repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10104/1/JULIYAH... ·...

download repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10104/1/JULIYAH... · SURAT PERNY ATAAN KARY A ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini : PG~~'UST.b~{,(\~•~\~~-i;l

If you can't read please download the document

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/10104/1/JULIYAH... ·...

  • PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATE1\1ATIKA.SISWA

    ANTARA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN

    l\:IODEL PEIWBELAJARAN KOOPERATIF

    TEKNIK Tlf/NK-PAIR-SQUAREDENGAN YANG

    MENGGl!NAKAN METODE DISCOVERY LEARNING

    (Stu di Kasus di SMP Negeri 169 Jakarta Barat)

    Jl!RllSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

    FAKllLTAS ILJVIU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNUFERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1429 H/2008 M

  • SURAT PERNY ATAAN KARY A ILMIAH

    Yang bertanda tangan di bawah ini : PG~~'UST.b~{,(\~~\~~-i;l Nama NIM Jurusan Angkatan Tahun Alamat

    : Juliah Dayrini : I 02017023942 : Pendidikan Matematika : 2002

    ---.-

  • LEMEAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN SKRIPSI

    Skripsi berjudul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa antara yang

    Diajar dengan Menggnnakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

    Think-Pair-Square dengan yang Menggnnakan Metode Discove1y Leaming

    yang disusun oleh Juliah Dayrini Nomor lnduk Mahasiswa: I 02017023942,

    Jurusan Pendidikan Maternatika telah melalui birnbingan dinyatakan syah sebagai

    karya ilmiah yang berhak untuk diujik.an pada sidang munaqosah sesuai ketentuan

    yang ditetapkan fakultas.

    Pembimbing I

    R. Bambang Aryan S. M. Pd NIP. 131 974 684

    Yang Mengesahkan

    Jakarta, September 2007

    Pembimbing II

    ~p ~-- ~

    Dra. Muhlisrarini M.P'ir NIP. 150 293 220

  • LEMBAR PENGESAHAN P ANITIA UJIAN SKRIPISI

    Skripsi berjudul Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa antara yang

    Diajar dengan Menggnnakan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik

    Think-Pair-Square dengan yang Menggunakan Metode Discovery Learning

    yang disusun oleh Juliab Dayrini Nomor Induk Mahasiswa: 102017023942.

    Telah diujikan pada tanggal 7 Januari 2009 yang telah diterima dan disahkan oleh

    dewan penguji skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima dengan salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S-1) pada Jurusan Pendidikan Matematika.

    Jakarta 7 Januari 2009

    Panitia Ujian Munaqosyab

    Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Program Studi)

    Maifalinda Fatra M.Pd NIP. 150 277 129 Sekretaris ( Sekretaris Jurusan/ Prodi )

    Otong Subyanto M.Si NIP 150 293 239 Penguji I

    Drs. H.M. Ali Hamzab M. Pd NIP. 150 210 082 Penguji II

    Tita Kbalis Maryati S. Si, M. Korn NIP. 150 293 238

    Tanggal TandaTangan

    ........ 2 ...... .

    ~

  • THE COMPARATION STUDY RESULT BETWEEN STUDENTS WHO ARE TOUGHT BY THINK-PAIR-SQUARE COOPERATIVE

    TECHNIKANDSTUDENTSARETOUGHT BY DISCOVERY LEARNING METHOD.

    The purpose of research is to now is there difference between studens who are tought by Think-Pair-Square cooperative technic and students who are tought by discovery Learning method. The researched is implemented at 169 Goverment Junior High School Jakarta in 2007. I take two classes from five exist class for sample. These are class VII-A for ferst experiment class and class VII-B for second experiment class.

    The method of theis research is quast experiment. The data is got by giving five alternative answer test to the students. They free to choose the god pnswer according to their own thinking analisis test this research is by testing the two everage similarity answer using t-test.

    The result of research is there is no differences of study result between student who are tough! by Think-Pair-Square cooperative technic and student who are t~mght Ly Discovery Learning method.

  • PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MA TEMATIKA SISWA ANTARA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

    KOOPERATIF TEKNIK THINK-PAIR-SQUARE DENGAN YANG MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING

    ( Studi Kasus di SMP Negeri 169 Jakarta)

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui apakab terdapat perbedaan basil belajar siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 169 Jakarta pada smester genap tabun ajaran 2006/2007 dengan sampel dua kelas dari lima kelas yang ada, yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen1 dan VII-B sebagai kelas eksperimen2

    Metode penelitian adalab quasi experiment. Data diperoleb dengan menggunakan tes piliban ganda dengan lima altematifjawaban. Pengujian analisis pada penelitian ini adalab dengan menguji kesamaan dua rata-rata menggunakan t-test.

    Dari basil penelitian dapat disimpulkan babwa tidak terdapat perbedaan basil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning pada pokok bahasan bangun datar segiempat.

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillahi Robbi! 'aalamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT, penguasa alam semesta atas ridho dan kenikmatan lahir dan batin

    yang telah dilimpahkan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaika skripsi

    ini dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

    SAW, keluarga, para sahabatnya, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

    Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat kesulitan dan

    hambiltan namun berkat bimbingan, dorongan serta masukan- masukan postif atas

    karya ilmiah ini semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan

    terima kasih kepada :

    I. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. !bu Maifalinda Fatra, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Bapak

    Otong Suhyanto, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika

    sekaligus Dosen Penasehat Akademik.

    3. Bapak Bambang Aryan, M.Pd, sebagai Dosen pembimbing skripsi I dan !bu

    Dra. Mukhlisrarini, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi II, yang bersedia

    meluangkan waktu serta pikirannya untuk membimbing penulis.

    4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

    penetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.

    Semoga ilmu yang Bapak dan !bu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah

    SWT,amin.

    5. Bapak H. Abu Bakar Idris, S.Pd, selaku Kepala SMP Negeri 169 Jakarta, Ibu

    Siska Susianti, selaku guru bidang studi Matematika, serta seluruh staf guru

    dan staf administrasi SMP Negeri 169 Jakarta yang telah membantu penulis

    dalam melakasanakan penelitian ini.

  • 6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta

    Perpustakaan Utama UIN syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberika

    fasilitas kepada penulis untuk menelaah serta meminjamkan sumber literature

    yang diperlukan .

    7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, Ayahanda H. Jaiman dan Ibunda Hj.

    Dawiyah, yang tak henti-hentinya mendo'akanku dan melimpahkan kasih

    sayangnya )5;,9adaku dan memberikan dukungan moril maupun materil

    kepad'1ku. Hanya Allah SWT, yang dapat membalasnya, semoga penulis dapat

    memberikan yang terbaik untuk kalian.

    8. Adikku tercinta Didi Rohadi yang selalu memberikan doa dan dukungannya

    kepada penulis.

    9. Ustadz H.Romli, S.Ag dan keluarga, yang tak henti-hentinya dan tak kenal

    bosan untuk selalu memberikan semangat dan doanya kepada penulis.

    I 0. Sahabat-sahabatku Rahma, Reni, Intan, Cocom, K Nur, Ihsan, Faris, Iik, Aep

    dan teman-teman seperjuangan angkatan 2002 Pendidikan Matematika yang

    tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah berjuang keras melewati hari-

    hari perkuliahan yang penuh suka dan duka.

    Serta senua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Mudah-

    mudahan bantuan, bimbingan, arahan dan doa yang telah diberikan menjadi amal

    shaleh dan diterima oleh Allah SWT serta mendapat balasan yang berlipat ganda,

    amin. Dan semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan

    bagi pengembangan ilmu pengetahuan umumnya. Wassalam

    Jakarta, September 2007

    Penulis

  • DAFTARISI

    ABSTRAKSI ........................................................................... i

    KATAPENGANTAR ................................. , ............................ m

    DAFTARISI ................................... : ........ -;-_:: v

    DAFTAR TABEL ................. : .................................................. vii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................. viii

    DAFTARLAMPIRAN .............................................................. ix

    BABI

    BAB II

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah . .. . . .. . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. . . . . . I

    B. Identifikasi Masalah .. .. ... ... . . . . .. . .. . . . . .. . .. . . . . . . . .. . .. . .... 3

    C. Pembatasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 3

    D. Perumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 3

    E. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

    F. Manfaat Hasil Penelitian . . .. . .. . .. . .. . . . . . . . .. . .. . . . . .. . ... .. 4

    DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

    PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoritis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

    I. Belajar dan Hasil Bela jar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 5

    2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar . . ... 13

    3. Model Pembelajaran KooperatifTeknik Think-Pair-

    Square ....................................................... 14

    4. Metode Discovery Learning .............................. 23

    B. Kerangka Berfikir ............................................... 26

  • BAB III

    BAB IV

    BAB IV

    C. Pengajuan Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 28

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian . . ..... ...... ...... ... . .. ...... 29

    B. Metode dan Disain Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 29

    C. Populasi dan Sampel Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 30

    D. Teknik Pengumpulan Data . . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .. . .. ... . . . . ... 30

    E. Daya Pembeda . . .. . .. . .. . .. . . . . .. . ... .. . . . . .. . . . . .. . .. ... . .. . . 34

    F. Teknik Analisis Data . . .. . . . . . . . .. . ... .. . . . . . . . . . . .. . .. . . . . ... 3"-

    G. Hipotesis Statistik .: .................................. : ........ 38

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data . . . . . .. ... ... . .. . . . . .. . .. .. . . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. 39

    1. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan

    Model Pembelajaran KooperatifTeknik Think-Pair-

    Square ....................................................... 40

    2. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan

    Metode Discovery Learning .............................. 42

    B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................ 43

    1. Uji Normalitas ............................................... 43

    2. Uji Homogenitas ........................................... 43

    C. Pengujian Hipotesis ........................................... 43

    D. Interprestasi Data . . . . . . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . .. . . . . . . .. 46

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan ..................................................... 49

    B. Saran ............................................................ 50

    DAFTARPUSTAKA .............................................................. 52

    LAMPIRAN-LAMPIRAN . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . .. . . . . . . . .. . .. . . . . .. . .. . . . . ... .. . .. 54

    1

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Keunggulan dan Kelemahan Teknik Think-Pair-Square ........... 23

    Tabel 2 : Keunggulan dan Kelemahan Metode Discovery Learning., ........ 26

    Tabel 3 : Disain Penelitian ........................................................ 29

    Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen ...................................................... 31

    Tabel 5 : Tingkat Kesukaran ................................................ 33

    Tabel 6 :Hasil teks kelas eksperimen1 dan eksperimen2 .................... 40

    Tabel 7 :Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen1

    .............................................................................. 41

    Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen1 .... 42

    Tabel 9 : Kriteria penilaian ...................................................... 47

