Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
Transcript of Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintahan
MODUL
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mempelajari materi ini, peserta pelatihan akan memahami
prinsip-prinsip dan proses penjurnalan untuk entitas akuntansi dan
entitas pelaporan Pemerintah Daerah
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari materi ini, peserta pelatihan akan dapat:
1. Memahami Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
2. Memahami dan dapat menjelaskan prosedur untuk melakukan
entry jurnal atas transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
penerimaan dan pengeluaran kas.
WAKTU PEMBELAJARAN
Jangka waktu yang diperlukan untuk memberikan materi ini adalah 240 menit.
METODE PEMBELAJARAN
1. Paparan
2. Diskusi
3. Latihan Bersama (Diskusi Kelompok dan Kelas)
ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. LCD/Overhead Projector
2. White Board dan Spidol
3. Latihan Kasus
REFERENSI
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 2007 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4548);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4503);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4540);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pinjaman
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4574);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Dana
Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2007 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4576);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2007 tentang Hibah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 139,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4578);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
DASAR-DASAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PADA PEMERINTAH DAERAH
1. KARATERISTIK AKUNTANSI
PEMERINTAH DAERAH
Perbedaan Akuntansi perusahaan bisnis berbeda dengan akuntansi organisasi pemerintahan
Akuntansi perusahaan bisnis berbeda dengan
akuntansi organisasi pemerintahan dalam hal sebagai
berikut:
PERUSAHAAN BISNIS PEMERINTAHAN
1 Tujuan:
Operasi Perusahaan Bisnis bertujuan
untuk memperoleh laba atau
meningkatkan kesejahteraan
pemegang saham yang sebesar-
besarnya.
Operasi Organisasi Pemerintahan
bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
2 Tujuan pelaporan keuangan:
Menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangna
suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
Menyajikan informasi keuangan yang
berguna bagi pemakai laporan untuk
menilai akuntabilitas.
3 Karateristik Kualitatif Informasi yang
mempunyai nilai manfaat
Lebih mengutamakan relevansi Lebih mengutamakan keandalan
(reliability).
4 Pemakai Utama Laporan Keuangan
Investor Masyarakat
Karyawan para wakil rakyat dan
lembaga pengawas dan
lembaga
Pemberi Pinjaman pemeriksa
Pemasok dan kreditor usahan
yang lain
pihak yang memberi atau
berperan dalam proses
donasi, investasi dan
pinjaman;
Pelanggan dan pemerintah
Pemerintah
Masyarakat
5 Jenis Laporan Keuangan
Laporan Utama:
Neraca Neraca
Laporan Laba Rugi Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Modal Catatan atas Laporan
Keuangan
Laporan Tambahan:
Laporan Kinerja Keuangan
Laporan Perubahan Ekuitas
6 Jenis Akun Laporan Laba Rugi
(Rekening Nominal)
Jenis Akun Laporan Realisasi
Anggaran (Rekening Nominal)
Pendapatan Pendapatan
Beban Belanja
Pembiayaan
(Penerimaan&Pengeluaran)
7 Jenis Akun Neraca
Aktiva Aset
Utang Kewajiban
Modal Saham Ekuitas
1. EDL
2. EDI
3. EDC
8 Pengakuan:
Pos yang memenuhi definisi suatu
unsur harus diakui kalau:
(a) ada kemungkinan bahwa
manfaat ekonomi berkaitan
Basis akuntansi yang digunakan
dalam laporan keuangan pemerintah
adalah basis kas untuk pengakuan
pendapatan, belanja, dan
dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam
perusahaan;
(b) pos tersebut mempunyai nilai
atau biaya yang dapat diukur
dengan andal.
pembiayaan dalam laporan realisasi
anggaran dan basis akrual untuk
pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas dalam neraca.
9 Standar Penyusunan Laporan
Keuangan:
Standar Akuntansi Keuangan PP 24 tahun 2005 Standar Akuntansi
Pemerintahan
Peraturan Perundang-undangan lain
10 Proses Penganggaran:
Proses dan format penyusunan
anggaran merupakan proses internal
manajemen perusahaan dan tidak
diatur dalam Standar Akuntansi.
Proses dan format penyusunan
diatur dengan perundang-undangan.
Anggaran yang dihasilkan
merupakan produk hukum
(peraturan perundang-undangan).
2. SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Definisi Akuntansi
Definisi Akuntansi dalam
arti sempit sebagai
proses, fungsi, atau
praktik
Empat tahap dalam siklus akuntansi pemerintahan
Akuntansi dapat didefinisikan sebagai:
seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Dalam arti sempit sebagai proses, fungsi, atau
praktik, akuntansi dapat diartikan sebagai:
proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi) yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.
Berdasarkan definisi tersebut, setidaknya ada empat
tahapan dalam siklus akuntansi pemerintahan, yaitu:
1. pencatatan,
2. penggolongan,
3. peringkasan
4. penginterpretasian laporan (hasil pencatatan,
penggolongan dan peringkasan transaksi).
Keempat tahapan dalam siklus akuntansi
tersebut tidak berbeda dengan siklus akuntansi pada
Jenis transaksi atau peristiwa keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD
Transaksi keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD dicatat, digolongkan, dan diringkas ke dalam Catatan Akuntansi berdasarkan Dokumen atau Bukti Transaksi yang sah
Dokumen atau Bukti Transaksi adalah formulir-formulir yang digunakan sebagai tanda bukti terjadinya suatu transaksi atau adanya suatu peristiwa keuangan yang menjadi dasar pencatatan dalam akuntansi
perusahaan bisnis. Pembahasan dalam modul ini
dititikberatkan pada materi mengenai proses
pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi
atau peristiwa keuangan, khususnya dalam rangka
menyusun laporan realisasi anggaran.
2.1. Jenis Transaksi Keuangan
Transaksi atau peristiwa keuangan dalam rangka
pelaksanaan APBD, pada dasarnya terdiri dari:
1. Transaksi Penerimaan Kas, yaitu semua
penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu.
2. Transaksi Pengeluaran Kas, yaitu semua
pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu.
3. Transaksi Selain Kas, adalah semua transaksi
keuangan selain penerimaan Kas Daerah dan
pengeluaran Kas Daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu. Misal: transaksi koreksi
kesalahan atas pencatatan sebelumnya atau
pemberian atau penerimaan donasi dalam bentuk
barang.
2.2. Media Akuntansi
Transaksi keuangan dalam rangka pelaksanaan
APBD yang terdiri dari: penerimaan kas, pengeluaran
kas, dan selain kas dalam proses akuntansi dicatat,
digolongkan, dan diringkas ke dalam Catatan
Akuntansi berdasarkan Dokumen atau Bukti Transaksi
yang sah. Dokumen Transaksi merupakan dokumen
tertulis sebagai bukti terjadinya suatu transaksi
keuangan; sedangkan Catatan Akuntansi, terdiri dari:
Buku Jurnal, Buku Besar dan Buku Pembantu.
Berdasarkan uraian tersebut, media untuk
melaksanakan proses akuntansi meliputi: Dokumen
atau Bukti Transaksi, Buku Jurnal, Buku Besar dan
Buku Pembantu.
2.3. Dokumen Transaksi
Dokumen atau Bukti Transaksi adalah formulir-
formulir yang digunakan sebagai tanda bukti
terjadinya suatu transaksi atau adanya suatu
peristiwa keuangan yang menjadi dasar pencatatan
dalam akuntansi. Contoh formulir pada setiap jenis
transaksi keuangan dalam rangka pelaksanaan APBD
adalah sebagai berikut:
Transaksi
Keuangan
Dokumen/Bukti
1. Penerimaan Kas Surat Keputusan Pajak Daerah, Surat Keputusan Retribusi Daerah, Surat Tanda Setoran, Kuitansi Penerimaan Kas, dll.
2. Pengeluaran Kas Kuitansi Pengeluaran Kas, Faktur/Nota Pembelian, dll.
3 Selain Kas Bukti Memorial
Catatan Akuntansi terdiri dari Buku Jurnal, Buku Besar, dan Buku Pembantu
2.4. Catatan Akuntansi
Catatan Akuntansi, sebagaimana telah diuraikan
sebelumnya, terdiri dari:
1. Buku Jurnal yaitu merupakan catatan akuntansi
yang dilaksanakan oleh Fungsi Akuntansi sebagai
media untuk (1) mencatat transaksi keuangan
penerimaan kas berdasarkan dokumen transaksi
yang sah, dan (2) menggolongkan transaksi
keuangan ke dalam rekening-rekening (akun).
Transaksi keuangan yang telah dicatat dan
digolongkan ke dalam Buku Jurnal, selanjutnya
secara periodik diposting ke dalam Buku Besar.
