Tabel II Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Umur ..................... 55

Tabel III Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Tahun Lulus

Apoteker ........................................................................................ 55

Tabel IV Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Perannya di

Apotek ........................................................................................... 55

Tabel V Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ......................................................................................... 55

Tabel VI Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Pengalaman Kerja . 56

Tabel VII Perbandingan Jumlah Resep Rata-rata Antibiotika per-Minggu . 56

Tabel VIII Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Riwayat Pribadi

Penyakit Infeksi Kronis ................................................................. 56

Tabel IX Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Keluarga/Teman

Dekat yang Mempunyai Riwayat Penyakit Infeksi Kronis ........... 56

Tabel X Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Keyakinan Bahwa

Penggunaan Antibiotika Mempengaruhi Kemampuan

Pelayanan Kefarmasian ................................................................. 56

Tabel XI Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Mengenai Penyakit Infeksi ....................................... 57

Tabel XII Perbandingan Jumlah Apoteker yang Menjawab “Sedang”

Berdasarkan Hambatan yang Memengaruhi Tingkat

Pengetahuan Apoteker Mengenai Penyakit Infeksi ...................... 57

Tabel XIII Perbandingan Jumlah Apoteker berdasarkan Persespi Apoteker

terhadap Pelayanan Antibiotika sesuai Penerapan Standar

Pelayanan Kefarmasian ................................................................. 58

Tabel XIV Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Hambatan Dalam

Memberikan Pelayanan Pharmaceutical Care .............................. 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Jenis Kelamin ......... 7

Gambar 2 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Umur ....................... 7

Gambar 3 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Tahun Lulus

Apoteker .......................................................................................... 7

Gambar 4 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Perannya di

Apotek ............................................................................................. 7

Gambar 5 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Pendidikan

Terakhir ........................................................................................... 8

Gambar 6 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Pengalaman Kerja ... 8

Gambar 7 Perbandingan Jumlah Resep Rata-Rata Antibiotika per-Minggu .. 9

Gambar 8 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Riwayat Pribadi

Penyakit Infeksi Kronis ................................................................... 9

Gambar 9 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Keluarga/Teman

Dekat yang Mempunyai Riwayat Penyakit Infeksi Kronis ............. 9

Gambar 10 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Keyakinan Bahwa

Penggunaan Antibiotika Mempengaruhi Kemampuan

Pelayanan Kefarmasian ................................................................... 9

Gambar 11 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan Mengenai Penyakit Infeksi ....................................... 10

Gambar 12 Perbandingan Jumlah Apoteker yang Menjawab “Sedang”

Berdasarkan Hambatan yang Memengaruhi Tingkat

Pengetahuan Apoteker Mengenai Penyakit Infeksi ...................... 13

Gambar 13 Perbandingan Jumlah Apoteker berdasarkan Persespi Apoteker

terhadap Pelayanan Antibiotika sesuai Penerapan Standar

Pelayanan Kefarmasian ................................................................. 17

Gambar 14 Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Hambatan Dalam

Memberikan Pelayanan Pharmaceutical Care .............................. 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance ........................................................................... 28

Lampiran 2. Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor :

070/01218 ....................................................................................... 29

Lampiran 3. Kuesioner Sebelum di Lakukan Perbaikan ..................................... 30

Lampiran 4. Kuesioner Setelah di Lakukan Perbaikan ....................................... 37

Lampiran 5. Lembar Informasi Subjek ............................................................... 48

Lampiran 6. Informed Consent ........................................................................... 51

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ..................................................... 52

Lampiran 8. Tabel Data Penelitian...................................................................... 55

Lampiran 9. Rekapitulasi Apotek di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ..... 66

Lampiran 10. Formulir 5 Permenkes 73 tahun 2016............................................. 67

Lampiran 11. Formulir 6 Permenkes 73 tahun 2016............................................. 68

Lampiran 12. Formulir 7 Permenkes 73 tahun 2016............................................. 69

Lampiran 13. Formulir 8 Permenkes 73 tahun 2016............................................. 70

Lampiran 14. Formulir 9 Permenkes 73 tahun 2016............................................. 71

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

xii

ABSTRAK

Antibiotika adalah obat untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh

bakteri. Penggunaan antibiotika yang kurang tepat akan menyebabkan munculnya

kuman kebal antibiotika (resisten). Salah satu bentuk penggunaan antibiotika yang

tidak rasional adalah tenaga kesehatan yang memiliki tingkat kepatuhan buruk

terhadap standar dan pedoman peresepan. Penelitian ini bertujuan mengetahui

persepsi Apoteker selaku tenaga kesehatan yang berwenang dalam penyerahan

antibiotika kepada pasien. Jenis penelitian adalah observasional deskriptif.

Pengambilan data secara cross-sectional. Subjek penelitian merupakan Apoteker

sebanyak 34 orang yang bekerja di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta. Analisis

data secara deskriptif sesuai Permenkes 73 tahun 2016.

Hasil penelitian menunjukkan persepsi Apoteker terhadap pelayanan

antibiotika masih belum sesuai dengan standar. Hal tersebut karena meskipun

Apoteker sangat sering melakukan pelayanan Pengkajian dan Pelayanan Resep

(46,94%) serta Dispensing (52,94%), Apoteker masih jarang melakukan

Pelayanan Informasi Obat (34,56%) dan konseling (36,64%) di Apotek. Selain itu,

Apoteker juga tidak pernah melakukan pelayanan Home Pharmacy Care

(67,06%), Pemantauan Terapi Obat (60,59%) serta Monitoring Efek Samping

Obat (64,71%) di Apotek. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa persepsi

Apoteker terhadap pelayanan antibiotika masih belum sesuai dengan standar

dikarenakan adanya hambatan seperti kurangnya permintaan akan pelayanan

pharmaceutical care (64,71%), kurangnya training pada Apoteker terkait

Pharmaceutical Care (64,71%) dan lack of private space/counseling care

(64,71%).

Kata kunci : antibiotika, apotek, apoteker, persepsi, yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

xiii

ABSTRACT

Antibiotics are drugs to treat infections caused by bacteria. Inappropriate

use of antibiotics will cause the emergence of antibiotic-resistant (resistant)

germs. One form of irrational use of antibiotics is health workers who have a poor

level of compliance with prescribing standards and guidelines. This study aims to

determine the perceptions of pharmacists as health workers who are authorized in

the delivery of antibiotics to patients. This type of research is descriptive

observational. Data collection is cross-sectional. The research subjects were

pharmacists as many as 34 people who worked at the Yogyakarta City Pharmacy.

Data were analysed as descriptive according to Permenkes 73 of 2016.

The results showed that pharmacists' perceptions of antibiotic services

were still not in accordance with the standards. Because even though Pharmacist

are very often doing Studies and Prescription Services (46.94%) and Dispensing

(52.94%), Pharmacists rarely do Drug Information Services (34.56%) and

counseling (36.64%) in Pharmacy. In addition, Pharmacists never performed

Home Pharmacy services (67.06%), Drug Therapy Monitoring (60.59%) and

Monitoring of Drug Side Effects (64.71%) at the Pharmacy. From the results of

the study it can be concluded that Pharmacists' perceptions of antibiotic services

are still not in accordance with the standards due to barriers such as lack of

demand for pharmaceutical care services (64.71%), lack of training in Pharmacists

related to Pharmaceutical Care (64.71%) and lack of privat space/counseling care

(64.71%).

Keywords : antibiotics, pharmacies, pharmacists, perceptions, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

1

PENDAHULUAN

Antibiotika adalah obat untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh

bakteri (Kementerian Kesehatan RI, 2011c). Banyak penyakit infeksi yang

dianggap tidak dapat disembuhkan dan berpotensi mematikan sekarang dapat

diobati secara efektif dengan antibiotika (Katzung, 2017). Manfaat antibiotika

tidak perlu diragukan, namun jika penggunaannya kurang tepat akan

menyebabkan munculnya kuman yang kebal antibiotika (resisten). Hal tersebut

menyebabkan manfaat antibiotika tidak maksimal (Negara, 2014). Prevalensi

kuman yang resisten dapat mendorong penggunaan antibiotika yang lebih luas,

namun kurang berkhasiat atau menyebabkan toksik. Infeksi yang disebabkan oleh

kuman resisten antibiotika dikaitkan dengan peningkatan biaya, morbiditas dan

mortalitas (Katzung, 2017). Jika terus berlanjut, maka banyak penyakit yang tidak

dapat disembuhkan (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Salah satu bentuk penggunaan antibiotika yang tidak rasional adalah

tenaga kesehatan yang memiliki tingkat kepatuhan buruk terhadap standar dan

pedoman peresepan (WHO, 2015). Antibiotika sendiri harus diserahkan oleh

Apoteker kepada pasien atas resep dari dokter (Kementerian Kesehatan RI, 2009).

Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian atau

Pharmaceutical Care di Apotek bertujuan untuk melindungi pasien dan

masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan

pasein (patient safety) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Pelayanan Kefarmasian yang diberikan Apoteker kepada pasien yang

menerima peresepan antibiotika di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta masih

belum dilaksanakan secara menyeluruh (Bahat, R.Y.A., 2018), sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian terhadap persepsi Apoteker selaku tenaga

kesehatan yang berwenang dalam penyerahan antibiotika kepada pasien.

Penelitian dilakukan di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta dengan jumlah

apoteknya terbanyak nomor dua di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Dengan mengetahui persepsi Apoteker

terhadap pelayanan antibiotika, diharapkan dapat menjadi dasar untuk menyusun

program perbaikan pelayanan antibiotika agar lebih aman dan terkendali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

2

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif. Peneliti

melakukan observasi tanpa adanya intervensi untuk mendapatkan gambaran

mengenai persepsi Apoteker dalam pelayanan antibiotika di Apotek Wilayah Kota

Yogyakarta. Pengambilan data secara cross-sectional, observasi hanya dilakukan

satu kali (Sumantri, 2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah profil

partisipan (apoteker), tingkat pengetahuan tentang penyakit infeksi, penerapan

standar pelayanan kefarmasian dan hambatan dalam pelayanan terhadap pasien

yang menggunakan antibiotika. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

persepsi Apoteker.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan persepsi merupakan

penggambaran Apoteker terhadap pelayanan antibiotika di Apotek melalui

jawaban terhadap 50 pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan. Pelayanan

antibiotika yaitu meliputi penerapan Pelayanan Kefarmasian atau Pharmaceutical

Care sesuai standar Permenkes 73 tahun 2016. Pernyataan Apoteker “Tidak

Pernah” di maksudkan jika dalam seminggu Apoteker tidak pernah melakukan

Pelayanan Kefarmasian sedangkan pernyataan “Jarang” di maksudkan jika dalam

seminggu Apoteker melakukan Pelayanan Kefarmasian sebanyak 1-2 kali.

Pernyataan “Sering” di maksudkan jika dalam seminggu Apoteker melakukan

Pelayanan Kefarmasian sebanyak 3 kali sedangkan pernyataan “Sangat Sering” di

maksudkan jika dalam seminggu Apoteker melakukan Pelayanan Kefarmasian

lebih dari 3 kali.

Responden dalam penelitian ini adalah Apoteker yang berjumlah 34

orang, baik yang bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek maupun Apoteker

Pendamping yang bekerja di Apotek-Apotek Kota Yogyakarta. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah Apoteker yang melayani resep antibiotika paling

sedikit 3 resep per-Minggu, sedangkan kriteria eksklusinya adalah Apoteker yang

tidak mengisi kuesioner dengan lengkap dan sedang cuti.

Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara systematic

random sampling. Sampel yang diacak hanya elemen pertama, selanjutnya dipilih

secara sistematik sesuai langkah yang sudah di tetapkan. Terdapat 131 Apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

3

yang ada di Kota Yogyakarta (Kementerian Kesehatan RI, 2018) yang dapat di

asumsikan terdapat minimal 1 Apoteker di Apotek tersebut. Besar minimal

sampel dihitung menggunakan Rumus Slovin.

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N= Ukuran populasi

e = Tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat ditolerir (Sedarmayanti

dan Hidayat, 2011)

Dipilih 34 Apotek dengan minimal 1 Apoteker di Apotek tersebut.

Pengambilan sampel dilakukan secara sistematik dengan perhitungan

34/131=1/2,59=1/3 (dibulatkan menjadi 1/3). Pengambilan elemen pertama

dilakukan secara acak sederhana, yaitu diambil sesuai nomor urutan 1 sampai

nomor 30 kemudian diambil setiap jarak 3 Apotek hingga diperoleh sebanyak 34

Apotek.

Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner dengan

kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Pembuatan kuesioner berdasarkan

materi yang mengacu pada penerapan Pharmaceutical Care di Apotek sesuai

Permenkes No. 73 tahun 2016. Kuesioner terdiri dari empat bagian. Bagian

pertama berisi pertanyaan terkait profil Apoteker yang mengisi kuesioner. Bagian

kedua berisi pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan Apoteker mengenai

penyakit infeksi yang berhubungan dengan penggunaan antibiotika. Bagian ketiga

berisi pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan Apoteker mengenai Pelayanan

Kefarmasian terhadap pasien yang menggunakan antibiotika. Bagian keempat

berisi pertanyaan terkait hambatan Apoteker dalam memberikan layanan

Pharmaceutical Care terhadap pasien yang menggunakan antibiotika.

Sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

nomor : 070/01218, penelitian ini tidak perlu menggunakan Surat Keterangan

Penelitian (SKP) ketika pelaksanaannya. Penelitian ini dinyatakan etis untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

4

dilakukan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Duta Wacana melalui sertifikat dengan No.

957/C.16/FK/2019.

Pengujian Kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini telah dilakukan uji pemahaman bahasa,

validitas dan reliabilitas. Uji pemahaman bahasa dilakukan dengan tujuan

mengetahui pemahaman responden terhadap apa yang ditanyakan pada kuesioner.

Kuesioner diberikan kepada 5 orang Apoteker untuk diisi. Berdasarkan uji

pemahaman bahasa, didapatkan hasil pada pernyataan yang mengandung kata

“Formulir” kurang dipahami oleh Apoteker, sehingga peneliti memberikan solusi

dengan melampirkan contoh formulir sesuai dengan Permenkes No. 73 tahun

2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek agar Apoteker dapat

mengetahui formulir yang dimaksud ketika hendak mengisi kuesioner.

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen penelitian dapat

mengukur apa yang ingin diukur (Surahman dkk, 2016). Uji validitas dilakukan

dengan menggunakan uji validitas isi. Berdasarkan telaah dan revisi butir

pertanyaan/butir pernyataan oleh pendapat professional (Professional Judgement)

yaitu Apoteker, didapatkan hasil bahwa jawaban dari pernyataan “STS : Sangat

tidak setuju, TS : Tidak setuju, S : Setuju, SS : Sangat setuju” dirasa kurang tepat

untuk menjawab pernyataan mengenai Pelayanan Kefarmasian terhadap pasien

yang menggunakan antibiotika. Apoteker berpendapat bahwa dari jawaban

pernyataan tersebut, Apoteker cenderung menjawab pernyataan setuju. Dengan

demikian, pernyataan tersebut diganti berdasarkan frekuensi seberapa seringnya

dilakukan di Apotek, menjadi : “TP : Tidak Pernah” , “J : Jarang”, “S : Sering”

dan “SS : Sangat Sering”. Selanjutnya dilakukan pengurangan satu butir

pernyataan pada pernyataan “Saat menyerahkan antibiotika saya membuat salinan

resep sesuai resep asli dan diparaf oleh Apoteker”. Pengurangan pernyataan ini

karena pernyataan tersebut kurang relevan, dimana untuk memastikan infeksi

benar-benar terobati, antibiotika diberikan secara penuh oleh Apoteker sesuai

resep dokter dan harus diminum sampai habis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

5

Uji reliabilitas dilakukan pada 30 orang yang diuji menggunakan metode

Cronbach’s Alpha dengan bantuan program SPSS yang dimiliki oleh work station

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma. Hasilnya kuesioner dapat dikatakan

reliabel karena didapatkan hasil Cronbach’s Alpha sebesar sebesar 0,948. Dapat

disimpulkan bahwa 65 pertanyaan pada angket reliabel, dimana kuesioner relatif

konsisten (memperoleh hasil yang sama) apabila pengukuran dilakukan secara

berulang karena nilai Cronbach’s Alpha lebih dari sama dengan 0,6 (Sani,

Fathnur., 2016).

Pengambilan Data

Sebanyak 34 Apotek di Wilayah Kota Yogyakarta yang telah dipilih

melalui systematic random sampling diberikan kuesioner yang ditujukan kepada

Apoteker yang bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek maupun Apoteker

Pendamping. Pengambilan data dilakukan selama 3 Minggu dengan cara peneliti

mendatangi Apotek yang terpilih, kemudian peneliti memperkenalkan diri serta

memberitahukan maksud dan tujuan peneliti mendatangi Apotek. Peneliti

menentukan apakah Apoteker masuk ke dalam kriteria inklusi atau tidak, jika

masuk kriteria inklusi maka peneliti menjelaskan lebih lanjut mengenai kuesioner

penelitian dan meminta Apoteker untuk mengisi Informed Consent sebagai bukti

bahwa responden mengikuti penelitian dengan sukarela tanpa adanya paksaan

serta mengisi kuesioner secara lengkap. Peneliti berpindah ke Apotek lain jika

Apoteker di suatu Apotek masuk kriteria eksklusi. Peneliti dapat menunggu

hingga Apoteker selesai mengisi kuesioner jika Apoteker menginginkan.

Selanjutnya peneliti memeriksa kuesioner apabila masih terdapat data yang

kurang lengkap, peneliti meminta Apoteker untuk melengkapi kuesioner. Jika

Apoteker berhalangan untuk mengisi kuesioner saat itu, peneliti membuat janji

untuk mengambilnya dalam waktu 2-3 hari setelah kuesioner diberikan. Waktu

yang diperlukan untuk mengisi kuesioner sekitar 30 menit.

Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan pengolahan data,

dengan cara memeriksa data dengan melakukan perhitungan terhadap banyaknya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

6

lembaran-lembaran kuesioner yang telah diisi. Hal tersebut bertujuan untuk

mengetahui apakah jumlah lembaran kuesioner telah sesuai dengan jumlah yang

disebar. Koreksi juga dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data kuesioner.

Pada tahap ini dipilih kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi dan kuesioner

yang tidak lengkap akan dikeluarkan. Setelah memeriksa data, dilakukan tabulasi

data, jawaban responden yang sama dalam masing-masing pertanyaan

dikelompokkan dan dihitung presentasenya lalu disajikan dalam bentuk tabel serta

grafik untuk dianalisis secara deskriptif sesuai Permenkes No. 73 tahun 2016

tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Apoteker

Dalam penelitian ini, profil Apoteker yang ditanyakan adalah jenis

kelamin, umur, tahun lulus, peran Apoteker, pendidikan terakhir, pengalaman

kerja, jumlah resep antibiotika rata-rata per-Minggu, riwayat pribadi tentang

penyakit infeksi yang kronis, adanya anggota keluarga atau teman dekat yang

mempunyai riwayat penyakit infeksi yang kronis, serta pendapat Apoteker tentang

keyakinan penggunaan Antibiotika mempengaruhi kemampuan untuk

memberikan Pelayanan Kefarmasian untuk pasien yang menggunakan

Antibiotika.

Berdasarkan kategori gender, Apoteker dengan jenis kelamin perempuan

sebanyak 31 orang (91,18%) lebih banyak dibandingkan Apoteker dengan jenis

kelamin laki-laki sebanyak 3 orang (8,82%). Berdasarkan kategori umur,

Apoteker dengan umur 26-35 tahun sebanyak 14 orang (41,18%,) lebih banyak

dibandingkan Apoteker dengan umur <26 tahun sebanyak 11 orang (32,35%),

umur 36-50 tahun sebanyak 8 orang (23,53%) dan umur >50 tahun sebanyak 1

orang (2,94%). Usia Apoteker menunjukkan bahwa kebanyakan Apoteker masih

berada dalam usia produktif, sehingga dapat menjalankan perannya sebagai

Apoteker di Apotek. Usia produktif di Indonesia berada pada usia 15-64 tahun

(Sulistya, 2017).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

7

11 14

8

1

0

10

20

<26 tahun 26-35 tahun

36-50 tahun >50 tahun

Berdasarkan kategori tahun lulus Apoteker, Apoteker yang lulus antara

tahun 2011-2019 sebanyak 21 orang (61,76%) lebih banyak dibandingkan yang

lulus antara tahun 2000-2010 sebanyak 11 orang (32,35%) dan lulus sebelum

tahun 2000 sebanyak 2 orang (5,89%). Berdasarkan kategori peran di Apotek,

Apoteker dengan peran Apoteker Pengelola Apotek (APA) sebanyak 19 orang

(55,88%) lebih banyak dibandingkan Apoteker dengan peran Apoteker

Pendamping (APING) sebanyak 15 orang (44,12%). APA yang berhalangan

untuk melakukan Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka ia dapat digantikan

oleh APING (Sulistya dkk, 2017), termasuk dalam pelayanan resep antibiotika.

Berdasarkan kategori pendidikan terakhir, Apoteker dengan pendidikan

terakhir Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebanyak 30 orang (88,23%)

lebih banyak dibandingkan Apoteker dengan pendidikan terakhir S2 (Magister)

sebanyak 4 orang (11,77%). Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus

Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker (Kementerian

Kesehatan RI, 2016). Pendidikan Apoteker sendiri ditempuh selama kurang lebih

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Umur

Gambar 3. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Tahun Lulus Apoteker

Gambar 4. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Perannya di Apotek

3

31

0

10

20

30

40

Laki-laki Perempuan

2

11

21

0

20

40

< tahun 2000 Tahun 2000-2010

Tahun 2011-2019

19 15

0

5

10

15

20

APA APING

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

8

1 tahun. Menurut Khan dkk (2016), Apoteker yang memiliki kualifikasi

pascasarjana memiliki persepsi positif dan lebih terlibat aktif dalam pemberian

antibiotika yang bijak. Berdasarkan kategori pengalaman kerja, Apoteker dengan

pengalaman kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 17 orang (50%) lebih banyak

dibandingkan Apoteker dengan pengalaman kerja 5-9 tahun sebanyak 7 orang

(20,60%), pengalaman kerja 10-14 tahun sebanyak 6 orang (17,64%), pengalaman

kerja 15-20 tahun sebanyak 3 orang (8,82%) dan pengalaman kerja lebih dari 20

tahun sebanyak 1 orang (2,94%). Menurut Kaswindiarti (2015), pengalaman kerja

merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi Apoteker dalam praktek

kefarmasian. Seorang Apoteker juga memiliki peran long life learner, Apoteker

harus terus belajar sejak kuliah hingga bekerja untuk mengasah keterampilan dan

pengalamannya (Sulistya dkk, 2017).

Berdasarkan kategori jumlah resep antibiotika rata-rata per-Minggu,

Apoteker yang melayani 3-5 resep sebanyak 18 orang (52,94%) lebih banyak

dibandingkan Apoteker yang melayani lebih dari 5 resep sebanyak 16 orang

(47,06%). Tidak ada aturan yang mengatur jumlah resep maksimal yang dilayani

(Sulistya dkk, 2017). Jumlah lembar resep yang masuk ke Apotek diperkirakan

dipengaruhi oleh lama Apotek buka perhari, jumlah hari Apotek buka selama

seminggu, adanya praktek dokter dan faktor lain seperti lokasi yang berdekatan

dengan pusat kesehatan atau lokasi yang ramai (Suyono, 2006). Berdasarkan

kategori riwayat pribadi tentang penyakit infeksi yang kronis, Apoteker yang

tidak memiliki riwayat pribadi penyakit infeksi kronis sebanyak 29 orang

(85,30%) lebih banyak dibandingkan Apoteker yang memiliki riwayat pribadi

penyakit infeksi kronis sebanyak 5 orang (14,70%).

Gambar 5. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Pendidikan Terakhir Gambar 6. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Pengalaman Kerja

30

4

0

10

20

30

40

PSPA Magister

17

7 6 3 1

0

20

<5 tahun 5-9 tahun

10-14 tahun 15-20 tahun

>20 tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

9

0

18 16

0

5

10

15

20

<3 lembar 3-5 lembar >5 lembar

8

26

0

10

20

30

Memiliki Tidak Memiliki

Berdasarkan kategori adanya anggota keluarga atau teman dekat yang

mempunyai riwayat penyakit infeksi yang kronis, Apoteker yang tidak memiliki

keluarga atau teman dekat yang mempunyai riwayat penyakit infeksi yang kronis

sebanyak 26 orang (76,47%) lebih banyak dibandingkan Apoteker yang memiliki

keluarga atau teman dekat yang mempunyai riwayat penyakit infeksi yang kronis

sebanyak 8 orang (23,53%). Berdasarkan kategori pendapat Apoteker tentang

keyakinan penggunaan Antibiotika memengaruhi kemampuan untuk memberikan

Pelayanan Kefarmasian untuk pasien yang menggunakan antibiotika, Apoteker

yang menjawab percaya sebanyak 20 orang (58,82%) lebih banyak dibandingkan

Apoteker yang menjawab mungkin sebanyak 10 orang (29,41%) dan menjawab

tidak percaya sebanyak 4 orang (11,77%). Berdasarkan pernyataan tersebut

Apoteker merasa bahwa penggunaan antibiotika oleh Apoteker berpengaruh

terhadap pemberian Pelayanan Kefarmasian untuk pasien yang menggunakan

antibiotika.

Gambar 7. Perbandingan Jumlah Resep Rata-rata

Antibiotika per-Minggu Gambar 8. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Riwayat Pribadi Penyakit Infeksi

Kronis

Gambar 9. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Keluarga/Teman Dekat yang

Mempunyai Riwayat Penyakit Infeksi Kronis

Gambar 10. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Keyakinan Bahwa Penggunaan

Antibiotika Mempengaruhi Kemampuan

Pelayanan Kefarmasian

5

29

0

10

20

30

40

Memiliki Tidak Memiliki

20

10

4

0

10

20

30

Percaya Mungkin Tidak Percaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

10

Tingkat Pengetahuan Apoteker Mengenai Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan

pengatasannya dapat menggunakan antibiotika (Kementerian Kesehatan RI,

2011c). Apoteker wajib memahami penyakit infeksi agar dapat memberikan

pelayanan antibiotika yang sesuai kepada pasien. Berdasarkan hasil, Apoteker

yang menjawab “baik” (Apoteker yang tahu pengobatan yang dibutuhkan, cara

pencegahan dan faktor risiko penyakit Infeksi) yaitu sebanyak 25 Apoteker

(73,53%) lebih banyak dibandingkan Apoteker yang menjawab “sedang”

(Apoteker yang hanya tahu faktor risiko penyakit Infeksi) yaitu sebanyak 9

Apoteker (26,47%).