    Tabel 10 : Perhitungan Uji Validitas ............................................. 96

    Tabel 11 : perhitungan Reliabilitas ............................................. 97

    Tabel 12 : TarafKesukaran ........................................................ 98

    Tabel 13 : Daya beda soal .. .. .. .. .. .... .. .... .. . .. .... .. .... .. .... .. ... .. .. .. .... 99

    Tabel 14 : Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen1 ......................... 102

    Tabel 15 : Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen2.... ............ ......... 105

    Tabel 16 : Luas Wilayah Z ........................................................ 107

    Tabel 17 : Nilai Kritis L untuk Uji Lilifors .................................... 108

    Tabel 18 : Distribusi F ........................................................... 109

    Tabel 19 : Distribusi t ............................................................ 113

  • Gambar 1

    S;imbar 2

    DAFTAR GAMBAR

    : Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa

    Kelas Eksperimen1 41

    : Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar Siswa

    kelas ekspermen2 ................................................. 42

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampi ran I : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . . . . . . . . . . . . . . . . . ... 54

    Lampiran 2 : Instrumen Hasil Belajar Matematika ........................... 79

    Lampiran 3 : Jawaban Instrum"'-':"asil Belajar Matematika ................. 83

    Lampiran 4 : Lembar KerJa Siswa,.:_ 84

    Lampiran 5 : Perhitungan Validitas Butir Soal ................................ 96

    Lampiran 6 : Perhitungan Reliabilitas Tes ..................................... 97

    Lampiran 7 : Taraf Kesukaran Soal ............................................. 98

    Lampiran 8 : Daya Beda Soal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 99

    Lampiran 9 : Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen1)00

    Lampiran I 0 : Uji Normalitas Data hasil Belajar Kelas Eksperimen1 I 02

    Lampiran 11 : Pembuatan Daftar Distribusi Frekuensi Kelas eksperimen2 .103

    Lampiran 12 : Uji Normalitas Data hasil Belajar Kelas Eksperimen2 105

    Lampiran 13 : Perhitungan Uji Homogenitas .................................. 106

    Lampiran 14 ': Tabel Nilai Z ..................................................... .I 07

    Lampiran 15 : Tabel Nilai Kritis L Uji Lilifors . . .. . .. . . . . .. . . . . .. . . . . .. . . . . . I 08

    Lampiran 16 : Tabel Distribusi F ................................................ I 09

    Lampiran 17 : Tabel Uji-t ......................................................... 113

  • A. Latar Belakang Masalah

    BABI

    PENDAHULUAN

    Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap negara, karena

    pendidikan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia untuk bersaing

    dengan negara-negara lain. Pendidikan diharapkan mampu me;ciptakan

    smnber daya manusia yang berkualitas dan berwawasan yang meibentuk

    peradaban manusia yang bermartabat. Ini adalah fungsi dan tujuan pendidika;

    nasional di Indonesia yang tertulis dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003

    tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab II pasal 3, yaitu:

    "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan m6mbentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab".1

    Untuk memenuhi tujuan pendidikan maka diselenggarakan rangkaian

    kependidikan secara sengaja, berencana, terarah, berjenjang, dan sistematis

    melalui pendidikan formal seperti sekolah. Di sekolah siswa harus menguasai

    semua bidang studi, salah satunya matematika.

    Tujuan umum diberikannya matematika pada pendidikan dasar dan

    rr.enengah, yaitu:

    "mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu 'berkerr.bang, melalui latihan bertindak alas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien, serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehdupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan".2

    Jadi dengan pembelajaran matematika di sekolah siswa diharapkan dapat

    mengahadapi. perubahan dunia yang selalu berkembang dan menggunakan

    1 Undang-undang RI no.20 tahun 2003, Tentang Pendidikan Nasional(Jakarta: Tamita Utama,2004), h.7

    1 Erman Suhcnnan, et all, Strategi Peff1be/ajara11 Matematika Konten1porer,(Bandung: HCA, 2003), h.58

  • 2

    pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu

    mempelajari ilmu pengetahuan lainnya. Sehingga, matematika sekolab

    memegang peranan pentng. Untuk itu matematika diajarkan dari mulai SD

    bingga SMU dan babkan di Perguruan Tinggi.

    Namun kenyataanya dikalangan pelajar, masih banyak siswa yang tidak

    suka matematika. Soegeng Santoso mengatakan, karena metode pengajaran

    guru kurang bisa menerapkan bagaimana caranya agar anak suka matematika.3

    Hal ini bukan tidak mungkin menjadi salab satu faktor yang menyebabkan

    rendahnya basil belajar matematika siswa.

    Untuk itulah dalam proses belajar, guru memiliki peranan yang penting.

    Guru harus mampu menyampaikan materi dengan metode yang telah

    dirancang, agar tujuan pembelajaran yang telab dirumuskan yaitu basil belajar

    matematika tercapai. Bila metode pengajaran tidak cocok dengan materi yang

    diajarkan, maka kemungkinan besar siswa kurang memahami konsep tersebut.

    Sehingga diperlukan metode pembelajaran matematika yang membuat siswa

    merasa lebib mudah dan menyenangkan dalam mempelajari matematika.

    untuk selanjutnya diharapkan akan memperoleb basil belajar yang

    memuaskan.

    Dalam pembelajaran matematika terdapat beberapa metode diantaranya:

    model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dan metode discovery

    learning. Pada dasarnya tidak ada metode yang mutlak benilai paling tepat,

    karena setiap metode memiliki keunggulan dan kelemaban.

    Model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square. adalah salah

    satu metode stuktur pembelajaran kooperatif untuk menciptakan po!a

    interaksi siswa dalam bekerja sama untuk dapat memaksimalkan proses

    pembelajaran Sedangkan Metode discovery learning ( belajar menemukan)

    adalab belajar mencari dan memukan sendiri baban yang dipelajarinya. Kedua

    metode tersebut merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa bisa

    3 Socgeng Santoso, "Men1buat Anak Menyukai Matematika" dalam Mom & Kiddie, (Jakarta: !8-19Desember2006),h. 17

  • 3

    aktif dalam belajarnya di kelas. Sehingga diharapkan hasil belajar yang

    memuaskan.

    Untuk memperoleh infonnasi sejauh mana perbandingan hasil belajar

    matematika siswa yang dicapai dari penggunaan kedua metode tersebut, maka

    perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Sehingga judul penelitian

    yang disusun adalah: "Perbandingan basil belajar matematika siswa

    antara yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tekuik

    think-pair-square dengan yang menggunakan metode discovery learning''.

    B. Ideutifikasi Masalah

    Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat

    diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

    I. Rendahnya hasil belajar matematika siswa

    2. Kurang bisanya guru menerapkan metode yang tepat dalam mengajar

    matematika

    3. Terdapat kesulitan bagi guru dalam menemukan variasi metode mengajar

    matematika untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

    4. Perbedaan hasil belajar matematika siswa antara yang menggunakan

    model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan yang

    menggunakan metode discovery learning

    C. Pembatasan Masalah

    Dalam peneltian ini masalah hanya dibatasi pada hasil belajar

    matematika siswa yaug ditinjau dari aspek kognitif antara yang diajarkan

    dengan menggunakan dengan metode pembelajaran kooperatif teknik think-

    pair-square dan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode discovery

    learning pada pokok bahasan bangun datar segiempat.

  • 4

    D. Perumusan Masalab

    Berdasarkan identifikasi dan pembantasan masalab, maka rumusan

    masalab penelitian ini adalab :

    1. Bagaimana basil belajar matematika siswa yang diajar dengan model

    pembelajaran kooperatif teknik think..pair-square?

    2. Bagaimana basil belajar matematika yang diajar dengan metode discovery

    learning?

    3. Apakah terdapat perbedaan rata-rata basil belajar matematika siswa antara

    yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperat!f teknik think-

    pair-square dengan metode discovery learning?

    E. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetabui apakab ada perbedaan rata-

    rata basil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan Model

    Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Square dengan yang

    menggunakan Metode discove1y Learning.

    E. Manfaat Hasil Peuelitian

    Penelltian ini dibarapkan bermanfaat bagi beberapa pibak, diantaranya :

    !. Bagi siswa, dibarapkan dapat memberikan suasana belajar yang efektif,

    meningkatkan basil belajar siswa, serta kemampuan bersosialisasi siswa.

    2. Bagi guru, dibarapkan dapat memberikan informasi tentang model

    pembelajaran yang bervariasi dan dapat meningkatkan keaktifan dalan.

    proses pembelajaran dikelas.

    3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan tambaban wawasan

    pengetabuan untuk menangani masalab-masalah yang terjadi dalam

    pembelajaran matematika.

  • BABII

    DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPKIR

    DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoritis

    1. Belajar dan Hasil Belajar Matematika

    Belajar merupakan salah satu kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh

    ~etiap manusia dan akan dialami selama hidupnya. Apabila kita

    memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh Allah kepada

    Nabi Muhammad SAW, maka nyatalah bahwa Allah menekankan

    perlunya orang belajar baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan.

    Firman Allah dalam Surat Al Alaq ayat 1-5: J ~o ,.. ,.. o ,.. ,,. Ill .-1 io

    ~)j l}I

  • 6

    Artinya:

    Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

    mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan,

    dan af-idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.

    Kata "af-idah" dalam ayat tersebut menurut seorang pakar tafsir al-Quran,

    Dr. Quraisy Sihab (1992) berarti "daya nalar'', yaitu potensi/kemampuan

    berpikir logis atau dengan kata lain "aka!". 1

    Banyak pendapat yang mengemukakan tentimg belajar, namun ha!

    tersebut belum sepenuhnya usai karena belajar merupakan kegiatan yang

    terjadi dalam diri seseorang yang sukar untuk diamati secara langsung.

    Muhibbin Syah mengatakan dalam bukunya bahwa belajar adalah dapat

    dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang

    relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

    yang melibatkan proses kognitif.2 Sedangkan menurut Herman Hudojo,

    pengalaman belajar didefinisikan sebagai interaktif antara siswa dan topik

    bahasan sehingga interaksi itu menyebabkan tingkah laku siswa. 3

    Perubahan tingkah laku merupakan sesuatu yang penting dalam

    proses belajar. Manusia melakukan perubahan kualitatif individu sehingga

    tingkah lakunya berkembang dengan belajar. Perubahan-perubahan yang

    terjadi ini relatif berkembang dengan belajar atau belum. Proses belajar

    dapat berlangsung, salah satunya adalah dengan pembentukan hubungan

    antara stimulus dan respon.

    Guru berperan penting di kelas untuk mengontrol dan mengarahkan

    kegiatan belajar mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pengalaman

    yang berupa belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa, baik

    perubahan nilai, konsep, dan tingkah laku. Secara umum belajar

    1 Muhibbin Syah, Psiko/ogi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, ( Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), cet.VIII, h. 102.

