Persalinan Post Matur

20
ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN POSTMATUR A.Tinjauan Dasar Medis 1. Pengertian Persalinan postmatur adalah persalinan dari kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( Kapita Selekta Kedokteran jilid 1 ). 2. Etiologi Penyebab terjadinya persalinan post matur belum diketahui dengan jelas, namun diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu: 1) Masalah ibu: Cervix belum matang Kecemasan ibu Persalinan traumatis Hormonal Factor herediter 2) Masalah bayi: Kelainan pertumbuhan janin Oligohidramnion 3. Tanda dan Gejala a. Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif kurang dari 10x / menit. b. Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:

Transcript of Persalinan Post Matur

Page 1: Persalinan Post Matur

ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN POSTMATUR

A.Tinjauan Dasar Medis

1.       Pengertian

Persalinan postmatur adalah persalinan dari kehamilan yang melewati 294 hari atau

42 minggu. Diagnosa usia kehamilan didapatkan dengan perhitungn usia kehamilan dengan

rumus Naegele atau dengan penghitungan tinggi fundus uteri ( Kapita Selekta Kedokteran

jilid 1 ).

2.       Etiologi

Penyebab terjadinya persalinan post matur belum diketahui dengan jelas, namun

diperkirakan dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:

1)      Masalah ibu:

  Cervix belum matang

   Kecemasan ibu

   Persalinan traumatis

   Hormonal

   Factor herediter

2)      Masalah bayi:

  Kelainan pertumbuhan janin

  Oligohidramnion

3.       Tanda dan Gejala

a.       Gerakan janin jarang ( secara subjektif kurang dari 7x / 20 menit atau secara objektif

kurang dari 10x / menit.

b.      Pada bayi ditemukan tanda lewat waktu yang terdiri dari:

  Stadium I : kulit kehilangan vernix caseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit menjadi

kering, rapuh dan mudah terkelupas.

  Stadium II : seperti stadium I, ditambah dengan pewarnaan mekoneum ( kehijuan di kulit.

  Stadium III : seperti stadium I, ditambah dengan warna kuning pada kuku, kulit dan tali pusat.

c.      Berat badan bayi lebih berat dari bayi matur

d.      Tulang dan sutura lebih keras dari bayi matur

e.      Rambut kepala lebih tebal.

Page 2: Persalinan Post Matur

4.       Pengaruh Terhadap Ibu dan Bayi

  Ibu

Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena kontraksi uterus tidak

terkoordinir, janin besar, molding kepala kurang, sehingga sering dijumpai partus lama,

kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, perdarahan post partum yag mengakibatkan

meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas.

  Bayi

Jumlah kematian janin atau bayi pada kehamilan 42 minggu 3x lebih besar dari

kehamilan 40 minggu. Pengaruh pada janin bervariasi, diantaranya berat janin bertambah,

tetap atau berkurang.

5.       Pemeriksaan Penunjang

  USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.

  Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.

  Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.

  Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.

  Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.

  Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.

  Pemeriksaan sitologi vagina.

6.       Penatalaksanaan

  Setelah usia kehamilan lebih dari 40- 42 minggu, yang terpenting adalah monitoring janin

sebaik – baiknya.

   Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu

dengan pengawasan ketat.

  Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan kematangan cervik, apabila sudah matang,

boleh dilakukan induksi persalinan.

  Persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi,

janin postmatur kadang – kadang besar dan kemungkinan disproporsi cephalopelvix dan

distosia janin perlu diperhatikan. Selain itu janin post matur lebih peka terhadap sedative dan

narkosa.

  Tindakan operasi section caesarea dapat dipertimbangkan bila pada keadaan onsufisiensi

plasenta dengan keadaan cervix belum matang, pembukaan belum lengkap, partus lama dan

Page 3: Persalinan Post Matur

terjadi gawat janin, primigravida tua, kematian janin dalam kandungan,pre eklamsi,

hipertensi menahun, anak berharga dan kesalahan letak janin.