Menurut Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotika

tahun 2011, Apoteker berperan penting mengendalikan resistensi antibiotika

dengan cara mendorong penggunaan antibiotika secara bijak, termasuk di

dalamnya pemilihan antibiotika yang tepat. Oleh sebab itu, Apoteker diwajibkan

mengetahui informasi mengenai antibiotika yang diresepkan oleh dokter untuk

menunjang terapi pasien. Pencegahan penyakit infeksi juga perlu diketahui oleh

Apoteker agar Apoteker dapat menginformasikan hal tersebut kepada pasien agar

pasien dapat terhindar dari penyakit infeksi. Apoteker juga harus mengetahui

risiko penyakit infeksi agar dapat mengurangi keparahan penyakit pada pasien.

Sebanyak 9 Apoteker yang menjawab “sedang” kemudian memilih

pernyataan yang dianggap sebagai hambatannya dalam memahami penyakit

infeksi. Pernyataan pertama yaitu “Kurangnya materi penyakit infeksi pada

pendidikan S1” menunjukkan sebanyak 5 Apoteker (55,56%) menjawab tidak

Gambar 11. Perbandingan Jumlah Apoteker

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai

Penyakit Infeksi

0

9

25

0

10

20

30

Buruk Sedang Baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

11

setuju. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker

cenderung merasa cukup terhadap materi penyakit infeksi yang didapat pada

pendidikan S1. Berdasarkan pengalaman selama masa kuliah, penulis cukup

mendapatkan materi mengenai penyakit infeksi, namun memang perlu diimbangi

dengan praktek untuk lebih memahami penyakit infeksi, terutama dalam melihat

hasil laboratorium pasien serta pemilihan terapi penyakit infeksi.

Pernyataan kedua yaitu “Pelatihan yang kurang memadai di bidang

Pelayanan Kefarmasian klinis bagi para Apoteker seperti workshop” menunjukkan

sebanyak 5 Apoteker (55,56%) menjawab setuju. Berdasarkan pernyataan tersebut

dapat diketahui bahwa Apoteker merasa pelatihan di bidang Pelayanan

Kefarmasian klinis yang kurang memadai berpengaruh pada tingkat pengetahuan

Apoteker mengenai penyakit infeksi. Pelatihan di bidang Pelayanan Kefarmasian

klinis dibutuhkan bagi Apoteker untuk peningkatan pelayanannya pada pasien,

terlebih saat ini Pelayanan Kefarmasian berorientasi pada pasien (Kementerian

Kesehatan RI, 2016). Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari Pemerintah

Pusat, Dinas Kesehatan serta Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) setempat untuk

terwujudnya pelatihan tersebut.

Pernyataan ketiga yaitu “Hanya sedikit resep antibiotika yang

diresepkan” menunjukkan sebanyak 4 Apoteker (44,44%) menjawab tidak setuju.

Dari penyataan tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker merasa banyak

sedikitnya resep antibiotika yang diresepkan tidak berpengaruh pada tingkat

pengetahuan Apoteker mengenai penyakit infeksi. Jumlah lembar resep yang

masuk ke Apotek kemungkinan dipengaruhi oleh lama Apotek buka perhari,

jumlah hari Apotek buka selama Seminggu, adanya praktek dokter dan faktor lain

seperti lokasi yang berdekatan dengan pusat kesehatan atau lokasi yang ramai

(Suyono, 2006).

Pernyataan keempat yaitu “Kurangnya minat dalam memahami penyakit

infeksi” menunjukkan sebanyak 6 apoteker (66,67%) menjawab tidak setuju.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker merasa

memiliki minat tersendiri dalam memahami penyakit infeksi. Penyakit infeksi

sendiri masih termasuk dalam kelompok sepuluh penyakit terbanyak di Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

12

(Kementerian Kesehatan RI, 2011b). Hal tersebut akan berdampak dengan

peningkatan peresepan Antibiotika, yang mana akan sejalan pula dengan

peningkatan kejadian resistensi jika kurang bijak dalam penggunaannya. Apoteker

diharapkan dapat berperan aktif dalam memberikan informasi, konseling dan

edukasi kepada pasien secara individual ataupun kepada masyarakat secara umum

(Kementerian Kesehatan RI, 2011b).

Pernyataan kelima yaitu “Kurangnya sumber informasi tentang

penggunaan antibiotika” menunjukkan sebanyak 5 Apoteker (55,56%) menjawab

tidak setuju. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker

merasa sudah memiliki sumber informasi yang cukup tentang penggunaan

Antibiotika. Salah satu sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang

Pelayanan Kefarmasian di Apotek adalah tersedianya buku-buku referensi

(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Berdasarkan pengalaman pengalaman selama

masa kuliah, penulis juga dikenalkan sumber informasi mengenai obat-obatan

baik berupa buku referensi atau referensi online seperti situs Medscape.com serta

jurnal-jurnal pendukung. Ketersediaan sumber informasi terutama yang mencakup

tentang penggunaan antibiotika diharapkan dapat membantu Apoteker dalam

melakukan Pelayanan Kefarmasian.

Pernyataan keenam yaitu “Pemberian KIE untuk peningkatan ketaatan

penggunaan antibiotika dianggap lebih sulit dibandingkan pemberian KIE pada

penggunaan obat-obat kardiovaskular atau penyakit endokrin” menunjukkan

sebanyak 6 Apoteker (66,67%) menjawab setuju. Berdasarkan pernyataan tersebut

dapat diketahui bahwa Apoteker merasa sulit memberikan KIE untuk peningkatan

ketaatan penggunaan antibiotika terhadap pengobatan penyakit infeksi. Hal ini

sesuai dengan penelitian Karuniawati (2015) yang menyebutkan bahwa rendahnya

keterampilan komunikasi tenaga kesehatan dapat menyebabkan kurangnya

pemahaman pasien terhadap terapi yang dijalani. Apoteker diharapkan dapat terus

belajar untuk mengasah keterampilan dan pengalamannya (Sulistya dkk, 2017),

khususnya dalam pemberian KIE untuk peningkatan ketaatan penggunaan

antibiotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

13

Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui dua hambatan yang cenderung

dirasakan Apoteker yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuannya mengenai

penyakit infeksi. Hambatan yang pertama yaitu pelatihan yang kurang memadai di

bidang Pelayanan Kefarmasian klinis bagi para Apoteker seperti workshop.

Hambatan yang kedua yaitu pemberian KIE untuk peningkatan ketaatan

penggunaan antibiotika yang dianggap lebih sulit dibandingkan pemberian KIE

pada penggunaan obat-obat kardiovaskular atau penyakit endokrin.

Persepsi Apoteker terhadap Pelayanan Antibiotika berdasarkan Penerapan

Standar Pelayanan Kefarmasian

Usaha peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan oleh Apoteker

di Apotek dengan mengaplikasikan konsep Pelayanan Kefarmasian

(Pharmaceutical Care) (Latifah dkk, 2016). Pada bagian ini disajikan hasil

penelitian tentang persepsi Apoteker terhadap pelayanan antibiotika berdasarkan

Penerapan Pelayanan Kefarmasian terhadap pasien yang menggunakan antibiotika

berdasarkan standar Permenkes nomor 73 tahun 2016 yang meliputi : a.

Pengkajian dan Pelayanan Resep, b. Dispensing, c. Pelayanan Informasi Obat, d.

Konseling, e. Home Pharmacy Care, f. Pemantauan Terapi Obat (PTO) dan g.

Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

Hasil penelitian menunjukkan Apoteker memiliki persepsi sangat sering

melakukan Pengkajian dan Pelayanan Resep di Apotek (46,94%). Hasil ini sejalan

dengan penelitian Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian

Gambar 12. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Hambatan Rendahnya Tingkat

Pengetahuan Apoteker Mengenai Penyakit Infeksi

Kurangnya

Materi

Selama

Kuliah

Kurangnya

Pelatihan

Pelayanan

Kefarmasian

Resep

Antibiotika

yang Sedikit

Kurangnya

Minat Pada

Penyakit

Infeksi

Kurangnya

Sumber

Informasi

Antibiotika

Pemberian

KIE

Antibiotika

Sulit

STS 1 0 2 1 1 0

TS 5 2 4 6 5 3

S 3 5 3 2 3 6

SS 0 2 0 0 0 0

01234567

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

14

Pengkajian dan Pelayanan Resep sudah dilakukan dan termasuk kategori baik di

Apotek Wilayah Kota Yogyakarta. Menurut Sugiyono (2009) tujuan dilakukannya

pengkajian resep adalah untuk mencegah terjadinya kelalaian pencantuman

informasi, penulisan resep yang buruk dan penulisan resep yang tidak tepat.

Apoteker berperan penting dalam melakukan Pengkajian dan Pelayanan Resep,

karena jika terdapat keraguan pada resep atau ada obat yang tidak tersedia,

Apoteker harus mengkonsultasikannya kepada dokter (Kementerian Kesehatan

RI,2011d).

Hasil penelitian menunjukkan Apoteker memiliki persepsi sangat sering

melakukan Dispensing di Apotek (52,94%). Hasil ini sejalan dengan penelitian

Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian Dispensing sudah

dilakukan dan termasuk kategori baik di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta.

Dispensing merupakan bagian penting dalam praktik kefarmasian, dimana

Apoteker menganalisis dan sekaligus menyediakan obat yang diminta oleh dokter

melalui lembar resep (Hendriati, 2013). Apoteker berperan penting dalam

melakukan Dispensing untuk mencegah kesalahan saat pengambilan, perhitungan

dan pengemasan antibiotika. Terdapat hasil yang menarik dalam pelayanan ini,

dimana 50% Apoteker dalam penelitian ini memiliki persepsi tidak pernah

melakukan dokumentasi catatan pengobatan pasien sesuai dengan formulir 5

Permenkes 73 tahun 2016 setelah selesai menyerahkan antibiotika. Dispensing

harus didokumentasikan untuk mengetahui catatan pengobatan pasien

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan Apoteker memiliki persepsi jarang

melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek (34,56%). Hasil ini sejalan

dengan penelitian Atmini dkk (2011) yang menyebutkan bahwa Pelayanan

Kefarmasian PIO belum sepenuhnya dilakukan di Apotek Kota Yogyakarta. PIO

bertujuan untuk menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien

untuk menunjang penggunaan obat rasional (Kementerian Kesehatan RI, 2011d).

Apoteker berperan penting dalam melakukan PIO agar pasien dapat menggunakan

antibiotika secara rasional sehingga dapat mencegah terjadinya resistensi

antibiotika. Terdapat hasil yang menarik dalam pelayanan ini, dimana 55,88%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

15

Apoteker dalam penelitian ini memiliki persepsi tidak pernah melakukan

penelitian mengenai penggunaan obat/antibiotika dan 47,06% Apoteker dalam

penelitian ini memiliki persepsi tidak pernah melakukan dokumentasi sesuai

dengan formulir 6 Permenkes 73 tahun 2016 setelah selesai melakukan PIO.

Penelitian mengenai penggunaan obat/antibiotika penting untuk dilakukan agar

Apoteker dapat mengetahui bagaimana pasien menggunakan obat/antibiotika

setelah diberikan Pelayanan Kefarmasian. PIO harus didokumentasikan untuk

membantu penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat (Kementerian

Kesehatan RI, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan Apoteker memiliki persepsi jarang

melakukan Konseling di Apotek (36,64%). Hasil ini juga sejalan dengan

penelitian Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian

Konseling sudah dilakukan namun masih masuk dalam kategori cukup, yaitu tidak

sepenuhnya dilakukan di Apotek Kota Yogyakarta. Tujuan Konseling adalah

memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien mengenai

nama, tujuan, jadwal, cara dan lama menggunakan, ESO, tanda toksisitas dan

cara penyimpanan obat. Apoteker berperan penting dalam memberikan pelayanan

ini agar pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan

obat yang benar (Kementerian Kesehatan RI, 2011d). Penggunaan antibiotika

yang benar akan mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi antibiotika,

karena tidak digunakan sembarangan. Terdapat hasil yang menarik dalam

pelayanan ini, dimana 55,88% Apoteker penelitian ini memiliki persepsi tidak

pernah melakukan dokumentasi Konseling sesuai dengan formulir 7 Permenkes

73 tahun 2016 setelah selesai melakukan Konseling. Konseling harus

didokumentasikan oleh Apoteker dengan cara meminta tanda tangan pasien

sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Hasil penelitian menunjukkan Apoteker memiliki persepsi tidak pernah

melakukan Home Pharmacy Care di Apotek (67,06%). Hasil ini sejalan dengan

penelitian Atmini (2011) yang menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian Home

Pharmacy Care belum sepenuhnya dilakukan di Apotek Kota Yogyakarta karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

16

kurangnya staf untuk dapat melakukan pemantauan pada pasien Home Pharmacy

Care. Antibiotika termasuk obat keras yang harus didapat menggunakan resep

dari dokter (Kementerian Kesehatan RI, 2009), sehingga antibiotika tidak bisa

didapatkan secara bebas dan hal ini dapat mengurangi jumlah resep antibiotika

yang masuk ke Apotek. Jumlah resep antibiotika yang masuk di Apotek Wilayah

Kota Yogyakarta sendiri yaitu 3-5 lembar dalam kurun waktu seminggu, yang

mana hal ini juga berpengaruh terhadap tidak dilakukannya pelayanan ini. Tujuan

dari Home Pharmacy Care sendiri adalah tercapainya keberhasilan terapi obat

bagi pasien yang kemungkinan mendapatkan risiko masalah terkait obat (Depkes

RI, 2008), khusunya untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan kronis

(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Apoteker berperan penting dalam pelayanan

ini untuk membantu keberhasilan terapi. Keberhasilan terapi antibiotika tentu

membutuhkan kepatuhan konsumsi obat yang dapat dipantau oleh Apoteker.