    2 Ibid. h. 93 3 Fierman hudoyo, "Penge111bangan Kurikulu1n dan Pe1nbe/ajaran Matematika", (

    Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang, 2001), h. 9.

  • h.120.

    7

    merupakan aktivitas dengan melibatkan mental ataupun psikis yang

    berlangsung dalam interaksi aktif di dalam lingkungan yang menghasilkan

    perubahan berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

    Hasil belajar menurut Sujana adalah "Perubahan tingkah laku yang

    mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penilaian proses

    belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar

    yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan

    pembelajaran".4 Menurut Dimyati, hasil belajar merupakan hasil dari suatu

    interak'si tindakan belajar mengajar.5 Sedangkan menurut Ngalim

    Purwanto, hasil belajar adalah prestasi yang dapat digunakan oleh guru

    untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam waldu

    tertentu.6 Setelah menyelesaikan suatu materi pelajaran, seorang pendidik

    biasanya mengadakan tes untuk mengetahui sejauh mana siswa-siswanya

    mengerti akan materi yang diberikan.

    Secara singkat dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat

    penguasaan seseorang yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan

    psikomotorik sebagai akibat dari proses belajar yang diuji, salah satunya

    dengan memberikan tes. Hasil tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan

    balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat memberikan

    gambaran kemajuan bagi siswa.

    Menurut Jujun S, matematika dengan obyeknya yang abstrak telah

    mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan untuk melakukan

    pengukuran secara kuantitati 7

    Beberapa pengertian lain matemaiika menurut para tokoh matematika

    yang dikutip dalam kamus Erman Suherman, antara lain :8

    I. James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu

    tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep

    4 Nana Sujana, Peni/aian Hasi/ Be/ajar Mengajar, (Bandung: Rosda Karya, 2004), h.3. 5 Dimyati dan Mujiyono, Be/ajar dan Pernbelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 3. 6 M. Ngalim Purwanto, I/mu Pendidikan dan Teoritis, ( Bandung : Rosda Karya, 2000),

    7 Jujun S. Suryasumantri, Filsafat I/mu, (Jakarta: Sinar Harapan, 1999), h. 203. 8 Ibid, ha!. 58

  • 8

    yang berhubungan satu dengan yang alinnya yang terbagi dalam tiga

    budang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.

    2. Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola

    berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika

    adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan

    cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat,

    lebih berupa bahasa symbc:';lt~ngenai ide daripada bunyi.

    3. Reys, dkk (1984) me:.gatakan bahwa matematika adalah telaah tentang . -- I - -~

    pola dan hubungan, suattu jalan atau pola berpikir, suatu seno, suatu

    bahasa, dan suatu alat.

    Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

    matematika merupakan bagian cari ilmu pengetahuan yang di dalamnya

    terdapat ilmu tentang logika, serta terdapat konsep-konsep yang saling

    berhubungan dan dipersentasikan dengan bahasa symbol.

    Matematika yang diajarkan di sekolah atau yang lazim dikenal

    dengan matematika sekolah diberikan mulai dari pendidikan dasar sampai

    pendidikan tinggi. Matematika sekolah adalah unsur-unsur atau bagian-

    bagian matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi kepada

    kepentingan pendidikan dan pengembangan IPTEK ( Ilmu Pengetahuan

    dan Teknologi ). Hal ini menunjukkan perlunya siswa belajar matematika.

    Alasan lain perlunya siswa belajar matematika diantaranya :9

    I). Menurut Cornelius, ada 5 alasan perlunya belajar matematika yaitu

    matem!ltika merupakan :

    a. Berpikir jelas dan logis

    b. Untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

    c. Mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman

    d. Untuk mengembangkan kreatifitas

    e. Untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya

    9 Mulyono Abdurahman," Pendidikan Bagi Anak Berkesu/itn Be/ajar'',( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003) Cct. Ke-2, h. 252.

  • 9

    2). Menurut Cockroft, mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan

    kepada siswa karena :

    a. Selalu digunakan dalam segi kehidupan

    b.Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang

    sesuai

    c. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, danjelas

    d. Dapat digunakan untuk menyajikan informsi dalam berk;;~: earn

    e. Meningkatkan kemampuan berfikir logis, ketelitia. , dan kesadaran

    kerungan

    f. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahakn maslah yang

    menantang

    dengan demikian scara singkat, penting bagi guru di sekcl.ah untuk

    mengajarkan matematika kepada siswa karenamatematika

    berhubungan dngan kehidupan sehari-hari.

    Pelajaran matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan

    penalaran tinggi karena objeknya yang bersifat abstrak, perlu

    memanipulasi simbol-simbol tertentu, dan berfungsi sebagai alat, pola

    pikir, serta ilmu pengetahuan. Belajar matematika adalah belajar tentang

    ilmu tentang struktur dan hubungan-hubungannya memerlukan simbol-

    simbol, di mana simbol-simbol tersebut penting untuk memanipulasi

    aturan-aturan dengan operasi yang ditetap!~an. Menurut Burner, belajar

    matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada

    konsep-konsep dan struktur-struktur yang 'terbuat dalam pokok bahasan

    yang diajarkan, di samping hubungan yang terkait antara konsep-konsep

    dan struktur-struktur. 10

    Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di alas, belajar matematika

    adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dalam mempelajari

    matematika untuk mendapatkan perubahan dalam pengertian,

    keterampilan, keeakapan, pemecahan masalah, proses berpikir, kebiasaan,

    sikap yang berlangsung cukup lama. Sedangkan basil belajar matematika

    'Ibid, haJ. 42.

  • 10

    adalah tingkat penguasaan seseorang yang mencakup bidang kognitif,

    afektif, dan psikomotorik selama mengikuti pelajar matematika waktu

    tertentu yang dapat diuji.

    2. Landasan Teori Belajar Aktif

    Teori konstruktivisma adalah dasar dari prinsip belajar yang

    melibatkan partisipasi belajar aktif anak. Menurut Pieget, seorang anak

    blajar melalui pengalaman konkrit dengn cara merefleksikan pengalaman

    nya. Ketika menemukan pengalainan baru, anak akan menyesuaikannya

    dengan pengalaman yang telah dimiliki sbelumnya melalui proses

    asimilasi dan akomodasi. Karakteristik perkembangan berpikir anak

    berbeda-beda menurut tahapan usianya, dan tahapan ini berimplikasi pada

    pada perbedaan cara belajar anak dan cara mengajar guru. Oleh karena itu,

    kurikulum dirancang sesuai dengan apa yang telah diketahui anak

    sebelumnya secara konkrit sehingga anak mampu melakukannya, dan

    selanjutnya secara bertahap anak diperkenalkan kepada konsep dan

    kompetensi baru. Teori kontrukstivisme ini pada dasarnya mengajarkan

    anak " bagaimana belajar yang efektif".

    Menurut Caine dan Caine (1994) proses belajar meliatkan aspek

    emosi, di samping aspek kognitif 1 Seseorang akan belajar lebih efektif

    dan mengingat lebih kuat kalau melibatkan emosi anak ketika berhadapan

    dengan materi yang sedang dipelajarinya. Salah satu cara untuk

    melibatkan emosi anak adalah dengan mmberi materi yang sesuai dengan

    konteks kehidupan (keluarga, sekolah, luar sekolah, sosial-budaya).

    Beberapa butir teori yang mendukung pentingnya prinsip belajar

    secara aktifadalah sebagai berikut :12

    Menurut teori brain-based learnig (belajar berdasarkan ranah otak) :

    (a) proses belajar melibatkan sluruh aspek dimensi manusia, (b)

    manusia yang selalu berkeinginan untuk mencari makna atau arti

    11 Ratna Mcgawati dkk, "Pendidikan Holisik", (Jakarta: PT PP London Surnatera Indonesia Tbk, 2008), h. 44

    12 Ibid, 45-48

  • 11

    adalah sesuatu yang alami, serta (c) manusia akan lebih mudah

    mengerti dengan diberikan fakta secara alami, atau ingatan spatial

    (bentuk atau gambar); karenanya, siswa belajar aktif yang

    melibatkan pengalaman konkrit dan kntekstual sehingga seluruh

    aspek (kognitif, emosi, fisik) terlibat merupakan cara yang sesuai

    dengan teori ini.

    Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan fisik, krativitas,

    emosi, sosial, dan akademik.

    Anak-anak sebenamya gemar mencari penyelesaian masalah, dengan

    kata lain menyukai tantangan. Hal ini dapat dilihat dari dorongan

    instingnya yang selalu ingin tahu, melontarkan pertanyaan dan

    permasalahan. Apabila mereka diberi sajian pembelajaran berupa

    kegiatan yang menarik dan eksploratif, maka ha! ini akan

    merangsang insting tersebut untuk berfungsi sehingga mereka

    tertarik untuk mengerjakannya. Apabila kegiatan selesai, anak akan

    lebih termotivasi lagi untuk mengetahuinya lebih lanjut. Maria

    Montesori berkata bahwa" ... pendidikan bukanlah sesuatu yang

    dilakukan oleh guru, tetapi merupakan ssuatu proses alami yang

    terjadi secara spontan pada manusia. Hal ini tidak akan diperoleh

    dari menyimak kata-kata, tetapi dari pengalaman berharga yang

    diperoleh ketika seorang anak melakukan sesuatu di lingkungan

    sekitamya.

    Belajar aktif dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan

    akademik

    Istilah Pieget adalah periode concrete operational thinking atau

    periode berpikir operasi konkret.periode berpikir operasi konkret ini

    berlangsung sampai usia 12 tahun, yaitu masih memerlukan benda

    atau pengalaman nyata, di samping memakai simbol-simbol yang

    sudah bisa dipahami oleh anak.

    Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan akademik

  • 12

    Menurut Katz dan Chard (1989) anak-anak mmerlukan keterlibatan

    fisik untuk menccgah mereka dari kelelahan dan kebosanan. Cara

    belajar yang membuat anak harus duduk diam dan mndengarkan

    dalam waktu yang lama, atau anak hanya menjadi objek pasif, tidak

    baik untuk perkembangan fisik dan akademik mreka. Dengan belajar

    aktif, motorik halus dan motorik kasar mereka akan berkembang

    dengar ~-:;~,k.

    ~Aajar aktif dapat meningkatkan keragaman fisik

    Dalam prose belajar aktif, guru lebh berperan sebagai fasilitator.

    Guru akan melontarkan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, selain

    s1swa melontarkan pertanyaan -pertanyaan kritis, sehingga para

    siswa tecdoron untuk terlibat dalam diskusi. Selain itu, metode

    diskusi dapat meningkatkan rasa keingintahuan anak, sehingga ada

    motivasi dalam diri anak untuk belajar lebih banyak.

    Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan akademik, emosi

    (percaya diri), berbahasa dan sosial anak (komunikasi)

    Memberikan peluang bagi anak unli1k belajar Jalam kelompok,

    misalnya mengerjakan tugas brsama, sehingga anak dapat saling

    bertukar pikiran, serta belajar berorganisasi.

    Belajar aktif dapat meningkatkan kemampuan sosial (komunikasi

    dan kerjasama)

    Menurut Vygotsky (1978), anak-anak memerlukan bahasa untuk

    menuangkan pikirannya. Dengan mendapat kesempatan

    "mengeluarkan kata-kata" untuk mengekspresikan pikirannya ketika

    sedang mmpelajari sesuatu, anak-anak akan belajar secara efektif.

    Ketika mereka terlibat dalam tugas konkrit, mereka mempunyai

    kesempatan untuk mendskusikan apa yang sedang dipelajari. Kelas

    yang sunyi, di mana anak-anak tidak mempunyai kesmpatan uantuk

    mengungkapkan pemikirannya secara verbal, mrupkn kelas yng tidak

    efektif. Adalah ha! yang normal jika anak-anak berbicara sendiri

    ketika mereka membayangkan apa yang sedang

  • 13

    diminati/dipelajarinya. Semakin sulit subyek yang dipelajarinya,

    semakin perlu bagi anak untuk menggunakan verbalnya supaya

    mengerti. Vygotsky menambahkan bahwa dengan melibatkan anak

    untuk berbicara, maka mereka akan menginternalisasikan dan

    merefleksikan apa yang telah dikatakannya, menjadi "inner spech"

    atau "inner dialogue" (merenungkan atau merefleksikan apa yang

    telah dipelajarinya). Hal ini merupakan pre .;;s awal bagi anak untuk

    mengetahui tentang dirinya sendi .i sehingga ia nanti mampu .

    mengevaluasi diri; menganalisis kekurangan atau kekuatan yang

    ada. Proses ini adalah tahapan berpikir yang lebih tinggi lagi, yang

    disebut meta-cognition.

    Belajar aktif dapat meingkatkan kemampl'~n sosial, spirtual, dan

    akademik.

    Vernon A. Magnesen mengatakan "Kita Belajar : I 0 % dari apa yang

    kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30 % dari apa yang kita lihat;

    50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70 % dari apa yang kita katakan;

    90 % dari apa yang kita katakan dan lakukan'" 3

    3. Faktor-faktor yang Mcmpcngaruhi Hasil Belajar

    Belajar adalah suatu aktifitas yang tidak terlepas dari berbagai faktor

    yang mempengaruhi proses :ersebut, faktor ini akan menunjang berhasil

    tidaknya proses belajar dan mencapai hasil yang optimal.

    A

  • 59

    14

    1. Faktor Internal

    a) Faktor Fisiologi

    Faktor fisologi adalah faktor yang berasal dari diri peserta didik

    yang lebih menmtjukan pada kondisi fisik dan kondisi panca indra

    siswa.

    b) Faktor psikologi merupakan faktor yang berasal dari peserta didik

    yang bersifat kejiwaan yang terdiri dari: minat, bakat, intelegensi,

    motivasi, kemampuan berpikir, dan sebagainya.

    2. Faktor Eksterrial

    a) faktor lingkungan diantaranya adalah keadaan suhu, letak

    gedung sekolah, budaya, dan lain-lain

    b) faktor instrumental diantaranya adalah gedung sekolah, sarana

    pengajaran, media pembelajaran, guru, strategi belajar

    mengajar, serta kurikulum.

    Dari keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

    belajar, faktor instumental merupakan faktor yang sangat penting dan

    paling menentukan dalam pencapaian hasil yang diinginkan, karena faktor

    instrumental inilah yang menentukan bagaimana beljar mengajar itu akan

    te1jadi di dalam diri siswa.14 Dalam faktor instrumental ini terdapat upaya

    belajar yang dilakukan siswa meliputi strategi dan metode pembelajaran.

    3. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Think- Pair- Square

    Manusia adalah makhluk sosial dan m~merlukan orang lain untuk

    mencapai tujuan hidupnya, bahkan untuk bertahan hidup. Berdasarkan hal

    tersebut, siswa sebagai subjek dalam proses belajar membutuhkan teman-

    temannya untuk mencapai tujuan belajar, yaitu hasil belajar yang baik.

    Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan

    pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

    Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan

    14 Alisuf sabri. psikologi pendidikon, (Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996), eel. II, h.

  • 15

    kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki

    tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.

    Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (1990) adalah suatu

    pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan

    digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan

    memberi petunjuk kepada pengajar dikelasnya. 15 Sedangkan coopertive

    learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu

    bersama-sama dengan sating membantu satu sama lainnya sebagai suatu

    kelompok atau satu tim. 16 Dalam penerapannya model pembelajaran ini

    harus sesuai dengan kebutuhan siswa. maka perlu diperhatikan

    relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran.

    Beberapa pengertian Cooperative Learning menurut para tokoh antara

    lain: 17

    I. Slavin (1995), cooperative learning adalah suatu model pembelajaran

    di mana system belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

    yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat

    merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

    2. Johson dan Johson (1994), cooperative learning adalah

    mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam kelompok kecil agar

    siswa dapat bekerjasama dengan kemampuan maksimal yang mereka

    miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut

    3. Sunal dan Haas (1993), mengemukakan, bahwa cooperative learning

    merupakan pendekatan atau serangkaian strtegi yang khusus dirancang

    uncuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama

    dalam berlangsungnya proses pembelajaran.

    Menurut Nurhadi, "Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

    pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok siswa untuk

    bekerja sama dengan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai

    15 Isjoni, Cooperative Leari1dng, n1engen1bangkan ken1a111puan be/ajar kelornpok, (Jakarta : Alfabeta, 2007), h. 49

    16 Ibid, h. 15 17 /bid,h.15-16

  • h. 114

    16

    tujuan belajar". 18 Sementara itu Ratna Megawati dkk mengemukakan

    "cooperatif learning adalah sebuah metode, yaitu siswa bekerjasama,

    berhadapan muka dalam kelompok kecil dan melakukn tugas yang sudah

    terstruktur". 19

    Dari beberapa pendapat di alas dapat disimpulkan bahwa cooperative

    learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam

    . _:Jmpok yang beranggotakan 4-6 siswa dengan tingkat kemampuan atas

    jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda dan menekankan kerjasama

    dalam kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.

    Pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk

    memeksimslkan belajar mereka dan belajar anggota anggota lainnya dalam

    k~Iompok itu. Siswa diharapkan mampu bekerjasama dalam

    menyelesaikan suatu masalah dengan saling menolong, berdiskusi,

    beragumentasi, serta saling memberi atau melengkapi pengetahuan.

    Penerapan pembelajaran koaperatif diharapkan dapat menggantikan proses

    belajar yang berpusat pada guru dan individualisasi siswa, menurut Anita

    Lie, "Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosiul yang

    terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan

    membangun pengertian dan pengetahuan bersama.20

    Jika pembelajaran kooperatif terorganisir dengan baik, maka siswa

    akan bekerjasama dengan yang lainnya dan memastikan bahwa anggota

    kelompoknya menguasai konsep yang diajarkan oleh guru. Belajar dengan

    menggunakan pembelajaran kooperatif bukan hanya belajar dan bekerja di

    dalam kelompok. Namun ada beberapa unsur yang membedakan

    pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok biasa. Cooperative

    Leaming memiliki lima karakteristik dalam pembelajarannya :21

    18 Nurhadi, "Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jmvaban'', ( Jakarta : Grasindo, 2004 ),

    19 Ratna Megawati dkk, "Pendidikan Ho/isik", (Jakarta: PT PP London Sumatera Indonesia Tbk, 2008), h.65

    20 Anita Lie, Cooperative Learning ,Me111praktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Ke/os, ( Jakarta: Grasindo, 2005), h. 5-6.

    21 Ibid, h. 31.

  • 17

    a. Rasa saling ketergantungan positif

    Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok sangat

    tergantung dari usaha setiap anggotanya. Oleh karena itu antara siswa

    yang satu dengan siswa yang lainnya saling membutuhkan, dan setiap

    siswa bekerjasama demi tercapainya satu tujuan yang sama.

    b. Tanggung jawab perseorangan

    Unsur ini mempakan akib;;i: ~ari unsur yang pertama. Setiap siswa

    akan merasa bertanggur ~ jawab untuk melakukan yang terbaik bagi

    kelompoknya.

    c. Tatap muka

    Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka

    dan berdiskusi. Kegiatan intera,si ini akan memberikan kesempatan

    para siswa untuk dapat membentuk sinergi yang menguntungkan

    semua anggotanya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,

    memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

    Setiap anggota kelompok memang mempunyai latar belakang yang

    berbeda-beda, namun hal tersebut dapat dijadikan modal utarna dalam

    proses belajar kooperatif.

    d. Komunikasi antar anggota

    Tidak setiap anggota kelompok mempunyai keahlian dalam

    bekerjasama. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung dari

    kemampuan mereka dalam mengutarakan pendapat dan kesediaan para

    anggotanya untuk saling menghargai pendapat yang lain.

    d. Evaluasi proses kelompok

    Perlu disediakan waktu untuk mengevaluasi proses kerja kelompok

    agar selanjutnya mereka dapat bekerjasama lebih baik lagi.

    Erman Suherman pun mengatakan bahwa, ada beberapa hal yang

    perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa

    bekerja secara kooperatif, hal-hal tersebut meliputi :

    Pe1tama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok hams merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang hams dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung dalam

  • sebuah kelornpok harus rnenyadari bahwa rnasalah yang rnereka hadapi adalah masalah kelornpok dan bahwa berhasil tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersarna oleh seluruh anggota kelornpok itu. Ketiga untuk rnencapai hasil yang rnaksirnurn, para siswa yang tergabung dalarn kelornpok itu harus berbicara satu sarna lain dalarn mendiskusikan masalah yang dihadapinya. Akhirnya para siswa yang tergabung dalarn satu kelornpok harus rnenyadari bahwa setiap pekerjaan siswa rnempunyai akibat langsung pada keberhasilan kelompok.22

    Untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran kooperatif, pernbagian

    kelornpok dilakukan secara heterogen. Seperti yang diungk~p ole11 :Lie "Pengelornpokan heterogenitas rnerupakan ciri-ciri yang rnenonjolkan

    dalarn rnetode pernbelajaran kooperatif'.23 Pembentukan kelompok

    heterogen dapat dilihat dari kemarnpuan kognitif siswa atau karakteristik

    lainnya.