7.       Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur,

minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali

pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di

atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan

sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 – 8 bulan dan seminggu sekali

pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia

kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan

dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan

perhitungan yang lebih tepat.. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama

haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid

terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu).

B.Konsep Dasar Keperawatan

a.       Pengkajian

  Identitas Klien

  Status kehamilan

  Riwayat kehamilan

  Riwayat kesehatan

b.      Pengkajian fungsional

  Tinjauan ulang catatan prenatal dan intra operatif serta indikasi section caesarea.

  Sirkulasi : pucat, riwayat hipertensi, pendarahan ( 600 – 800 mL )

  Integritas ego : gembira, marah, takut, pengalaman kelahiran.

  Eliminasi: urine, bising usus.

  Makanan / cairan : abdomen lunak, tidak ada distensi, nafsu makan, berat badan, mual,

muntah.

  Neurosensori : kerusakan gerakan, tingkat anastesi

  Nyeri : trauma bedah, nyeri penyerta, distensi vu, mulut kering.

  Pernafasan : bunyi nafas

  Keamanan : balutan abdomen, eritema, bengkak.

  Seksualitas : Kontraksi fundus, letak, lochea

Page 4: Persalinan Post Matur

  Aktivitras : kelelahan, kelemahan, malas.

c.       Pengkajian lanjutan

  Observasi tanda – tanda vital.

  Pengkajian head to toe

d.      Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada bayi

1)      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan asfiksia.

2)      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan pasokan oksigen.

3)      Hipotermi berhubungan dengan hilangnya lemak subkutan.

4)      Resiko cedera pada janin berhubungan dengan distress janin.

5)      Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengelupasan kulit.

Diagnosa keperawatan pada ibu

1)      Ansietas berhubungan dengan partus macet

2)      Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya intrauteri dengan ekstrauteri

Page 5: Persalinan Post Matur

c.       Rencana asuhan keperawatan

  Rencana bagi bayinya

Diagnosa keperawatan TujuanRencana keperawatan

Intervensi Rasional

Gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan

asfiksia

Diharapkan klien mampu

menunjukkan perbaikan

pertukaran gas/pertukaran gas

normal dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

     Mempertahankan kadar Po/Pco,

dalam batas normal 40-70 cm

H2O

     Suara napas normal (vesikuler)

     RR normal 40-50x/menit.

     Tidak terjadi sianosis pada

pasien.

     Tidak terjadi aspirasi mekonium

     Status pernapasan eupnea

(normal).

  Tinjau ulang informasi yang

berhubungan dengan kondisi bayi,

seperti lamanya persalinan, Apgar

scor, obat-obatan yang digunankan

ibu selama kehamilan, termasuk

betametason.

  Perhatikan usia gestasi, berat badan,

dan jenis kelamin.

  Kaji status pernapasan, perhatikan

tanda-tanda distress pernapasan

(mis., takipnea, pernapasan cuping

hidung, ronki, atau krakels).

  Gunakan pemantau oksigen transkutan

atau oksimeter nadi.

  Hisap hidung dan orofaring dengan

  Persalinan lama meningkatkan

resiko hipoksia, dan depresi

pernapasan dapat terjadi setelah

pemberian atau penggunaan obat

oleh ibu.

  Neonatus lahir lebih dari 42 minggu

beresiko terjadinya aspirasi

mekonium.

  Takipnea menandakan distress

pernapasan, khususnya bila

pernapasan lebih besar dari

60x/menit setelah 5 jam kehidupan

pertama.

  Memberikan pemantauan noninvasif

konstan terhadap kadar oksigen.

  Mungkin perlu untuk

mempertahankan kepatenan jalan

Page 6: Persalinan Post Matur

hati-hati, sesuai kebutuhan.

  Pantau masukan dan haluaran cairan.

  Observasi terhadap tanda dan lokasi

sianosis.