Hasil penelitian menunjukkan Apoteker memiliki persepsi tidak pernah

melakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO) di Apotek (60,59%). Hasil ini sejalan

dengan penelitian Bahat (2018) yang menyebutkan bahwa Pelayanan Kefarmasian

PTO tidak dilakukan di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta. Tujuan dari PTO

adalah untuk memastikan seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif

dan terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping

(Kementerian Kesehatan RI, 2016). Pelayanan ini penting dilakukan Apoteker

karena terapi antibiotika yang tidak sesuai baik dari segi pemilihan terapi dan

dosis dapat menyebabkan munculnya resistensi antibiotika yang dikaitkan dengan

peningkatan biaya, morbiditas, dan mortalitas (Katzung, 2017).

Hasil penelitian menunjukkan Apoteker memiliki persepsi tidak pernah

melakukan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) di Apotek (64,71%). Hasil

ini sejalan dengan Mulyagustina dkk (2017) yang menyatakan bahwa Apoteker

tidak memiliki waktu yang cukup sehingga Pelayanan Kefarmasian salah satunya

MESO tidak dapat dilakukan. Tujuan dari MESO adalah pemantauan respon

terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis

normal untuk terapi pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Pelayanan ini

penting dilakukan Apoteker karena dapat mengetahui ESO yang berbahaya serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

17

jarang terjadi, menentukan frekuensi terjadinya ESO serta meminimalkan ESO

untuk keselamatan pasien.

Dari hasil penelitian dapat diketahui persepsi Apoteker terhadap

pelayanan antibiotika berdasarkan standar Permenkes nomor 73 tahun 2016 yaitu

Apoteker memiliki persepsi sangat sering melakukan pelayanan Pengkajian dan

Pelayanan Resep (46,94%) serta pelayanan Dispensing (52,94%) di Apotek.

Apoteker memiliki persepsi jarang melakukan pelayanan Pelayanan Informasi

Obat (PIO) (34,56%) serta pelayanan Konseling (36,64%) di Apotek. Apoteker

memiliki persepsi tidak pernah melakukan pelayanan Home Pharmacy Care

(67,06%), pelayanan Pemantauan Terapi Obat (PTO) (60,59%) serta pelayanan

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) (64,71%) di Apotek.

Terdapat hasil yang menarik, dimana hampir semua Apoteker memiliki

persepsi tidak pernah melakukan dokumentasi setelah memberikan Pelayanan

Kefarmasian. Penelitian Mulyagustina dkk (2017) menyatakan bahwa Apoteker di

Apotek tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan Pelayanan

Kefarmasian seperti MESO serta melakukan dokumentasi.

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

TP

J

S

SS

Gambar 13. Perbandingan Jumlah Apoteker berdasarkan Persespi Apoteker terhadap Pelayanan

Antibiotika sesuai Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

18

Hambatan Apoteker dalam Memberikan Pelayanan Kefarmasian/

Pharmaceutical Care

Setiap standar Pelayanan Kefarmasian atau Pharmaceutical Care

memiliki tolak ukur yang harus diikuti oleh apoteker dalam mengelola apotek

(Mulyagustina dkk, 2017). Untuk mewujudkan Pelayanan Kefarmasian sesuai

standar di Apotek bukanlah hal yang mudah, pasti terdapat hambatan-hambatan

tertentu dalam melaksanakannya. Pada bagian ini Apoteker memilih pernyataan-

pernyataan yang dianggap sebagai hambatan dalam memberikan layanan

Pharmaceutical Care terhadap pasien yang menggunakan antibiotika.

Pernyataan pertama yaitu “Kurangnya pengetahuan Apoteker tentang

penggunaan antibiotika” menunjukkan sebanyak 15 Apoteker (44,12%) menjawab

tidak setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker sudah

paham tentang penggunaan antibiotika. Dalam melakukan Pelayanan

Kefaramasian di Apotek, Apoteker juga dituntut untuk mampu mengidentifikasi

kebutuhan akan pengembangan diri baik melalui pelatihan, pendidikan

berkelanjutan atau mandiri (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Diharapkan

Apoteker dapat mengembangkan pengetahuannya, misalnya dengan cara

mengakses jurnal atau membaca panduan yang membahas tentang penggunaan

antibiotika.

Pernyataan kedua yaitu “Pasien tidak mengerti kepentingan

Pharmaceutical Care sehingga tidak perlu diberikan” menunjukkan sebanyak 16

Apoteker (47,06%) menjawab tidak setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat

diketahui bahwa menurut Apoteker pasien sudah mengerti kepentingan

Pharmaceutical Care, sehingga Apoteker perlu memberikan Pharmaceutical

Care kepada pasien. Apoteker seharusnya tetap berinisiatif memberikan layanan

Pharmaceutical Care pada pasien yang mendapatkan resep antibiotika, karena

bisa jadi pasien memiliki pengetahuan yang kurang spesifik terkait pentingnya

penggunaan antibiotika secara teratur (Tamayanti dkk, 2016), yang dapat menjadi

salah satu pemicu terjadinya resistensi antibiotika.

Pernyataan ketiga yaitu “Kurangnya training pada Apoteker terkait

Pharmaceutical Care” menunjukkan sebanyak 22 Apoteker (64,71%) menjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

19

setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker membutuhkan

pelatihan terkait Pharmaceutical Care kepada pasein yang menggunakan

antibiotika. Apoteker sendiri dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian dituntut

untuk memenuhi kriteria mampu mengidentifikasi kebutuhan akan pengembangan

diri baik melalui pelatihan, seminar, workshop, pendidikan berkelanjutan atau

mandiri (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Hasil ini juga sesuai dengan

penelitian Syaripuddin (2013), yang menyatakan bahwa Apoteker yang kurang

terlatih dalam melakukan Pharmaceutical Care merupakan salah satu hambatan

dalam melakukan Pharmaceutical Care. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan

dari Pemerintah Pusat, Dinas Kesehatan serta Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)

setempat untuk terwujudnya pelatihan tersebut.

Pernyataan keempat yaitu “Kurangnya jumlah staf” menunjukkan

sebanyak 16 Apoteker (47,06%) menjawab setuju. Berdasarkan hasil tersebut

dapat diketahui bahwa Apoteker membutuhkan tambahan jumlah staf di Apotek

tempat Apoteker berpraktik. Dalam hal sumber daya manusia, Pelayanan

Kefarmasian di Apotek sebenarnya dapat dibantu oleh Apoteker Pendamping

dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan

Surat Izin Praktek (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Pernyataan kelima yaitu “Apoteker kurang terampil dalam komunikasi”

menunjukkan sebanyak 23 Apoteker (67,65%) menjawab tidak setuju.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker sudah terampil dalam

melakukan komunikasi. Hal tersebut sudah sejalan dengan standar Permenkes 73

tahun 2016 yang menyatakan dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian seorang

Apoteker harus menjalankan peran sebagai komunikator. Tentu seorang Apoteker

sudah dibekali kemampuan untuk berkomunikasi dengan pasien maupun profesi

kesehatan lainnya sehubungan dengan terapi pasien (Kementerian Kesehatan RI,

2016).

Pernyataan keenam yaitu “Kurangnya sumber informasi terkait

antibiotika” menunjukkan sebanyak 24 Apoteker (70,59%) menjawab tidak

setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker sudah

memiliki sumber informasi terkait pemberian Pelayanan Kefarmasian antibiotika.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

20

Terdapat banyak referensi yang dapat digunakan Apoteker baik berupa buku

referensi atau referensi online seperti situs Medscape.com serta jurnal-jurnal

pendukung. Ketersediaan sumber informasi terutama yang mencakup tentang

penggunaan antibiotika diharapkan dapat membantu Apoteker dalam melakukan

Pelayanan Kefarmasian.

Pernyataan ketujuh yaitu “Kurangnya keterampilan Apoteker dalam

membuat dan mengelola dokumentasi” menunjukkan sebanyak 19 Apoteker

(55,88%) menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa Apoteker merasa

sudah terampil dalam membuat dan mengelola dokumentasi. Dalam pembuatan

dan pengelolaan dokumentasi, yang perlu diperhatikan adalah Apoteker harus

dapat membagi waktu yang tersedia agar dapat membuat dan mengelola

dokumentasi. Penelitian Mulyagustina dkk (2017) menyatakan bahwa Apoteker di

Apotek tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan dokumentasi.

Pernyataan kedelapan yaitu “Kurangnya permintaan/kebutuhan pasien

akan pelayanan Pharmaceutical Care” menunjukkan sebanyak 22 Apoteker

(64,71%) menjawab setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa

Apoteker merasa pasien harus terlebih dahulu meminta Pharmaceutical Care

kepada Apoteker, barulah Apoteker memberikan layanan Pharmaceutical Care.

Apoteker seharusnya terap berinisiatif memberikan layanan Pharmaceutical Care,

karena bisa jadi pasien memiliki pengetahuan yang kurang spesifik terkait

pentingnya penggunaan antibiotika secara teratur (Tamayanti dkk, 2016), yang

dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya resistensi antibiotika.

Pernyataan kesembilan yaitu “Lack of private space/counseling care”

menunjukkan sebanyak 22 Apoteker (64,71%) menjawab setuju. Berdasarkan

hasil tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker merasa membutuhkan ruang

konseling untuk memberikan Pelayanan Kefarmasian kepada pasein yang

menggunakan antibiotika. Hal ini sesuai dengan penelitian Mulyagustina dkk

(2017), yang menyatakan bahwa tidak adanya ruang layanan konseling

merupakan salah satu hambatan dalam melakukan Pharmaceutical Care.

Pernyataan kesepuluh yaitu “Kurangnya dukungan dari pimpinan”

menunjukkan sebanyak 25 Apoteker (73,53%) menjawab tidak setuju.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

21

Berdasarkan hasil tersebut dapat kita ketahui bahwa Apoteker merasa sudah

mendapat dukungan dari pimpinannya untuk melakukan Pelayanan Kefarmasian

kepada pasien yang menggunakan antibiotika di Apotek. Pimpinan yang

dimaksud adalah Apoteker Pengelola Apotek.

Pernyataan kesebelas yaitu “Apoteker kurang inovatif dalam

memberikan KIE (Konseling, Informasi dan Edukasi) untuk meningkatkan

ketaatan pasien dalam menggunakan antibitotika” menunjukkan sebanyak 27

Apoteker (79,41%) menjawab tidak setuju. Dari hasil tersebut dapat diketahui

bahwa Apoteker sudah inovatif dalam memberikan KIE untuk meningkatkan

ketaatan pasien dalam menggunakan antibiotika.

Pernyataan kedua belas yaitu “Tidak adanya pedoman yang jelas untuk

memberikan KIE terhadap pasien yang menggunakan antibiotika” menunjukkan

sebanyak 19 Apoteker (55,88%) menjawab tidak setuju. Berdasarkan pernyataan

tersebut, dapat diketahui bahwa Apoteker sudah memiliki pedoman yang jelas

untuk memberikan KIE terhadap pasien yang menggunakan antibiotika. Sejauh

penelusuran penulis, terdapat 2 pedoman terkait penggunaan antibiotika, yaitu

Permenkes nomor 2406 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika tahun

2011 dan Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik terbitas

Kemenkes tahun 2011.

Pernyataan ketiga belas yaitu “Apoteker khawatir terhadap penularan

penyakit” menunjukkan sebanyak 16 Apoteker (47,06%) menjawab tidak setuju.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker tidak khawatir

terhadap penularan penyakit. Apabila Apoteker khawatir terhadap penularan

penyakit, ditakutkan Apoteker dapat memberikan Pelayanan Kefarmasian yang

kurang maksimal sehingga dapat menyebabkan pasien akan memiliki pengetahuan

yang kurang spesifik terkait pentingnya penggunaan antibiotika secara teratur

(Tamayanti dkk, 2016), yang dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya

resistensi antibiotika.

Pernyataan keempat belas yaitu “Hanya terpaku pada keluhan pasien,

antara lain : Demam, batuk, sakit waktu buang air kecil dan durasi sakit pasien”

menunjukkan sebanyak 19 Apoteker (55,88%) menjawab setuju. Berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

22

hasil tersebut dapat diketahui bahwa Apoteker hanya terpaku pada keluhan pasien

seperti demam, batuk, sakit waktu buang air kecil dan durasi sakit pasien.

Apoteker seharusnya memperhatikan beberapa faktor lain seperti riwayat alergi

obat sebelumnya, riwayat penyakit pasien (Kementerian Kesehatan RI, 2011c),

persediaan antibiotika yang ada dan data penggunaan sebelumnya (Kementerian

Kesehatan RI, 2011b) dalam memberikan Pelayanan Kefarmasian kepada pasein

yang menggunakan antibiotika.