    Pernbentukan kelompok heterogen berdasarkan kernarnpuan kogriitif

    atau akademis siswa lebih mudah diterapkan dan digunakan. Setiap

    kelompok siswa terdiri atas siswa berkernarnpuan tinggi, rnenengah, dan

    rendah. Siswa berkernarnpuan menengah dan rendah dapat bertanya

    kepada ternannya yang berkemarnpuan tinggi akan rnernperoleh dan

    meningkatkan kemampuan menjadi lebih baik.

    Agar dapat menciptakan lingkungan yang kondusifuntuk cooperatve

    learning, maka da 3 ha! yang perlu diperhatikan :

    I. Siswa harus merasa aman dari ancarnan dan beban, namun harus

    merasa tertantang dengan tugas yang diberikan.

    2. Kelompok harus cukup kecil untuk membuat setiap anggota

    kelompok terlibat dalam memberikan kontribusi. Kelompok yang

    terlalu besar akan menciptakan beberapa ji-ee-rider ( anggota

    kelompok yang tidak ikut bekerja ).

    3. Instrnksi mengenai tugas harus diberikan dengan jelas dan siswa

    memahami tujuan yang harus dicapai.

    22/bid, h. 260. 23 Ibid, h. 41.

  • 19

    Dengan adanya metode pembelajaran kelompok m1, maka dapat

    menjadi tempat di mana :24

    ! Siswa dapat berpartisipasi aktif.

    ! Siswa dapat menjadi guru bagi kawannya ( saling berbagi

    kemampuan ).

    ! Penghargaan diberikan kepada setiap individu.

    ! Tugas dan pertanyaan yang diberikan akan memacu minat anak

    untuk mengerjakannya.

    ! Setiap kontribusi individu dapat dihargai.

    ! Siswa mepelajari kemampuan bermusyawarah ketika terjadi

    perbedaan.

    Sebuah hasil riset tentang cooperative learning learning

    menunjukka11 bahwa par siswa bisa lebih mengerti secra mendalam /" ,_ --,

    tentang, matri yand dipelajarinya, meningkatkan peiformance para siswa, \'-,.,__ ________ _

    meningkatkan kepercayaan diri, dan motivasi yang lebih tinggi untuk

    menvelesaikan tugasnya. Beberapa keunggulan dari metode belajar

    kelompok ini adalah sebagai berikut :

    ~ Segala perbedaan dihargai

    Para siswa belajar untuk bekerja dengan bermacam tipe

    kepribadian. Ketika berinteraksi di dalam kelompok, setiap anak

    mempuyai kesempatan untuk mengekspresikan pikirannya, dan

    ini sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial-budaya di mana

    masing-masing siswa dibesarkan. Oleh karenanya, p&ra siswa

    dapat belajar mengenai perbedaan pandangan dari setiap siswa

    yang mempunyai latar belakang berbeda-beda.

    ~ Belajar melihat perspktif yang lebih Jengkap

    Ketika sebuah pertanyaan diajukan dalam diskusi kelompok,

    setiap siswa akan memberikan respon yang berbeda, sehingga

    akan ada berbagai alternatif jawaban. Dngan demikian, setiap

    24 http ://\V\V\V. th irtecn.org/edonl inc/ conccp2class/rnonth 6/indcx.htm I

  • 20

    siswa akan mendapat gambaran yang lebih kmprehensif dan utuh

    tentang sebuah fenomena yang sedang dipelajarinya.

    ? Pengmbangan kemampuan interpersonal

    Siswa belajar untuk bckerjasama dengan kawannya seperti

    halnya mereka sedang bekerja dalam sebuah kelompok

    perusahaan. Hal ini akan menolong para siswa yang mempunyai

    kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan kawannya.

    ? Mencelupkan anak diam kegiatan yang mengasyikkan

    Setiap anak merasa mempunyai kontribusi pnting dalam

    kelompok, sehingga mereka akan lebih percaya diri, dan berpikir

    kreatif agar kontribusinya dalam kelompok meningkat.

    ? Memberikan kesemptn untuk mendaptka umpan balik

    Adanya diskusi dalam kelompok memberi peluang kepada setiap

    anak untuk mendapatkan umpan balik atau respon dari kawannya

    mngenai peran atau kontribusi yang telah dibcrikannya. Respon

    yang prsonal ini sulit didapatkan anak dalam kelompok yang

    lebih b0sar, apalagi dalam sebuah kelas.

    Para guru harus mengctahui kunci sukses metode belajar kelompok (

    cooperative learning ) ini. Beberapa kunci keberhasilan dari metode

    belajar dengan kelompok adalah sebagai berikut :

    ./ Seluruh siswa harus telibat

    Dalam kelompok di mana ada seorang anak yang dominan, akan

    membuat anak-anak lain yang lebih pemalu untuk berdiam diri.

    Untuk menghindari ha! ini, maka guru perlu memberikan tugas

    dalam kelompok untuk setiap anak. Misalnya, ada yang brperan

    sebagai ketua/moderator yang memberi petunjuk atau

    mengarahkan tahapan-tahapan yang harus harus dikerjakan, ada

    yang sebagai penulis yang melaporkan berjalannya diskusi, ada

    yang sbagai penanya, yaitu yang menanyakan kepada kawan-

    kawannya yang belum terlibat, ada yang sebagai juru bicara

    yang melaporkan hasil kerja kelompoknya, dan sebagainya,

  • 21

    shingga setiap anak rnerasa rnendapatkan tugasnya. Hal ini dapat

    rnernbeikan peluang bagi setiap anak untuk rnernainkan berbagai

    peran, terrnasuk untuk rnenjadi pernirnpin .

    ./ Siswa duduk saling berhadapan.

    Ruang kelas diatur agar setiap kelornpok dapat duduk rnelingkar

    atau saling berhadapan. Dngan cara berhadapan ini, setiap anak

    dapat ber; ~:aksi de nan rnenatap wajah kawannya, sehingga

    jalawya diskusi atau kerja kelornpok rnenjadi lebih efktif. Cara

    ini juga akan mencegah keributan di dalam kclas, karna setiap

    anak dapat berbicara perlahan-lahan kalau berhadapan secara

    dekat dengan kawan kelornpoknya .

    ./ Berikan kesernpatan siswa untuk mempresentasikan hasilnya di

    depan kelas.

    Hal ini dapat dilakukan dengan cara bergiliran, sehinga setiap

    anak nantinya terbiasa untuk berani tampil di depan umurn.

    Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa teknik, salah

    satunya adalah teknik think-pair- square.

    Teknik belajar mengajar T11ink-Pair-Square atau Berpikir-

    Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Kagan sebagai salah satu

    rnetode struktur yang dirancang untuk pembelajaran kooperatif. Teknik ini

    Gapat digunakan untuk berbagai rnata pelajaran dan sernua tingkatan usia

    anak didik. Think-Pair-Square terdiri atas tiga tahap yaitu siswa

    inengerjakan masalah dengan kemampuan sendiri, siswa berdiskusi

    berpasangan, dan siswa berdiskusi dengan kelompoknya.

    Berikut ini tahapan dalam rnelaksanakan teknik Think-Pair-Square

    yang dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah menurut Lie :

    a. Guru membagi siswa dalam kelompok berernpat dan memberikan

    tugas kepada semua kelompok.

    b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

    c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelornpok dan

    berdiskusi dengan pasangannya.

  • 22

    d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa

    mcmpunyai kesempatan untuk mcmbagikan hasil kerjanya kepada

    kelompok berempat.25

    ..... ~ ~ ., ;

    1. Kemukakan Soalan. 2. Fikir1& Tulis secara individu

    3 KerJa Berpasangan 4 Oya Pasangan Berbincang

    !lustrasi Teknik Think Pair Square 26

    Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, Think-Pair-Square

    memberikan kesempatan siswa bekcrja mandiri, mendiskusikan ide, dan

    menyediakan cara agar mereka dapat mengerti menyelesaikan masalah.

    Jika satu pasangan siswa tidak niampu menyelesaikan masalah, maka

    pasangan yang lainnya dapat mengkombinasikan hasil pekerjaan mereka

    dan menyimpulkanjawaban menyeluruh.

    Beberapa keunggulan dan kelemahan teknik Think-Pair-Square

    adalah sebagai berikut:

    25 Ibid, h. 58. 26 http://www.mpbl.cdu.my/malh/pkopcratif/lp-square.htm

  • 23

    Tabel 1

    Kcunggulan dan Kelemahan Think-Pair-Square

    Keunggulan

    a. optimalisasi partisipasi

    siswa

    b. mudah dipecah menjadi

    berpasangan

    c. Lebih banyak ide muncul

    d. Lebih banyak tugas yang

    bisa dilakukan

    e. Guru mudah memonitor.

    3. Mctodc Discovery Learning

    kelcmahan

    a. jumlah anggota kelompok

    harus empat orang

    b. membutuhkan lebih banyak

    waktu

    c. membutuhkan

    yang Iebih baik

    d. jumlah genap

    menyulitkan

    pengambilan suara

    sosialisasi

    bisa

    proses

    e. kurang kesempatan untuk

    kontribusi individu

    f. siswa mudah melepaskan diri

    dari keterlibatan dan tidak

    h "k '7 memper at1 an.-

    Discovery berasal dari kata "discover" yang berarti menemukan, dan

    "discovery" adalah penemuan.28Bahasa Indonesia Memberi pengertian

    discover sebagai menemukan. Makna menemukari dalam pembelajhran

    tampaknya mendekati pengertian memperoleh pengetahuan yang

    membawa kepada suatu pandangan.

    Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini pertama

    kali digunakan oleh Socrates. Pengajaran dengan metode penemuan

    berharap agar siswa benar-benar aktif belajar menemukan bahan yang

    dipelajarinya. Seperti yang dikatakan oleh Sayful Bahri dan Aswan Zaini

    27 Ibid. h. 47 28 Jhon M. Echols, et aal., Karnus lnggris-lndonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,2000), h. 185

  • 24

    bahwa "Discovery Learning adalah belajar mencari dan menemukan

    sendiri".29

    Secara ekstrim, siswa benar- benar seorang penemu yang aktif

    menemukan dasar pandangan sendiri. Namun metode seperti itu tidak

    mungkin dilaksanakan yaitu apabila guru hanya bertindak sebagai seorang

    pengawas yang pasif, sedangkan siswanya harus belajar dengan caranya

    sendiri.

    Karena apa yang dihadapi s1swa itu adalah ha! yang baru, maka

    siswa memerlukan bimbingan dari guru. Beberapa petunjuk atau instruksi

    perlu diberikan kepada siswa apabila tidak menunjukan kemampuan.