  Pantau pemeriksaan laboratorium,

dengan tepat grafik seri GDA.

  Pantau jumlah pemberian oksigen dan

durasi pemberian.

  Catat fraksi oksigen dalam udara

inspirasi (FIO2) setiap jam.

  Mulai drinase postural, fisioterapi

dada, vibrasi lobus setiap 2 jam,

sesuai indikasi, perhatikan toleransi

napas.

  Dehidrasi merusak kemampuan

untuk membersihkan jalan napas

saat mucus menjadi kental.

  Sianosis adalah tanda lanjut dari

PaO2 rendah.

  Hipoksemia, hiperkapnia, dan

asidosis menurunkan produksi

surfaktan.

  Kadar oksigen serum tinggi yang

lama disertai dengan tekanan tinggi

yang lama diakibatkan dari IPPB

dapat mempredisposisikan bayi

pada displasia bronkopulmonal.

  Jumlah oksigen yang diberikan,

diekspresikan sebagai FIO2

ditentukan secara individu,

berdasarkan sampel darah kapiler.

  Memudahkan penghilangan sekresi.

Lama waktu yang digunakan setiap

lobus dihubungkan dengan

toleransi bayi.

Page 7: Persalinan Post Matur

bayi terhadap prosedur.

  Berikan makanan dengan selang

nasogastrik atau orogastrik sebagai

pengganti pemberian makanan

dengan ASI, bila tepat.

  Berikan obat-obatansesuai indikasi:

Natrium bikarbonat

  Menurunkan kebutuhan oksigen,

meningkatkan istirahat,

menghemat energi, menurunkan

resiko aspirasi.

  Penggunaan natrium bikarbonat

yang hati-hati dapat membantu

mengembalikan pH kedalam

rentang normal.

Resiko cedera janin

berhubungan dengan

distress janin.

Diharapkan klien mampu

mempertahankan kehamilan

sampai janin benar-benar viable

untuk hidup dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

     Tidak ada cedera yang terjadi

pada pasien.

  Auskultasi dan laporkan irama jantung

janin, perhatikan kekuatan ,

regularitas, dan frekuensi. Perhatikan

adanya perubahan pada gerakan

janin. Catat perkiraan tanggal

kelahiran ( PTK ) dan tinggi fundus.

  Kaji kondisi ibu dan adanya kontraksi

uterus atau tanda-tanda lain dari

ancaman kelahiran

  Menandakan kesejahteraan janin.

PTK membantu memberikan

perkiraan kasar tentang usia janin

untuk membantu merencanakan

kesempatan viabilitas.

  Bila dilatasi servik berlanjut ( 4 cm

atau lebih ) atau terjadi kontraksi

uterus teratur, kemungkinan

mempertahankan kehamilan adalah

Page 8: Persalinan Post Matur

Gangguan perfusi

jaringan berhubungan

dengan penurunan

pasokan oksigen.

Diharapkan  pasien menunjukkan

peningkatan perfusi jaringan

dengan kriteria hasil sebagai

berikut:

     Tanda-tanda vital dalam batas

normal

TD : 80/46 mmHg

RR : 40-50 x/menit

Suhu : 370

Nadi : 120-140 x/menit

     Kapileri refill kurang dari 3

detik.

  Siapkan ibu untuk prosedur

pembedahan, sesuai indikasi ( rujuk

pada DK: cedera, resiko terhadap ibu

)

  Bantu dengan ultrasonografi, bila

diindikasikan.

  Catat perubahan dalam tingkat

kesadaran keluhan sakit kepala,

pusing, terjadinya defisit

sensori/motor

  Pantau tanda vital. Catat kehangatan,

pengisian kapiler.

  Pertahankan pemasukkan cairan

adekuat. Awasi haluaran urin.

  Kaji ekstremitas bawah untuk tekstur

kulit, edema, luka.

kecil.