Pernyataan kelima belas yaitu “Keterbatasan waktu dalam pemberian

KIE saat penyerahan antibiotika” menunjukkan sebanyak 17 Apoteker (50,00%)

menjawab setuju. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa saat

penyerahan antibiotika, Apoteker hanya memiliki sedikit waktu untuk

memberikan KIE. Hasil ini sesuai dengan penelitian Syaripuddin (2013), yang

menyatakan bahwa kurangnya waktu Apoteker merupakan salah satu hambatan

dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian.

Pada bagian esai, sebanyak 2 Apoteker menyebutkan bahwa kurangnya

waktu sebagai hambatan Apoteker dalam memberikan layanan Pharmaceutical

Care. Kemudian sebanyak 1 Apoteker menyebutkan bahwa kurangnya staf

sebagai hambatan Apoteker dalam memberikan layanan Pharmaceutical Care.

Kedua hambatan tersebut juga disebutkan pada pernyataan hambatan keempat dan

kelima belas.

Berdasarkan hasil hambatan yang dirasakan Apoteker dalam

memberikan layanan Pharmaceutical Care di atas, dapat diketahui terdapat 3

hambatan yang mayoritas cenderung dirasakan oleh Apoteker. Hambatan yang

pertama yaitu kurangnya training pada Apoteker terkait Pharmaceutical Care.

Hambatan yang kedua yaitu kurangnya permintaan/kebutuhan pasien akan

pelayanan Pharmaceutical Care. Hambatan yang ketiga yaitu lack of private

space/counseling care.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

23

0

5

10

15

20

25

30

STS

TS

S

SS

KESIMPULAN

Persepsi Apoteker terhadap pelayanan antibiotika masih belum sesuai

dengan standar Permenkes nomor 73 tahun 2016. Hal tersebut karena meskipun

Apoteker memiliki sangat sering melakukan pelayanan Pengkajian dan Pelayanan

Resep (46,94%) serta melakukan Dispensing (52,94%), Apoteker masih jarang

melakukan Pelayanan Informasi Obat (PIO) (34,56%) dan jarang melakukan

konseling (36,64%) di Apotek. Selain itu, Apoteker juga tidak pernah melakukan

pelayanan Home Pharmacy Care (67,06%), Pemantauan Terapi Obat (PTO)

(60,59%) serta Monitoring Efek Samping Obat (MESO) (64,71%) di Apotek.

Hambatan Apoteker dalam memberikan Pelayanan Kefarmasian

terhadap pasien yang menggunakan antibiotika yaitu kurangnya

permintaan/kebutuhan pasien akan pelayanan Pharmaceutical Care (64,71%),

kurangnya training pada Apoteker terkait Pharmaceutical Care (64,71%) dan

lack of private space/counseling care (64,71%).

Gambar 14. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Hambatan Dalam Memberikan Pelayanan

Pharmaceutical Care

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

24

SARAN

Perlu diadakan pelatihan Pelayanan Kefarmasian mengenai pelayanan

antibiotika kepada Apoteker yang bekerja di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta.

Metode kuesioner dalam penelitian ini menyebabkan hambatan yang dimasukkan

pada kuesioner masih terbatas, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut

menggunakan metode wawancara untuk mengetahui hambatan-hambatan lain

yang dirasakan oleh Apoteker di Apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

25

DAFTAR PUSTAKA

Atmini, K.D., Gandjar, L.G., Purnomo, A., 2011. Analisis Aplikasi Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan

Pelayanan Farmasi. Vol. 1. No. 1. 49-55

Bahat, R.Y.A., 2018. Pelayanan Kefarmasian bagi Pasien dengan Antibiotika di

Apotek Wilayah Kota Yogyakarta tahun 2018., Fakultas Farmasi :

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Xii, 12.

Depkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (Home Pharmacy

Care). Jakarta : Departemen Kesehatan RI. 14.

Hendriati, L., 2013. Compounding & Dispensing. Yogyakarta : Graha Ilmu. 25-

40.

Karuniawati, H., Ikawati, Z., Gofir, A., 2015. Pencegahan Sekunder Untuk

Menurunkan Kejadian Stroke Berulang Pada Stroke Iskemik. Jurnal

Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol. 5. No. 1. 16

Kaswindiarti, N., Satibi., Puspandari, D.A., 2015. Analisis Persepsi Apoteker Dan

Faktor Yang Mempengaruhinya Terhadap Penerapan Sistem Pembayaran Di

Era Jaminan Kesehatan Nasional Pada Apotek Di Daerah Istimewa

Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Vol. 5. No. 4. 286.

Katzung, Bertram. G., 2017. Basic & Clinical Pharmacology. New York:

McGraw-Hill, 793.

Kementerian Kesehatan RI. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor: 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : Kementerian

Kesehatan RI. 12.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Panduan Peringatan Kesehatan Dunia.

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2.

Kementerian Kesehatan RI. 2011b. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk

Terapi Antibiotik. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 1-2, 11

Kementerian Kesehatan RI. 2011c. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan

Antibiotika. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 4, 9-10.

Kementerian Kesehatan RI. 2011d. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :

Kementerian Kesehatan RI. 63, 65, 68.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

26

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian

di Apotek. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 4-6, 11, 15-21, 22-24, 35-

40.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Aplikasi Pemetaan Sarana Kefarmasian.

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. (Online)

http://apif.binfar.depkes.go.id/grafik-

apotek2.php?prov=D.I.%20YOGYAKARTA, diakses 5 Mei 2018.

Khan, M.U., Hassali, M.A., Ahmad, Akram., Elkalmi, R., Zaidi, S., Dhingra, S.,

2016. Perceptions and Practices of Community Pharmacists towards

Antimicrobial Stewardship in the State of Selangor, Malaysia. PLOS One.,

11 (2), 1-2.

Latifah, E., Pribadi, P., Yuliastusi, F., 2016. Penerapan Standar Pelayanan

Kefarmasian Di Apotek Kota Magelang. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis,

Vol. II, No. 1. 12.

Mulyagustina., Wiedyaningsih, C., Kristina, S.A., 2017. Implementasi Standar

Pelayanan Kefarmasian Diapotek Kota Jambi. Jurnal Manajemen dan

Pelayanan Farmasi. Vol. 7. No. 2. 92-93.

Negara, K.S, 2014. Analisis Implementasi Kebijakan Penggunaan Antibiotika

Rasional Untuk Mencegah Resistensi Antibiotika di RSUP Sanglah

Denpasar: Studi Kasus Infeksi Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus.

Jurnal Administrasi Kebijakan Kesehatan., 1 (1), 42.

Sani, Fathnur., 2016. Metodologi Penelitian Farmasi Komunitas dan

Eksperimental. Yogyakarta : Deepublish. 69-70.

Sedarmayanti dan Hidayat, S., 2011. Metodologi Penelitian. Bandung : CV.

Mandar Maju. 143

Sugiyono, 2009. Kajian Peresepan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 1197/Menkes/Sk/X/2004 Pada Resep Pasien Rawat

Jalan Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Wonogiri Bulan

Juni 2008., Fakultas Farmasi : Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

27

Sulistya, Y.A., Pramestutie, H.R., Sidharta, B., 2017. Profil Kualitas Pelayanan

Resep oleh Apoteker di Beberapa Apotek Kecamatan Klojen Kota Malang.

Pharmaceutical Journal Of Indonesia 2017. 3(1): 1-9. 4-5.

Sumantri, Arif., 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Kencana. 79.

Surahman, Rachmat, M, Supardi, S., 2016. Metodologi Penelitian. Kementerian

Kesehatan RI. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan. 95, 106-107, 114-116.

Suyono., 2006. Persepsi Apoteker Pengelola Apotek di Kota Yogyakarta terhadap

Perannya dalam Pelayanan Resep Selama di Apotek., Fakultas Farmasi :

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 56, 58

Syarippudin, M., 2013. Peranan Pharmaceutical Care dalam Meningkatkan Hasil

Klinis dan Kualitas Hidup Pasien Penderita Diabetes Melitus. Jurnal

Kefarmasian Indonesia. Vol 3. No. 2. 53.

Tamayanti, W.D., Sari, W.D.M., Dewi, D.N., 2016. Penggunaan antibiotik di dua

apotek di Surabaya: identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan pasien. Pharmaciana. Vol. 6. No. 2. 158

WHO, 2015. Worldwide country situation analysis : respone to antimicrobial

resistance. USA : World Health Organization (Online),

http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/163468/1/9789241564946_eng.pdf?

ua=1&ua=1 accessed 12 April 2018. 2, 30, 32.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Ethical Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

29

Lampiran 2. Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor :

070/01218

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

30

Lampiran 3. Kuesioner Sebelum di Lakukan Perbaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

37

Lampiran 4. Kuesioner Setelah di Lakukan Perbaikan

PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA

DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2019

Responden no :

Petunjuk Pengisian : Jawablah pertanyaan pada bagian I dan II dengan

memberikan tanda (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia dan

dengan selengkap-lengkapnya.

I. Profil Apoteker

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

2. Umur :____

3. Lulus tahun :____

4. Peran :

a. Apoteker Pengelola Apotek b. Apoteker pendamping

5. Pendidikan terakhir

a. PSPA b. S2 c. S3

6. Pengalaman kerja :

a. <5 tahun b. 5-9 tahun c. 10-14 tahun d. 15-20 tahun e. >20 tahun

7. Jumlah resep antibiotika rata-rata per-minggu :

a. <3 lembar b. 3-5 lembar c. >5 lembar

8. Apakah anda mempunyai riwayat pribadi tentang penyakit infeksi yang

kronis?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah ada anggota keluarga atau teman dekat yang mempunyai riwayat

penyakit infeksi yang kronis?

a. Ya b. Tidak

10. Apakah anda percaya pendapat tentang keyakinan penggunaan

antibiotika mempengaruhi kemampuan anda untuk memberikan Pelayanan

Kefarmasian untuk pasien yang menggunakan antibiotika?

a. Ya b. Mungkin c. Tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

38

II. Tingkat pengetahuan mengenai penyakit infeksi

1. Bagaimana anda menilai tingkat pengetahuan anda tentang penyakit

infeksi?

a. Buruk (Saya tidak tahu banyak/tidak tahu apapun tentang penyakit infeksi)

b. Sedang (Saya hanya tahu faktor risikonya saja)

c. Baik (Saya tahu pengobatan yang dibutuhkan, cara pencegahan dan faktor

risikonya)

2. a. Jika anda menjawab “Buruk” atau “Sedang” pada pertanyaan no. 1,

pilih salah satu pernyataan pada Tabel 1 dengan memberi tanda (√) sesuai

pilihan anda sebelum mengisi Tabel 2

b. Jika anda menjawab “Baik” silahkan langsung menjawab pertanyaan

pada Tabel 2

Tabel 1. Pernyataan alasan tentang penyakit infeksi

STS : Sangat tidak setuju, TS : Tidak setuju, S : Setuju, SS : Sangat setuju

No Pernyataan STS TS S SS

1 Kurangnya materi penyakit infeksi pada

pendidikan S1

2

Pelatihan yang kurang memadai di bidang

Pelayanan Kefarmasian klinis bagi para Apoteker

seperti workshop

3 Hanya sedikit resep antibiotika yang diresepkan

4 Kurangnya minat dalam memahami penyakit

infeksi

5 Kurangnya sumber informasi tentang penggunaan

antibiotika

6

Pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi

untuk peningkatan ketaatan penggunaan antibiotika

dianggap lebih sulit dibandingkan pemberian

Komunikasi, Informasi dan Edukasi pada

penggunaan obat-obat kardiovaskular atau

penyakit endokrin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

39

III. Tingkat pengetahuan mengenai Pelayanan Kefarmasian

1. Berilah tanda (√) sesuai pilihan anda terkait pernyataan di bawah ini :

Tabel 2. Pernyataan tentang Pelayanan Kefarmasian

TP = Tidak Pernah (Jika dalam seminggu anda tidak pernah melakukannya)

J = Jarang (Jika dalam seminggu anda melakukannya sebanyak 1-2 kali)

S = Sering (Jika dalam seminggu anda melakukannya sebanyak 3 kali)

SS = Sangat Sering (Jika dalam seminggu anda melakukannya lebih dari 3

kali)

No Pernyataan TP J S SS

A. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Kajian Administratif

1 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan

pasien sudah sesuai

2

Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP),

alamat, nomor telepon dan paraf dokter sudah

sesuai

3 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

tanggal penulisan resep sudah ada

Kajian kesesuian farmasetik

4 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

bentuk dan kekuatan sediaan antibiotika dalam

resep sudah sesuai kebutuhan

5 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

stabilitas sediaan dalam penyimpanan di Apotek

6 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

tidak terjadi inkompatibilitas sediaan dalam resep

Kajian pertimbangan klinis

7 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

indikasi dan dosis antibiotika dalam resep sudah

sesuai

8 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

aturan, cara pakai dan lama penggunaan antibiotika

dalam resep sudah rasional

9 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

tidak terdapat duplikasi dan/atau polifarmasi

antibiotika dalam resep

10 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

40

tidak terdapat efek obat yang tidak diinginkan

(alergi)