    Dalam metode discovery terbimbing sebagian besar perencanaan dibuat

    oleh guru, selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan atau

    petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Jadi metode Discovery Leaming

    dalam penelitian ini dilakukan secara terbimbing. Dalam metode

    penemuan terbimbing, langkah yang ditempuh guru adalah menyatakan

    masalah kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian

    masalah itu dengan instruksi-instruksi seminimal mungkin. Selanjutnya

    siswa mengikuti instruksi itu, dan berusaha menemukan sendiri

    penyelesaiannya. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh siswa

    adalah:

    a. Memahami masalah

    b. Memproses data dari keterangan atau menyederhanakan masalah

    c. Melihat pola yang terjadi dan membuat dugaan

    d. Menguj i dugaan tersebut

    e. Menggeneralisasi atau menyatakan dalam bentuk umum 30

    Pada umumnya metode discovery terbimbing dilaksanakan dengan cara

    sebagai berikut:

    a. problema untuk masing-masing kegiatan dapat dinyatakan sebagai

    pernyataan atau pertanyaan biasa.

    29 Saiful Bahri dan As\van Zaini, Strategi Be/ajar Mengajar, ( Jakarta: Rineka Cip~ 2006), h. 19

    JO Ibid, h. 246.

  • 25

    b. Konsep-konsep atau preinsip yang harus ditemukan s1swa melalui

    kegiatan belajar hams dituliskan denganjelas dan tepat.

    c. Alat atau bahan hams disediakan sesuai dengan kebutuhan setiap siswa

    untuk melakukan kegiatan.

    d. Diskusi pengarahan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

    kepada siswa atau kelas untuk didiskusikan sebelum para siswa

    r :::.1kukan kegiatan discovery.

    e. Kegiatan metode discovery oleh siswa berupa kegiatan percobaan atau

    penyelidikan yang dilakukan oleh siswa untuk menemukan konsep-

    konsep dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh guru.

    f. Proses berpikir kritis dan ilmiah menunjukan tentang mental operation

    sisva yang diharapkan selama kegiatan berlangsung.

    g. Pertanyaan yang bersifat o~_ri-~cl,.d harus berupa pertanyaan yang

    me-ngarah kepada pengembangan penyelidikan yang dapat dilakukan

    oleh siswa.

    h. Catalan guru berupa catatan-catatan yang meliputi penjelasan tentang

    hal-hal atau bagian-bagian yang sulit dari kegiatan-kegiatan belajar

    dan isi atau materi pelajaran yang relevan dengan kegiatan.31

    Karakteristik metode ini terletak pada peranan siswa dalam proses

    pemahaman definisi dan teorema yang ditemukan sendiri dan mengujinya,

    serta peranan guru yang membantu kebutuhan siswa dan memberikan

    latihan. Proses tersebut masih dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan-

    kebutuhan dalam membantu pemahaman siswa pada pembelajaran dalam

    kelas.

    Beberapa keunggulan dan kelemahan metode penemuan adalah

    sebagai berikut :

    31 Sudirman N, dkk, 1/11111 pendidikan, (Bandung: Rosdakarya 1991 ), h.172

  • 26

    Tabel 2

    Keunggulan dan Kelemahan Metode Penemnan

    Keunggulan

    a. siswa aktif dalam kegiatan

    belajar, sebab ia berpikir dan

    menggunakan kemampuan

    untuk menemukan hasil akhir.

    b. siswa memahami benar bah2

    pelajaran, sebab mengalami

    proses menemukannya.

    c. menemukan sendiri

    menimbulkan rasa puas.

    metode ini melatih siswa

    untuk Jebih banyak belajar

    mandiri.

    B. Kerangka Berpikir

    kelemahan

    a. Metode ini ban yak

    menyita waktu.

    b. tidak semua guru

    c.

    d.

    mempunyai selera atau

    kemampuan mengaJar

    dengan cara penemuan.

    tidak semua siswa mampu

    melakukan penemuan.

    kelas yang ban yak

    siswanya akan sangat

    merepotkan guru dalam

    memberikan bimbingan

    dan pengarahan belajar

    dengan

    pertemuan. 32 metode

    Tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada sebagian s1swa yang

    menganggap kalau mateinatika adalah pelajaran yang menakutkan. Banyak ha!

    yang menyebabkan anggapan itu masih ada dalam diri siswa, diantaranya

    dilihat dari objek matematika itu sendiri yang bersifat abstrak.

    U ntuk itulah guru sebagai pendidik dituntut bagaimana caranya agar

    siswa merasa mudah dan senang dalam belajar matematika. Karena kita

    ketahui bersama bahwa pelajaran matematika sangat penting bagi siswa untuk

    membekali mereka kemampuan berpikir logis dalam kehidupan demokratis

    di masyarakat global.

    32/bid., h. 214

  • 27

    Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana

    memahami kedudukan metode sebagai salah satu faktor yang ikut ambil

    bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

    Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan satu metode, karena

    mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya.

    Penggunaan satu metode cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar

    yang membosankan bagi anak didik. Oleh karena itu diperlukan variasi

    metode dalam belajar yang diharapkan mampu meningkatkan kesenarcgan

    siswa terhadap matematika dan selanjutnya dapat meningkatkan hasil betajar

    matematika siswa. Metode yang dipakai dalam belajar diantaranya adalah

    metode pembelajaran kooperatif teknik Think- Pair- Square dan metode

    Discovery Learning.

    Think-Pair-Square atau berpikir-berpasangan-berempat adalah salah

    satu metode struktur pembelajaran kooperatif untuk menciptakan pola

    interaksi siswa dalam belajar. Teknik ini telah memiliki tahapan-tahapan yang

    jelas dalam pembelajaran di kelas. Diantara keunggulan metode ini adalah

    optimalisasi partisipasi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa

    untuk dikenali serta menunjukan partisipasi mereka pada siswa lain.

    Sedangkan metode Discove1y Learning ( belajar menemukan ) adalah

    belajar mencari dan menemukan sendiri bahan yang dipelajarinya. Diantara

    keunggulan metode ini adalah siswa aktif dalam kegiatan !:ielajar, karena ia

    berpikir dan menggunakan kemampuan dalam menemukan hasil akhir dan

    melatih siswa untuk belajar mandiri.

    Kedua metode pembelajaran ini, jika diterapkan diharapkan dapat

    berdampak positif, yakni memotivasi siswa untuk belajar lebih baik. Sehingga

    hasil belajar siswa juga bisa lebih baik.

  • C. Pengajuan Hipotesis

    Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    PERPUSTAKl\J.\N -~] UIN SYAHID JAlv\RTA

    28

    Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil belajar

    matematika siswa yang menggunakan teknik think-Pair-Square dengan

    siswa yang menggunakan melode Discovery Learning.

    Ha : Ada perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil belajar matematika

    siswa yang menggunakan teknik Think-Pair-Square dengan siswa yang

    menggunakan metode Discove1y Learning.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tcmpat dan Waktu Pcnclitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 169 Jakarta Baral, pada bulan April

    sampai dengan Mei 2007 semester genap pada tahun ajaran 2006/2007.

    B. Metodc Pcnclitian

    Metode peneltian yang digunakan adsalah metode penelitian quasi

    eksperimen dengan melibatkan dua kelompok subjek, yaitu kelompok

    eksperimen1 dan kelompok eksperimen2. Kelompok eksperimen1 diberi

    perlakuan dengan pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dan

    kelompok eksperirnen2 diberikan perlakuan dengan discovery learning.

    Penelitian ini dilakukan sebanyak 8 kali perternuan (terlampir). Pada akhir

    pertemuan kedua kelompok itu diberikan tes akhir untuk membandingkan

    hasil belajar matematika diantara kedua kelompok tersebut.

    Penelitian ini rnengg,makan desain penelitian Rendomezed control group

    only desegn. Disain penelitan tersebut dinyatakan sebagai berikut: 1

    Tabel 3

    Dcsain Penelitian ~

    KELOMPOK PERLAKUAN POST TEST

    (R)E1 X1 T

    ( R)E2 X2 T

    1 f\1. Subana dan Sudrajat, Dasar-dasar Penelitian lln1iah, (Bandung: Pustaka Sctia, 2005), h. I 00

  • Keterangan :

    E1 = Kelas Eksperimen1

    E2 = Kelas Eksperimen2

    X1 = Perlakuan pada kelas Eksperimen1

    X2 = Perlakuan pada kelas Eksperimen2

    R = Pemilihan Subjek secara random

    T = Tes akhir yang sr " pada kedua kelas sesudah diberi perlakuan

    C. Populasi dau Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

    1. Populasi

    30

    Populasi adalah suatu kumpulan dari suatu objek yang merupakan

    perhatian peneliti. Adapur populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

    siswa SMPN 169 Jakarta Baral, tahun ajaran 2006/2007.

    2. Sampel

    Sampel pada penelitian ini diambil yaitu seluruh siswa kelas VII

    semester 2 tahun ajaran 2006/2007.

    3. Teknik Penambilan Sampel

    Sampel diambil dengan menggunakan dengan prosedur sebagai

    berikut:

    a. Dari 5 ( lima ) kelas yang ada, diamsusikan mempunyai hasil

    belajar matematika yang sama.

    b. Dari 5 kelas tersebut diambil dua kelas secara acak.

    c: Dua kelas yang di dapat dari hasil pemilihan secara random

    tersebut adalah kelas yang diberi perlakuan model pemtelajaran

    kooperatif teknik think-pair-square dan metode discoery learning.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    dengan menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Tes yang dilakukan

    berupa PosHest yang diberikan kepada kedua kelompok yaitu kelompok

    eksperimen1 dan kelompok eksperimen2. Kedua kelompok eksperimen

  • 31

    mendapat tes yang sama setelah kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda.

    Sehingga akan diperoleh data yang berupa hasil dari kedua kelompok tersebut.

    Uji coba soal tes diberikan secara tertulis dalam bentuk pilihan ganda

    yang berjumlah 30 soal, dengan empat pilihan( option) dan setiap nomor yang

    jawabannya benar diberi nilai I (satu), sedangkan yang salah diberi nilai 0

    (nol). Sebelum instrumen digunakan, instumen tersebut harus terlebih dahulu

    memenuhi uji prasyarat yaitu uji validitas dan reliabilitas soe/;'.;clain itu juga

    dicari taraf kesukaran dan daya beda tes. Kisi-kisi instrur en tes pilihan ganda

    dibuat berdasarkan kepada Kurikulum 2006 (KTSP) untuk SMP Kelas VII

    Semester 2. Adapun kisi-kisi insrtumen tes dapat dilihat dari tabel berikut:

    Tabel 4

    KISI-KISI INSTRUMEN PENELITI.tN

    Indikator Nomor Butir Soal Jumlah

    I. Menentukan ban gun I I

    datar segiempat

    2. Menentukan sifat-sifat 2,3 2

    bangun datar segiempat

    3. Menentukan panjangf 4 I

    sisi dilihat dari sifat-

    sifat segiempat

    4. Menentukan besar 5,6, 7,8,9, I 0, 11 7

    sudut dilihat dari sifat-' sifat segiempat

    5. Menentukan keliling 12, 13, 14, 15, 16,17,18, 14

    dan luas segiempat 20,21,22,23,25,26,27

    6. Mcnyclcsaikan so al 19,24,28,29,30 5

    segiempat yang

    berhubungan dcngan

    kchidupan schari-hari

    Jumlah 30

  • 32

    I. Pengnjian validitas

    Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi

    persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Suharsimi : " lnstrumen yang

    baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.2

    Dalam penelitian ini digunakan validitas isi ( content validity ) yang

    berarti tes disusun sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.