  Pemasangan jahitan servik dapat

mempertahankan kehamilan

sampai janin mencapai tahap

viabilitas

  Memberikan gambaran lebih akurat

dari maturitas dan usia gestasi

janin.

  Perubahan dapat menunjukkan

penurunan perfusi pada SSP akibat

iskemia atau infark.

  Perubahan menunjukkan penurunan

sirkulasi/hipoksia yang

meningkatkan oklusi kapiler.

  Dehidrasi tidak menyebabkan

hipovolemia tetapi menyebabkan

oklusi kapiler.

  Penurunan sirkulasi perifer sering

menimbulkan perubahan dermal

dan pelambatan penyembuhan.

Page 9: Persalinan Post Matur

     Akral hangat.

     Tidak terdapat sianosis

  Pertahankan suhu lingkungan dan

kehangatan tubuh.

  Berikan cairan (IV/peroral) sesuai

indikasi

  Berikan oksigen tambahan yang sesuai

dengan indikasi hasil GDA dan

toleransi pasien.

  Mencegah vasokonstriksi,

membantu dalam mempertahankan

sirkulasi dan perfusi.

  Mendukung volume sirkulasi/perfusi

ke jaringan.

  Dapat memperbaiki atau mencegah

memburuknya hipoksia.

Hipotermi berhubungan

dengan hilangnya lemak

subkutan.

Diharapkan klien mampu

menunjukkan peningkatan suhu

tubuh/suhu tubuh normal (36,5-

370C) dengan kriteria hasil

sebagai berikut:

      Peningkatan suhu 36,5-370C.

     Pasien tidak mengalami stress

dingin.

     Bayi tenang dan tidak rewel.

  Kaji suhu tubuh dengan sering.

  Tempatkan bayi pada penghangat,

isolate, incubator, tempat tidur

terbuka dengan penyebaran hangat.

  Gunakan lampu pemanas selama

prosedur.

  Kurangi pemajanan pada aliran udara,

  Hipotermia membuat bayi

cenderung pada stress dingin.

  Mempertahankan lingkungan

termonetral, membantu mencegah

stress dingin.

  Menurunkan kehilangan panas pada

lingkungan yang lebih dingin dari

ruangan.

Page 10: Persalinan Post Matur

hindari pembukaan pagar isolate

yang tidak semestinya.

  Ganti pakaian atau linen tempat tidur

bila basah. Pertahankan kepala bayi

tetap tertutup.

  Berikan penghangatan bertahap untuk

bayi dengan stress dingin.

  Menurunkan kehilangan panas

karena konveksi/konduksi.

Membatasi kehilangan panas.

  Menurunkan kehilangan melalui

evaporasi.

  Peningkatan suhu tubuh yang cepat

dapat menyebabkan konsumsi

oksigen berlebihan dan apnea.

Resiko kerusakan

integritas kulit

berhubungan dengan

pengelupasan kulit.

Diharapkan klien dapat

mempertahankan keutuhan kulit

dengan kriteria hasil sebagai

berikut:

     klien tidak tampak adanya

pengelupasan dan meserasi pada

kulit.

     Tidak ada kulit kering pada bayi.

     Terjaga kelembabannya kulitnya.

  Kaji /catat ukuran, warna, keadaan

luka/kondisi sekitar luka.

  Lakukan kompres basah dan sejuk.

  Lakukan perawatan luka dan hygiene

(seperti mandi), sesudah itu

keringkan kulit dengan hati-hati dan

taburi bedak yang tidak iritatif.

  Berikan prioritas untuk meningkatkan

kenyamanan dan kehangatan pasien.

  Mengidentifikasi terjadinya

komplikasi.

  Merupakan tindakan protektif yang

dapat mengurangi nyeri.

  Memungkinkan pasien lebih bebas

bergerak dan meningkatan

kenyamanan pasien.