11 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

tidak ada kontra indikasi pada pasien

12 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

tidak terdapat interaksi obat yang tidak diinginkan

dalam resep

B. Dispensing

Penyiapan obat

13 Saat menyiapkan antibiotika saya memperhatikan

nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik

obat

14 Saat menyiapkan antibiotika saya menghitung

kebutuhan jumlah antibiotika sesuai dengan resep

15 Saat menyiapkan antibiotika saya memberikan

etiket warna putih untuk obat dalam/oral

16 Saat menyiapkan antibiotika saya memberikan

etiket warna biru untuk obat luar

17 Saat menyiapkan antibiotika saya memberikan label

“kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau

emulsi

18 Saat menyiapkan obat saya memisahkan wadah

untuk obat yang berbeda

Penyerahan obat

19 Sebelum menyerahkan antibiotika, saya memeriksa

kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep

20 Sebelum menyerahkan antibiotika saya memanggil

nama dan nomor tunggu pasien

21 Sebelum menyerahkan antibiotika saya memeriksa

ulang identitas dan alamat pasien

Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi dan

Edukasi)

22

Saat menyerahkan resep antibiotika saya bertanya

kepada pasien mengenai apa yang telah dokter

katakan mengenai antibiotika, aturan pakai dan cara

pakai antibiotika serta harapan/efek yang

diharapkan setelah mengkonsumsi antibiotika

23

Saat menyerahkan antibiotika saya memberikan

informasi berupa manfaat, makanan dan minuman

yang harus dihindari, kemungkinan efek samping

dan cara peyimpanan antibiotika

24 Saat menyerahkan antibiotika saya memastikan

yang menerima adalah pasien atau keluarganya

25 Setelah menyerahkan antibiotika saya menyimpan

resep pada tempatnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

41

26 Setelah menyerahkan antibiotika saya membuat

dokumentasi catatan pengobatan pasien sesuai

dengan formulir 5 permenkes 73 tahun 2016

C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Menjawab pertanyaan pasien serta

menyediakan informasi dan edukasi kepada

pasien mengenai obat

27 Saya menjawab pertanyaan secara lisan maupun

dalam bentuk tulisan saat pasien bertanya mengenai

antibiotika

28 Saya membuat/menyebarkan

buletin/borusur/leaflet/

memberikan penyuluhan mengenai antibiotika

29 Saya melakukan penelitian mengenai penggunaan

obat/antibiotika

Melakukan dokumentasi Pelayanan Informasi

Obat

30 Setelah melakukan pelayanan informasi obat saya

membuat dokumentasi sesuai dengan formulir 6

permenkes 73 tahun 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

42

D. Konseling

Menggali informasi serta memberikan

penjelasan pada pasien terkait penggunaan obat

31 Saat akan melakukan konseling obat khusunya

mengenai antibiotika saya menawarkan pada pasien

untuk melakukan konseling di ruang konseling

32

Saat melakukan konseling obat khususnya

mengenai antibiotika saya memperkenalkan diri,

menjelaskan tujuan konseling, alasan konseling dan

berapa lama waktu yang dibutuhkan

33 Saya bertanya pada pasien persoalan apa yang dapat

saya bantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

43

34 Saya bertanya pada pasien berapa jumlah dan lama

penggunaan obat khususnya antibiotika

35 Saya bertanya pada pasien pengaruh apa yang akan

muncul ketika menggunakan antibiotika

36 Saat melakukan konseling obat khusunya mengenai

antibiotika saya memberi kesempatan kepada pasien

untuk bertanya mengenai penggunaan antibiotika

37 Saat melakukan konseling obat khusunya mengenai

antibiotika saya selalu memberikan penjelasan

kepada pasien mengenai penggunaan antibiotika

Melakukan verifikasi pada pasien untuk

memastikan tingkat kepahaman pasien

38

Setiap kali selesai melakukan konseling obat

khususnya mengenai antibiotika saya selalu

meminta pasien untuk mengulangi informasi yang

saya berikan dan membetulkan bila terdapat

informasi yang kurang tepat

39 Saat melakukan konseling, saya membuat

dokumentasi sesuai dengan formulir 7 permenkes

73 tahun 2016

E. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home

pharmacy care)

Identifikasi kepatuhan dan monitoring

penggunaan obat pasien

40 Saat melakukan kunjungan rumah, saya menilai

kepatuhan penggunaan antibiotika pasien dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

44

melihat sisa obat pasien

41 Saat melakukan kunjungan rumah, saya bertanya

mengenai keluhan yang pasien rasakan selama

pengobatan

Pendampingan pengelolaan obat di rumah

42 Saat melakukan kunjungan rumah, saya meminta

pasien/keluarga pasien untuk menjelaskan

pemakaian obat pasien selama ini

43

Saat melakukan kunjungan rumah, saya

menjelaskan ulang fungsi obat dan saran

penggunaan obat yang tepat berdasarkan pemaparan

penjelasan pasien/keluarga pasien

44 Saat melakukan kunjungan rumah, saya membuat

dokumentasi sesuai dengan formulir 8 permenkes

73 tahun 2016

F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Melakukan Identifikasi masalah terkait obat

45 Saya mengambil data yang dibutuhkan yaitu

riwayat pengobatan pasien melalui wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

45

dengan pasien/keluarga pasien/tenaga kesehatan

lain

46 Saya melakukan identifikasi masalah terkait obat

khusunya antibiotika

Memberikan rekomendasi atau rencana tindak

lanjut serta mengkomunikasikannya dengan

tenaga kesehatan lain

47

Saya memberikan rekomendasi atau rencana tindak

lanjut terkait adanya masalah terkait obat khususnya

antibiotika berupa penyesuaian dosis dan interval

pemberian atau penghentian dan penggantian

antibiotika

48

Saat mengkomunikasikan hasil identifikasi masalah

terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh

Apoteker kepada tenaga kesehatan terkait untuk

mengoptimalkan tujuan terapi

49 Saat melakukan pemantauan terapi obat, saya

membuat dokumentasi sesuai dengan formulir 9

permenkes 73 tahun 2016

G. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko

tinggi mengalami efek samping suatu obat pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

46

dosis normal

50

Jika terdapat Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan

(ROTD) khususnya pada antibiotika dengan dosis

normal, saya akan melaporkannya menggunakan

formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

IV. Hambatan dalam memberikan Pelayanan Kefarmasian

1. Apa saja hambatan dalam memberikan layanan Pharmaceutical Care

(misalnya riwayat pengobatan, identifikasi permasalahan Farmakoterapi,

monitoring efektifitas dan efek samping obat, penyelidikan konseling obat)

terhadap pasien yang menggunakan antibiotika? Berilah tanda (√) sesuai

pilihan anda terkait pernyataan di bawah ini :

Tabel 3. Pernyataan tentang hambatan dalam memberikan layanan

Pharmaceutical Care

STS : Sangat tidak setuju, TS : Tidak setuju, S : Setuju, SS : Sangat setuju

No Pernyataan STS TS S SS

1 Kurangnya pengetahuan Apoteker tentang

penggunaan antibiotika

2 Pasien tidak mengerti kepentingan

Pharmaceutical Care sehingga tidak perlu

diberikan

3 Kurangnya training pada Apoteker terkait

Pharmaceutical Care

4 Kurangnya jumlah staf

5 Apoteker kurang terampil dalam komunikasi

6 Kurangnya sumber informasi terkait antibiotika

7 Kurangnya keterampilan Apoteker dalam

membuat dan mengelola dokumentasi

8 Kurangnya permintaan/kebutuhan pasien akan

pelayanan Pharmaceutical Care

9 Lack of private space/counseling care

10 Kurangnya dukungan dari pimpinan

11

Apoteker kurang inovatif dalam memberikan

Komunikasi, Informasi dan Edukasi untuk

meningkatkan ketaatan pasien dalam

menggunakan antibitotika

12 Tidak adanya pedoman yang jelas untuk

memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi

terhadap pasien yang menggunakan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

47

13 Apoteker khawatir terhadap penularan penyakit

14 Hanya terpaku pada keluhan pasien, antara lain :

Demam, batuk, sakit waktu buang air kecil dan

durasi sakit pasien.

15 Keterbatasan waktu dalam pemberian

Komunikasi, Informasi dan Edukasi saat

penyerahan antibiotika

Lainnya (Tulislah):_________________________________________________

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

48

Lampiran 5. Lembar Informasi Subjek

LEMBAR INFORMASI SUBJEK

Judul Penelitian : Persepsi Apoteker Terhadap Pelayanan Antibiotika

Di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2019

Jenis Penelitian : Observasional deskriptif

Nama Peneliti : Chaesar Bastin

Nama dan Alamat Penelitian : Apotek Wilayah Kota Yogyakarta

Lokasi (Tempat) Penelitian :

1. Pendahuluan

Antibiotika merupakan obat yang paling banyak digunakan pada

infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Manfaat antibiotika tidak perlu

diragukan lagi, akan tetapi penggunaannya yang kurang tepat akan

menyebabkan munculnya kuman yang kebal antibiotika (resisten) dan

manfaat antibiotika tidak maksimal. Resistensi merupakan salah satu

ancaman utama bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia, karena jika

terus berlanjut, maka banyak penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Salah satu bentuk penggunaan antibiotika yang tidak rasional

adalah tenaga kesehatan yang memiliki tingkat kepatuhan buruk terhadap

standar dan pedoman peresepan. Antibiotika yang termasuk obat keras

harus diserahkan kepada pasien atas resep dari dokter. Apoteker

merupakan tenaga kesehatan yang berwenang dalam penyerahan

antibiotika. Menurut WHO tahun 2015 menunjukkan obat-obat antibiotika

atau lebih luas lagi, yang disebut antimikroba, tersedia tanpa resep dokter

di 64% negara Asia Tenggara. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

menunjukkan dari 28.873 rumah tangga di Indonesia yang menyimpan

antibiotika, sebanyak 24.859 rumah tangga menyimpan antibiotika tanpa

resep dokter. Studi di Yogyakarta menunjukkan penggunaan antibiotika

tanpa resep dokter sebanyak 7.3%. Studi lain juga menyebutkan Standar

Pelayanan Kefarmasian yang diberikan Apoteker kepada pasien yang

menerima peresepan antibiotika di Kota Yogyakarta tahun 2018 sendiri

masih belum dilaksanakan secara menyeluruh.

Sebelum menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian

observasional deskriptif ini, anda harus membaca dan memahami terlebih

dahulu formulir ini. Formulir ini menggambarkan tujuan, prosedur,

manfaat dan risiko dalam penelitian ini. Silahkan meminta peneliti untuk

menjelaskan bagian formlulir yang tidak anda pahami.

2. Tujuan Penelitian Observasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi Apoteker

selaku tenaga kesehatan yang berwenang dalam penyerahan antibiotika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

49

kepada pasien. Dengan mengetahui persepsi Apoteker terhadap pelayanan

antibiotika, diharapkan dapat menjadi dasar untuk menyusun program

perbaikan pelayanan antibiotika agar lebih aman dan terkendali.

Bila anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, anda

diminta untuk menandatangani dan menuliskan tanggal pada lembar

konfirmasi persetujuan untuk berpartisipasi sebagai responden dalam

penelitian ini. Keikutsertaan anda pada penelitian ini bersifat sukarela.

Anda memiliki hak penuh untuk menyatakan berpartisipasi atau tidak

berpartisipasi dalam penelitian ini.

3. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif

rancangan cross-sectional. Penelitian observasional dilakukan melakukan

observasi tanpa adanya intervensi untuk mendapatkan gambaran secara

realita dan obyektif terhadap suatu kondisi yang sedang terjadi.

Pengambilan data akan dilakukan satu kali dan akan diambil menggunakan

instrumen penelitian berupa kuesioner.

Jika anda setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini maka

anda akan diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada

kuesioner. Kuesioner terdiri atas empat bagian. Bagian pertama berisi

pertanyaan terkait profil Apoteker yang mengisi kuesioner. Bagian kedua

berisi pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan Apoteker mengenai

penyakit infeksi yang berhubungan dengan penggunaan antibiotika.

Bagian ketiga berisi pertanyaan mengenai tingkat pengetahuan Apoteker

mengenai Pelayanan Kefarmasian terhadap pasien yang menggunakan

antibiotika. Bagian keempat berisi pertanyaan terkait hambatan Apoteker

dalam memberikan Pelayanan Kefarmasian terhadap pasien yang

menggunakan antibiotika.

Peneliti dapat menunggu pengisian kuesioner jika Apoteker

menginginkan. Diperlukan waktu sekitar 1 jam bagi Apoteker untuk

mengisi kuesioner. Apabila Apoteker saat itu berhalangan untuk mengisi

kuesioner, kuesioner dapat ditinggal untuk diambil kembali dua hari

kemudian.Semua data akan dikumpulkan sedemikian rupa sehingga nama

dan identitas anda tidak akan disebutkan. Anda memiliki hak atas

kerahasiaan mengenai data yang telah anda beri dan privasi informasi

anda.

4. Risiko Yang Terjadi Dalam Studi

Sebagai subjek dalam penelitian ini, anda tidak akan terkena

risiko apa-apa karena peneliti tidak melakukan intervensi pada anda.

Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mengisi kuesioner. Ada risiko

ketidaknyamanan akibat kehilangan waktu ketika mengisi kuesioner.

5. Manfaat Studi Bagi Subjek

Dengan berpartisipasi dalam penelitian ini, anda dapat

menyumbangkan informasi baru yang dapat membantu memberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

50

informasi mengenai persepsi Apoteker terhadap pelayanan antibiotika di

Apotek Wilayah Kota Yogyakarta.