    Sedangkan pengujian validitas instrumen ( validitas butir ) menggunakan

    rumus korelasi point biserial.3

    . ' - Mp-Alt Hp r pb1 - SDt q

    Keterangan :

    rpbi = koefisien korelasi point biserial yang dianggap sebagai koefisien

    validitas item

    Mr = skor rata-rata hitung yang dijawab benar

    M1 = Skor rata-rata total

    SD, = Standar deviasi

    p = proporsi siswa yang menjawab betul terhadap butir item

    q = Proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir item

    2. P~ngujian Reliabilitas

    Reliabilitas adalah ketetapan I ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu

    alat evaluasi atau tes disebut reliabel, jika tes tersebut dapat dipercaya,

    konsisten atau stabil produktif, jadi yang diperhitungkah disini adalah

    ketelitiannya. Pengujian reliabilitas ini menggunakan K-R 20 ( Kuder

    Richardson 20 ), yaitu :

    r11 = (-k-) (St2 - 'I,pq) dengan S,2= n'I,xi-('I,xi) k-1 St' - n(n-1)

    Keterangan :

    2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 1993) h.135 3 Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta ; Pl' Raja Grafindo,

    200 l ),h.185

  • 33

    r11 Reliabilitas secara keseluruhan

    p Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan benar

    q Proporsi subjek yang menjawab item soal dengan salah (q = 1-p)

    k Banyak butir soal

    :Epq Jumlah perkalian antara p dan q

    n Banyak siswa

    S, 2 Varians Total

    3. Pengujian Taraf Kesukaran

    Untuk mengetahui apakah soal itu sukar, sedang atau mudah maka

    soal-soal tersebut diuji tarafkesukaranmya terlebih dahulu. Pengujian taraf

    kesukaran ini menggunakan rumus : 4

    Keterangan :

    B p= JS

    Keterangan :

    B = Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar

    JS = .Jt.mlah seluruh siswa peserta tes

    p = Indeks Kesukaran

    Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan dapat dilihat pada

    Tabel 5:5

    4 Ibid, h. 133 5 Ibid,. h. 134

    Tabel 5 Tingkat kesukaran

    lndeks Kesukaran

    IK = 0,00

    0,00 < IK ::;0,30

    0,30 < IK :50, 70

    0,70 < IK :51,00

    Keterangan

    Soal terlalu sukar

    Soal sukar

    Soal sedang

    Soal mudah

    IK = 1,00 Soal terlalu mudah

  • 34

    E. Daya Pembeda

    Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk

    mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang pandai dan

    kurang pandai. Rumus yang digunakan adalah :

    D = PA - PB dimana PA = BA dan P8 = BB JA JB

    Keterangan : .. ::>.

    D = D'.iya Pembeda Soal

    PA = Proporsi Kelas atas

    PB = Proporsi kelas bawah

    BA= Banyak siswa kelas alas yang menjawab benar untuk setiap butir soal

    BB= Banyak s.iswa kelas bawah yang menjawab benar umtuk setiap butir soal

    JA = Jumlah siswa kelas atas

    JB = Jumlah siswa kelas bawah

    Klasifikasi daya pembeda soal :

    D = 0,7-1,00 =Baik Sekali

    D = 0,4-0,7 =Baik

    D =0,2-0,4 = Cukup

    D = 0,0-0,2 = Kurang

    F. Teknik Analisis Data

    Untuk menguji hipotesis digunakan statistik Uji-t dengan taraf signifikan

    o = 0,05. Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, perlu dilakukan uji

    prasyarat tersebut terlebih dahulu.

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

    diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan

    adalah Uji Lilliefors. Langkah-langkah untuk mengadakan uji lilliefors

    adalah:

    Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga terbesar

  • Menentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rum us Zi = Xi - X s Dengan Zi = Skor baku

    Xi = Skor data

    X = Nilai rata-rata

    S = Simpangan Baku

    35

    Menentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan

    tabel Zi dan disebut dengan F(Zi) dengan aturan :

    Jika Zi > 0 maka F(Zi) = 0,5 + nilai label""

    Jika Zi > 0 maka F(Zi) = I - ( 0,5 + nilai tabel)

    Menghitung proporsi Zi, Z2, , Zn yang l~bih kecil atau sama dengan

    Zi, jika proporsi dinyatakan oleh S(Zi) maka

    S(Zi) = Banyaknya Z1,_Z2, .... , Zn yang s; Zi

    n

    Menghitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

    Ambil nilai terbesar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut, nilai

    ini dinamakan Lo

    Memberikan interpretasi Lo dengan membandingkan dengan Lt. Lt

    adalah harga yang diambil dari tabel harga kritis uji lilliefors.

    Mengambil kesimpulan berdasarkan harga Lo dan Lt yang telah

    didapat. Apabila Lo< Lt maka sampel berasal dari distribusi normal.

    2. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan anatara dua

    keadaan atau populasi. Uji homogenitas yang digunakan adalah Uji Fisher.

    Rumus yang digunakan adalah :

    _S12

    2 _n2.::X-(LX) F1i11ung - -

    2 , dtmana S - ~~-~~-

    S2 n(n-I)

    Keterangan :

    F = Homogenitas

    S12

    = Varians terbesar

    si2 = Varians terkecil

  • Adapun kriteria penguj iannya :

    Ho diterima jika Fh < Ft

    Ho ditolakjika Fh >Ft

    Dengan;

    Ho = data memiliki varians homogen

    Ha= data tidak memiliki varians homogen

    3. Uji Hipotesis

    36

    Data yang terkumpul diolah dan dianalisis sesuai dengan metode

    penelitian yang dilakukan, dimana data dari dua sampel akan

    dibandingkan, yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajare matematika

    antara pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square dengan metode

    discove1y learning. Untuk melihat apakah terdapat perbedaan perbedaan

    antara kedua sampel yang sedang dibandingkan, maka pengujian hipotesis

    digunakan rumus uji statistik test-t, yaitu:

    Berikut langkah-langkah pengujian hipotesis:

    Rumuskan hipotesis

    Ho: 1 = 2

    Ha:1'1'2

    Tentukan Uji statistik

    - jika v~rians populasi homogen

    X1-X2 th;,= SgH j ika varians populasi heterogen

    dimana, Sg= n1 -I Sr! n2 -I S2

    (n1 +n2 -2)

  • keterangan :

    X1 = Rata-rala hasil belajar kelompok siswa pada kelas Eksperimen1

    X2 = Rata-rata hasil belajar kelompok siswa pada kelas Eksperimen2

    n1 = Jumlah sampel pada kelas Eksperimen1

    n2 = Jumlah sampel pada kelas Eksperimen2

    S12

    = Varians kelompok Eksperimen1

    S/ = Varians kelompok Eksperimen2

    37

    Jika dari pengujian homogenitas didapat hasil bahwa kedua

    simpangan baku tidak sama ( varians tidak homogen ), maka uji

    statistik yang digunakan adalah :

    X-X t' = I 2 /s

    2

    _+s22

    ~ n1 n2

    Dengan kritl'ria pengujian adalah terima Ho, jika :

    t' < lV1/ 1 + lV2f2 )-VI +W2

    s' s 2 dengan w1 ~ - 1-; w2~ - 2-n1 ni

    11 = t( 1-a ), ( n1-l) dan

    12~ t( I-a), ( n2-I)

    Tentukan kriteria pengujian

    Untuk menentukan kriteria pengujian pada pengolahan data dengan

    operasi perhitungan, penguj iannya dengan melihat perbandingan antara

    thitung dengan ttabel

    Pengambilan kesimpulan

    - jika lhi1ung ~ l:iobcl maka terima Ho

    - jika thitung > ltabel maka tolak Ho

  • G. Hipotcsis statistik

    Adapun hipotesis statistik yang akan di uji adalah sebagai berikut:

    Ho: 1 = z

    Ha:1'i'2

    Keterangan :

    1= Rata-rata hasil belajar rnaternatika siswa yang diajar rnenggunakan

    model KooperatifTeknik Think- Pair Square.

    2= Rata-rata hasil belajar rnaternatika siswa yang diajar menggunakan

    rnetode Discovery Learning

  • A. Deskripsi Data

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Seperti yang telah penulis kemukakan pada bab lll, bahwa penulis

    melakukan penelitian di SMP Neg.: : 169 Jakarta Baral, dengan mengambil

    sampel dua kelas dari lima ke'as yang ada yaitu kelas VII-A dan Vll-B yang

    berjumlah 60 siswa. Kelas VU-A berjumlah 30 dan kelas VII-B berjumlah 30

    siswa.

    Pada penelitian ini penulis langsung mengajar di kedua kelas dengan

    perlakuan yang berbeda. Kelas VII-A sebagai kelas eksperimen1 diajar dengan

    model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square, sedangkan kelas VII-

    B sebagai kelas eksperimen2 yang diajar dengan metode discove1y learning.

    Materi yang diajarkan adalah materi bangun datar segiempat.

    Setelah penulis memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua kelas

    ini, penulis memberikan tes berupa soal pilihan ganda dengan empat altematif

    jawaban. Soal yang telah diberikan terlebih dahulu dilakukan uji coba

    validitas, setelah dilakukan uji validitas menggunakan Point Biserral

    (terlampir), ternyata dari 30 soal yang penulis berikan ada 25 soal yang valid,

    dan 5 yang drcp. Kemudian penulis juga melakukan uji reliabititas untuk

    mengetahui keajegan soal, dan didapat nilai reliabititas sebesar 0,9 (terlampir),

    soal yang valid inilah yang penulis berikan kepada kelas eksperimen1 dan

    kelas eksperimen2

    Setelah soal diberikan ( sebanyak 25 butir soal ), basil tes dari kedua

    kelompok penulis sajikan pada bentuk tabel.

  • 40

    Tabel 6

    Hasil Tes Kelas Eksperimenl dan Kelas Eksperimen2

    Kelas Eksperimenl Kelas Eksperimen2

    No Nilai No Nilai No Nilai No Nilai I 44 16 68 I 32 16 64 ...., ___ 2 44 17 68 2 36 17 04 3 44 18 68 3 44 18 68 4. 52 19 68 4 44 19 68 5 52 20 76 5 48 20 68 6 56 21 76 6 52 21 68 7 56 22 76 7 52 22 72 8 60 23 76 8 52 23 72 9 60 24 76 9 56 24 7". 10 60 25 76 10 56 25 72 11 64 26 84 11 56 26 76 12 64 27 84 12 60 27 76 13 64 28 96 13 60 28 76 14 68 29 96 14 64 29 76 15 68 30 96 15 64 30 80

    Untuk mempermudah dalam membaca data, maka penulis akan

    menyajikan hasil tes kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen2 dalam label

    distribusi frekuensi dan histogram:

    1. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggnnakan model

    pembelajaran kooperatif t2knik think-pair-square (kelas eksperimen1)

    Data hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

    menggunakan pembelajaran kooperatif teknik

    rentengan nilai 44 sampai dengan 96 dengac

    simpangan baku sebesar (S 1) 12,81; dan '

    (terlampir) dengan jumlah sampel sebanyak

    dalam bentuk distribusi frekuensi dan histog

    bawah ini:

    ' __ ,_ onunre diperoleh

  • 4i

    Tabel 7

    Distribusi Frekueusi Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen 1

    Nilai Titik Tengah BB-BA F. Absolut F. Relatif

    43-51 47 42.5-5 l.5 3 10 % --

    52-60 56 51.5-60.5 3 10%

    61-69 65 60.5-69.5 7 23 %

    70-78 74 69.5-78.5 8 26,7%

    79-87 83 78.5-87.5 7 23 %

    88-96 92 87.5-96.5 2 6.7%

    Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa paling banyak siswa

    memperoleh nilai antara 70-78 sebanyak 8 orang atau sebesar 26, 7 % dan

    paling sedikit memperoleh nilai antara 88-96 siswa atau sebesar 6, 7 %

    yang di tampilkan dalam histrogram sebagai berikut :

    12

    IO

    8 ;; " " 6 = "" " ~ '"' 4

    2

    0 42.5 51.5 60.5 69.5 78.5

    Interval Nilai

    Gambar l: Histogram dan Poligon hasil belajar siswa kelas eksperiman1

    2. Hasil Belajar Siswa yang Diajar dengan Menggunakan Metode

    Discovery Learning (Kelas eksperimen2 )

    Data hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan

    menggunakan pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square diperoleh

  • 42

    -rentangan nilai 32 sampai dengan 80 dcngan rata-rata ( x2) sebesar 60,50

    simpangan bairn sebesar (S2) 11,88; dan varians sebesar (S/) 141,24

    (terlampir) dengan jumlah sampel sebanyak (n2) 30 siswa. Penyajian data

    dalam bcntuk distribusi frekuensi dan histogram dapat dilihat pada tabel

    berikut ini:

    Tabel 8

    Distribusi frekueusi basil belajar siswa kelas eksperimeu2

    Nilai Titik Teugah BB-BA F, Absolut F. Relatif 33-40 40,5 32,5-40,5 2 6.7%

    41-48 44,5 40,5-48,5 3 10%

    49-56 52,5 48,5-56,5 6 20%

    57-64 60,5 56,5-64,5 6 20%

    65-72 68,5 64,5-72,5 8 26.7%

    73-80 76,5 72,5-80,5 5 16.7%

    Dari tabel tersebut dapat c!ilihat bahwa paling banyak siswa

    memperoleh nilai antara 65-72 sebanyak 8 orang atau sebesar 26, 7 % dan

    paling sedikit meLlperoleh nilai antara 33-40 siswa atau sebesar 6, 7 %

    yang di tampilkan dalam histrogram sebagai berikut :

    12

    10

    8 00

    " " 6 " "' " ... "" 4

    2

    0

    Interval Nilai

    Gambar 2: Histogram dan Poligon hasil bclajar siswa kelas ckspcrimcn,

  • 43

    B. Pengujian Prasyarat Analisis Data

    Berdasarkan persyaratan analisis data dengan uji-t, maka data terlebih

    dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya dengan tujuan untuk mengetahui

    normal dan homogennya suatu data. Uji prasyarat analisis yang perlu dipenuhi

    adalah:

    1. Uji Normalita -

    Uji .. ormalitas yang dipakai adalah uji lilifors. Dari hasil pengujian

    untuk kelas eksperimen1 diperoleh nilai Lhltung atau L0 = 0.097 (terlampir)

    dan dari tabel harga kritis uji lilifors didapat harga Lt untuk n=30 pada

    taraf signifikan a=0.05 adalah 0.161 (terlampir). Sedangkan untuk kelas

    eksperimen2, Lh11u.g atau Lo=0,063 (terlampir) dengan Lt yang sama, yaitu

    0,161 (terlampir). Karena Lo pada kedua kelas kurang dari Lt, maka dapat

    disimpulkan bahwa data populasi kelas eksperimen1 dan kelas ekspermen2

    berdistribusi normal.

    2. Uji Homogcnitas

    Uji homogenitas atau uji kesamaan dua varians pada populasi dua

    kelompok dilakukan dengan uji Fisher. Dari basil pengujian diperoleh

    Fhltung atau Fh = I, 16 (terlampir), sedangkan dari daftar distribusi F

    diperoleh Ftaboi atau F, = 1,86 (dengan cara interpolasi) pada taraf

    signifikan a = 0,05 untuk dk penyebut 29 dan dk pembilang 29, karena

    Fh < F, ini artinya H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa varians

    kedua kelas sama atau homogen.

    C. Pengujian Hipotesis

    Setelah uji prasyarat di atas, didapat dua kelas berdistribusi normal dan

    homogen. Pengujian selanjutnya dilakukan dengan uji-t (t-test). Dari data basil

    penelitian diperoleh nilai rata-rata untuk kelas eksperimen1 66,80 dan untuk

    kelas ekspermen2 diperoleh nilai rata-rata 60,50. Penelitian ini digunakan

    hipotesis:

  • 44

    Ho Tidak ada perbcdaan rata-rata hasil bclajar matematika siswa antara

    yang diajar mcnggunakan model pcmbclajaran koopcratif teknik think-

    pair-square dengan yang menggunakan discovery learning.

    Ha Ada pcrbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa antara yang

    diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-

    square dengan yang mcnggunakan discovery learning.

    Dari hasil perhitungan diperoleh :

    X1 = 66,80; n1 = 30; 812 = 164,23

    X2 = 60,50; n2 = 30; S/ = 141,24

    Sirnpangan baku gabungan dari data tersebut adalah :

    ~(30-1) 164,23+ (30-1) 141,24 S=-'-------------

    g (30+30-2)

    s = ~4762,67 + 4095,96 g 58

    s = ~8858,63 g 58

    s. = ~152,73

    sg = 12,35

    Kernudian nilai S = 12,35 disubstitusikan ke dalarn rumus uji-t, rnaka

    X1-X2 lh;umg = sg(_l_ _ _l_)

    nt n2

    66,80 - 60,50 lhitung = ] J

    12 35(~--) ' 30 30

  • 45

    6,30 fhi/lmg = ----

    \2,35(0,26)

    l1i10111g = 1,96

    Kemudian menurut tingkat signifikan dengan derajat keyakinan 95% dan a=

    0,05 maka:

    t1abel = t (x;dk)

    tiabel = t (0,05;dk=60-2)

    ltabel = t (0,05;dk=58)

    Karena t(0,05;58) tidak terdapat dalam distribusi t, maka dilakukan interpolasi

    sebagai berikut:

    Dari label t, diperoleh nilai t (0,05;40) adalah 2,02 dan nilai t (0,05;60) adalah

    2,00 (lihat label distribusi t), maka:

    ltabd = t (0,05;58)

    1 _ (18x2,00)+(2x2,02)

    label - (1 8 + 2)

    40,04 t1abd = W-

    ttabd = 2,002

    Pen~ujian yang dilakukan adalah pengujian dua pihak dengan a = 0,05 dan

    derajat dk = n - 2 = 60 - 2 = 58, maka harga t1abe1 = 2,002.

    Dari data di alas diketahui simpangan baku total 12,35, sehingga berdasarkan

    perhitungan t-tes didapat th;tung = 1,96. Sedangkan tiabel pada taraf signifikansi

    x=0,05 y dk = 58 (menggunakan interpolasi) adalah 2,002.

    Berdasarkan perhitungan di atas, dapat kita lihat bahwa th;tung, < t1abeb sehingga

    H0 diterima, karena th;t

  • 46

    menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Think-Pair-Square

    dengan yang diajar menggunakan metode discovery learning.

    Interpretasi Data

    Berdasarkan hasil perhitungan I-test, diketahui th;tung = 1,96, sedangkan

    untuk dk = 58 pada taraf signifikan a = 0,05 didapat t.,bel = 2,00. Kriteria

    pengujian hipotesis adalah jika th;tung > ltabeb maka Ho ditolak dan Ha diterima.

    Setelah dilakukan !-test diketahui bahwa th;tung < t,abcb artinya Ho diterima dan

    Ha ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata

    yang nyata antara siswa yang diajar menggunaka model pembelajaran

    kooperatif teknik think-pair-square dengan menggunakan metode discovery

    learning.

    Secara kasat mata, rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think-pair-square lebih

    tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan

    metode discove1y learning. Hal ini dapat dilihat lebih jelas jika tes kedua

    kelmnpok dikelompokkan menurut kategori tinggi, menengah, dan rendah

    dengan kriteria sebagai berikut:

    Tinggi

    Menengah

    Rendah

    :x~X+S

    :X-S

  • Berdasarkan batasan di atas diketahui :

    Tinggi

    Mcnc,.;,;.ih

    Rendall . Total

    Tabcl 9

    Kritcria Penilaian

    Ekspcrimcnl Ekspcrimcnl

    3 orang ( I 0 % ) 0 orang ( 0 % )

    20 orang ( 66,67 % ) 19 orang ( 63,33 % )

    7 orang ( 23.33 % ) 11 orang ( 36,67 % )

    30 orang (JOO%) 30 orang ( 100 % )

    47

    Total

    3 orang

    39 orang

    18 orang

    60 orang

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase kelas

    eksperimen1 untuk kategori tinggi ( 10 %. ) lebih besar dibandingkan kelas

    eksperimen2 yaitu ( 0 % ). Sedangkan persentase untuk kategori rendah pada

    kelas eksperimen 1 hanya ( 23.33 % ) lebih keeil jika dibandingkan kelas

    eksperimen2 ( 36,67 % ). Hal ini membuktikan bahwa seeara persentase nilai

    kelas eksprimen 1 lebih tingg