2. Buku Besar yaitu merupakan catatan akuntansi
yang dilaksanakan oleh Fungsi Akuntansi sebagai
media untuk (1) meringkas catatan transaksi
keuangan yang telah digolongkan ke rekening-
rekening (akun), (2) memberikan informasi saldo
rekening-rekening dimaksud secara akumulatif.
Catatan akuntansi berupa kumpulan rekening-
rekening dalam Buku Besar selanjutnya secara
periodik disusun ke dalam Laporan Keuangan.
3. Buku Pembantu merupakan catatan akuntansi
yang dilaksanakan oleh Fungsi Akuntansi sebagai
media yang (1) melengkapi (merinci atau
menjabarkan) informasi rekening tertentu dalam
Buku Besar, dan (2) menjadi alat uji silang
terhadap rekening tertentu dimaksud dalam Buku
Besar.
3. PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI
Proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dalam akuntansi menggunakan sistem berpasangan (double entry)
Aset merupakan wujud kekayaan yang mempunyai nilai uang yang sama dengan sumber, yaitu Kewajiban ditambah Ekuitas Dana. Artinya, bertambahnya Aset dapat diperoleh dari (penambahan) Kewajiban dan/atau (penambahan) Ekuitas Dana.
Proses pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dalam akuntansi menggunakan
sistem berpasangan (double entry), artinya
pencatatan (penjurnalan) suatu transaksi keuangan
digolongkan/ atau melibatkan minimal ke dalam dua
jenis rekening.
Sistem pencatatan berpasangan berdasarkan
pada logika persamaan dasar akuntansi sebagai
berikut:
3.1. Persamaan Akuntansi untuk
Neraca
Persamaan struktur Neraca Daerah menunjukkan
hubungan antara Aset (A) di satu sisi dengan
Kewajiban (K) dan Ekuitas Dana (E) pada sisi yang
lain, yang dinyatakan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut:
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA
atau
A = K + E
Aset, dalam bahasa sederhana dalam diartikan,
sebagai sumber daya ekonomis yang dimiliki dan atau
dikuasai dan dapat diukur dengan satuan uang. Dalam
persamaan dasar akuntansi tersebut, Aset merupakan
wujud kekayaan yang mempunyai nilai uang yang
sama dengan sumber (darimana wujud kekayaan
tersebut diperoleh), yaitu Kewajiban ditambah
Ekuitas Dana. Artinya, bertambahnya Aset dapat
Kewajiban,diartikan sebagai utang kepada pihak ketiga sebagai akibat transaksi keuangan masa lalu (tahun-tahun anggaran sebelumnya), atau berupa penerimaan yang perlu dibayar kembali
Ekuitas dana, adalah jumlah kekayaan bersih yang merupakan selisih antara jumlah Aset dengan jumlah Kewajiban
diperoleh dari (penambahan) Kewajiban dan/atau
(penambahan) Ekuitas Dana. Demikian pula
sebaliknya, berkurangnya Aset dapat digunakan untuk
(pengurangan) Kewajiban dan/atau (pengurangan)
Ekuitas Dana.
Kewajiban, secara sederhana dapat diartikan,
sebagai utang kepada pihak ketiga sebagai akibat
transaksi keuangan masa lalu (tahun-tahun anggaran
sebelumnya), atau berupa penerimaan yang perlu
dibayar kembali. Dalam persamaan dasar akuntansi,
menunjukkan bahwa bertambahnya Kewajiban dapat
menyebabkan bertambahnya Aset dan/ atau
berkurangnya Ekuitas Dana. Demikian pula
sebaliknya, berkurangnya Kewajiban dapat
menyebabkan berkurangnya Aset dan/atau
bertambahnya Ekuitas Dana.
Ekuitas dana, adalah jumlah kekayaan bersih yang
merupakan selisih antara jumlah Aset dengan jumlah
Kewajiban. Dalam persamaan dasar akuntansi,
menunjukkan bahwa bertambahnya Ekuitas Dana
dapat menyebabkan bertambahnya Aset dan/atau
berkurangnya Kewajiban. Demikian pula sebaliknya,
berkurangnya Ekuitas Dana dapat menyebabkan
berkurangnya Aset dan/atau bertambahnya
Kewajiban.