6. Pertanyaan lebih lanjut dan nomor kontak peneliti

Pertanyaan lebih lanjut terkait penelitian ini atau konfirmasi lebih

detail dapat ditanyakan kepada peneliti Chaesar Bastin melalui

SMS/telepon/WA/Line ke nomor 085245483549 atau dapat juga

menghubungi Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Duta Wacana, alamat Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo 5-

25 Yogyakarta Indonesia Telp. 0274-563929 ext.l24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

51

Lampiran 6. Informed Consent

KONFIRMASI PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Tempat tanggal lahir :

Alamat :

Apotek :

Menyatakan bahwa :

1. Saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian dengan

judul : “PERSEPSI APOTEKER DALAM PELAYAAN ANTIBIOTIKA DI

APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2019”

2. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami "Lembar

Informasi" yang berisi informasi yang terkait dengan penelitian ini dan ketentuan-

ketentuan dalam berpartisipasi sebagai responden

3. Saya menyatakan bahwa peneliti telah memberikan penjelasan secara lisan

untuk memperjelas hal-hal terkait dengan informasi tersebut diatas. Saya telah

memahaminya dan telah diberi waktu untuk menanyakan hal-hal yang kurang

jelas.

4. Data yang diperoleh hanya akan digunakan peneliti untuk kepentingan

penelitian tugas akhir serta akan dijaga kerahasiannya.

Setelah saya memahami penjelasan yang diberikan, dengan kesadaran dan tanpa

paksaan dari siapapun, saya memutuskan untuk bersedia ambil bagian dalam

penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan sebagaiamana

mestinya.

Yogyakarta, 2019

Peneliti, Yang membuat pernyataan,

(Chaesar Bastin) (............................................)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

52

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner

Case Processing Summary

N %

Cases

Valid 30 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 30 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,948 65

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Item_1 191,23 425,289 ,502 ,947

Item_2 191,43 425,082 ,386 ,947

Item_3 191,33 420,989 ,716 ,946

Item_4 191,23 421,771 ,673 ,946

Item_5 191,23 422,254 ,649 ,946

Item_6 191,37 422,930 ,498 ,947

Item_7 191,27 422,202 ,575 ,946

Item_8 191,17 423,316 ,609 ,946

Item_9 191,17 423,385 ,605 ,946

Item_10 191,50 415,362 ,717 ,946

Item_11 191,50 412,879 ,753 ,945

Item_12 191,40 416,800 ,751 ,946

Item_13 191,07 428,478 ,381 ,947

Item_14 191,10 426,990 ,446 ,947

Item_15 191,00 429,586 ,352 ,947

Item_16 191,07 429,168 ,297 ,947

Item_17 191,00 430,828 ,282 ,947

Item_18 191,13 428,051 ,334 ,947

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

53

Item_19 191,07 430,892 ,219 ,948

Item_20 191,23 429,978 ,242 ,948

Item_21 191,23 428,116 ,290 ,947

Item_22 191,47 419,775 ,548 ,946

Item_23 191,53 421,706 ,601 ,946

Item_24 191,37 420,447 ,597 ,946

Item_25 191,20 423,476 ,594 ,946

Item_26 192,07 417,720 ,580 ,946

Item_27 191,47 419,637 ,599 ,946

Item_28 192,13 414,809 ,663 ,946

Item_29 192,70 425,734 ,414 ,947

Item_30 192,27 415,789 ,662 ,946

Item_31 192,10 421,955 ,465 ,947

Item_32 191,93 421,030 ,507 ,946

Item_33 191,53 424,947 ,380 ,947

Item_34 191,63 419,344 ,582 ,946

Item_35 191,73 419,789 ,535 ,946

Item_36 191,40 423,145 ,495 ,947

Item_37 191,30 430,286 ,261 ,947

Item_38 191,90 419,128 ,513 ,946

Item_39 192,30 414,562 ,705 ,946

Item_40 192,23 414,392 ,666 ,946

Item_41 192,20 412,372 ,693 ,945

Item_42 192,23 411,013 ,636 ,946

Item_43 192,23 412,806 ,644 ,946

Item_44 192,43 412,806 ,657 ,946

Item_45 192,13 422,602 ,473 ,947

Item_46 192,17 418,695 ,501 ,947

Item_47 192,03 418,447 ,529 ,946

Item_48 192,10 417,748 ,572 ,946

Item_49 192,27 411,513 ,717 ,945

Item_50 191,97 416,171 ,585 ,946

Item_51 192,33 424,920 ,416 ,947

Item_52 192,50 427,569 ,215 ,948

Item_53 192,13 424,395 ,445 ,947

Item_54 191,93 426,409 ,317 ,947

Item_55 192,43 433,289 ,108 ,948

Item_56 192,57 430,116 ,199 ,948

Item_57 192,17 434,351 ,044 ,949

Item_58 191,80 438,028 -,087 ,949

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

54

Item_59 192,07 427,444 ,335 ,947

Item_60 192,20 426,717 ,230 ,948

Item_61 192,40 423,834 ,369 ,947

Item_62 192,33 424,713 ,360 ,947

Item_63 192,53 432,395 ,071 ,949

Item_64 192,10 431,197 ,178 ,948

Item_65 191,80 438,648 -,138 ,949

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

55

Lampiran 8. Tabel Data Penelitian

Tabel I. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 Laki-laki 3 8,82%

2 Perempuan 31 91,18%

Total 34 100%

Tabel II. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Umur

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 <26 tahun 11 32,35%

2 26-35 tahun 14 41,18%

3 36-50 tahun 8 23,52%

4 >50 tahun 1 2,94%

Total 34 100%

Tabel III. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Tahun Lulus

Apoteker

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 < tahun 2000 2 5,89%

2 Tahun 2000-2010 11 32,35%

3 Tahun 2011-2019 21 61,76%

Total 34 100%

Tabel IV. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Perannya di Apotek

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 APA 19 55,88%

2 APING 15 44,12%

Total 34 100%

Tabel V. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 PSPA 30 88,23%

2 Magister 4 11,77%

Total 34 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

56

Tabel VI. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Pengalaman Kerja

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 <5 tahun 17 50,00%

2 5-9 tahun 7 20,60%

3 10-14 tahun 6 17,64%

4 15-20 tahun 3 8,82%

5 >20 tahun 1 2,94%

Total 34 100%

Tabel VII. Perbandingan Jumlah Resep Rata-rata Antibiotika per-Minggu

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 <3 lembar 0 0,00%

2 3-5 lembar 18 52,94%

3 >5 lembar 16 47,06%

Total 34 100%

Tabel VIII. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Riwayat Pribadi

Penyakit Infeksi Kronis

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 Memiliki 5 14,70%

2 Tidak Memiliki 29 85,30%

Total 34 100%

Tabel IX. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Keluarga/Teman

Dekat yang Mempunyai Riwayat Penyakit Infeksi Kronis

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 Memiliki 8 23,53%

2 Tidak Memiliki 26 76,47%

Total 34 100%

Tabel X. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Keyakinan Bahwa

Penggunaan Antibiotika Mempengaruhi Kemampuan Pelayanan

Kefarmasian

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 Percaya 20 58,82%

2 Mungkin 10 29,41%

3 Tidak Percaya 4 11,77%

Total 34 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

57

Tabel XI. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyakit Infeksi

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 Buruk 0 0%

2 Sedang 9 26,47%

3 Baik 25 73,53%

Total 34 100%

Tabel XII. Perbandingan Jumlah Apoteker yang Menjawab “Sedang” Berdasarkan Hambatan yang Memengaruhi Tingkat

Pengetahuan Apoteker Mengenai Penyakit Infeksi

No Pernyataan STS (%) TS (%) S (%) SS (%) Kecenderungan

1 Kurangnya materi penyakit infeksi pada pendidikan S1 1

(11,11%)

5

(55,56%)

3

(33,33%) 0 (0%) Tidak setuju

2

Pelatihan yang kurang memadai di bidang Pelayanan

Kefarmasian klinis bagi para Apoteker seperti workshop 0 (0%)

2

(22,22%)

5

(55,56%)

2

(22,22%) Setuju

3 Hanya sedikit resep antibiotika yang diresepkan 2

(22,22%)

4

(44,4%)

3

(33,33%) 0 (0%) Tidak setuju

4 Kurangnya minat dalam memahami penyakit infeksi 1

(11,11%)

6

(66,67%)

2

(22,22%) 0 (0%) Tidak setuju

5 Kurangnya sumber informasi tentang penggunaan

antibiotika

1

(11,11%)

5

(55,56%)

3

(33,33%) 0 (0%) Tidak setuju

6

Pemberian Komunikasi, Informasi dan Edukasi untuk

peningkatan ketaatan penggunaan antibiotika dianggap

lebih sulit dibandingkan pemberian Komunikasi, Informasi

dan Edukasi pada penggunaan obat-obat kardiovaskular

atau penyakit endokrin

0 (0%) 3

(33,33%)

6

(66,67%) 0 (0%) Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

58

Tabel XIII. Perbandingan Jumlah Apoteker berdasarkan Persespi Apoteker terhadap Pelayanan Antibiotika sesuai

Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian

No Pernyataan TP (%) J (%) S (%) SS (%) Kecenderungan

A. Pengkajian dan Pelayanan Resep

Kajian Administratif

1

Saat menerima resep antibiotika saya memastikan nama

pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien sudah

sesuai

0 (0%) 2

(5,88%)

15

(44,12%)

17

(50,00%) Sangat Sering

2

Saat menerima resep antibiotika saya memastikan nama

dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor

telepon dan paraf dokter sudah sesuai

0 (0%) 0 (0%) 17

(50,00%)

17

(50,00%) Sering

3 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan tanggal

penulisan resep sudah ada 0 (0%) 0 (0%)

15

(44,12%)

19

(55,88%) Sangat Sering

Kajian kesesuian farmasetik

4

Saat menerima resep antibiotika saya memastikan bentuk

dan kekuatan sediaan antibiotika dalam resep sudah

sesuai kebutuhan

0 (0%) 1

(2,94%)

12

(35,29%)

21

(61,76%) Sangat Sering

5 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

stabilitas sediaan dalam penyimpanan di Apotek 0 (0%)

3

(8,82%)

17

(50,00%)

14

(41,18%) Sering

6 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan tidak

terjadi inkompatibilitas sediaan dalam resep 1 (2,94%)

8

(23,53%)

18

(52,94%)

7

(20,59%) Sering

Kajian pertimbangan klinis

7 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan

indikasi dan dosis antibiotika dalam resep sudah sesuai 0 (0%)

2

(5,88%)

13

(38,24%)

19

(55,88%) Sangat Sering

8 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan aturan,

cara pakai dan lama penggunaan antibiotika dalam resep 0 (0%) 0 (0%)

14

(41,18%)

20

(58,82%) Sangat Sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

59

sudah rasional

9

Saat menerima resep antibiotika saya memastikan tidak

terdapat duplikasi dan/atau polifarmasi antibiotika dalam

resep

0 (0%) 2

(5,88%)

16

(47,06%)

16

(47,06%) Sering

10 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan tidak

terdapat efek obat yang tidak diinginkan (alergi) 0 (0%)

7

(20,59%)

12

(35,29%)

15

(44,12%) Sangat Sering

11 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan tidak

ada kontra indikasi pada pasien 0 (0%)

7

(20,59%)

13

(38,24%)

14

(41,18%) Sangat Sering

12 Saat menerima resep antibiotika saya memastikan tidak

terdapat interaksi obat yang tidak diinginkan dalam resep 1 (2,94%)

5

(14,71%)

15

(44,12%)

13

(38,24%) Sering

Total 2 (0,49%) 37

(9,07%)

177

(43,38%)

192

(47,06%) Sangat Sering

B. Dispensing

Penyiapan obat

13 Saat menyiapkan antibiotika saya memperhatikan nama

obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat 0 (0%) 0 (0%)

13

(38,24%)

21

(61,76%) Sangat Sering

14 Saat menyiapkan antibiotika saya menghitung kebutuhan

jumlah antibiotika sesuai dengan resep 0 (0%) 0 (0%)

13

(38,24%)

21

(61,76%) Sangat Sering

15 Saat menyiapkan antibiotika saya memberikan etiket

warna putih untuk obat dalam/oral 0 (0%) 0 (0%)

12

(35,29%)

22

(64,71%) Sangat Sering

16 Saat menyiapkan antibiotika saya memberikan etiket

warna biru untuk obat luar 0 (0%) 0 (0%)

12

(35,29%)

22

(64,71%) Sangat Sering

17 Saat menyiapkan antibiotika saya memberikan label

“kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi 1 (2,94%) 0 (0%)

15

(44,12%)

18

(52,94%) Sangat Sering

18 Saat menyiapkan obat saya memisahkan wadah untuk

obat yang berbeda 0 (0%)

2

(5,88%)

10

(29,41%)

22

(64,71%) Sangat Sering

Penyerahan obat

19 Sebelum menyerahkan antibiotika, saya memeriksa 0 (0%) 0 (0%) 11 23 Sangat Sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

60

kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep (32,35%) (67,65%)

20 Sebelum menyerahkan antibiotika saya memanggil nama

dan nomor tunggu pasien 0 (0%) 0 (0%)

13

(38,24%)

21

(61,76%) Sangat Sering

21 Sebelum menyerahkan antibiotika saya memeriksa ulang

identitas dan alamat pasien 0 (0%) 0 (0%)

12

(35,29%)

22

(64,71%) Sangat Sering

Pemberian KIE (Komunikasi, Informasi dan

Edukasi)