  Mempercepat proses rehabilitasi

pasien

  Rencana bagi ibunya

Page 11: Persalinan Post Matur

No Diagnosa keperawatan TujuanRencana keperawatan

Intervensi Rasional

Ansietas berhubungan

dengan partus macet.

Resiko infeksi

Diharapkan klien mampu

menunjukkan berkurangnya

rasa cemas dan mampu

mempertahankan koping yang

positif dengan criteria hasil

sebagai berikut:

     Klien merasa tenang dan

optimis dengan persalinannya.

     Klien dapat menggunakan

teknik relaksasi distraksi atau

napas dalam dengan efektif.

     Menggungkapkan pemahaman

situasi individu dan

kemungkinan hasil akhir.

     Klien tampak rileks, tanda-

tanda vital dalam batas normal

TD : 120/80 mmHg

RR : 18-24 x/menit

Nadi: 80-100 x/menit

Diharapkan klien mampu

  Jelaskan prosedur intervensi

keperawatan dan tindakan.

Pertahankan komunikasi

terbuka, diskusikan dengan

klien kemungkinan efek

samping dan hasil,

pertahankan sikap optimis.

  Orientasikan klien dengan

pasangan pada lingkungan

persalinan.

  Anjurkan tehnik relaksasi seperti

teknik distraksi atau napas

dalam

  Anjurkan penggungkapan rasa

takut atau masalah.

  Pantau tanda-tanda vital.

  Pengetahuan  tentang alasan

untuk aktifitas ini dapat

menurunkan rasa takut dari

ketidaktahuan.

  Membantu klien dan orang

terdekat merasa mudah dan

lebih nyaman pada sekitar kita.

  Memungkinkan klien untuk

merileksasikan otot-otot supaya

tidak tegang.

  Dapat membantu menurunkan

ansietas dan merangsang

identifikasi perilaku koping.

  TTV dapat berubah karena

Page 12: Persalinan Post Matur

berhubungan dengan

terbukanya intrauteri

dengan ekstrauteri

menunjukkan bebas dari tanda-

tanda infeksi dengan kriteria

hasil sebagai berikut:

     Suhu tubuh normal 36,5-370C.

     Kontaminasi dapat

diminimalkan.

     Cairan amniotic jernih, hampir

tidak berwarna dan berbau.

Pada pemeriksaan

laboratorium jumlah leukosit

dalam batas normal yaitu

5000-10000 mm3.

  Tekankan pentingnya cuci

tangan yang baik dan tepat.

  Gunakan teknik aseptik selama

melakukan pemeriksaan

vagina (VT).

  Pantau tanda-tanda vital dan

nilai leukosit.

  Pantau dan gambarkan

karakteristik dari cairan

amniotic.

ansietas.

  Menurunkan resiko yang

menyebabkan penyebaran agen

infeksius.

  Membantu mencegah

pertumbuhan bakteri,

membatasi kontaminasi dari

pencapaian ke vagina.

  Dalam 4 jam setelah membrane

rupture, insiden korioamnionitis

meningkat secara progresif,

ditunjukkan dengan perubahan

TTV dan jumlah sel darah pulih.

  Pada infeksi cairan amnionitik 

menjadi lebih kental dan kuning

pekat dengan bau yang tidak

sedap.

Page 13: Persalinan Post Matur

Daftar Pustaka

1. Cunningham. Mac Donald. Grant obstetric Williams. Ed 18 Jakarta: EGC, 1995.

2. Hamilton PM, Dasar – dasar keperawatan maternitas Ed 6, Jakarta : EGD. 1995.

3. Mansjoer, Arif, Kapita selekta kedokteran jilid 1 Ed 3, Jakarta : Media Aesculapius. 1999

4. Mochtar R. Sinopsis obstetric jilid 1. Ed 2. Jakarta: EGC.1998

5. Dongoes, Moorhouse, Rencana perawatan maternal/ bayi Ed 1, Jakarta : EGC 2001.