3.2. Persamaan untuk Laporan
Realisasi Anggaran (LRA)
Akuntansi Keuangan Daerah pada dasarnya
merupakan proses pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dalam rangka pelaksanaan
APBD. Persamaan struktur APBD menunjukkan
hubungan antara Pendapatan Daerah (P) dan Belanja
Daerah (B) di satu sisi, dan Pembiayaan berupa
Penerimaan Daerah (PT) serta Pembiayaan berupa
Pengeluaran Daerah (PK) pada sisi lainnya.
Dalam Struktur APBD, selisih antara Pendapatan
Daerah dengan Belanja Daerah (P – B) sama dengan
Surplus (S) atau Defisit (D), atau dinyatakan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
P – B = S atau D
di mana:
P – B = S, jika P lebih besar daripada B
P – B = D, jika P lebih kecil daripada B
Surplus dialokasikan ke Pembiayaan berupa
Pengeluaran Daerah (PK). Artinya jika terjadi Surplus,
alokasi Surplus tersebut menambah Pembiayaan
berupa Pengeluaran Daerah (+PK). Sebaliknya jika
terjadi;
Defisit ditutup dari Pembiayaan berupa Penerimaan
Daerah (PT), artinya penutupan Defisit mengurangi
Pembiayaan berupa Penerimaan Daerah (PT).
Dengan demikian Persamaan Struktur APBD:
P – B = S/D
dapat dikembangkan menjadi:
P - B = - PT + PK
Akuntansi Keuangan Daerah merupakan bagian dari pelaksanaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Dasar Pengakuan dalam Akuntansi pada umumnya ada dua yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual (accrual basis)
Pengakuan dengan dasar kas akan mengakui suatu transaksi ekonomi dan kejadian lain, sehingga dapat dicatat dalam buku jurnal (ketika kas diterima di Kas Umum Daerah atau dibayarkan dari Kas Umum Daerah)
atau
B + PK = P + PT
Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan
Rekening Kas Umum Daerah yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah,
dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja Daerah adalah semua pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Surplus/defisit adalah selisih lebih/kurang antara
pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan.
Pembiayaan setiap penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.
3.3. Dasar Pengakuan
Akuntansi Keuangan Daerah pada dasarnya
adalah bagian dari pelaksanaan Pengelolaan
Keuangan Daerah yang mencakup proses pencatatan,
penggolongan, dan peringkasan transaksi realisasi
Pengakuan dengan dasar akrual akan mengakui transaksi ekonomi dan peristiwa-peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, bukan pada saat kas atau ekuivalen kas diterima atau dibayarkan
APBD dalam satu tahun anggaran, serta pelaporannya
pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
Dasar Pengakuan dalam Akuntansi merupakan
prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan
(saat atau momentum) pengaruh/ transaksi/ kejadian
harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis
pengakuan pada umumnya ada dua yaitu basis kas
(cash basis) dan basis akrual (accrual basis).
Pengakuan dengan dasar kas akan mengakui
suatu transaksi ekonomi dan kejadian lain, sehingga
dapat dicatat dalam buku jurnal (ketika kas diterima
di Kas Umum Daerah atau dibayarkan dari Kas Umum
Daerah). Sedangkan pengakuan dengan dasar akrual
akan mengakui transaksi ekonomi dan peristiwa-
peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan
akuntansi dan dilaporkan dalam periode laporan
keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut,
bukan pada saat kas atau ekuivalen kas diterima atau
dibayarkan.
Contoh transaksi yang membedakan basis kas
dan basis akrual adalah dalam peristiwa pada saat
pemerintah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD). Pengakuan dengan dasar kas tidak
akan mengakui pendapatan pada saat penerbitan
SKPD tersebut, karena pemerintah daerah belum
menerima kas. Namun, dalam pengakuan dengan
dasar akrual, pendapatan sudah diakui pemerintah
daerah pada saat penerbitan SKPD, walaupun
pemerintah belum menerima kas atas pendapatan
pajak tersebut.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Daerah (PSAP) Nomor 01, transaksi-
transaksi yang berhubungan dengan akun
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan diakui
dengan dengan dasar kas. Sedangkan transaksi-
transaksi yang berhubungan dengan aset, kewajiban,
dan ekuitas dana diakui dengan dasar akrual.
Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
kas atau setara kas diterima atau dibayar. Sedangkan
basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat
transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa
memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dibayar.
Pencatatan dalam Akuntansi Keuangan Daerah
secara berpasangan, oleh karena itu, berdasarkan
logika persamaan dasar akuntansi yang merupakan
gabungan dari Persamaan Struktur Neraca Daerah
dan Persamaan Struktur APBD sebagai berikut:
(1) Persamaan
Struktur Neraca: A = K + E
(2) Persamaan
Struktur LRA: B + PK = P +
PT
Kedua persamaan tersebut mempunyai hubungan
(artikulasi) sebagai berikut: bertambahnya P
menyebabkan bertambahnya E, sebaliknya
bertambahnya B menyebabkan berkurangnya E.
Berdasarkan artikulasi tersebut, penggabungan
kedua persamaan tersebut akan menghasilkan
formulasi sebagai berikut:
A + B + PK = P + PT
A = K + E + (P + PT) – (B + PK)
atau
A + B + PK = K + E + P + PT
Persamaan Dasar Akuntansi yang digunakan sebagai
dasar pencatatan berpasangan dalam Akuntansi
Keuangan Daerah, yang pada dasarnya merupakan
proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan
transaksi realisasi anggaran berdasarkan basis
kas adalah sebagai berikut:
Karena persamaan tersebut menggunakan basis
kas maka akan membawa konsekuensi bahwa seluruh
transaksi akan selalu melibatkan kas, misalnya
penambahan Belanja (B) akan dilawankan dengan
pengurangan Aset (A) dalam wujud Kas. Demikian
juga penambahan Pendapatan (P) akan diimbangi
dengan penambahan Aset (A) dalam wujud Kas. Aset
(A) dalam persamaan tersebut secara spesifik
merupakan salah satu jenis aset yang berbentuk Kas
saja. Oleh karena itu, Persamaan Dasar Akuntansi
untuk Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai
berikut:
Sehingga transaksi-transaksi yang tidak
Persamaan (1) A (Kas) + B + PK = P + PT
mempengaruhi kas dan, secara otomatis tidak
mempengaruhi rekening-rekening di Laporan Realisasi
Anggaran, akan mempengaruhi neraca langsung
dengan persamaan sebagai berikut:
A = K + E
Aset dalam persamaan di atas merupakan semua
jenis Aset yang berwujud selain kas. Oleh karena itu,
persamaan dasar akuntansi untuk neraca sebagai
berikut:
Persamaan (2) A (selain Kas) = K + E
3.4. Penerapan Persamaan
Akuntansi Struktur LRA
Berikut ini adalah beberapa contoh pencatatan
akuntansi terhadap transaksi keuangan Daerah yang
pada dasarnya merupakan pencatatan realisasi APBD
berbasis kas.
3.4.1. Transaksi Penerimaan
Kas
Contoh 1
Misal transaksi penerimaan kas yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor.
Catatan akuntansi secara berpasangan terhadap
transaksi tersebut, menggunakan Persamaan Dasar
Akuntansi sebagai berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (Kas) + B + PK = P + PT
Kas
Pajak Kendaraan Bermotor
+ +
Dalam transaksi tersebut, bertambahnya Kas berasal
dari (bertambahnya) Pendapatan Daerah berupa
Pajak Kendaraan Bermotor. Dalam hal ini, rekening
yang terlibat adalah ASET (Kas) dan PENDAPATAN
(Pajak Kendaraan Bermotor).
Rekening Pendapatan Daerah dalam catatan
akuntansi dapat digolongkan sampai pada tingkat
Obyek Pendapatan. Dalam proses akuntansi,
transaksi tersebut dicatat dan digolongkan dalam
Buku Jurnal Penerimaan Kas serta diringkas dalam
Buku Besar pada rekening Kas dan rekening Obyek
Pendapatan. Jika ada rekening Rincian Obyek
Pendapatan akan dicatat dalam Buku Pembantu.
Contoh 2:
Jika terjadi transaksi penerimaan kas yang berasal
dari Dana Alokasi Umum, maka catatan akuntansinya
adalah sebagai berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
KasDana Alokasi
Umum
+ +
Transaksi dalam contoh 2, seperti halnya contoh 1:
penerimaan kas yang berasal dari Dana Alokasi Umum
dicatat secara berpasangan ke dalam 2 golongan
rekening, yaitu: Pendapatan Daerah dan Kas. Dalam
transaksi tersebut, bertambahnya Pendapatan berupa
Dana Alokasi Umum disertai dengan bertambahnya Kas.
Demikian pula jika terjadi transaksi yang sejenis dengan
penerimaan kas yang berasal dari Pendapatan Daerah,
pencatatan dan penggolongan transaksinya relatif sama
dengan contoh transaksi 1 dan 2.
3.4.2. Transaksi Pengeluaran
Kas
Pencatatan pada golongan rekening kas akan berbeda jika
terjadi transaksi pengeluaran kas, sebagaimana contoh 3
berikut ini.
Contoh 3:
Jika terjadi transaksi pengeluaran kas untuk Belanja Alat
Tulis, maka catatan akuntansinya adalah sebagai berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
Kas Belanja ATK
- +
Transaksi dalam contoh 3: pengeluaran kas untuk Belanja
Alat Tulis, seperti contoh sebelumnya, dicatat secara
berpasangan ke dalam 2 golongan rekening, yaitu:
Belanja Daerah dan Kas. Dalam transaksi tersebut,
bertambahnya Belanja berupa Belanja Alat Tulis diikuti
dengan berkurangnya Kas.
Berbeda dengan transaksi penerimaan kas (contoh 1, 2),
yang menyebabkan bertambahnya rekening Kas,
transaksi pengeluaran kas (contoh 3) tersebut
mengakibatkan rekening Kas berkurang (-).
Klasifikasi rekening Belanja dalam catatan akuntansi
dapat digolongkan sampai pada tingkat Obyek Belanja.
Dalam proses akuntansi, transaksi tersebut dicatat dan
digolongkan dalam Buku Jurnal Pengeluaran Kas serta
diringkas dalam Buku Besar pada rekening Kas dan
rekening Obyek Belanja. Jika ada rekening Rincian Obyek
Belanja akan dicatat dalam Buku Pembantu.
Contoh 4:
Jika terjadi transaksi pengeluaran kas untuk Belanja
Pemeliharaan Bangunan Gedung Kantor, maka catatan
akuntansinya adalah sebagai berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
Kas Belanja Pemeliharaa
n Gedung
- +
Transaksi dalam contoh 4, seperti halnya contoh 3:
pengeluaran kas untuk Belanja Pemeliharaan Bangunan
Gedung Kantor dicatat secara berpasangan ke dalam 2
golongan rekening, yaitu: Belanja Daerah dan Kas. Dalam
transaksi tersebut, bertambahnya Belanja berupa Belanja
Pemeliharaan Bangunan Gedung Kantor diikuti dengan
berkurangnya Kas.
3.5. Penerapan Persamaan Akuntansi Struktur Neraca
3.5.1. Transaksi Selain Kas
Mekanisme pencatatan dan penggolongan transaksi
dalam akuntansi sebagaimana diberikan dalam contoh 1
sampai dengan contoh 4 berlaku untuk transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas yang mempengaruhi
LRA saja.
Dalam suatu tahun anggaran, kemungkinan terjadi
transaksi yang tidak berkaitan dengan penerimaan dan
pengleuaran kas, misalnya penerimaan bantuan berupa
barang.
Contoh 5:
Jika terjadi transaksi penerimaan bantuan berupa
seperangkat Komputer, maka catatan akuntansinya
adalah sebagai berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (selain Kas)
= K + E
Komputer EDI
+ +
Transaksi dalam contoh 5 merupakan transaksi yang tidak
berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas, oleh
karena itu golongan rekening yang dicatat bukan rekening
Kas, melainkan dicatat ke dalam golongan rekening
Ekuitas Dana diInvestasikan (EDI) dan pasangannya adalah
rekening Komputer yang termasuk dalam golongan
rekening Aset.
Berbeda dengan transaksi sebelumnya yang melibatkan
golongan rekening Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
transaksi selain kas tidak terkait dengan rekening LRA. Hal
tersebut disebabkan karena pelaksanaan Anggaran
menggunakan basis kas. Disamping itu, penerimaan
bantuan/ donasi umumnya tidak dianggarkan secara
spesifik dalam APBD, sehingga pencatatannya tidak
berkaitan dengan golongan rekening APBD.
Dalam laporan keuangan, transaksi dalam contoh 5
disajikan dalam Neraca Daerah, yaitu menambah Aset dan
Ekuitas Dana diInvestasikan (EDI).
3.6. Contoh Penerapan Persamaan Akuntansi Struktur LRA dan Neraca
Ada beberapa macam transaksi-transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas yang akan mempengaruhi baik rekening-
rekening di Laporan Realisasi Anggaran maupun rekening-
rekening di Neraca. Transaksi-transaksi yang memiliki
karakteristik di atas, adalah:
3.6.1. Transaksi pengeluaran
kas yang dibebankan ke
belanja modal;
Transaksi ini akan mempengaruhi Laporan Realisasi Anggaran
karena kas tunai sudah dikeluarkan dari Kas Umum Daerah
sesuai dengan prinsip basis kas. Pada sisi lain, pengeluaran kas
untuk Belanja Modal tersebut akan menambah jumlah aset
(selain kas) karena belanja modal akan menghasilkan barang
yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Oleh
karena, itu pengeluaran kas untuk belanja modal harus dicatat
juga sebagai penambahan aset. Persamaan akuntansi untuk
transaksi pengeluaran kas untuk belanja modal adalah sebagai
berikut:Persamaan (1) A (Kas) + B + PK = P + PT
Kas (-) Belanja Modal (+)
Persamaan (2) A (selain Kas) = K + E
Aset Tetap (+) = EDI
(+)
Persamaan (2) yang mengikuti persamaan pertama
tersebut biasa disebut dengan jurnal korolari.
Contoh 6:
Jika terjadi transaksi pengeluaran kas untuk membeli
Tanah, maka catatan akuntansinya adalah sebagai
berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (Kas) + B + PK = P + PT
Kas Belanja Modal Tanah
- +
KOROLARI
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (selain Kas)
= K + E
Tanah EDI
+ +
3.6.2. Transaksi penerimaan kas
yang perlakukan sebagai
penerimaan pembiayaan;
Transaksi ini akan mempengaruhi Laporan Realisasi
Anggaran karena kas tunai sudah diterima pada Kas
Umum Daerah sesuai dengan prinsip basis kas. Pada sisi
lain, penerimaan kas yang diakui sebagai penerimaan
pembiayaan tersebut merupakan penerimaan kas pada
periode saat ini, yang harus dibayarkan dalam bentuk kas
pada periode-periode yang akan datang; sesuai dengan
definisi penerimaan pembiayaan. Dengan karakteristik
penerimaan pembiayaan sebagaimana disebut di awal,
maka pada dasarnya pemerintah mempunyai kewajiban
atau utang untuk membayar di masa datang sehubungan
dengan penerimaan kas saat ini (yang diakui sebagai
penerimaan pembiayaan tersebut). Oleh karena, itu
penerimaan kas yang diakui sebagai penerimaan
pembiayaan harus dicatat juga sebagai penambahan
Kewajiban.
Persamaan (1) A (Kas) + B + PK = P + PT Kas (+) = Penerimaan Pembiayaan
(+)
Persamaan (2) A (selain Kas) = K + E = Kewajiban (+) EDI (-)
Contoh 7:
Transaksi penerimaan kas, disamping berasal dari Pendapatan
Daerah, dapat juga berasal dari Pembiayaan berupa
Penerimaan Daerah, sebagaimana Contoh 3 dan 4 berikut ini.
Jika terjadi transaksi penerimaan kas yang berasal dari
Pinjaman Daerah, maka catatan akuntansinya adalah
sebagai berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
Kas
Pembiayaan-Penerimaan
Pinjaman
+ +
Transaksi dalam contoh 7, seperti contoh 1 dan 2 dicatat
dalam golongan rekening Kas. Perbedaannya terletak pada
golongan rekening pasangannya, bukan Pendapatan Daerah,
melainkan golongan rekening Pembiayaan berupa penerimaan
pinjaman.
KOROLARI
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (selain Kas)
= K + E
Utang EDI
+ -
Contoh 8:
Jika terjadi transaksi penerimaan kas berupa Transfer Dari
Dana Cadangan, maka catatan akuntansinya adalah sebagai
berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
Kas
Transfer Dari Dana Cadangan
+ +
Transaksi dalam contoh 8: penerimaan kas berupa Transfer
Dari Dana Cadangan dicatat secara berpasangan ke dalam 2
golongan rekening, yaitu: Kas dan Penerimaan Pembiayaan.
Penerimaan dari Dana Cadangan merupakan salah satu jenis
Pembiayaan berupa Penerimaan Daerah, sehingga dalam
transaksi tersebut, bertambahnya Pembiayaan berupa
Penerimaan dari Dana Cadangan diikuti dengan bertambahnya
Kas.
Berdasarkan Contoh 1, 2, 7 dan 8, akuntansi mencatat secara
berpasangan ke dalam minimal 2 golongan rekening, yaitu:
rekening Realisasi Anggaran dan rekening Kas. Golongan
rekening APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas adalah
Pendapatan Daerah (P) dan Penerimaan Pembiayaa (PT).
KOROLARI
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (selain Kas)
= K + E
Dana Cadangan
EDC
- -
3.6.3. Transaksi pengeluaran
kas yang dibebankan ke
pengeluaran pembiayaan;
Transaksi ini akan mempengaruhi Laporan Realisasi Anggaran
karena kas tunai sudah dikeluarkan dari Kas Umum Daerah
sesuai dengan prinsip basis kas. Pada sisi lain, pengeluaran kas
untuk yang diakui sebagai pengeluaran pembiayaan tersebut
merupakan pengeluaran kas pada periode saat ini, yang harus
diterima kembali dalam bentuk kas pada periode-periode yang
akan datang; sesuai dengan definisi pengeluaran pembiayaan.
Dengan karakteristik pengeluaran pembiayaan tersebut, maka
pada dasarnya pemerintah mempunyai piutang yang diterima
kembali di masa datang atas pengeluaran kas saat ini (yang
diakui sebagai pengeluaran pembiayaan tersebut). Oleh
karena, itu pengeluaran kas yang diakui sebagai
pengeluaran pembiayaan harus dicatat juga sebagai
penambahan Piutang (atau sejenisnya) di Aset.
Contoh 9:
Jika terjadi transaksi pengeluaran kas untuk membayar
Kewajiban pokok, maka catatan akuntansinya adalah sebagai
berikut:
Persamaan (1) A (Kas) + B + PK = P + PT
Kas (-) Pengeluaran Pembiayaan (+)
Persamaan (2) A (selain Kas) = K + E
= Kewajiban (+) EDI
(+)
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
KasPembayaran Kewajiban
Pokok
- +
Transaksi dalam contoh 9, seperti contoh 3, dan 4 dicatat
ke dalam golongan rekening Kas. Perbedaannya terletak
pada golongan rekening pasangannya, bukan Belanja
Daerah, melainkan golongan rekening Pengeluaran
Pembiayaan yang berupa Pembayaran Kewajiban/
Pinjaman Pokok merupakan salah satu jenis dari Kelompok
Pembiayaan berupa Pengeluaran Pembiayaan, sehingga
dalam transaksi tersebut, bertambahnya Pengeluaran
Pembiayaan (PK) diikuti dengan bertambahnya Kas.
KOROLARI
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (selain Kas)
= K + E
Kewajiban EDI
- +
Contoh 10:
Jika terjadi transaksi pengeluaran kas berupa pengeluaran
ke Dana Cadangan, maka catatan akuntansinya adalah
sebagai berikut:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
KasTransfer Ke
Dana Cadangan
- +
KOROLARI
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A (selain Kas)
= K + E
Dana Cadangan
EDC
+ +
Dalam laporan keuangan, transaksi dalam contoh 9 disajikan
dalam Neraca Daerah, yaitu menambah Aktiva dan Ekuitas
Dana Donasi
3.7. ATURAN PENDEBITAN DAN PENGKREDITAN REKENING
Untuk memudahkan proses pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi keuangan, digunakan:
1. Nomor Kode Rekening untuk mengidentifikasi
penggolongan rekening-rekening.
2. Debit atau Kredit untuk menunjukkan bertambah atau
berkurangnya nilai uang pada setiap rekening.
Bagan dan Nomor Kode Rekening dibahas dalam modul
tersendiri. Berikut ini adalah aturan pendebitan dan
pengkreditan yang menunjukkan bertambah atau
berkurangnya masing-masing golongan rekening.
A B PK U E P PT
DEBIT jika BERTAMBAH DEBIT jika
BERKURANG
KREDIT jika BERKURANG KREDIT jika
BERTAMBAH
Contoh:
PERSAMAAN DASAR AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A + B + PK = P + PT
Kas +
Di DEBIT
Pajak Kendaraan +
Bermotor
Di KREDIT
Kas –
Di KREDIT
Belanja ATK +
Di DEBIT