22

Saat menyerahkan resep antibiotika saya bertanya kepada

pasien mengenai apa yang telah dokter katakan mengenai

antibiotika, aturan pakai dan cara pakai antibiotika serta

harapan/efek yang diharapkan setelah mengkonsumsi

antibiotika

1 (2,94%) 8

(23,53%)

15

(44,12%)

10

(29,41%) Sering

23

Saat menyerahkan antibiotika saya memberikan

informasi berupa manfaat, makanan dan minuman yang

harus dihindari, kemungkinan efek samping dan cara

peyimpanan antibiotika

0 (0%) 6

(17,65%)

17

(50,00%)

11

(32,35%) Sering

24 Saat menyerahkan antibiotika saya memastikan yang

menerima adalah pasien atau keluarganya 0 (0%)

2

(5,88%)

15

(44,12%)

17

(50,00%) Sangat Sering

25 Setelah menyerahkan antibiotika saya menyimpan resep

pada tempatnya 0 (0%) 0 (0%)

15

(44,12%)

19

(55,88%) Sangat Sering

26

Setelah menyerahkan antibiotika saya membuat

dokumentasi catatan pengobatan pasien sesuai dengan

formulir 5 permenkes 73 tahun 2016

17

(50,00%)

8

(23,53%)

6

(17,65%)

3

(8,82%) Tidak Pernah

Total 19

(4,00%)

26

(5,46%)

179

(37,60%)

252

(52,94%) Sangat Sering

C. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Menjawab pertanyaan pasien serta menyediakan

informasi dan edukasi kepada pasien mengenai obat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

61

27 Saya menjawab pertanyaan secara lisan maupun dalam

bentuk tulisan saat pasien bertanya mengenai antibiotika 0 (0%)

1

(2,94%)

14

(41,18%)

19

(55,88%) Sangat Sering

28 Saya membuat/menyebarkan buletin/borusur/leaflet/

memberikan penyuluhan mengenai antibiotika 9 (26,47%)

20

(58,82%)

4

(11,76%)

1

(2,94%) Jarang

29 Saya melakukan penelitian mengenai penggunaan

obat/antibiotika

19

(55,88%)

14

(41,18%)

1

(2,94%) 0 (0%) Tidak Pernah

Melakukan dokumentasi Pelayanan Informasi Obat

30

Setelah melakukan pelayanan informasi obat saya

membuat dokumentasi sesuai dengan formulir 6

permenkes 73 tahun 2016

16

(47,06%)

12

(35,29%)

5

(14,71%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

Total 44

(32,35%)

47

(34,56%)

24

(17,65%)

21

(15,44%) Jarang

D. Konseling

Menggali informasi serta memberikan penjelasan

pada pasien terkait penggunaan obat

31

Saat akan melakukan konseling obat khusunya mengenai

antibiotika saya menawarkan pada pasien untuk

melakukan konseling di ruang konseling

9 (26,47%) 19

(55,88%)

5

(14,71%)

1

(2,94%) Jarang

32

Saat melakukan konseling obat khususnya mengenai

antibiotika saya memperkenalkan diri, menjelaskan

tujuan konseling, alasan konseling dan berapa lama

waktu yang dibutuhkan

10

(29,41%)

16

(47,06%)

7

(20,59%)

1

(2,94%) Jarang

33 Saya bertanya pada pasien persoalan apa yang dapat saya

bantu 2 (5,88%)

13

(38,24%)

11

(32,35%)

8

(23,53%) Jarang

34 Saya bertanya pada pasien berapa jumlah dan lama

penggunaan obat khususnya antibiotika 3 (8,82%)

14

(41,18%)

12

(35,29%)

5

(14,71%) Jarang

35 Saya bertanya pada pasien pengaruh apa yang akan

muncul ketika menggunakan antibiotika 8 (23,53%)

14

(41,18%)

9

(26,47%)

3

(8,82%) Jarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

62

36

Saat melakukan konseling obat khusunya mengenai

antibiotika saya memberi kesempatan kepada pasien

untuk bertanya mengenai penggunaan antibiotika

3 (8,82%) 7

(20,59%)

17

(50,00%)

7

(20,59%) Sering

37

Saat melakukan konseling obat khusunya mengenai

antibiotika saya selalu memberikan penjelasan kepada

pasien mengenai penggunaan antibiotika

2 (5,88%) 3

(8,82%)

19

(55,88%)

10

(29,41%) Sering

Melakukan verifikasi pada pasien untuk memastikan

tingkat kepahaman pasien

38

Setiap kali selesai melakukan konseling obat khususnya

mengenai antibiotika saya selalu meminta pasien untuk

mengulangi informasi yang saya berikan dan

membetulkan bila terdapat informasi yang kurang tepat

4 (11,76%) 11

(32,35%)

16

(47,06%)

3

(8,82%) Sering

39 Saat melakukan konseling, saya membuat dokumentasi

sesuai dengan formulir 7 permenkes 73 tahun 2016

19

(55,88%)

9

(26,47%)

5

(14,71%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

Total 60

(19,61%)

106

(34,64%)

101

(33,01%)

39

(12,74%) Jarang

E. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy

care)

Identifikasi kepatuhan dan monitoring penggunaan

obat pasien

40

Saat melakukan kunjungan rumah, saya menilai

kepatuhan penggunaan antibiotika pasien dengan melihat

sisa obat pasien

22

(64,71%)

8

(23,53%)

3

(8,82%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

41

Saat melakukan kunjungan rumah, saya bertanya

mengenai keluhan yang pasien rasakan selama

pengobatan

22

(64,71%)

8

(23,53%)

3

(8,82%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

Pendampingan pengelolaan obat di rumah

42 Saat melakukan kunjungan rumah, saya meminta 22 8 3 1 Tidak Pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

63

pasien/keluarga pasien untuk menjelaskan pemakaian

obat pasien selama ini

(64,71%) (23,53%) (8,82%) (2,94%)

43

Saat melakukan kunjungan rumah, saya menjelaskan

ulang fungsi obat dan saran penggunaan obat yang tepat

berdasarkan pemaparan penjelasan pasien/keluarga

pasien

22

(64,71%)

8

(23,53%)

3

(8,82%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

44

Saat melakukan kunjungan rumah, saya membuat

dokumentasi sesuai dengan formulir 8 permenkes 73

tahun 2016

26

(76,47%)

7

(20,59%)

1

(2,94%) 0 (0%) Tidak Pernah

Total 114

(67,06%)

39

(22,94)

13

(7,65%)

4

(2,35%) Tidak Pernah

F. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

Melakukan Identifikasi masalah terkait obat

45

Saya mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat

pengobatan pasien melalui wawancara dengan

pasien/keluarga pasien/tenaga kesehatan lain

19

(55,88%)

7

(20,59%)

7

(20,59%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

46 Saya melakukan identifikasi masalah terkait obat

khusunya antibiotika

21

(61,76%)

8

(23,53%)

4

(11,76%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut

serta mengkomunikasikannya dengan tenaga

kesehatan lain

47

Saya memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut

terkait adanya masalah terkait obat khususnya antibiotika

berupa penyesuaian dosis dan interval pemberian atau

penghentian dan penggantian antibiotika

19

(55,88%)

9

(26,47$)

6

(17,65%) 0 (0%) Tidak Pernah

48

Saat mengkomunikasikan hasil identifikasi masalah

terkait obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh

Apoteker kepada tenaga kesehatan terkait untuk

19

(55,88%)

10

(29,41%)

5

(14,71%) 0 (0%) Tidak Pernah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

64

mengoptimalkan tujuan terapi

49

Saat melakukan pemantauan terapi obat, saya membuat

dokumentasi sesuai dengan formulir 9 permenkes 73

tahun 2016

25

(73,53%)

7

(20,59%)

2

(5,88%) 0 (0%) Tidak Pernah

Total 103

(60,59%)

41

(24,12%)

24

(14,12%)

2

(1,17%) Tidak Pernah

G. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko tinggi

mengalami efek samping suatu obat pada dosis

normal

50

Jika terdapat Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan

(ROTD) khususnya pada antibiotika dengan dosis

normal, saya akan melaporkannya menggunakan formulir

Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

22

(64,71%)

8

(23,53%)

3

(8,82%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

Total 22

(64,71%)

8

(23,53%)

3

(8,82%)

1

(2,94%) Tidak Pernah

Tabel XIV. Perbandingan Jumlah Apoteker Berdasarkan Hambatan Dalam Memberikan Pelayanan Pharmaceutical Care

No. Pernyataan STS (%) TS (%) S (%) SS (%) Kecenderungan

1 Kurangnya pengetahuan Apoteker tentang penggunaan

antibiotika

4

(11,76%)

15

(44,12%)

14

(41,18%)

1

(2,94%) Tidak Setuju

2 Pasien tidak mengerti kepentingan Pharmaceutical Care

sehingga tidak perlu diberikan

4

(11,76%)

16

(47,06%)

9

(26,47%)

5

(14,71%) Tidak Setuju

3 Kurangnya training pada Apoteker terkait Pharmaceutical

Care 0 (0%)

11

(32,25%)

22

(64,71%)

1

(2,94%) Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

65

4 Kurangnya jumlah staf 3

(8,82%)

8

(23,53%)

16

(47,06%)

7

(20,59%) Setuju

5 Apoteker kurang terampil dalam komunikasi 5

(14,71%)

23

(67,65%)

5

(14,71%)

1

(2,94%) Tidak Setuju

6 Kurangnya sumber informasi terkait antibiotika 2

(5,88%)

24

(70,59%)

8

(23,53%) 0 (0%) Tidak Setuju

7 Kurangnya keterampilan Apoteker dalam membuat dan

mengelola dokumentasi

4

(11,76%)

19

(55,88%)

9

(26,47%)

2

(5,88%) Tidak Setuju

8 Kurangnya permintaan/kebutuhan pasien akan pelayanan

Pharmaceutical Care 0 (0%)

6

(17,65%)

22

(64,71%)

6

(17,65%) Setuju

9 Lack of private space/counseling care 0 (0%) 10

(29,41%)

22

(64,71%)

2

(5,88%) Setuju

10 Kurangnya dukungan dari pimpinan 0 (0%) 25

(73,53%)

5

(14,71%)

4

(11,76%) Tidak Setuju

11

Apoteker kurang inovatif dalam memberikan Komunikasi,

Informasi dan Edukasi untuk meningkatkan ketaatan

pasien dalam menggunakan antibitotika

0 (0%) 27

(79,41%)

7

(20,59%) 0 (0%) Tidak Setuju

12

Tidak adanya pedoman yang jelas untuk memberikan

Komunikasi, Informasi dan Edukasi terhadap pasien yang

menggunakan antibiotika

0 (0%) 19

(55,88%)

15

(44,12%) 0 (0%) Tidak Setuju

13 Apoteker khawatir terhadap penularan penyakit 9

(26,47%)

16

(47,06%)

8

(23,53%)

1

(2,94%) Tidak Setuju

14 Hanya terpaku pada keluhan pasien, antara lain : Demam,

batuk, sakit waktu buang air kecil dan durasi sakit pasien. 0 (0%)

12

(35,29%)

19

(55,88%)

3

(8,82%) Setuju

15 Keterbatasan waktu dalam pemberian Komunikasi,

Informasi dan Edukasi saat penyerahan antibiotika 0 (0%)

6

(17,65%)

17

(50,00%)

11

(32,25%) Setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

66

Lampiran 9. Rekapitulasi Apotek di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

67

Lampiran 10. Formulir 5 Permenkes 73 tahun 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

68

Lampiran 11. Formulir 6 Permenkes 73 tahun 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

69

Lampiran 12. Formulir 7 Permenkes 73 tahun 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

70

Lampiran 13. Formulir 8 Permenkes 73 tahun 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

71

Lampiran 14. Formulir 9 tahun Permenkes 73 tahun 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PERSEPSI APOTEKER TERHADAP PELAYANAN ANTIBIOTIKA DI … · PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau

72

BIOGRAFI PENULIS

“Persepsi Apoteker Terhadap Pelayanan

Antibiotika di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta Tahun

2019” merupakan skripsi yang ditulis oleh Chaesar

Bastin, putra pertama dari Bapak Paulus dan Ibu

Gertrudis Nurwijayasari. Penulis lahir di Sintang, 24

Februari 1997. Pendidikan formal yang ditempuh mulai

dari SD Panca Setya 1 Sintang (2003-2009), SMPN 1

Sintang (2009-2012) dan SMA Panca Setya Sintang

(2012-2015). Penulis melanjutkan Pendidikan S1 pada

tahun 2015 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama menjadi

mahasiswa Universitas Sanata Dharma, penulis berpartisipasi dalam beberapa

kegiatan kemahasiswaan sebagai Ketua Panitia Donor Darah 2016, Anggota

Divisi Medis Insadha 2016 dan Insadha Susulan 2016, Anggota Divisi Perkap

Seminar Nasional Interprofessional Health Care "Good Team, Good Work, Good

Result for the Better Future" tahun 2016, Ketua Komisi V Dewan Perwakilan

Mahasiswa Universitas (DPMU) Sanata Dharma periode 2017/2018. Penulis juga

menjadi Asisten Dosen mata kuliah Komunikasi Farmasi tahun ajaran 2018/2019.

Di luar kegiatan kemahasiswaan, penulis juga berpartisipasi sebagai Ketua

Paguyuban Lektor Paroki Santo Yohanes Rasul Pringwulung periode 2017/2018

dan mengikuti Latihan Kepemimpinan Tingkat Menengah Academia Mediore

tahun 2017.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI